Concrete Forest.
ABSTRAK
CONCRETE FOREST
Manusia pada dasarnya selalu ingin memenuhi kebutuhannya. Keinginan tersebut selalu
berubah seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan peradaban serta tidak pernah ada
habisnya, Manusia cenderung tidak pernah puas. Keinginan untuk selalu berkembang memenuhi
kebutuhannya tentu saja juga selalu diiringi dengan dampak yang dibawakannya. Perkotaan
menjadi salah satu dampak dari hal tersebut.
Lingkungan perkotaan menjadi hal yang esensial dalam menentukan kesehatan alam saat
ini maupun masa depan, jika kita mengingat pembangunan gedung-gedung yang selalu muncul
setiap harinya. Benturan terjadi pada saat pembangunan-pembangunan ini kurang atau bahkan
sama sekali tidak mempertimbangkan kesehatan alam di sekitarnya, sehingga terjadilah suatu
ketidakseimbangan pada lingkungan. Fenomena inilah yang menjadi inspirasi penulis dalam
membentuk konsep yang diangkat pada proyek Tugas Akhir ini.
(2)
ABSTRACT
CONCRETE FOREST
Basically, human always want to fulfill their need. As time goes by, and civilization continues to grow, these need will always and never stop changing. Human tend to never be truly satisfied. The desire human feel to keep developing in order to fulfill their need always bring lots of impacts to their life. Urban areas are the example of these desire.
Urban areas, which, in fact always growing, are the essential thing on determining today’s and tomorrow’s environmental health, considering the neverending development of buildings such as skyscrapers. Imbalance occurs when these development start to harm the environment, and buildings are no longer considered only as a support for human life, but also as a threat to itself. These phenomena inspired the writer in forming the concept he brought in his Final Project.
(3)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Penciptaan ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 4
1.3Maksud dan Tujuan Penciptaan ... 4
1.4Metode Proyek Akhir ... 5
1.5Sistematika Penulisan Laporan Penciptaan Karya ... 5
1.6Media dan Teknik ... 6
1.7Gambar Sketsa ... 6
1.8Gambar Karya Sebelumnya ... 7
1.9Kerangka Penciptaan ... 9
BAB 2 LANDASAN PENCIPTAAN ... 10
2.1Penafsiran Judul ... 10
2.2Dualisme ... 11
2.3Seni, Budaya, Perdaban dan Kota ... 12
2.4Drawing, Mixed Media, Digital Editing, Collage, Instalasi dan Monochromatic ... 14
2.5Besi beton, kawat besi dan balok kayu sebagai simbol ... 16
2.6Seniman referensi... 16
(4)
3.1Gagasan Penciptaan Karya ... 20
3.2Dualisme ... 20
3.3Monochromatic ... 22
3.4Teknik dan Bahan ... 22
BAB 4 ANALISIS KARYA ... 24
4.1Concrete Forest 1 ... 24
4.2Concrete Forest 2 ... 25
4.3Concrete Forest 3 ... 26
4.4Concrete Forest 4 ... 27
4.5Growing Up ... 28
4.6Concrete Forest 5 ... 29
4.7Growing?... 30
4.8Tree ... 31
4.9Replaced ... 32
BAB 5 KESIMPULAN... 33
DAFTAR PUSTAKA ... xii
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 “Hujan Beton” ... 3
Gambar 1.2 “Concrete Jungle 2” ... 4
Gambar 1.3 Proses Karya 1, “Concrete Forest 1” ... 6
Gambar 1.4 Sketsa Karya 2, “Concrete Forest 2” ... 7
Gambar 1.5 “Untitled” ... 7
Gambar 1.6 “Overwhelmed” ... 8
Gambar 2.1 “Concrete Jungle 2” ... 17
Gambar 2.2 “Radialcity” ... 18
Gambar 2.3 “Hujan Beton” ... 19
Gambar 2.4 “Mencoba Untuk Tumbuh” ... 19
“Concrete Forest 1” ... 24
“Concrete Forest 2” ... 25
“Concrete Forest 3” ... 26
“Concrete Forest 4” ... 27
“Growing Up” ... 28
“Concrete Forest 5” ... 29
“Growing?” ... 30
“Tree” ... 31
(6)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya
Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan
budaya yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Seni dan budaya merupakan dua hal yang
selalu bersinggungan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan. Hal inilah yang menciptakan
peradaban yang selalu hidup pada zamannya.
Seni secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Bambang Sugiharto, editor buku
“Untuk Apa Seni”, merupakan hal yang sekilas tidak pokok, tidak penting, berlebihan,
kegenitan, subjektif, dianggap sebagai suatu pemborosan demi tujuan yang tidak bisa
dimengerti. Tetapi di saat yang sama seni justru penentu segala bidang. Imajinasi kreatif,
intuisi, emosi yang merupakan unsur-unsur pokok seni sesungguhnya menentukan dalam
penelitian ilmiah. Belum lagi jika mengingat zaman sekarang di mana dunia industri tidak
lagi menjual produk hanya berdasarkan fungsi dan efisiensi, melainkan seringkali menyentuh
kebutuhan emosi dan imajinasi. Kerangka seni menjadi ujung tombak produksi. Pengertian
lainnya tentang seni menurut S. Sudarmaji, merupakan segala manifestasi batin dan
pengalaman estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume, dan
gelap terang. Mengacu kepada kata manifestasi, dapat dikatakan seni merupakan perwujudan
dari perasaan atau pendapat yang dirasakan manusia sebagai respon terhadap pengalaman
yang dialami. Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa seni secara tidak langsung
(7)
Menurut tulisan Van Peursen, dalam bukunya yang berjudul “Strategi Kebudayaan”
(1988):
“Kebudayaan tak lain dari caranya seorang manusia mengekspresikan diri, caranya ia mencari relasi-relasi tepat terhadap dunia sekitarnya. Kebudayaan khususnya merupakan suatu strategi untuk menyalurkan relasi-relasi itu secara optimal.”
Koentjaraningrat, dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi, juga
berpendapat menggunakan ilmu antropologi, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Keinginan manusia untuk terus belajar dan
mengembangkan dirinya telah membawa banyak perubahan pada kehidupan. Berawal dari
perasaan akan kebutuhan yang memunculkan ide-ide, diproses menggunakan berbagai ilmu
yang kemudian digunakan manusia untuk terus menciptakan kemajuan dan inovasi, sehingga
terbentuklah peradaban yang selalu mengalami kemajuan, seperti yang kita temui saat ini.
Seiring dengan perkembangan peradaban, terjadi pula perkembangan terhadap
lingkungan yang kita hidupi ini. Rupanya keinginan manusia untuk mencakupi kebutuhan
untuk berkembang dilakukan dengan memanipulasi lingkungan sekitarnya, baik mengolah
hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai langkah lanjutan dari pertanian, perkebunan dan
pertambangan, serta penggunaan lahan untuk menciptakan dukungan terhadap kegiatan
industri tersebut. Hal ini terutama terjadi di daerah perkotaan, dimana alam cenderung
tergeser sedikit demi sedikit oleh gedung-gedung pencakar langit, sehingga pepohonan
berubah menjadi pohon beton yang angkuh.
Pohon beton, seiring berjalannya waktu, berubah menjadi hutan beton karena terus
bertambah setiap harinya. Hutan beton, seperti definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(8)
salah satu seniman rupa yang selalu mengekspresikan karya seninya sebagai respon terhadap
peristiwa hutan beton ini. Begitu juga Paul Knutzen yang berkarya selalu didasari akan
ketertarikannya untuk merespon bangunan-bangunan arsitektur buatan manusia.
Di dalam proyek Tugas Akhir ini, penulis menangkap fenomena ini sebagai pengalaman
pribadi yang kemudian dianggap sebagai isu yang esensial saat ini. Muncul kegelisahan dari
apa yang dipandang penulis. Inilah yang menjadi inspirasi penulis dalam mengerjakan proyek
tugas akhir seni rupa. Penulis ingin mengangkat fenomena hutan beton, yakni
ketidakseimbangan yang terjadi akibat perkembangan penggunaan lingkungan yang
dilakukan oleh manusia tersebut dengan keadaan alam menggunakan karya yang berpaham
dualisme sebagai dua substansi atau dua unsur kedalam satu kesatuan yang kemudian
dituangkan ke dalam karya sebagai wujud interaksi antara keduanya. Lingkungan yang
diangkat lebih kepada lingkungan perkotaan, dimana terbentuknya hutan beton.
Gambar 1.1 : “Hujan Beton”, Dede Eri Supria, Cat minyak di atas kanvas
(9)
Gambar 1.2 : “Concrete Jungle 2”, Paul Knutzen, 2013
Sumber : i0.wp.com/www.myballard.com/wp-content/uploads/ConcreteJungle.png
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, batasan masalah berkarya dalam
proyek akhir ini dirumuskan sebagai berikut:
• Bagaimana penulis menginterpretasi ide tentang hutan beton yang akan penulis hadirkan dalam karya?
• Bagaimana karya yang berpaham dualisme dapat mendukung tema lingkungan yang diangkat penulis?
1.3 Maksud dan Tujuan Penciptaan Karya
Tujuan yang ingin penulis capai dalam penciptaan karya ini adalah sebagai respon penulis
atas ketidakseimbangan yang terjadi akibat perkembangan lingkungan perkotaan yang
(10)
diangkat sebagai wujud interaksi yang membangun keadaan lingkungan seperti yang kita
ketahui dan alami saat ini. Diharapkan karya-karya proyek tugas akhir ini dapat menjadi alat
untuk kembali menyadarkan manusia akan ketidakseimbangan tersebut.
1.4 Metode Proyek Akhir
Metode-metode yang digunakan penulis dalam proyek ini:
• Kontemplasi mengenai ide konsep disertai pembuatan sketsa, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan karya.
• Studi Literatur yang diperoleh dari berbagai buku dan media internet sebagai metode yang digunakan untuk memperkuat ide konsep, teori dan teknik serta media dalam
proses penciptaan karya.
1.5 Sistematika Penulisan Laporan Penciptaan Karya
Penulisan laporan penciptaan karya tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bab.
Bab 1 Pendahuluan : Mencakup penjelasan tentang latar belakang penciptaan karya
secara umum, menguraikan kerangka penciptaan karya, tujuan dan manfaat penciptaan
karya serta sistematika penulisan laporan penciptaan karya.
Bab 2 Landasan Penciptaan : Penjelasan landasan penciptaan yang berisi tema, judul,
acuan karya seniman-seniman serupa dan acuan teori yang mendukung penciptaan karya.
Bab 3 Konsep Karya : Berisi penjelasan tentang ide dan gagasan dalam penciptaan karya,
proses berkarya serta teknik dan media yang digunakan dalam penciptaan karya.
(11)
Bab 5 Kesimpulan : Berisi kesimpulan dari penulisan dan analisis yang telah dilakukan
secara singkat.
1.6 Media dan Teknik
Media yang digunakan dalam penciptaan karya tugas akhir ini adalah kanvas, kertas,
akrilik dan besi beton serta kawat beton, sedangkan teknik yang digunakan adalah drawing,
digital editing, collage dan mixed media serta instalasi.
Teknik drawing dipilih penulis selain sebagai ketertarikan penulis juga sebagai teknik
yang dikuasai penulis dalam berkarya. Selain itu, drawing diangkat karena saat ini drawing
memungkinkan menjadi wilayah seni yang otonom di medan seni rupa kontemporer yang
pluralis. Teknik lainnya, yakni digital editing, collage, mixed media dan instalasi digunakan
atas pertimbangan kedekatan terhadap konsep yang diangkat.
1.7 Gambar sketsa
(12)
Gambar 1.4 : Sketsa Karya 2, “Concrete Forest 2”, Ballpoint, pencil on canvas, 2017
(13)
(14)
(15)
BAB 5
KESIMPULAN
Manusia pada dasarnya memang cenderung selalu berkembang. Perkotaan beserta
segala kegiatan di dalamnya menjadi pencerminan dari keinginan dan keperluan akan
perkembangan, serta pencerminan akan kepintaran manusia yang selalu digunakannya.
Perkotaan menjadi hal yang esensial dalam menunjang segala perkembangan dan kemajuan
peradaban. Meskipun demikian, manusia tidaklah bisa lepas dari alam, karena pada dasarnya
manusia itu sendiri merupakan makhluk alami, bukan hasil dari dari kepintaran manusia.
Pada penciptaan ini, kota dan pohon selalu digambarkan tidak seimbang. Gedung-gedung
selalu dihadirkan sebagai sosok yang kurang menyenangkan untuk dihadirkan bersama
pepohonan, sebagai bentuk visualisasi dari apa yang terjadi saat ini. Intinya, kota memang
sudah seharusnya berkembang, hanya saja seringkali terlihat tidak merangkul alam. Hal ini
seharusnya menjadi pelajaran bagi manusia untuk selalu ingat bahwa kepintaran manusia
(16)
CONCRETE FOREST
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Seni Rupa Murni
Disusun oleh: Andiga Putra Purwanto
NRP 1262001
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
MEI
(17)
(18)
(19)
Pustaka dan Referensi
• Arismunandar, Wiranto. 1996. Manusia, Teknologi dan Lingkungan. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung
• Darmaprawira W.A., Sulasmi. 2002. Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaannya edisi ke-2. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung
• Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta • Meecham, Pam dan Julie Sheldon. 2000. Modern Art A Critical Introduction.
• Natan, Yoel. 2015. Meditate My Soul. Laporan proyek akhir (skripsi tidak diterbitkan) • Oxford University. 1989. The Oxford Dictionary Second Edition Vol. 6 Follow-Haswed
halaman 60. United Kingdom :Clarendon Press-Oxford
• Oxford University. 1989. The Oxford Dictionary Second Edition Vol. 3 Cham-Creeky halaman 673. United Kingdom :Clarendon Press-Oxford
• Peursen, Van. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
• Siregar, Aminudin TH dan Enin Supriyanto. 2006. Seni Rupa Modern Indonesia Esai-esai Pilihan. Jakarta: Nalar
• Sugiharto, Bambang. 2013. Untuk Apa Seni. Bandung : Seri Buku Humaniora Unpar • The Museum of Modern Art. 2005. Drawing from Modern Art 1945-1975
• Wiratma, Niko. 2014. This Is Home. Laporan proyek akhir (skripsi tidak diterbitkan)
Pustaka Maya
• http://www.catatan.vitarlenology.net/2012/08/apa-kabar-drawing-hari-ini.html?m=1 • http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/ article/view/1105
(1)
9 1.9 Kerangka Penciptaan
(2)
33
BAB 5
KESIMPULAN
Manusia pada dasarnya memang cenderung selalu berkembang. Perkotaan beserta
segala kegiatan di dalamnya menjadi pencerminan dari keinginan dan keperluan akan
perkembangan, serta pencerminan akan kepintaran manusia yang selalu digunakannya.
Perkotaan menjadi hal yang esensial dalam menunjang segala perkembangan dan kemajuan
peradaban. Meskipun demikian, manusia tidaklah bisa lepas dari alam, karena pada dasarnya
manusia itu sendiri merupakan makhluk alami, bukan hasil dari dari kepintaran manusia.
Pada penciptaan ini, kota dan pohon selalu digambarkan tidak seimbang. Gedung-gedung
selalu dihadirkan sebagai sosok yang kurang menyenangkan untuk dihadirkan bersama
pepohonan, sebagai bentuk visualisasi dari apa yang terjadi saat ini. Intinya, kota memang
sudah seharusnya berkembang, hanya saja seringkali terlihat tidak merangkul alam. Hal ini
seharusnya menjadi pelajaran bagi manusia untuk selalu ingat bahwa kepintaran manusia
(3)
CONCRETE FOREST
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Seni Rupa Murni
Disusun oleh: Andiga Putra Purwanto
NRP 1262001
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
MEI
(4)
(5)
(6)
xii Pustaka dan Referensi
• Arismunandar, Wiranto. 1996. Manusia, Teknologi dan Lingkungan. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung
• Darmaprawira W.A., Sulasmi. 2002. Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaannya edisi ke-2. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung
• Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta
• Meecham, Pam dan Julie Sheldon. 2000. Modern Art A Critical Introduction.
• Natan, Yoel. 2015. Meditate My Soul. Laporan proyek akhir (skripsi tidak diterbitkan)
• Oxford University. 1989. The Oxford Dictionary Second Edition Vol. 6 Follow-Haswed halaman 60. United Kingdom :Clarendon Press-Oxford
• Oxford University. 1989. The Oxford Dictionary Second Edition Vol. 3 Cham-Creeky halaman 673. United Kingdom :Clarendon Press-Oxford
• Peursen, Van. 1988. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
• Siregar, Aminudin TH dan Enin Supriyanto. 2006. Seni Rupa Modern Indonesia Esai-esai Pilihan. Jakarta: Nalar
• Sugiharto, Bambang. 2013. Untuk Apa Seni. Bandung : Seri Buku Humaniora Unpar
• The Museum of Modern Art. 2005. Drawing from Modern Art 1945-1975
• Wiratma, Niko. 2014. This Is Home. Laporan proyek akhir (skripsi tidak diterbitkan)
Pustaka Maya
• http://www.catatan.vitarlenology.net/2012/08/apa-kabar-drawing-hari-ini.html?m=1 • http://journals.itb.ac.id/index.php/sostek/ article/view/1105