POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecemburuan untuk Mempertahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya).

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL
TERLEBIH DAHULU DI K OTA SURABAYA
( Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil
Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecembur uan untuk Mempertahankan
Rumah Tangganya di Kota Surabaya)
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memper oleh Gelar
Sar jana Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN Veter an J atim

SKRIPSI

Oleh :
PUTRI DWI PURWANTI
NPM. 0843010183

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU
DI KOTA SURABAYA
( Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Ter lebih Dahulu dalam
Mengatasi Cemburu untuk Memper tahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya )
Oleh :
PUTRI DWI PURWANTI
NPM. 0843010183
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 20 Januari 2012
PEMBIMBING UTAMA

TIM PENGUJ I :
1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si.

NPT. 36704 95 0036 1

Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195 8080 1198 4021 001

2. Sekr etar is

Dr a. Sumardjijati, M.Si
NIP. 196 2032 31993092 001
3. Anggota

Dr s. Kusnar to, M.Si
NIP. 195 8080 1198 4021 001
Mengetahui,
DE K AN
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr a. Hj. Suparwati, MSi
NIP. 195507181983022001


iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH
DAHULU DI KOTA SURABAYA
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil
Ter lebih Dahulu dalam Menghadapi Kecembur uan untuk Mempertahankan
Rumah Tangganya di Kota Surabaya)

Disusun Oleh :
PUTRI DWI PURWANTI
0843010183

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
PEMBIMBING UTAMA

Drs. Kusnar to, MSi

NIP. 195808001984021001

Mengetahui,
DEKAN

Dr a. Hj. Ec. Supar wati, M.Si
NIP. 195507181983022001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

ABSTRAKS
PUTRI DWI PURWANTI, POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG
HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA (Studi Deskr iptif
Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil Terlebih Dahulu dalam
Memper tahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya)
Penelitian ini berdasarkan faktor pernikahan karena hamil dulu rawan
perceraian yang paling dominan adalah karena kecemburuan. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi suami istri yang
hamil terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk memepertahankan
rumah tangganya.
Penelitian ini menggunakan teori DeVito, terdapat empat pola komunikasi
suami istri yaitu Pola Keseimbangan, Pola Keseimbangan Terbalik, Pola Pemisah
Tak Seimbang dan Pola Monopoli. Metode yang digunakan adalah wawancara
mendalam yang termasuk dalam penelitiaan kualitatif. Peneliti mengambil 5
informan, terdiri dari pasangan suami istri yang menikah karena hamil terlebih
dahulu dan sampai saat ini pernikahan mereka masih utuh (belum cerai).
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat dari hasil wawancara,
secara garis besar adalah pada informan I dan V pasangan suami istri menganut pola
komunikasi keseimbangan (terbuka) dan informan II, III dan IV menganut pola
komunikasi keseimbangan terbalik (menghormati keputusan pasangan).

Kata Kunci : Cemburu, Pola Komunikasi, Suami Istri.
ABSTRACT
PUTRI DWI PURWANTI, PATTERN OF COMMUNICATIONS
BETWEEN COUPLES WHO
MARRIED FOR
PREGNANCY

PREMARITAL IN SURABAYA CITY (The Study Qualitative Descr iptive
Between Couples who Mar r y for Pr emar ital Pr egnancy to Over coming
J ealousy Pr oblem to Maintain Their Mar riage in Surabaya City)
Factor of marriage because premarital pregnancy is prone to divorce are
jealousy more dominant. The purpose of this study was to determine how the
communication patterns of couples who get married because of premarital
pregnancy in overcoming jealousy to maintain the household.
This study uses the DeVito theory, there are four couples communication
patterns, Balance Patterns, Balance Reversed Patterns, Separator Not Balanced
Pattern, and The Monopoly pattern. The method used is depth interviews are
included in the qualitative research. Researchers took five informants, each of
which consists of married couples because of premarital pregnancy and until now
their marriage is not divorced yet.
The results of this study based on analysis of obtained data from
interviews, in outline is the informer I and V couples using Balance of
Communications Patterns (open) and informants II, III, and IV using Balance
Reversed of communication patterns (mutual respect the decision of the couple).
Keyword: Jealousy, Pattern Communication, Married Couple.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,
rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI YANG
HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA”. Hasil penelitian
skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud berkat
bantuan dari Bapak Drs. Kusnarto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Dalam penulisan laporan ini penulis juga banyak mendapatkan
pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Syarif Hidayat, SH selaku Panmud Hukum yang telah mengizinkan saya
mencari data di ruangan arsip pengadilan agama Surabaya.

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Ayah, Mami, kakak, dan semua keluarga, terima kasih atas do’a serta
dorongannya baik moril maupun materiil.
6. Teman – teman Geng gonk (Deasy, Veve, Indah, Reni, Juwi, Rayan dan
Fifi) atas dukungannya, atas semangat, saran dan bantuannya dalam
pengerjaan skripsi ini.
7. Roni Ramadhan yang telah memberikan dukungan baik materiil maupun
moril
8. Teman – teman AK UPN Radio
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk rekanrekan Program Studi Ilmu Komunikasi.


Surabaya,

Januari 2012

Penulis

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
ABSTRAKSI .............................................................................................. xii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 11

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ..................................................................... 12
2.1 Landasan Teori ............................................................................... 12
2.1.1 Pola Komunikasi .................................................................. 12
2.1.2 Komunikasi Interpersonal ..................................................... 14
2.1.3 Seks Pra nikah ...................................................................... 20
2.1.4 Pengertian Pernikahan .......................................................... 21
2.1.5 Pengertian keluarga ............................................................... 23
2.1.6 Komunikasi Keluarga (Suami Istri) ....................................... 24
2.1.7 Fungsi Keluarga .................................................................... 26

2.1.8 Pernikahan Karena Hamil Dulu (married by accident) ........... 28
2.1.9 Cemburu ............................................................................... 29
2.1.10 Cara Mengatasi Cemburu .................................................... 30
2.2 Kerangka Berfikir ........................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 34
3.1 Metode Penelitian .......................................................................... 34
3.2 Definisi Operasional ...................................................................... 35
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................... 37
3.4 Unit Analisis ................................................................................. 37
3.5 Subyek dan Informan Penelitian .................................................... 38
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39
3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 42
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 42
4.2 Penyajian Data dan Analisa Data ..................................................... 44
4.2.1 Penyajian Data ....................................................................... 44
4.2.2 Analisa Data .......................................................................... 46

BAB V KESIMPULAN & SARAN ............................................................. 69
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 69
5.2 Saran ............................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................71
LAMPIRAN ..................................................................................................73
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah salah satu cara berinteraksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Komunikasi akan tetap berlangsung selama masih adanya
persamaan makna tentang apa yang diucapkan. Terkadang kata yang
digunakan satu orang tak selalu dimengerti oleh orang yang diajak
berbicara, sehingga kita perlu tahu makna dari kata tersebut. Paradigma
Laswell mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu. (Effendy, 2002:10)
Komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya
kepada komunikan dan komunikan membawa sandi menjadi decoder.
Akan tetapi karena komunikasi interpersonal bersifat dialogis, maka ketika
komunikan memberikan jawaban,

ia

kini

menjadi encoder dan

komunikator menjadi decoder. (Effendy, 2002:14). Begitu juga dengan
pasangan suami istri pernikahan “married by accident”, akan terjadi
pergantian antara encoder dan decoder. Saat sang istri berbicara, istri
tersebut menjadi encoder, dan sang suami yang mendengarkannya menjadi
decoder, dan begitu sebaliknya. Hal tersebut dinamakan feed back. Umpan

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

merupakan merupakan peranan penting dalam komunikasi sebab ia yang
menentukan berlanjut tidaknya komunikasi yang dilakukan komunikator.
Perselisihan yang timbul biasanya diakibatkan oleh salah satu pihak yang
terlalu mendominasi, entah dari pihak istri maupun pihak suami. Selama
manusia masih memiliki emosi, komunikasi antar pribadi akan berperan
penting hingga kapanpun. Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari
interpersonal (tatap-muka) membuat manusia merasa lebih akrab dengan
pasangannya.
Kedekatan hubungan pihak yang berkomunikasi akan tercermin
pada jenis-jenis pesan atau respon non verbal mereka, seperti sentuhan,
tatap mata, yang expresif dan jarak yang sangat dekat (Mulyana, 2003:73).
Sehingga dari kedekatan antara dua pihak dapat menimbulkan konflik
yang biasanya dialami oleh pasangan suami istri yang menikah karena
hamil dulu. Orang tua dan anak merupakan bagian dari keluarga, menurut
Sigelman dan Shaffer (Yusuf, 2001:36), keluarga unit kecil yang bersifat
universal, artinya terdapat pada setiap di dunia (universe) atau sistem
sosial yang yang terpancang (terbentuk) dalam sistem yang lebih besar.
Ada dua macam keluarga ini, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang belum menikah, sedang keluarga luas adalah satuan keluarga yang
meliputi lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih
luas dari ayah, ibu,dan anak.
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

sehingga pesan yang dimaksud dapat dimaksud dapat dipahami.
(Djamarah,2004:1)
Dalam pola komunikasi antara pasangan suami istri yang menikah
karena hamil dulu tidaklah mudah, jika proses penyampaian pikiran atau
perasaan (komunikator) kepada orang lain (komunikan), tidak ada
kesamaan makna maka bisa dikatakan missunderstanding. Suatu proses
komunikasi dapat berjalan baik jika diantara komunikator dan komunikan
terdapat rasa percaya, terbuka dan sportif. Menurut Devito pola
komunikasi terbagi dalam pola keseimbangan yaitu lebih terlihat pada
teori daripada prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk
melihat komunikasi pada hubungan yang penting, pola keseimbangan
terbalik yaitu masing-masing anggota keluarga mempunyai otoritas di atas
daerah atau wewenang yang berbeda, pola pemisah tidak seimbang yaitu
satu orang dalam keluarga (orang tua atau orang dewasa lainnya dalam
keluarga) mendominasi dan pola monopoli yaitu orang tua dianggap
sebagai penguasa.
Dalam kehidupan rumah tangga suami berkewajiban untuk
memberi nafkah, sedangkan istri di rumah berkewajiban mendidik anak
dan mengurus rumah tangga. Semua berjalan sesuai dengan batas
kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, perlu adanya pengertian satu
sama lain agar mampu menyeimbangkan hidup berumah tangga. Karena
tali pernikahan merupakan dasar dalam menempuh kehidupan untuk
pencapaian kemandirian, berusaha menyatukan diri dari dua karakter yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

berbeda dan mencocokkan perbedaan ide yang kadang berlainan. Ini
memang suatu hal yang kadang mudah tetapi dalam praktek sulit
diwujudkan (Dlori, 2005). Pernikahan yang terjadi karena hamil di luar
nikah, akan menyebabkan beberapa masalah pada pasangan remaja
tersebut. Dalam mempersatukan ide – ide tersebut perlu komunikasi antar
pribadi yang tepat dan dengan di dukung sifat dasar remaja yang labil serta
emosi yang meledak-ledak semakin mudah terjadi konflik meski hanya
berupa hal sepele.
Faktor yang berpengaruh dalam hubungan suami dan istri yang
menikah karena hamil dulu adalah perubahan pola interaksi dan pola
komunikasi yang terjalin dalam keluarga.
Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satu
problem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan
berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang cepat. Jika
tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin fantasifantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atau
seks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang
memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,
mereka masih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah.
Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks yang tinggi dengan
melakukan onani atau seks pra nikah. Kehamilan remaja, pengguguran
kandungan (aborsi), terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda,
perceraian, penyakit kelamin, penyalah gunaan obat merupakan akibat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

buruk petualangan cinta dan seks yang salah saat remaja. Akibatnya, masa
depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah
cinta dan seks. (www.lib.uin-malang.ac.id)
Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka
mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan
tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup
masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja
mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung mengambil jalan pintas
dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai
komunitas dan kota besar yang metropolitan, jangan heran jika hura-hura,
seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah
menggoda para remaja. (www.ceria.bkkbn.go.id)
Sebagian besar remaja tidak menyadari beberapa pengalaman yang
tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Keingintahuan
remaja kadang kurang disertai pertimbangan yang rasional akan akibat
dari suatu perbuatan. Kurang tersedianya informasi yang akurat dan benar
tentang kesehatan reproduksi, memaksa remaja bergerilya mencari akses
dan melakukan eksplorasi sendiri.
Arus komunikasi dan informasi mengalir deras menyuguhkan
petualangan yang menantang mulai dari majalah, buku, hingga film
pornografi dan pornoaksi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks
tanpa mengajarkan tanggung jawab dan risiko yang harus dihadapi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

selanjutnya, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melahap
‘pelajaran’ seks dari internet yang kebenarannya belum dapat dipastikan
dan dipertanggung jawabkan. Hasilnya, remaja yang beberapa generasi
lalu masih malu-malu kini sudah mulai melakukan hubungan seks di usia
remaja.
Beberapa data berikut menunjukkan gambaran fenomena tentang
perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja. Hasil survey
Yayasan DKT Indonesia di empat kota besar (Jabodetabek, Bandung,
Surabaya, dan Medan) tahun 2005 berdasarkan norma yang dianut, 89%
remaja tidak setuju adanya seks pra nikah. Namun, kenyataannya yang
terjadi di lapangan, 82% remaja punya teman yang melakukan seks pra
nikah. Kedua, 66% remaja punya teman yang hamil sebelum menikah.
Ketiga, remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pra nikah.
Persentase tersebut menunjukkan angka yang fantastis. Jabodetabek 51%,
Surabaya 54% Bandung 47% dan Medan 52%.
PKBI menyebutkan, pertama, kisaran umur pertama kali yakni 1318 tahun melakukan hubungan seks. Kedua, 60% tidak menggunakan alat
atau obat kontrasepsi. Ketiga, 85% dilakukan di rumah sendiri.
(www.ceria.bkkbn.com)
Penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di 33 Provinsi pada
bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan, pertama, 97% remaja SMP dan
SMA pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA
pernah ciuman, genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2%
remaja mengaku pernah aborsi. (www.okezone.com)
Beberapa penelitian mengatakan angka aborsi di kalangan remaja
mencapai 700-800 kasus pertahun. Tingkat kelahiran di kalangan remaja
mencapai 11% dari seluruh kelahiran, hanya 55% remaja yang mengetahui
proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan
hanya 24% mengetahui tentang PMS (Baseline Survey, 1999), dan remaja
dalam hitungan tahun akan menjadi orang tua, pendidik, contoh dan
panutan bagi anak-anaknya kelak.
Pernikahan karena hamil dulu ialah pernikahan yang disebabkan
oleh seks pranikah, yang bisa menimpa usia berapapun terhitung dari
berkembangnya organ seks pada tubuh yang rata-rata pada usia 13-15
tahun, sedangkan pernikahan dini ialah pernikahan yang tidak memenuhi
syarat usia. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. ( UU No.
1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1)
Pernikahan dini pada kalangan remaja, akhir- akhir sering ini
terjadi. Mayoritas pernikahan semacam ini disebabkan karena hamil di
luar nikah. Hal itu karena sang lelaki merasa bertanggung jawab terhadap
pacarnya yang hamil di luar nikah. Pernikahan dini pada anak perempuan
terus berlanjut, di daerah pedesaan dan perkotaan perempuan melakukan
perkawinan di bawah umur. Tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%.
Persentase terbesar kawin muda terdapat di propinsi Jawa Timur 40,3%,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Jawa Barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%. Karena kurangnya
informasi dan minimnya pendididkan. (www.helvetia.ac.id)
Berdasarkan pra penelitian, menurut data Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Surabaya, dari 100 pernikahan di 10 diantaranya diindikasi
sebagai pernikahan karena hamil dulu. Di Pengadilan Agama Surabaya, di
bulan Agustus 2011 saja sudah terdapat 9 permohonan dispensasi kawin,
yaitu penambahan usia calon mempelai yang belum memenuhi syarat usia
secara hukum. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pernikahan dini
ataupun married by accident.
Pernikahan semacam ini dapat menimbulkan berbagai dampak,
antara lain dampak terhadap hukum, dampak biologis, dampak psikologis,
dan dampak sosial.
Dampak hukum yaitu adanya pelanggaran terhadap 3 Undangundang di negara kita yaitu (a) UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Pasal 6
(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Pasal 26 (1) Orang
tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara,
mendidik dan melindungi anak: (1) menumbuh kembangkan anak sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan (2) mencegah terjadinya
perkawinan pada usia anak-anak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Dampak biologis, anak secara biologis alat-alat reproduksinya
masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap untuk
melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai
hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,
perobekan yang luas dan infeksi yang akan

m embahayakan

organ

reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak.
Dampak

p sikologis,

secara psikis anak juga belum siap dan

mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma
psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak
akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan.
Dampak sosial, fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial
budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan
perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks
laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama
apapun. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias
gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan peneliti di Pengadilan
Agama Surabaya ditemukan bahwa tingkat perceraian pasutri yang
menikah karena hamil dulu mencapai 17,6% lebih rendah dibanding
perceraian pernikahan biasa. Dari 74 putusan cerai di bulan Juli sampai
Agustus 2011, 13 diantaranya adalah pasutri yang menikah karena hamil
dulu. Meski persentase perceraian pernikahan karena hamil dulu hanya
mencapai 17,6% namun hal ini merupakan suatu fenomena sosial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Dari 512 kasus perceraian bulan Mei 2011 di Pengadilan Agama
Surabaya, 101 diantaranya karena cemburu (www.pa-surabaya.go.id). 5
dari 7 pasutri married by accident mengaku bahwa kecemburuan
mendominasi konflik rumah tangga mereka. Faktor pernikahan karena
hamil dulu rawan perceraian adalah kurangnya kedewasaan pasutri yang
usianya masih dalam tahap remaja awal, pernikahan berdasarkan
keterpaksaan untuk menutupi aib, belum siapnya pasutri baik dari segi
ekonomi; psikologis; maupun kedewasaan dalam berumah tangga; dan
yang paling dominan adalah karena kecemburuan.
Dari data dan uraian di atas dapat dikatakan bahwa selain kerena
faktor usia remaja dengan emosi yang labil dan terlalu menggebu-gebu,
belum mengerti betul tentang pernikahan dan tanggung jawabnya, faktor
keterpaksaan untuk menutupi aib juga berpengaruh terhadap tinggi potensi
percerain pernikahan ini.
Dengan permasalahan di atas maka judul penelitian ini adalah
“Pola Komunikasi Suami Istr i yang Hamil Ter lebih Dahulu”. Dalam
penelitian ini, penulis memilih Surabaya karena persentase remaja yang
telah melakukan seks pra nikah sebesar 54%, dan persentase pernikahan
karena hamil dulu lebih rendah dibanding perceraian pernikahan biasa.
Dan berdasarkan pra-penelitian peneliti, masih ada yang bertahan
pernikahnya meski pernikahannya karena hamil dulu, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi apa yang digunakan suami
dan istri yang menikah karena hamil dulu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1.2.

Rumusan Per masalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola
komunikasi suami istri yang hamil terlebih dahulu dalam mengatasi
kecemburuan untuk memepertahankan rumah tangganya?

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi suami istri yang hamil
terlebih dahulu dalam mengatasi kecemburuan untuk memepertahankan
rumah tangganya.

1.4.

Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi berkaitan dengan
pola komunikasi interpersonal suami istri yang hamil dulu dalam
mengatasi kecemburuan untuk mempertahankan rumah tangganya.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan pada orang tua remaja
yang menikah karena hamil dulu, maupun untuk pasangan suami
istri yang menikah karena hamil dulu.
b. Masyarakat harus lebih hati-hati dalam membangun rumah tangga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i

2.1.1 Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dimaksud dapat dipahami.
(Djamarah,2004:1)
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan. (Sunarto, 2006:1)
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa “pola komunikasi atau
hubungan itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam
hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan
mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan
sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu
dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan” (Tubbs, Moss,
2001:26).
Dari beberapa pengertian di atas maka pola komunikasi adalah
bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu
gambaran atau rencana uang meliputi langkah – langkah pada suatu
aktifitas dengan komponen – komponen yang merupakan bagian penting
atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok.
Menurut Joseph A. Terdapat empat pola komunikasi antar suami
dan istri (Devito,2007:277):
1.

Pola keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada
prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk
melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Komunikasi
yang terjalin antara suami istri sangat terbuka, jujur, langsung
langsung dan bebas.

2.

Pola keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing – masing anggota
keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi di atas daerah atau
wewenang yang berbeda. Masing – masing suami istri adalah
sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara
keduanya (suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami
atau si istri karena keduanya memiliki keahlian sendiri –
sendiri untuk menyelesaikannya.

3.

Pola pemisah tak seimbang
Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si
suami atau istri) mendominasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

4.

Pola monopoli
Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri sama-sama
menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri )
lebih suka memberi nasehat daripada berkomunikasi untuk
saling bertukar pendapat.

2.1.2

Komunikasi Inter personal
Definisi komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi
adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan antar dua orang,
atau diantar sekelompok kecil orang – orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika. Selain itu, komunikasi antarpribadi juga
didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka, misalnya :
percakapan seorang ayah dengan anak, sepasang suami istri, guru dengan
murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap komponen baru
dipandang dan dijelaskan sebagai bahan – bahan yang terinterogasi dalam
tindakan komunikasi antarpribadi (Devito, 2007:5).
Seperti yang telah dipaparkan dalam teori Jendela Johari bahwa
bagaimana tiap individu mengungkapakan dan memahami diri sendiri
dalam kaitannya dengan terhadap orang lain, “bidang terbuka” adalah
bidang yang paling ideal dalam hubungan dan komunikasi antarpribadi,
karena dalam bidang ini menjelaskan bagaimana terjadinya keterbukaan
antara

komunikator dan

komunikan.

Teori Jendela

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Johari juga

15

menjelaskan bahwa keterbukaan itu disebabkan dua pihak (saya dan orang
lain) sama – sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan,
keinginan, motivasi, gagasan, dan lain – lain.
Dalam komunikasi antar pribadi dapat dilihat adanya umpan balik
seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan bertatap muka,
sehingga dalam komunikasi antar pribadi ini juga harus diperhatikan
mengenai umpan balik yang memulai komunikasi antarpribadi harus
mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan balik
yang akan terjadi, karena kualitas dan komunikasi dapat dilihat dalam
bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang
positif atau juga dapat disebut “how to communicate”.
Lebih khususnya dalam komunikasi antarpribadi arus komunikasi
yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan
komunikan dalam proses komunikasi. Karena dalam komunikasi
antarpribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika. Untuk dapat
mengetahui komponen – komponen yang terlibat dalam komunikasi
antarpribadi dapat dijelaskan melalui bagan berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Bidang Pengalaman
Bidang Pengalaman
Pengirim-Penerima

Saluran

Pengirim-Penerima

Encoding-Decoding

Pesan - Pesan

Encoding-Decoding

Efek

Efek

Gangguan

Umpan Balik
gambar 2.1.2. Model Komunikasi Interpersonal secara umum

Dari

gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa

komponen

komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: (DeVito, 2007:10)
1. Pengirim Penerima
Komunikasi antar pribadi paling tidak melibatkan dua orang
setiap

orang

terlibat

dalam

komunikasi

antarpribadi

memfokuskan dan mengirimkan pesan dan juga sekaligus
menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim penerima
ini digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan
penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi. Contoh : komunikasi antar suami
dan istri, kakak dan adik dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.

Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan
– pesan yang akan disampaikan, dikode atau diformulasikan
terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata, simbol dan
sebagainya. Sebaliknya, tindakan untuk menginterpretasikan
dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut
sebagaidecoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena
pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka
fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Contoh : penggunaan
bahasa daerah.

3. Pesan – Pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan – pesan ini bisa
berbentuk verbal (seperti kata – kata) atau nonverbal.
4. Saluran
Saluran

ini

berfungsi

sebagai

media

dimana

dapat

menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau
informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat
langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif
dibandingkan dengan saluran media

massa.

Hal

ini

disebabkan karena, pertama, penyampaina pesan melalui
saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung
kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi dan manusiawi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Kedua, penyampaian melalui komunikasi personal dapat
dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi
nyata

khalayak.

Ketiga,

keterlibatan

khalayak

dalam

komunikasi cukup tinggi. keempat, pihak komunikator atau
sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan
tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang
disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber
dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat
kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak
atas pesan yang disampaikannya. Contoh dalam komunikasi
antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran
tentang indera pendengar melalui suara). Isyarat visual atau
sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah,
dan lain sebagainya).
5. Gangguan atau noise
Sering kali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan
yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena gangguan saat
berlangsungnya komunikasi, yang terdiri dari:
a. Gangguan fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan menggangu
transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak
dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

b. Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan
dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat dalam
komunikasi seperti : emosi, nilai – nilai, sikap, dan
sebagainya.
c. Gangguan simatik
Gangguan ini terjadi karena kata – kata atau simbol yang
digunakan dalam komunikasi, sering kali memiliki arti
ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam
menangkap

maksud



maksud

dari

pesan

yang

disampaikan. Contoh perbedaan bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi.
6. Umpan balik
Umpan balik memainkan peran yang sangat penting dalam
proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan
penerima pesan secara terus menerus dan secara bergantian
memberikan umpan balik dalam berbagai cara baik verbal
(dengan pertanyaan atau jawaban dalam kaitannya dengan
apa yang dibicarakan) maupuan verbal (senyuman, anggukan,
gelengan kepala). Umpan balik bisa positif, netral dan
negatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

7. Bidang pengalaman
Merupakan faktor penting dalam komunikasi. Komunikasi
akan semakin efektif apabila para pelaku mempunyai bidang
pengalaman yang sama. Sebaliknya komunikasi akan menjadi
sulit jika para pelakunya mempunyai bidang pengalamn yang
tidak sama.
8. Efek
Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik
positif maupun negatif pada salah satu atau keduanya.

2.1.3

Seks Pra Nikah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata seks memiliki arti
jenis kelamin ini memeberikan kita pengetahuan tentang suatu sifat ciri
yang membedakan laki – laki dan perempuan.
Lazimnya hubungan seks dilakukan oleh sepasang pria dan wanita
yang telah menikah sah secara hukum dan agama yang disebut pernikahan.
Seks pra nikah adalah hubungan seks yang di lakukan laki – laki dan
perempuan sebelum melakukan pengesahan hubungan melalui pernikahan.
Tetapi beberapa data telah menunjukkan bahwa perilaku seks pra nikah
telah melanda kalangan remaja.
Menurut Boyke (2004), cinta dan seks merupakan salah satu
problem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang diinformasikan
berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang cepat. Jika

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin fantasifantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas atau
seks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang
memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,
mereka masih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah.
Akibatnya mereka menyalurkan gairah seks yang tinggi dengan
melakukan onani atau seks pra nikah. Kehamilan remaja, pengguguran
kandungan (aborsi), terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda,
perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat
buruk petualangan cinta dan seks yang salah saat remaja. Akibatnya, masa
depan mereka yang penuh harapan hancur berantakan karena masalah
cinta dan seks. (www.lib.uin-malang.ac.id)

2.1.4 Penger tian Per nikahan
Dalam Undang – Undang Nomor 1 tahun 1974 pengertian
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari batasan ini jelaslah bahwa tujuan perkawinan bukanlah kebahagian
tetapi kesatuan, dengan adanya ikatan lahir batin antara suami istri perlu
saling

membantu

dan

melengkapi

agar

masing-masing

dapat

mengembangkan kepribadiannya mencapai kesejahteraan spiritual dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

material. Dalam usaha memupuk kesatuan itulah suami istri mengalami
kebahagiaan.
Dalam “Dinamika Perkawinan Masa Kini” T.A Yunawa, W.F
Maramis, 1991, Terruwe menyatakan bahwa perkawinan merupakan suatu
kesatuan. Persatuan itu diciptakan oleh cinta dan dukungan yang diberikan
oleh seorang pria pada istrinya. Persatuan itu hanya dipertahankan dan
dipelihara dengan cinta dan dukungan yang diberikan oleh wanita kepada
suaminya. Dalam perkawinan, seorang suami dan istrinya merupakan
kesatuan tunggal. Ini bukan hanya suatu ikatan yang sah dan tidak hanya
terdapat dalam kehidupan seks mereka, melainkan terdapat didalam semua
pengungkapan emosional mereka. Hubungan antara seorang pria dan
seorang wanita yang terletak dalam bidang indrawi serta bidang emosional
dan seorang di sana pulalah ia mencapai pemenuhannya.
Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai
banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara
berfikir (mental), pendidikan dan lain hal. Dalam pandangan Islam,
pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang
berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstuui agama, kerabat, dan
masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Pernikahan dianggap sah apabila
dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan
kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut
perundang-undangan yang berlaku (www.organisasi.org)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.1.5

Penger tian Keluar ga
Pengertian keluarga ditinjau dari dimensi hubungan darah,
merupakan kesatuan yang diikat oleh hubungan hubungan darah antara
satu dengan yang lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti
dan keluarga besar.
Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan
satu kesatuan yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan
saling mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan
darah.
Menurut Soeleman, secara psikologis keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing –
masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri yang
dijalin oleh kasih sayang. (Djamarah,2004:16)
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal,
artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial
yang terbentuk dalam sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam
keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended
family). Keluarga ini adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak – anak yang belum dewasa atau belum kawin, sedangkan keluarga
besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi
dan lingkungan kaum keluarga yang lebih dari satu generasi dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu, dan anak –
anak (Yusuf,2007:36).
Suami istri secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam
suatu keluarga. Berikut perana suami istri menurut Dagun (1990:46) :
a. Peranan suami :
1. Sumber kekuasaan dasar identifikasi
2. Penghubung dengan dunia luar
3. Pelindung terhadap ancaman dari luar
4. Pendidik segi rasional
b. Perana istri :
1. Pemberi rasa aman dan sumber kasih sayang
2. Tempat mencurahkan isi hati
3. Pengatur kehidupan rumah tangga
4. Pembimbing kehidupan rumah tangga
5. Pendidik segi emosional
6. Penyimpan tradisi

2.1.6

Komunikasi Keluarga (Suami Istr i)
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanamkan nilai – nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang
tua tidak harmonis misalnya ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola
asuhan, pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta
pertentangan dalam keluarga maka akan terjadi hubungan yang tegang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu
terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa dan Gunarsa, 2001:205).
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
komunikasi yang efekti dapat menimbulkan pengertian, kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.
Masalah menikah karena hamil dulu merupakan salah satu
alternatif untuk menutupi aib hamil di luar nikah. Beberapa artis juga
banyak artis yang menikah karena hamil dulu tetapi hingga saat ini belum
bercerai dan belumada pemberitaan tentang gonjang-ganjing masalah
rumah tangganya, beberapa artis tersebut adalah Donna Agnesia – Darius
Sinatria, Nana Mirdad – Andrew White, Risty Tagor – Rifky Balwell dan
yang terbaru adalah KD – Raul Lemos.
Dalam berumah tangga pastilah ada cek-cok permasalahan, dalam
penyelesain ini ada manejemen konflik yang salah satu tekniknya adalah
force and talk, dari kata talk tersebut merujuk pada komunikasi terutama
verbal. Melalui pembicaraan, kita menyatakan perasaan hati, memperjelas
pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Oleh
sebab itu kualitas dari hubungan tersebut tergantung kepada kesanggupan
seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain. Mereka yang tidak
dapat berkomunikasi secara konstruktif, jujur dan terbuka, akan tetap
menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam suatu keluarga. Dengan
kata lain kecakapan komunikasi dalam rumah tangga memegang peran
penting dalam menentukan kebahagian rumah tangga (Kuntaraf, 1999 :1).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Maka tak dapat dipungkiri, hubungan yang menjadi kepedulian banyak
orang adalah hubungan dalam keluarga. Keluarga mewakili suatu
konstelasi hubungan yang sangat khusus (Moss, Tubss, 2000:214).

2.1.7

Fungsi Keluarga
Beberapa fungsi keluarga dari sudut pandang sosiologis, keluarga
dapat diklarifikasikan ke dalam fungsi – fungsi (Yusuf, 2001: 39) :
1. Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan
legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya
untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu
meliputi:
a. Sandang, pangan, papan
b. Hubungan suami istri
c. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar
masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerja sama
sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.
3. Fungsi Edukatif (pendidikan)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama
bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “transmitter budayaatau
mediator” sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam
pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan –
keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.
4. Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu (determinant
factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan
datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang
mensosialisasikan nilai – nilai atau peranan – peranan hidup
dalam

masyarakat

yang

harus

dilaksanakan

oleh

para

anggotanya. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi
perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan
(displin).

Mau bekerja sama dengan orang lain,

mau

bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang
heterogen (etnis, ras, agama, budaya)
5. Fungsi Protektif (perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota
keluarganya dari gangguan, ancanaman atau kondisi yang
menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis) bagi para
anggotanya.
6. Fungsi Rekreatif
Keluarga

harus

diciptakan

sebagai

lingkungan

yang

kenyamanan, keceriaan kehangatan, dan penuh semangat bagi
anggotanya. Maka dari itu keluarga harus ditata sedemikian
rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang meng

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Pasca Perselingkuhan Dalam Mempertahankan Rumah Tangga Studi Kasus Perselingkuhan Salah Satu Diantara Mereka

3 9 84

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak).

0 0 92

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak).

0 0 92

POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Pasca Perselingkuhan Dalam Mempertahankan Rumah Tangga Studi Kasus Perselingkuhan Salah Satu Diantara Mereka

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Antara Suami Istri yang Menikah Siri Tentang Hak Waris).

0 0 78

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Antara Suami Istri yang Menikah Siri Tentang Hak Waris)

0 0 15

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecemburuan untuk Mempertahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya)

0 0 20

POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Pasca Perselingkuhan Dalam Mempertahankan Rumah Tangga Studi Kasus Perselingkuhan Salah Satu Diantara Mereka

0 0 24

POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Pasca Perselingkuhan Dalam Mempertahankan Rumah Tangga Studi Kasus Perselingkuhan Salah Satu Diantara Mereka

0 1 24

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak)

0 0 19