Analisis Pengaruh Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, MODAL KERJA, PERTUMBUHAN AKTIVA, RISIKO, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN

PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKANYANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ISHAR ALAMSYAH NST 100503220

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Likuiditas, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas

Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015

Ishar Alamsyah Nst 100503220


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, MODAL KERJA PERTUMBUHAN AKTIVA, RISIKO, LIKUIDITAS UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS

TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI).

Teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang dipilih ada 11 perusahaan perbankan yang melaporkan hasillaporan keuangannya kepada Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dan diperoleh data observasi sebanyak 55 data. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan landasan teoriyang digunakan adalah pecking order theory.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur modal. Variabel Risiko Dan Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 60,4%. Sisanya sebesar 39,6% Struktur modal dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini

.

Kata Kunci : Struktur Aset, Modal kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Likuiditas,Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Modal.


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ASSETS STRUCTURE, WORKING CAPITAL , ASSETS GROWTH , RISK , LIQUIDITY , SIZE COMPANY , AND

PROFITABILITY TOWARDS CAPITAL STRUCTURE THE BANKING COMPANIES LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

The purpose of this research is to analyze factors which influencing capital structure on banking corporation in Indonesia. Variables that were investigating are, Assets Structure, Working Capital, Assets Growth, Risk, Liquidity, Size Company and Profitability on Capital Structure.

Sampling technique that used is purposive sampling method that method to collecting samples depends on special criteria. Sa mples selected from 11 banking corporation which reporting the financial report on Indonesian Stock Exchange per 2010-2014 and gathered observation data about 55 data. Analyze method which used is linear multi regression and packing order Theory.

This research shown that Assets Growth has positive impacts and significant on Capital Structure. Risk And Liquidity has negative impacts and significant on Capital Structure. While the other variables has no significant effect on Capital Structure. Beside that, the results shown that adjusted R square is about 60,4% and the other is about 39,6% is explained by other variables outside this research.

Keywords : Assets Structure , Working Capital , Assets Growth , Risk Liquidity , Company Size , Profitability , Capital Structure


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang

telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas

Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia” ini guna melengkapi tugas-tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum

sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, kemampuan dan

pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati

yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac., Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Syafruddin Ginting Sugihan, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen


(6)

Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program

Studi S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA. selaku Dosen Pembimbing dalam

penulisan skripsi ini.

5.. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac. dan Bapak Drs. Firman

Syarif, M.Si, Ak , selaku dosen penguji/ pembanding.

6. Seluruh pegawai dan Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

7. Ayahanda Harmen Nasution, SE dan Ibunda tercinta Halida Hafni Lubis

yang telah mengasuh dan membesarkan penulis dengan rasa cinta dan kasih

sayang, yang telah memberikan dorongan selama penulis menjalani

pendidikan dan hanya doa yang dapat penulis panjatkan ke Hadirat Allah

SWT, semoga kelak penulis menjadi manusia yang berguna bagi agama,

keluarga, nusa dan bangsa, dan juga seluruh masyarakat.

8. Saudaraku tercinta Abang, Kakak, Adik serta keponakan-keponakanku.

Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.

9. Buat teman terdekatku, Sarah Amira, teman-teman Aksi 10, Afif, Ari,


(7)

tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, semoga sukses selalu dan

terima kasih atas kebersamaan selama ini yang menjadi bagian dari proses

kehidupan yang tidak akan terlupakan. Dengan bantuan dan dukungan yang

telah penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa

memohon petunjuk serta perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa semoga

amalan baik dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran

yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap

semoga kiranya skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang akuntansi.

Medan, Agustus 2015 Penulis

ISHAR ALAMSYAH NST NIM : 100503220


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 12

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Struktur Modal ... 14

2.2 Teori Struktur Modal ... 16

2.2.1 Pecking Order Theory ... 16

2.2.2 Signalling Theory ... 18

2.2.3 Trade-Off Theory ... 19

2.2.4 Agency Theory ... 20

2.2.5 Modigliani-Miller (MM) ... 21

2.3 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 23

2.3.1 Struktur Aset ... 23

2.3.2 Modal Kerja ... 25

2.3.3 Pertumbuhan Aktiva... 27

2.3.4 Risiko ... 28

2.3.5 Likuiditas... 31

2.3.6 Ukuran Perusahaan... 31

2.3.7 Profitabilitas ... 32

2.4 Penelitian Terdahulu ... 32

2.5 Kerangka Konseptual ... 35

2.6 Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Batasan Operasional ... 41

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 42

3.4.1 Variabel Dependen ... 42

3.4.2 Variabel Independen ... 43


(9)

3.5.1 Populasi ... 47

3.5.2 Sampel ... 48

3.6 Jenis Dan Sumber Data ... 49

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 50

3.8 Metode Analisis Data ... 50

3.9 Teknik Analisis ... 50

3.9.1 Statistik Deskriptif ... 50

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 50

3.9.3 Pengujian Hipotesis ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 57

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 57

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 60

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 67

4.2.2.4 Uji Multikolinearitas ... 68

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 70

4.2.3.1 Keofisien Determinasi ... 70

4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 72

4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 73

4.2.3.4 Analisis Regresi Berganda ... 76

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 86

5.3 Saran ... 86


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 DER Perusahaan Perbankan Tahun 2010-2014 ... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 34

3.1 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel ... 46

3.2 Daftar Populasi Dan Sampel Penelitian Perusahaan Perbankan ... 48

3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Metode Durbin-Watson... 52

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 58

4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Awal ... 63

4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi Data ... 66

4.4 Uji Durbin – Watson ... 68

4.5 Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Data ... 69

4.6 Keofisien Determinasi (R-Square) ... 71

4.7 Hasil Uji Simultan (F-Test) ... 72


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 39

4.1 Histogram Awal... 61

4.2 Kurva P-P Plot Awal ... 62

4.3 Histogram Setelah Transformasi Data... 64

4.4 Kurva P-P Plot Setelah Transformasi Data ... 65


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Hasil Rasio Debt To Equity Ratio (DER) ... 93

2 Hasil Rasio Struktur Aset (SA) ... 94

3 Hasil Rasio Net Working Capital (NWC) ... 95

4 Hasil Rasio Growth Potential (GP) ... 96

5 Hasil Rasio Risiko (RISK) ... ..97

6 Hasil Rasio Current Ratio (CR) ... ..98

7 Hasil Rasio Ukuran Perusahaan (SZ) ... ..99

8 Hasil Rasio Return On Asset (ROA) ... 100

9 Data Sebelum Transformasi ... 101

10 Hasil Transformasi Data ... 104

11 Histogram Awal ... 106

12 Kurva P-P Plot Awal ... 107

13 Uji Kolmogorov-Smornov Awal ... 108

14 Histogram Setelah Transformasi Data ... 109

15 KurvaP-P Plot Setelah Transformasi Data ... 110

16 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi Data ... 111

17 Grafik Scatterplot ... 112

18 Uji Durbin-Watson ... 113

19 Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Data ... 114

20 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 115

21 Hasil Uji Simultan (F-Test) ... 116


(13)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, MODAL KERJA PERTUMBUHAN AKTIVA, RISIKO, LIKUIDITAS UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS

TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI).

Teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Sampel yang dipilih ada 11 perusahaan perbankan yang melaporkan hasillaporan keuangannya kepada Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dan diperoleh data observasi sebanyak 55 data. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan landasan teoriyang digunakan adalah pecking order theory.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur modal. Variabel Risiko Dan Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal. Sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 60,4%. Sisanya sebesar 39,6% Struktur modal dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini

.

Kata Kunci : Struktur Aset, Modal kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Likuiditas,Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Struktur Modal.


(14)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ASSETS STRUCTURE, WORKING CAPITAL , ASSETS GROWTH , RISK , LIQUIDITY , SIZE COMPANY , AND

PROFITABILITY TOWARDS CAPITAL STRUCTURE THE BANKING COMPANIES LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)

The purpose of this research is to analyze factors which influencing capital structure on banking corporation in Indonesia. Variables that were investigating are, Assets Structure, Working Capital, Assets Growth, Risk, Liquidity, Size Company and Profitability on Capital Structure.

Sampling technique that used is purposive sampling method that method to collecting samples depends on special criteria. Sa mples selected from 11 banking corporation which reporting the financial report on Indonesian Stock Exchange per 2010-2014 and gathered observation data about 55 data. Analyze method which used is linear multi regression and packing order Theory.

This research shown that Assets Growth has positive impacts and significant on Capital Structure. Risk And Liquidity has negative impacts and significant on Capital Structure. While the other variables has no significant effect on Capital Structure. Beside that, the results shown that adjusted R square is about 60,4% and the other is about 39,6% is explained by other variables outside this research.

Keywords : Assets Structure , Working Capital , Assets Growth , Risk Liquidity , Company Size , Profitability , Capital Structure


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan badan usaha yang bertugas sebagai penghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam

bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik

kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Bank merupakan lembaga

intermediasi yang memiliki peran membiayai proyek-proyek pembangunan, yang

bertujuan menggairahkan industri baru maupun yang sedang berkembang, dalam

wujud menyediakan dana atau pemberian kredit menjadikan bank atau lembaga

keuangan memiliki struktur modal yang berbeda dengan perusahaan lainnya

(Jumingan, 2009:239).

Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat, sedangkan fungsi pendukung bank

adalah memberikan jasa-jasa bank lainnya. Dana yang dihimpun adalah berupa

giro, deposito maupun tabungan, kemudian disalurkan kembali berupa pinjaman

kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan lain sebagainya. Faktor

penting yang harus diperhatikan oleh bank adalah kepercayaan dari masyarakat,

apabila bank bisa menjaga kepercayaan tersebut maka para nasabah akan

bersimpati dan akan menggunakan jasa bank tersebut (Kasmir, 2000:3).

Semakin pesatnya perkembangan perekonomian semakin menjadikan

persaingan yang sangat ketat serta semakin jauhnya spesialisasi dalam


(16)

setiap perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya

dalam menghadapi persaingan.Salah satu fungsi pokok dari manajemen adalah

manajemen keuangan yang mengatur bagaimana sumber-sumber yang dimiliki

perusahaan (modal) dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Struktur modal pada perusahaan sangat penting dalam rangka membiayai

aktivitas operasional perusahaan. Menurut Riyanto (2001 : 22), struktur modal

merupakan suatu pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan

antara kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri. Semakin besar proporsi

kewajiban pada struktur modal suatu perusahaan, mengakibatkan semakin tinggi

beban tetap dan komitmen pembayaran kembali yang ditimbulkan. Kemungkinan

perusahaan tidak mampu membayar bunga dan pokok pinjaman saat jatuh tempo

dan kemungkinan kerugian kreditur juga meningkat. Hal ini tentunya akan

menghambat perkembangan perusahaan dan pada akhirnya membuat calon

investor berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Bagi suatu perusahaan, struktur modal yang optimal merupakan keputusan

keuangan penting yang mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan.Bringham &

Houston ( 2004: 6 ) menyatakan bahwa

Dalam manajemen keuangan merupakan manajemen dana, baik yang berkaitan dengan usaha pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi. Manajemen keuangan memegang peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena semua fungsi yang ada dalam perusahaan baik pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan fungsi-fungsi yang lain selalu mempunyai implikasi keuangan). Oleh karena itu, semua perusahaan menjalankan manajemen secara benar.


(17)

Selama Tahun 2012, perbankan Indonesia cukup mampu mempertahankan

kinerja positif meski menghadapi tantangan yang tidak mudah. Ditengah

tingginya volatilitas perekonomian global, perbankan berhasil memperkuat

peranannya dalam sistem keuangan Indonesia. Dari sisi profitabilitas, penyaluran

kredit perbankan berkontribusi positif terhadap peningkatan laba, khususnya laba

operasional. Selama tahun 2012, perbankan tercatat membukukan laba bersih

sebesar Rp. 92,83 Triliun atau meningkat sebesar 23,65% dibandingkan pada

2011 yang tercatat sebesar Rp. 75,08 Triliun.

Untuk dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan kinerja positif di

bidang jasa keuangan, bank tentu memerlukan dana (modal) yang baik.

Pendapatan modal bank ini bisa berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan

sumber eksternal (Puspita & Kusumaningtias, 2010 : 1). Modal yang bersumber

dari internal adalah dana yang diperoleh dari dalam bank (modal sendiri), antara

lain setoran modal dari pemegang saham, cadangan laba, dan laba yang belum

dibagi. Sedangkan modal yang bersumber dari eksternal adalah dana yang

diperoleh dari luar bank, bisa berasal dari masyarakat atau lembaga lainnya. Dana

bank yang berasal dari masyarakat luas diperoleh dari simpanan masyarakat yang

berupa giro, tabungan dan deposito. Sedangkan dana yang bersumber dari

lembaga lain antara lain berupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan

pinjaman antar bank.

Struktur modal institusi keuangan termasuk bank secara fundamental berbeda

dengan perusahaan non-financial, karena karakteristik bisnis atau kegiatan


(18)

ketentuan atau regulasi penyediaan modal inti minimum yang ditentukan oleh

otoritas moneter dalam hal ini bank sentral, agar mampu melindungi dana

deposannya (Siringoringo,2012:62). Struktur permodalan yang optimal merupakan target yang senantiasa dicapai oleh suatu perusahaan termasuk bank.

Teori tradeoff atau balancing-theory menjelaskan bahwa untuk mencapai struktur

modal yang optimal tersebut maka perusahaan harus dapat memadukan suatu

keseimbangan atas trade off antara manfaat atau pengembalian (return) dan risiko

atau biaya yang dihadapi sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan .Selain

itu bank juga dihadapkan pada permasalahan sumber pendanaan yang mana yang

didahulukan penggunaannya sesuai dengan pecking order theory.

Berikut adalah nilai DER perusahaan Perbankan yang dijadikan sampel

(sesuai dengan kriteria) dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

DER Perusahaan Perbankan Tahun 2010-2014

No. Nama Perusahaan DER

2010 2011 2012 2013 2014

1 Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 9.97 9.96 9.86 5.12 6.06

2 Bank Central Asia Tbk 8.14 7.90 7.11 6,73 6.06

3 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 6.49 7.59 6.65 7.10 5.82 4 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10.02 8.43 7.49 6.89 7.20

5 Bank Danamon Indonesia Tbk 5.63 4.63 4.22 4.83 4.92

6 Bank Mandiri (Persero) Tbk 9.93 7.81 7.50 6.72 6.64

7 Bank CIMB Niaga Tbk 9.43 9.11 7.74 7.45 7.19

8 Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 5.47 5.35 4.93 6,03 5.03

9 Bank Mega Tbk 9.63 10.04 8.33 9.41 8.57

10 Bank NISP OCBC Tbk 7.59 8.07 7.84 6.22 5.91

11 Bank Pan Indonesia Tbk 7.07 6.85 7.43 7.22 6.42

Rata-rata 8.124 7.794 7.191 6.701 6.347


(19)

Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata DER perusahaan berada diatas 1.

Rata-rata DER untuk tahun 2010 sebesar 8.124, tahun 2011 sebesar 7.794, tahun

2012 sebesar 7.191, tahun 2013 sebesar 6.701 serta pada tahun 2014 sebesar

6.347. Hal ini menggambarkan perusahaan industri perbankan yang listing di BEI

mempunyai proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri.

Dengan adanya proporsi hutang yang lebih besar, maka perusahaan yang

mempunyai DER lebih dari satu akan memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki DER kurang dari satu. Pada

perusahaan perbankan rata-rata mempunyai tingkat DER yang tinggi, hal ini

dikarenakan karakteristik dari bank itu sendiri adalah mengumpulkan dana

sebanyak-banyaknya dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito

maupun pinjaman dari pihak lain dan Bank Indonesia. Sementara ekuitas bank

tersebut diperoleh dari modal disetor dan laba bank itu sendiri. Dengan jumlah

hutang yang tinggi harus didukung dengan modal sendiri dikarenakan bank harus

mengcover risiko ketidakpastian akan tingkat keuntungan yang didapat, karena

sewaktu - waktu dapat terjadi penarikan dana yang besar dari nasabah.

Struktur modal yang kuat sangat penting bagi sebuah bank, karena dengan

struktur modal yang kuat bank akan bisa menghadapi persaingan global dan krisis

ekonomi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Bank bisa memiliki struktur modal

yang optimal bila bisa menyeimbangakan antara risiko pemberian kredit yang

disalurkan terhadap manfaat yang diperoleh dari pemberian kredit tersebut.

Bank akan bisa meningkatkan profitabilitasnya dan bisa memenuhi kebutuhan


(20)

memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap nasabah berkaitan erat dengan

likuiditas bank. Semakin banyak pengajuan kredit yang akan dipenuhi oleh bank

semakin besar pula dana yang dibutuhkan bank untuk memenuhinya.

Sehingga, bank juga harus memperhatikan kelancaran likuiditasnya agar

kepercayaan nasabahnya tidak berkurang karena bank tidak bias menyediakan

cukup dana atas penarikan dana yang dilakukan nasabah sewaktu waktu

berupa pemberian kredit, sehingga bank dihadapkan dengan risiko bisnis yaitu risi

ko kredit. Dimana bila risiko kredit bank tinggi, nasabah akan enggan

menanamkan dananya pada bank tersebut dan menurunkan kepercayaan nasabah

terhadapnya.

Struktur aset dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur

modal. Perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih

banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang

(Brigham & Houston, 2011:188). Dengan demikian struktur aset dapat digunakan

untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan

hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal.

Perusahaan yang memiliki proporsi struktur aset yang lebih besar kemungkinan

juga akan lebih mapan dalam industri, memiliki risiko lebih kecil, dan akan

menghasilkan tingkat leverage yang besar.

Modal kerja dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur

modal. Riyanto (dalam Mertialin, 2014 : 4) berpendapat bahwa

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar di dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan


(21)

usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover

period) dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam

komponen-komponen modal kerja sampai pada saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi. Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah. Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.

Pertumbuhan aktiva dijadikan variabel independen yang mempengaruhi

struktur modal. Ang (Ginting, 2014 : 5) menyatakan bahwa

Dalam perusahaan, struktur aktiva menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aktiva, diharapkan semakin besar juga hasil operasional yang dihasilkan perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan.

Risiko dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal.

Risiko bisnis menurut Weston et.al (Rachmawardani, 2007 : 14) adalah ketidak pastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian atau laba di masa

mendatang. Dijelaskan dalam Tradeoff theory bahwa semakin banyak hutang, semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung perusahaan seperti agencycost,

biaya kebangkrutan, keengganan kreditur untuk memberi pinjaman dalam jumlah

besar (Turnbull, 1979) dalam (Rachmawardani, 2007 : 14). Sebagai implikasinya,

perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil

dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin


(22)

dalam mengembalikan hutang mereka. Dalam penelitian ini, proksi risiko bisnis

dihitung dengan standart deviasi dari rasio EBIT dibanding dengan total aset. Likuiditas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal.

Semakin besar nilai likuiditas perusahaan menunjukkan semakin tinggi

kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Karena jumlah

aset lancar perusahaan yang tersedia lebih besar dari jumlah utang lancarnya.

Rasio likuiditas juga digunakan sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang

berkaitan dengan perencanaan kas dan utang serta membandingkan jumlah

persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, rasio ini

sangat penting dianalisis untuk melihat pengaruhnya terhadap struktur modal.

Selain itu, rasio ini memberikan cukup banyak informasi terhadap pihak-pihak

berkepentingan baik pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan maupun

pihak luar seperti pihak kreditor, investor atau pihak perbankan untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga secara

tepat waktu. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

lancar (current ratio) dengan cara membandingkan antara total aset lancar dengan hutang lancar.

Ukuran perusahaan dijadikan variabel indepenen yang mempengaruhi

struktur modal. Menurut Riyanto (2001 : 299) perusahaan yang lebih besar di

mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru

dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya

dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini akan mempermudah


(23)

eksternal. Halim (Kusumaningrum, 2011 : 19 ) menyatakan bahwa semakin besar

ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga

semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana

yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif

pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak

mencukupi. Dengan demikian ukuran perusahaan akan memiliki pengaruh

terhadap struktur modal.

Profitabilitas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur

modal. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan

struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki

profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba

ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan

pendanaan. Menurut Weston dan Brigham (dalam Kesumaningrum, 2011 :18)

perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan

utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan

perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba

ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum

memutuskan untuk menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order

Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan

pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang (Sartono, 2001 :

282).

Penelitian sebelumnya mengenai Struktur Modal pernah dilakukan oleh


(24)

dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal. Meidina (2007) yang menganalisis

mengenai pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan

Profitabilitas terhadap Struktur Modal. Purba (2014) yang menganalisis mengenai

pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas

terhadap Struktur Modal. Febriminanto (2012) yang menganalisis mengenai

pengaruh Firm Size, Return of Assets, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal.

Penelitian yang dilakukan Naibaho (2013) menggunakan variabel

Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja sebagai variabel independen dan

Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil Penelitiannya menunjukkan

bahwa Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja secara simultan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial,

variabel Profitabilitas dan Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan negatif

terhadap struktur modal, sedangkan variabel likuiditas berpengaruh signifikan

positif terhadap struktur modal.

Penelitian yang dilakukan Meidina (2007) menggunakan variabel Ukuran

Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas sebagai variabel

independen dan Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil Penelitian yang

dilakukannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan,

Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

Struktur Modal. Secara parsial, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Aktiva


(25)

variabel independen lainnya (risiko dan profitabilitas) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (Struktur Modal).

Penelitian yang dilakukan Purba (2014) menggunakan variabel independen

yang terdiri dari Struktur Aset, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan

Likuiditas. Struktur Modal sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian yang

dilakukannya secara simultan menunjukkan bahwa Struktur Aset, Profitabilitas,

Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Struktur

Modal. Secara parsial hanya variabel likuiditas yang berpengaruh signifikan

negatif terhadap struktur modal. Sedangkan variabel Struktur Aset, Profitabilitas

dan Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian yang dilakukan Febriminanto (2012) menggunakan variabel Firm

Size, Return on Assets, dan Pertumbuhan Aktiva sebagai variabel independen dan

Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya secara simultan

menunjukkan bahwa variabel Firm Size, Return on Assets, dan Pertumbuhan Aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial,

hanya ada dua (2) variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen yaitu variabel Return On Assets (ROA) dan Firm Size.

Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian

mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Peneliti

tertarik untuk mencoba menguji faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap

struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode


(26)

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur aset, modal kerja,

pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan bertitik tolak pada uraian

diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang

“ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, MODAL KERJA, PERTUMBUHAN AKTIVA, RISIKO, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

a. Apakah struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas,

ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh baik secara parsial

maupun simultan terhadap struktur modal pada perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014?

1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penilitian, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset, modal kerja,

pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan


(27)

modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2010-2014.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti

Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi struktur modal perusahaan perbankan dan

sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama di bangku

kuliah.

2. Peneliti Lainnya

Bagi peneliti lainnya hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk menjadi bahan referensi dan dasar

pengembangan dalam melakukan penelitian yang berkenaan

dengan struktur modal pada perusahaan lainnya.

3. Manajemen Perusahaan

Memberikan informasi bagi manajer perusahaan khususnya

manajer keuangan dalam mengambil keputusan penggunaan

keuangan serta dapat digunakan sebagai salah satu masukan

mengenai kinerja manajer perusahaan.

4. Investor

Menjadi salah satu masukan bagi investor dalam mempengaruhi

pertimbangan calon investor dala mengambil keputusan untuk


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Struktur Modal

Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber pembiayaan agar

perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya. Setiap perusahaan dalam

melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan

finansialnya. Struktur Modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang

dengan total aktiva (Kartini dan Arianto,2008:15)

Struktur modal di proxy dengan Debt to Equity Ratio (DER), yang

merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Pemakaian

proxy dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak

dapat diukur secara langsung (Sartono & Sriharto, 1999:77). Struktur modal

adalah perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri. Definisi lain

struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan

perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Wibowo, 2013

: 15 )

Halim (2007 : 78) mendefinisikan

Struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat tetap, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Dalam teori struktur modal dinyatakan mengenai apakah perubahan struktur modal berpengaruh atau tidak terhadap nilai perusahaan, dengan asumsi keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berubah. Apabila ada pengaruhnya, berarti struktur modal yang terbaik, tetapi jika tidak ada pengaruhnya, berarti tidak ada struktur modal yang terbaik.

Struktur modal sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut kebijakan


(29)

kebutuhan pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal.sendiri dan modal

asing atau utang (Naibaho, 2013 : 10).

Menurut Brigham dan Houston (2001:6) ada 4 faktor yang mempengaruhi

keputusan struktur modal, yaitu:

a. Risiko bisnis

Tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila ia tidak

menggunakan utang. Makin besar risiko bisnis perusahaan, makin rendah

rasio utang yang optimal. Universitas Sumatera Utara

b. Posisi pajak perusahaan

Alasan utama menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat

dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang

yang sesungguhnya.

c. Fleksibilitas keuangan

Kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar

dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan

mengetahui bahwa penyedia modal yang mantap diperlukan untuk operasi

yang stabil, yang merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan

jangka panjang.

d. Konservatisme atau agresivitas manajemen

Sebagian manajemen lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian

perusahaan lebih cenderung menggunakan utang untuk meningkatkan


(30)

yang memaksimalkan nilai, tetapi akan mempengaruhi struktur modal

yang ditargetkan yang ditetapkan manajer.

2.2. Teori Struktur Modal 2.2.1. Pecking Order Theory

Penelitian ini menggunakan teori yang berkaitan dengan struktur

modal yaitu pecking order theory karena perusahaan yang ingin berkembang

selalu membutukan modal yang salah satunya diperoleh dari hutang. Namun

demikian, perusahaan tidak mudah untuk memperoleh pinjaman, karena harus

menganalisis lebih dahulu apakah memang sudah tepat untuk berhutang. Jika

sumber-sumber dari internal, seperti modal sendiri atau laba ditahan masih

kurang, maka perusahaan dapat melakukan pinjaman.Untuk itu, perlu

dianalisis untung ruginya bila melakukan pinjaman.

Pecking order theory adalah urutan sumber pendaanan dari internal

(laba ditahan) dan eksternal (penerbitan ekuitas baru) (Wibowo, 2013 : 26).

Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan.

Secara ringkas, teori ini menyatakan bahwa :

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil

operasi perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang

ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran

dividen secara drastis.

3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan


(31)

diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang

melebihi kebutuhan dan untuk investasi, meskipun pada

kesempatan yang lain, mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi

kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan akan

mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.

4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan

menerbitkan sekuritas yang paling ”aman” terlebih dulu, yaitu

dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas

yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi), baru akhirnya apabila

masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio,

karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri

yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal yang

berasal dari luar perusahaan.

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donalson pada tahun 1961,

teori ini disebut Pecking Order karena teori ini menjelaskan mengapa

perusahaan akan menentukan kedudukan sumber dana yang paling disukai.

Menurut Brealey, et all (2008 : 25) teori pecking order berbunyi sebagai

berikut :

1. Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini

terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat


(32)

2. Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang

lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan

terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang tidak

terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila

dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.

Menurut Myers dan Majluf (dalam Purba, 2014 : 13) menyatakan

Teori pecking order didasarkan pada dua asumsi yang menonjol. Pertama, para manajer lebih mengetahui prospek perusahaan mereka sendiri daripada investor luar. Kedua, manajer bertindak dalam kepentingan terbaik pemegang saham yang ada. Dengan kondisi tersebut, perusahaan terkadang akan melupakan positif proyek net present value jika menerima mereka memaksa perusahaan untuk menerbitkan saham undervalued untuk investor baru. Hal ini pada gilirannya memberikan alasan bagi perusahaan untuk menurunkan nilai finansial, seperti uang tunai yang besar dan kapasitas utang yang tidak terpakai. Lebih khusus lagi, teori pecking order memprediksi bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal bila tersedia dan memilih utang atas ekuitas ketika pembiayaan eksternal diperlukan.

2.2.2. Signalling Theory

Arifin (dalam Naibaho, 2013 : 12) menyatakan

Teori ini disusun berdasarkan asumsi adanya asymmetric

information antara manajer dan pemegang saham. Karena adanya

asymmetric information maka manajer berusaha memberi sinyal

kepada investor. Signal tersebut haruslah berupa sesuatu yang dapat dipercaya dan tidak mudah ditiru atau mahal untuk menirunya. Dalam kebijakan struktur modal, sinyak yang diberikan adalah berupa dipakainya porsi hutang yang lebih besar di perusahaan. Hanya perusahaan yang benar-benar kuat yang berani menanggung risiko mengalami kesulitan keuangan ketika porsi hutang perusahaan relatif tinggi. Maka porsi hutang yang tinggi dipakai manajer sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang handal.


(33)

teori ini disusun berdasarkan adanya asumsi asymmetric information (ketidaksamaan informasi) antara manajer dan investor, dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor. Asymmetric information menyebabkan manajer berusaha memberi isyarat (signal) kepada investor. Isyarat (signal) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang member petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sedangkan perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram, karena apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun. Dengan menerbitkan saham baru tersebut berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Dalam keadaan normal, perusahaan harus mempertahankan adanya kapasitas cadangan waktu meminjam (reserve borrowing capacity) yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila ada peluang investasi yang baik, dengan kata lain dalam keadaan normal perusahaan harus menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang.

2.2.3. Trade-Off Theory

Esensi trade-off dalam struktur modal adalah menyeimbangkan

manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang.

Menurut Brigham dan Houston (2001 : 34)

Teori trade-off dari leverage menyatakan bahwa perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Kenyataan bahwa bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan telah mengakibatkan utang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen. Dengan kata lain, utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Sehingga, penggunaan utang akan


(34)

mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan (EBIT) yang mengalir kepada investor.

Namun dalam kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan 100

persen utang sebagai pendanaannya. Hal ini dikarenakan pemegang saham

mendapat keuntungan modal yang rendah di samping itu, perusahaan

membatasi penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan

dengan kebangkrutan. Karena itu, penggunaan utang sebagai pendanaan

perusahaan perlu dibatasi untuk memperkecil kebangkrutan yang mungkin

terjadi.

2.2.4. Agency Theory

Teori keagenan (agency theory) dikembangkan di tahun 1970-an

terutama pada tulisan Jensen dan Meckling (1976) pada tulisan yang berjudul

“Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs, and ownership

structure”. Konsep konsep teori keagenan di latarbelakangi oleh berbagai

teori sebelumnya sepertiteori konsep biaya transaksi (Coase, 1937), teori

property right (Berle dan Means, 1932), dan filsafat utilitarisme (Ross,

1973). Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memecahkan

memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidak

lengkapan informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan).Teori keagenan

berkaitan dengan penyelesaikan dua masalah yang dapat terjadi dalam

hubungan keagenan. Yang pertama adalah masalah keagenan yang muncul

ketika :


(35)

b. Sulit atau mahal untuk prinsipal untuk memverifikasi apa yang

agen yang lakukan.

Masalahnya di sini adalah bahwa prinsipal tidak dapat memverifikasi

bahwa agen telah berperilaku tepat. Yang kedua adalah masalah pembagian

risiko yang muncul ketika prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda

terhadap risiko. Masalahnya di sini adalah bahwa prinsip dan agen dapat

memilih tindakan yang berbeda karena preferensi risiko yang berbeda.

2.2.5 Modigliani-Miller (MM)

Teori Modigliani dan Miller (teori MM) adalah teori yang

berpandangan bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi

nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori

mereka (Brigham dan Houston, 2001 : 31) yaitu:

1. Tidak terdapat agency cost. 2. Tidak ada pajak.

3. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan.

4. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan.

5. Tidak ada biaya kebangkrutan.

6. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang.

7. Para investor adalah price-takers.

8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar

(market value).

Terdapat 2 model Mogdilianni Miller, yaitu :

a. Model Modiglianni Miller tanpa pajak

Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah


(36)

Teori mereka menggunakan beberapa asumsi:

1.Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard

Deviation Earning Before Interest and Taxes).

2.Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT

perusahaan di masa mendatang.

3.Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang

sempurna.

4.Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap

periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain,

pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.

b. Teori Modiglianni Miller dengan pajak

Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori

MM tahun 1958.Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap

penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan

bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena

biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak

Preposisi I : Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai

dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan

penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari

preposisi I ini adalah pembiayaan dengan hutang sangat

menguntungkan dan MM menyatakan bahwa struktur


(37)

Preposisi II : Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin

meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar

dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal

saham. Implikasi dari preposisi II ini adalah penggunaan hutang yang

semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham.

Menggunakan hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal

yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan

dengan biaya modal saham), sehingga akan menurunkan biaya modal

rata-rata tertimbangnya (meski biaya modal saham meningkat).

Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut

adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang

sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai

hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu

perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya.

Inilah yang melatar belakangi teori MM mengatakan agar perusahaan

menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan

biaya kebangkrutan.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal 2.3.1. Struktur Aset

Struktur Aset menurut Weston dan Brigham (2005 : 175) adalah

perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dan total aset. Definisi lain

struktur aset adalah perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh


(38)

investor (Kartini dan Arianto,2008 : 15). Struktur Aset merupakan faktor

yang penting dalam keputusan pendanaan perusahaan, karena aset-aset

berwujud (tangibles assets) bertindak sebagai jaminan dan memberikan

jaminan bagi para pemberi pinjaman dalam hal terjadinya kesulitan keuangan

(Mai,2006 : 228).

Mai (2006 : 233) menyatakan bahwa

Pada umumnya, dibandingkan dengan aktiva tak berwujud, aktiva berwujud mengandung lebih sedikit informasi asimetris, yakni informasi yang tidak seimbang antara perusahaan dengan pihak di luar perusahaan mengenai nilai aset. Lebih mudah bagi para pemberi pinjaman untuk menentukan nilai aset berwujud dibandingkan aset tidak berwujud. Di samping itu, dalam hal terjadinya gejalan kebangkrutan, asset-aset tak berwujud akan menjadi tidak bernilai lagi, sehingga menurunkan kekayaan bersih perusahaan dan selanjutnya mempercepat kemungkinan kebangkrutan. Aset perusahaan disajikan sebagai jaminan atas utang merupakan cara untuk mengurangi resiko kreditur dan memberi jaminan bagi kreditur dalam hal terjadinya kesulitan keuangan.Jaminan juga melindungi pemberi pinjaman dari masalah niat jelek yang disebabkan oleh konflik peminjam dan pemberi pinjaman. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih banyak aktiva berwujud lebih mungkin untuk memperoleh lebih banyak pinjaman. Maka besarnya komponen utang akan berhubungan positif dengan tingkat struktur aset.

Apabila struktur aset (kepemilikan) semakin tersebar, para pemegang

saham akan semakin kehilangan kekuatan untuk melakukan kontrol terhadap

manajer (Kartini dan Arianto,2008 : 16). Karena kepentingan pemilik

(principal) dan manajer (agent) tidak selalu sejalan, sumber daya

perusahaan akan dipergunakan secara tidak efisien oleh manajer. Semakin

besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang

kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan


(39)

manajer yang merupakan bagian dari struktur kepemilikan akan berdampak

terhadap keputusan pendanaan, apakah perusahaan tersebut meningkatkan

nilai perusahaan dengan mengambil dana dari luar perusahaan atau dana dari

dalam perusahaan. Dengan kata lain keputusan pendanaan (struktur modal)

melibatkan para pemilik saham perusahaan atau pemilik perusahaan yang

merupakan bagian-bagian dari struktur kepemilikan.

2.3.2. Modal Kerja

Modal kerja atau working capital merupakan suatu aset lancar yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang memerlukan pengelolaan dengan

baik oleh manajer perusahaan.. Adapun beberapa pengertian modal kerja

menurut para ahli, antara lain:

1. Menurut Jumingan (2006 : 66) terdapat dua definisi modal kerja

yang lazim dipergunakan, yakni sebagai berikut:

a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang

jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net

working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva

lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal

sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan

kemungkinan tersedianya aktiva lancer yang lebih besar

daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat

keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin


(40)

b. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini

merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi

ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang

digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek.

Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam

dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya

kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.

2. Menurut Munawir (2007 : 114) terdapat tiga konsep atau definisi

modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu:

a. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan kepada kwantum yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai

operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana

(fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek.

Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah

jumlah aktiva lancar.

b. Konsep Kualitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dalam

konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva

lancar terhadap hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva

lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari


(41)

c. Konsep Fungsional

Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki

dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok

perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu

perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan

laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua

dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini, ada

sebagian besar dana yang akan digunakan untuk memperoleh

atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya :

bangunan, mesin-mesin pabrik, alat-alat kantor dan lainnya

3. Dan menurut Kasmir (2008 : 250) modal kerja merupakan modal

yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan.

Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi yang

ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti

kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar

lainnya.

2.3.3. Pertumbuhan Aktiva

Aktiva adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam

operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva yang tak

berwujud, dan lain-lain. Semakin besar aktiva diharapkan semakin besar hasil

operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut FASB (1985) aktiva

adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di


(42)

kejadian yang sudah berlalu.Menurut Brimigham dan Erhart (dalam Novera

2013 : 6) menyatakan bahwa

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.

2.3.4. Risiko

Risiko bisnis merupakan gambaran ketidakpastian yang dihadapi

perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya (Meidinia, 2007:10).

Menurut Husnan (1996 : 85) setiap perusahaan akan menghadapi risiko

sebagai akibat dari dilakukannya operasi perusahaan, baik itu risiko bisnis

maupun risiko hutang yang harus digunakan perusahaan. Perbedaan risiko

bisnis tidak hanya berasal dari satu industri ke industri yang lainnya saja,

melainkan antara perusahaan-perusahaan dalam satu industri tertentu.

Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi karena harus membayar biaya

bunga yang tinggi atas hutang, sedang disisi lain terdapat ketidakpastian

dalam pengembalian aset. Untuk menghindari kebangkrutan perusahaan

maka sebaiknya penggunaan hutang dikurangi (Yuniningsih:2002).

Berikut jenis risiko yang dihadapi perusahaan perbankan :

1.Risiko kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak

lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko kredit pada

umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya


(43)

(issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko Kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana

pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau

lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi

Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian Risiko

inheren.

2.Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan dari

kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko

Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar,

Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko ini dapat berasal baik

dari posisi trading book maupun posisi banking book.

3.Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank

untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber

pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi

yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi

keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan

(funding liquidity risk).

4.Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau

tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi

operasional Bank. Sumber risiko ini antara lain oleh sumber daya


(44)

5.Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum

dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul

antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya

syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.

6.Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam

mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan

stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan

dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan

dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi

strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

7.Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak

mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan

antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran

hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku

umum.

8.Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat

kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam

mengkategorikan sumber RisikoReputasi bersifat tidak langsung


(45)

2.3.5. Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

jangka pendeknya, seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam

jangka pendek (Astuti,2004 : 31). Definisi lain rasio likuiditas adalah

menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera

dikonservasikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai serta

tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh (Tampubolon,

2005 : 38). Menurut Halim (2007 : 49), rasio likuiditas adalah mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila

jatuh tempo. Perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih dahulu membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui utang.

2.3.6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah perusahaan yang mempunyai saham yang

besar, dan setiap penambahan lembar sahamnya hanya berpengaruh kecil

terhadap kemungkinan hilang kontrol dari pihak dominan terhadap

perusahaan yang bersangkutan (Riyanto, 2001:299).

Perusahaan yang besar cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih

banyak daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan

dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran


(46)

kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih

besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan

usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar

untuk memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Hal ini menunjukkan

adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage.

2.3.7. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan

yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,2006).Martono dan

Harjito (dalam Purba, 2014 : 18) Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari

penggunaan modalnya. Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan salah

satu informasi penting bagi kreditor untuk mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi kewajibannya dalam membayar selain kreditor, investor juga

menggunakan profitabilitas untuk memprediksi seberapa besar penggunaan

nilai atas saham yang dimiliki.Semakin besar nilai profitabilitas perusahaan

maka, semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan memperoleh

laba semakin tinggi.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dibuat berdasarkan pada hasil-hasil penelitian sebelumnya,

sehingga beberapa point penting dari hasil penelitian terdahulu dapat dijadikan

acuan dalam penelitian ini. Berikut akan diuraikan beberapa penelitian terkait


(47)

Penelitian Naibaho (2013) menguji Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan

Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi

Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profitabilitas,

likuiditas, dan modal kerja secara bersama-sama mempunya pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap struktur modal.

Penelitian Meidina (2007) tentang Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman yang Go

Public Di Bursa Efek Jakarta dan mendapat hasil penelitian bahwa Ukuran

Perusahaan dan Pertumbuhan Aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap struktur modal, sedangkan variabel independen lainnya (risiko dan

profitabilitas) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (struktur

modal).

Penelitian yang dilakukan Purba (2014) berjudul Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Secara simultan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi uji

F yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Febriminanto (2012) melakukan penelitian yaitu Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek


(48)

yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu

variabel return on assets (ROA) dan firm size.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Naibaho (2013) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel Independen: Profitabilitas, Likuiditas, Modal Kerja. Variabel Dependen: Struktur Modal. Profitabilitas,likuidita s,dan modal kerja secara bersama-sama mempunya pengaruh yang signifikan dan positif terhadap struktur modal.

2. Medina (2007) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan Dan Minuman yang

Go Public Di

Bursa Efek Jakarta. Variabel Independen: Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, Profitabilitas. Variabel Dependen : Struktur Modal. Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel independen lainnya (risiko dan Profitabilitas) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (struktur modal).

3. Purba (2014) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Variabel Independen: Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan,

Secara simultan hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa struktur aset,

profitabilitas, pertumbuhan


(49)

Nama Peneliti Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Likuiditas. Variabel Dependen: Struktur Modal penjualan, dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi uji F yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,005.

4. Febriminanto (2012) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

Variabel Independen:

Firm Size, Return of Asset,

Pertumbuhan Aktiva.

Variabel Dependen: Struktur Modal.

Hanya ada Dua (2) variabel independen yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen yaitu variabel return

of asset (ROA) dan

firm size.

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini menjelaskan pengaruh variabel

independen (X), yaitu struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko,

likuiditas, ukuran perusahaan , dan likuidtas terhadap variabel dependen (Y), yaitu

struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Struktur aset menggambarkan penentuan berapa besar alokasi dana

masing-masing komponen aset, baik aset lancar maupun aset tetap. Perusahaan yang

sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan


(50)

sifatnya hanya sebagai pelengkap. Menurut Brigham dan Houston (2001 : 39)

perusahaan dengan kriteria aset yang dapat dijadikan jaminan kredit cenderung

lebih banyak menggunakan utang. Aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu

perusahaan merupakan suatu jaminan pembayaran yang baik bagi kreditor

terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Perbandingan antara

jumlah aset tetap dengan jumlah aset perusahaan memiliki dampak terhadap

struktur modal perusahaan. Pengukuran struktur aset didasarkan pada penggunaan

rasio perbandingan total aset tetap terhadap total aset, sehingga secara teoritis

terdapat hubungan negatif antara struktur aset terhadap struktur modal. Semakin

tinggi struktur aset (semakin besar jumlah aset tetap) maka penggunaan modal

sendiri akan semakin tinggi dan menyebabkan struktur modal perusahaan akan

rendah.

Modal kerja bersih (Net Working Capital) yaitu selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar yang mana aset tersebut diharapkan bisa dikonversi menjadi kas

dalam waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Kenaikan modal kerja bersih

menunjukkan bahwa aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutupi

hutang lancar perusahaan. Aset lancar yang mampu menutupi hutang lancar

perusahaan mengakibatkan resiko ketidakmampuan perusahaan membayar

tagihan tepat waktu (rasio likuiditas) menjadi lebih rendah. Hal ini menunjukkan

tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan

usaha di masa mendatang sehingga mempengaruhi struktur modal.

Pertumbuhan Aktiva menunjukkan besarnya dana yang dialokasikan oleh


(51)

untuk menyediakan dana yang memadai. Sartono dan Sriharto (1999 : 59)

mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi,

kemungkinan akan kekurangan pendapatan untuk mendanai pertumbuhan tinggi

tersebut secara internal.

Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari

pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan

risiko bisnis yang lebih rendah. Dunia investasi mengenal risiko bisnis sebagai

bagian dari risk premium, yang diartikan sebagai ketidakpastian aliran pendapatan yang disebabkan oleh sifat alami dari bisnis itu sendiri seperti produk, pelanggan

dan cara penghasilan produknya (Brown dan Reilly 2009) dalam ( Saputra, 2014 :

32). Perusahaan dengan cash flow yang sangat fluktuatif akan menyadari bahwa penggunaan utang yang penuh risiko akan kurang menguntungkan dibanding

dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa untuk menggunakan ekuitas untuk

memenuhi pendanaan perusahaan guna menghindari financial distress. Oleh karena itu risiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang telah jatuh tempo.

Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat

kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar,

dengan peningkatan proporsi utang yang lebih besar dari pada modal sendiri

menunjukkan DER semakin besar atau sebaliknya. Teori trade off menunjukkan bahwa perusahaan dengan rasio likuiditas yang lebih tinggi harus meminjam lebih


(52)

memprediksi hubungan positif antara likuiditas dan leverage. Sedangkan pecking

order theory memprediksi hubungan negatif antara likuiditas dan leverage, karena

perusahaan dengan likuiditas yang lebih besar memilih untuk menggunakan dana

internalnya

Menurut teori pecking order, ukuran perusahaan diprediksikan memiliki

hubungan terhadap struktur modal. Perusahaan besar dapat membiayai

investasinya dengan mudah lewat pasar modal karena kecilnya informasi asimetri

yang terjadi. Investor dapat memperoleh lebih banyak informasi dari perusahaan

besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jadi, dengan diperolehnya dana

lewat pasar modal menjadikan proporsi utang menjadi semakin kecil dalam

struktur modalnya. Penerbitan ekuitas pada perusahaan kecil lebih banyak

mengeluarkan biaya daripada perusahaan besar. Dengan kata lain, semakin besar

ukuran perusahaan, biaya penerbitan ekuitas menjadi lebih murah.

Profitabilitas menjelaskan tingkat pengembalian yang didapat dari investasi

yang ditanamkan oleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian yang

didapat dari investasi yang ditanamkan maka penggunaan utang relatif kecil.

Tingkat pengembalian yang tinggi dari investasi yang ditanamkan perusahaan

memungkinkan perusahaan menggunakan dana internal perusahaan untuk

membiayai sebagian besar pendanaannya yang berasal dari tingkat pengembalian

atas investasi tersebut. Sesuai dengan pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana internal yang dihasilkan bila


(53)

Dengan demikian, teori ini menunjukkan adanya pengaruh antara profitabilitas

dengan leverage (struktur modal).

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

perusahaan perbankan diukur melalui struktur aset, modal kerja, pertumbuhan

aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan likuidtas. Berdasarkan pemikiran

di atas, dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual seperti pada gambar 2.1:

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

H8 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015

Struktur Modal (Y) Struktur Aset

(X1)

Modal Kerja (X2)

Pertumbuhan Aktiva

(X3)

Risiko (X4)

Likuiditas (X5)

Ukuran Perusahaan

(X6)

Profitabilitas (X7)


(54)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan

jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 s/d H7 : Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko,

Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh

secara parsial terhadap Struktur Modal.

H8 : Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan Aktiva, Risiko,

Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Penelitian ini akan menguji

hipotesis mengenai pengaruh struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva,

risiko, likuiditas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap struktur modal

pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam

periode 2010 sampai dengan 2014 baik secara parsial maupun simultan.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan melalui media internet pada situs Bursa Efek Indonesia

yaitu www.idx.co.id dan waktu penelitian yang dilakukan peneliti mulai Oktober

2014.

3.3. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

1.Periode penelitian yang dilakukan dibatasi pada tahun 2010 -2014.

2.Batasan yang akan diteliti adalah Struktur Aset, Modal Kerja, Pertumbuhan

Aktiva, Risiko, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas pada

beberapa perusahaan sektor jasa perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2010-2014.

3.Keterbatasan dalam mengambil variabel dalam melakukan penelitian.

Kebijakan struktur modal / pendanaan yang dilakukan perusahaan tidak

hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diteliti saja, namun juga sangat


(56)

3.4. Definisi Operasional Variabel

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari

hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa

operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan

pengukuran hubungan antar variabel yang masih bersifat konseptual.

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002 :69) Definisi Operasional Variabel

adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diamati dan

diukur dengan menentukan hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Sugiyono (2004 :31), definisi operasional adalah

Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.

Penelitian ini menggunakan struktur modal sebagai variabel dependen (X),

sedangkan variabel independennya (Y) adalah struktur aset, modal kerja,

pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

3.4.1. Variabel Dependen

Variabel Dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau tergantung

dengan variabel lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen

adalah struktur modal. Berbicara tentang struktur modal, pertama-tama akan

dikemukakan pengertian dari struktur modal itu sendiri. Menurut Keown et.

al. (2010:148), struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka

panjang yang digunakan perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (2001:22),


(57)

perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Di sisi lain,

Sartono (2008 : 225) menyatakan bahwa struktur modal merupakan

perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang

jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.

Struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER).

ebt to Equity Ratio ( ER Total HutangModal 3.4.2. Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang bebas dan tidak terpengaruh

oleh variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri atas :

1) Struktur Aset

Struktur aset merupakan penentuan berapa besar alokasi dana

masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap. Menurut

Riyanto (2008 : 22) Struktur aset adalah Perimbangan atau

perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif

antara aset lancar dengan aset tetap.

Struktur aset diukur dengan rumus sebagai berikut:

truktur set set TetapTotal set 2) Modal Kerja

Menurut Sutrisno (2000 : 49) modal kerja merupakan salah satu

unsur aset yang sangat penting dalam perusahaan. Dalam neraca

sebelah aset muncul istilah aset lancar yang terdiri dari kas, piutang,


(1)

Grafik

Scatterplot


(2)

Uji Durbin-Watson

Lampiran xix

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .815a .664 .604 .13667 1.922

a. Predictors: (Constant), LN_SZ, LN_NWC, LN_GP, LN_CR, LN_SA, LN_ROA, LN_RISK


(3)

Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Data

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant

) -2.561 2.715 -.943 .350

LN_SA .028 .054 .064 .516 .608 .635 1.574

LN_NWC -.006 .011 -.055 -.523 .604 .905 1.105

LN_GP .112 .039 .328 2.900 .006 .770 1.298

LN_RISK -.454 .140 -.921 -3.233 .002 .122 8.223

LN_CR -2.905 .663 -.536 -4.384 .000 .660 1.515

LN_SZ 1.296 .727 .260 1.782 .081 .463 2.158

LN_ROA -.224 .127 -.499 -1.760 .085 .123 8.133

a. Dependent Variable: LN_DER


(4)

Koefisien Determinasi (

R-Square

)

Lampiran xxi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .815a .664 .604 .13667 1.922

a. Predictors: (Constant), LN_SZ, LN_NWC, LN_GP, LN_CR, LN_SA, LN_ROA, LN_RISK


(5)

Hasil Uji Simultan (

F -Test

)

Lampiran xxii

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.397 7 .200 7.764 .000a

Residual 1.208 47 .026

Total 2.605 54

a. Predictors: (Constant), LN_ROA, LN_CR, LN_NWC, LN_GP, LN_SA, LN_SZ, LN_RISK b. Dependent Variable: LN_DER


(6)

Hasil Uji Parsial (

t-Test

)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.561 2.715 -.943 .350

LN_SA .028 .054 .064 .516 .608

LN_NWC -.006 .011 -.055 -.523 .604

LN_GP .112 .039 .328 2.900 .006

LN_RISK -.454 .140 -.921 -3.233 .002

LN_CR -2.905 .663 -.536 -4.384 .000

LN_SZ 1.296 .727 .260 1.782 .081

LN_ROA .224 .127 -.499 -1.760 .085


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 52 111

Pengaruh Struktur Aset, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufakttur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 31 113

ANALISA PENGARUH STRUKTUR MODAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS Analisa Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek I

0 3 15

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 6 14

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 3 18

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 125

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 106

PENGARUH STRUKTUR ASET, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 2 18

Pengaruh ukuran perusahaan, struktur aset, profitabilitas, dan likuiditas terhadap Struktur modal yang terdaftar Di bursa efek indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 1 23

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL SEKTOR RITEL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 12