THE EFFECT OF 7E LEARNING CYCLE MODEL ON THE IMPROVEMENT OF MTs STUDENTS’ COGNITIVE LEARNING OUTCOMES AND SCIENCE PROCESSES SKILLS ON THE MATERIAL OF LIQUID PRESSURE.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE7E

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA MATERI

TEKANAN ZAT CAIR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untukMemperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program StudiPendidikan IPA KonsentrasiPendidikanFisikaSekolahLanjut

Oleh

GRAHITA PUTRI RESWARI 1102264

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

Pengaruh Model PembelajaranLearning Cycle 7E

TerhadapPeningkatanHasilBelajarRanahKognitifdan

Keterampilan Proses SainsSiswa MTs

PadaMateriTekananZatCair

Oleh

GrahitaPutriReswari S.Pd UPI Bandung 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiPendidikan IPA-FisikaSekolahLanjut

© GrahitaPutriReswari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Ida Hamidah, M.Si NIP. 19680926 199303 2 002

Pembimbing II,

Dr. LilikHasanah, M.Si NIP. 197706162001122002

Mengetahui

Ketua Program StudiPendidikan IPA

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195807121983032002


(4)

(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MTS PADA MATERI TEKANAN

ZAT CAIR GrahitaPutriReswari

NIM. 1102264

PembimbingI : Dr. Ida Hamidah, M.Si Pembimbing II: Dr. LilikHasanah, M.Si

ABSTRAK

Penelitianinididasariolehpermasalahanberupaketidaksesuaianharapanpemerintah yang tertuangdalamPeraturanMenteriPendidikanNasionalNomor 23 tahun 2006 tentangstandarkompetensilulusanuntukmatapelajaranIlmuPengetahuanAlam

SMP/MTsdengankenyataan di lapangan. Berdasarkanhasilstudipendahuluanyang dilakukan di salahsatu MTs Negeri di KabupatenMajalengka, di dapatkanfaktabahwa

KPS siswamasihrendah. Salah satu model pembelajaran yang

diyakinidapatmeningkatkan KPS adalahLearning Cycleyang merupakansalahsatu model pembelajaranberbasiskonstruktivisdanterusdikembangkandari 3E, 5E

dansekarangmenjadi 7E.

Olehkarenaitupenelitianinibertujuanuntukmengetahuiperbandinganpeningkatan KPS danhasilbelajarranahkognitifantarakelas yang diberiperlakuanberupa model pembelajaranLearning Cycle 7E dengan model pembelajaranLearning Cycle 5E danuntukmengetahuikorelasiantara KPS danhasilbelajarranahkognitif.

Penelitianinidilakukan di kelas VIII

denganmateritekananzatcairdanmenggunakandesainpenelitiancontrol group pre-test

post-test denganpemilihansampeldilakukansecara random.

Adapunhasilpenelitianmenunjukanbahwatidakadaperbedaan yang

signifikanterhadappeningkatan KPS danhasilbelajarranahkognitifantarakelas yang diberiperlakuanberupa model pembelajaranLearning Cycle 7E maupunkelas yang

diberiperlakuanberupa model pembelajaranLearning Cycle 5E

sertadarikeduakelastersebutsama-samamenunjukanhasilbahwaantara KPS danhasilbelajarranakognitifmenunjukankorelasi yang rendah.


(6)

Kata kunci : Model PembelajaranLearning Cycle 7E, Model Pembelajaran Learning

Cycle 5E, Keterampilan Proses Sains, HasilBelajarRanahkognitif, TekananZatCair.

THE EFFECT OF 7E LEARNING CYCLE MODEL ON THE IMPROVEMENT OF

MTs STUDENTS’ COGNITIVE LEARNING OUTCOMES AND SCIENCE

PROCESSES SKILLS ON THE MATERIAL OF LIQUID PRESSURE GrahitaPutriReswari

NIM. 1102264

1st Supervisor : Dr. Ida Hamida, M.Si 2nd Supervisor : Dr. LilikHasanah, M.Si

ABSTRACT

This study is based on the problems of misalignment of expectations the government set out in the Regulation of the Minister of National Education No. 23 of 2006

concerning the competency standards for the subjects of SMP / MTs’ Natural

Sciences with the reality on the ground. Based on the results of a preliminary study conducted in one of the main MTs in Majalengka, it had been found the fact that the

students’ KPS were still low. One learning model that is believed to improve students’ KPS is Learning Cycle, which is one of the constructivist-based learning models and continues to be developed from 3E, 5E and 7E now.

Therefore this study aimed to compare the improvement in KPS and cognitive learning outcomes between the classes were treated 7E and 5E Learning Cycle models and to determine the correlation between KPS and cognitive learning outcomes. The research was conducted in the eighth grade with the material of fluid pressure. This study was using control group pre-test post-test research design with sample selection is done at random. The research results showed that there were no significant differences in the improvement in KPS and cognitive learning outcomes between the class treated 7E Learning Cycle models and the class were subjected to a model of the 5E Learning Cycle as well as from both classes equally show results that between the KPS and cognitive learning outcomes showed low correlation.

Keywords: 7E Learning Cycle Model , 5E Learning Cycle Model, Science Process Skills, cognitive domains Learning Outcomes, Liquid Pressure.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 5

A. Kajian Pustaka ... 5

B. Penelitian yang Relevan ... 18

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 19

D. Materi Tekanan pada Zat cair ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Subjek penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 29

C. Metode penelitian ... 30

D. Definisi Operasional... 30

E. Instrumen Penelitian... 31

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Analisis data ... 35

BAB IV HASILDAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 41

B. Analisis ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57


(8)

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 62


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Belajar adalah suatu proses membangun, yaitu suatu proses melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Sehingga, Inti dari suatu pembelajaran yang terpenting adalah proses pemberian pengalaman belajar pada siswa bukan hanya semata-mata mengharapkan hasil akhir yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Daryanto (2009:2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang terpenting adalah proses pemberian pengalaman belajar pada siswa bukan hanya semata-mata mengharapkan hasil akhir yang baik. Begitupun dalam pembelajaran IPA terutama Fisika, siswa bukan hanya sekedar menghafal konsep dan rumus jadi akan tetapi siswa harus diberi pengalaman bagaimana cara memperoleh konsep dan rumus tersebut sehingga proses pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna dan akan berpengaruh pula pada hasil belajar siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Fisher (Amien, 1987: 4)

„IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi‟, yang kemudian diperkuat oleh

Amien (1987:4) yaitu “perkembangan IPA ditunjukan tidak hanya oleh kumpulan

fakta saja (produk ilmiah), tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap

ilmiah”.

Dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dari pembelajaran Fisika yang merupakan bagian dari IPA adalah proses ilmiah dalam membangun produk ilmiah berupa fakta. Hal ini berkaitan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran Ilmu Pentgetahuan Alam SMP/MTs diantaranya ialah:


(10)

2

Siswa mampu melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh (Sudibyo, 2006:24).

Keterampilan-keterampilan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tersebut merupakan keterampilan proses sains (KPS). Namun dari hasil observasi yang telah penulis lakukan di salah satu MTs di kabupaten majalengka didapatkan fakta bahwa KPS siswa masih rendah, jangankan untuk mengenali variabel, membuat hipotesis atau merancang percobaan. Melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang guru berikan saja siswa masih sangat kesulitan. Rendahnya KPS siswa ini dapat terjadi karena dalam proses pembelajaran, KPS tidak dilatihkan secara optimal pada siswa. Terbukti dari pengakuan para guru IPA yang tidak mengetahui tentang KPS dan hanya menerapkan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

Dewasa ini banyak sekali model-model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang mengandung pendekatan KPS diantaranya adalah model pembelajaran Learning cycle yang terus dikembangkan dan disempurnakan dari mulai 3E yang berkembang menjadi 5E dan kemudian menjadi 7E, yang tentunya menjadi lebih baik dan semakin sempurna. Bukti bahwa model pembelajaran

Learning Cycle dapat meningkatkan KPS siswa diantaranya diperoleh dari hasil

penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Kanli dan Yagbasan dari Gazi University, Fakultas Pendidikan program pengajaran Fisika terhadap mahasiswa tingkat pertama yang mengambil mata kuliah laboratorium fisika umum 1. Hasil penelitian mereka mengungkapkan bahwa model Pembelajaran Learning Cycle 7E lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan prestasi konseptual mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian di tingkat SMP dimana penulis akan meneliti bagaimana peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan KPS siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E bila dibandingkan dengan model pembelajaran


(11)

3

mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Materi Tekanan Zat Cair”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian sebagai

berikut: “Apakah penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa MTs ranah kognitif dan Keterampilan Proses Sains siswa bila dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran Learning

Cycle 5E?”. Untuk memfokuskan masalah tersebut, maka dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimanakah peningkatan setiap aspek Keterampilan Proses Sains siswa MTs dalam pembelajaran Fisika setelah diterapkan model pembelajaran

Learning Cycle 7E bila dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa MTs ranah kognitif dalam pembelajaran Fisika setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E bila dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E?

3. Bagaimana korelasi antara hasil belajar ranah kognitif dengan keterampilan proses sains siswa MTs ketika menggunakan model pembelajaran Learning

Cycle 5E?

4. Bagaimana korelasi antara hasil belajar ranah kognitif dengan keterampilan proses sains siswa MTs ketika menggunakan model pembelajaran Learning

Cycle 7E?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan setiap aspek Keterampilan Proses Sains Siswa MTs setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E bila dibandingkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Selain itu, tujuan


(12)

4

lain dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana korelasi antara hasil belajar ranah kognitif dengan keterampilan proses sains siswa MTs setelah diterapkan kedua model pembelajaran tersebut.

D. Maanfaat Penelitian

1. Bagi siswa, diharapkan akan membantu meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar ranah kognitif.

2. Bagi guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar ranah kognitif siswa dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain mengenai pengembangan model pembelajaran Learning Cycle 7E dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar ranah kognitif siswa dan memberi masukan mengenai bagaimana korelasi antara KPS dengan hasil belajar ranah kognitif siswa apabila menggunakan model pembelajaran tersebut.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu MTs Negeri di Kabupaten Majalengka tahun ajaran 2012/2013 yang tersebar dalam delapan kelas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian ini adalah random sampling, yaitu teknik penentuan sampel secara acak sehingga semua kelas memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian.

B. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah control group pre-test post-test

design. Pada penelitian ini terdapat dua kelompok subjek penelitian, yaitu

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Masing-masing kelompok akan diberi pre-test (tes awal), treatment (perlakuan), dan post-test (tes akhir) dengan perlakuan yang diberikan sebanyak empat kali. Perbedaannya adalah kelompok kontrol akan diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 5E sedangkan kelompok eksperimen akan diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 7E. desain penelitian ini dapat digambarkan seperti tabel 3.1:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Control Group Pre-test Post-test Design

Kelompok Tes

awal Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen 01,02 X1 01,02 Kontrol 01,02 X2 01,02


(14)

30

Keterangan :

01 = tes awal (pretest) dan tes akhir (postets) KPS.

02 = tes awal (pretest) dan tes akhir (postets) hasil belajar ranah kognitif.

X1 = Perlakuan (treatment) dengan menggunakan model learning cycle 7E

X2 = Perlakuan (treatment) dengan menggunakan model learning cycle 5E

C. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi experiment yang memiliki kelas kontrol seperti metode experiment, akan tetapi metode ini tidak bisa mengontol semua variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

D. Definisi operasional

1. Model pembelajaran Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivis dimana siswa berperan aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri (student-centered). Model pembelajaran Learning

Cycle 5E terdiri dari 5 fase yaitu: engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. Untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan

observasi terhadap kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

2. Model pembelajaran Learning Cycle 7E adalah model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivis dimana siswa berperan aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri (student-centered). Model pembelajaran Learning

Cycle 7E terdiri dari 7 fase yaitu: elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate dan extend. Untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran

dilakukan observasi terhadap kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran.

3. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan kognitif, manual dan sosial dan diperlukan dalam kerja ilmiah yaitu untuk membuktikan hukum atau hipotesis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains adalah tes tertulis berbentuk pilhan ganda dan penilaian kinerja. Tes tertulis digunakan untuk mengetahui


(15)

31

keterampilan proses sains sebelum dan sesudah pembelajaran. sedangkan penilaian kinerja melalui format observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sainsyang teramati selama proses pembelajaran. Aspek keterampilan proses sains yang dites dan diamati dalam penelitian ini yaitu mengamati, melakukan percobaan, menginterpretasi data, berkomunikasi, dan menerapkan konsep.

4. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif adalah hasil belajar yang meliputi kemampuan menghafal (recall) yang disebut C1, memahami (comprehension) yang disebut C2, dan menerapkan (application) yang disebut C3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif adalah tes hasil belajar berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda.

E. Instrument penelitian 1. Lembar Observasi

Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan model pembelajaran serta menilai keterampilan proses sains siswa. Instrumen ini berbentuk daftar cocok dan skala bertingkat yang diisi oleh observer dengan cara memberikan tanda check list () pada kolom yang sesuai.

2. Tes Tulis

Instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan untuk mengukur Keterampilan Proses Sains siswa yang akan diberikan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berupa soal pilihan ganda, hal ini bertujuan agar jawaban tidak terlalu luas dan satu indikator bisa di ukur oleh lebih dari hanya satu soal saja.

F. Proses pengembangan instrumen

Agar diperoleh instrumen yang baik maka sebelum digunakan instrumen tersebut akan melalui dua macam uji. Pertama, merupakan uji yang dilakukan oleh 3 orang ahli dan yang kedua adalah analisis butir soal. Untuk analisis butir soal digunakan softwere Anates, adapun yang diuji adalah:


(16)

32

1. Validitas Butir Soal

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketetapan suatu tes. Tes yang valid (absah =sah) adalah tes yang mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, Validitas tes menunjukan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur.

Menurut Arikunto (2008:75), interpretasi mengenai besarnyan koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Validitas Instrumen Tes

Nilai rxy Interpretasi

0,81  rxy 1,00 sangat tinggi

0,61  rxy 0,80 Tinggi

0,41  rxy 0,60 Cukup

0,21  rxy  0,40 Rendah

0,00  rxy 0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2008:75)

2. Realibilitas Butir Soal

“Realibilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan tes, atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi sangat kecil dan dapat diartikan tidak berarti” (Arikunto, 2008:86)

Berikut ini adalah interpretasi nilai koefisien korelasi (rxy):

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,81  r  1,00 sangat tinggi 0,61  r  0,80 Tinggi 0,41  r  0,60 Cukup 0,21  r  0,40 Rendah 0,00  r  0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2008:75)


(17)

33

3. Tingkat Kesukaran Soal

Menurut Arikunto (2008:207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Nilai P Klasifikasi

0,7˂ P ≤ 1 Mudah 0,3 ˂P ≤ 0,7 Sedang

P ≤ 0,3 Sukar

(Arikunto, 2008:210)

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal menurut Arikunto (2008:211) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya pembeda sering di interpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda soal

Nilai D Interpretasi

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek 0,20 ˂ D ≤ 0,40 Cukup 0,40 ˂ D ≤ 0,70 Baik 0,70 ˂ D ≤ 1,00 Sangat baik

(Arikunto, 2008:218) Hasil analisis uji instrumen tersebut kemudian dipertimbangkan mana yang layak dan patut dibuang, berikut adalah data hasil analisis dari 35 butir soal yang telah di uji coba:

1. Realibilitas instrument sebesar 0,93 dengan kategori sangat tinggi

2. Validitas soal: terdapat 8,57 % soal memiliki validitas sangat rendah, 2,85 % soal memiliki validitas rendah, 68,58% soal memiliki validitas cukup dan 20,00 % soal memiliki validitas tinggi.


(18)

34

3. Daya pembeda: terdapat 5,71 % soal memiliki daya pembeda yang jelek, 17,14% soal memiliki daya pembeda yang cukup, 60,00 % soal memiliki daya pembeda yang baik, dan 17,15 % soal memiliki daya pembeda yang sangat baik.

4. Tingkat kesukaran soal: terdapat 2,85% termasuk kedalam soal yang sangat sukar, 11,42 % termasuk kedalam soal yang sukar, 68,59 % termasuk kedalam soal yang sedang, dan 17,14 % termasuk kedalam soal yang mudah.

Dengan mempertimbangkan hasil uji coba tersebut disertai pertimbangan porposi soal untuk setiap materi dan setiap indikator serta porposi jumlah soal mudah, sedang, dan sukar yang harus berbentuk kurva normal. Maka dari 35 soal hanya 28 soal yang dipakai. Perhitungan analisis uji coba soal secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B.5.

G. Teknik pengumpulan data 1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung aktivitas guru dan siswa serta menilai keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran.

a. Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Observasi aktivitas guru dan siswa bertujuan untuk melihat apakah model pembelajaran Learning Cycle 5E dan 7E telah dilaksanakan oleh guru-siswa atau tidak. Instrumen observasi ini memuat daftar cocok () .

b. Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa

Observasi ini digunakan untuk menilai keterampilan proses sains siswa yang teramati selama pembelajaran berlangsung yang disajikan dalam skala bertingkat. Proses sains yang teramati meliputi mengamati, melakukan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.


(19)

35

2. Tes

Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan keterampilan proses sains siswa. Instrumen tes yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda dalam bentuk pre tes dan pos test (soal pre test sama dengan soal

post test). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembuatan soal adalah:

a. Observasi ke sekolah untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang cocok untuk diujicobakan.

b. Membuat kisi-kisi soal.

c. Membuat soal tes keterampilan proses sain dan soal tes prestasi belajar siswa berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

d. Melakukan judgement terhadap soal yang telah dibuat. e. Malakukan uji coba soal di sekolah.

f. Melakukan analisis soal yang meliputi uji validitas, uji realibilitas, menghitung tingkat kesukaran dan menghitung daya pembeda soal.

H. Analisis data

1. Teknik Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dan 7E

Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat diketahui dengan cara mencari presentasi keterlaksanaan model pembelajaran tersebut. Untuk menghitung presentasi keterlaksanaan model pembelajar Learning Cycle 7E dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 3.1 sebagai berikut:

% 100 siswa ideal skor Jumlah siswa skor Jumlah an Pembelajar naan Keterlaksa

Persentase   (3.1)

Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut:


(20)

36

Tabel 3.6

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran No

% Kategori Keterlaksanaan Model

Interpretasi 1. 0,0 ≤ x < 25,0 Sangat Kurang 2. 25,0 ≤ x < 37,6 Kurang 3. 37,6 ≤ x < 62,6 Sedang 4. 62,6 ≤ x < 87,6 Baik 5. 87,6 ≤ x ≤ 100 Sangat Baik

Mulyadi (Nuh, 2007:52)

2. Teknik Pengolahan Data Observasi Keterampilan Proses Sains

Peningkatan keterampilan proses sains siswa dapat diketahui dengan cara mengamati secara langsung (observasi) aspek keterampilan proses sains yang teramati dari tiap pertemuan. Data hasil observasi ini kemudian diolah dengan cara mencari IPK (indeks prestasi kelompok) dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

 Menghitung jumlah nilai (skor) siswa yang diperoleh dari observer pada format observasi keterampilan proses sains.

 Menghitung rata-rata (mean) skor keterampilan proses sains dengan menggunakan persamaan 3.2:

i x x

n

(3.2)

Keterangan:

x = Rata-rata skor atau nilai x xi = Skor atau nilai siswa ke i

n = Jumlah siswa


(21)

37

Tabel 3.7

Kriteria rata-rata skor Hasil Observasi

No Rata-rata skor hasil

observasi Interpretasi

1. 0,00 ≤ x ≤ 30,00 Sangat kurang terampil 2. 30,00 < x ≤ 54,00 Kurang terampil 3. 54,00 < x ≤ 74,00 Cukup terampil 4. 75,00 < x ≤ 89,00 Terampil 5. 89,00 < x ≤ 100,00 Sangat terampil

Panggabean (Nuh,2007 :49)

3. Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Ranah Kognitif dan keterampiln peores sains

Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a. Pemberian skor

Memberi skor pada lembar jawaban siswa dengan berpatokan pada rubrik penilaian yang telah dibuat. Kemudian menentukan skor maksimal ideal (SMI).

b. Gain dinormalisasi

Untuk perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi akan digunakan persamaan 3.4 sebagai berikut:

(% % )

%

% (100 % )

f i maks i S S G g G S       

       (3.3)

(Hake, 1998:65)

Keterangan :

g = rata-rata gain yang dinormalisasi G = rata-rata gain aktual

Gmaks= gain maksimum yang mungkin terjadi

Sf  = rata-rata skor tes akhir


(22)

38

Nilai g yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8

Interpretasi Nilai Gain dinormalisasi

Nilai gInterpretasi

g 0,7 Tinggi 0,7 > g 0,3 Sedang g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998:65)

4. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini terdapat 4 buah hipotesis, hipotesis pertama dan kedua merupakan hipotesis komparatif. Sedangkan, hipotesis ketiga dan keempat merupakan hipotesis asosiatif. Menurut Sugiyono (2009:102),”hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

komparatif”. Sedangkan “hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif”.

Peneliti menggunakan softwere SPSS.20 dalam melakukan pengujian keempat hipotesis tersebut. Adapun langkah—langkah yang ditempuh dalam melakukan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis 1 dan 2

Hipotesis 1 merupakan hipotesis komperatif tentang KPS sedangkan hipotesis 2 merupakan hipotesis komparatif tentang hasil belajar ranah kognitif, langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variable yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak, bila setelah dilakukan uji normalitas ternyata berdistribusi normal maka pengujian hipotesis menggunakan statistic parametris. Penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas data dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal


(23)

39

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima H0

berdasarkan P-value. jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka

H0 diterima. Dalam program SPSS 20 digunakan istilah significance yang

disingkat Sig untuk P-value.

2) Uji homogenitas

Setelah data dinyatakan normal maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah data yang akan digunakan homogen atau tidak. Penelitian ini menggunakan Levene test untuk menguji homogenitas data dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0: σ12= σ22

H1 : σ12≠σ22

Dalam pengujian hipotesis, σ12 = σ22 berarti skor kedua kelompok

memiliki variansi homogen. Sedangkan σ12 ≠ σ22 berarti skor kedua kelompok

memiliki variansi yang tidak homogen, kriteria untuk menolak atau menerima H0

berdasarkan P-value. jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka

H0 diterima. Dalam program SPSS 20 digunakan istilah significance yang

disingkat Sig untuk P-value.

3) Uji t

Setelah data diketahui normal dan homogen, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis komparatif menggunakan independent sample t-test dengan taraf signifikansi sebesar α = 0,05. Rumusan hipotesis statistik pada uji t ini adalah sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Dalam pengujian hipotesis µ1 = µ2 berarti tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kedua kelas. Sedangkan µ1 > µ2 berarti terdapat perbedaanyang

signifikan antara kedua kelas dengan kelas experimen lebih unggul dibandingkan kelas kontrol. Kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan


(24)

P-40

value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 tidak

dapat ditolak.

b. Pengujian hipotesis 3 dan 4

Hipotesis no 3 merupakan hipotesis yang menguji korelasi antara KPS dan hasil belajar ranah kognitif setelah kelas diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 5E sedangkan hipotesis 4 merupakan hipotesis yang menguji korelasi antara KPS dan hasil belajar ranah kognitif setelah kelas diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 7E, maka pengujiannya dengan menggunakan uji korelasi menggunakan SPSS 20 dengan taraf signifikansi sebesar α = 0,05. Sehingga akan diketahui seberapa erat dan signifikan hubungan antara Keterampilan Proses Sains dan Hasil Bealajar siswa ranah kognitif. Rumusan hipotesis statistik pada uji t ini adalah sebagai berikut:

H0 : ρ = 0

H1 : ρ≠ 0

Dalam pengujian hipotesis, ρ = 0 berarti variable X dan Y independen atau ada korelasi yang signifikan anatara kedua veriabel tersebut. Sedangkan ρ ≠ 0 berarti variabel X dan Y dependen atau tidak ada korelasi yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0

berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0 ditolak dan jika P-value

α maka H0 tidak dapat ditolak. Adapaun Interpretasi koefisien kolerasi ρ (rxy)

dapat dilihat pada tabel 3.9:

Tabel 3.9

Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 ≤ x < 0,20 Sangat rendah 0,20 ≤ x < 0,40 Rendah

0,40 ≤ x < 0,60 Sedang 0,60 ≤ x < 0,80 Kuat 0,80 ≤ x ≤ 1,000 Sangat kuat


(25)

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbedaan peningkatan setiap aspek Keterampilan Proses Sains siswa MTs tidak berbeda secara signifikan antara kelas yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E kecuali aspek menerapkan konsep.

2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa MTs secara signifikan antara kelas yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Akan tetapi, nilai gain dinormalisasi menunjukan bahwa kelas yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran

Learning Cycle 7E lebih baik daripada kelas yang diberi perlakuan dengan

model pembelajaran Learning Cycle 5E yaitu 0,57 dengan kategori sedang. Sedangkan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning

Cycle 5E memperoleh skor 0,54 dengan kategori sedang.

3. Terdapat hubungan yang positif dengan korelasi rendah antara Keterampilan Proses Sains dengan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan koefisien korelasi sebesar 0,390.

4. Terdapat hubungan yang positif dengan korelasi rendah antara Keterampilan Proses Sains dengan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan koefisien korelasi sebesar 0,357.


(27)

58

B. Saran

Penelitian ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengajukan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya yaitu:

1. Salah satu kekurangan pada penelitian ini yang paling mendasar adalah terletak pada pelaksanaan fase explore pada model pembelajaran Learning

Cycle 7E yang tidak sempurna sehingga untuk penelitian selanjutnya mohon

agar setiap fase model pembelajaran Learning Cycle 7E dilaksanakan dengan optimal.

2. Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E belum terlaksana dengan sempurna karena alasan waktu. Oleh karena itu penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E sebaiknya dapat memilih materi yang bahasannya tidak

terlalu banyak.

3. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa aspek KPS yang peningkatannya paling menonjol setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E adalah aspek menerapkan konsep. Sehingga untuk peneliti selanjutnya yang berniat menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E agar memfokuskan penelitian pada aspek lain selain aspek menerapkan konsep.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aristya, Pratiwi. 2011. Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 1 Grogol Kediri dengan Model Inkuiri Terbimbing. Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang. [online]. Tersedia:

http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/15788.[19

Mei 2013].

Bybee, W. Roger et. al. (2006). The BSCS 5E Instructional model: Origin,

Effectivenes, and Application” [Online].Tersedia:

http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [16 November 2009].

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelqajaran Kreatif dan Inofatif. Jakarta : AV Publisher.

Dimyati. dkk. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eisenkraft, A. (2003). “Expanding The 5E Model”.Journal of Science Teacher.

70, (6), 57-59.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung :

UPI.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics


(29)

60

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on [13 September 2009] .

Indrawati. (1999). Keterampilan Proses sains: Tinjauan Kritis dari Teori Praktis. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kanli, U et. al. (2007). The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning

Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the

Development of Students’ Science Process Skills and Conceptual

Achievement. [Online]. Tersedia :

www.usca.edu/essays/specialedition/UKanlìandRYagbasan.pdf[13 September 2009].

Karim, S. dkk (2008).Belajar IPA

MembukaCakrawalaAlamSekitar.Jakarta:PT.SetiaPurnamaInves.

Krisno.dkk. (2008). IlmuPengetahuanAlam.Jakarta:

PusatPerbukuanDepartemenPendidikanNasional.

Nuh, U. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Polyiem, T et al. (2011). Learning Achievement, Science Process Skills, and

Moral Reasoning of Ninth Grade Students Learned by 7e Learning Cycle and Socioscientific Issue-based Learning.[Online].Tersedia

:http://www.ajbasweb.com/ajbas/2011/October-2011/257-264.pdf[19 Juni 2013].

Rustaman, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia Sornsakda, S et al. (2009). Effect of Learning Environtmental Education Using

the 7E-Learning Cycle with Metacognitive Techniques and the


(30)

61

Science Process Skills and Critical Thinking of Mathayomsuksa 5 Students with Different Learning Achievment.[Online].Tersedia

:http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/297-303.pdf[19 Juni 2013].

Sudibyo, B. (2006). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wasis.dkk. (2008).IlmuPengetahuanAlam. Jakarta:


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perbedaan peningkatan setiap aspek Keterampilan Proses Sains siswa MTs tidak berbeda secara signifikan antara kelas yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E kecuali aspek menerapkan konsep.

2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa MTs secara signifikan antara kelas yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Akan tetapi, nilai gain dinormalisasi menunjukan bahwa kelas yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran

Learning Cycle 7E lebih baik daripada kelas yang diberi perlakuan dengan

model pembelajaran Learning Cycle 5E yaitu 0,57 dengan kategori sedang. Sedangkan kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Learning

Cycle 5E memperoleh skor 0,54 dengan kategori sedang.

3. Terdapat hubungan yang positif dengan korelasi rendah antara Keterampilan Proses Sains dengan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan koefisien korelasi sebesar 0,390.

4. Terdapat hubungan yang positif dengan korelasi rendah antara Keterampilan Proses Sains dengan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan koefisien korelasi sebesar 0,357.


(3)

58

B. Saran

Penelitian ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengajukan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya yaitu:

1. Salah satu kekurangan pada penelitian ini yang paling mendasar adalah terletak pada pelaksanaan fase explore pada model pembelajaran Learning

Cycle 7E yang tidak sempurna sehingga untuk penelitian selanjutnya mohon

agar setiap fase model pembelajaran Learning Cycle 7E dilaksanakan dengan optimal.

2. Keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 7E belum terlaksana dengan sempurna karena alasan waktu. Oleh karena itu penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya yang akan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E sebaiknya dapat memilih materi yang bahasannya tidak

terlalu banyak.

3. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa aspek KPS yang peningkatannya paling menonjol setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E adalah aspek menerapkan konsep. Sehingga untuk peneliti selanjutnya yang berniat menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E agar memfokuskan penelitian pada aspek lain selain aspek menerapkan konsep.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta : Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aristya, Pratiwi. 2011. Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 1 Grogol Kediri dengan Model Inkuiri Terbimbing. Skripsi. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang. [online]. Tersedia:

http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/15788.[19

Mei 2013].

Bybee, W. Roger et. al. (2006). The BSCS 5E Instructional model: Origin, Effectivenes, and Application” [Online].Tersedia: http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. [16 November 2009].

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar.Jakarta : Erlangga.

Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelqajaran Kreatif dan Inofatif. Jakarta : AV Publisher.

Dimyati. dkk. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eisenkraft, A. (2003). “Expanding The 5E Model”.Journal of Science Teacher.

70, (6), 57-59.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung :

UPI.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics


(5)

60

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on [13 September 2009] .

Indrawati. (1999). Keterampilan Proses sains: Tinjauan Kritis dari Teori Praktis. Bandung : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kanli, U et. al. (2007). The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning

Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the

Development of Students’ Science Process Skills and Conceptual

Achievement. [Online]. Tersedia :

www.usca.edu/essays/specialedition/UKanlìandRYagbasan.pdf[13 September 2009].

Karim, S. dkk (2008).Belajar IPA

MembukaCakrawalaAlamSekitar.Jakarta:PT.SetiaPurnamaInves.

Krisno.dkk. (2008). IlmuPengetahuanAlam.Jakarta:

PusatPerbukuanDepartemenPendidikanNasional.

Nuh, U. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam

Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi

Sarjana pada FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Polyiem, T et al. (2011). Learning Achievement, Science Process Skills, and

Moral Reasoning of Ninth Grade Students Learned by 7e Learning Cycle and Socioscientific Issue-based Learning.[Online].Tersedia

:http://www.ajbasweb.com/ajbas/2011/October-2011/257-264.pdf[19 Juni 2013].

Rustaman, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia Sornsakda, S et al. (2009). Effect of Learning Environtmental Education Using

the 7E-Learning Cycle with Metacognitive Techniques and the


(6)

Science Process Skills and Critical Thinking of Mathayomsuksa 5 Students with Different Learning Achievment.[Online].Tersedia

:http://docsdrive.com/pdfs/medwelljournals/pjssci/2009/297-303.pdf[19 Juni 2013].

Sudibyo, B. (2006). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wasis.dkk. (2008).IlmuPengetahuanAlam. Jakarta: