Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

MUKTADIRSYAH AL AJAM

110502178

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 79 (tujuh puluh sembilan) perusahaan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendokumentasikan data keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Indonesian Stock Exchange (IDX). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan

nilai signifikansi α = 5% (0,05). Secara simultan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.144 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan profitabilitas adalah sebesar 14,4%, sisanya sebesar 85,6% dijelaskan variabel-variabel lain diluar model.


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF COMPANY SIZE AND PROFITABILITY ON CAPITAL STRUCTURE AT MANUFACTURING COMPANY LISTED

STOCK ON INDONESIA EXCHANGE

The purpose of this research is to identify the influence of company size and on profitability on capital structure at manufacturing company on Indonesia Stock Exchange. The type of this research is associative research. Population of this research are manufacturing company listed on Indonesia stock exchange and the number of samples are 79 (seventy nine) manufacturing company determined by using targeted sampling method. Process of collecting the secondary data is by documenting firm’s financial report which was published by Indonesia stock Exchange (IDX). The hypothesis of this research analyzed by using Multiple

Linier Regression method with signification level of α = 5% (0,05). Simultaneously, the influence of company size and profitability are significant towards capital structure. Partially, profitability have negatively and significant towards capital structure, company size have positively and significant influence toward capital structure. Based on value of Adjusted R Square which is 0.144, it show the variability of dependent variables that can described by independent variable that are company size and capital structure about 14,4% while 85,6% were described by other variables that excluded of his research.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamiin, Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua Ayahanda M. Suad Siregar S.Pd dan Ibunda Hotmaida Harahap S.Ag yang telah mendidik dengan sepenuh hati sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya serta saudara peneliti Morub Suady Al Kausar, Mahyuly Suaidah dan Marfuah Shaumi yang selalu sabar dalam menasihati.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil. Untuk itu, melalui kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si, selaku Ketua Prodi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE., M.Si, selaku Dosen Pembanding I yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

7. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si, selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberi ilmunya kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan serta seluruh staf dan pegawai yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini.

9. Seluruh sahabat saya di manajemen 2011, BP2M FEB USU, HMM FEB USU, UKMI AD-DAKWAH USU dan seluruh ADK kampus USU yang telah menginspirasi peneliti.

Medan, Juni 2015 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

ABSTRACK...ii

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1LATAR BELAKANG ... 1

1.2RUMUSAN MASALAH ... 8

1.3TUJUAN PENELITIAN ... 8

1.4MANFAAT PENELITIAN ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1LANDASAN TEORI ... 10

2.1.1 Pengertian Struktur Modal ... 10

2.1.2 Teori Struktur Modal ... 13

2.1.2.1 Pendekatan Tradisional ... 13

2.1.2.2 Modigliani-Miller Model ... 14

2.1.2.3 Trade-off Theory ... 16

2.1.2.4 Pecking Order Theory ... 17

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 18

2.1.3.1 Ukuran Perusahaan... 19

2.1.3.2 Profitabilitas ... 19

2.2PENELITIAN TERDAHULU ... 20

2.3KERANGKA KONSEPTUAL ... 23

2.4HIPOTESIS ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 JENIS PENELITIAN ... 26

3.2TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 26

3.3BATASAN OPERASIONAL ... 26

3.4DEFINISI OPERASIONAL ... 27

3.4.1 Variabel Dependen (Y) ... 27


(7)

3.5 POPULASI DAN SAMPEL ... 29

3.6JENIS DATA ... 33

3.7 METODE PENGUMPULAN DATA ... 33

3.8 TEKNIK ANALISIS DATA ... 33

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 34

3.8.2 Analisis Statistik ... 34

3.9UJI ASUMSI KLASIK ... 35

3.9.1 Uji Normalitas... 35

3.9.2 Heteroskedastisitas... 36

3.9.3 Uji Autokorelasi ... 36

3.9.4 Uji Multikolenieritas ... 37

3.10UJI HIPOTESIS ... 37

3.10.1 Uji-F (Uji Simultan)... 38

3.10.2 Uji-t (Uji Parsial) ... 38

3.10.3 Uji Koefisien Determinasi ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1GAMBARAN UMUM ... 40

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 40

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur... 42

4.2.ANALISIS DESKRIPTIF ... 45

4.3UJI ASUMSI KLASIK ... 46

4.3.1. Uji Normalitas... 46

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 48

4.3.3 Uji Multikolinearitas ... 50

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 51

4.4ANALISIS REGRESI BERGANDA ... 52

4.5 UJI HIPOTESIS ... 53

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 53

4.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 53

4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 55

4.6PEMBAHASAN ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 KESIMPULAN ... 57

5.2 SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Rasio Profitabilitas (ROA) dan Struktur Modal (DER)

Perusahaan Manufaktur... 6

1.2 Rasio Ukuran Perusahaan (size) dan Struktur Modal (DER) Perusahaan Manufaktur... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 29

3.2 Pemilihan Sampel ... 30

3.3 Sampel Penelitian ... 31

4.1 Profil Sampel Perusahaan yang Terdaftar di BEI Pada tahun 2011-2013 ... 42

4.2 Statistik Deskriptif ... 45

4.3 One Sample Kolmogorov Smirnov ... 48

4.4 Uji Glejser ... 49

4.5 Uji Multikolinieritas ... 50

4.6 Durbin watson ... 51

4.7 Analisis Regresi Berganda ... 52

4.8 Uji F ... 53

4.9 Uji t ... 54


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 24 2.2 Normal P-P Plot... 47


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Deskripsi Hasil Penelitian.. ... 61 2 Hasil Pengolahan Data... ... 87


(11)

ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jumlah sampel sebanyak 79 (tujuh puluh sembilan) perusahaan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendokumentasikan data keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh Indonesian Stock Exchange (IDX). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan

nilai signifikansi α = 5% (0,05). Secara simultan ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.144 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu ukuran perusahaan dan profitabilitas adalah sebesar 14,4%, sisanya sebesar 85,6% dijelaskan variabel-variabel lain diluar model.


(12)

ABSTRACT

THE EFFECT OF COMPANY SIZE AND PROFITABILITY ON CAPITAL STRUCTURE AT MANUFACTURING COMPANY LISTED

STOCK ON INDONESIA EXCHANGE

The purpose of this research is to identify the influence of company size and on profitability on capital structure at manufacturing company on Indonesia Stock Exchange. The type of this research is associative research. Population of this research are manufacturing company listed on Indonesia stock exchange and the number of samples are 79 (seventy nine) manufacturing company determined by using targeted sampling method. Process of collecting the secondary data is by documenting firm’s financial report which was published by Indonesia stock Exchange (IDX). The hypothesis of this research analyzed by using Multiple

Linier Regression method with signification level of α = 5% (0,05). Simultaneously, the influence of company size and profitability are significant towards capital structure. Partially, profitability have negatively and significant towards capital structure, company size have positively and significant influence toward capital structure. Based on value of Adjusted R Square which is 0.144, it show the variability of dependent variables that can described by independent variable that are company size and capital structure about 14,4% while 85,6% were described by other variables that excluded of his research.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Para manajer keuangan dalam perusahaan bekerja bersama para manajer lain untuk mengidentifikasi peluang investasi, untuk menganalisis dan menilai peluang, dan memutuskan apakah akan dan berapa banyak akan berinvestasi. Para manajer keuangan juga harus mendapatkan uang untuk mendanai perusahaan (Brealy, Myers dan Marcus, 2008:3). Pada saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Dalam hal ini, perusahaan dituntut untuk berusaha mengikuti perkembangan yang terjadi dan bersaing dengan perusahaan dari berbagai jenis sektor usaha. Agar dapat bersaing dengan sukses dan berkelanjutan, pengembangan perusahaan akan selalu dilakukan. Namun, hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi perusahaan karena menyangkut pemenuhan akan modal yang dibutuhkan. Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana agar dapat menjalankan aktivitas bisnisnya. Dalam melakukan keputusan pendanaan, perusahaan juga perlu mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana yang ekonomis guna pemenuhan kebutuhan kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.


(14)

Setiap kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan memerlukan pendanaan. Oleh karena itu, apabila dana intern (modal sendiri) yang dimiliki tidak cukup maka perusahaan harus mengupayakan dana yang berasal dari sumber-sumber di luar perusahaan. Memang akan sangat ideal apabila perusahaan dapat menggunakan dana intern untuk melakukan investasi. Namun dalam kenyataannya, tingkat investasi pada perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah yang besar, maka dana intern yang dimiliki perusahaan jumlahnya sering kali akan tidak cukup untuk membiayai investasi tersebut (Syahyunan, 2013:218). Untuk menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal yang bersumber dari utang dan modal sendiri (ekuitas). Sumber modal tersebut juga dapat disebut sebagai sumber pembiayaan atau sumber pendanaan atau sumber permodalan (Sitanggang, 2013:71).

Untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian dan nilai (Sundjaja dan Barlian, 2002:239). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:232) struktur modal adalah bauran atau proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.

Risiko yang semakin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang


(15)

diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Penentuan struktur modal yang optimal bukan merupakan ilmu yang pasti. Karena itu meskipun perusahaan-perusahaan berada dalam industri yang sama, seringkali mempunyai struktur modal yang sangat berbeda (Brigham dan Houston, 2001:5).

Penggunaan pinjaman dengan biaya tetap yaitu bunga pada dasarnya akan menimbulkan dampak positif berupa penghematan dengan pembayaran pajak, karena bunga dapat diperhitungkan sebagai biaya. Dengan adanya penghematan pembayaran pajak tersebut, maka posisi kas akan menjadi lebih baik, sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Di samping itu, penggunaan pinjaman akan menjadikan manajemen puncak “disiplin” dalam melaksanakan tugasnya, karena mereka sadar perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar pinjaman tersebut (Syahyunan, 2013:218). Struktur modal yang merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan modal yang berasal dari pinjaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting seperti tingkat penjualan, struktur aset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, kondisi intern perusahaan dan fleksibilitas keuangan.

Sebuah perusahaan besar tentu memiliki total aset yang besar. Dalam hal ini, perusahaan besar memiliki banyak kebutuhan dana yang perlu dialirkan untuk menunjang operasionalnya. Menurut Sartono (2001:249) ukuran perusahaan adalah suatu perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Jadi, perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang tinggi


(16)

akan cenderung menggunakan tingkat hutang yang tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Menurut Sartono (2001:122), profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Brigham dan Houston (2001:40) menjelaskan bahwa sering kali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan, seperti Intel, Microsoft, dan Coca-cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dan yang dihasilkan secara internal.

Perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi. Industri manufaktur memainkan peranan penting dalam perekonomian indonesia. Dalam perkembangannya, pemerintah mempertimbangkan kemudahan bagi industri manufaktur padat karya (labour intensive) dalam mendapatkan insentif yang dinilai mampu memberikan dampak berganda bagi perkembangan industri lainnya. Pemerintah rencananya akan fokus mempertahankan kinerja empat sektor industri untuk menjaga ekonomi Indonesia bisa tetap tumbuh di atas 6% pada tahun 2013. Sektor industri tersebut adalah industri besi baja, industri makanan minuman, industri petrokimia, dan industri elektronik.


(17)

4 (empat) industri ini harus tetap tumbuh di tengah tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri padat karya mutlak harus dipertahankan untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi maupun industri secara nasional. Hal ini juga menjadi kesepakatan pemerintah dan Bank Indonesia mengenai situasi ekonomi makro terkini. Sektor industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki juga menjadi unggulan untuk mendorong pertumbuhan industri nasional (Business News:2013).

Namun, ada beberapa masalah terkait industri manufaktur di indonesia. Industri manufaktur di tanah air memasuki fase deindustrialisasi dengan menurunnya pertumbuhan serta kontribusi sektor industri manufaktur terhadap perekonomian nasional. Memang terjadi penurunan kontribusi industri manufaktur dari 27,81 persen terhadap PDB pada 2008 menjadi 23,7 persen pada 2013. Fakta ini menunjukkan ada indikasi deindustrialisasi, Seharusnya pemerintah terus mengupayakan akses pasar bagi produk manufaktur Indonesia. Saat ini, tekstil dan produk tekstil asal Indonesia kalah dengan Malaysia dan Vietnam karena kita masih harus membayar bea masuk (BM) sebesar 12 persen. Produk impor juga semakin mendominasi pasar domestik sehingga produk lokal sulit bersaing. Ketika produk impor semakin berpenetrasi di dalam negeri, maka akan berdampak terhadap produk lokal yang akan berimbas kepada ketidakmampuan meningkatkan akses pasar ekspor. Dengan analogi ini, tentu ada pabrik yang tutup dan indikasi deindustrialisasi mulai terjadi (Koran Jakarta:2013).


(18)

Berikut ini data mengenai variabel-variabel yang diteliti pada perusahaan manufaktur periode 2011-2013 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1.1

Rasio Profitabilitas (ROA) dan Struktur Modal (DER) Perusahaan Manufaktur

(dalam persen)

No. Nama Perusahaan Kode Emiten

ROA DER

2011 2012 2013 2011 2012 2013 1

PT Asahimas Flat Glass

Tbk AMFG 12,52 11,13 9,56 0,25 0,27 0,24

2

PT Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk HMSP 41,62 37,89 39,5 0,9 0,97 0,93 3

PT Malindo Feedmill

Tbk MAIN 15,44 16,8 10,9 2,15 1,64 1,57

4 PT Unilever Tbk UNVR 39,73 40,38 40,1 1,85 2,02 2,14 5 PT Arwana Citra Mulia ARNA 11,54 16,93 20,9 0,72 0,55 0,48 Sumber:

Berdasarkan Tabel 1.1, pada perusahaan dengan kode emiten AMFG, HMSP, dan ARNA menunjukkan bahwa tingkat rasio profitabilitas yang tinggi tidak diiringi dengan tingkat rasio DER perusahaan yang tinggi pula. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Seftianne dan Ratih (2011), Sambharakreshna (2010), dan Baharuddin, et al (2011) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Namun, hal ini berbeda terhadap perusahaan dengan kode emiten UNVR dan MAIN, rasio profitabilitas yang tinggi, diiringi dengan rasio DER perusahaan yang tinggi pula. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Parlak (2010) yang menyatakan bahwa


(19)

profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hal ini tentunya mencerminkan bahwa perusahaan yang profitnya besar dapat memilih alternatif sumber pendanaan termasuk didalamnya memilih hutang sebagai sumber pendanaan perusahaannya.

Tabel 1.2

Ukuran Perusahaan (size) dan Struktur Modal (DER) Perusahaan Manufaktur

(dalam persen)

No. Nama Perusahaan Kode Emiten

Size DER

2011 2012 2013 2011 2012 2013 1

PT Asahimas Flat Glass

Tbk AMFG 14,80 14,90 15,07 0,25 0,27 0,24

2

PT Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk HMSP 16,70 17,08 17,12 0,9 0,97 0,93 3 PT Malindo Feedmill Tbk MAIN 14,11 14,40 14,60 2,15 1,64 1,57 4 PT Unilever Tbk UNVR 16,16 16,12 16,40 1,85 2,02 2,14 5 PT Arwana Citra Mulia ARNA 13,60 13,70 13,90 0,72 0,55 0,48 Sumber:

Berdasarkan Tabel 1.2, perusahaan dengan kode emiten UNVR dan MAIN, terdapat tingkat ukuran perusahaan yang tinggi, diiringi dengan rasio DER perusahaan yang tinggi pula. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Seftianne dan Ratih (2011), Parlak (2010) dan Febriminanto (2012) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan pada struktur modal. Namun lain halnya terjadi pada perusahaan dengan kode emiten AMFG, HMSP, dan ARNA yang menunjukkan bahwa tingkat ukuran perusahaan yang tinggi tidak diiringi dengan tingkat rasio DER perusahaan yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan penelitian Hapsari (2010) dan Malte et al (2000) hasil penelitiannya menunjukkan ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER). Dalam hal ini, bisa kita simpulkan bahwa


(20)

terjadinya perbedaan kebijakan dalam keputusan pendanaan yang dilakukan perusahaan terhadap penggunaan total asetnya.

Penelitian terhadap struktur modal masih mungkin untuk dikaji karena adanya beberapa penelitian terdahulu diatas, terjadi perbedaan hasil penelitian (research gap) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal, menarik untuk diteliti sehingga diajukan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara parsial maupun serempak terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas baik secara parsial maupun serempak terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, di antaranya adalah:


(21)

1. Bagi Penulis, dapat menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang pengaruh variabel tingkat Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap struktur modal.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan struktur modal yang optimal atau keputusan pendanaan, baik sumber dananya berasal dari pinjaman maupun modal sendiri dalam

membiayai kegiatan operasional perusahaan.

3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik ini serta dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan struktur modal atau keputusan pendanaan yang optimal.

4. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori ini menjabarkan teori-teori mengenai struktur modal yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Serta argumen yang dapat mendukung hipotesis permasalahan penelitian. Landasan teori berisi argumen dan teori sebagai tuntutan dalam pemecahan masalah serta perumusan hipotesis.

2.1.1 Pengertian Struktur Modal

Salah satu isu penting yang harus dihadapi oleh para manajer keuangan menurut Sartono (2001:225) adalah hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Sumber pendanaan dalam suatu perusahaan dibagi kedalam dua kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal.

Pendanaan internal dapat diperoleh dari sumber laba ditahan sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur atau yang disebut dengan utang dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan atau yang disebut sebagai modal. Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan utang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut struktur modal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:5), setiap perusahaan menganalisis sejumlah faktor, dan kemudian menetapkan struktur modal yang


(23)

ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak manajemen perusahaan terdapat bayangan dari struktur modal yang ditargetkan tersebut. Jika tingkat utang yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio utang sudah melampaui target, barangkali saham perlu dijual. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Sedangkan resiko yang makin tinggi akan memperbesar utang sehingga menurunkan harga saham.

Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Struktur modal sebuah perusahaan menunjukkan nilai perusahaan itu sendiri. Suatu struktur modal yang baik dan optimal akan memaksimalkan nilai perusahaan tersebut dan meningkatkan harga saham dari sebuah perusahaan. Sehingga struktur modal dapat dikatakan mempengaruhi nilai perusahaan.

Menurut Sjahrial (2007:236), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur modal yang optimal, yaitu :

1. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan uutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.


(24)

2. Struktur Aktiva

Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil.

4. Kemampuan menghasilkan laba

Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang atau menerbitkan saham. 5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak

Perusahaan dengan variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap yang berasal utang.

6. Skala perusahaan

Perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding perusahaan kecil.

7. Kondisi intern perusahaan denga ekonomi makro

Perusahaan perlu melihat saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi, kondisi yang paling tepat adalah ketika tingkat bunga pasar sedang rendah dan pasar modal sedang bullish.


(25)

Menurut Brigham dan Houston (2001:45) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen, khususnya pada struktur modal yang ditargetkan.

2.1.2 Teori Struktur Modal

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana pengaruh struktur modal terhadap suatu nilai perusahaan. Bagaimana menciptakan struktur modal yang baik, sehingga mengoptimalkan nilai perusahaan. Teori struktur modal bertujuan untuk memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal.

2.1.2.1 Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an. Menurut Husnan (1998:328) keadaan perusahaan menjadi lebih baik setelah perusahaan menggunakan utang karena nilai perusahaan meningkat atau biaya modal perusahaan menurun. Menurut Sartono (2001:230) pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik Ke (biaya modal sendiri) maupun Kd (biaya utang) relatif konstan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah.


(26)

Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.

2.1.2.2 Modigliani-Miller Model

Teori mengenai struktur modal bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller (yang selanjutnya disebut MM) mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis yaitu “The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”. MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya (Brigham dan Houston, 2001:31). Namun, studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain (Brigham dan Houston, 2001:31):

1. Tidak ada biaya broker (pialang) 2. Tidak ada pajak

3. Tidak ada biaya kebangkrutan

4. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.

5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan pada masa mendatang


(27)

Pada tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan yang berjudul “Corporate Income Taxes and The Cost of Capital : A Correction” yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaaan meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang (Brigham dan Houston, 2001:31).

Hasil studi MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi bahwa tidak ada biaya kebangkrutan. Namun, dalam praktek, biaya kebangkrutan bisa sangat mahal. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi yang sangat tinggi, serta sulit menahan pelanggan, pemasok dan karyawan. Masalah yang terkait kebangkrutan cenderung muncul apabila perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya (Brigham dan Houston, 2001:31). Apabila biaya kebangkrutan semakin besar, tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham juga semakin tinggi. Biaya modal hutang juga akan semakin tinggi karena pemberi pinjaman akan membebankan bunga yang tinggi sebagai kompensasi kenaikan risiko kebangkrutan. Oleh karena itu, perusahaan akan terus menggunakan hutang apabila manfaat hutang (penghematan pajak dari hutang) masih lebih besar


(28)

dibandingkan dengan biaya kebangkrutan. Jika biaya kebangkrutan lebih besar dibandingkan dengan penghematan pajak dari hutang, perusahaan akan menurunkan tingkat hutangnya.

2.1.2.3 Trade-off Theory

Menurut trade-off theory yang dikemukakan Myers (2001) dalam Syahyunan (2013:228) bahwa perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency cost) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efesiensi pasar dan symetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Perusahaan tanpa menggunakan hutang dalam modalnya akan membayar pajak yang lebih besar daripada perusahaan yang menggunakan hutang. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dengan menggunakan hutang akan lebih besar dibanding perusahaan tanpa menyertakan hutang dalam modalnya.

Menurut Sjahrial (2007:235) perusahaan yang memiliki aktiva berwujud cukup besar cenderung untuk menggunakan hutang dalam proporsi yang lebih


(29)

besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tidak berwujud dalam jumlah besar meskipun memiliki kesempatan untuk lebih baik. Namun, dalam praktik, rasio utang dalam strukur modal sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Trade-off theory optimal menggambarkan keseimbangan biaya masalah dengan nilai perlindungan pajak bunga yang dihasilkan oleh pinjaman. Untuk itu perusahaan hendaknya menyeimbangkan antara besarnya hutang dengan modal sendiri.

2.1.2.4 Pecking Order Theory

Menurut Myers (1984) dalam Syahyunan (2013:228), pecking order theory menyatakan bahwa, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam pecking order theory ini tidak terdapat strukur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.

Menurut Smart, Megginson, dan Gitman (2004) dalam Syahyunan (2013:228), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :


(30)

1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada eksternal.

2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih beresiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.

3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio yang lancar tersedia. 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Dalam beberapa penelitian terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya struktur modal dalam perusahaan. Secara lebih umum, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2001:39). Menurut Sjahrial (2007:236) faktor-faktor penting dalam menetukan struktur modal adalah tingkat penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan perusahaan, kemampuan menghasilkan laba, variabilitas laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, dan kondisi intern perusahaan. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya


(31)

beberapa variabel yang diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan. Seperti ukuran perusahaan dan profitabilitas.

2.1.3.1 Ukuran Perusahaan

Menurut Sartono (2001:249) perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Dalam beberapa penelitian disebutkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap besaran struktur modal perusahaan. Perusahaan yang besar, pasti juga akan membutuhkan dana yang besar pula. Disamping itu perusahaan besar juga memiliki aset yang besar.

Menurut Rajan dan Zingales (dalam Najmudin, 2011:316) ukuran perusahaan yaitu perusahaan yang berskala besar pada umumnya lebih mudah memperoleh hutang dibandingkan dengan perusahaan kecil karena terkait dengan tingkat kepercayaan kreditur pada perusahaan besar. Semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan mempengaruhi kepercayaan kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan tersebut. Semakin memiliki kemudahan untuk mendapatkan hutang. Pengukuran besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, semakin besar untuk menggunakan dana eksternal. Sebaliknya, semakin kecil perusahaan semakin sedikit dana eksternal yang dibutuhkan perusahaan.

2.1.3.2 Profitabilitas

Menurut Sartono (2001:122) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan,


(32)

total aktiva maupun modal sendiri. Dalam setiap operasional perusahaan, yang menjadi tujuan utama dari usahanya yaitu mencari keuntungan atau profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari operasionalnya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas cukup untuk membiayai operasionalnya, tidak perlu menambah besaran hutang dari perusahaan tersebut. Karena semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar laba ditahan yang mampu untuk digunakan dalam operasionalnya. Return on asset perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atau earning melalui operasionalnya. Semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar pula dana yang dimiliki perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel struktur modal (DER) yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini, antara lain:


(33)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti (tahun) Variabel

Teknik Analisis Data

Hasil Penelitian

1.

Pengaruh Size of Firm, Growth, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Sambharakreshna (2010) Dependen: Regresi Berganda

Size of firm dan growth of firm berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Struktur Modal Independen:

size of firm, growth dan profitabilitas 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada manufaktur

go public yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007 Fadhli (2010) Dependen: Regresi Berganda Ukuran perusahaan, resiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal, edangkan profitabilitas berpengaruh negatif. Struktur Modal Independen: ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas 3.

Pengaruh Size of Firm, Growth of

Firm, dan Profitability Terhadap Struktur Modal Perusahaan Favianto (2013) Dependen: Regresi Berganda

Size of firm dan growth of firm berpengaruh positif dan siginifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitability berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap struktur modal. Struktur Modal Independen:

Size of Firm, Growth of Firm, dan Profitability


(34)

No Judul Peneliti

(tahun) Variabel

Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 4. Capital Structure Decisions of Institutional Buyouts

Malte, et al (2000)

Dependen:

Regresi Berganda

Risk class, tangibility, growth, uniqueness, free

cash flow berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal,

sedangkan size dan profitability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Struktur Modal Independen:

risk class, size, tangibility,

growth, profitability, uniqueness, dan

free cash flow

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur Seftianne dan Handayani (2011) Dependen: Regresi Berganda Kepemilikan managerial , risiko bisnis, profitabilitas dan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap

struktur modal, sedangkan growth opportunity dan ukuran perusahaan berpengaruh positif. Struktur Modal Independen: growth opportunity, ukuran perusahaan, kepemilikan managerial , risiko bisnis, struktur aktiva dan profitabilitas 6 Determinants of Capital Structure for Listed Construction Companies in Malaysia Baharuddin, et al (2011)

Dependen:

Regresi Berganda

profitability berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap struktur modal, sedangkan size, growth,

dan assets tangibility berpengaruh positif terhadap struktur modal. Capital Structure Independen: size, profitability, growth and assets tangibility

Sumber: Sambharakreshna (2010), Fadhli (2010), Favianto (2013), Malte, et al (2000), Seftianne dan Handayani (2011)


(35)

2.3 Kerangka Konseptual

Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen bisa dilihat sebagai berikut:

a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Sartono (2001:249) mengemukakan bahwa perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan, bahwa perusahaan besar dapat meminjam lebih mudah, baik karena reputasi yang lebih baik atau karena risiko yang lebih rendah dianggap karena diversifikasi yang lebih baik. Perusahaan besar akan cenderung memiliki sumber pendanaan yang kuat, sehingga lebih cenderung untuk memilih utang jangka panjang. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Jadi, perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang tinggi akan cenderung menggunakan tingkat hutang yang tinggi dan begitu juga sebaliknya.

b. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Brigham dan Houston (2001:40) menjelaskan bahwa sering kali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dan yang dihasilkan secara internal. Hal ini senada dengan pecking order theory yang menjelaskan bahwa perusahaan diharapkan


(36)

menggunakan keuangan internal yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama diikuti dengan pembiayaan utang sebagai penggunaan pembiayaan ekuitas yang lalu.

Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai pendanaan internal (yaitu, laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali) daripada pendanaan eksternal (Brealy, Myers dan Marcus, 2008:32). Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Hal tersebut memiliki arti bahwa tingginya profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka perusahaan akan cenderung mempergunakan laba ditahannya untuk menjalankan operasionalnya sehingga penggunaan utang dapat ditekan dan struktur modal perusahaan akan semakin rendah.

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini :

Sumber : Fadhli (2010) dan Favianto (2013)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ukuran Perusahaan

Profitabilitas


(37)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual, yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh secara parsial maupun serempak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini berusaha menguraikan pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap struktur modal.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs dengan bulan Juni 2015.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah : a. Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2013.

b. Variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari ukuran perusahaan dan profitabilitas. Variabel terikat adalah struktur modal.

c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013, data kinerja perusahaan, dan laporan tahunan perusahaan selama periode penelitian.


(39)

3.4 Definisi Operasional

Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai (Kuncoro, 2009:49). Definisi operasional variabel diperlukan untuk menjelaskan variabel yang sudah didefinisikan sebagai upaya pemahaman penelitian. Definisi variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

3.4.1 Variabel Dependen (Y)

Menurut (Kuncoro, 2009:50) variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur modal. Struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa (Sartono, 2001:272).

Dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

DER = Total Utang

Modal Sendiri

3.4.2 Variabel Independen (X)

Menurut (Kuncoro, 2009:49) variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif ataupun yang negatif bagi variabel dependen.

a. Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan adalah ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan ini menunjukkan besarnya total aset suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut :


(40)

b. Profitabilitas (X2)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA adalah (Brigham dan Houston, 2012:148) :

���= Laba Bersih


(41)

Tabel 3.1 Operasionalisasi Varibel Penelitian

Skala Variabel Defenisi Indikator

Rasio Struktur Modal (Y)

Perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa

DER = Total Utang

Modal Sendiri

Rasio Ukuran Perusahaan

(X1)

Ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan.

Size = Ln Total Aset

Rasio Profitabilitas (X2)

Kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba

ROA =Laba Bersih

Total Aset

Sumber: Konsep penelitian yang diolah dari berbagai buku

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011 hingga 2013, dengan jumlah 128 (seratus dua puluh delapan) emiten. Pengambilan sampel di dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan perimbangan (judgment) atau berdasarkan kuota tertentu


(42)

(Erlina, 2008:83). Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2011 hingga 2013 serta tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

2. Perusahaan tidak melakukan merger dan akuisisi pada kurun waktu tahun 2011 hingga 2013.

3. Perusahaan yang tidak mengalami rugi selama kurun waktu tahun 2011 hingga 2013. Proses pemilihan sampel secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 128

Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan laporan keuangan tahunan (1)

Perusahaan manufaktur yang delisting (1)

Perusahaan manufaktur yang mengalami akuisisi (1)

Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian (46)

Jumlah sampel 79

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, akhirnya diperoleh 79 (tujuh puluh sembilan) perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini. Adapun nama-nama perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:


(43)

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 AISA Tiga Pilar sejahtera Food Tbk 3 AKPI Argha karyanPrima Industry Tbk 4 ALDO Alkindo Naratama Tbk

5 ALMI ALumindo Light metal industry 6 AMFG Asahimas Flat glasses Tbk 7 APLI Asiaplast Industries Tbk 8 ARNA Arwana Citra Mulia Tb 9 ASII Astra International Tbk 10 AUTO Astra Auto Part Tbk 11 BATA Sepatu Bata Tbk 12 BRAM Indo Kordsa Tbk 13 BTON Beton Jaya Manunggal 14 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 15 CEKA Cahaya Kalbar Tbk

16 CPIN Charoen Pokphand Indonesia 17 CTBN Citra turbindo

18 DLTA Delta Djakarta Tbk 19 DVLA Darya Varia Laboratoria 20 EKAD Ekadarma Internasional Tbk 21 ERTX Eratex Jaya Tbk

22 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 23 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk 24 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 25 GGRM Gudang Garam Tbk 26 GJTL Gajah Tunggal Tbk

27 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 28 ICBP indofodd CBP sukses Makmur 29 IGAR Champion Pacific Tbk

30 INAI Indal Aluminium Industry 31 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk


(44)

No Kode Nama Perusahaan 32 INDR Indo Rama Syntetic

33 INDS Indospring Tbk

34 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 35 INTP Indocecement Tunggal Prakasa Tbk 36 JECC Jembo Cable Company

37 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 38 JPRS Jaya Pari Steel Tbk

39 KAEF Kimia Farma Tbk

40 KBLI KMI Wire and Cable Tbk 41 KBLM Kabelindo Murni Tbk

42 KDSI Kesawung Setia Industrial Tbk 43 KICI Kedaung Indah can Tbk 44 KBLF Kalbe Farma Tbk 45 LION Lion Metal Works Tbk 46 LMSH Lionmesh Prima Tbk 47 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 48 MAIN Malindo Feedmill Tbk 49 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk 50 MBTO Martina Berto Tbk

51 MERK Merck Tbk

52 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 53 MYOR Mayora Indah Tbk

54 NIPS Nipres Tbk 55 PBRX Pan Brhothers Tbk

56 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 57 PRAS Prima Alloy Steel universal Tbk 58 PYFA Pyramid Farma Tbk

59 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 60 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk

61 SCCO Supleme Cable Manifacturing and Comerce Tbk 62 SIPD Sierad Produce Tbk

63 SKLT Sekar laut Tbk

64 SMCB Holcim Indonesia Tbk 65 SMGR Semen Gresik Tbk 66 SMSM Selamat Sempurna Tbk 67 SRSN Indo Acitama


(45)

No Kode Nama Perusahaan 68 STTP Siantar Top Tbk

69 TCID Mandom Indonesia Tbk 70 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Tbk 71 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 72 TRST Trias Sentosa Tbk

73 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk

74 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading company 75 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk

76 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk 77 UNVR Unilever Indonesia Tbk 78 VOKS Voksel Electric Tbk 79 YPAS Yana Prima Hasta Persada

Sumber:(data diolah)

3.6 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sumber data berasal dari hasil publikasi dari website Bursa Efek Indonesia.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data pendukung berupa buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang diteliti, jurnal, serta laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia melalui situs 3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:


(46)

3.8.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya (Jogiyanto, 2004:163).

3.8.2 Analisis Statistik

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi melalui variabel independen secara individual. Analisis regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antara beberapa variabel bebas yang disebut dan seterusnya dengan variabel terikat yang disebut Y (Situmorang dan Lufti, 2014:166).

Adapun persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Keterangan:

Y = Struktur modal a = Konstanta

b 1 = Koefisien regresi variabel X1

b 2 = Koefisien regresi variabel X2

X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Profitabilitas


(47)

e = Standard error

Analisis regresi berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan menggunakan Fhitung dan Ftabel, signifikansi ditentukan pada output SPSS. Dalam

beberapa kasus dapat terjadi bahwa secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi secara parsial tidak (Situmorang dan Lufti, 2014:166).

3.9 Uji Asumsi Klasik

Tujuan pengujian asumsi klasik ini adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.

3.9.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan.


(48)

Dengannya adanya tes normalitas maka hasil penelitian bisa di generalisasikan pada populasi. Dalam pandangan statistik itu sifat dan karakteristik populasi adalah terdistribusi secara normal (Situmorang dan Lufti, 2014:100).

3.9.2 Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas berfungsi untuk melihat apakah terdapat ketidaksam Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adal

3.9.3 Uji Autokorelasi

Istilah autokolerasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diururtkan menurut waktu (seperti dalam deret waktu) atau ruang (seperti dalam cross section). Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan


(49)

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengaganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Hal ini biasanya terjadi pada data time series. Karena gangguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya (Situmorang dan Lufti, 2014:120). Pengujian Autokorelasi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu metode grafik, the runs test, percobaan d dari durbin-watson, dan the breusch-godfrey (BG) Test. Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan metode the runs test. Keputusan dapat dilihat melalui nilai Asymp.Sig. (2-tailed). Apabila di atas 5% berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

3.9.4 Uji Multikolenieritas

Uji Multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya yang tinggi antara variabel-variabel bebas pad suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 5. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 5 maka terjadi multikolinieritas. Tetapi jika tolerance value > 0,1 atau VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas. 3.10 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable), baik uji koefisien regresi secara bersama-sama (serempak) (Uji-F) atau uji koefisien regresi secara individu (parsial) (Uji-t). Selanjutnya dilakukan uji koefisien


(50)

determinasi (Uji R2) untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi.

3.10.1 Uji-F (Uji Simultan)

Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya. Perumusan hipotesisnya:

a. H0 = b1 = b2 = 0, artinya ukuran perusahaan dan profitabilitas secara

simultan tidak berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Ha: b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya ukuran perusahaan dan profitabilitas secara

simultan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

c. Jika Fhitung < Ftabel atau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima.

d. Jika Fhitung ≥ Ftabel atau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima.

3.10.2 Uji-t (Uji Parsial)

Uji-t (uji individual) digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen (secara parsial) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya dengan asumsi variabel independen yang lain dianggap konstan. Perumusan hipotesisnya :

a. H0 : bi = 0, artinya ukuran perusahaan dan profitabilitas secara parsial tidak

berpengaruh terhadap struktur modal.

b. Ha : bi ≠ 0, artinya ukuran perusahaan dan profitabilitas secara parsial


(51)

Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut :

a. Jika thitung≤ ttabelatau nilai signifikan (α) ≥ 0.05, maka H0 diterima

b. Jika thitung≥ ttabelatau nilai signifikan (α) ≤ 0.05, maka Ha diterima

3.10.3 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen atau predictornya. Range nilai dari R2 adalah 0 – 1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu maka model semakin baik (Situmorang dan Lufti, 2014:169).


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya. Perkembangan bursa efek di Batavia (Jakarta sekarang) sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik Eropa pada awal tahun 1939. Bursa efek pun akhirnya ditutup karena terjadinya Perang Dunia II, sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia. Pada tahun 1952, bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo) dan instrumen yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956-1977, bursa efek vakum karena program nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini tak berlangsung lama sebab Bursa Efek Jakarta buka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang dan Pasar Modal.


(53)

Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto, BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama pada tanggal 10 Agustus 1977.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan paket deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988 tentang diperbolehkannya swastanisasi bursa efek. Pada tanggal 16 juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Paket deregulasi ini kemudian mendorong Bursa Efek Jakarta berubah menjadi PT Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 Juli 1992. Pemilik saham adalah perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Pada tahun itu juga BAPEPAM yang awalnya sebagai Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Bursa Efek Jakarta berkembang dengan pesat, jumlah saham yang terdaftar di 40 Bursa Efek Jakarta dari 24 saham pada tahun 1988 manjadi lebih dari 200 saham. Pada tahun 1995, Bursa Parallel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan di BEJ dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System). Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(54)

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur

Objek Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Indonesia periode 2011-2013. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut dijadikan sampel berjumlah 79 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2013. Profil perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1

Profil Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2013

No Nama Perusahaan

Kode Perusahaan

Tanggal berdiri

Tanggal Listing di

BEI 1 PT Akasha Wira International Tbk ADES 06-Mar-85 13-Jun-94 2 Tiga Pilar sejahtera Food Tbk AISA 26-Jan-90 11-Jun-97 3 Argha karyanPrima Industry Tbk AKPI 07-Mar-80 18-Des-92 4 Alkindo Naratama Tbk ALDO 31-Jan-89 12-Jul-11 5 ALumindo Light metal industry ALMI 26-Jun-78 02-Jan-97 6 Asahimas Flat glasses Tbk AMFG 07-Okt-71 18-Des-00 7 Asiaplast Industries Tbk APLI 05 Agt1992 01-Mei-00 8 Arwana Citra Mulia Tb ARNA 22-Feb-93 17-Jul-98 9 Astra International Tbk ASII 20-Feb-57 04-Apr-90 10 Astra Auto Part Tbk AUTO 20-Sep-91 15-Jun-98

11 PT Sepatu Bata BATA 15-Okt-31 24-Mar-82

12 PT Indo Kordsa Tbk BRAM 08-Jul-81 05-Sep-90 13 Beton Jaya Manunggal BTON 27-Feb-95 18-Jul-01 14 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 15-Jan-79 08-Mei-95 15 Cahaya Kalbar Tbk CEKA 03-Feb-68 09-Jul-96 16 Charoen Pokphand Indonesia CPIN 07-Jan-72 18-Mar-91


(55)

Lanjutan Tabel 4.1 Profil Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode Tanggal Berdiri

Tanggal Listing

17 Citra turbindo CTBN 23-Agt-1983 28-Nop-89

18 Delta Djakarta Tbk DLTA 15-Jun-70 08-Mei-95 19 Darya Varia Laboratoria DVLA 30-Apr-76 11-Nop-91 20 Ekadarma Internasional Tbk EKAD 20-Nop-81 14-Agt-1990

21 Eratex Jaya Tbk ERTX 12-Okt-72 21-Agt-1990

22 Eterindo Wahanatama Tbk ETWA 06-Mar-92 16-Mei-97 23 Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST 08-Apr-89 23-Des-09 24 Goodyear Indonesia Tbk GDYR 31-Okt-77 01-Des-80 25 Gudang Garam Tbk GGRM 30-Jun-71 27-Agt-1990 26 Gajah Tunggal Tbk GJTL 24-Agt-1951 08-Mei-90 27 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 19-Okt-63 15-Agt-1990 28 Indofodd CBP sukses Makmur ICBP 02-Sep-09 07-Okt-10 29 Champion Pacific Tbk IGAR 30-Okt-75 05-Nop-90 30 Indal Aluminium Industry INAI 16-Jul-71 05-Des-94 31 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 14-Agt-1990 14-Jul-94 32 Indo Rama Syntetic INDR 03-Apr-74 03-Agt-1990

33 Indospring Tbk INDS 05-Mei-78 10-Agt-1990

34 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 07-Des-76 16-Jul-90 35 Indocecement Tunggal Prakasa Tbk INTP 16-Jul-71 05-Des-89 36 Jembo Cable Company JECC 17-Apr-73 18-Nop-92 37 Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 18-Jan-71 23-Okt-89 38 Jaya Pari Steel Tbk JPRS 18-Jul-73 08-Agt-1989

39 Kimia Farma Tbk KAEF 18-Jul-73 14-Jul-01

40 KMI Wire and Cable Tbk KBLI 19-Jan-72 16-Jul-92 41 Kabelindo Murni Tbk KBLM 19-Jan-72 01-Jan-92 42 Kesawung Setia Industrial Tbk KDSI 09-Jan-73 29-Jul-96 43 Kedaung Indah can Tbk KICI 11-Jan-74 28-Okt-93

44 Kalbe Farma Tbk KBLF 10-Sep-68 30-Jul-91

45 Lion Metal Works Tbk LION 16-Agt-1972 20-Agt-1993 46 Lionmesh Prima Tbk LMSH 14-Des-82 04-Jun-90 47 Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN 07-Jan-82 05-Feb-90 48 Malindo Feedmill Tbk MAIN 10-Jun-97 10-Feb-06


(56)

Lanjutan Tabel 4.1 Profil Perusahaan

No Nama Perusahaan Kode

Tanggal Berdiri

Tanggal Listing

49 Multistrada Arah Sarana Tbk MASA 20-Jun-88 09-Jun-05

50 Martina Berto Tbk MBTO 01-Jun-77 13-Jun-11

51 Merck Tbk MERK 28-Des-70 23-Jul-81

52 Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI 03-Jun-29 17-Jun-94

53 Mayora Indah Tbk MYOR 17-Feb-77 04-Jul-90

54 Nipres Tbk NIPS 14-Apr-75 20-Okt-94

55 Pan Brhothers Tbk PBRX 21-Agt-1980 16-Agt-1990 56 Pelangi Indah Canindo Tbk PICO 16-Okt-80 23-Sep-96 57 Prima Alloy Steel universal Tbk PRAS 20-Feb-84 12-Jul-90

58 Pyramid Farma Tbk PYFA 27-Nop-76 16-Okt-01

59 Ricky Putra Globalindo Tbk RICY 22-Des-87 22-Jan-98 60 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 08-Mar-95 28-Jan-10 61 Supleme Cable Manifacturing SCCO 09-Nop-70 20-Jul-1891 62 Sierad Produce Tbk SIPD 06-Sep-85 27-Des-96

63 Sekar laut Tbk SKLT 19-Jul-76 08-Sep-83

64 Holcim Indonesia Tbk SMCB 15-Jun-71 10-Agt-1997

65 Semen Gresik Tbk SMGR 25-Mar-53 08-Jul-91

66 Selamat Sempurna Tbk SMSM 19-Jan-76 09-Sep-96

67 Indo Acitama SRSN 07-Des-82 11-Jan-93

68 Siantar Top Tbk STTP 12-Mei-87 16-Des-96

69 Mandom Indonesia Tbk TCID 05-Nop-69 23-Sep-93 70 Pabrik Kertas Tjiwi Tbk TKIM 02-Okt-72 03-Apr-90 71 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 01-Jul-77 30-Okt-90

72 Trias Sentosa Tbk TRST 23-Nop-79 20-Jul-90

73 Tempo Scan Pacific Tbk TSPC 20-Mei-70 10-Jun-94 74 Ultrajaya Milk Industry and Trading ULTJ 02-Nop-71 02-Jul-90 75 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 07-Feb-83 06-Nop-89 76 Nusantara Inti Corpora Tbk UNIT 30-Mei-88 18-Apr-02 77 Unilever Indonesia Tbk UNVR 05-Des-33 11-Jan-82 78 Voksel Electric Tbk VOKS 09-Apr-71 20-Des-90 79 Yana Prima Hasta Persada YPAS 14-Des-95 05-Mar-08


(57)

4.2. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Data yang digunakan diransformasikan kedalam bentuk Logaritma Natural (LN), dengan tujuan untuk penormalan setiap uji yang akan dilakukan. Statistik deskriptif dari variabel yang diteliti disajikan dalam Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Penelitian Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DER 237 ,0387 7,3964 1,037270 ,9407209

SIZE 237 11,3785 20,4153 14,044443 1,5952592

ROA 237 ,0162 65,7201 10,069072 9,7352812

Valid N (listwise) 237

Sumber:olahan data SPSS (2015)

Tabel 4.2 merupakan output statistik deskriptif variabel penelitian dari tahun 2011 sampai 2013 dengan menggunakan SPSS. Jumlah sampel keseluruhan adalah 237 sampel (97 perusahaan manufaktur selama 3 tahun). Dari tabel dapat dijelaskan statistik deskriptif masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Variabel DER memiliki nilai rata-rata sebesar 1,037 kali, artinya rata-rata perusahaan manufaktur di BEI memiliki perbandingan total utang tehadap ekuitas sebesar 1,037 kali. Variabel DER memiliki nilai minimum sebesar 0,387 kali, nilai maksimum sebesar 7,39 kali, dan standar deviasi sebesar 0,94 kali.


(58)

2. Ukuran perusahaan (size) dilihat dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa angka total asset terendah adalah sebesar 11, 385. Sedangkan, total asset tertinggi sebesar 20,4153. Dari tabel tersebut dapat juga dilihat nilai rata-rata mencapai 14,44 dengan standar deviasi sebesar 1,595.

3. Variabel ROA memiliki nilai rata-rata sebesar 10.069%, artinya rata-rata perusahaan manufaktur di BEI memiliki perbandingan laba bersih terhadap total aset sebesar 10.069%. Variabel ROE memiliki nilai minimum sebesar 0.0162%, nilai maksimum sebesar 65,72%, dan standar deviasi sebesar 9,735%.

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal, atau tidak.


(59)

Gambar 4.1 : Normal P-Plot Sumber: Hasil Olahan SPSS (2015)

Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal. Secara visual seringkali data kelihatan normal karena mengikuti garis diagonal, padahal belum tentu data tersebut berdistribusi normal. Oleh sebab itu, analisis harus dilengkapi dengan uji statistik, diantaranya adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (KS).


(60)

Tabel 4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 237

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,75783843

Most Extreme Differences Absolute ,058

Positive ,058

Negative -,045

Kolmogorov-Smirnov Z ,890

Asymp. Sig. (2-tailed) ,407

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Olahan SPSS (2015)

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,890. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,407 nilai tersebut berada di atas nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti variabel residual berdistribusi normal (Situmorang dan Lufti, 2012 : 107).

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan


(61)

variabel independennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan :

a. Uji Glejser

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara uji glejser, yaitu dengan mengabsolutkan nilai residual kemudian meregresikan dengan variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik memperngaruhi variabel dependen maka ada indikasi terkena heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang dan Lutfi, 2012:116). Hasil uji glejser ditunjukkan pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Uji Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,672 ,696 2,403 ,017

LnSIZE -,417 ,265 -,103 -1,575 ,117

LnROA ,021 ,023 ,060 ,921 ,358

a. Dependent Variable: Absut

Sumber: Hasil Olahan SPSS (2015)

Hasil tampilan ouput SPSS data dengan jelas menunjukkan semua variabel independen tidak signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi semua variabel yang berada di atas 0.05. Jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2012 : 116).


(62)

4.3.3 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi antarvariabel independen. Jika ditemukan, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat pada besarnya nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), jika nilai VIF < 5 dan nilai tolerance > 0.1 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas (Situmorang dan Lufti, 2012 : 140).

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -3,087 1,181 -2,614 ,010

LnSIZE 1,218 ,450 ,164 2,709 ,007 ,989 1,011

LnROA -,236 ,039 -,371 -6,124 ,000 ,989 1,011

a. Dependent Variable: LnDER

Sumber: Hasil Olahan SPSS (2015)

Pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai VIF < 5 dan nilai tolerance > 0.1 yang berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas.


(63)

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan metode Uji Durbin Watson.

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,587a ,345 ,336 ,67064 1,993

a. Predictors: (Constant), LnSIZE, LnROA b. Dependent Variable: LnDER

Sumber: Hasil Olahan SPSS (2015)

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,993. Nilai d dibandingkan dengan nilai du dan 4-du pada n=273 dan k=2. Maka di Tabel Durbin Watson didapat nilai du sebesar 1,79270 dan 4-du sebesar 2,2073. Pengambilan keputusannya adalah dU (1,79270) < d (1,993) < 4 -dU (2,2073), artinya tidak ada autokorelasi positif atau negatif. Dengan demikian, tidak terdapat adanya autokorelasi pada model regresi.


(1)

No Nama Perusahaan Laba Bersih Total Aset ROA

21 PT Eratex Jaya Tbk 717,943 45,560,734 1.576

22 Eterindo Wahanatama Tbk 7,911,201,004 1,291,711,270,379 0.612

23

PT Gunawan Dianjaya Steel

Tbk 91,885,687,801 1,191,496,619,152 7.712

24 PT Goodyear Indonesia Tbk 4,634,391 111,048,164 4.173 25

PT Gudang Garam indonesia

Tbk 4,383,932 50,770,251 8.635

26 PT Gajah Tunggal Tbk 120,33 15,350,754 0.784

27

PT Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk 10,818,486 27,404,594 39.477

28

PT Indofood Cbp Sukses

Makmur Tbk 2,235,040 21,267,470 10.509

29

PT Champion Pacific

Indonesia Tbk 35,030,416,158 314,746,644,499 11.130

30

PT Indal Aluminium Industry

Tbk 5,019,540,731 765,881,409,376 0.655

31

PT Indofood Sukses Makmur

Tbk 3,416,635 78,092,789 4.375

32 PT Indo Rama Synthetic Tbk 1,635,112 734,920,885 0.222 33 PT Indospring Tbk 147,608,449,013 2,196,518,364,473 6.720 34

PT Indah Kiat Pulp And Paper

Tbk 221,202 6,777,194 3.264

35

PT Indo Semen Tunggal

Perkasa Tbk 5,012,294 26,607,241 18.838

36 PT Jembo Cable Company Tbk 22,553,551 1,239,821,716 1.819 37

PT Japfa Comfeed Indonesia

Tbk 640,637 14,917,590 4.295

38 PT Jaya Pari Steel Tbk 15,045,492,572 376,540,741,943 3.996 39 PT Kimia Farma 215,642,329,977 2,471,939,548,890 8.724 40 PT Kmi Wire And Cable Tbk 73,530,280,777 1,337,022,291,951 5.500 41 PT Kabelindo Murni Tbk 7,678,095,359 654,296,256,935 1.173 42 Kedawung Setia Industrial Tbk 36,002,772,194 850,233,842,186 4.234 43 PT Kedaung Indah Can Tbk 7,419,500,718 98,295,722,100 7.548 44 PT Kalbe Farma 1,970,452,449,686 11,315,061,275,026 17.414 45 PT Lion Metal Works Tbk 64,761,350,816 498,567,897,161 12.989 46 PT Lionmesh Prima Tbk 14,382,899,194 141,697,598,705 10.150 47 PT Multi Prima Sejahtera Tbk 8,554,996,356 196,390,816,224 4.356 48 PT Malindo Feedmill Tbk 241,632,645 2,214,398,692 10.912 49

PT Multistrada Arah Sarana

Tbk 3,601,565 629,065,832 0.573

50 PT Martina Berto Tbk 16,162,858,075 611,769,745,328 2.642

51 PT Merck Tbk 175,444,757 696,946,318 25.173

52

PT Multi BintAng Indonesia

Tbk 1,171,229 1,782,148 65.720

53 PT Mayora Indah Tbk 1,053,624,812,412 9,709,838,250,473 10.851

54 PT Nippres Tbk 33,872,112 798,407,625 4.242


(2)

No Nama Perusahaan

2013

ROA

Laba Bersih Total Aset

56 PT Pelangi Indah Canindo Tbk 15,921,927,303 621,400,236,614 2.562 57 PT Prima Alloy Steel Universal Tbk 13,196,739,424 795,630,254,208 1.659 58 PT Pyramid Farma Tbk 6,195,800,338 175,118,921,406 3.538 59 PT Ricky Putra Globalindo Tbk 4,840,205,736 869,226,313,138 0.557 60 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 158,015,270,921 1,822,689,047,108 8.669 61

PT Supleme Cable Manufacturing

Tbk 104,962,314,423 1,762,032,300,123 5.957

62 PT Sierad Produce Tbk 8,377,508,652 3,155,680,394,480 0.265 63 PT Sekar Laut Tbk 11,440,014,188 301,989,488,699 3.788

64 PT Holcim Indonesia Tbk 952,305 14,894,990 6.393

65 PT Semen Indonesia Tbk 5,852,022,665 30,792,884,092 19.004 66 PT Selamat Sempurna Tbk 338,222,792,309 1,701,103,245,176 19.883

67 PT Indoacidatama Tbk 15,994,295 420,782,548 3.801

68 PT Siantar Top Tbk 114,437,068,803 1,470,059,394,892 7.785 69 PT Mandom Indonesia Tbk 160,148,465,833 1,465,952,460,752 10.925 70 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 27,383 2,604,956 1.051 71 PT Surya Toto Indonesia Tbk 236,557,513,162 1,746,177,682,568 13.547 72 PT Trias Sentosa Tbk 32,965,552,359 3,260,919,505,192 1.011 73 PT Tempo Scan Pacific Tbk 638,535,108,795 5,407,957,915,805 11.807 74 PT Ultrajaya Milk Industry Tbk 325,127,420,664 2,811,620,982,142 11.564 75 PT unggul Indah Cahaya Tbk 10,308,014 269,269,882 3.828 76 PT Nusantara Inti Corpora Tbk 831,855,726 459,118,935,528 0.181

77 PT Unilever Tbk 5,352,625 13,348,188 40.100

78 PT Voksel Electric Tbk 39,092,753,172 1,955,830,321,070 1.999 79 PT Yanaprima Hastapersada Tbk 6,221,712,803 613,878,797,683 1.014


(3)

LAMPIRAN 2

HASIL PENGOLAHAN DATA

1.

UJI ASUMSI KLASIK

A.

Uji Normalitas


(4)

2.

One Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 237

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,75783843

Most Extreme Differences Absolute ,058

Positive ,058

Negative -,045

Kolmogorov-Smirnov Z ,890

Asymp. Sig. (2-tailed) ,407

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

B.

Uji Heteroskedastisitas

1.

Uji Glejser

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,672 ,696 2,403 ,017

LnSIZE -,417 ,265 -,103 -1,575 ,117

LnROA ,021 ,023 ,060 ,921 ,358


(5)

C.

Uji Mutikolinieritas

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -3,087 1,181 -2,614 ,010

LnSIZE 1,218 ,450 ,164 2,709 ,007 ,989 1,011

LnROA -,236 ,039 -,371 -6,124 ,000 ,989 1,011

a. Dependent Variable: LnDER

D.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,587a ,345 ,336 ,67064 1,993

a. Predictors: (Constant), LnSIZE, LnROA b. Dependent Variable: LnDER

2.

UJI HIPOTESIS

A.

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3,087 1,181 -2,614 ,010

LnSIZE 1,218 ,450 ,164 2,709 ,007

LnROA -,236 ,039 -,371 -6,124 ,000


(6)

B.

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 24,236 2 12,118 20,921 ,000a

Residual 135,540 234 ,579

Total 159,775 236

a. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE b. Dependent Variable: LnDER

C.

Uji Koefesien Determinasi

Model Summaryb Model

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,389a ,152 ,144 ,76107

a. Predictors: (Constant), LnROA, LnSIZE b. Dependent Variable: LnDER


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Stuktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 43 94

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 125

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 106

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 7 109

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 1 21