Materi PLPG Tehnik Mesin BAB II

BAB II
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Bab II memfokuskan pembahasannya pada prosedur penelitian tindakan kelas. Prosedur
tersebut meliputi menemukan akar masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan,
melakukan pengamatan, menganalisis data dan refleksi.
Langkah paling awal yang penting dilakukan oleh seorang guru yang akan melakukan
penelitian tindakan kelas adalah menemukan akar masalah dari persoalan pembelajaran di kelas.
Akar masalah merupakan sumber utama penyebab masalah. Bila akar masalah berhasil
ditemukan, maka seorang peneliti tindakan kelas kemudian berupaya menemukan solusinya.
Penemuan solusi bukanlah suatu hal yang sederhana dan mudah. Ia memerlukan pemikiran dan
perenungan. Sering kali seorang peneliti harus melibatkan orang lain. Ia tidak saja melibatkan
teman sejawat, tetapi juga melibatkan guru sekolah lain yang mengampu mata pelajaran yang
sejenis. Bahkan seringkali seorang guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas harus
melibatkan pakar pendidikan seperti tokoh pendidik dan dosen sebuah perguruan tinggi.
Kecermatan menemukan akar masalah dan ketepatan solusi yang dipilih akan memberikan hasil
yang optimal.
Seorang guru yang peduli terhadap upaya perbaikan kualitas pembelajaran memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap persoalan yang terjadi di kelas. Ia kadangkala merasakan adanya
masalah pembelajaran yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. Persoalan yang muncul
seringkali tidak hanya satu, tetapi ada beberapa dan bahkan banyak persoalan. Dalam

menentukan masalah yang akan dicarikan solusinya, seorang guru dapat menggunakan teknik
seperti berikut ini.
1. Membuat garis kuadran seperti Gambar 1 berikut ini.
+
II

I

-

+
IV

III
-

Gambar 1. Bagan Pengelompokan Masalah

4


Gambar tersebut menunjukkan empat kuadran yakni kuadran I, kuadran II, kuadran III,
dan kuadran IV. Kuadran I terletak pada dua wilayah positif (+). Kuadran II terletak pada
wilayah positif (+) dan negatif (-). Kuadran III terletak pada wilayah positif (+) dan negatif (-).
Kuadran IV terletak pada dua wilayah negatif (-). Persoalan- persoalan yang penting (important)
dan mendesak (urgent) dimasukkan pada kuadran I. Persoalan-persoalan yang penting tetapi
tidak mendesak dimasukkan pada kuadran II. Persoalan-persoalan mendesak, tetapi tidak penting
dimasukkan pada kuadran III. Persoalan-persoalan yang tidak penting dan tidak mendesak
dimasukkan pada kuadran IV. Persoalan yang dibidik sebagai fokus penelitian adalah persoalanpersoalan yang berada pada kuadran I. Kuadran I menunjukkan bahwa persoalan tersebut bersifat
penting dan mendesak. Seperti dijelaskan di atas bahwa persoalan seringkali berjumlah banyak.
Demikian juga persoalan pada kuadran I.
Dari sekian banyak persoalan yang penting dan mendesak yang terdapat pada kuadran I,
peneliti harus memilih persoalan yang paling penting dan mendesak untuk dicarikan solusinya.
persoalan yang penting dan mendesak serta berdampak signifikan terhadap perbaikan kualitas
pembelajaran dapat dijadikan obyek penelitian. Tetapi tunggu dulu, sebelum melakukan
penelitian, peneliti harus mencari dulu akar persoalan yang terjadi.
Akar persoalan yang betul- betul menjadi biang utama rendahnya kualitas pembelajaran
harus ditemukan. Jika tidak, solusi yang diberikan tidak akan efektif. Ini berarti penelitian yang
dilakukan akan sia- sia, bahkan sebuah pemborosan. Sebagai contoh: seorang guru matematika di
sebuah sekolah menemukan kegagalan peserta didiknya dalam mencapai nilai yang baik.
Setelah melakukan pemikiran bahwa ia menemukan sumber masalah penyebab kegagalan

pembelajaran di kelasnya yakni rendahnya motivasi belajar peserta didik. Tetapi ternyata setelah
melalui proses diskusi dan perenungan mendalam dengan teman sejawat dan guru sekolah lain
yang mengampu mata pelajaran yang sejenis ditemukan bahwa akar masalah penyebab
kegagalan pembelajaran matematika di kelasnya adalah kesalahan konsepsi. Artinya, ia telah
melakukan kesalahan dalam mengajarkan konsep-konsep matematika.

5

Gambar berikut ini menunjukkan problem dan akar masalah.

AKAR MASALAH

PROBLEM

LOOK

THINK
(Preliminary reflection)

Gambar 2. Bagan Hubungan Masalah dan Akar Masalah


Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa peneliti pertama mengamati masalah pembelajaran
yang terjadi. Kemudian, ia memikirkan apa akar masalahnya. Kegiatan ini merupakan refleksi
awal. Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan alur pikiran dalam melakukan penelitian
tindakan kelas.

LOOK
(Amati fenomena masalah)

THINK
(Renungi akar masalahnya)

OBSERVE
(Amati adakah kemajuan)

ACT
(Rancang dan lakukan tindakan)

REFLECT
(Renungi mengapa tidak ada perubahan)


REACT
(Tindakan lanjutan)

Gambar 3. Alur Pikir Penelitian Tindakan Kelas
6

Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa seorang peneliti tindakan kelas pertama
mengamati fenomena atau gejala masalah yang dihadapi. Kedua, barulah ia memikirkan akar
masalahnya. Ketiga, ia merancang dan kemudian melakukan tindakan. Keempat, ia mengamati
hasil tindakannya, apakah mengalami kemajuan atau tidak. Kelima, bila belum ada kemajuan, ia
merenungi mengapa tidak ada perubahan atau peningkatan yang memuaskan. Keenam, ia
melakukan tindakan lanjutan.
Gambar berikut ini menunjukkan desain penelitian tindakan kelas.

PLAN

SIKLUS I

REFECTION


REVISED PLAN
ACTION &
OBSERVATION

RFLECTION

SIKLUS II

ACTION &
OBSERVATION
REVISED PLAN

Gambar 4. Desain Penelitian Tindakan Kelas

7

Gambar 4 di atas menunjukkan rancangan (desain) penelitian tindakan kelas. Desain
tersebut dimulai dari perencanaan (plan). Seperti dijelaskan di atas, pertama yang harus
dilakukan seorang peneliti tindakan kelas - sebelum merencanakan penelitian- adalah

menemukan masalah kemudian memastikan akar masalahnya. Selanjutnya barulah membuat
perencanaan (plan). Perencanaan tersebut tentunya berkaitan dengan persiapan untuk melakukan
tindakan (action). Setelah perencanaan tindakan disiapkan, peneliti kemudian melaksanakan
perencanaan tersebut dalam bentuk tindakan (action).
Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pengamatan (observation).
Hasil pengamatan terutama dilakukan terhadap perubahan perilaku peserta didik dalam
pembelajaran. Perilaku tersebut antara lain misalnya berkaitan dengan kreativitas belajar,
kemandirian belajar, motivasi belajar, dan keaktifan belajar. Dengan demikian pengamatan
terhadap perilaku peserta didik tersebut termasuk penilaian proses. Pengamatan dapat juga
dilakukan terhadap hasil belajar misalnya tentang keterampilan yang sudah dicapai peserta didik
setelah pembelajaran selesai. Keterampilan ditandai dengan adanya gerak motorik. Instrumennya
disebut dengan lembar observasi. Berikut ini adalah contoh lembar amatan untuk perilaku dan
keterampilan.
Tabel 1. Contoh lembar amatan terhadap motivasi belajar peserta didik
No

Obyek Amatan

Penilaian
1


1

Kerajinan masuk sekolah

2

Kerapian catatan

3

Kelengkapan catatan

4

Kesungguhan mengikuti pelajaran

2

3


4

5

v
v
v
v

Table 1 di atas merupakan contoh lembar amatan untuk mengamati motivasi belajar
peserta didik. Motivasi belajar merupakan kondisi internal seseorang (internal state). Ia tidak
dpat diukur secara langsung. Oleh sebab itu yang diukur adalah gejala yang Nampak dalam
bentuk perilaku peserta didik. Tentu saja keempat perilaku dalam contoh pada Tabel 1 di atas
diperoleh dari kajian teori tentang motivasi. Sekali lagi itu hanya sekedar contoh ciri- ciri

8

motivasi belajar. Penilai dapat mencentang pada kolom mana saja sesuai dengan kondisi peserta
didik yang dinilai. Kolom 5 menunjukkan nilai yang sangat baik. Kolom 4 menunjukkan nilai

yang baik. Kolom 3 menunjukkan nilai yang agak baik. Kolom 2 menunjukkan nilai yang jelek.
Kolom 1 menunjukkan nilai yang sangat jelek.
Cara penilaiannya dapat menggunakan rumus berikut ini.

Skor yang dicapai
Nilai =

x 100
Skor maksimum

Skor yang dicapai seorang peserta didik dalam contoh di atas adalah 14. Skor maksimum
adalah 20. Dengan demikian nilai yang dicapai oleh seorang peserta didik berkaitan dengan
motivasi belajar adalah (14/ 20) x 100 = 70. Ini berarti bahwa nilai motivasi belajar seorang
peserta didik adalah 70.
Berikut ini adalah contoh instrumen untuk mengamati keterampilan seorang peserta didik
dalam praktik mesin bubut.
Table 2. Contoh lembar amatan terhadap keterampilan praktik mesin bubut
No

Obyek Amatan

1

1
2
3

Penilaian
2 3 4

5

Pemasangan benda kerja
Penyetelan pahat potong
Penyayatan benda kerja

Penjelasan terhadap Tabel 2 di atas pada dasarnya sama dengan Tabel 1. Demikian juga
cara penskorannya. Dalam penelitian tindakan kelas, seorang peneliti (guru) hendaknya
memfokuskan pada nilai rata- rata kelas. Nilai rata- rata kelas menggambarkan keberhasilan atau
ketidakberhasilan kinerja guru.

Nilai hasil belajar peserta didik berupa aspek pengetahuan

diukur dengan menggunakan instrumen tes. Seorang guru dalam melakukan penelitian tindakan
kelas hendaknya tidak hanya mengukur aspek hasil belajar seperti pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga aspek perilaku sebagai komponen proses. Dalam kontek pelaksanaan
kurikulum berbasis kompetensi, penilaian proses dan hasil menjadi sangat penting.
9

Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan analisis dan refleksi terhadap hasil yang
diperoleh. Bilamana hasilnya dinilai kurang optimal atau kurang memuaskan, maka peneliti
melakukan perencanaan lanjut. Ini berarti penelitian memasuki siklus kedua. Tujuannya adalah
untuk menyiapkan perencanaan untuk dilaksanakan pada tindakan selanjutnya agar proses dan
hasil belajar dapat lebih baik. Hasil tindakan pada siklus kedua ini kemudian dilakukan analisis
dan refleksi. Bila hasilnya dinilai sudah optimal dan memuaskan, maka peneliti dapat mengakhir
penelitiannya. Ini berarti penelitiannya hanya pada siklus kedua. Bila hasilnya dinilai belum
optimal dan memuaskan, maka peneliti dapat melanjutkan penelitiannya pada siklus ketiga, dan
seterusnya.
Perlu diperhatikan seorang guru ketika ingin melakukan penelitian tindakan kelas adalah
penentuan siklus I bukan pembelajaran yang dilakukan sebelum dilakukan perbaikan. Dengan
perkataan lain, yang dinamakan siklus I adalah pelaksanaan pembelajaran perbaikan. Seringkali
seorang peneliti pemula, memasukkan pembelajaran awal (tanpa perlakuan) sebagai siklus I. Ada
pula yang menamainya pra siklus. Sebaiknya, untuk menghindari kerancuan hindarilah
penggunaan pra siklus. Gunakanlah istilah siklus. Perlu saya tegaskan lagi, bahwa siklus yang
dimaksud adalah pelaksanaan pembelajaran perbaikan (sudah ada perlakuan perbaikan).

10