Materi PLPG Tehnik Mesin BAB III

BAB III
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Bab III membahas tentang penulisan proposal penelitian tindakan kelas. Format proposal
penelitian tindakan kelas pada umumnya mencakup tiga bab. Bab I memuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab
II memuat kajian teori, penelitian relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Bab III
memuat lokasi penelitian, waktu penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, metode
pengumpulan data, dan analisis data.
A. Latar belakang masalah
Isi latar belakang masalah dalam penelitian tindakan kelas memiliki kesamaan dan
perbedaan dengan penelitian lainnya. Kesamaannya terletak pada tujuan akhir yang diungkapkan
dalam latar belakang yakni menunjukkan bahwa penelitian menjadi layak atau penting
dilakukan. Kelayakan dan kepentingan tersebut harus didukung oleh fakta yang terjadi. Kalau
dalam penelitian tindakan kelas, fakta tersebut bersumber dari dalam kelas pembelajaran.
Perbedaannya adalah latar belakang penelitian tindakan kelas memuat enam alinia pokok.
Keenam alinia pokok tersebut terdiri atas: pertama, alinia pertama memuat pembukaan; kedua,
alinia kedua memuat fakta; ketiga, alinia ketiga memuat penyebab fakta; keempat, alinia
keempat memuat implikasi; kelima, alinia kelima memuat arah tindakan; keenam, alinia keenam
memuat penutup.
Alinia pembukaan berisikan kalimat pengantar yang dikaitkan dengan judul penelitian.

Alinia kedua berisi fakta pembelajaran yang terjadi di kelas. Fakta tersebut berkaitan dengan
rendahnya kinerja belajar peserta didik. Rendahnya kinerja belajar peserta didik dapat
ditunjukkan oleh rendahnya motivasi belajar, rendahnya kreativitas belajar, rendahnya prestasi
belajar, dan lain- lain. Fakta tersebut hendaknya diungkapkan dari dua aspek, yakni aspek
prilaku, dan aspek hasil belajar. Aspek prilaku misalnya motivasi belajar,dan kreativitas
belajar.Aspek hasil belajar misalnya pemahaman peserta didik, pengetahuan peserta didik, dan
keterampilan peserta didik.
Alinia ketiga berisi penyebab fakta pembelajaran yang terjadi di kelas. Apa yang menjadi
penyebab rendahnya motivasi belajar, kreativitas belajar peserta didik diungkapkan dlam alinia
ketiga. Dalam mengungkapkannya peneliti hendaknya menggunakan kata mungkin, tampaknya,
11

dan kata lain yang sejenis. Kata- kata tersebut dipilih karena penyebab fakta tersebut belum pasti
atau hanya dugaan. Alinia keempat berisi implikasi dari fakta tersebut. Di bagian ini peneliti
mengungkapkan hal- hal yang perlu dilakukan. Alinia kelima berisi arah tindakan untuk
mengatasi masalah kegagalan pembelajaran. Di bagian ini peneliti sudah menentukan perlakuan
apa yang ingin diberikan kepada peserta didik yang menjadi subyek penelitian. Alinia keenam
berisi kalimat yang menegaskan pentingnya penelitian yang berkaitan dengan judul dilakukan.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah kendaknya dirumuskan secara jelas dan spesifik. Rumusan masalah
menunjukkan adanya tindakan perubahan perilaku. Rumusan masalah hendaknya dinyatakan
dalam kalimat tanya. Konstruksi pokok rumusan masalah dapat dicermati pada contoh berikut.
Contoh:
a. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
XII SMK Negeri 5 Surakarta terhadap materi prinsip kerja motor bakar?
b. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XII
SMK Negeri 5 Surakarta terhadap materi prinsip kerja motor bakar?
Perlu diperhatikan bahwa peneliti hendaknya tidak menggabungkan dua variabel dalam
satu rumusan masalah. Contoh: Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa dan pemahaman siswa kelas XII SMK Negeri 5 Surakarta tentang materi
prinsip kerja motor bakar? Variabel motivasi belajar dan pemahaman harus dipisahkan dalam
penyusunan rumusan masalah.
2. Pemecahan Masalah
Bagian ini memuat penjelasan tentang perlakuan yang dikenakan kepada peserta didik
untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang
langkah- langkah penerapan perlakuan tersebut. Jelaskan pula keterkaitan perlakuan dalam
memperbaiki pembelajaran.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara substantif dapat disusun sesuai dengan rumusan masalah.

Peneliti sebaiknya menghindari menggunakan kata mengetahui, tetapi gunakanlah kata- kata
memperoleh.
12

Contoh kalimat: Tujuan penelitian ini adalah
1. untuk memperoleh keberhasilan penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas XII SMK Negeri 5 Surakarta terhadap materi prinsip kerja motor bakar.
2. untuk memperoleh keberhasilan penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan
pemahaman siswa kelas XII SMK Negeri 5 Surakarta terhadap materi prinsip kerja motor
bakar.
D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian dapat mencakup manfaat bagi peserta didik, manfaat bagi guru, dan
manfaat bagi sekolah.
Perlu diperhatikan bahwa judul penelitian dapat disusun diawal sebelum laporan
penelitian disusun. Seringkali terjadi judul penelitian kemudian diperbaiki setelah penelitian
selesai dilakukan. Judul penelitian hendaknya mengandung unsur perlakuan dan hasilnya. Selain
itu ia disarankan mengandung unsur perilaku dan hasil belajar. Contoh: Penerapan metode
demonstrasi untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XII SMK Negeri
5 Surakarta terhadap mata pelajaran motor bakar. Unsur perlakuannya adalah metode
demonstrasi, sedangkan unsur hasilnya adalah motivasi belajar dan pemahaman siswa.

Hal- hal yang dijelaskan di atas merupakan bagian dari Bab I.
Selanjutnya kita lanjutkan pembahasan tentang isi Bab II.
E. Kajian Teoretis
Subbab ini memuat kajian teoretis tentang variabel penelitian. Bagi peneliti pemula,
variabel- variabel penelitian yang akan dikaji mengacu pada variabel yang secara eksplisit
terkandung dalam judul. Seorang peneliti yang sudah berpengalaman, ia bukan saja mengkaji
variabel yang secara eksplisit terkandung dalam judul, tetapi juga dengan kejeliannya ia
mengetahui ada variabel- variabel yang secara implisit terkait dengan judul. Makin
berpengalaman seorang peneliti, makin luas kajian teori yang disajikan. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa teori itu ibarat sebuah jaring ikan. Peneliti harus cermat memilih ukuran
jaring sesuai dengan kebutuhan. Untuk menjaring sekelompok kecil ikan, peneliti tidak perlu
menggunakan jarring yang sangat besar. Ia cukup menggunakan ukuran jaring yang sesuai
dengan banyaknya ikan.

13

Dalam membahas teori tentang satu variabel, perlu mengutip pendapat para ahli atau
pakar. Dalam mengutip pendapat ahli, sebaiknya peneliti tidak mengutip hanya satu pendapat
saja tentang satu variabel. Paling tidak, ada tiga pendapat para pakar tentang satu variabel.
Meskipun jumlah pakar ini tidak ada ketentuannya. Peneliti hendaknya dalam mengkaji teori

tidak menjerengkan pendpat- pendapat para pakar, tetapi ia harus mengambil kesimpulan yang
cerdas tentang pendapat para ahli. Tujuan kajian teoretis tentang variabel di antaranya adalah
untuk menemukan indikator variabel. Indikator variabel inilah yang akan diukur. Tanpa
menemukan indikator, sebuah variabel sulit diukur.
F. Penelitian yang Relevan
Kajian penelitian yang relevan dapat saja tidak di bahas, terutama kalau hasil penelitian
yang relevan dengan substansi masalah yang diteliti sulit ditemukan. Namun demikian peneliti
harus berusaha mencari hasil penelitian yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dalam mengkaji hasil penelitian yang relevan ini peneliti harus cerdas dn
cermat mengambil kesimpulan. Sama halnya dalam kajian teoretis, kajian tentang hasil
penelitian yang relevan bukan dengan cara menjereng beberapa hasil penelitian tanpa mengambil
sebuah kesimpulan.
G. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir seringkali disebut dengan pra hipotesis. Kerangka berpikir memuat
tentang kesimpulan kajian teoretis dan hasil penelitian relevan. Kesimpulan tersebut mengarah
kepada hubungan antar variabel. Dalam penelitian tindakan kelas, ia menunjukkan keterkaitan
atau hubungan antara variabel perlakuan terhadap variabel hasil. Misalnya keterkaitan antara
penerapan metode demonstrasi dengan motivasi belajar dan pemahaman siswa tentang materi
motor bakar.
Kalimat yang digunakan hendaknya mengandung pilihan kata seperti diduga,

dimungkinkan, diharapkan, dan tampaknya. Kata- kata tersebut menunjukkan bahwa hubungan
tersebut belum dapat dipastikan, karena belum diteliti. Sebaiknya peneliti mengakhiri bagian ini
dengan gambar bagan hubungan antar variabel.

14

Contoh:
PENERAPAN
METODE
DEMONSTRASI

PENINGKATAN
MOTIVASI
BELAJAR

PENINGKATAN
PEMAHAMAN
MATERI

Gambar 5. Pola Hubungan antar Variabel


H. Hipotesis Tindakan
Bagian ini menjelaskan tentang hubungan antar variabel penelitian. Pernyataan hipotesis
yang digunakan menunjukkan kepastian. Jadi, peneliti hendaknya tidak menggunakan kata- kata
diduga. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang paling tinggi tingkat kebenarannya.
Peneliti telah melakukan kajian teoretis dan hasil penelitian relevan, sehingga peneliti yakin
belum jawaban sementara dari rumusan masalah. Oleh sebab itu sekali lagi dalam penulisan
hipotesis hindari penggunaan kata diduga. Contoh pernyataan hipotesis disajikan berikut ini.
1. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XII
SMK negeri 5 Surakarta terhadap materi prinsip motor bakar.
2. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XII SMK
negeri 5 Surakarta tentang materi prinsip kerja motor bakar.
Dalam menyusun hipotesis tindakan, peneliti hendaknya tidak menggabungkan dua variabel
dalam satu pernyataan hipotesis, misalnya: penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan
motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas XII SMK negeri 5 Surakarta terhadap materi
prinsip motor bakar.
Dengan demikian, pembahasan tentang Bab II sudah selesai. Selanjutnya mari kita kaji
tentang isi Bab III.
I. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menunjukkan tempat penelitian dilakukan, misalnya di SMK Negeri 5
Surakarta

15

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian menunjukkan rentang waktu penelitian dilaksanakan. Penelitian
dilaksanakan mulai dari menyusun proposal hingga menyusun laporan akhir. Seringkali,
peneliti pemula menganggap, waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari mengambil data
di lapangan. Pendapat tersebut tidak benar.
J. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa. Siswa sebagai subyek penelitian dijadikan sebagai
sumber data penelitian.
K. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian tindakan
kelas. Seorang peneliti pemula yang ingin melakukan penelitian tindakan kelas, bila belum
memiliki gambaran yang jelas tentang langkah- langkah atau prosedur penelitian yang harus
dilakukan, maka ia tidak akan kebingungan melakukan penelitian. Prosedur penelitian yang
dimaksud berkaitan erat dengan prosedur perlakuan yang akan diterapkan kepada siswa untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran.

Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup empat tahap. Keempat tahap tersebut
adalah perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi
(reflection). Berikut ini disajikan penjelasan keempat tahap tersebut.
1. Perencanaan (Planning)
Pada bagian perencanaan, peneliti mempersiapkan hal- hal yang diperlukan untuk
pelaksanaan tindakan (perlakuan). Persiapan tersebut antara lain misalnya menyusun scenario
tindakan, menyiapkan sarana pembelajaran, menyiapkan instrument penelitian, dan
melakukan simulasi tindakan. Perencanaan hendaknya dipersiapkan secermat mungkin, agar
pelaksanaan tindakan dapat berjalan dengan lancar.
2. Tindakan (Action)
Tindakan merupakan pelaksanaan terhadap perencanaan tindakan. Inti dari tindakan ini
adalah pelaksanaan prosedur perlakuan untuk perbaikan pembelajaran. Bersamaan dengan
tindakan, peneliti melakukan pengamatan.

16

3. Observasi (Observation)
Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan. Pengamatan dapat dilakukan
terhadap apa yang dilakukan guru, siswa, dan interaksi pembelajaran yang terjadi.
Pengamatan dibantu oleh teman sejawat yang diberi penjelasan oleh peneliti tentang obyek

yang harus diamati dan tentang penggunaan instrumen.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis data yang diperoleh baik melalui pengamatan
maupun tes. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku siswa, dan tes dilakukan terhadap prestasi
belajar siswa. Kesimpulan dari analisis data direfleksi oleh peneliti. Pertanyaan utama yang
muncul adalah apakah ada perbaikan hasil pembelajaran dari perlakuan yang telah dilakukan.
Hasil pembelajaran tersebut berkaitan dengan perbaikan perilaku maupun prestasi belajar.
Seandainya peneliti belum menemukan hasil yang optimal seperti yang ia harapkan, maka
peneliti dapat melanjutkan dengan tindakan pada siklus kedua. Untuk pelaksanaan siklus kedua,
peneliti hendaknya memulai dari tahapan perencanaan hingga tahapan refleksi.
L. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data antara lain dapat berupa observasi, tes
tertulis, tes lisan dan tes unjuk kerja. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data
berkaitan dengan perilaku. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan
prestasi belajar. Tes tertulis dan lisan digunakan untuk mengumpulkan data tentang aspek
pengetahuan. Tes unjuk kerja digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan aspek
keterampilan.
M. Analisis data
Analisis merupakan sebuah proses pengolahan data atau informasi yang telah diperoleh.
Hasil analisis data kemudian perlu diinterpretasi. Dengan perkataan lain interpretaasi merupakan

kegiatan pemaknaan dari hasil analisis data. Dalam pemaknaan itu penelitian dibantu oleh
pengetahuan dan pemikiran yang kritis dan kreatif.
Banyak peneliti menggunakan analisis data secara deskriptif dalam bentuk persentase.
Hal ini dipilih karena banyak informasi yang diperoleh berkaitan dengan perbaikan pembelajaran

17

peserta didik di kelas. Analisis juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji t untuk
membedakan hasil pembelajaran antar siklus. Namun hal ini tidak banyak memberikan informasi
tentang kemajuan belajar peserta didik. Uji t hanya memberikan keputusan bahwa hasil
pembelajaran pada siklus I dan siklus II berbeda atau tidak berbeda dengan melihat nilai
reratanya. Kalau keputusannya berbeda, maka peneliti dapat menentukan perlakuan pada siklus
mana yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat perbedaan nilai rerata pada setiap
siklus. Siklus yang memiliki nilai rerata lebih besar berarti perlakuannya lebih baik. Ini berarti
hanya dua informasi pokok yang dapat diketahui peneliti dengan menggunakan uji t, yakni
tentang perbedaan, dan perlakuan yang lebih baik. Oleh sebab itu, penulis lebih menyarankan
peneliti menganalisis data penelitian tindakan kelas secara deskriptif dalam bentuk persentase.
Bila peneliti dalam analisis ingin menggabungkan kedua pendekatan analisis tersebut akan lebih
baik.

18