ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN AGENCY COST TERHADAP KINERJA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL,
UKURAN PERUSAHAAN DAN AGENCY COST
TERHADAP KINERJ A PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
J urusan Akuntansi
Oleh :
Anisa Rayining Dita
NPM : 0813010011 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah
satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan
judul
“ANALISIS
PENGARUH
STRUKTUR
MODAL
,
UKURAN
PERUSAHAAN , AGENCY COST PADA KINERJ A PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK SURABAYA ”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung baik
dalam bentuk dukungan moril maupun materiil, do’a maupun bimbingan yang telah
diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT yang memberi hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu dan Ayah yang senantiasa menjadi penguat dan penerang hidup
penulis serta memberikan dukungan baik berupa moril maupun material
dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, Msi, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Dr. Hero Priono, Msi, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto, MM, AK selaku Dosen
Pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
8. Mas Imam Sofwan, adek Subhan Anwari, adek Moh. Basri Anwari,
makasi atas motivasi dan semangatnya.
9. Hendra Julian Putra Alhamdulillah akhirnya selesai juga, makasih buat
support, motivasi, cintanya, dan selalu menemani hari – hari penulis
dalam suka dan duka, semoga cita-cita kita bisa terwujud.
10. Semua teman-teman angkatan 2008 yang turut memberikan motivasi serta
informasi kepada penulis. Special untuk sahabat-sahabat penulis tercinta,
Nisaa narulyta, Dila liliyatri, Anggraini Fitriana, Laily Farhatin, Yunita
Rizkiasih.
11. Teman-teman kos Mbak Nimas Ayu, Lita, dan buat semua MA IF no.10
terima kasih buat dukungan nya selama penulis mengerjakan skripsi.
12. Serta pihak –pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu
dari penulisan skripsi ini. penulis juga berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Januari 2013
Penulis
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKSI
OLEH
ANISA RAYINI NG DITA
Tujuan utama didirikannya perusahaan perbankan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Kesejehteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja
perusahaan perbankan (firm bank performance) yang baik. Di dalam perbankan terdapat
beberapa fungsi, antara lain fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Pemisahan
fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan sangat rentan dengan agency conflict
(konflik kepentingan) yang dapat menimbulkan agency cost (biaya agensi). Ukuran
perbankan berpengaruh terhadap kinerja, hal ini menunjukkan bahwa perbankan besar
lebih menjanjikan kinerja yang baik.
Tujuan dalam penelitian ini, yakni memberikan bukti empirik bagaimana
pengaruh langsung maupun tidak langsung pengaruh struktur modal dan ukuran
perbankan terhadap agency cost, pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan
agency cost terhadap kinerja perbankan, dan pengaruh tidak langsung struktur modal
dan ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai
intervening variable.
Terdapat pengaruh struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap agency cost
sebagian terbukti kebenarannya. Karena hanya variabel ukuran perusahaan yang teruji
berpengaruh terhadap agency cost sedangkan struktur modal tidak teruji berpengaruh
terhadap agency cost. Terdapat pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan
agency cost terhadap kinerja perusahaan” sebagian terbukti kebenarannya. Karena
variabel struktur modal dan agency cost yang teruji berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan tidak teruji berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai intervening variable” sebagian
terbukti kebenarannya. Karena agency cost hanya memoderasi antara ukuran
perusahaan dengan kinerja perusahaan atau dengan kata lain terdapat pengaruh tidak
langsung ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost.
Kata kunci : struktur modal , ukuran perusahaan , agency cost ,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
BY
ANISA RAYINING DITA
The main objective is the establishment of banking companies to increase
shareholder wealth. Prosperity can be enhanced through the performance of the banking
company (bank firm performance) is good. In the banking system, there are several
functions, including the functions of management and ownership functions. The
separation of the functions of management and ownership functions are particularly
vulnerable to the agency conflict (conflict of interest) which may lead to agency costs
(agency costs). Size effect on the performance of banks, suggesting that large banks are
more promising performance.
The purpose of this research, which provides empirical evidence of the influence
of direct and indirect effects of capital structure and the size of the banks of agency
costs, the effect of capital structure, the size of banks, and agency costs on the
performance of banks, and the indirect effect of capital structure and size on the
performance of banks banking agency costs as an intervening variable.
There is the influence of the capital structure and firm size on agency costs mostly
unsubstantiated. Since only the tested variables firm size effect on agency costs, while
capital structure unexamined influence agency costs. There is the influence of the
capital structure, company size, and agency costs on corporate performance "mostly
unsubstantiated. Because of the variable capital structure and agency costs are proven
effect on company performance, while the size of the company does not affect the
performance of the company's proven. There is the indirect effect of capital structure
and firm size on corporate performance through agency costs as intervening variable
"part proved true. Since agency costs only moderate between company size and
company performance or in other words there is an indirect effect of firm size on
corporate performance through agency costs.
Keywords: capital structure, firm size, agency costs,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Tujuan
utama
didirikannya
perusahaan
perbankan
adalah
untuk
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejehteraan dapat ditingkatkan
melalui kinerja perusahaan perbankan (firm bank performance) yang baik. Kinerja
perbankan yang baik juga bermakna bagi konsumen, komunitas, karyawan, dan
pemasok – termasuk dalam pemasok adalah kreditur, yaitu pemasok dana. Tujuan
sekunder didirikannya perbankan adalah untuk kesejahteraan pihak-pihak yang
disebutkan terakhir. Tujuan sekunder adalah penggerak bagi tercapainya tujuan
primer (Atkinson, Banker, Kaplan, and Young, 1997).
Periode tahun 2008 hingga tahun 2010 bagi perbankan adalah periode
yang tidak stabil, seiring adanya krisis keuangan yang melanda dunia pada tahun
2008. Tahun 2009, usaha perbankan akan terasa berat karena memburuknya
tekanan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Pengamat
perbankan Eko B Supriyanto diberita kompas online terbitan 12 November 2008,
pada tahun 2009 nanti pertumbuhan kredit akan mengalami koreksi, tingkat kredit
macet (Non Performing Loan/NPL) akan berat, dan terjadi persaingan
memperebutkan kredit Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan mikro, meski
tahun 2008 kinerja perbankan masih sesuai rencana, namun tahun 2009 kredit
akan semakin berhati-hati dengan likuiditas yang terbatas dengan suku bunga
mahal.
1
2
Kenaikan nilai tukar, suku bunga, dan ketersediaan likuiditas perbankan
akan menyebabkan memburuknya sektor riil dan tertekannya sektor konsumsi
terutama properti dan kredit mobil, hal itu akan mendorong tingkat NPL yang
parah dan perebutan dana pihak ketiga akan semakin cepat. Karena ada tekanan
ekonomi global, perbankan akan melakukan pengereman kredit, dan lebih menata
porfolio investainya (Kompas.com, Tahun 2009, Tekanan Ekonomi Global Pukul
Perbankan, berita tanggal 12 November 2008).
Pada akhir periode 2010, Perbankan Indonesia tampaknya berhasil
melewati dampak krisis global yang sudah menghancurkan perekonomian negaranegara besar. Menurut Sukarela Batunanggar Dewan Pengawas Bank Indonesia,
pada akhir Oktober 2010 kinerja sektor keuangan, khususnya perbankan cukup
baik. Indikasinya adalah likuiditas dan permodalan industri perbankan.
Short term capital inflow berpotensi meningkatkan risiko nilai tukar dan
risiko likuiditas pada saat outflow. Kinerja perbankan per September 2010
memang kelihatan cukup stabil dengan CAR 16,4 persen. Meningkat sedikit dari
bulan Agustus 16,3 persen, sementara itu likuiditas masih terkendali, terlihat dari
rasio likuiditas terhadap non-care deposits 16,8 persen.(Kompas.com, Perbankan
Indonesia Lewati Krisis Global, berita tanggal 17 Desember 2010)
Profitabilitas perbankan juga cukup tinggi dengan ROA sekitar 2,8 persen.
Kualitas kredit meningkat dengan nilai kredit meningkat Rp 229,3 triliun naik
16,0 persen year to date, atau tumbuh Rp 298,1 triliun setara dengan 21,9 persen
year on year. Melihat kondisi Dana Pihak Ketiga DPK, juga turut meningkat Rp
179,3 triliun sekitar 9,1 persen year to date atau Rp 313,3 triliun sekitar 17,1
3
persen year on year. (Kompas.com, Perbankan Indonesia Lewati Krisis Global,
berita tanggal 17 Desember 2010).
Kinerja
perbankan
memperlihatkan
kemampuan perbankan
untuk
memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang, kinerja perbankan
merupakan prestasi kerja perbankan. Salah satu ukuran kinerja perbankan adalah
Return on Equity (ROE). ROE adalah ukuran profitabilitas perbankan penting
yang mengukur pengembalian untuk pemegang saham (Jones et al. 2009).
Di dalam perbankan terdapat beberapa fungsi, antara lain fungsi
pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Jensen dan Meckling (1976 dalam Jones,
2009) mengatakan bahwa pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan
sangat rentan dengan agency conflict (konflik kepentingan). Agency conflict
terjadi manakala manajer cenderung membuat keputusan yang menguntungkan
dirinya daripada kepentingan pemegang saham (Meckling 1976, Myers 1977
dalam Jones, 2009). Agency conflict dapat menimbulkan agency cost (biaya
agensi), yaitu berupa pemberian insentif yang layak kepada manajer serta biaya
pengawasan untuk mencegah hazard. Agency cost juga berarti penggunaan aliran
kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu yang dilakukan
manajer atas free cash flow (aliran kas bebas).
Agency conflict dapat terjadi antara pemegang saham pengendali dan
pemegang saham minoritas, antara pemegang saham dengan kreditur, antara
pemegang saham pengendali dan stakeholder lainnya, termasuk pemasok dan
karyawan (Asian Development Bank dalam Husnan, 2001), tetapi penelitian ini
hanya terbatas pada agency conflict antara manajer dan pemegang saham.
4
Perbankan dapat didanai dengan hutang dan ekuitas. Komposisi
penggunaan hutang dan ekuitas ini tergambar dalam struktur modal. Penggunaan
hutang diistilahkan dengan financial leverage (pengungkit keuangan). Hutang
(debt) yang dimaksud adalah hutang untuk pendanaan perbankan yang tidak selalu
sama dengan kewajiban (liabilities) dan tidak sama dengan tagihan (payable).
Hutang menimbulkan beban bunga yang dapat menghemat pajak. Artinya beban
bunga dapat dikurangkan dari pendapatan sehingga laba sebelum pajak menjadi
lebih kecil dan akibatnya pajak semakin kecil. Sedangkan jika pendanaan
menggunakan ekuitas, maka tidak terdapat beban yang dapat mengurangi pajak
perbankan.
Dalam literatur finance, Jensen dan Meckling (1976) adalah yang pertama
menghubungkan agency cost dengan hutang dalam struktur modal. Penggunaan
hutang dalam struktur modal dapat mencegah pengeluaran perbankan yang tidak
penting dan memberi dorongan pada manajer untuk mengoperasikan perbankan
dengan lebih efisien, hal tersebut menyebabkan agency cost berkurang dan
selanjutnya kinerja perbankan diharapkan akan meningkat Cao (2006).
Penggunaan hutang yang tinggi dalam struktur modal mungkin
mempengaruhi perilaku manajer, jika keadaan baik, manajer akan menggunakan
aliran kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran tidak perlu yang disebut
agency cost, tetapi ancaman kebangkrutan karena hutang yang tinggi dapat
mengurangi pengeluaran yang tidak penting sehingga akan meningkatkan free
cash flow (aliran kas bebas), dengan demikian diharapkan hutang tersebut dapat
mengurangi agency cost.
5
Agency cost dapat pula terjadi jika manajer tidak menangkap peluang
investasi pada proyek baru karena khawatir akan resiko yang akan ditanggungnya
(Brigham dan Daves 2004). Lin (2006) menemukan bahwa struktur modal
berpengaruh positif terhadap agency cost, artinya kebijakan hutang meningkatkan
agency cost.
Selain pengaruh struktur modal terhadap agency cost, Lin (2006) juga
menemukan bahwa ukuran perbankan berpengaruh negatif terhadap agency cost,
mengindikasikan bahwa perbankan besar memerlukan lebih sedikit beban-beban
discretionary.
ROE dapat menjadi ukuran efisiensi penggunaan modal sendiri yang
dioperasionalkan dalam perbankan, semakin besar ROE, semakin besar pula
kemampuan perbankan menghasilkan laba bagi pemegang saham. Moeljadi
(2006) mengatakan bahwa leverage merupakan variabel penjelas bagi rentabilitas
modal sendiri, maksudnya struktur modal merupakan variabel penjelas bagi ROE.
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa leverage keuangan
merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan laba. Penggunaan
hutang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perbankan
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perbankan,
karena aktiva perbankan digunakan untuk menghasilkan laba.
Laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar (Brigham
dan Houston 2001), tetapi, penggunaan leverage yang semakin besar
menyebabkan beban bunga semakin besar (Brigham dan Gapenski 1997), jika
beban bunga sangat besar sedangkan laba operasi tidak cukup besar maka akan
6
timbul masalah kesulitan keuangan yang menyebabkan kinerja menurun, namun
demikian beban bunga hutang juga merupakan pengurang pajak yang dapat
meningkatkan nilai perbankan (Brigham dan Gapenski 1997), dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja, sedangkan bila perbankan
menggunakan ekuitas maka tidak terdapat penghematan pajak karena beban
ekuitas tidak mengurangi pajak. Bouresli (2001) dan Lin (2010) menemukan
bahwa rasio hutang terhadap jumlah aset berpengaruh negatif terhadap kinerja
perbankan, tetapi Calisir et al. (2010) menemukan pengaruh yang positif.
Lin (2006) serta Wright et al. (2009) menemukan bahwa ukuran perbankan
berpengaruh positif terhadap kinerja, hal ini menunjukkan bahwa perbankan besar
lebih menjanjikan kinerja yang baik (Lin, 2006). Calisir et al. (2010) juga
menemukan pengaruh positif ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan sektor
teknologi informasi dan komunikasi di Turki, tetapi Huang (2002) menemukan
bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan
Taiwan yang berada di China. Demikian juga Talebria et al. (2010), tidak
menemukan pengaruh ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan yang
terdaftar di Tehran Stock Exchange.
Lin (2006) juga meneliti pengaruh agency cost terhadap ROE, ditemukan
bahwa agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE, demikian
juga Wright et al. (2009), menemukan bahwa agency cost berhubungan negatif
dengan kinerja perbankan, sikap tidak peduli terhadap agency cost dapat
mengurangi pencapaian keuntungan kompetitif yang berdampak negatif terhadap
kinerja.
7
Pada teori yang diungkapkan di atas telah diduga bahwa struktur modal
dan ukuran perbankan berpengaruh terhadap agency cost, namun dari uraian
Brigham dan Houston (2001) di atas terlihat bahwa struktur modal dapat juga
berpengaruh langsung terhadap kinerja perbankan, demikian juga ukuran
perbankan dapat berpengaruh positif (Lin 2006, Wright et al. 2009, Calisir et al.
2010) terhadap kinerja perbankan, walaupun dapat juga tidak berpengaruh (Huang
2002, Talebria et al. 2010). Lin (2006) dan Wright et al. (2009) menemukan
bahwa agency cost berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
Di atas telah disebutkan bahwa struktur modal dan ukuran perbankan
dapat berpengaruh terhadap agency cost. Agency cost yang diproksikan dengan
rasio discretionary expense terhadap penjualan bersih pun dapat berpengaruh
terhadap kinerja perbankan (Lin 2006).
Struktur modal dan ukuran perbankan mungkin akan berpengaruh juga
terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai intervening variable.
Artinya semakin tinggi tingkat hutang dan ukuran perbankan dapat berpengaruh
terhadap kinerja perbankan jika dikaitkan dengan agency cost yang diproksikan
dengan rasio discretionary expense terhadap penjualan bersih. Maksudnya jika
hutang meningkatkan beban bunga maka discretionary expense dapat meningkat
dan akibatnya menurunkan kinerja, tetapi jika beban bunga tersebut menghemat
pajak maka kinerja dapat meningkat. Hutang juga mungkin meningkatkan
produktifitas sehingga penjualan meningkat. Rasio discretionary expense terhadap
penjualan bersih yang merupa-kan proksi dari agency cost berkurang.
Berkurangnya rasio tersebut menyebabkan laba meningkat, dan akibatnya kinerja
8
meningkat, demikian juga jika ukuran perbankan meningkatkan skala ekonomis
maka kemungkinan kinerja akan meningkat melalui pengurangan discretionary
expense, sebaliknya, jika ukuran yang besar menyebabkan peningkatan beban,
maka kinerja akan menurun.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat disusun perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh struktur modal dan ukuran perbankan terhadap
agency cost ?
2. Apakah terdapat pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan agency cost
terhadap kinerja perbankan ?
3. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran
perbankan terhadap kinerja perbankan melalui
agency cost sebagai
intervening variable ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini, yakni memberikan bukti empirik bagaimana
pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel-variabel yang diteliti sebagai
berikut :
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh struktur modal dan
ukuran perbankan terhadap agency cost,
9
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh struktur modal,
ukuran perbankan, dan agency cost terhadap kinerja perbankan, dan
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan melalui
agency cost sebagai intervening variable.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam pelaksanaan penelitian ini
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pemahaman mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
pengaruh struktur modal dan ukuran perbankan terhadap agency cost,
pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan agency cost terhadap kinerja
perbankan, dan pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perbankan
terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai intervening variable.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka mengembangkan
dengan pengaruh struktur modal dan ukuran perbankan terhadap agency cost,
pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan agency cost terhadap kinerja
perbankan, dan pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perbankan
terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai intervening variable.
10
3. Bagi Universitas
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori yang
berhubungan dengan teori dengan pengaruh struktur modal dan ukuran
perbankan terhadap agency cost, pengaruh struktur modal, ukuran perbankan,
dan agency cost terhadap kinerja perbankan, dan pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan melalui
agency cost sebagai intervening variable.
4. Bagi Perbankan
Dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman dalam proses pengambilan
keputusan-keputusan manajemen yang dalam peningkatan kinerja perbankan.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA DAN KERANGKA MODEL
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu atau sebelumya sebelum penelitian ini dilaksanakan
dan menjadi dasar pemikiran penelitian ini adalah :
1. Khaira Amalia Fachrudin (2011) dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur
Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Permasalahan : menguji pengaruh struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap agency cost; pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan
agency cost terhadap kinerja perusahaan; serta pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui
agency cost sebagai intervening variable.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif
struktur modal terhadap agency cost dan pengaruh signifikan negatif ukuran
perusahaan terhadap agency cost; tidak terdapat pengaruh signifikan struktur
modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan; serta
tidak terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai intervening variable.
2. Masdar
Mas’ud (2008) dengan
Mempengaruhi
Struktur
Modal
judul “Analisis
dan
Perusahaan”.
11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Faktor-faktor yang
Hubungannya
Terhadap
Nilai
12
Permasalahan : analisa tentang faktor-faktor penentu struktur modal serta
dampaknya terhadap nilai perusahaan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa: Faktor-faktor penentu struktur modal
yang memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah
profitability, size, growth opportunity, asset structure, dan cost of financial
distress, sedangkan faktor tax shield effect tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Faktor tax shield effect yang tidak signifikan
pengaruhnya terhadap struktur modal. Faktor-faktor penentu struktur modal
yang memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah
profitability, asset structure, cost of financial distress dan tax shield effects,
sedangkan faktor size dan growth opportunity tidak bepengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Faktor size dan growth opportunity yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap struktur modal. Adapun faktor penentu yang
tidak berbeda secara signifikan adalah growth opportunity, asset structure dan
nilai perusahaan.Terdapatnya perbedaan faktor-faktor penentu struktur modal
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk
Indonesia variabel faktor penentu yang berbeda secara signifikan adalah
profitability, size, cost of financial distress, tax shield effects dan struktur
modal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Tabel 2.1 Rekapitulasi Penelitian Terdahulu
J udul
Penulis
Khaira
Analisis
Amalia
Pengaruh
Fachrudin
Struktur
Modal, Ukuran
Perusahaan,
dan Agency
Cost Terhadap
Kinerja
Perusahaan
Metode
analisis
jalur
Hasil
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan positif struktur modal
terhadap agency cost dan pengaruh
signifikan negatif ukuran perusahaan
terhadap agency cost; tidak terdapat
pengaruh signifikan struktur modal,
ukuran perusahaan, dan agency cost
terhadap kinerja perusahaan; serta tidak
terdapat pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui
agency cost sebagai intervening
variable.
Masdar
Analisis
Mas’ud
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Struktur
Modal dan
Hubungannya
Terhadap Nilai
Perusahaan
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
dan t-test
menunjukkan bahwa: Faktor-faktor
penentu struktur modal yang
memberikan pengaruh signifikan
terhadap struktur modal adalah
profitability, size, growth opportunity,
asset structure, dan cost of financial
distress, sedangkan faktor tax shield
effect tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Untuk
Indonesia variabel faktor penentu yang
berbeda secara signifikan adalah
profitability, size, cost of financial
distress, tax shield effects dan struktur
modal.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan yang dilakukan oleh peneliti
sekarang ini, yaitu sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan suatu
perusahaan.
Perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian saat ini yang
sedang dibahas sekarang ini adalah terletak pada objek, metode dan data tahun
penelitian. Penelitian yang dilakukan saat ini, penelitian dilakukan pada kinerja
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
keuangan Bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2010
serta menggunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisa.
2.2.
Kajian Pustaka
2.2.1. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
(Sucipto, 2003). Kinerja perusahaan juga merupakan hal penting yang harus
dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan
dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan
operasionalnya.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan
kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja perusahaan dapat
dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan.
Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran.
Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dan Indriastiti (2009)
dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
c. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka.
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada
dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari
manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan
sepanjang waktu. Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang
merupakan pihak eksternal bagi perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
2. Rasio Aktivitas
Rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara
optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar
industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun
laba bagi modal sendiri. Menurut Ang (1997), rasio profitabilitas dibagi
menjadi enam antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin
(NPM), Operating Return On Assets (OPROA), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Operating Ratio (OR).
4. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Finansial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti
menggunakan modal sendiri 100%.
5. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam
basis per saham.
Menurut Husnan (2001), kinerja perusahaan adalah hasil banyak
keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh
karena itu dalam menilai kinerja perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan
kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang
menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan.
Efektivitas diukur melalui kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang
tepat untuk mencapai tujuan. Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara
masukan dan keluaran.
Penilaian perusahaan khususnya kinerja memiliki beberapa tujuan.
Perusahaan yang akan melakukan merger memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan. Jika perusahaan bermasalah, penilaian kinerja bertujuan untuk
mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk
mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya.
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa juga
harus dinilai dengan penelitian yang wajar untuk ditawarkan kepada masyarakat
atau publik. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam suatu
perusahaan, memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau
tambahan modal juga untuk keperluan divestasi.
Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian yaitu
kinerja operasi perusahaan dan kinerja pasar, kinerja operasi perusahaan diukur
dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya.
Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio
profitabilitas.
Rasio
profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.
Rasio yang sering digunakan adalah ROE.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.2. Struktur Modal
Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor
Franco Modigliani dan Merton Miller, selanjutnya disebut MM (dalam Brigham
dan Houston, 2006) menerbitkan apa yang disebut sebagai salah satu artikel
keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan, dengan
sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa nilai sebuah perusahaan tidak
terpengaruh oleh struktur modalnya, atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh
MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai
operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah suatu hal
yang tidak relevan.
Studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistik, termasuk
hal-hal berikut: 1) tidak ada biaya pialang, 2) tidak ada pajak, 3) tidak ada biaya
kebangkrutan, 4) investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan
perusahaan, 5) semua investor memiliki informasi yang sama dengan menajemen
tentang peluangpeluang investasi perusahaan dimasa depan, 6) EBIT tidak
terpengaruh oleh penggunaan hutang.
Beberapa asumsi di atas jelas-jelas merupakan suatu hal yang tidak
realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang sangat penting. Dengan
menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal tersebut tidak relevan, MM
juga telah memberikan petunjuk mengenai hal-hal apa yang dibutuhkan agar
membuat struktur modal menjadi relevan yang selanjutnya akan mempengaruhi
nilai perusahaan. Hasil karya MM menandai awal penelitian struktur modal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
modern, dengan penelitian selanjutnya berfokus pada melonggarkan asumsiasumsi MM guna mengembangkan suata teori struktur modal yang lebih realistis.
1) Pengaruh Perpajakan
MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 di mana di dalamnya
mereka melonggarkan asumsi tidak adanya pajak perusahaan. Peraturan
perpajakan memperbolehkan perusahaan untuk mengurangkan pembayaran
bunga sebagai suatu beban, akan tetapi pembayaran deviden kepada pemegang
saham tidak dapat menjadi pengurangan pajak. Perbedaan perlakuan ini
mendorong perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya, tentu
MM mendemontrasikan bahwa jika seluruh asumsi mereka lain yang tetap
berlaku, perlakuan yang berbeda ini akan mengarah pada terjadinya suatu
situasi dimana perusahaan didanai 100 persen oleh hutang.
2) Pengaruh Potensi Terjadinya Kebangkrutan.
Hasil irelevansi MM juga tergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak akan
bangkrut, sehingga tidak akan ada biaya kebangkrutan, namun, kebangkrutan
pada praktiknya terjadi, dalam hal ini sangat mahal biayanya. Perusahaan yang
bangkrut akan memiliki beban akuntansi dan hukum yang sangat tinggi, dan
juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan pelanggan, pemasok dan
karyawannya. Masalah-masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan
kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih
banyak hutang dalam struktur modalnya, karena itu, biaya kebangkrutan
menahan perusahaan mendorong penggunaan hutangnya hingga ke tingkat yang
berlebihan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
3) Teori Pertukaran.
Fakta bahwa bunga adalah beban pengurangan pajak menjadikan hutang lebih
murah daripada saham biasa atau saham preferen, akibatnya, secara tidak
langsung pemeritah akan membayarkan sebagian biaya dari modal hutang, atau
dengan cara lain, hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Semakin
banyak perusahaan menggunakan hutang, maka semakin tinggi nilai dan harga
sahamnya, menurut asumsi tulisan Moddigliani-Miller dengan pajak, harga
saham sebuah perusahaan akan mencapai nilai maksimal jika perusahaan
sepenuhnya menggunakan hutang 100 persen, dalam dunia nyata, perusahaan
jarang menggunakan hutang 100 persen, alasan utama perusahaan membatasi
penggunaan hutang adalah untuk menjaga biaya-biaya yang berhubungan
dengan kebangkrutan tetap rendah.
4) Teori Persinyalan.
MM berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama tentang prospek
sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini disebut informasi simetris
(symmetric information), namun kenyataanya, para manajer seringkali memiliki
informasi yang lebih daripada pihak luar, hal ini disebut informasi asimetris
(asymmetric information), dan memiliki pengaruh yang penting pada struktur
modal yang optimal.
5) Menggunakan Pendanaan Hutang untuk Membatasi Manajer.
Perusahaan dapat mengurangi arus kas yang berlebihan dengan beragam cara.
Salah satunya adalah dengan menyalurkan kembali kepada pemegang saham
melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian kembali saham. Alternatif
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
yang lain adalah untuk mengubah struktur modal ke arah hutang dengan
harapan adanya persyaratan penutupan hutang yang lebih tinggi akan memaksa
manajer untuk lebih disiplin, jika hutang tidak tertutupi seperti yang
diharuskan, perusahaan akan terpaksa dinyatakan bangkrut. Pembelian melalui
hutang (laverage buyout-LBO) adalah satu cara untuk mengurangi kelebihan
arus kas, dalam suatu LBO hutang digunakan untuk mendanai pembelian
saham sebuah perusahaan, dimana selanjutnya akan dimiliki secara pribadi.
Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai
aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal pemegang saham,
sedangkan struktur modal perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri
dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Jadi,
struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur
keuangannya, sedangkan struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan
permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh hutang, ekuitas saham
preferen, dan saham biasa.
Pada dasarnya, keputusan pendanaan (financing) perusahaan berkaitan
dengan penentuan sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai usulanusulan investasi yang telah diputuskan sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan dana
tersebut dapat disediakan atau diperoleh dari sumber internal maupun eksternal
perusahaan, apabila perusahaan memenuhi kebutuhan kebutuhan dananya dari
sumber internal, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan internal
(internal financing) yaitu dalam bentuk laba ditahan Sebaliknya, jika perusahan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
memenuhi kebutuhan dananya dari sumber eksternal, maka perusahaan tersebut
melakukan pendanaan eksternal (external financing). Pemenuhan kebutuhan dana
secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan hutang (debt financing)
dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang diperoleh
melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri berasal dari emisi atau
penerbitan saham.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri, oleh karena itu, struktur modal
diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan
untuk
mengukur
tingkat
leverage
(penggunaan
hutang)
terhadap
total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis DER dapat
dirumuskan sebagai berikut (Robert, 1997):
DER =
Total Debt
Total Ekuitas
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang) sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal
sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi
DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang)
semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Ang, 1997).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
2.2.3. Ukuran Perusahaan
Suatu perusahaan bisa saja dikatakan sebagai perusahaan besar, jika
kekayaan yang dimilikinya besar, demikian pula sebaliknya, perusahaan tersebut
dikatakan kecil, jika kekayaan yang dimilikinya adalah sedikit. Biasanya
masyarakat akan menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat bentuk fisik
perusahaan, dapat dibenarkan bahwa perusahaan yang dari luar terlihat megah dan
besar diartikan sebagai perusahaan berskala besar, namun, hal itu tidak menutup
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki kekayaan yang besar.
Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
sehingga rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun. Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) ukuran perusahaan
merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total
aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun. Soliha dan Taswan (2002) menyatakan
bahwa perusahaan besar umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang
tinggi dalam masalah pendanaan di pasar modal.
Menurut Badan Standarisasi Nasional, kategori ukuran perusahaan ada 3
yaitu:
1. Perusahaan Kecil
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan kecil apabila memiliki kekayaan
bersih lebih dari 50.000.000,- dengan paling banyak 500.000.000,- tidak
termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak 2.500.000.000,-.
2. Perusahaan Menengah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki
kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak
10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak
50.000.000.000,-.
3. Perusahaan Besar
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki kekayaan
bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000,-.
Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah bertambah dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam
jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan
besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan aset yang kecil.
Penelitian ini akan digunakan total aktiva untuk mengukur ukuran
perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan penjualan
(Sudarmadji dan Sularto, 2009). Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya total aktiva yang dimiliki. Jadi
salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah total
aktiva dari perusahaan tersebut. Total aktiva adalah segala sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan
akan memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
Ukuran
perusahaan
yang
sebenarnya
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk bertahan dan memanfaatkan peluang bisnis. Perusahaan yang
kokoh dan besar harus bisa memanfaatkan peluang bisnis yang ada dan menjaga
kestabilan pengelolaan dana dalam perusahaan. Semakin besar perusahaan maka
semakin besar dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aktiva dengan jumlah besar atau disebut
dengan perusahaan besar akan lebih banyak mendapatkan perhatian dari investor,
kreditor maupun para pemakai informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan
perusahaan kecil, jika perusahaan memiliki total aktiva yang besar maka pihak
manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan aktiva yang ada di perusahaan
tersebut, kemudahan dalam mengendalikan aktiva perusahaan inilah yang akan
meningkatkan nilai perusahaan, dalam menghadapi goncangan ekonomi, biasanya
yang lebih kokoh berdiri adalah perusahaan yang berukuran besar, meskipun tidak
menutup kemungkinan dialaminya kebangkrutan, sehingga investor akan lebih
cenderung menyukai perusahaan berukuran besar daripada perusahaan kecil.
Perusahaan yang besar relatif mudah akses ke pasar modal. Kemudahan ini
mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana
dari hutang melalui pasar modal, semakin besar perusahaan maka semakin banyak
dana yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Salah satu sumber
untuk memperoleh dana adalah melalui hutang di pasar modal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
2.2.4. Agency Cost
Teori Keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976) bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang
saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan konflik diantara
keduannya. Hal ini lebih disebabkan antara lain karena manajer lebih cenderung
untuk berusaha mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan
pemegang saham. Teori keagenan yang dikemukan oleh Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa yang disebut principal adalah pemegang saham dan
yang dimaksud dengan agent adalah para professional/manajemen/CEO, yang
dipercaya oleh principal untuk mengelola perusahaan.
Dalam menjalankan usaha biasanya pemilik menyerahkan/melimpahkan
kepada pihak manajemen yang menyebabkan hubungan keagenan. Hubungan
keagenan merupakan salah satu sebab adanya suatu konflik. Menurut Pujiastuti
(2008) mengatakan bahwa konflik keagenan tersebut bisa terjadi antara (1)
pemilik (shareholders) dan manajer, dimana manajer melakukan perbuatan
opportunistic untuk mencapai tujuan pribadinya. Hal ini tidak disukai oleh
shareholders, dimana shareholders lebih menginnginkan suatu profit yang lebih.
(2) Manajer dengan debtholder dimana manajer lebih menyukai dividen yang
ditahan digunakan sebagai modal untuk ekspansi perusahaan tetapi debtholder
lebih menyukai bahwa dividen yang ditahan digunakan sebagai dana untuk
membayar hutang perusahaan. Debtholder khawatir apabila laba yang digunakan
untuk ekspansi perusahaan tidak sesuai yang diharapkan sehingga hutang
perusahaan tidak dapat dibayarkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Konflik-konflik keagenan dapat dikurangi dengan suatu mekanisme
pengawasan, pengontrolan dan mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang
terkait, namun mekanisme tersebut menimbulkan biaya-biaya yang disebut
sebagai biaya keagenan (agency cost). Menurut Horne dan Wachowicz (2005)
biaya keagenan adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham.
Menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Brigham, 2006), biaya keagenan
adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau
meminimalkan
masalah-masalah
keagenan
dan
untuk
memaksimumkan
pemegang saham. Sedangkan menurut Brigham (2006), agency cost adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memonitoring manajer.
Menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Brigham 2006)) agency cost
dapat berupa :
1. Pengeluaran untuk memantau tindakan manajer (the monitoring expenditure
by the principal ).
2. The bonding Cost
Biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk mengendalikan terhadap agent,
sehingga kemungkinan timbulnya perilaku yang tidak dikendaki semakin
kecil.
3. Residual Lost
Pengorbanan karena hilangnya/berkurangnya kesempatan untuk memperoleh
laba karena dibatasinya kewenangan atau adanya perbedaan keputusan antara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
principal dan agent. Penelitian ini akan memfokuskan pada agency cost yang
diproksikan melalui insider ownership, institutional owership, collateralizable
assets, debt to total assets,
4. dan firm size yang berpengaruh pada penetapan dividend payout ratio.
2.2.5. Hubungan Antar Variabel
2.2.5.1 Hubungan Antara Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap
Agency Cost
Perusahaan dapat didanai dengan hutang dan ekuitas. Komposisi
penggunaan hutang dan ekuitas ini tergambar dalam struktur modal. Penggunaan
hutang diistilahkan dengan financial leverage (pengungkit keuangan). Hutang
(debt) yang dimaksud adalah hutang untuk pendanaan perusahaan yang tidak
selalu sama dengan kewajiban (liabilities) dan tidak sama dengan tagihan
(payable). Hutang menimbulkan beban bunga yang dapat menghemat pajak.
Artinya beban bunga dapat dikurangkan dari pendapatan sehingga laba sebelum
pajak menjadi lebih kecil dan akibatnya pajak semakin kecil. Sedangkan jika
pendanaan menggunakan ekuitas, maka tidak terdapat beban yang dapat
mengurangi pajak perusahaan, dalam literatur finance, Jensen dan Meckling (1976
dalam Bigham, 2006) adalah yang pertama me
UKURAN PERUSAHAAN DAN AGENCY COST
TERHADAP KINERJ A PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
J urusan Akuntansi
Oleh :
Anisa Rayining Dita
NPM : 0813010011 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah
satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan
judul
“ANALISIS
PENGARUH
STRUKTUR
MODAL
,
UKURAN
PERUSAHAAN , AGENCY COST PADA KINERJ A PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK SURABAYA ”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung baik
dalam bentuk dukungan moril maupun materiil, do’a maupun bimbingan yang telah
diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT yang memberi hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu dan Ayah yang senantiasa menjadi penguat dan penerang hidup
penulis serta memberikan dukungan baik berupa moril maupun material
dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Rahman A. Suwaidi, Msi, selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Dr. Hero Priono, Msi, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto, MM, AK selaku Dosen
Pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
8. Mas Imam Sofwan, adek Subhan Anwari, adek Moh. Basri Anwari,
makasi atas motivasi dan semangatnya.
9. Hendra Julian Putra Alhamdulillah akhirnya selesai juga, makasih buat
support, motivasi, cintanya, dan selalu menemani hari – hari penulis
dalam suka dan duka, semoga cita-cita kita bisa terwujud.
10. Semua teman-teman angkatan 2008 yang turut memberikan motivasi serta
informasi kepada penulis. Special untuk sahabat-sahabat penulis tercinta,
Nisaa narulyta, Dila liliyatri, Anggraini Fitriana, Laily Farhatin, Yunita
Rizkiasih.
11. Teman-teman kos Mbak Nimas Ayu, Lita, dan buat semua MA IF no.10
terima kasih buat dukungan nya selama penulis mengerjakan skripsi.
12. Serta pihak –pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu
dari penulisan skripsi ini. penulis juga berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Januari 2013
Penulis
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKSI
OLEH
ANISA RAYINI NG DITA
Tujuan utama didirikannya perusahaan perbankan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham. Kesejehteraan dapat ditingkatkan melalui kinerja
perusahaan perbankan (firm bank performance) yang baik. Di dalam perbankan terdapat
beberapa fungsi, antara lain fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Pemisahan
fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan sangat rentan dengan agency conflict
(konflik kepentingan) yang dapat menimbulkan agency cost (biaya agensi). Ukuran
perbankan berpengaruh terhadap kinerja, hal ini menunjukkan bahwa perbankan besar
lebih menjanjikan kinerja yang baik.
Tujuan dalam penelitian ini, yakni memberikan bukti empirik bagaimana
pengaruh langsung maupun tidak langsung pengaruh struktur modal dan ukuran
perbankan terhadap agency cost, pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan
agency cost terhadap kinerja perbankan, dan pengaruh tidak langsung struktur modal
dan ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai
intervening variable.
Terdapat pengaruh struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap agency cost
sebagian terbukti kebenarannya. Karena hanya variabel ukuran perusahaan yang teruji
berpengaruh terhadap agency cost sedangkan struktur modal tidak teruji berpengaruh
terhadap agency cost. Terdapat pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan
agency cost terhadap kinerja perusahaan” sebagian terbukti kebenarannya. Karena
variabel struktur modal dan agency cost yang teruji berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan tidak teruji berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai intervening variable” sebagian
terbukti kebenarannya. Karena agency cost hanya memoderasi antara ukuran
perusahaan dengan kinerja perusahaan atau dengan kata lain terdapat pengaruh tidak
langsung ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost.
Kata kunci : struktur modal , ukuran perusahaan , agency cost ,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
BY
ANISA RAYINING DITA
The main objective is the establishment of banking companies to increase
shareholder wealth. Prosperity can be enhanced through the performance of the banking
company (bank firm performance) is good. In the banking system, there are several
functions, including the functions of management and ownership functions. The
separation of the functions of management and ownership functions are particularly
vulnerable to the agency conflict (conflict of interest) which may lead to agency costs
(agency costs). Size effect on the performance of banks, suggesting that large banks are
more promising performance.
The purpose of this research, which provides empirical evidence of the influence
of direct and indirect effects of capital structure and the size of the banks of agency
costs, the effect of capital structure, the size of banks, and agency costs on the
performance of banks, and the indirect effect of capital structure and size on the
performance of banks banking agency costs as an intervening variable.
There is the influence of the capital structure and firm size on agency costs mostly
unsubstantiated. Since only the tested variables firm size effect on agency costs, while
capital structure unexamined influence agency costs. There is the influence of the
capital structure, company size, and agency costs on corporate performance "mostly
unsubstantiated. Because of the variable capital structure and agency costs are proven
effect on company performance, while the size of the company does not affect the
performance of the company's proven. There is the indirect effect of capital structure
and firm size on corporate performance through agency costs as intervening variable
"part proved true. Since agency costs only moderate between company size and
company performance or in other words there is an indirect effect of firm size on
corporate performance through agency costs.
Keywords: capital structure, firm size, agency costs,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Tujuan
utama
didirikannya
perusahaan
perbankan
adalah
untuk
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kesejehteraan dapat ditingkatkan
melalui kinerja perusahaan perbankan (firm bank performance) yang baik. Kinerja
perbankan yang baik juga bermakna bagi konsumen, komunitas, karyawan, dan
pemasok – termasuk dalam pemasok adalah kreditur, yaitu pemasok dana. Tujuan
sekunder didirikannya perbankan adalah untuk kesejahteraan pihak-pihak yang
disebutkan terakhir. Tujuan sekunder adalah penggerak bagi tercapainya tujuan
primer (Atkinson, Banker, Kaplan, and Young, 1997).
Periode tahun 2008 hingga tahun 2010 bagi perbankan adalah periode
yang tidak stabil, seiring adanya krisis keuangan yang melanda dunia pada tahun
2008. Tahun 2009, usaha perbankan akan terasa berat karena memburuknya
tekanan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Pengamat
perbankan Eko B Supriyanto diberita kompas online terbitan 12 November 2008,
pada tahun 2009 nanti pertumbuhan kredit akan mengalami koreksi, tingkat kredit
macet (Non Performing Loan/NPL) akan berat, dan terjadi persaingan
memperebutkan kredit Unit Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan mikro, meski
tahun 2008 kinerja perbankan masih sesuai rencana, namun tahun 2009 kredit
akan semakin berhati-hati dengan likuiditas yang terbatas dengan suku bunga
mahal.
1
2
Kenaikan nilai tukar, suku bunga, dan ketersediaan likuiditas perbankan
akan menyebabkan memburuknya sektor riil dan tertekannya sektor konsumsi
terutama properti dan kredit mobil, hal itu akan mendorong tingkat NPL yang
parah dan perebutan dana pihak ketiga akan semakin cepat. Karena ada tekanan
ekonomi global, perbankan akan melakukan pengereman kredit, dan lebih menata
porfolio investainya (Kompas.com, Tahun 2009, Tekanan Ekonomi Global Pukul
Perbankan, berita tanggal 12 November 2008).
Pada akhir periode 2010, Perbankan Indonesia tampaknya berhasil
melewati dampak krisis global yang sudah menghancurkan perekonomian negaranegara besar. Menurut Sukarela Batunanggar Dewan Pengawas Bank Indonesia,
pada akhir Oktober 2010 kinerja sektor keuangan, khususnya perbankan cukup
baik. Indikasinya adalah likuiditas dan permodalan industri perbankan.
Short term capital inflow berpotensi meningkatkan risiko nilai tukar dan
risiko likuiditas pada saat outflow. Kinerja perbankan per September 2010
memang kelihatan cukup stabil dengan CAR 16,4 persen. Meningkat sedikit dari
bulan Agustus 16,3 persen, sementara itu likuiditas masih terkendali, terlihat dari
rasio likuiditas terhadap non-care deposits 16,8 persen.(Kompas.com, Perbankan
Indonesia Lewati Krisis Global, berita tanggal 17 Desember 2010)
Profitabilitas perbankan juga cukup tinggi dengan ROA sekitar 2,8 persen.
Kualitas kredit meningkat dengan nilai kredit meningkat Rp 229,3 triliun naik
16,0 persen year to date, atau tumbuh Rp 298,1 triliun setara dengan 21,9 persen
year on year. Melihat kondisi Dana Pihak Ketiga DPK, juga turut meningkat Rp
179,3 triliun sekitar 9,1 persen year to date atau Rp 313,3 triliun sekitar 17,1
3
persen year on year. (Kompas.com, Perbankan Indonesia Lewati Krisis Global,
berita tanggal 17 Desember 2010).
Kinerja
perbankan
memperlihatkan
kemampuan perbankan
untuk
memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang, kinerja perbankan
merupakan prestasi kerja perbankan. Salah satu ukuran kinerja perbankan adalah
Return on Equity (ROE). ROE adalah ukuran profitabilitas perbankan penting
yang mengukur pengembalian untuk pemegang saham (Jones et al. 2009).
Di dalam perbankan terdapat beberapa fungsi, antara lain fungsi
pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Jensen dan Meckling (1976 dalam Jones,
2009) mengatakan bahwa pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan
sangat rentan dengan agency conflict (konflik kepentingan). Agency conflict
terjadi manakala manajer cenderung membuat keputusan yang menguntungkan
dirinya daripada kepentingan pemegang saham (Meckling 1976, Myers 1977
dalam Jones, 2009). Agency conflict dapat menimbulkan agency cost (biaya
agensi), yaitu berupa pemberian insentif yang layak kepada manajer serta biaya
pengawasan untuk mencegah hazard. Agency cost juga berarti penggunaan aliran
kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu yang dilakukan
manajer atas free cash flow (aliran kas bebas).
Agency conflict dapat terjadi antara pemegang saham pengendali dan
pemegang saham minoritas, antara pemegang saham dengan kreditur, antara
pemegang saham pengendali dan stakeholder lainnya, termasuk pemasok dan
karyawan (Asian Development Bank dalam Husnan, 2001), tetapi penelitian ini
hanya terbatas pada agency conflict antara manajer dan pemegang saham.
4
Perbankan dapat didanai dengan hutang dan ekuitas. Komposisi
penggunaan hutang dan ekuitas ini tergambar dalam struktur modal. Penggunaan
hutang diistilahkan dengan financial leverage (pengungkit keuangan). Hutang
(debt) yang dimaksud adalah hutang untuk pendanaan perbankan yang tidak selalu
sama dengan kewajiban (liabilities) dan tidak sama dengan tagihan (payable).
Hutang menimbulkan beban bunga yang dapat menghemat pajak. Artinya beban
bunga dapat dikurangkan dari pendapatan sehingga laba sebelum pajak menjadi
lebih kecil dan akibatnya pajak semakin kecil. Sedangkan jika pendanaan
menggunakan ekuitas, maka tidak terdapat beban yang dapat mengurangi pajak
perbankan.
Dalam literatur finance, Jensen dan Meckling (1976) adalah yang pertama
menghubungkan agency cost dengan hutang dalam struktur modal. Penggunaan
hutang dalam struktur modal dapat mencegah pengeluaran perbankan yang tidak
penting dan memberi dorongan pada manajer untuk mengoperasikan perbankan
dengan lebih efisien, hal tersebut menyebabkan agency cost berkurang dan
selanjutnya kinerja perbankan diharapkan akan meningkat Cao (2006).
Penggunaan hutang yang tinggi dalam struktur modal mungkin
mempengaruhi perilaku manajer, jika keadaan baik, manajer akan menggunakan
aliran kas untuk bonus atau pengeluaran-pengeluaran tidak perlu yang disebut
agency cost, tetapi ancaman kebangkrutan karena hutang yang tinggi dapat
mengurangi pengeluaran yang tidak penting sehingga akan meningkatkan free
cash flow (aliran kas bebas), dengan demikian diharapkan hutang tersebut dapat
mengurangi agency cost.
5
Agency cost dapat pula terjadi jika manajer tidak menangkap peluang
investasi pada proyek baru karena khawatir akan resiko yang akan ditanggungnya
(Brigham dan Daves 2004). Lin (2006) menemukan bahwa struktur modal
berpengaruh positif terhadap agency cost, artinya kebijakan hutang meningkatkan
agency cost.
Selain pengaruh struktur modal terhadap agency cost, Lin (2006) juga
menemukan bahwa ukuran perbankan berpengaruh negatif terhadap agency cost,
mengindikasikan bahwa perbankan besar memerlukan lebih sedikit beban-beban
discretionary.
ROE dapat menjadi ukuran efisiensi penggunaan modal sendiri yang
dioperasionalkan dalam perbankan, semakin besar ROE, semakin besar pula
kemampuan perbankan menghasilkan laba bagi pemegang saham. Moeljadi
(2006) mengatakan bahwa leverage merupakan variabel penjelas bagi rentabilitas
modal sendiri, maksudnya struktur modal merupakan variabel penjelas bagi ROE.
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa leverage keuangan
merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan laba. Penggunaan
hutang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perbankan
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perbankan,
karena aktiva perbankan digunakan untuk menghasilkan laba.
Laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar (Brigham
dan Houston 2001), tetapi, penggunaan leverage yang semakin besar
menyebabkan beban bunga semakin besar (Brigham dan Gapenski 1997), jika
beban bunga sangat besar sedangkan laba operasi tidak cukup besar maka akan
6
timbul masalah kesulitan keuangan yang menyebabkan kinerja menurun, namun
demikian beban bunga hutang juga merupakan pengurang pajak yang dapat
meningkatkan nilai perbankan (Brigham dan Gapenski 1997), dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa hutang dapat meningkatkan kinerja, sedangkan bila perbankan
menggunakan ekuitas maka tidak terdapat penghematan pajak karena beban
ekuitas tidak mengurangi pajak. Bouresli (2001) dan Lin (2010) menemukan
bahwa rasio hutang terhadap jumlah aset berpengaruh negatif terhadap kinerja
perbankan, tetapi Calisir et al. (2010) menemukan pengaruh yang positif.
Lin (2006) serta Wright et al. (2009) menemukan bahwa ukuran perbankan
berpengaruh positif terhadap kinerja, hal ini menunjukkan bahwa perbankan besar
lebih menjanjikan kinerja yang baik (Lin, 2006). Calisir et al. (2010) juga
menemukan pengaruh positif ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan sektor
teknologi informasi dan komunikasi di Turki, tetapi Huang (2002) menemukan
bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan
Taiwan yang berada di China. Demikian juga Talebria et al. (2010), tidak
menemukan pengaruh ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan yang
terdaftar di Tehran Stock Exchange.
Lin (2006) juga meneliti pengaruh agency cost terhadap ROE, ditemukan
bahwa agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE, demikian
juga Wright et al. (2009), menemukan bahwa agency cost berhubungan negatif
dengan kinerja perbankan, sikap tidak peduli terhadap agency cost dapat
mengurangi pencapaian keuntungan kompetitif yang berdampak negatif terhadap
kinerja.
7
Pada teori yang diungkapkan di atas telah diduga bahwa struktur modal
dan ukuran perbankan berpengaruh terhadap agency cost, namun dari uraian
Brigham dan Houston (2001) di atas terlihat bahwa struktur modal dapat juga
berpengaruh langsung terhadap kinerja perbankan, demikian juga ukuran
perbankan dapat berpengaruh positif (Lin 2006, Wright et al. 2009, Calisir et al.
2010) terhadap kinerja perbankan, walaupun dapat juga tidak berpengaruh (Huang
2002, Talebria et al. 2010). Lin (2006) dan Wright et al. (2009) menemukan
bahwa agency cost berpengaruh terhadap kinerja perbankan.
Di atas telah disebutkan bahwa struktur modal dan ukuran perbankan
dapat berpengaruh terhadap agency cost. Agency cost yang diproksikan dengan
rasio discretionary expense terhadap penjualan bersih pun dapat berpengaruh
terhadap kinerja perbankan (Lin 2006).
Struktur modal dan ukuran perbankan mungkin akan berpengaruh juga
terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai intervening variable.
Artinya semakin tinggi tingkat hutang dan ukuran perbankan dapat berpengaruh
terhadap kinerja perbankan jika dikaitkan dengan agency cost yang diproksikan
dengan rasio discretionary expense terhadap penjualan bersih. Maksudnya jika
hutang meningkatkan beban bunga maka discretionary expense dapat meningkat
dan akibatnya menurunkan kinerja, tetapi jika beban bunga tersebut menghemat
pajak maka kinerja dapat meningkat. Hutang juga mungkin meningkatkan
produktifitas sehingga penjualan meningkat. Rasio discretionary expense terhadap
penjualan bersih yang merupa-kan proksi dari agency cost berkurang.
Berkurangnya rasio tersebut menyebabkan laba meningkat, dan akibatnya kinerja
8
meningkat, demikian juga jika ukuran perbankan meningkatkan skala ekonomis
maka kemungkinan kinerja akan meningkat melalui pengurangan discretionary
expense, sebaliknya, jika ukuran yang besar menyebabkan peningkatan beban,
maka kinerja akan menurun.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat disusun perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh struktur modal dan ukuran perbankan terhadap
agency cost ?
2. Apakah terdapat pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan agency cost
terhadap kinerja perbankan ?
3. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran
perbankan terhadap kinerja perbankan melalui
agency cost sebagai
intervening variable ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini, yakni memberikan bukti empirik bagaimana
pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel-variabel yang diteliti sebagai
berikut :
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh struktur modal dan
ukuran perbankan terhadap agency cost,
9
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh struktur modal,
ukuran perbankan, dan agency cost terhadap kinerja perbankan, dan
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan melalui
agency cost sebagai intervening variable.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam pelaksanaan penelitian ini
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pemahaman mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
pengaruh struktur modal dan ukuran perbankan terhadap agency cost,
pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan agency cost terhadap kinerja
perbankan, dan pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perbankan
terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai intervening variable.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka mengembangkan
dengan pengaruh struktur modal dan ukuran perbankan terhadap agency cost,
pengaruh struktur modal, ukuran perbankan, dan agency cost terhadap kinerja
perbankan, dan pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perbankan
terhadap kinerja perbankan melalui agency cost sebagai intervening variable.
10
3. Bagi Universitas
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori yang
berhubungan dengan teori dengan pengaruh struktur modal dan ukuran
perbankan terhadap agency cost, pengaruh struktur modal, ukuran perbankan,
dan agency cost terhadap kinerja perbankan, dan pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perbankan terhadap kinerja perbankan melalui
agency cost sebagai intervening variable.
4. Bagi Perbankan
Dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman dalam proses pengambilan
keputusan-keputusan manajemen yang dalam peningkatan kinerja perbankan.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA DAN KERANGKA MODEL
2.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu atau sebelumya sebelum penelitian ini dilaksanakan
dan menjadi dasar pemikiran penelitian ini adalah :
1. Khaira Amalia Fachrudin (2011) dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur
Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Permasalahan : menguji pengaruh struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap agency cost; pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan
agency cost terhadap kinerja perusahaan; serta pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui
agency cost sebagai intervening variable.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif
struktur modal terhadap agency cost dan pengaruh signifikan negatif ukuran
perusahaan terhadap agency cost; tidak terdapat pengaruh signifikan struktur
modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan; serta
tidak terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai intervening variable.
2. Masdar
Mas’ud (2008) dengan
Mempengaruhi
Struktur
Modal
judul “Analisis
dan
Perusahaan”.
11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Faktor-faktor yang
Hubungannya
Terhadap
Nilai
12
Permasalahan : analisa tentang faktor-faktor penentu struktur modal serta
dampaknya terhadap nilai perusahaan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa: Faktor-faktor penentu struktur modal
yang memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah
profitability, size, growth opportunity, asset structure, dan cost of financial
distress, sedangkan faktor tax shield effect tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Faktor tax shield effect yang tidak signifikan
pengaruhnya terhadap struktur modal. Faktor-faktor penentu struktur modal
yang memberikan pengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah
profitability, asset structure, cost of financial distress dan tax shield effects,
sedangkan faktor size dan growth opportunity tidak bepengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Faktor size dan growth opportunity yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap struktur modal. Adapun faktor penentu yang
tidak berbeda secara signifikan adalah growth opportunity, asset structure dan
nilai perusahaan.Terdapatnya perbedaan faktor-faktor penentu struktur modal
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk
Indonesia variabel faktor penentu yang berbeda secara signifikan adalah
profitability, size, cost of financial distress, tax shield effects dan struktur
modal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Tabel 2.1 Rekapitulasi Penelitian Terdahulu
J udul
Penulis
Khaira
Analisis
Amalia
Pengaruh
Fachrudin
Struktur
Modal, Ukuran
Perusahaan,
dan Agency
Cost Terhadap
Kinerja
Perusahaan
Metode
analisis
jalur
Hasil
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan positif struktur modal
terhadap agency cost dan pengaruh
signifikan negatif ukuran perusahaan
terhadap agency cost; tidak terdapat
pengaruh signifikan struktur modal,
ukuran perusahaan, dan agency cost
terhadap kinerja perusahaan; serta tidak
terdapat pengaruh tidak langsung
struktur modal dan ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan melalui
agency cost sebagai intervening
variable.
Masdar
Analisis
Mas’ud
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Struktur
Modal dan
Hubungannya
Terhadap Nilai
Perusahaan
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
dan t-test
menunjukkan bahwa: Faktor-faktor
penentu struktur modal yang
memberikan pengaruh signifikan
terhadap struktur modal adalah
profitability, size, growth opportunity,
asset structure, dan cost of financial
distress, sedangkan faktor tax shield
effect tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal. Untuk
Indonesia variabel faktor penentu yang
berbeda secara signifikan adalah
profitability, size, cost of financial
distress, tax shield effects dan struktur
modal.
Persamaan antara penelitian terdahulu dengan yang dilakukan oleh peneliti
sekarang ini, yaitu sama-sama meneliti tentang kinerja keuangan suatu
perusahaan.
Perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian saat ini yang
sedang dibahas sekarang ini adalah terletak pada objek, metode dan data tahun
penelitian. Penelitian yang dilakukan saat ini, penelitian dilakukan pada kinerja
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
keuangan Bank yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2010
serta menggunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisa.
2.2.
Kajian Pustaka
2.2.1. Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
(Sucipto, 2003). Kinerja perusahaan juga merupakan hal penting yang harus
dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan
dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Kinerja perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan
operasionalnya.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan
kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja perusahaan dapat
dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan.
Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran.
Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dan Indriastiti (2009)
dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut:
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
c. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka.
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada
dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari
manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan
sepanjang waktu. Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang
merupakan pihak eksternal bagi perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
2. Rasio Aktivitas
Rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara
optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar
industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun
laba bagi modal sendiri. Menurut Ang (1997), rasio profitabilitas dibagi
menjadi enam antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin
(NPM), Operating Return On Assets (OPROA), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), Operating Ratio (OR).
4. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Finansial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti
menggunakan modal sendiri 100%.
5. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam
basis per saham.
Menurut Husnan (2001), kinerja perusahaan adalah hasil banyak
keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh
karena itu dalam menilai kinerja perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan
kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang
menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan.
Efektivitas diukur melalui kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang
tepat untuk mencapai tujuan. Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara
masukan dan keluaran.
Penilaian perusahaan khususnya kinerja memiliki beberapa tujuan.
Perusahaan yang akan melakukan merger memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan. Jika perusahaan bermasalah, penilaian kinerja bertujuan untuk
mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk
mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya.
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa juga
harus dinilai dengan penelitian yang wajar untuk ditawarkan kepada masyarakat
atau publik. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam suatu
perusahaan, memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau
tambahan modal juga untuk keperluan divestasi.
Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian yaitu
kinerja operasi perusahaan dan kinerja pasar, kinerja operasi perusahaan diukur
dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya.
Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio
profitabilitas.
Rasio
profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.
Rasio yang sering digunakan adalah ROE.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.2. Struktur Modal
Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor
Franco Modigliani dan Merton Miller, selanjutnya disebut MM (dalam Brigham
dan Houston, 2006) menerbitkan apa yang disebut sebagai salah satu artikel
keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan, dengan
sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa nilai sebuah perusahaan tidak
terpengaruh oleh struktur modalnya, atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh
MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai
operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah suatu hal
yang tidak relevan.
Studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistik, termasuk
hal-hal berikut: 1) tidak ada biaya pialang, 2) tidak ada pajak, 3) tidak ada biaya
kebangkrutan, 4) investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan
perusahaan, 5) semua investor memiliki informasi yang sama dengan menajemen
tentang peluangpeluang investasi perusahaan dimasa depan, 6) EBIT tidak
terpengaruh oleh penggunaan hutang.
Beberapa asumsi di atas jelas-jelas merupakan suatu hal yang tidak
realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang sangat penting. Dengan
menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal tersebut tidak relevan, MM
juga telah memberikan petunjuk mengenai hal-hal apa yang dibutuhkan agar
membuat struktur modal menjadi relevan yang selanjutnya akan mempengaruhi
nilai perusahaan. Hasil karya MM menandai awal penelitian struktur modal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
modern, dengan penelitian selanjutnya berfokus pada melonggarkan asumsiasumsi MM guna mengembangkan suata teori struktur modal yang lebih realistis.
1) Pengaruh Perpajakan
MM menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 di mana di dalamnya
mereka melonggarkan asumsi tidak adanya pajak perusahaan. Peraturan
perpajakan memperbolehkan perusahaan untuk mengurangkan pembayaran
bunga sebagai suatu beban, akan tetapi pembayaran deviden kepada pemegang
saham tidak dapat menjadi pengurangan pajak. Perbedaan perlakuan ini
mendorong perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya, tentu
MM mendemontrasikan bahwa jika seluruh asumsi mereka lain yang tetap
berlaku, perlakuan yang berbeda ini akan mengarah pada terjadinya suatu
situasi dimana perusahaan didanai 100 persen oleh hutang.
2) Pengaruh Potensi Terjadinya Kebangkrutan.
Hasil irelevansi MM juga tergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak akan
bangkrut, sehingga tidak akan ada biaya kebangkrutan, namun, kebangkrutan
pada praktiknya terjadi, dalam hal ini sangat mahal biayanya. Perusahaan yang
bangkrut akan memiliki beban akuntansi dan hukum yang sangat tinggi, dan
juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan pelanggan, pemasok dan
karyawannya. Masalah-masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan
kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih
banyak hutang dalam struktur modalnya, karena itu, biaya kebangkrutan
menahan perusahaan mendorong penggunaan hutangnya hingga ke tingkat yang
berlebihan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
3) Teori Pertukaran.
Fakta bahwa bunga adalah beban pengurangan pajak menjadikan hutang lebih
murah daripada saham biasa atau saham preferen, akibatnya, secara tidak
langsung pemeritah akan membayarkan sebagian biaya dari modal hutang, atau
dengan cara lain, hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Semakin
banyak perusahaan menggunakan hutang, maka semakin tinggi nilai dan harga
sahamnya, menurut asumsi tulisan Moddigliani-Miller dengan pajak, harga
saham sebuah perusahaan akan mencapai nilai maksimal jika perusahaan
sepenuhnya menggunakan hutang 100 persen, dalam dunia nyata, perusahaan
jarang menggunakan hutang 100 persen, alasan utama perusahaan membatasi
penggunaan hutang adalah untuk menjaga biaya-biaya yang berhubungan
dengan kebangkrutan tetap rendah.
4) Teori Persinyalan.
MM berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama tentang prospek
sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini disebut informasi simetris
(symmetric information), namun kenyataanya, para manajer seringkali memiliki
informasi yang lebih daripada pihak luar, hal ini disebut informasi asimetris
(asymmetric information), dan memiliki pengaruh yang penting pada struktur
modal yang optimal.
5) Menggunakan Pendanaan Hutang untuk Membatasi Manajer.
Perusahaan dapat mengurangi arus kas yang berlebihan dengan beragam cara.
Salah satunya adalah dengan menyalurkan kembali kepada pemegang saham
melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian kembali saham. Alternatif
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
yang lain adalah untuk mengubah struktur modal ke arah hutang dengan
harapan adanya persyaratan penutupan hutang yang lebih tinggi akan memaksa
manajer untuk lebih disiplin, jika hutang tidak tertutupi seperti yang
diharuskan, perusahaan akan terpaksa dinyatakan bangkrut. Pembelian melalui
hutang (laverage buyout-LBO) adalah satu cara untuk mengurangi kelebihan
arus kas, dalam suatu LBO hutang digunakan untuk mendanai pembelian
saham sebuah perusahaan, dimana selanjutnya akan dimiliki secara pribadi.
Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai
aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari
hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal pemegang saham,
sedangkan struktur modal perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri
dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Jadi,
struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur
keuangannya, sedangkan struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan
permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh hutang, ekuitas saham
preferen, dan saham biasa.
Pada dasarnya, keputusan pendanaan (financing) perusahaan berkaitan
dengan penentuan sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai usulanusulan investasi yang telah diputuskan sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan dana
tersebut dapat disediakan atau diperoleh dari sumber internal maupun eksternal
perusahaan, apabila perusahaan memenuhi kebutuhan kebutuhan dananya dari
sumber internal, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan internal
(internal financing) yaitu dalam bentuk laba ditahan Sebaliknya, jika perusahan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
memenuhi kebutuhan dananya dari sumber eksternal, maka perusahaan tersebut
melakukan pendanaan eksternal (external financing). Pemenuhan kebutuhan dana
secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan hutang (debt financing)
dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan hutang diperoleh
melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri berasal dari emisi atau
penerbitan saham.
Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah
hutang jangka panjang dengan modal sendiri, oleh karena itu, struktur modal
diukur dengan debt to equity ratio (DER). DER merupakan rasio yang digunakan
untuk
mengukur
tingkat
leverage
(penggunaan
hutang)
terhadap
total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Secara matematis DER dapat
dirumuskan sebagai berikut (Robert, 1997):
DER =
Total Debt
Total Ekuitas
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang) sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal
sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi
DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang)
semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Ang, 1997).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
2.2.3. Ukuran Perusahaan
Suatu perusahaan bisa saja dikatakan sebagai perusahaan besar, jika
kekayaan yang dimilikinya besar, demikian pula sebaliknya, perusahaan tersebut
dikatakan kecil, jika kekayaan yang dimilikinya adalah sedikit. Biasanya
masyarakat akan menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat bentuk fisik
perusahaan, dapat dibenarkan bahwa perusahaan yang dari luar terlihat megah dan
besar diartikan sebagai perusahaan berskala besar, namun, hal itu tidak menutup
kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki kekayaan yang besar.
Brigham dan Houston (2006) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
sehingga rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun. Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) ukuran perusahaan
merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total
aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun. Soliha dan Taswan (2002) menyatakan
bahwa perusahaan besar umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang
tinggi dalam masalah pendanaan di pasar modal.
Menurut Badan Standarisasi Nasional, kategori ukuran perusahaan ada 3
yaitu:
1. Perusahaan Kecil
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan kecil apabila memiliki kekayaan
bersih lebih dari 50.000.000,- dengan paling banyak 500.000.000,- tidak
termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak 2.500.000.000,-.
2. Perusahaan Menengah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki
kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak
10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak
50.000.000.000,-.
3. Perusahaan Besar
Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki kekayaan
bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000,-.
Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah bertambah dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam
jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan
besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan aset yang kecil.
Penelitian ini akan digunakan total aktiva untuk mengukur ukuran
perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan penjualan
(Sudarmadji dan Sularto, 2009). Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya total aktiva yang dimiliki. Jadi
salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah total
aktiva dari perusahaan tersebut. Total aktiva adalah segala sumber daya yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan
akan memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
Ukuran
perusahaan
yang
sebenarnya
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk bertahan dan memanfaatkan peluang bisnis. Perusahaan yang
kokoh dan besar harus bisa memanfaatkan peluang bisnis yang ada dan menjaga
kestabilan pengelolaan dana dalam perusahaan. Semakin besar perusahaan maka
semakin besar dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan.
Perusahaan yang memiliki total aktiva dengan jumlah besar atau disebut
dengan perusahaan besar akan lebih banyak mendapatkan perhatian dari investor,
kreditor maupun para pemakai informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan
perusahaan kecil, jika perusahaan memiliki total aktiva yang besar maka pihak
manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan aktiva yang ada di perusahaan
tersebut, kemudahan dalam mengendalikan aktiva perusahaan inilah yang akan
meningkatkan nilai perusahaan, dalam menghadapi goncangan ekonomi, biasanya
yang lebih kokoh berdiri adalah perusahaan yang berukuran besar, meskipun tidak
menutup kemungkinan dialaminya kebangkrutan, sehingga investor akan lebih
cenderung menyukai perusahaan berukuran besar daripada perusahaan kecil.
Perusahaan yang besar relatif mudah akses ke pasar modal. Kemudahan ini
mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana
dari hutang melalui pasar modal, semakin besar perusahaan maka semakin banyak
dana yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Salah satu sumber
untuk memperoleh dana adalah melalui hutang di pasar modal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
2.2.4. Agency Cost
Teori Keagenan (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976) bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang
saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan konflik diantara
keduannya. Hal ini lebih disebabkan antara lain karena manajer lebih cenderung
untuk berusaha mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan
pemegang saham. Teori keagenan yang dikemukan oleh Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa yang disebut principal adalah pemegang saham dan
yang dimaksud dengan agent adalah para professional/manajemen/CEO, yang
dipercaya oleh principal untuk mengelola perusahaan.
Dalam menjalankan usaha biasanya pemilik menyerahkan/melimpahkan
kepada pihak manajemen yang menyebabkan hubungan keagenan. Hubungan
keagenan merupakan salah satu sebab adanya suatu konflik. Menurut Pujiastuti
(2008) mengatakan bahwa konflik keagenan tersebut bisa terjadi antara (1)
pemilik (shareholders) dan manajer, dimana manajer melakukan perbuatan
opportunistic untuk mencapai tujuan pribadinya. Hal ini tidak disukai oleh
shareholders, dimana shareholders lebih menginnginkan suatu profit yang lebih.
(2) Manajer dengan debtholder dimana manajer lebih menyukai dividen yang
ditahan digunakan sebagai modal untuk ekspansi perusahaan tetapi debtholder
lebih menyukai bahwa dividen yang ditahan digunakan sebagai dana untuk
membayar hutang perusahaan. Debtholder khawatir apabila laba yang digunakan
untuk ekspansi perusahaan tidak sesuai yang diharapkan sehingga hutang
perusahaan tidak dapat dibayarkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Konflik-konflik keagenan dapat dikurangi dengan suatu mekanisme
pengawasan, pengontrolan dan mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang
terkait, namun mekanisme tersebut menimbulkan biaya-biaya yang disebut
sebagai biaya keagenan (agency cost). Menurut Horne dan Wachowicz (2005)
biaya keagenan adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan
manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai
dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham.
Menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Brigham, 2006), biaya keagenan
adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau
meminimalkan
masalah-masalah
keagenan
dan
untuk
memaksimumkan
pemegang saham. Sedangkan menurut Brigham (2006), agency cost adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memonitoring manajer.
Menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Brigham 2006)) agency cost
dapat berupa :
1. Pengeluaran untuk memantau tindakan manajer (the monitoring expenditure
by the principal ).
2. The bonding Cost
Biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk mengendalikan terhadap agent,
sehingga kemungkinan timbulnya perilaku yang tidak dikendaki semakin
kecil.
3. Residual Lost
Pengorbanan karena hilangnya/berkurangnya kesempatan untuk memperoleh
laba karena dibatasinya kewenangan atau adanya perbedaan keputusan antara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
principal dan agent. Penelitian ini akan memfokuskan pada agency cost yang
diproksikan melalui insider ownership, institutional owership, collateralizable
assets, debt to total assets,
4. dan firm size yang berpengaruh pada penetapan dividend payout ratio.
2.2.5. Hubungan Antar Variabel
2.2.5.1 Hubungan Antara Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap
Agency Cost
Perusahaan dapat didanai dengan hutang dan ekuitas. Komposisi
penggunaan hutang dan ekuitas ini tergambar dalam struktur modal. Penggunaan
hutang diistilahkan dengan financial leverage (pengungkit keuangan). Hutang
(debt) yang dimaksud adalah hutang untuk pendanaan perusahaan yang tidak
selalu sama dengan kewajiban (liabilities) dan tidak sama dengan tagihan
(payable). Hutang menimbulkan beban bunga yang dapat menghemat pajak.
Artinya beban bunga dapat dikurangkan dari pendapatan sehingga laba sebelum
pajak menjadi lebih kecil dan akibatnya pajak semakin kecil. Sedangkan jika
pendanaan menggunakan ekuitas, maka tidak terdapat beban yang dapat
mengurangi pajak perusahaan, dalam literatur finance, Jensen dan Meckling (1976
dalam Bigham, 2006) adalah yang pertama me