PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG MAMPU DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJAGA KECAMATAN PATIANROWO, KABUPATEN NGANJUK.

PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG MAMPU
DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJ AGA
KECAMATAN PATIANROWO, KABUPATEN NGANJ UK

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan
Memperoleh Gelar Sar jana Ilmu Administr asi Negara

OLEH :
BETA KARTIKASARI
NPM. 0741010034

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J URUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG MAMPU DI
YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJ AGA PATIANROWO,
KABUPATEN NGANJ UK”. Penulisan skripsi ini bukanlah semata kemampuan
dari penulis, Namun dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada Dr. Ertien Rining N, Msi sebagai Dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh kesabaran. Disamping itu juga ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Ec. Hj.Suparwati, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional“ Veteran” JawaTimur.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, Msi, selaku ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.
3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M,AP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang telah
banyak memberi masukan dalam proses belajar-mengajar.
5. Bapak KH. Dr.M.Komari Syaifulloh, MA, selaku ketua Yayasan Pondok
Pesantren Sunan Kalijaga di Patianrowo Kabupaten Nganjuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

6. Keluarga dan Teman-teman yang telah memberi do’a dan dukungan
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis senantiasa bersedia dan terbuka dalam menerima saran dan kritik
dari semua pihak yang dapat menambah kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih serta besar harapan penulis semoga laporan
skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.


Surabaya, 19 september 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................

i

DAFTAR ISI................................................................................................

iii


DAFTAR TABEL........................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ............................................................

1


1.2

Perumusan Masalah.....................................................

10

1.3

Tujuan Penelitian.........................................................

10

1.4

Manfaat Penelitian.......................................................

10

KAJ IAN PUSTAKA
2.1


Penelitian Terdahulu....................................................

11

2.2

Landasan Teori.............................................................

15

2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat...............................

15

2.2.2 Indikator Keberdayaan dan Dasar - dasar
Pemberdayaan...................................................

17


2.2.3 Proses dan Tujuan Pemberdayaan....................

19

2.2.4 Pendekatan, Tahap - tahap dan Upaya
Pemberdayaan ...................................................

20

2.2.5 Kriteria Anak Terlantar dan Anak Jalanan........

23

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

2.2.6 Ciri-ciri dan Misi Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)..... .......................................


25

2.2.7 Yayasan, Pendidikan Formal dan Pendidikan

2.3
BAB III

BAB IV

Non Formal.......................................................

30

Kerangka Berfikir.........................................................

33

METODE PENELITIAN
3.1


Jenis Penelitian...............................................................

35

3.2

Situs Penelitian...............................................................

36

3.3

Fokus Penelitian..............................................................

36

3.4

Sumber Data...................................................................


38

3.5

Teknik Pengumpulan Data.............................................

39

3.6

Analisis Data..................................................................

41

3.7

Keabsahan Data..............................................................

44


HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................

46

4.1.1 Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Pondok
Pesantren Sunan Kalijaga...................................

50

4.1.2 Struktur Organisasi..............................................

51

4.1.3 Tugas dan Kewajiban..........................................

52

4.1.4 Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan........................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

55

4.1.5 Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan
Berdasarkan Tingkat Usia...................................

56

4.1.6 Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan
Berdasarkan Jenis Kelamin.................................

57

4.1.7 Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan
Berdasarkan Status dan Gaji...............................

57

4.1.8 Sumber Dana Yayasan Pondok Pesantren
Sunan Kalijaga.....................................................

58

4.1.9 Keadaan Ruangan Yayasan Pondok

4.2

Pesantren Sunan Kalijaga....................................

58

Hasil Penelitian...............................................................

61

4.2.1 Jenis Pemberdayaan Melalui Pendidikan
Formal dan Non Formal.....................................

61

4.2.2 Proses Pemberdayaan Melalui Pendidikan
Formal dan Non Formal.....................................
4.3

Pembahasan.....................................................................

63
98

4.3.1 Jenis Pemberdayaan Melalui Pendidikan
Formal dan Non Formal.....................................

101

4.3.2 Proses Pemberdayaan Melalui Pendidikan
Formal dan Non Formal................................. ...

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan....................................................................

112

5.2

Saran..............................................................................

115

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal

1.1

:

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial......................

6

1.2

:

Data Jumlah Anak Didik Berdasarkan Tingkat Pendidikan......

8

4.1

:

Jumlah Anak didik Yang Mampu dan Kurang Mampu
Berdasarkan Tingkat Pendidikan................................................

4.2

:

Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan....................................................................

4.2

:

:

56

Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan Berdasarkan
Tingkat Usia...............................................................................

4.3

47

56

Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan Berdasarkan
jenis kelamin...............................................................................

57

4.4

:

Komposisi Pengurus dan Pegawai Yayasan Berdasarkan Status

58

4.5

:

Tata ruang kantor Yayasan Pondok Pesantren...........................

59

4.6

:

Sarana dan Prasarana Yayasan Pondok Pesantren......................

60

4.7

:

Tingkat Pendidikan dan Jumlah Siswa di Pendidikan Formal....

64

4.8

:

Daftar Nama Guru dan Bidang Studi di SMP IT Al-Qomar.......

67

4.9

:

Daftar Nama Guru dan Bidang Studi di MAK Sunan Kalijaga...

69

4.10

:

Jenis Kegiatan dan Guru Pengajar Kegiatan Ekstrakurikuler........

76

4.11

:

Daftar Nama Uztad dan Uztadah Yang Mengajar di Sekolah
Diniyah...........................................................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

77

4.12

:

Jadwal Kegiatan dan Jumlah Santri Yang Mengikuti
Kegiatan Ekstrakurikuler................................................................ 78

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Hal

2.1

:

Kerangka Berfikir........................................................................

34

3.1

:

Analisa Interaktif Menurut Miles dan Huberman.......................

43

4.1

:

Bagan Struktur Kepengurusan Inti Yayasan...............................

52

4.2

:

Kegiatan Belajar Mengajar di Tingkat SMP IT Al-Qomar.........

71

4.3

:

Kegiatan Belajar Mengajar di Tingkat MAK Sunan Kalijaga.....

72

4.4

:

Prestasi Yang Diraih oleh MAK Sunan Kalijaga.........................

73

4.5

:

Ruang Laboratorium Komputer...................................................

79

4.6

:

Kegiatan Sekolah Diniyah di Masjid Pondok..............................

85

4.7

:

Kegiatan Ekstrakurikuler Menjahit atau Tata Busana..................

87

4.8

:

Kegiatan Ekstrakurikuler Rias Pengantin atau Tata Rias.............

89

4.9

:

Kegiatan Ekstrakurikuler Rebana Santri Putri..............................

90

4.10

:

Kegiatan Ekstrakurikuler Bengkel mobil......................................

92

4.11

:

Kegiatan Ekstrakurikuler Bengkel Sepeda Motor........................

93

4.12

:

Kegiatan Usaha Agribisnis di Bidang Peternakan........................

94

4.13

:

Kegiatan Para Santri dalam Ro’an di Jamuan........................ .......

96

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

ABSTRAKSI
BETA KARTIKASARI, PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG
MAMPU DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJAGA
PATIANROWO KABUPATEN NGANJU
Penelitian ini didasarkan pada latar belakang fenomena banyaknya anakanak terlantar dan anak jalanan di Kabupaten Nganjuk yang jumlahnya tiap tahun
mengalami peningkatan. Tidak sedikit keterlantaran si anak tersebut disebabkan
karena faktor ekonomi keluarga dan tidak ada yang mengasuh mereka dan
memberikan pendidikan yang layak. Hal ini yang melatarbelakangi pemberdayaan
yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat, salah satu Lembaga Swadaya
Masyarakat adalah Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Patianrowo
Kabupaten Nganjuk yang memberikan Pemberdayaan melalui pendidikan formal
dan non formal.
Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Penelitian ini menaruh perhatian
pada masalah penampungan anak-anak kurang mampu tersebut agar mendapatkan
ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan yang layak. Fokus dalam
penelitian ini menekankan pada pemberdayaan yang dilakukan melalui
pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal yaitu wajib belajar 9
tahun seperti yang di programkan pemerintah dan pendidikan non formal sebagai
pendidikan tambahan atau pendukung pendidikan formal yaitu dimana anak-akan
akan diberi pengetahuan dan ketrampilan yang akan bermanfaat untuk mengasah
bakat dan keahlian yang dimiliki sebagai bekal ketika mereka terjun ke
masyarakat. Data penelitian merupakan data primer yang didapat dari hasil
wawancara pada key informan yaitu Bapak Aziz Kabul Budiono serta anak asuh
atau para santri di yayasan dan data sekunder yang diperoleh dari data yang sudah
diolah, dokumen, dan foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan
pemberdayaan.
Hasil dari penelitian di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga
Patianrowo Kabupaten Nganjuk menyebutkan bahwa pihak yayasan telah
melakukan pemberdayaan melalui pendidikan formal dan non formal:
Pendidikan formal yang ada di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga
prosesnya sudah berjalan dengan cukup baik, hal itu dapat dilihat dari jenis
pemberdayaan yang cukup beragam, waktu pelaksaan yang sesuai jadwal dan
peserta didik yang sangat antusias dan berjalan dengan cukup baik, tetapi ada
sarana dan prasarana yang masih kurang.
Pendidikan non formal yang ada di Yayasan Pondok Pesantren Sunan
Kalijaga telah berjalan dengan baik, hal itu dapat dilihat dari jenis pemberdayaan
yang cukup beragam, waktu pelaksanaan kegiatan yang sudah di atur sesuai
dengan jadwal yang sudah ditentukan sehingga tidak mengganggu kegiatan
belajar santri, peserta didik yang mengikuti kegiatan juga terlihat sangat antusias
dengan mengikuti beragam kegiatan yang ada, sarana dan prasarana untuk
pendidikan sudah cukup baik meskipun ada beberapa yang masih kurang.
Kata kunci: Pemberdayaan dalam suatu yayasan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi, serta pertumbuhan

penduduk yang cukup pesat, secara tidak langsung telah mempengaruhi tatanan
nilai dan budaya suatu bangsa. Jika perkembangan tersebut tidak terkendali maka
terjadilah kesenjangan sosial yang sangat mencolok antar penduduk sebagai objek
dari perkembangan tersebut, negara Indonesia saat ini sedang mengejar
ketinggalannya dengan melaksanakan pembangunan secara bertahap dan
berkelanjutan guna mencapai cita-cita nasional yaitu mewujudkan kesejahteraan
kemakmuran bangsa Indonesia.
Krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia telah mengecilkan
arti berbagai pencapaian pembangunan demi kesejahteraan masyarakat. Masih
banyak anak-anak Indonesia yang dikategorikan terlantar, baik terlantar dalam arti
lahiriyah, terlantar dalam arti rohaniyah maupun terlantar dalam arti sosial. Faktor
timbulnya kemiskinan yaitu akibat adanya masalah ekonomi serta masalah dari
Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri.
Proses kemiskinan yang merupakan konsekwensi dari terjadinya krisis
ekonomi yang merambah ke berbagai daerah mempunyai peluang semakin
besarnya anak-anak potensial terpuruk dalam kondisi hubungan kerja yang
merugikan, eksploitasi, ataupun memaksa pekerja anak masuk pada sektor-sekor
yang sesungguhnya tidak dapat ditoleransi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Berdasarkan UUD 1945 pasal 34 dinyatakan bahwa segala fakir miskin
dan anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Maka secara garis besar upayaupaya penanganan multi dimensi dari berbagai krisis tersebut hendaknya
dilaksanakan dengan menempatkan mereka dalam institusi yang nyata dan
terorgaisir seperti keluarga sendiri dengan pembinaan dan pengembangan diri
secara wajar diarahkan agar mempunyai pemikiran yang realistis tentang masa
depan dan motivasi yang besar untuk mencapainya, atau melalui institusi yang
terlembaga yang ditunjuk atau berdiri sendiri dengan perizinan pemerintah. Oleh
karena itu, dengan semakin besarnya beban yang harus di tanggung oleh
pemerintah, maka diharapkan keterlibatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi
aktif dalam menuntaskan permasalahan sosial yang ada, khususnya penanganan
masyarakat lingkungan bawah yang terindikasikan kemampuan sumber daya
manusianya sangat kurang.
Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 dalam Pasal 1 Ayat 6
mengatakan bahwa anak terlantar diartikan adalah anak yang tidak terpenuhi
kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Yang
lebih dominan disebabkan karena faktor ekonomi keluarga maka anak berada
dalam ketelantaran. Sedangkan berdasarkan Undang Undang RI Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 26, menjelaskan orang tua berkewajiban
dan bertanggung jawab untuk : (a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan
melindungi anak, (b) menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan
bakat dan minatnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Untuk mengembangkan kecerdasannya dan kemampuan yang mereka
memiliki, mereka butuh pengetahuan serta pengalaman baru yang nantinya dapat
mereka gunakan dimasa depannya untuk mengembangkan kreativitasnya. Itu
semua mereka butuhkan untuk mandiri artinya mereka diharapkan dapat
mengambil manfaat dari apa yang didapatnya.
Setiap anak berhak untuk dapat berkembang dan berprestasi secara wajar
dalam pembangunan bangsa dan negara. Karena pada hakekatnya perlindungan
anak khususnya anak-anak yang terlantar dan anak jalanan ini bertujuan untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup tumbuh dan berkembang.
Keterlantaran si anak banyak disebabkan oleh ketidak mampuan orang tua
dalam membina anaknya. Tidak sedikit keterlantaran si anak disebabkan karena
faktor ekonomi. Keterlantaran si anak bisa menjadi anak jalanan atau gelandangan
dan sebagainya, karena tidak ada yang mengasuh meraka dan memberikan
pendidikan yang layak. Hal tersebut akan menyebabkan tindakan-tindakan yang
merugikan bagi si anak tersebut, seperti terjadi kriminalitas, penjualan anak
dibawah umur, eksploitasi anak dan lain sebagainya, itu semua dapat merugikan
masyarakat, pemerintah dan bahkan dirinya sendiri. Agar tidak terlalu menjadi
kecemasan publik, maka diperlukan tindakan-tindakan untuk menindak lanjuti
hal-hal tersebut baik dari pemerintah maupun dari masyarakat.
Dari segi kebijakan dan perlindungan hak anak, pemerintah telah
menunjukkan komitmen dan itikad baiknya dengan ditetapkannya UndangUndang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan Undang-undang
ini maka pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan baik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

secara hukum, politik, ekonomi maupun sosial untuk menjamin pelaksanaan
perlindungan anak dari segala bentuk tindak kekerasan dan diskriminasi. Salah
satu tindakan dari pemerintah dalam mengurangi anak terntar atau anak jalan
antara lain adalah melalui operasi atau razia anak jalanan. Dalam penertiban ini
dilakukan oleh ini Dinas Sosial yang bekerjasama dengan Dinas polisi pamong
praja. Anak-anak jalanan yang terjaring operasi, selanjutnya akan menjalani
proses pra rehabilitasi, yaitu diidentifikasi dan diseleksi untuk memperoleh
pembinaan. Upaya pembinaan dilakukan untuk memberikan penyadaran kepada
mereka tentang nilai-nilai atau norma-norma keluarga dan masyarakat serta
membekali mereka dengan keterampilan-keterampilan.
Kemampuan pemerintah memang terbatas baik dalam masalah sarana,
keuangan, pengasuh atau pendidik terhadap anak terlantar tersebut. Maka dari itu
tidak menutup kemungkinan dari masyarakat untuk turut membantu pemerintah
dalam mengatasi permasalahan itu. Oleh sebab itu para anggota masyarakat
membentuk suatu organisasi yang dikelola perseorangan, organisasi ini disebut
sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat memiliki
karakteristik yang bercirikan: (a) organisasi ini bukan bagian dari pemerintah,
birokrasi ataupun negara, (b) dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan
memperoleh keuntungan (nirlaba), (c) kegiatan dilakukan untuk kepentingan
masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang
dilakukan koperasi atau organisasi profesi. Melihat dari ciri-ciri yang telah di
uraikan, maka yayasan merupakan salah satu bentuk dari Lembaga Swadaya
Masyarakat dan berdasarkan Undang-undang No.24 Tahun 2004 tentang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

perubahan atas Undang-undang No.16 Tahun 2001 tentang yayasan, maka secara
umum organisasi non pemerintah di Indonesia berbentuk yayasan. (Sumber : praja
tahun 2009)
Kabupaten Nganjuk adalah sebuah kota kecil di provinsi Jawa Timur, kota
ini mengalami banyak kemajuan, dengan diraihnya piala Adipura sebagai predikat
kota terbersih sebagai bukti prestasi kota ini, Makin ketatnya penilaian Adipura,
tidak menghambat Kabupaten Nganjuk kembali mendapatkan penghargaan
tertinggi dibidang lingkungan tersebut pada bulan juni 2011 lalu. Pada tahun ini
Kota Nganjuk semakin menunjukkan eksistensinya dengan pemecahan rekor muri
antara lain pawai obor dengan peserta terbanyak, pagelaran tari mongde khas
Nganjuk dengan peserta 2009 anak, pertunjukan wayang kulit dengan 20 dalang
di 20 kecamatan secara bersamaan, replika bawang merah dan mengiris bawang
merah dengan peserta terbanyak. Di Kabupaten Nganjuk sektor pertanian
sangatlah baik, dan mayoritas penduduk adalah berprofesi sebagai seorang petani,
meskipun ada juga yang berprofesi sebagai pedangang, pegawai dan sebagainya.
Namun tidak dapat dipungkiri masih ada banyak masyarakat yang menyandang
masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Nganjuk ini. Anak keluarga kurang
mampu di sini dimaksudkan adalah Anak yang kurang mampu dari segi ekonomi,
pendidikan dan ketrampilan. Salah satunya di contohkan adalah anak terlantar dan
anak jalanan di Kabupaten Nganjuk ini yang harus segera di atasi karena di
takutkan jumlahnya semakin tahun akan semakin meningkat. Berikut ini adalah
tabel jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS) yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Tabel 1.1
Data Penyandang Masalah Kesejahter aan Sosial (PMKS)
di Kabupaten Nganjuk Tahun 2008 – 2011

2008

Anak J alanan
L
P
163
65

Anak Terlantar
L
P
1.359
1.280

2009

94

47

1.728

2010

94

47

2011

79

39

Tahun

J umlah

Per sen (% )

2.867

22.07

1.409

3.278

25.24

1.695

1.376

3.212

24.73

1.915

1.597

3.630

27.95

12.987

100

J umlah
Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur 2012

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur
jumlah anak terlantar dan anak jalanan di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2008
sejumlah 2.867 jiwa dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.278 jiwa tetapi
pada tahun 2010 angka tersebut sempat menurun menjadi 3.212 jiwa dan
kemudian yang terakhir pada tahun 2011 mengalami kenaikan lagi menjadi 3.630
jiwa.
Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga adalah suatu yayasan yang
berbasis pondok pesantren yang merupakan wadah atau organisasi yang bergerak
di bidang sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat lapisan bawah dalam
meningkatkan kemampuan, bakat, prestasi, dan juga memperoleh ilmu
pengetahuan dan pendidikan yang layak bagi anak-anak terlantar atau kurang
mampu dalam segi ekonomi. Di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga yang
bergerak dibidang sosial melakukan suatu pemberdayaan untuk anak-anak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

terlantar melalui pendidikan agar dapat mandiri dan berdaya guna dimasa
depannya kelak. Pada umumnya pendidikan sangat penting bagi perkembangan
anak-anak sejak dini, mereka perlu adanya bimbingan, ilmu pengetahuan dan
ketrampilan. Tetapi lain halnya pada anak-anak pada umumnya, anak-anak
terlantar ini tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak, maka di dalam
yayasan ini mereka akan diberi pendidikan-pendidikan baik formal maupun non
formal, disini mereka akan dibiayai untuk bersekolah. Para santri di Yayasan
Pondok Pesantren Sunan Kalijaga banyak yang berprestasi dalam segala kegiatan
perlombaan, seperti juara 1 lomba pidato 4 bahasa se-Kabupaten Nganjuk, juara 1
lomba rebana se-Jawa Timur, juara 3 lomba rebana tingkat Nasional, juara 1
produk unggulan Jawa Timur, termasuk LM3 sendiri juara 2 dan masih banyak
lainnya.
Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga memiliki banyak sekali
kegiatan-kegiatan ketrampilan, agribisnis (pertanian dan peternakan) dan usaha
produksi yang belum tentu dimiliki oleh yayasan pondok pesantren yang lainnya.
Usaha produksi yang dilakukan oleh pondok pesantren ini adalah memproduksi
jamu herbal Al-Qomar dan nama organisasinya adalah LM3 Al-Qomar, para
santri diberikan pembelajaran sekaligus praktek di bidang wirausaha yaitu ikut
membantu dalam proses pembuatan jamu tersebut dan pemasarannya. LM3 AlQomar adalah lembaga mandiri yang mengakar di masyarakat. Maksudnya yaitu
pranata sosial yang tumbuh dan eksis ditengah masyarakat yang umumnya
bertujuan untuk ikut mewujudkan sumberdaya manusia

yang beriman,

berpengetahuan, bersikap dan berdayaguna bagi kepentingan masyarakat. Tujuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

dari LM3 ini adalah (a) Meningkatkan kemampuan dan kapasitas SDM, (b)
Meningkatkan produktivitas, di verisifikasi produksi, peningkatan mutu dan nilai
tambah serta pendapatan, (c) Mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan
serta ketrampilan para santri-santri sebagai calon kader-kader penyuluh agribisnis,
(d) sebagai pusat pelatihan pertanian dan pemberdayaan masyarakat, (e)
Mengembangkan ekonomi dalam masyarakat, meningkatkan kemampuan dan
kemandirian dalam pengelolaan agribisnis.
Di dalam Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga anak asuh atau santri
berjumlah 528 orang. Diantaranya ditingkat SD sejumlah 15, SMP sejumlah 185,
MAK sejumlah 243, kuliah 10 dan diniyah sejumlah 75 semua santri-santri
tersebut tinggal di dalam Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1.2
J umlah Anak didik atau Santr i Ber dasarkan Tingkat Pendidikan
No

Tingkat Pendidikan

J umlah Santr i
Yang Mondok

J umlah Santr i
Yang di Luar

1
2
3

SD (Sekolah dasar)
SMP IT Al-Qomar
MAK Sunan Kalijaga

15
175
219

10
24

4
5

Perguruan Tinggi
Sekolah Diniyah

10
69

6

J umlah

528

(Sumber: Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Patianrowo Kabupaten Nganjuk 2012)

Seluruh Anak-anak tersebut akan diberdayakan melalui pendidikan formal dan
non formal. Pendidikan formal antara lain SD, SMP IT Al-Qomar, MAK Sunan
Kalijaga, dan ada beberapa santri yang kuliah di perguruan tinggi sedangkan
pemberdayaan melalui pendidikan non formal antara lain berupa ketrampilan atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

ekstrakurikuler : komputer, menjahit (tata busana), tata rias, tata boga, bengkel
sepeda motor, bengkel mobil, pidato empat bahasa (bahasa arab, indonesia,
inggris, bahasa jawa), pecak silat, ekstra kurikuler pramuka, rebana, khiroat,
pengobatan alternatif (kethobiban), usaha agribisnis (produksi jamu, pertanian,
peternakan), dan sekolah diniyah. Dari jenis pemberdayaan tersebut akan terdapat
metode atau cara-cara bagaimana dilakukannya suatu proses pemberdayaan.
Dengan semua pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Pondok
Pesantren Sunan Kalijaga terhadap anak-anak terlantar atau fakir miskin hanya
ingin mewujudkan suatu kemandirian pada diri anak-anak tersebut, agar mereka
tidak bergantung pada orang lain, dapat berdaya guna bagi masyarakat,
pemerintah dan dirinya sendiri, mereka dapat bekerja dengan potensi, ketrampilan
dan keahlian dari apa yang telah mereka peroleh saat mereka berada didalam
Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga.
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis ingin lebih
mengetahui dan memahami

serta

ingin meneliti lebih

lanjut tentang

“Pemberdayaan Anak Keluarga Kurang Mampu di Yayasan Pondok
Pesantr en Sunan Kalijaga Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.2

Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui tentang:

Bagaimana pemberdayaan anak keluarga kurang mampu di Yayasan Pondok
Pesantren Sunan Kalijaga Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk?

1.3

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pemberdayaan anak keluarga kurang mampu di Yayasan
Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk.

1.4

Manfaat Penulisan
Sebagai kegiatan belajar untuk melatih sikap kritis dan ilmiah dalam

menanggapi dan memecahkan masalah pemberdayaan anak keluarga kurang
mampu melalui pembinaan di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga
Kecamatan Patianrowo, Kabupaten Nganjuk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Penelitian Terdahulu

1.

Penelitian yang dilakukan oleh Eri Subakti dari Universitas Pembangunan
Nasional “VETERAN” Jawa Timur (2008), yang berjudul “Pemberdayaan
Anak Jalanan Dalam Lingkup Pondok Sosial Yayasan Modjopahit Kota
Mojokerto”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pola pembinaan
pemberdayaan anak jalanan dalam lingkup Pondok Sosial Yayasan
Modjopahit Kota Mojokerto.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif, maka
peneliti ingin berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan
subyek atau obyek penelitian, baik berupa organisasi, lembaga,
masyarakat, dan lain-lain.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, dan
wawancara. yang menjadi fokus penelitian adalah pemberdayaan yang
dilakukan oleh Pondok Sosial Yayasan Modjopahit dalam pemberdayaan
anak jalanan yaitu: pembinaan melalui pendidikan etika dan moral,
pembinaan melalui pelatihan ketrampilan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tentang pola pembinaan
pemberdayaan masyarakat dalam lingkup Pondok Sosial Yayasan
Modjopahit Kota Mojokerto dikembangkan melalui etika normatif dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

etika deskriptif, yang memudahan pola pembinaan anak-anak jalanan yang
masuk dalam naungan 10 tuna yang ada di Pondok Sosial Yayasan
Modjopahit Mojokerto , yang kesemuanya terfokus pada anak jalanan.
2.

Penelitian yang dilakukan oleh Jauchar B. Program Studi Ilmu
Pemerintahan FISIPOL Universitas Mulawarman Samarinda yang
berjudul Pendekatan Pemerintah Kota Dalam Mengatasi Anak Jalanan di
Kota Samarinda (Implementasi Perda Kota Samarinda Nomor 16 Tahun
2002).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berbagai upaya dan pola
pendekatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Samarinda dalam
mengatasi permasalahan anak jalanan sebagai imbas permbangunan
perkotaan di Samarinda dan memberikan uraian tentang pencapaian dari
hasil kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota terhadap
anak jalanan.
Metodologi yang digunakan dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Dengan pendekatan penelitian ini penulis akan memberikan uraian dan
gambaran tentang fakta-fakta dan realitas yang ada dilapangan sehingga
akan memberikan gambaran tentang fenomena penelitian yang dihadapi.
Sumber data penelitian di kategorikan dalam dua sumber yaitu: Pertama,
Data Sekunder yang merupakan hasil dari penelusuran kepustakaan dan
kajian-kajian terhadap hasil-hasil penelitian dan dokumendokumen terkait.
Kedua, Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

penelitian. Adapun Teknik Pengumpulan data dilaksanakan melalui
observasi, pengamatan, studi kepustakaan, dan wawancara.
Hasil penelitian ini adalah Kondisi ekonomi keluarga (kemiskinan) yang
menjadi alasan bagi anak jalanan di Kota Samarinda untuk turun
kelapangan dapat dikatakan cukup beralasan. Berdasarkan pemantauan
yang dilaksanakan oleh penulis di lingkungan anak jalanan terlihat bahwa
pada umumnya lingkungan keluarga anak jalanan yang ada di Kota
Samarinda berada di pinggiran-pinggiran kota dengan jumlah saudara ratarata antara 5-6 orang atau bahkan lebih. Hal ini diperparah dengan latar
belakang sosial ekonomi kedua orang tua mereka yang karena pendatang
masih sangat sulit untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan Kota
Samarinda. Sementara bagi penduduk samarinda kondisi orang tua yang
tidak memiliki pekerjaan tetap atau hanya pekerja musiman merupakan
alasan utama mengapa mereka harus turun ke jalanan demi membantu
ekonomi keluarga. Dan dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
upaya mengatasi anak jalanan di kota samarinda dilaksanakan melalui
beberapa pendekatan yaitu ketersediaan peraturan pemerintah daerah dan
pendekatan kebijakan mulai dari tahap identifikasi sampai penanganan
masalah anak jalanan secara serius.
Perbedaan dan persamaan dalam penelitian terdahulu 1, 2 dengan
penelitian yang sekarang adalah sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Perbedaan penelitian 1:
Tujuan dari penelitian 1 adalah untuk mendeskripsikan pola pembinaan
pemberdayaan anak jalanan dalam lingkup Pondok Sosial Yayasan
Modjopahit Kota Mojokerto.
Perbedaan penelitian 2:
Tujuan dari penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui berbagai upaya
dan pola pendekatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Samarinda
dalam mengatasi permasalahan anak jalanan sebagai imbas permbangunan
perkotaan di Samarinda dan memberikan uraian tentang pencapaian dari
hasil kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota terhadap
anak jalanan.
Perbedaan penelitian sekarang:
Bertujuan untuk mengetahui pemberdayaan anak yatim piatu atau anak
terlantar di Yayasan Sunan Kalijaga dengan memfokuskan pada Potensi
diri, manfaat pendidikan formal dan non formal, Rencana masa depan agar
anak asuh mampu menjadi anak yang mandiri dan berdaya guna.
Persamaan penelitian terdahulu 1, 2 dan penelitian yang sekarang adalah :
Terletak pada latar belakang penelitian yang berawal dari krisis ekonomi
yang melanda Indonesia dan pertumbuhan penduduk yang begitu pesat
yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial yang
sangat mencolok dan faktor timbulkan kemiskinan akibat dari masalah
ekonomi serta masalah dari SDM itu sendiri membuat bertambahnya
sektor pekerja anak yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.2

Landasan Teor i

2.2.1

Pember dayaan Masyarakat
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-

tengah masyarakat. Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan masalah sosial
yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah
kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini,
melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis
multidimensional yang masih di hadapi oleh bangsa indonesia. Secara konseptual,
pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata (power)
yang artinya kekuasaan atau keberdayaan. Karena ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan
dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Menurut Suharto (2005 : 60) dalam bukunya yang berjudul membangun
masyarakat memberdayakan rakyat, beberapa kelompok yang dapat dikategorikan
lemah atau tidak berdaya meliputi:
1.

Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara kelas, gender maupun
etnis.

2.

Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang
cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

3.

Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah
pribadi atau keluarga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu
masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok minoritas
etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orangorang yang mengalami ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka yang
berbeda dari keumuman kerapkali dipandang sebelah deviant (penyimpang).
Mereka sering kali kurang dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas,
lemah, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka
seringkali merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi dalam
aspek-aspek kehidupan tertentu.
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:116) dalam Bukunya
Manajemen Pemberdayaan, Dubois & Miloy mengartikan pemberdayaan yaitu
sebagai proses kerjasama antara lain dan pelaksanaan kerjasama secara bersamasama yang bersifat mutual benefit.
Menurut Suharto (2005 : 59) dalam bukunya yang berjudul membangun
masayarakat memberdayakan rakyat. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin di capai oleh
sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat merupakan
proses

untuk

memfasilitasi

dan

mendorong

masyarakat

agar

mampu

menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam
memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam
jangka panjang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses
menyeluruh, suatu proses aktif antara motifator, fasilitator, dan kelompok
masyarakat

yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan,

keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses
sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.2.2

Indikator Keber dayaan dan Dasar-Dasar Pember dayaan
Menurut Kieffer (1981) yang dikutip oleh Suharto (2005 : 63) dalam

Bukunya Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Pemberdayaan
mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan, kemampuan sosial
politik, dan kompetensi partisipatif
Menurut Parsons et.al (1994 : 106) yang dikutip Suharto (2005 : 63)
dalam Bukunya Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, juga
mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada:
1.

Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang
kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.

Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya dari, berguna dan
mampu mengendalikan diri dan orang lain.

3.

Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari
pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan
upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh
kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih menekan.
Dasar-dasar pemberdayaan menurut Dubois dan Miley (1977) yang

dikutip oleh Wrihatnolo (2007 : 116) dalam Bukunya Manajemen Pemberdayaan,
mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan antara lain meliputi:
1. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja
secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
2. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan
kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan
kesempatan.
3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat memengaruhi.
4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman
khusus yang kuat daripada keadaan yang menyatakan apa yang dilakukan.
5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas
untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.
6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah,
dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.
7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari
perseorangan dan perkembangan masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.2.3

Pr oses Pember dayaan dan Tujuan Pember dayaan
Pranarka & Vidhyandika (1996) yang dikutip oleh Wrihatnolo (2007 :

119) dalam Bukunya Manajemen Pemberdayaan, menjelaskan bahwa proses
pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama kecenderungan primer,
pemberdayaan sebagai proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar setiap individu menjadi lebih
berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna
mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
Sedangkan yang kedua yaitu kecenderungan sekunder menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
Sumarjo dan saharuddin (2004) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat
berdaya yaitu:
1. Mampu memahami diri dan potensinya.
2. Mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan.)
3. Mampu mengarahkan dirinya sendiri Memiliki kekuatan untuk
berunding.
4. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan
kerjasama yang saling menguntungkan
5. Bertanggung jawab atas tindakannya.
(sumber: jurnal Pudji Muljono; Model Pemberdayaan Masyarakat melalui
Posdaya, 2010)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Secara umum tujuan pemberdayaan masayarakat menurut Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto (2007 : 284) dalam Bukunya Manajemen Pemberdayaan adalah :
1. Penanggulangan kemiskinan (sebagian untuk pemulihan dampak krisis)
2. Penyediaan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan masyarakat.
3. Pengembangan daan penguatan kapasitas individual dan institusi
masyarakat.
4. Pengembangan ekonomi lokal.
5. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan regulasi di daerah.
Tujuan utama pemberdayaan Menurut Suharto (2005 : 60) dalam Bukunya
Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidak berdayaan, baik
karena kondisi internal misalnya; persepsi mereka sendiri, maupun karena kondisi
eksternal misalnya di tindas oleh struktur sosial yang tidak adil.

2.2.4

Pendekatan, Tahap-tahap dan Upaya Pember dayaan
Menurut Suharto (2005 : 67) dalam Bukunya Membangun Masyarakat

Memberdayakan Rakyat, ada lima pendekatan pemberdayaan yaitu adalah:
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural
yang menghambat.
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan
lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap
kelompok lemah. Pemberdayaan diarahkan pada penghapusan segala jenis
diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu

menjalankan

peranan

dan

tugas-tugas

kehidupannya.

Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh
kedalam keadaan dan posisi nyang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
berusaha.
Menurut Wrihatnolo

(2007

: 2 ) dalam Bukunya

Manajemen

Pemberdayaan, Pemberdayaan merupakan sebuah proses. Sebagai sebuah proses,
pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

a. Tahap penyadaran
Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam
bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk
mempunyai sesuatu. Program-program yang dapat dilakukan pada tahap
ini misalnya pemberian pengetahuan secara kognitif , belief , dan healing.
b. Tahap pengkapasitasan
Artinya adalah memberikan kapasitas kepada individu dan kelompok
manusia untuk mampu menerima daya atau kekuasaan yang akan
diberikan

pengkapasitasan

organisasi

dilakukan

dalam

bentuk

restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atau kapasitas
tersebut.
c. Tahap pemberian daya
Target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, dan peluang sesuai dengan
kecakapan-kecakapan yang telah dimiliki.
Upaya

utama

dalam

pemberdayaan

Menurut

Wrihatnolo

dan

Dwidjowijoto (2007:205) dalam bukunya Manajemen Pemberdayaan, ada tiga
macam upaya yaitu:
1. Upaya Pemberian Kesempatan
Pemberdayaan adalah upaya memberikan kesempatan kepada kelompok
masyarakat berkemampuan lemah yang dilakukan secara sengaja dan
terukur.

Yang

dimaksud

kelompok

berkemampuan lemah dapat

dikategorikan dengan berbagai pendekatan. Dari sisi pendekatan ekonomi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Badan Pusat Statistik (BPS) mengkategorikan masyarakat berkemampuan
lemah yaitu dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan (BPS, 2002).
2. Upaya Pemihakan
Pemberdayaan adalah memberikan pemihakan yang berjalan terpadu
dengan upaya pemberian kesempatan. Upaya pemihakan utamanya
dilakukan dengan cara-cara menciptakan iklim yang kondusif untuk
melakukan kegiatan sosisal-ekonomi (enabling) dan mencegah penindasan
yang kuat terhadap yang lemah dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara kebutuhan mengakses asset produktif dan sediaan aset produktif
yang ada.
3. Upaya Perlindungan
Pemberdayaan adalah melindungi yang lemah. Melindungi yang lemah
diperlukan akibat penguasaan aset produktif yang tidak seimbang antara
kekuatan ekonomi besar dan sekelompok warga Negara yang tidak
menguasai atau mempunyai sekalipun aset produktif.

2.2.5

Kr iter ia Anak Ter lantar dan Anak J alanan
Menurut buku panduan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Anak

Terlantar adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya
tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan seperti
miskin atau kedua-duanya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada
pengasaha/pengampu) sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan
wajar baik secara jasmani, rohani dan sosial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya,
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi secara wajar baik secara rohani,
jasmani maupun sosial. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar,
baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
Kriteria-kriteria anak terlantar :
a) Berasal dari keluarga fakir miskin.
b) Anak yang mengalami perlakuan salah (kekerasan dalam rumah tangga).
c) Diterlantarkan oleh orang tuanya/keluarga.
d) Anak kehilangan hak asuh dari orang tuanya/keluarga.
e) Anak yang tidak pernah sekol