KESENIAN GENYE DI SANGGAR LEUWEUNG SENI KABUPATEN PURWAKARTA.

(1)

KESENIAN GENYE DI SANGGAR LEUWEUNG SENI

KABUPATEN PURWAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh Hilda Maulany

0900014

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI


(2)

Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

KESENIAN GENYE DI SANGGAR

LEUWEUNG SENI KABUPATEN

PURWAKARTA

Oleh Hilda Maulany

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan BahasadanSeni

© HildaMaulany 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HILDA MAULANY

KESENIAN GENYE DI SANGGAR LEUWEUNG SENI KABUPATEN PURWAKARTA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

E. Dedi Dj. Rosala, S.Sen.,M.Hum. NIP.195703041983031001

Pembimbing II

Ace Iwan Suryawan, S.Pd., M.Hum. NIP. 197703122005011002

Mengetahui


(4)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan latar belakang terciptanya Kesenian Genye dan bentuk Raja Genye, Prajurit Genye dan Rakyat Genye dalam Kesenian Genye. Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat Purwakarta, sehingga dapat meningkatkan rasa cinta, rasa memiliki budaya daerah setempat. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana latar belakang terciptanya Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta?; 2) Bagaimana bentuk Raja Genye, Prajurit Genye, dan Rakyat Genye dalam Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta?. Subjek penelitian ini yaitu Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni. Menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kesenian Genye merupakan kesenian kreasi baru yang biasa disebut Gerakan Nyere. Nyere (lidi) itu sendiri simbol untuk bersih-bersih, sehingga Genye mempunyai makna kebersamaan dan kesatuan yang diharapkan akan membentuk manusia yang bersih lingkungannya, bersih dirinya dan bersih hatinya. Bentuk penyajian Kesenian Genye yaitu helaran atau arak-arakan menelusuri jalanan dengan diiringi musik. Dipentaskan di arena terbuka namun tidak menutup kemungkinan bisa dipentaskan di ruang tertutup. Kesenian Genye ini mempunyai nilai-nilai yang terkandung, baik nilai-nilai tradisi maupun nilai agama.


(5)

Abstract

The title of this research is Genye Arts in Studio Art Leuweung Purwakarta . The purpose of this study is to describe the background of the creation of the King Arts Genye Genye and shape , and the People's Warrior Genye Genye in Genye Arts . The results of this study are expected to be useful for the community Purwakarta , so as to increase the sense of love , a sense of having the local culture . The problem is formulated in this study are : 1 ) What is the background on the creation of Genye Art Studio Art Leuweung Purwakarta ? ; 2 ) What form Genye King , Warrior Genye , and the People Genye in Genye Arts in Studio Art Leuweung Purwakarta ? . Subject of this study is Genye Arts in Studio Art Leuweung . Using descriptive method of analysis with a qualitative approach . Data was collected through observation , interviews , library research and documentation . The analysis showed that Genye Art is the creation of new art movement called Nyere . Nyere ( stick ) is itself a symbol for the clean-up , so it has meaning Genye togetherness and unity that human beings are expected to form a clean environment , clean him and clean him . Art is a way of presenting Genye helaran or browse street procession to the accompaniment of music . Staged in an open arena but did not rule could be staged in a confined space . This Genye art has embodied the values of both traditional values and religious values .


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR GAMBAR……….... vi

DAFTAR LAMPIRAN………. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi dan Rumusan ………. 5

C. Tujuan Penelitian ………...……… 5

D. Manfaat Penelitian………. 5

E. Struktur Organisasi……… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori yang Digunakan ..………. 8

1. Performances Studies ( Pengkajian Penampilan)…………... 8

2. Teori Ikonografi……… 11

B. Seni dan Kreativitas ………..………. 12

C. Seni dan Proses Penciptaan ..……… 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 16

B. Metode dan Pendekatan Penelitian ………... 16

C. Definisi Oprasional ……….. 17

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian …………. 17

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data……….. 21


(7)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….... 25

1. Prestasi Sanggar ..……… 27

2. Kemasan Kesenian Genye ………..…………... 28

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan……….. 29

1. Latar Belakang Kesenian Genye ...………. 29

2. Bentuk Raja Genye, Prajurit Genye dan Rakyat Genye dalam Kesenian Genye………. 31

C. Bentuk Penyajian Kesenian Genye ..………. 37

1. Pelaku (Pemain) ……… 40

2. Musik Iringan ……… 45

3. Tata Rias dan Tata Busana ……… 46

4. Pola lantai……… 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 61

B. Saran ………….………... 62

DAFTAR PUSTAKA ………. 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 62


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian………. 25

2. Raja Genye………. 32

3. Prajurit Genye.……… 34

4. Rakyat Genye………. 36 5. Tokoh Pandita ……… 40

6. Umbul-umbul ………. 41

7. Penari Prajurit Genye ………. 42

8. Penari Nyere ………... 43

9. Penari Pencak Silat ……… 43

10. Penari Badawang ………... 44

11. Penari Belok ……… 45


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ………... 66

2. Data Responden ……… 67

3. Foto-foto Dokumentasi ………. 68


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. “Seni secara sederhana dapat diartikan merupakan pengungkapan estetis daripada kebudayaan sebagai manifestasi kreativitas kehidupan manusia yang berkaitan dengan keindahan lahir maupun keindahan bathin” (Kurdiana, 1996:93). Kurdiana juga mengungkapkan bahwa seni adalah produk seniman aktif sebagai hasil empirik, ekspresif maupun intuitif tujuannya menyampaikan gagasan-gagasan atau amanat-amanat kepada masyarakat yang kurang peka terhadap fenomena alam sekelilingnya. Karya seni bisa berupa keindahan, hiburan yang mempunyai makna sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan moral mental spiritual. Kesenian dapat mempererat solidaritas dalam suatu masyarakat, karena dalam kesenian aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Umar Khayam dalam Tarmizi (2012:10) mengungkapkan sebagai berikut:

Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat, sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri, masyarakat yang menyangga kebudayaan dan dengan demikian juga kesenian mencipta, memberikan peluang untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru.

Kesenian yang dimiliki dari setiap daerah berbeda-beda karena kesenian itu menjadikan ciri khas dari daerah tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Herdiani (2003:72) sebagai berikut:

Sebuah bentuk seni dapat mencerminkan masyarakat tempat kesenian tersebut diciptakan. Perilaku sehari-hari di suatu daerah akan dapat tergambar dengan melihat bentuk kesenian yang hidup dan berkembang


(11)

2

di daerah tersebut, dengan kata lain kesenian dapat menjadi identitas atau dapat mencerminkan sifat masyarakatnya.

Sejalan dengan pendapat diatas, Tarmizi (2012: 12) mengungkapkan sebagai berikut:

Kesenian dalam kehidupan manusia merupakan ciri khas sesuatu daerah dimana dengan berkesenian orang dapat mengenal kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai adat istiadat yang berlaku pada daerah tersebut. Keberagaman kesenian yang tumbuh dan berkembang disuatu daerah merupakan aset dan kebanggaan dari masyarakat pendukungnya serta menjadi ciri khas daerah tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian itu.

Kesenian yang beragam di kalangan masyarakat menjadikan posisi seni dalam berbagai masyarakat berbeda-beda, ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri yang sangat beragam dan kompleks. Seperti yang diumgkapkan oleh Sedyawati (2006:125) sebagai berikut:

Ada masyarakat di mana kesenian betul-betul merupakan suatu pranata „mandiri‟ sebagai sarana pemenuhan salah satu kebutuhan hidup manusia yang dikenali sebagai sarana pemenuhan salah satu kebutuhan hidup manusia yang dikenali sebagai suatu kebutuhan tersendiri, sementara dalam masyarakat lain mungkin kesenian adalah sesuatu yang bersifat „pendukung‟ saja terhadap pranata tertentu, misalnya pranata agama.

Di Kabupaten Purwakarta, terdapat beranekaragam kesenian, seperti

kesenian Buncis, Domyak, Wayang Golek, Seni Ulin Kobongan, Jaipong dan

kesenian yang akhir-akhir ini sedang di perbincangkan yaitu Kesenian Genye. Kesenian ini termasuk ke dalam kesenian kreasi baru. Kesenian Genye dihadirkan oleh para seniman-seniman Purwakarta didasari oleh pemikiran


(12)

3

pertunjukan dan artistiknya, kesenian Genye adalah kesenian helaran dalam bentuk arak-arakan.

“Seni helaran adalah kesenian yang digelarkan dalam bentuk pesta arak-arakan, menelusuri jalan secara beramai-ramai”. (Atik Soepandi, dkk,.1993:105). Dengan penari berjumlah banyak, para penari wanita membawa sapu lidi dan seikat lidi, sedangkan para penari pria membawa

Genye yaitu semacam orang-orangan yang terbuat dari anyaman lidi.

Kesenian ini biasanya dipertunjukkan pada perayaan Hari Jadi Kota Purwakarta, atau pada perayaan-perayaan besar. Kesenian ini juga telah dipentaskan pada acara-acara besar, salah satunya di acara Kemilau Nusantara sebagai perwakilan dari Jawa Barat dan berhasil meraih juara. Walaupun demikian, pada umumnya masyarakat Purwakarta belum banyak mengetahui kesenian Genye itu sendiri, baik mengenai latar belakang penciptaannya, maupun bentuk pertunjukannya kesenian Genye.

Kesenian Genye diciptakan pada tahun 2010 oleh para seniman Purwakarta dan tidak tak terlepas dari pengalaman pribadi sang inspirator Seni Genye itu sendiri yaitu Drs. Deden Guntari selaku seniman dan juga Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Perhubungan, Kebudayaan, Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Dishubbudparpostel) di Kabupaten Purwakarta. Menurut Deden Guntari bahwa: “Genye merupakan singkatan dari Gerakan Nyere, nyere (lidi) simbol untuk beubeursih (bersih-bersih)”. Genye ini mempunyai makna kebersamaan dan kesatuan seperti ikatan sapu lidi yang dapat membersihkan Purwakarta secara bersama. Genye itu berbentuk badawang yang menyerupai raksasa, terbuat dari padanan peralatan kebersihan dari lidi dan peralatan dapur. Badawang tersebut sengaja dibuat abstrak tanpa ada bagian-bagian tubuh seperti mata dan lainnya, hal ini untuk menghindari pemahaman yang salah.

Genye diperankan oleh penari yang memiliki peran sebagai Rakyat Genye, Prajurit Genye hingga Raja Genye. Rakyat Genye, diperankan


(13)

masing-4

masing penari, ada penari laki-laki dan juga penari wanita yang dilengkapi dengan peralatan sapu lidi. Mereka sebagai rakyat disimbolkan dengan tarian gerakan menyapu. Sementara Prajurit Genye yang dilengkapi dengan peralatan semacam ayakan yang terbuat dari anyaman bambu dan anyaman daun pandan yang dilengkapi sapu lidi, menggambarkan seorang prajurit yang sedang siaga menggunakan tameng dan memecutkan beberapa batang lidi. Terakhir yang disebut Raja Genye, semacam badawang yang berukuran besar dengan tinggi 4 hingga 5 meter, terbuat dari berbagai peralatan dapur dan sapu lidi, yang diperankan puluhan penari pria dengan cara menggotongnya. Di sisi lain para penabuh alat musik sunda, semacam dog-dog, tam-tam dan lainnya, mengiringi para penari genye.

Sanggar Leuweung Seni merupakan satu-satunya sanggar yang mengembangkan kesenian Genye di Kabupaten Purwakarta. Di sanggar ini tempat para seniman-seniman Purwakarta berkumpul, berdiskusi, berkreasi serta tempat siswa-siswi sanggar berlatih Kesenian Genye.

Kesenian Genye masih terbilang kesenian yang masih muda diantara kesenian-kesenian lainnya di Kabupaten Purwakarta, walaupun demikian kesenian ini sudah banyak digemari oleh masyarakat. Selain dijadikan sebagai pertunjukan disetiap event di Purwakarta, kesenian ini memiliki prestasi diberbagai lomba tingkat provinsi.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk menjadikan objek penelitian karena kesenian Genye memiliki keunikan dari bentuk pertunjukkannya dan kesenian ini belum ada yang menjadikannya sebagai penelitian karya ilmiah. Sanggar-sanggar di Purawakarta didominasi oleh sanggar-sanggar yang


(14)

5

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa identifikasi masalah yaitu penciptaan kesenian Genye, bentuk penyajian kesenian Genye, struktur gerak pada tari Genye, busana kesenian Genye, tata rias kesenian Genye, musik iringan kesenian Genye. Untuk mempermudah pembahasan masalah-masalah yang akan diteliti agar lebih fokus dan spesifik, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang terciptanya Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana bentuk penyajian Raja Genye, Prajurit Genye, dan Rakyat

Genye dalam Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten

Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai, diantaranya:

1. Tujuan umum:

Menjelaskan tentang Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta dari berbagai aspek seni pertunjukan.

2. Tujuan khusus:

a. Memperoleh data mengenai latar belakang terciptanya Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta.

b. Mendeskripsikan mengenai bentuk Raja Genye, Prajurit Genye dan Rakyat Genye dalam Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Lembaga UPI


(15)

6

Memberikan kontribusi didalam menambah sumber pustaka, serta dapat pula dijadikan sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa yang masih menimba ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

2. Jurusan Pendidikan Seni Tari Upi Bandung

Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka yang ada di jurusan dan dapat dibaca oleh para mahasiswa.

3. Bagi Para Pelaku Seni

Mampu memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan, mengembangkan, serta melestarikan Kesenian Genye sebagai salah satu kesenian di Kabupaten Purwakarta.

4. Bagi Peneliti

Memberikan kontribusi bagi perkembangan dan kelestarian Kesenian

Genye di Kabupaten Purwakarta dengan cara mendokumentasikannya

kedalam bentuk karya tulis, sehingga Kesenian Genye dapat terangkat dan dikenal oleh khalayak luas.

5. Bagi Pemerintah Setempat

Menambah pendokumentasian kesenian Kabupaten Purwakarta serta dapat lebih menjaga dan melindungi kelestarian ksenian daerah.

6. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan kepustakaan dan pengetahuan kesenian daerah, serta pelestarian bagi upaya menanamkan seni bagi masyarakat. Peningkatan rasa cinta dan bangga bagi masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih mencintai bentuk-bentuk kesenian daerahnya.


(16)

7

E. Struktur Organisiasi

Bab I dalam skripsi ini merupakan uraian tentang latar belakang masalah, yang isinya acuan peneliti dan penjelasan peneliti tentang alasan mengambil penelitian dalam skripsi ini, kemudian terdapat rumusan masalah yang menjadi acuan dalam pembahasan dalam penelitian, selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi semua pihak dan yang terakhir yaitu struktur organisasi.

Bab II menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan dalam penelitian, diantaranya teori Performances Studies, seni pertunjukan, seni dan kreativitas, dan seni dan proses penciptaan.

Bab III berisi tentang uraian proses penelitian yang dilakukan peneliti yaitu dengan menggunakan metode-metode yang sesuai untuk penelitian. Adapun uraian dari isi metode penelitian diantaranya, lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan langkah-langkah penelitian.

Bab IV merupakan penjabaran dari semua hasil penelitian dan pembahasan yang di dalamnya membahas tentang data-data hasil penelitian dan analisis hasil penelitian oleh peneliti.

Bab V berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari hasil penelitian dan saran sebagai tindak lanjut dari hasil peneitian.

Daftar pustaka merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang terdiri dari daftar pustaka buku-buku yang digunakan peneliti dan disertai oleh lampiran.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian oleh peneliti yaitu Sanggar Leuweung Seni yang beralamatkan di Kelurahan Ciseureuh Kabupaten Purwakarta. Peneliti mengambil penelitian di lokasi ini karena hanya satu-satunya sanggar yang mengembangkan Kesenian Genye di Kabupaten Purwakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta Jawa Barat.

B. Metode dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan suatu subjek penelitian pada saat ini (Darmadi, 2011:7). Metode ini dipilih karena penelitian ini menitikberatkan pada deskripsi, pemaparan, penjelasan, dan analisis data yang didapatkan di lapangan yang ada hubungannya dengan latar belakang terciptanya dan bentuk penyajian Kesenian Genye, yang akan diungkapkan dalam bentuk pemaparan apa adanya.


(18)

17

dalam Tarmizi (2012:13) menyatakan penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif. Artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif. Fenomena tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambaran.

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dan pelaksanaan penelitian di lapangan, serta untuk menyamakan presepsi atau pandangan serta pemahaman antara pembaca dan peneliti, maka akan dijelaskan definisi operasinal secara singkat mengenai pengertian yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Kayam dalam Tarmizi (2012:10) mengungkapkan Kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri, masyarakat yang menjaga kebudayaan dan kesenian yang mencipta, mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. Genye dipahami sebagai bentuk semacam orang-orangan yang besar yang terbuat dari anyaman yang diusungkan dalam kesenian Genye, yaitu kesenian helaran yang dibawakan secara arak-arakan dengan membawakan seikat lidi dan orang-orangan besar yang terbuat dari anyaman. Kesenian Genye berkembang di Sanggar Leuweung Seni yaitu salah satu sanggar seni yang berada di Kabupaten Purwakarta, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Jawa Barat yang kali ini sedang mewujudkan sebagai kabupaten yang unggul dalam bidang budaya.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Observasi

Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam, menghitung,


(19)

18

mengukur, dan mencatat kejadian. Hadi dalam Sugiyono (2011: 145) mengemukakan bahwa “ Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti. Berikut penjelasan tentang pelaksanaan obsevasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi pertama, dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 November 2012, objek observasi adalah mengenai Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni. Pada observasi ini peneliti melihat lokasi sanggar yang berada di Perumahan Bumi Hegar Asih Cimaung Kabupaten purwakarta. Peneliti mengamati keadaan sanggar, menemui pimpinan atau pemilik sanggar dan pelatih di sanggar tersebut.


(20)

19

3. Observasi ketiga, dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 November 2012, pada observasi ini peneliti menanyakan tentang Kesenian Genye secara keseluruhan, seperti bagaimana proses penciptaan dan bentuk penyajian Kesenian Genye.

4. Observasi keempat, dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 18 November 2012, pada observasi ini peneliti melihat langsung pertunjukan Kesenian Genye yang digelar pada acara Parade Kesenian Purwakarta. Peneliti mengamati busana dan rias para penari Genye.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pemandu wawancara) (Nazir, 2011: 193). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai objek penelitian yang akan diteliti dengan metode tanya jawab langsung pada narasumber. Responden yang diwawancarai adalah tokoh-tokoh yang memliki kompetensi pada obyek yang di teliti. Adapun beberapa orang yang dijadikan narasumber dalam wawancara ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Wawancara pertama dilakukan pada hari Sabtu tanggal 17 November 2012, peneliti mewawancarai Bapak Yusman Kamal selaku pimpinan Sanggar Leuweung Seni Kesenian Genye mengenai latar belakang terciptanya Kesenian Genye, dan bentuk penyajiannya.

2. Wawancara kedua dilakukan pada hari Minggu tanggal 17 November 2012, peneliti mewawancarai Bapak Drs. Deden Guntari selaku penggagas Kesenian Genye mengenai latar


(21)

20

belakang penciptaan dan gambaran umum mengenai kesenian Genye.

3. Wawancara ketiga dilakukan pada hari Minggu tanggal 17 November 2012, peneliti mewawancarai Beni Arisyahbani selaku seniman dan peñata gerak mengenai struktur koreografi pada tari Genye dan musik iringannya.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dimaksudkan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan cara menggali dari berbagai sumber berupa buku-buku, majalah-majalah, media informasi dan media bacaan lainnya. Untuk memperoleh buku sumber, peneliti mengunjungi perpustakaan yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia dan perpustakaan daerah Kabupaten Purwakarta. Buku yang berhail diperoleh peneliti diantaranya buku tentang kesenian, buku seni pertunjukkan, buku mengenai ragam cipta seni, serta sumber-sumber lain yang menunjang dalam penelitian ini. Adapun buku-buku yang mendominasi dan menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Jurnal Panggung (2003) oleh Narawati. Dalam jurnal ini dijelaskan tentang pengkajian penampilan yang merupakan terjermahan dari buku Performances Studies yang ditulis oleh Richard Schecler. b. Arak-Arakan Seni Pertunjukan dalam Upacara Tradisional di

Madura (2000) oleh Yayasan Untuk Indonesia. Dalam buku ini dipaparkan tentang seni pertunjukkan dalam bentuk arak-arakan.


(22)

21

bentuk pertunjukan, acara sajian/pertunjukan, tata busana, gerak-gerak tarian dan cara menyajikannya serta perkembangan dan estetika pada seni pertunjukan di Jawa Barat.

d. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, dan lain sebagainya. Serta menggunakan alat bantu berupa camera, handycam, dan alat bantu lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Arikunto

(1997:236) bahwa: “Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal

-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda dan sebagainya”.

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, yang berupa bentuk pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian sebagai pegangan dan dijadikan obyek penelitian untuk mendapatkan data-data yang akurat dan terpercaya.

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi dikumpulkan, sebelum data diolah data tersebut diedit terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan dalam mengedit data yaitu catatan harus sempurna dalam arti semua pertanyaan harus terjawab, memperjelas catatan sehingga menghilangkan keraguan, mengubah kependekan-kependekan yang dibuat menjadi kata-kata atau kalimat yang penuh, dan melihat data konsisten atau tidak. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi.


(23)

22

b. Mengelompokan data yang sesuai dengan permasalahan.

c. Menganalisis data. Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca ( Nazir, 2011: 358). Penganalisisan dilakukan setelah data-data yang terkumpul dari hasil penelitian disederhanakan. Kemudian disesuaikan dengan buku-buku atau literatul serta hasil dokumentasi yang menunjang, sehingga dapat menghasilkan jawaban dan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.

d. Menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh.

e. Memaparkan atau mendeskripsikan laporan yang merupakan kegiatan akhir dari serangkaian penelitian.

Setelah seluruh data dianalisis sesuai metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif analisis, kemudian diuraikan untuk dijadikan sebagai bahan laporan. Penulisan laporan penelitian dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data-data yang telah diolah dari hasil penelitian untuk dijadikan sebuah tulisan karya ilmiah skripsi dalam bidang seni tari.

F. Langkah-Langkah Penelitian

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan bahan dan mefokuskan kepada permasalahan yang akan diteliti sebelum terjun ke lapangan.


(24)

23

Peneliti melakukan observasi awal dengan mengunjungi Bapak Drs. Deden Guntari sebagai penggagas kesenian Genye dan Bapak Yusman Kamal selaku pimpinan Sanggar Leuweung Seni untuk meminta kesediaannya, kesenian Genye dijadikan sebagai objek penelitian. Selanjutnya observasi dilakukan dengan mencari sumber-sumber melalui tulisan-tulisan, buku penunjang, juga konsultasi dengan nara sumber secara langsung, sehingga mendapat gambaran sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini peneliti memperoleh beberapa bahan yang dapat digunakan untuk melanjutkan penelitian.

c. Menentukan Judul dan Topik Penelitian

Setelah melihat fenomena yang terjadi pada Kesenian Genye dan ditemukan masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian yang akan diajukan kepada dewan skripsi untuk diseleksi. Adapun judul yang pertama diajukan adalah “Simbol dan Makna Genye pada Kesenian Genye di Kabupaten Purwakarta”, namun dengan berbagai pertimbangan dan alasan-alasan dari dewan skripsi, akhirnya ditemukan judul yang akan dijadikan objek penelitian adalah “Kesenian Genye di Sanggar Leuweung Seni Kabupaten Purwakarta”. d. Penyusunan Proposal Penelitian

Penyusunan proposal penelitian dilakukan setelah penentuan judul disetujui oleh dewan skripsi Jurusan Pendidikan Seni Tari, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Hal ini dilakukan dengan konfirmasi lebih lanjut kepada dosen pembimbing.

e. Penyelesaian Administrasi Penelitian

Sebelum ke lapangan, terlebih dahulu peneliti harus melengkapi beberapa surat perijinan guna membantu kelancaran dalam pelaksanaan penelitian.


(25)

24

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari bulan November 2012 merupakan proses awal yang dilakukan dalam penelitian sebagai acuan penelitian selanjutnya. Kemudian dengan melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan guna memperoleh data yang diperlukan.

b. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan cara menyusun data yang diperoleh dari observasi di lapangan.

c. Meringkas data

Kegiatan meringkas data ini meliputi penyeleksian,pengklasifikasian data mentah yang diperoleh di lapangan ke dalam bentuk tulisan. Data mentah itu kemudian diseleksi dan diklasifikasikan berdasarkan aspek permasalahan yang telah diungkapkan dalam penelitian.

3. Penulisan Laporan

Kegiatan akhir dalam penelitian ini adalah menyusun data ke dalam bentuk laporan. Untuk kesempurnaan laporan, peneliti melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesenian Genye merupakan kesenian kreasi baru yang diciptakan oleh seiman-seniman Purwakarta. Diciptakannya kesenian ini karena menanggap pentingnya kesenian untuk Kabupaten Purwakarta, sehingga dengan adanya Kesenian Genye ini diharapkan akan menjadi kebanggan Kabupaten Purwakarta.

Genye itu sendiri berbentuk seperti orang-orangan atau badawang terbuat dari nyere, perabot kebersihan dan perabot kebersihan. Genye ini dibawa dengan cara digotong oleh penari. Kesenian Genye merupakan kreasi baru dengan bentuk pertunjukan helaran yang dipergelarkan di arena terbuka, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dipergelarkan di ruang tertutup. Jumlah pemain tidak terpaku dengan yang sudah ditentukan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan. Andaikan arena yang dipergunakan kecil, maka pemain dapat dikurangi dan sebaliknya apabila arena yang dipergunakan besar maka pemain dapat ditambah.

Kesenian Genye menerapkan konsep arak-arakan yang diperbesar, diperbanyak serta dibuat lebih semarak. Konsep “diperbesar” pada kesenian ini yaitu terdapat pada bentuk Genye yang dibuat lebih besar dan tinggi, Genye yang dibuat ebih besar dan lebih tinggi itu adalah Raja Genye. Konsep “diperbanyak” terdapat pada jumlah pemain Genye yang dibuat lebih banyak didalamnya, siantaranya yaitu Prajurit Genye, Rakyat Genye, penari umbul-umbul, penari pencak silat, pemain belok, serta para pemain musik. Terakhir untuk menyemarakan penyajian arak-arakan kesenian Genye menggunakan properti yang dihias sedemikian rupa, seperti umbul-umbul dan properti sapu. Penggunaan aksesoris yang beragam membuat lebih semarak dan meriah.


(27)

62

Makna intrinsik yang terdapat pada bagian Raja Genye yaitu, untuk bagian kepala dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran kepala Prajurit Genye, memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus memiliki pemikiran yang lebih besar atau luas. Ukuran perut atau bagian tengah Raja Genye dibuat lebih besar dari ukuran perut atau bagian tengah Prajurit Genye, artinya seorang pemimpin harus mempunyai hati yang besar dalam memimpin, mempunyai perasaan yang lebih peka terhadap rakyatnya. Ukuran bagian bawah Raja Genye lebih besar dari bagian bawah Prajurit Genye, memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus mempunyai langkah yang besar untuk memimpin rakyat-rakyatnya. Langkah-langkah yang bisa diikuti oleh rakyatnya untuk mencapai satu tujuan demi kepentingan bersama.

B. Saran

Dalam perkembangan kesenian tidak pernah bisa berdiri sendiri, tetapi harus ada kerja sama dari berbagai pihak yaitu pencipta seni, penikmat seni serta masyarakat. Jika semua itu dapat terjalin dengan baik maka berdampak pada keberhasilan dan kemajuan kesenian daerah, sehingga akan mendapatkan arah yang nantinya dapat diterima para penikmat.

Penelitian ini dalam dunia pendidikan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan apresiasi siswa-siswa sekolah agar dapat melestarikan serta mengembangkan kesenian daerah sehingga kesenian daerah tidak gampang punah, selain itu diharapkan perhatian pemerintah daerah setempat karena dengan adanya upaya dan dukungan maka kesenian daerah khususnya


(28)

63

Peneliti mengharapkan adanya perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk dapat mengelola kesenian yang ada di daerah Kabupaten Purwakarta dan lebih memperhatikan keberadaan serta memberikan fasilitas para seniman agar kesenian khususnya kesenian Genye tetap bertahan.

Peneliti berharap dengan adanya penulisan hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai perubahan-perubahan yang lebih baik untuk kemajuan sebuah kesenian daerah, khususnya kesenian daerah Kabupaten Purwakarta.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Amir dkk. 2007. Apresiasi Bahasa dan Seni. Bandung: BASEN PRESS.

Atik dkk. 1993. Ragam Cipta:Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna.

Caturwati, Endang. 1997. Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS BANDUNG

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Ghazali, Hassan. 2012. Teori-Teori Pendidikan Seni.

http://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/teori-teori-pendidikan-seni.html?m=1.

[Online: 21 Agustus 2013]

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kurdiana, Rachmat. 1996. Ilmu Budaya Sunda. Bandung: UNIVERSITAS PASUNDAN

Kusmayati dkk. 1996. Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: MSPI.

Latifah, Diah dan Sulastianto. 1994. Pendidikan Seni 1. Bandung: Ganeca Exact. Narawati, Tati. 2003. Jurnal Panggung

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2011). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.


(30)

65

Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tarmizi, Pebrian. 2012. Fungsi Seni Dendang dalam Upacara Perkawinan di Kota Manna Bengkulu Selatan. Bandung: tidak diterbitkan


(1)

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari bulan November 2012 merupakan proses awal yang dilakukan dalam penelitian sebagai acuan penelitian selanjutnya. Kemudian dengan melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan guna memperoleh data yang diperlukan.

b. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan cara menyusun data yang diperoleh dari observasi di lapangan.

c. Meringkas data

Kegiatan meringkas data ini meliputi penyeleksian,pengklasifikasian data mentah yang diperoleh di lapangan ke dalam bentuk tulisan. Data mentah itu kemudian diseleksi dan diklasifikasikan berdasarkan aspek permasalahan yang telah diungkapkan dalam penelitian.

3. Penulisan Laporan

Kegiatan akhir dalam penelitian ini adalah menyusun data ke dalam bentuk laporan. Untuk kesempurnaan laporan, peneliti melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesenian Genye merupakan kesenian kreasi baru yang diciptakan oleh seiman-seniman Purwakarta. Diciptakannya kesenian ini karena menanggap pentingnya kesenian untuk Kabupaten Purwakarta, sehingga dengan adanya Kesenian Genye ini diharapkan akan menjadi kebanggan Kabupaten Purwakarta.

Genye itu sendiri berbentuk seperti orang-orangan atau badawang terbuat dari nyere, perabot kebersihan dan perabot kebersihan. Genye ini dibawa dengan cara digotong oleh penari. Kesenian Genye merupakan kreasi baru dengan bentuk pertunjukan helaran yang dipergelarkan di arena terbuka, akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dipergelarkan di ruang tertutup. Jumlah pemain tidak terpaku dengan yang sudah ditentukan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan. Andaikan arena yang dipergunakan kecil, maka pemain dapat dikurangi dan sebaliknya apabila arena yang dipergunakan besar maka pemain dapat ditambah.

Kesenian Genye menerapkan konsep arak-arakan yang diperbesar, diperbanyak serta dibuat lebih semarak. Konsep “diperbesar” pada kesenian ini yaitu terdapat pada bentuk Genye yang dibuat lebih besar dan tinggi, Genye yang dibuat ebih besar dan lebih tinggi itu adalah Raja Genye. Konsep “diperbanyak” terdapat pada jumlah pemain Genye yang dibuat lebih banyak didalamnya, siantaranya yaitu Prajurit Genye, Rakyat Genye, penari umbul-umbul, penari pencak silat, pemain belok, serta para pemain musik. Terakhir untuk menyemarakan penyajian arak-arakan kesenian Genye menggunakan properti yang dihias sedemikian rupa, seperti umbul-umbul dan properti sapu. Penggunaan aksesoris yang beragam membuat lebih semarak dan meriah.


(3)

Makna intrinsik yang terdapat pada bagian Raja Genye yaitu, untuk bagian kepala dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran kepala Prajurit Genye, memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus memiliki pemikiran yang lebih besar atau luas. Ukuran perut atau bagian tengah Raja Genye dibuat lebih besar dari ukuran perut atau bagian tengah Prajurit Genye, artinya seorang pemimpin harus mempunyai hati yang besar dalam memimpin, mempunyai perasaan yang lebih peka terhadap rakyatnya. Ukuran bagian bawah Raja Genye lebih besar dari bagian bawah Prajurit Genye, memiliki arti bahwa seorang pemimpin harus mempunyai langkah yang besar untuk memimpin rakyat-rakyatnya. Langkah-langkah yang bisa diikuti oleh rakyatnya untuk mencapai satu tujuan demi kepentingan bersama.

B. Saran

Dalam perkembangan kesenian tidak pernah bisa berdiri sendiri, tetapi harus ada kerja sama dari berbagai pihak yaitu pencipta seni, penikmat seni serta masyarakat. Jika semua itu dapat terjalin dengan baik maka berdampak pada keberhasilan dan kemajuan kesenian daerah, sehingga akan mendapatkan arah yang nantinya dapat diterima para penikmat.

Penelitian ini dalam dunia pendidikan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan apresiasi siswa-siswa sekolah agar dapat melestarikan serta mengembangkan kesenian daerah sehingga kesenian daerah tidak gampang punah, selain itu diharapkan perhatian pemerintah daerah setempat karena dengan adanya upaya dan dukungan maka kesenian daerah khususnya Kesenian Genye di Kabupaten Purwakarta akan selalu tetap terjaga.

Kepada para pencipta seni diharapkan tidak berhenti untuk selalu menciptakan karya-karya baru, serta diharapkan pada generasi-generasi muda untuk selalu melestarikannya sebagai pewaris kebudayaan agar kesenian ini


(4)

63

Peneliti mengharapkan adanya perhatian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk dapat mengelola kesenian yang ada di daerah Kabupaten Purwakarta dan lebih memperhatikan keberadaan serta memberikan fasilitas para seniman agar kesenian khususnya kesenian Genye tetap bertahan.

Peneliti berharap dengan adanya penulisan hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai perubahan-perubahan yang lebih baik untuk kemajuan sebuah kesenian daerah, khususnya kesenian daerah Kabupaten Purwakarta.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amir dkk. 2007. Apresiasi Bahasa dan Seni. Bandung: BASEN PRESS.

Atik dkk. 1993. Ragam Cipta:Mengenal Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna.

Caturwati, Endang. 1997. Tata Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung: STSI PRESS BANDUNG

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Ghazali, Hassan. 2012. Teori-Teori Pendidikan Seni. http://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/teori-teori-pendidikan-seni.html?m=1. [Online: 21 Agustus 2013]

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kurdiana, Rachmat. 1996. Ilmu Budaya Sunda. Bandung: UNIVERSITAS PASUNDAN

Kusmayati dkk. 1996. Seni Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: MSPI.

Latifah, Diah dan Sulastianto. 1994. Pendidikan Seni 1. Bandung: Ganeca Exact. Narawati, Tati. 2003. Jurnal Panggung

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2011). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Sugiyono. 2011. METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN R&D. Bandung: Alfabeta.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia:Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.


(6)

65

Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tarmizi, Pebrian. 2012. Fungsi Seni Dendang dalam Upacara Perkawinan di Kota Manna Bengkulu Selatan. Bandung: tidak diterbitkan