PENURUNAN KONSENTRASI KLORIN DALAM LIMBAH GAS CFC-12 DENGAN METODE ADSORPSI MENGGUNAKAN LOGAM MAGNESIUM SEBAGAI ADSORBEN.

(1)

MAGNESIUM SEBAGAI ADSORBEN

SKRIPSI

Oleh :

HALIMATUS SA’DIYAH (0931310059)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Tiada kata yang patut kami ucapkan selain puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “penurunan konsentrasi klorin dalam limbah gas CFC-12 dengan metode adsorpsi menggunakan logam magnesium sebagai adsorben”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengambil asam oksalat dengan pemanfaatan buah belimbing wuluh, dan disamping itu sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S-1), Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN ‘Veteran” Jawa Timur.

Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan petunjuk, bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. S. Sigit Udjiana, MSi, selaku pembimbing yang yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing kami.

4. Ir. Ariani, sebagai penguji 1. Bapak Drs. M. Syarwani, sebagai penguji 2, Bapak Drs Imron Rosyidi, MSi, sebagai penguji 3.

5. Kedua orang tua kami, kakak dan adik yang selalu memberi dukungan baik materi, moral, maupun spiritual selama menyelesaikan penelitian ini. Serta teman-teman yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan ini.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami perlukan untuk kesempurnaan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membaca, khususnya bagi yang memerlukan.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan Penelitian ... 3

I.3. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. CFC-12 ... 4

II.2. Adsorpsi ... 7

II.3. Adsorben ... 10

II.4. Magnesium ... 11

II.5. Metode kolorimetri dan DPD ... 12

BAB III METODE PENELITIAN III.1. Bahan – Bahan yang Digunakan ... 14

III.2. Alat-alat yang Digunakan Beserta Rangkaiannya ... 14

III.4. Prosedur Penelitian ... 15

III.5. Skema Proses ... 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Penelitian ... 18

IV.2. Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 25

V.2. Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) sebagai bahan aktif masih banyak digunakan oleh suatu industri untuk menghasilkan suatu produk. Tidak sedikit CFC-12 (Dichloro

Difluoro Carbon) menjadi sebuah limbah akibat tidak efektifnya lagi didalam proses produksi

maupun yang lepas atau bocor dari refrigeran. Keberadaan CFC-12 (Dichloro Difluoro

Carbon) sebagai limbah dalam sebuah industri akan mengakibatkan dampak yang serius

pada lapisan stratosfer.

Oleh karena itu diusahakan suatu sistem yang efektif dan efisien untuk digunakan sebagai sarana utama yang mampu mengurangi kadar Cl dalam limbah gas CFC-12 (Dichloro

Dilluoro Carbon) sampai kadar 0.524 gr/gr gas CFC-12 sesuai standar yang diijinkan,

yaitu sistem kimia adsorpsi dengan logam magnesium murni sebagai adsorbennya. Sistem ini terdiri dari komponen yang dapat mengubah bentuk kimia dari CFC-12 (Dichloro Difluoro

Carbon) menjadi senyawa yang lain yang tidak berbahaya terhadap lingkungan terutama

lapisan ozon. Sehingga kekhawatiran terhadap dampak negatif akibat rusaknya ozon dan pemanasan global yang disebabkan oleh emisi CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) dapat teratasi.

Pada penelitian ini dilakukan dengan sistem adsorbsi dengan menggunakan kolom packing dan magnesium murni sebagai adsorbennya. Analisis kadar Cl menggunakan metode DPD (dietil Parapenilen Diamin) dan cholorimetri. Adapun variabel untuk perbandingan massa adsorbent dengan massa limbah gas CFC-12 yaitu 4 : 1 (10 gr magnesium dan 2.5 gr gas CFC-12) dan 6 : 1 (15 gr magnesium dan 2.5 gr gas CFC-12). sedangkan untuk variabel waktu yaitu berturutturut 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.

Dari hasil data hasil praktikum limbah gas CFC-12 dengan flow rate 25 gr/menit mempunyai waktu yang lebih cepat untuk mencapai titik tembus yaitu 6,5 menit dibandingkan dengan limbah gas CFC-12 dengan flow rate 14 gram/menit yaitu 11 menit.


(6)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) sebagai bahan aktif masih banyak

digunakan oleh suatu industri untuk menghasilkan suatu produk. Tidak sedikit CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) menjadi sebuah limbah akibat tidak efektithya lagi didalam proses produksi maupun yang lepas atau bocor dari refrigeran. Keberadaan CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) sebagai limbah dalam sebuah industri akan mengakibatkan dampak yang serius pada lapisan stratosfer.

Pemerintah dalam kaitannya dengan permasalahan pemanasan global menyatakan bahwa CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) merupakan bahan yang termasuk dalam kategori bahan berbahaya. Ketidakseimbangan dalam komponen udara merupakan akibat dari adanya gas CFC-I2 (Dichloro Difluoro Carbon) yang bebas pada unsur 03 atau ozon. Sehingga CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) dikategorikan dalarn bahan berbahaya karena termasuk BP0 (bahan perusak ozon). Kerusakan ozon dengan pengadaan system penggunaan CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) dalam pabrik sangat tinggi sebagaimana dikemukakan oleh indartono (2006) yang mengatakan bahwa CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) yang menggantikan refrigerator alami di era 1930-an, komponen chlorine dituding sebagai zat utama yang menyebabkan penipisan lapisan ozon di lapisan stratosfer bumi. Berkurangnya tebal lapisan ozon menimbulkan kekhawatiran akan besamya intensitas sinar ultraviolet B yang dapat mencapai permukaan bumi. Akan tetapi CFC-12

(Dichloro Difluoro Carbon) tidak dapat dihilangkan peranannya dalam industri karena

kelebihannya dibandingkan bahan- bahan yang lain.

CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) mengandung atom klorin yang dapat merusak ozon. Atom khlorin (C1) yang terlepas dan bereaksi dengan ozon (03) mengambil satu atom oksigen dari ozon untuk membentuk khlorin monoksida dan


(7)

membentuk molekul oksigen dan atom khlorin membentuk oksigen. Atom khlorin hanya beraksi sebagai katalis dalam reaksi. Oleh karena itu satu atom khlorin mampu terus menerus mengubah ozon menjadi oksigen melalui ribuan reaksi sejenis. Kementrian lingkungan hidup telah mengeluarkan Keputusan Mentri dalam hal Ambang Batas Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional (BMUAN) yang menentukan nilai ambang batas serta metode analisis yang dapat digunakan untuk parameter pencemar udara luiteria yang utama/ umum yaitu SO2, CO, NO2, O3, HC, Pb, debu jatuh, Fluor, Cl dan ClO2, dan sulfat index (Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999. PP No.41/1999). Baku mutu udara ambien adalah batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah pencemaran udara.

Beberapa usaha telah dikembangkan untuk mencegah keluarnya CFC-12

(Dichloro Difluoro Carbon) dari proses Industri antara lain tidak menggunakan listrik

yang tidak berguna karena sebagaian besar alat listrik (seperti refrigerator dan air conditioner) merupakan penghasil CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon). Namun, metode ini kurang efektif untuk mengimbangi emisi gas CFC-12 (Dichloro

Difluoro Carbon) yang dihasilkan oleh industri.

Oleh karena itu diusahakan suatu sistem yang efektif dan efisien untuk digunakan sebagai sarana utama yang mampu mengurangi kadar Cl dalam limbah gas CFC-12 (Dichloro Dilluoro Carbon) sampai kadar 0.524 gr/gr gas CFC-12 sesuai standar yang diijinkan, yaitu sistem kimia adsorpsi dengan logam magnesium murni sebagai adsorbennya. Sistem ini terdiri dari komponen yang dapat mengubah bentuk kimia dari CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) menjadi senyawa yang lain yang tidak berbahaya terhadap lingkungan terutama lapisan ozon. Sehingga kekhawatiran terhadap dampak negatif akibat rusaknya ozon dan pemanasan global yang disebabkan oleh emisi CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) dapat teratasi.


(8)

I.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk mengurang1 kadar Cl (chlorin) 4.38 pg/gr yang keluar pada limbah gas CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon) hingga memenuhi standar yang diijinkan yaitu 0,524 pg/gr gas CFC-12

Tujuan khusus

Untuk Menentukan pengaruh jenis adsorben yaitu magnesium terhadap penyerapan Cl (chlorin) pada limbah gas CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon). Untuk mengetahui perbandingan (rasio) rnassa adsorben yang digunakan. Untuk mengetahui perbandingan (rasio) flow rate limbah gas CFC-12 masuk.

I.3. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat antara lain

Mendapatkan suatu altemative teknologi yang sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya

dapat diketahui waktu titik tembus sehingga proses tersebut harus dihentikan untuk penggantian adsorben yang mumi.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon)

1.1.1 Pengertian CFC-12 (Dichloro Difluoro Carbon)

Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut. Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka kita tidak dapat menghilangkan energi hanya dapat memindahkannya dari satu substansi ke substansi lainnya. Untuk keperluan pemindahan energi panas ruang maka dibutuhkan suatu fluida penukar kalor yang selanjutnya disebut sebagai : refrigeran. Untuk keperluan mesin refrigerasi maka refrigeran harus memenuhi persyaratan tertentu agar diperoleh performa mesin refrigerasi yang efisien. Disamping itu bahan refrigeran juga tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Oleh karena itu pada masa lalu pemilihan refrigeran hanya didasarkan atas sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat thermodinamik yang memenuhi persyaratan yang tersebut di atas, yaitu :

I. titik penguapan yang rendah 2. kestabilan tekanan 3. panas laten yang tinggi

4. mudah mengembun pada suhu ruang

5. mudah bercampur dengan oli pelumas dan tidak korosif 6. tidak mudah terbakar

7. tidak beracun

Diantara berbagai jenis refrigeran yang ada maka jenis yang paling terkenal dan hampir memenuhi beberapa syarat diatas adalah refrigeran yang dikenal dengan CFC (klorofluorokarbon) yang ditemukan oleh seorang peneliti berkebangsaan amerika yang bernama : Thomas Midgely dari general motor pada


(10)

tahun 1982. pada awalnya CFC tersebut digunakan sebagai bahan pendingin generator sebagai bahan pendingin generator sebagai pengganti amonia. Tetapi pada tahap berikutnya digunakan sebagai refi-igeran. Sebagai refrigeran CFC merupakan bahan kimia yang unik dan ajaib. Karena disamping mempunyai sifat thermodinamik yang bagus juga tidak beracun dan tidak mudah terbakar oleh karena itu pemakaian CFC lebih luas dibandingkan dengan jenis lainnya. Tetapi setelah mengabdi pada kehidupan manusia selama lebih setengah abad maka CFC harus menerima kenyatan dihapuskan dari peredarannya karena terbukti tidak ramah lingkungan yakni merusak lapisan ozon di stratosfir dan mempunyai kontribusi tinggi terhadap efek pemanasan global.

CFC adalah Idorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. Struktur CFC yang umum adalah:

CFC-12 CCL2F2

II.2 Sifat Fisik dan Termodinamika CFC

Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Thermodinamika CFC

No Parameter CFC

1 Normal boiling point, °C -29.75 2 Temperatur kritis, °C 111,97

3 Tekanan Kritis, psia 599,9

4 Panas jenis cairan jenuh pada 37,8 1,026 F

C

Cl

C Cl


(11)

o

C,kj/kgk

5 Panas jenis uap jenuh pada 37,oC,kj/kgk

0,7493

6 Tekanan cairan jenuh pada 37,8oC,psia

131,7

7 Kerapatan cairan jenuh pada 37,8oC,(kg/m3)

1263

8 Kerapatan uap jenuh pada,(kg/m3) 51,46 9 Kerapatan uap jenuh pada

NBP,kg/m3

6,29

10 Konduktifitas termal cairan jenuh 37,8oC,w/m k

0,0628

11 Konduktivitas termal uap jenuh 37,8oC,uP-s

0,0112

12 Viscositas cairan jenuh pada 37,8oC,uPa-s

166,5

Tabel 2.2 Bahaya dari CFC

NO PARAMETER HAZARDS CFC

1. MSDS ICSC 0048

2. EU indeks Tidak tercantum

3. Bahaya utama Merusak ozon pelindung

bumi


(12)

II.2.Adsorpsi

Adsorpsi (adsorption penyerapan') adalah proses pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorbent `adsorben'). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap ditempatkan di dalam suatu hamparan tetap, dan fluida lalu dialirkan melalui hamparan itu sampai zat padat itu mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak dapat lagi berlangsung. Aliran itu lalu dipindahkan ke hamparan kedua sampai adsorben jenuh tadi dapat diganti atau diregeneresi.

II.2.1 Adsorben dan proses adsorpsi

Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben (adsorbent) adalah bahanbahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dindingdinding pori atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel itu. Oleh karena pori-pori itu biasanya sangat kecil, luas permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar, dan bisa sampai 2.000 m2/g. Pemisahan terjadi karena perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas menyebablcan sebagian molekul melekat pada permukanan itu lebih erat daripada molekul-molekul lainnya. Dalam kebanyakan hat, komponen yang diadsorpsi atau adsorbat (adsorbate) melekat sedemikian kuat hingga memungkinkan pemisahan komponen itu secara menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen lain. Regenerasi adsorben dapat dilaksanakan kemudian untuk mendapatkan adsorbat dalam bentuk terkonsentrasi atau hampir murni.

Pengeringan biasanya dilakukan dengan mengadsorpsi air dengan gel silika, alumina, atau zat padat organik berpori lainnya. Zeolit, atau tapis molekul (molecular sieve) yang terbuat dari aluminosilikat alamiah atau sintetis dengan struktur berpori halus yang amat beraturan, sangat efektif untuk membuat gas yang mempunyai titik embun yang sangat rendah (-75°C). Adsorpsi di atas tapis molekul dapat pula digunakan untuk memisahkan oksigen dan nitrogen, me buat


(13)

hidrogen mumi dari gas sintesis, dan memisahkan parafin noinial dari parafin bercabang dan senyawa aromatik.

Adsorpsi dari fase zat cair digunakan untuk memisahkan komponenkomponen organik dari limbah-limbah air, ketakmurnian bervvarna dari larutan gula dan minyak nabati, dan air dari zat cair organik. Adsorpsi dapat pula digunakan untuk memulihkan hasil-hasil reaksi yang tidak mudah dipisahkan dengan distilasi atau kristalisasi. Beberapa zat padat jenis yang sama digunakan balk untuk adsorpsi fase uap maupun adsorpsi fase zat cair, walaupun biasanya adsorben dengan pori-pori besar lebih disukai untuk penggunaan dengan zat cair.

II.2.2 Prinsip-prinsip Adsorpsi

Pada adsorpsi di dalam hamparan tetap (fixid bed) konsentrasi fase fluida dan fase zat padat berubah menurut waktu dan menurut posisinya pada hamparan. Pada mulanya, sebagian besar perpindahan massa berlangsung di dekat tempat masuk ke hamparan, di mana fluida itu berkontak dengan adsorben segar. Jika zat padat itu tidak mengandung adsorbat pada awal operasi, konsentrasi fluida akan menurun secara eksponensial dengan jarak sampai menjadi nol sebelum mencapai ujung hamparan. Profil konsentrasi ini digambarkan oleh t1 pada Gambar 2, dimana C/C0 ialah konsentrasi fluida relatif terhadap konsentrasi umpan. Setelah beberapa menit, zat padat di dekat lubang masuk akan mendekati jenuh, dan kebanyakan perpindahan masa akan berlangsung lebih jauh dari lubang masuk. Gradien konsentrasi menjadi berbentuk S seperti terlihat dari kurva t2. Daerah di mana sebagian besar perubahan konsentrasi berlangsung dinamakan zona perpindahan massa, dan sebagai limitnya biasanya ditetapkan c/co = 0,95 sampai 0,05.


(14)

Gambar 2. Urva terobosan (waktu vs C/Co)

2.2.3 Mekanisme adsorpsi

Adsorpsi fisika merupakan suatu proses dimana suatu partikel "menempel" pada suatu permukaan akibat dari adanya "perbedaan" muatan lemah diantara kedua benda (gaya Van der Waals), sehingga akhirnya akan terbentuk suatu lapisan tipis partikel-pertikel halus pada permukaan tersebut. Permukaan karbon yang mampu menarik molekul organik misalnya merupakan salah satu contoh mekanisme jerapan, begitu juga yang terjadi pada antar muka air-udara, yaitu mekanisme yang terjadi pada suatu protein skimmer. Molekul organik bersifat polar sehingga salah satu ujungnya akan cenderung tertarik pada air (disebut sebagai hidrofilik/suka air) sedangkan ujung yang lain bersifat hidrofobik (benci air). Permukaan molekul aktif seperti ini akan tertarik pada antarmuka air-gas pada permukaan gelembung udara, sehingga molekulmolekul tersebut akan membentuk suatu lapisan tipis disana dan membentuk buih/busa. Dalam suatu protein skimmer; ketika gelembung udara meninggalkan air menuju tampungan busa, gelembung udara tersebut akan kolaps sehingga pada akhimya bahan-bahan organik akan tertinggal pada tampungan busa yang bersangkutan. Gaya van der waals dapat bekerja pada jarak yang tidak dapat menyebabkan pertumpangtindihan atau pengalihan elektron sehingga biasanya dikaitkan dengan energi yang lebih kecil. Gaya van der waals bekerja memegangi molekul dalam lapis dan juga memegangi lapis menjadi satu. Proses adsorpsi dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang relatif sulit dipisahkan dengan cara distilasi, ekstraksi dan kristalisasi.


(15)

Pada dasarnya, proses adsorpsi akan melibatkan berbagai tahap sebagai berikut : 1. Kontak antar fluida dengan padatan adsorben. Pada tahap ml terjadi adsorpsi fluida

ke permukaan padatan adsorben dan fluida yang diadsorpsi disebut sebagai adsorbat.

2. pemisahan fluida yang tidak mengalami adsorpsi. 3. Regenerasi adsorben.

Selain itu, juga diperlukan persyaratan lain yaitu zat yang mengadsorpsi (adsorben) umumnya berada pada keadaan stasioner, sehingga terjadi kontak antara adsorbat dengan adsorben

Bila dilihat dari mekanisme peristiwa adsorpsi diatas, proses yang terjadi hampir mendekati proses ekstraksi. Pada ekstraksi, perpindahan massa berlangsung dari fase padat atau fase cair ke fase cair, sedangkan pada adsorpsi, perpindahan massa berlangsung sebaliknya yaitu dari fase cair ke permukaan fase padat.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi 1. Luas permukaan kontak

2. Waktu kontak 3. Jenis adsorben 4. Konsentrasi 5. Suhu dan tekanan

2.2.5 Adsorben

Padatan yang berfungsi untuk mengadsorpsi dikenal sebagai adsorben. Adsorben tersebut dapat berbentuk serbuk (powder) atau butiran (granular) dan penggunaannya tergantung operasi yang akan dilakukan. Pada umumnya, partikel adsorben tersebut berdiameter antara 50 im (0,005 cm) hingga 0,5 inci (1,27 cm). Pemakaiannya, antara lain adalah untuk mengadsorpsi berbagai zat pengotor yang umumnya, meliputi zat-zat organik, bau dan wama, koloid dan senyawa nitrit yang berada dalam fluida cair. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mengadsorpsi suatu


(16)

gas yang tidak dikehendaki yang berada di dalam campuran gas.

Salah satu faktor yang penting dalam proses adsorpsi adalah luas permukaan adsorben per satuan berat adsorben. Bila dibandingkan dengan terhadap ukuran partikel, luas permukaan internal pada pori-pori partikel lebih berpengaruh pada proses adsorpsi. Biasanya pori-pori berukuran sangat kecil yaitu berdiameter hanya beberapa molekul saja, tetapi menyediakan sejumlah besar luas permukaan adsorpsi. Sebagai contoh charcoal yang dapat mengadsorpsi gas, mempunyai luas permukaan sekitar 100.000 m2/kg adsorben.

2.3 Magnesium

Magnesium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Mg dan nomor atom 12 serta berat atom 24,31. Magnesium adalah elemen terbanyak kedelapan yang membentuk 2% berat kulit bumi, serta merupakan unsur terlarut ketiga terbanyak pada air laut. Logam alkali tanah ini terutama digunakan sebagai zat campuran (alloy) untuk membuat campuran alumuniummagnesium yang sering disebut "magnalium" atau "magnelium".

Magnesium sangat bereaksi dengan halogen seperti, C12 or bromine, Br2. dan menghasilkan realcsi seperti dibawah ini :

Mg(s) + CI 2 (g) --> MgC12 (s) Mg(s) + Br2 (g) —> MgBr2 (s)


(17)

Tabel 2.3 Sifat fisik dan termodinamika Magnesium

No Parameter Magnesium

1. Nama, Simbol,nomor magnesium, Mg, 12

2. golongan logam alkali tanah

3. berat atom 24.3050(6) g-mori

4. konfigurasi elektron [Ne] 3s2

5. fase 2, 8, 2

6. Densitas 1.738 g.cm-3

7. titik lebur 923 K

(650 °C, 1202 °F)

8. titik didih 1363 K

(1091 °C, 1994 °F) 9. kapasitas panas (25 °C) 24.869 J-mol-1.K-1

10. kemumiaan 99.5 %

2.4 Kolorimetri dan DPD (dietil Parafenilen Diamin)

Dalam kimia fisika, kolorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi sebuah larutan melalui pengukuran absorbance panjang gelombang cahaya. Untuk menggunakan alat ini, perbedaan larutan harus ada dan larutan (biasanya sebuah campuran akuades dan larutan lainnya) pertama-tama diisikan kedalam tabung reaksi khusus yang disediakan oleh alat untuk pengukuran. Pemilihan panjang gelombang untuk pengukuran dengan alat ini sangatlah penting, karena panjang gelombang adalah profil dari tiap tiap bahan atau larutan yang akan diukur konsentrasinya.


(18)

Prinsip alat pengukur kolorimetri ini adalah dengan mendistribusikan kekuatan absolutn pectral pada sumber cahaya yang diukur dengan sebuah spectroadiometer. Warna yang muncul dapat diukur menggunakan spektrofotometri (biasa disebut spektroflektometer atau reflektometer).

Gambar 2.2 kurva hubungan panjang gelombang dan warna

DPD (dietil parafenilen diamin) adalah reagen yang berfungsi sebagai indikator adanya klorin didalam sebuah larutan. Didalam industri didalam industri dan laboratorium analisa, indikator DPD (dietil parafenilen diamin) biasanya digunakan untuk pengukuran konsentrasi klorin pada larutan. Prinsip kerja indikator DPD(dietil parafenilen diamin) ini adalah memberi kepekatan warna pada larutan dan kemudian warna tersebut diukur menggunakan komparator dan kolrimetri dengan panjang gelombang untuk penggukur klorin adalah 512 nm (nano meter). Apabila warna semakin pekat, maka konsentrasi klorin dalam larutan tersebut semaakin besar.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode adsorpsi dengan menggunakan kolom packing.

Metodologi percobaan yang kami lakukan ada 6 tahap yaitu : 1) Persiapan alat dan bahan

2) Pembuatan kolom adsorpsi

3) Menentukan variabel ubah atau berat adsorben logam Magnesium (25 gr, 40 gr) 4) Running proses secara kontinyu

5) Analisis CFC dengan menggunakan cara DPD

3.1 Persiapan (alat & bahan)

3.1.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :  1 set Peralatan Adsorbsi

 1 alat kolorimetri  1 tabung gas CFC

 20 buah botol plastik minurnan air mineral 250 rn1  20 kantong plastik gula ukuran 1 kg.

 Timbangan

3 . 1 . 2 B a h a n

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :  12 kg gas CFC-12

75 g logam Magnesium murni

 5 ml indikator DPD (dietil parafenilen diamin)  250 ml Akuades


(20)

3.2.1 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pro sedur Adsorpsi secara Batch

Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan limbah gas CFC-12 kedalam botol plastik minuman air mineral ukuran 1.5 liter yang bebas dari air atau kering dan botol tersebut berisi logam Magnesium murni kemudian ditutup rapat. Jumlah Magnesium yang dimasukkan pada percobaan 1 sebanyak 10 gram dan percobaan kedua adalah 15 gram. Pada percobaan 1, tiap 5 menit, gas CFC-12 dalam botol diambil untuk di analisa. Pengambilan dilakukan dengan cara membuka botol dengan memasukkan gas pada plastik lalu tutup rapat, kemudian botol ditutup rapat juga. Perlakuan ini juga sama pada percobaan kedua dan pengambilan sampel dihentikan pada waktu 20 menit karena jumlah ga-Syang ada pada botol kemungkinan besax telah habis.

3.2.2 Prosedur Adsorbsi Menggunakan Kolom Packing

Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan maksi al 12 kg liter gas CFC-12 ke dalam tabung khusus Gas CFC-CFC-12 yang cl. akan sebagai feed. Kemudian kran pada tabung dibuka hingga tekanan menunjukkan nilai 1.5 bar dan melewati kolom packing yang berisi adsorben logam Magnesium. Gas hasil keluaran diambil tiap 5 menit sebanyak 5 kali dan dimasukkan ke dalam botol mineral yang telah diisi aquadest 125 ml.

3.2.3 Prosedur Analisa Menggunakan DPD (Dietil Parafenilen Diamin) dan Cholorimetri. Prosedur analisa konsentrasi klorin pada gas keluaran limbah gas CFC-12 menggunakan indikator dengan cara memasukkan indikator reagen DPD sebanyak 0.5 ml kedalam sampel (campuran gas CFC-12 dan aquades). Sampel yang telah ditambahkan indikator DPD dimasukkan kedaiam tube kolorimetri. Kemudian tambahakan sampel sebanyak 10 ml dan dibaca panjang gelombang klorin dalam sampel pada 512 nm (nano meter).


(21)

3.3 skema kerja adsorpsi secara batch

Persiapan botol minuman air mineral ukuran 1.5 liter

Persiapan gas CFC-12 dan letakkan tabung gas CFC-12 diatas timbangan.

Pengisian botol meggunakan magnesium (10 gram dan 15 gram)

Alirkan gas CFC-12 hingga tabung mengalami penurunan massa 2.5 gram

Ambil sampel gas CFC-12 dengan memasukkan didalam kantong plastik

Analisa konsentrasi klorin


(22)

3.5 Skema kerja analisa kadar klorin menggunakan DPD method

Masukkan 2 ml sampel gas dan aquades (campuran sampel) kedalam tabung reaksi alat kalorimetri

Tambahkan DPD (dietil parafenilen diamin) indikator reagen 0,5 ml kedalam campuran sampel

Tambahkan campuran sampel hingga sepuluh ml dan tutup rapat

Baca konsentrasi klorin pada kalorimetri pada panjang gelombang 512 nm (nano meter)


(23)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian dan pembahasan

Percobaan adsorpsi dengan menggunakan kolom packing ini dilakukan dengan mengalirkan feed yang berupa limbah gas CFC-12 pada kolom packing yang sebelumnya telah diisi adsorben dalam hal ini adsorben yang digunakan adalah logam magnesium murni. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menurunkan kadar CI dalam limbah gas CFC-12 sampai kadar Cl yang diijinkan yaitu 0.52 ug/g CFC-12 sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan terutama lapisan ozon.

Sebelum melakukan percobaan menggunakan kolom packing, dilakukan percobaan pendahuluan yaitu percobaan secara batch. Percobaan secara batch dilakukan untuk menentukan volume kolom packing, tinggi kolom packing serta menentukan laju gas Cl dalam limbah gas CFC-12 yang terlarut dalam satuan massa adsorbent. Percobaan secara batch ini adalah percobaan dengan mencampur gas CFC12 dengan adsorben logam Magnesium murni didalam botol plastik minuman air mineral 1,5 liter. Untuk perbandingan massa adsorbent dengan massa limbah gas CFC-12 yaitu 4 : 1 (10 gr magnesium dan 2.5 gr gas CFC-12) dan 6 : 1 (15 gr magnesium dan 2.5 gr gas CFC-12). sedangkan untuk variabel waktu yaitu berturutturut 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Dari banyaknya variabel waktu terhadap perbandingan limbah gas CFC-12 dengan adsorben (logam magnesium murni) diharapkan bisa dipilih mana yang baik untuk data laju gas Cl dalam limbah gas CFC yang terlarut dalam logam magnesium.


(24)

Tabel 4.1. hubungan antara waktu tingga dengan konsentrasi gas Cl dalam gas CFC dengan rasio massa adsorbent dengan CFC 4 :1

T(menit) Konsentrasi Cl(µg/g CFC) 0 4.38

5 1.937 10 0.419 15 0.461

Gambar 4.1 Kurva waktu tinggal Vs konsentrasi gas Cl dalam gas CFC dengan ratio massa adsorbent dengan massa CFC adalah 4:1

Dari data praktikum secara batch diatas didapatkan variabel waktu yang paling baik untuk data laju gas Cl yang terlarut dalam logam magnesium pada perbandingan jumlah limbah gas CFC dengan adsorben 4 :1 adalah 5 menit dengan kadar Cl sebelum proses adalah 4.38 ug/gr CFC-12 menjadi 1.937 ug/gr CFC-12. Karena, kurva mengalami penurunan yang simetri di sekitar waktu tersebut. Yang dimaksud dengan simetri adalah kurva mengalami penurunan yang drastis. Sedangkan pada waktu 10 menit sampai 15 menit data tersebut tidak dapat dipakai karena penurunan konsentrasi semakin lambat. Hal ini kemungkinan disebabkan gas CFC didalam botol telah habis dan hanya


(25)

udara yang mempuyai kandungan Cl yang sangat sedikit yaitu 0.113 µg/gr CFC-12 pada waktu 15 menit.

Tabel 4.2. hubungan antara waktu tinggal dengan dengan konsentrasi gas Cl dalam gas CFC dengan rasio massa adsorbent dengan ga CFC 6:1

T (menit) Konsentrasi Cl (µg/g CFC) 0 4.38 5 1.471 10 0.116 15 0.0031

Gambar 4.2 Kurva waktu tinggal Vs konsentrasi gas Cl dalam gas CFC dengan ratio massa adsorbent dengan massa CFC adalah 6:1

Sedangkan untuk data praktikum secara batch dengan perbandingan massa adsorben dengan massa limbah gas CFC-12 6 : I, didapatkan perbandingan waktu yang


(26)

paling baik untuk data laju gas Cl yang terlarut dalam logam magnesium adalah 3 menit dengan kadar Cl sebelum proses adalah 4.38 µg/gr CFC-12 menjadi 2.73 µg/gr CFC-12. Sedangkan pada waktu 10 menit -15 menit tidak dapat dipakai karena gas CFC kemungkinan telah habis.

Tabel 4.3 hubungan antara waktu pengambilan sampel, (C) konsentrasi Cl dalam gas CFC-12, dan C/Co dengan 10 gram adsorbent dan flowrate 25 gr/menit.

T(menit) Konsentrasi keluar C (µg/gr CFC-12)

C/Co

0 0 0

5 0.337 0.076940639

10 0.883 0.268721461

15 1.778 0.405936073

20 2.113 0.482420091

25 3.968 0.905936073

Keterangan : Nilai konsentrasi Cl dalam gas CFC-12 input (Co) = 4.38 µg/gr CFC-12

Gambar 4.3 kurva waktu tinggal Vs C/Co gas Cl dalam gas CFC dengan 10 gram adsorbent dan flowrate gas CFC input 25 gr/menit.


(27)

Untuk praktikum adsorpsi menggunakan kolom packing dilakukan dengan mengalirkan aliran feed berupa limbah gas CFC-12 dengan kadar Cl 4.38 µg/gr CFC-12 menuju kolom packing yang telah diisi adsorben menggunakan logam magnesium sebanyak 10 gram dan panjang magnesium 10 cm dengan laju alir 25 gr/menit, didapatkan konsentrasi pada waktu 5 menit,10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit berturut-turut 0 ; 0.337 ; 0.883 ; 1.778 ; 2.113 ; 3.968 (ug/gr CFC-12). Dani data tersebut diketahui bahwa semakin lama konsentrasi gas keluar semakin besar. Hal ini disebabkan karena magnesium yang ada pada kolom mengalami kejenuhan sehingga mengalami penurunan kemampuan menyerap Cl. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tembus atau konsentrasi yang diijinkan yaitu 0.524 ug/gr CFC12 pada kolom yang menggunakan adsorbent magnesium sebanyak 10 gram, dengan flow rate gas CFC-12 25 gr/menit adalah 6.5 menit.

Tabel 4.4 Hubungan antara waktu pengambilan sampel,(C) konsentrasi Cl dalam gas CFC-12 , dan C/Co dengan 15 gram adsorbent dan flow rate 25 gr/menit.

t(menit) Konsentrasi keluar (µg/gr CFC-12)

C/Co

0 0 0

5 0.144 0.032876712

10 0.439 0.100228311

15 1.228 0.280365297

20 1.931 0.44086758

25 2.487 0.567808219


(28)

Gambar 4.4 Kw-va waktu tinagal Vs C/Co gas Cl dalam gas CFC dengan 15 gram adsorbent, panjang tiap adsorbent 10 cm dan flow rate gas CFC input 25 gr/menit.

Apabila menggunakan logam magnesium dengan berat 15 gram dan flow rate 25 gr/menit didapatkan waktu untuk mencapai titik tembus lebih lambat dibandingkan penggunaan magnesium 10 gr yaitu 11 menit. Hal ini disebabkan karena massa magnesium mempengaruhi waktu kemampuan penyerapan. Semakin besar massa magnesium. maka semakin lama waktu untuk mencapai titik tembus dalam proses menggunakan kolom packing.

Tabel 4.5 Hubungan antara waktu pengambilan sampel,(C) konsentrasi CI dalam gas CFC-12 output, dan C/Co dengan 10 gram adsorbent dan flow rate 14 gr/menit.

t(menit) Konsentrasi keluar C (µg/gr CFC-12)

C/C

0 0 0

5 0.114 0.026027397

10 0.285 0.065068493

15 0.277 0.063242009

20 0.869 0.198401826


(29)

Gambar 4.5 Kurva waktu tinggal Vs C/Co gas CI dalam gas CFC dengan 10 gram adsorbent dan flow rate gas CFC input 14 gr/menit

Pengaruh flow rate pada gas CFC-12 input, dimana dalam percobaan ini apabila menggunakan massa 10 gram, antara flowrate 25 grimenit dengan flowrate 14 gr/menit, didapatkan perbedaan lamanya waktu titik tembus dan persen massa magnesium yang terpakai pada massa 10 gram. Pada kolom yang menggunakan flowrate 25 gr/menit, didapatkan waktu titik tembus 6.5 menit dan persen massa magnesium yang terpakai 32.5%. Sedangkan pada kolom yang menggunakan flowrate 14 gr/menit, didapatkan waktu titik tembus 17.5 menit dan persen massa magnesium yang terpakai 76.344%. Dan i data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar flowrate, maka semakin cepat proses mencapai titik tembus dan semakin besar pula massa magnesium yang terpakai. Hal tersebut disebabkan karena flo rate mempengaruhi walctu tinggal gas CFC-12 didalam kolom. Apabila waktu tinggal gas CFC-CFC-12 didalam kolom lama, maka semakin lama gas CFC-12 berkontak langsung dengan adsorben logam magnesium mumi sehingga kadar Cl dalam gas CFC-12 akan banyak terserap oleh adsorben.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari percobaan penurunan kadar klorin dalam limbah gas CFC menggunakan sistem adsorpsi dengan logam magnesium murni sebagi adsorben diperoleh bcberapa kesimpulan :

1. Metode adsorpsi menggunakan kolom packing dengan logam magnesium murni sebagai adsorben, dapat menurunkan konsentrasi klorin pada limbah gas CFC-12 sampai batas yang diijinkan oleh pemerintah selama t (waktu) tertentu tergantung kondisi proses atau variable yang diubah.

2. Adsorbent dengan massa 10 gram mempunyai waktu yang lebih cepat untuk mencapai titik tembus yaitu 6,5 menit dibandingkan dengan adsorbent dengan massa 15 gram yaitu 11 menit.

3. Limbah gas CFC-12 dengan flow rate 25 gr/menit mempunyai waktu yang lebih cepat untuk mencapai titik tembus yaitu 6,5 menit dibandingkan dengan Limbah gas CFC-12 dengan flow rate 14 gram/menit yaitu 11 menit.

V.2. Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada percobaan, sampel segera dianalisa. 2. Jaga kondisi kemumian logam magnesium sebelum melakukan percobaan.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009."Laporan Kegiatan Praktikum Mahasiswa Kimia Analisis Instrumentasi" Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang, Malang.

Anonim,"di chloro di fluoro methane",http : //id. wikipedia. o gr/wi ki/di chloro di fluoro methane, januari 27, 2009.

Anotnin, "magnesium", http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium, maret 24, 2009. Day, R.A Jr, Underwood A.L, 1986. "Analisis Kimia Kuantitatif', Erlangga,

Jakarta.

Jaswir Irwandi, 2009. "Memahami refrigeran", www.berit@intek.com maret 7, 2009.

Anggraeni Novita,1998. KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK TANGGAL 7 MARET 1995/ ".

http://www.bsn.corni. januari 27, 2009.

McCabe, Warren L, 1985. "Unit Operations Of Chemical Engineering, Fourth Edition", McGraw-Hill Book Inc, Singapore.


(1)

paling baik untuk data laju gas Cl yang terlarut dalam logam magnesium adalah 3 menit dengan kadar Cl sebelum proses adalah 4.38 µg/gr CFC-12 menjadi 2.73 µg/gr CFC-12. Sedangkan pada waktu 10 menit -15 menit tidak dapat dipakai karena gas CFC kemungkinan telah habis.

Tabel 4.3 hubungan antara waktu pengambilan sampel, (C) konsentrasi Cl dalam gas CFC-12, dan C/Co dengan 10 gram adsorbent dan flowrate 25 gr/menit.

T(menit) Konsentrasi keluar C

(µg/gr CFC-12)

C/Co

0 0 0

5 0.337 0.076940639

10 0.883 0.268721461

15 1.778 0.405936073

20 2.113 0.482420091

25 3.968 0.905936073

Keterangan : Nilai konsentrasi Cl dalam gas CFC-12 input (Co) = 4.38 µg/gr CFC-12

Gambar 4.3 kurva waktu tinggal Vs C/Co gas Cl dalam gas CFC dengan 10 gram adsorbent dan flowrate gas CFC input 25 gr/menit.


(2)

Untuk praktikum adsorpsi menggunakan kolom packing dilakukan dengan mengalirkan aliran feed berupa limbah gas CFC-12 dengan kadar Cl 4.38 µg/gr CFC-12 menuju kolom packing yang telah diisi adsorben menggunakan logam magnesium sebanyak 10 gram dan panjang magnesium 10 cm dengan laju alir 25 gr/menit, didapatkan konsentrasi pada waktu 5 menit,10 menit, 15 menit, 20 menit, dan 25 menit berturut-turut 0 ; 0.337 ; 0.883 ; 1.778 ; 2.113 ; 3.968 (ug/gr CFC-12). Dani data tersebut diketahui bahwa semakin lama konsentrasi gas keluar semakin besar. Hal ini disebabkan karena magnesium yang ada pada kolom mengalami kejenuhan sehingga mengalami penurunan kemampuan menyerap Cl. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik tembus atau konsentrasi yang diijinkan yaitu 0.524 ug/gr CFC12 pada kolom yang menggunakan adsorbent magnesium sebanyak 10 gram, dengan flow rate gas CFC-12 25 gr/menit adalah 6.5 menit.

Tabel 4.4 Hubungan antara waktu pengambilan sampel,(C) konsentrasi Cl dalam gas CFC-12 , dan C/Co dengan 15 gram adsorbent dan flow rate 25 gr/menit.

t(menit) Konsentrasi keluar

(µg/gr CFC-12)

C/Co

0 0 0

5 0.144 0.032876712

10 0.439 0.100228311

15 1.228 0.280365297

20 1.931 0.44086758

25 2.487 0.567808219


(3)

Gambar 4.4 Kw-va waktu tinagal Vs C/Co gas Cl dalam gas CFC dengan 15 gram adsorbent, panjang tiap adsorbent 10 cm dan flow rate gas CFC input 25 gr/menit.

Apabila menggunakan logam magnesium dengan berat 15 gram dan flow rate 25 gr/menit didapatkan waktu untuk mencapai titik tembus lebih lambat dibandingkan penggunaan magnesium 10 gr yaitu 11 menit. Hal ini disebabkan karena massa magnesium mempengaruhi waktu kemampuan penyerapan. Semakin besar massa magnesium. maka semakin lama waktu untuk mencapai titik tembus dalam proses menggunakan kolom packing.

Tabel 4.5 Hubungan antara waktu pengambilan sampel,(C) konsentrasi CI dalam gas CFC-12 output, dan C/Co dengan 10 gram adsorbent dan flow rate 14 gr/menit.

t(menit) Konsentrasi keluar C (µg/gr

CFC-12)

C/C

0 0 0

5 0.114 0.026027397

10 0.285 0.065068493

15 0.277 0.063242009

20 0.869 0.198401826


(4)

Gambar 4.5 Kurva waktu tinggal Vs C/Co gas CI dalam gas CFC dengan 10 gram adsorbent dan flow rate gas CFC input 14 gr/menit

Pengaruh flow rate pada gas CFC-12 input, dimana dalam percobaan ini apabila menggunakan massa 10 gram, antara flowrate 25 grimenit dengan flowrate 14 gr/menit, didapatkan perbedaan lamanya waktu titik tembus dan persen massa magnesium yang terpakai pada massa 10 gram. Pada kolom yang menggunakan flowrate 25 gr/menit, didapatkan waktu titik tembus 6.5 menit dan persen massa magnesium yang terpakai 32.5%. Sedangkan pada kolom yang menggunakan flowrate 14 gr/menit, didapatkan waktu titik tembus 17.5 menit dan persen massa magnesium yang terpakai 76.344%. Dan i data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar flowrate, maka semakin cepat proses mencapai titik tembus dan semakin besar pula massa magnesium yang terpakai. Hal tersebut disebabkan karena flo rate mempengaruhi walctu tinggal gas CFC-12 didalam kolom. Apabila waktu tinggal gas CFC-CFC-12 didalam kolom lama, maka semakin lama gas CFC-12 berkontak langsung dengan adsorben logam magnesium mumi sehingga kadar Cl dalam gas CFC-12 akan banyak terserap oleh adsorben.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari percobaan penurunan kadar klorin dalam limbah gas CFC menggunakan sistem adsorpsi dengan logam magnesium murni sebagi adsorben diperoleh bcberapa kesimpulan :

1. Metode adsorpsi menggunakan kolom packing dengan logam magnesium murni sebagai adsorben, dapat menurunkan konsentrasi klorin pada limbah gas CFC-12 sampai batas yang diijinkan oleh pemerintah selama t (waktu) tertentu tergantung kondisi proses atau variable yang diubah.

2. Adsorbent dengan massa 10 gram mempunyai waktu yang lebih cepat untuk mencapai titik tembus yaitu 6,5 menit dibandingkan dengan adsorbent dengan massa 15 gram yaitu 11 menit.

3. Limbah gas CFC-12 dengan flow rate 25 gr/menit mempunyai waktu yang lebih cepat untuk mencapai titik tembus yaitu 6,5 menit dibandingkan dengan Limbah gas CFC-12 dengan flow rate 14 gram/menit yaitu 11 menit.

V.2. Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada percobaan, sampel segera dianalisa. 2. Jaga kondisi kemumian logam magnesium sebelum melakukan percobaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009."Laporan Kegiatan Praktikum Mahasiswa Kimia Analisis Instrumentasi" Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang, Malang.

Anonim,"di chloro di fluoro methane",http : //id. wikipedia. o gr/wi ki/di chloro di fluoro methane, januari 27, 2009.

Anotnin, "magnesium", http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium, maret 24, 2009. Day, R.A Jr, Underwood A.L, 1986. "Analisis Kimia Kuantitatif', Erlangga,

Jakarta.

Jaswir Irwandi, 2009. "Memahami refrigeran", www.berit@intek.com maret 7, 2009.

Anggraeni Novita,1998. KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK TANGGAL 7 MARET 1995/ ".

http://www.bsn.corni. januari 27, 2009.

McCabe, Warren L, 1985. "Unit Operations Of Chemical Engineering, Fourth Edition", McGraw-Hill Book Inc, Singapore.