POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Pasca Perselingkuhan Dalam Mempertahankan Rumah Tangga Studi Kasus Perselingkuhan Salah Satu Diantara Mereka

POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA
PERSELINGKUHAN DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA
(Studi Deskriptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istr i Pasca
Per selingkuhan Dalam Memper tahankan Rumah Tangga Studi Kasus
Per selingkuhan Salah Satu Diantara Mereka)

SKRIPSI

Oleh :
ESTIKA RAHMADHANY PUTRI INDRIYATNA
0843010167

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI
BERSELINGKUH DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH
TANGGA STUDI KASUS PERSELINGKUHAN SALAH SATU
DIANTARA MEREKA

(Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Yang Berselingkuh
Dalam Memper tahankan Rumah Tangga Studi Kasus Per selingkuhan Salah
Satu Diantara Mer eka)
Disusun Oleh :

ESTIKA RAHMADHANY PUTRI INDRIYATNA
NPM. 0843010167

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

J uwito S.Sos, M.Si.

NPT. 3 6704 95 0036 1

Mengetahui
DEKAN

Dr a. Hj. Suparwati, Msi
NIP.195 507 181 983 022 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

POLA KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN
DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA
(Studi Deskr iptif Pola Komunikasi Pasangan Suami Istri Pasca Per selingkuhan
Dalam Mempertahankan Rumah Tangga Studi Kasus Perselingkuhan Salah Satu
Diantar a Mereka)
Oleh:
ESTIKA RAHMADHANI PUTRI INDRIYATNA

0843010167
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada 14 Juni 2012

TIM PENGUJ I

Pembimbing Utama

1.

Ketua

J uwito S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 0036 1

J uwito S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 0036 1
2.


Seker taris

Drs. Saifuddin Zuhr i, MSi
NPT 3 7006 94 00351
3.

Anggota

Dr s. Kusnar to, M.Si
NIP. 1958 0801 1984 0210 04
Mengetahui,
DEKAN

Dr a. EC. Hj. Suparwati, M.Si
NIP : 195 5071 8198 3022 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


iii

ABSTRAK
ESTIKA RAHMADHANY PUTRI INDRIYATNA. NPM 0843010167. POLA
KOMUNIKASI PASANGAN SUAMI ISTRI PASCA PERSELINGKUHAN
DALAM MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi suami istri
pasca perselingkuhan. Karena setiap pasangan memiliki cara berkomunikasi
dalam rumah tangganya terutama setelah perselingkuhan terjadi dalam hubungan
tersebut. Disamping itu, hubungan pernikahan merupakan suatu hubungan yang
terdiri dari suami, istri dan anak, tidak ada pihak lain baik wanita lain, atau pria
lain.
Teori komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi yaitu pola
keseimbangan, pola keseimbangan terbalik, pola pemisah tidak seimbang, pola
monopoli. Teori – teori ini menggambarkan bagaimana pola komunikasi suami –
istri sehari – hari. Penelitian menggunakan teknik wawancara mendalam untuk
memperoleh jawaban dari narasumber
Hasil dari penelitian yang dilakukan diketahui jika pola komunikasi suami
istri dalam mempertahankan rumah tangga pada kasus perceraian yaitu bola
komunikasi pemisah tidak seimbang. Alasan dari perselingkuhan dari informan

diantaranya adalah masalah ekonomi, lingkungan, perhatian, dan kebiasaan.

ABSTRACT
This study aims to determine the communication patterns of post-marital
affair. Because each partner has a way of communicating in the household,
especially after the affair occurred in the relationship. In addition, the marriage
relationship is a relationship that consists of husband, wife and children, none of
the other party either another woman or another man.
Communication theory used is the communication pattern is a pattern of
balance, the pattern reversed the balance, not balanced separator pattern, the
pattern of monopoly. Theory - This theory describes how the communication
patterns husband - wife a day - today. Research using in-depth interview
techniques to obtain answers from the interviewees
The results of the research conducted is unknown if the pattern of marital
communication in maintaining the household in case of divorce that is not
balanced separator communication sphere. The reason of the infidelity of the
informants include economic issues, environmental concerns, and habits.
Kata kunci : Pola Komunikasi Suami Istr i, Selingkuh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “POLA KOMUNIKASI
PASANGAN SUAMI

ISTRI

PASCA PERSELINGKUHAN DALAM

MEMPERTAHANKAN

RUMAH

Komunikasi

Suami

Pasangan


TANGGA
Istr i

Pasca

(Studi

Deskr iptif

Per selingkuhan

Pola
Dalam

Memper tahankan Rumah Tangga Studi Kasus Per selingkuhan Salah Satu
Diantar a Mer eka)” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juwito, S.Sos, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis
juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual

maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala
ilmunya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Kedua Orang Tuaku dan saudara yang selalu memberikan dukungan pada
penyelesaian skripsi ini, terutama Mama ku yang Mendoakan tanpa henti.
6. Sayang ku (Eko Irianto) terima kasih buat Doa dan Supports nya yang tanpa
henti. Always Love you!
7. Buat teman – teman seperjuangan Nindy Ragil, Sheila Charlina, Fitra Nanda,
Hendrico Sebastian, Duwi Novitasari, Dinduth, Embah Ayu, makasih udah

ikut kasi dukungan semangat ngerjain skripsinya, hhoo
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 18 Juni 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i


LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................

v

BAB I

PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah .........................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................. 14

1.3

Tujuan Penelitian .................................................................. 14

1.4

Manfaat Penelitian ................................................................ 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 16
2.1 Landasan Teori ....................................................................... 16
2.1.1 Komunikasi …………………………………………........ 16
2.1.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal ............................ 16
2.1.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal ........................... 19
2.1.4 Pengertian Pola Komunikasi............................................ 20
2.1.5 Informan .......................................................................... 22
2.1.6 Pernikahan .................................................................... 23
2.1.7 Pengertian Suami Istri ................................................... 24
2.1.8 Peranan Suami Istri ........................................................ 25
2.1.9 Hubungan Romantis Berkomitmen Dalam Pernikahan ... 25
2.1.10 Komunikasi Keluarga ................................................... 27
2.1.11 Fungsi Keluarga ........................................................... 28
2.1.12 Fase Kritis Dalam Pernikahan ...................................... 31
2.1.13 Ketertarikan

Dalam

Hubungan

Romantic

Diluar

Pernikahan..........................................…………………...32

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.14 Perselingkuhan Sebagai Pelanggaran Komitmen Hubungan
Romantic Dalam Pernikahan……………………………...34
2.2 Kerangka Berpikir .................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39
3.1 Metode Penelitian ................................................................... 40
3.2 Konsep Operasional ................................................................ 41
3.3 Informan ................................................................................. 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 43
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................... 44
3.6 Identitas Informan……………………………………………... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………

47

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ……… 47
4.1.1 Gambaran Ummum Objek Penelitian……………………. 47
4.1.2 Penyajian Data …………………………………………… 48
4.1.3 Identitas Informan ……………………………………….. 49
4.2 Analisis Data ………………………………………………… ... 51
4.2.1 Pola Komunikasi Antar Suami Istri……………………… 51
4.2.1.1 Keluarga 1 ……………………………………. 51
4.2.1.2 Keluarga 2 …………………………………… 56
4.2.1.3 Keluarga 3 …………………………………… 61
4.2.1.4 Keluarga 4 …………………………………… 66
4.3 Pembahasan ……………………………………………………. 69
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 71
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 71
5.2 Saran

................................................................................... 72
viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 73
LAMPIRAN

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era informasi, sangat banyak sumber infromasi yang dapat dipilih
untuk dipelajari, digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan atau
sekedar untuk sarana bersenang-senang. Ada berbagai cara sekarang untuk
mendapatkan informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik. Informasi yang
dapat kita peroleh dari media cetak yaitu melalui surat kabar dan juga tabloid salah
satu contohnya, begitu juga media elektronik yang bisa kita dapatkan melalui TV
maupun radio.
Dari berbagai informasi pemberitaan, peneliti tertarik dengan pemberitaan
tentang pasangan suami istri yang menggugat cerai. Dari 3945 kasus perceraian di
kota Surabaya pada tahun 2011, terdiri beberapa factor diantaranya cemburu
sebanyak 566 kasus, ekonomi sebanyak 660 kasus, tidak ada tanggung jawab
sebanyak 893 kasus, gangguan pihak ketiga 915 kasus, dan tidak adanya
keharmonisan sebanyak 911 kasus.
Salah satu yang menjadi daya tarik peneliti yaitu kasus perceraian dengan
kasus gangguan pihak ketiga dengan jumlah 915 kasus dari total 3945 kasus
perceraian yang tercatat di pengadilan agama Surabaya, maka perceraian dengan
gangguan pihak ketiga dengan besarnya prosentase 23%. Tergolong paling banyak

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

penggugat kasus perceraian dengan alasan pihak ketiga atau biasa disebut
perselingkuhan.
Namun, dari sekian banyak kasus perceraian yang dilatarbelakangi
perselingkuhan, peneliti juga banyak menemukan kasus perselingkuhan tidak dengan
akhir perceraian. Jadi tidak semua kasus perselingkuhan berakhir dengan kata
perceraian.
Extra Marital Affair, istilah modern yang kerap dipakai untuk
mengartikan selingkuh sebagai “selingan indah keluarga utuh”, yang sesungguhnya
tidaklah memberikan keindahan dalam keluarga, apalagi dalam menjaga keutuhan
sebuah keluarga. Perselingkuhan bisa dikatakan sebagai bentuk penghianatan tehadap
komitmen yang telah dibuat saat pasangan mengucapkan janji pernikahan. Akibat
dari prselingkuhan tentunya kemunduran dalam hubungan suami istri atau bahkan
keluarga bersangkutan dan akan diikuti keruntuhan pernikahan tersebut.
Sebuah pernikahan pada awalnya didasari oleh sebuah hubungan romantis
yang berkomitmen. Hubungan ini sifatnya voluntary, atau sukarela, antara dua
induvidu yang akan saling mengisi satu sama lain dalam kehidupan mereka. Dalam
hal ini tentunya posisi masing-masing induvidu tidak bisa digantikan oleh orang lain,
tidak seperti berganti tetangga atau teman sekantor. Seorang psikolog Amerika,
Robert J. Sternberg, mengembangkan Teori Segitiga Cinta. Menurut beliau, semua
jenis hubungan, baik itu hubungan pertemanan, kekasih, pasangan hidup ataupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

belahan jiwa, memiliki salah satu dari 3 elemen : passion (gairah), commitment, dan
intimacy (keintiman). Tetapi untuk suatu hubungan romantic, harus terdiri dari 3
elemen tersebut. Meskipun kita bisa melihat dimensi ini secara berbeda-beda, namun
sesungguhnya ketiga dimensi ini saling melengkapi satu sama lain.
Passion misalnya, merupakan perasaan positif tentang orang tertentu,
seperti rasa tertarik pada saat pertama kali kita bertemu seorang laki-laki atau
perempuan. Contoh lainya adalah perasaan rindu jika kita telah lama tidak bertemu
dengan pasangan kita. Dalam sebuah hubungan romantic tentunya kita tidak bisa
mengandalkan gairah saja, karena gairah bisa naik turun seiring berjalanya waktu,
misalnya seiring perubahan fisik pasangan kita setelah istri melahirkan atau pada saat
suami sudah mulai bertambah tua. Kita perlu dimensi yang kedua yaitu komitmen,
karena dalam suatu hubungan romantic, dua individu memutuskan untuk menjadi
bagian dari satu sama lain serta menghabiskan sisa hidup mereka bersama-sama. Saat
passion mulai turun dalam hubungan pernikahan, commitment berperan sangat
penting dalam menjaga keutuhan hubungan suami istri, karena dalam commitment
terkadang tanggung jawab, salah satunya terhadap janji pernikahan, dan bukan hanya
nafsu atau gairah.
Intimacy, atau keintiman adalah dimensi ketiga yang paling bisa
dikatankan dasar dari kedua dimensi diatas. Suatu hubungan romantis akan
mengalami perkembangan seiring dengan waktu, kedua individu akan semakin
mengenal satu dengan yang lain, mereka akan mengetahui kebiasaan masing-masing,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

kebaikan ataupun keburukan dari pasanganya. Lewat pengenalan lebih lanjut,
disinilah akan terjalin hubungan yang semakin intim dimana komitmen juga
bertumbuh seiring dengan keintiman yang semakin terbangun. Jika kedua individu
semakin hari semakin menemukan ketertarikan diantara mereka maka seiring dengan
berjalanya waktu, komitmen mereka untuk bersama akan semakin kuat, begitu juga
passion diantara mereka, sebaliknya jika dalam proses saling mengenal didapati halhal yang saling bertentangan maka komitmen maupun passion mereka bisa pudar.
Keintiman melibatkan perasaan dekat antara kedua pasangan lewat hubungan yang
telah di jalin. Antara passion dengan intimacy mempunyai hubungan yaitu keduanya
sama-sama terlibat dalam perasaan positif yang kuat, sedangkan keintiman dengan
komitmen juga mempunyai hubungan yaitu mereka bertumbuh seiring dengan
pengenalan satu sama lain dan kecocokan diantara pasangan tersebut.
Proses membangun keintiman memerlukan waktu dan keterbukaan antara
kedua belah pihak, kadang saat membangun hubungan romantic, banyak hal-hal
ataupun kebiasaan buruk yang ditutup-tutupi. Kedua belah pihak saling menunjukan
sisi positif masing-masing, lalu memutuskan untuk menjalin hubungan pernikahan.
Saat pernikahan mulai dibangun, pasangan suami istri akan mulai lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bersama. Dalam proses ini tentunya tidak hanya hal-hal
baik yang akan terungkap, tapi akan juga banyak hal-hal buruk dalam diri masingmasing pasangan akan terlihat. Kejadian seperti ini sering terjadi karena dalam proses
membangun hubungan menuju pernikahan, seringkali banyak hal-hal tertentu yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

tidak terungkap jika belum tinggal bersama dalam satu atap serta bertemu hampir
setiap hari sejak bangun tidur hingga malam nanti.
Saat pasangan mulai menikah, maka hal-hal mengejutkan akan terjadi.
Mulai dari hal-hal kecil seperti mendengkur saat tidur, sifat manja, hingga malas yang
berlebihan. Hal-hal ini cenderung berhubungan dengan kebiasaan hidup masingmasing pasangan. Namun bisa juga datang dari orang tua, mertua, saudara maupun
pasangan kita. Mungkin orang tua atau mertua kita terlalu banyak ikut campur dalam
urusan rumah tangga kita dan pasangan kita terlalu peduli dengan adik-adiknya
sehingga sering menghabiskan penghasilan untuk membantu keluarga adik-adiknya
dan kurang peduli dengan uang sekolah anaknya sendiri.
Saat masalah-masalah diatas mulai terjadi, maka diperlukan komitmen
yang kuat serta usaha-usaha untuk mempertahankan dan membangun keintiman
hubungan pernikahan tersebut. Jika tidak ada komitmen yang kuat, proses
membangun keintiman tidak pernah terjadi, yang ada justru adalah perasaan ‘salah
pilih’ terhadap pasangan yang sedang ada bersama mereka saat ini. Jika perasaan ini
dibiarkan, sudah tentu akan sering terjadi pertengkaran serta keretakan dalam rumah
tangga tersebut dan hilangnya passion (gairah) dalam hubungan mereka. Saat itu
berbagai masalah-masalah kecil bisa menjadi besar siap untuk menenggelamkan
bahtera pernikahan mereka.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Saat pasangan kita terlihat buruk di pandangan kita, dan ada pihak ketiga
yang serta merta lebih baik mungkin lebih perhatian, lebih menjanjikan secara
ekonomi, lebih muda serta lebih cantik dan tampan, maka mulai terbuka kesempatan
dan keinginan untuk berselingkuh. Bahkan setelah memutuskan untuk berselingkuh,
ada pasangan – pasangan yang meninggalkan suami maupun istri mereka dan pergi
jauh untuk hidup dengan selingkuhan mereka di tempat yang menurut mereka labih
baik, dan tentunya lebih aman untuk berselingkuh.
Perselingkuhan tidak selalu terjadi lewat proses kemunduran hubungan
yang bertahap, ada kalanya dalam rumah tangga yang berjalan sangat baik, tiba – tiba
terbongkar bahwa salah satu dari pasangan tersebut ada yang selingkuh, saat itu salah
satu pasangan biasanya akan mengalami guncangan yang sangat berat. Namun, jika
perselingkuhan itu terjadi lewat kemunduran yang sifatnya bertahap, bisa jadi karena
salah satu pasangan menjalin kedekatan dengan seorang lain dan hubungan yang baru
ini perlahan-lahan menyingkirkan hubungan yang lama.
Joseph A. Devito mencatat kemunduran ini karena salah satu pasangan
tidak lagi menemukan ketertarikan secara fisik maupun personal terhadap
pasangannya, atau juga kala dia tidak lagi merasakan kedekatan dalam hubungan
tersebut dan perbedaan yang ada mulai menjadi masalah yang berarti. Dia juga
menambahkan bahwa kemunduran dalam suatu hubungan bisa terjadi saat kita
merasakan bisamelakukan hal-hal yang lebih baik dengan orang lain dibanding
dengan pasangan kita sekarang. Dia juga menambahkan factor financial sebagai salah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

satu penyabab berakhirnya suatu hubungan, separti kesulitan membiayai kebutuhan
sehari-hari pasangan tersebut. (Devito, 2004 : 264-265 )
Rumah tangga artis Robby Sugara adalah salah satu yang pernah
mengalaminya. Pada tahun 1984, dunia perfilman Indonesia mengalami goncangan
sehingga Robby Sugara harus mencari cara lain untuk mendapatkan penghasilan.
Dengan harapan nama Robby Sugara sebagai direktur bisa mendatangkan keuntungan
terhadap perusahaan yang akan dibangun, Robby memulai bisnis dengan seorang
temannya. Bisnis ini akhirnya bangkrut dan menyedot banyak asset pribadinya.
Keadaan financial Robby semakin terjepit, karena harus

menghidupi

seorang istri dan tujuh anak. Ditengah krisis tersebut, rekan bisnisnya mengenalkan
Robby dengan seorang wanita, yang menurutnya memiliki koneksi dan relasi bisnis
luas sampai ke pejabat tinggi dan keluarga Cendana. Harapan mereka saat itu adalah
nama besar Robby Sugara sebagai artis berwajah ganteng bisa membuat wanita itu
tertarik memberikan banyak bisnis besar pada mereka. Harapannya tekabul, wanita
itu langsung tertarik pada Robby Sugara. Bahkan bukan hanya sampai di bisnis saja,
hubungan pribadi Robby dan wanita tersebut semakin hari semakin dekat, dan
keluarga semakin terabaikan. Puncaknya Robby pergi jauh dari Jakarta dan
menikmati hidup dengan wanita tersebut. Robby meninggalkan Bertha istrinya
beserta tujuh anaknya, yang paling kecil berusia 9 bulan. ( www.lintasberita.com )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Saat menuturkan kesaksian diatas pada salah satu perkumpulan pengusaha
di Surabaya, dia bercerita bahwa saat itu dirinya dihadapkan pada 2 pilihan,
kehidupan yang lebih baik dengan status financial yang lebih tinggi atau menjaga
komitmen pernikahannya dengan istri dan ketujuh anaknya. Jika Robby memutuskan
untuk kembali kepada keluarganya, maka dia harus menanggung hutang perusahaan
yang besar dan biaya makan serta sekolah anak-anaknya. Akhirnya nama besar serta
iming-iming kehidupan financial yang baik bersama rekan bisnisnya yang baru
membuat Robby menghianati komitmen pernikahanya.
Perselingkuhan tentunya akan merugikan salah satu pihak dalam
hubungan tersebut, khususnya dari pihak pasangan yang merasa telah memegang
teguh komitmen tersebut. Selanjutnya, dampak berupa kemunduran hubungan suami
dengan istri dalam suatu pernikahan adalah hal yang akan terjadi. Saat itu kualitas
dan kuantitas komunikasi akan semakin menurun seiring juga tumbuhnya kebencian
dan dendam atas apa yang menimpa hidup masing-masing. Pada masa-masa seperti
ini pemulihan biasanya semakin sulit terjadi, karena pasangan cenderung untuk tidak
mau berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Mereka menghindari masalah
yang sedang terjadi, cenderung lari dari kenyataan dan menilai diri sendiri maupun
pasanganya menurut persepsinya masing-masing. ( Julia T. Wood, 2004 : 306-307 )
Namun pemulihan hubungan dalam keluarga yang pernah retak atau
bahkan telah hancur, bukanlah hal yang mustahil. Rumah tangga artis Robby Sugara
dengan Bertha, istrinya adalah salah satu yang berhasil pulih dari kehancurannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Robby yang akhirnya meninggalkan Bertha dan anak-anaknya selama 14 tahun
karena berselingkuh dengan rekan bisnisnya akhirnya kembali kepada keluarganya
dan saat ini pasangan tersebut telah mengalami pemulihan masalah rumah tangga
mereka yang luar biasa.
Robby sempat menuturkan tentang kerinduan terhadap ke tujuh anaknya
yang

telah

membawanya kembali kepada

keluarganya dan

meninggalkan

selingkuhannya beserta segala kemewahan hidup. Pada awalnya kesaksian Robby
masalah financial adalah masalah utama yang dia pergi meninggalkan keluarganya
saat itu. Krisis financial tersebut salah satunya juga akibat dari banyaknya anak yang
dimiliki Robby bersama Bertha istrinya. Disini, anak bisa jadi penyebab terjadinya
keretakan dalam keluarga namun juga bisa menjadi pemersatu yan ampuh dalam
keluarga. Dalam pembahasan Julia T. wood tentang Family Life Cycle dia
menuliskan tentang keretakan yang mungkin dialami oleh keluarga, baik yang tidak
bisa memiliki anak maupun yang mempunyai anak dalam suatu keluarga. Anak
dalam keluarga dapat memberikan kebahagiaan, namun juga dapat berpotensi
menjadi akibat dari keretakan dalam rumah tangga.
Tidak sedikit suami istri yang berselingkuh memiliki keinginan untuk
lepas dari pasangan selingkuhannya dan kembali kepada keluarganya, namun ada
banyak hal yang menghalangi, mulai dari ego ataupun hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi. Peneliti juga menemui pasangan suami istri berselingkuh yang rindu
mengalami pemulihan dalam rumah tangga mereka, namun hingga kini konflik dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

pertengkaran masih terus mewarnai hubungan mereka. Beberapa dari mereka bahkan
sudah lebih dari 5 tahun berjuang melewati masa-masa yang berat tersebut, hanya
saja belum bisa membangun hubungan yang berkualitas seperti Robby Sugara.
Namun pemulihan bukan hal yang mustahil karena keluarga adalah system
kemanusiaan sehingga mereka mempunyai potensi untuk bertumbuh dan berubah kea
rah yang diusahaka, meskipun beberapa perubahan akan membutuhkan usaha, rasa
sakit, dan resiko yang lebih besar.
Salah satu ukuran pemulihan keluarga yang bisa dipakai adalah
keberhasilan pasangan tersebut menjadi sebuah keluarga yang sehat pasca
perselingkuhan, atau yang disebut Galvin sebagai functional family. Dalam bukunya,
Family Communcation : Coeson and Change, Galvin tidak memberikan definisi
secara langsung terhadap keluarga yang fungsional ini, namun ada pola-pola yang
diberikan oleh Galvin sebagai ukuran terhadap kesehatan keluarga. Pola itu meliputi :
penghargaan terhadap sesama anggota keluarga yang tinggi ; komunikasi yang terjadi
secara langsung, jelas, spesifik, dan jujur; peraturan yang ada cenderung fleksibel,
berperikemanusiaan, layak, dan bisa berubah; keluarga ini juga memiliki hubungan
ke lingkungan social mereka dengan baik dan terbuka. ( Kathleen M. Galvin, 1992 :
312 )
Dari berbagai pendekatan yang ada di buku tersebut, kita bisa melihat
hubungan komunikasi yang baik antara anggota keluarga selalu menjadi topic utama
dalam berbagai pemulihan program keluarga yang ditulis di buku tersebut. Dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

hubungan keluarga yang baik kita bisa juga menemukan peran orangtua juga mertua
dalam membantu proses membangun hubungan keluarga menuju functional family.
Meskipun dalam buku trsebut tidak dibahas secara mendalam tentang kasus-kasus
pemulihan keluarga yan mengalami perselingkuhan, namun ada 5 unsur yang penting
disimpulkan oleh Galvin.
Menurut Galvin, dalam meningkatkan hubungan keluarga kita perlu
menaruh perhatian pada hal-hal berikut : komunikasi yang berempati, penghargaan
terhadap perasaan masin-masing, kemampuang dalam mengungkapkan sesuatu,
keterbukaan diri, dan fleksibilitas behavioral atau perubahan dan pembentukan
kebiasaan – kebiasaan baru yang lebih membangun. Bahkan dalam kesimpulan yang
diberikan Galvin, pembentukan dan pengarahan terhadap kemampuan berkomunikasi
mendapat penekanan yng lebih. Hal ini menunjukan pentingnya komunikasi dalam
meningkatkan maupun menjaga kualitas hubungan dalam keluarga.
Disini peneliti akan melihat lebih jauh tentang kekuatan komunkasi dalam
hubungan pasangan suami istri, yang bukan saja telah mengalami kemunduran,
namun yang sudah hancur karena perselingkuhan. Pola komunikasi yang digunakan
dari hari ke hari akan sangat menentukan arah hubungan suami istri yang sedang
dibangun kembali dari awal ini. Dalam beberapa kasus seringkali ditemui pasanganpasangan yang memulai pemulihan mereka dengan tekad baja, namun mengalami
banyak kegagalan karena menemui hambatan daam berkomunikasi dengan pasangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara mendalam
dengan para pasangan yang telah pernah mengalami perselingkuhan dalam keluarga.
Setiap pasangan dalam penelitian ini pernah mengalami goncangan dalam rumah
tangga mereka akibat perselingkuhan, mereka disakiti dan ditinggalkan oleh
pasangannya. Namun sekarang mereka telah mengalami pemulihan dan memiliki
keluarga yang sehat, beberapa diantara mereka bahkan menjadi konselor dan
membimbing banyak pasangan menuju pemulihan seperti yang mereka alami.
Hal-hal yang harus dilewati tentunya adalah permintaan maaf akan
kesalahan di masa lalu, namun pihak yang disakiti harusrela menerima permintaan
maaf dengan lapang dada kembalinya pasangan yang telah berselingkuh. Begitu juga
pelaku perselingkuhan juga harus meninggalkan pasangan selingkuhannya dan
berkomitmen untuk tidak akan kembali ataupun mengulang kesalahan yang sama. Hal
ini tentunya juga diimbangi leh pihak pasangan yang telah disakiti untuk memberikan
kesempatan belajar dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan terkait dengan
perselingkuhan di masa lalu.
Pasangan pasca perselingkuhan yang berhasil pulih tentunya mempunyai
pola komunikasi yang produktif dalam membangun hubungan pernikahan mereka
kembali, karena luka yang ada akibat perselingkuhan tidaklah mudah sembuh.
Bayang-bayang penghianatan yang pernah terjadi tentunya akan kerap menghantui
pemulihan yang diinginkan oleh setiap pasangan. Pertengkaran dan saling
mengungkit kesalahan masing-masing sangat mungkin terjadi, karena komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

diantara mereka tidak akan serta merta puli seperti janji pernikahan yang baru saja
diucapkan. Permintaan maaf dan penyesalan adalah langkah awal, akan tetapi tidak
bisa begitu saja dijadikan sbagai landasan hubungan yang berhasil di kemudian hari.
Cara komunikasi yang mereka gunakan dalam menjaga serta membangun hubungan
kembali rumah tangga pasangan suami istri pasca perselingkuhan inilah yang akan
menjadi point dari penelitian ini.
Setelah pasangan melewati masa-masa gelap dalam kehidupan pernikahan
karena perselingkuhan, pemulihan yang telah terjadi harus terus dibangun dengan
baik menuju hubungan yang lebih tinggi, bahkan jika mungkin melebihi hubungan
romantic sebelum perselingkuhan. Dalam beberapa rumah tangga, suami istri mulai
mengidentifikasi

masalah-masalah

yang

ada

merencanakan

strategi

untuk

mengatasinya. Apabila kekerasan dan kata-kata kasar selama ini menjadi
permasalahan dalam hubungan mereka, maka pasangan tersebut harus mulai berlatih
untuk tidak saling menyakiti seperti dulu lagi, mereka mau tidak mau harus mulai
belajar untuk tidak menggunakan kata-kata kasar dan menjadikan kekerasan fisik
untuk setiap jalan keluar permasalahan, satu hal yang juga mmpengaruhi cepat
lambatnya pemulihan adalah kemampuan pasangan untuk mengendalikan diri dan
tidak mengungkit-ungkit kesalahan masalalu dari pasangan yang berselingkuh.
Selanjutnya hal-hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah
mencari dan menyediakan waktu – waktu yang berkualitas untuk dihabiskan bersama,
misalnya untuk makan, karaoke, rekreasi, atau sekedar berbincang-bincang satu sama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

lain. Kegiatan tersebut juga akan membangun komunikasi dalam keluarga jika antara
anak dan orang tua ada waktu untuk bersama, seperti ibu yang sering berkomunikasi
dengan anak perempuanya seputar kehidupan romantic ataupun untuk sekedar pergi
berbelanja bersama, lalu anak laki-laki dengan ayah nya membangun keintiman
dalam kegiatan dalam hobby yang sama. Galvin juga menuturkan tentang dampak
positif dari bulan madu kedua bagi pasangan – pasangan yang ingin meningkatkan
hubungan pernikahan mereka.
Pola komunikasi pasangan suami istri pasca perselingkuhan dalam
membangun keluarga yang sehat inilah yang menjadi perhatian utama dalam
penelitian ini. Secara ringkas bila dikatakan, peneliti ingin menggambarkan pola
komunikasi pasangan dalam memperbaiki hubungan mereka pasca perselingkuhan
dan serta membangun hubungan rumah tangga mereka hingga menjadi keluarga yang
sehat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola komunikasi suami-istri pasca perselingkuhan dalam
mempertahankan rumah tangga?
1.3 Tujuan Penelitian
Menggambarkan pola komunikasi suami istri pasca perselingkuhan dalam
mempertahankan rumah tangga mereka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran bagaimana pola
komunikasi yang bisa dipakai pasangan suami istri pasca perselingkuhan
dalam mempertahankan rumah tangga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Komunikasi
Istilah komunikasi, berasal dari kata Latin Comminicare atau communis

yang berarti sama ataumenjadikan milik bersama. Dalam komunikasi terdapat
istilah komunikator yaitu menyampaikan pesan, sedangkan Komunikan yaitu
orang yang menerima pesan. Berikut beberapa definisi komunikasi menurut
beberapa ahli yaitu :
1. Komunikasi

adalah

proses

yang

memungkinkan

seseorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang –
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (Komunikan).
( Carl I. Hovland )
2. Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku penerima. ( Everett M. Rogers )
3. Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang
atau lebih (Tubbs & Moss ). ( Mulyana, 2005 )

2.1.2

Penger tian Komunikasi Inter per sonal
Menurut Muhamad (1995:158), komunikasi interpersonal merupakan

komunikasi didalam diri. Di dalam diri manusia terdapat komponen-komponen

16
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

komunikasi seperti sumber, pesan, saluran penerima dan balikan. Dalam
komunikasi interpersonal hanya seorang yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir
dalam diri individu masing-masing. Komunikasi interpersonal mempengaruhi
komunikasi hubungan orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula
dari diri orang.
Setelah melalui proses interpersonal tersebut,

maka pesan-pesan

disampaikan kepada orang lain. Menurut Muhamad (1995:159), Komunikasi
interpersonal

merupakan proses pertukaran informasi antara individu dengan

individu lainnya, atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. Dengan bertambahnya orang-orang yang terlibat dlam berkomunikasi,
menjadi bertambah komplekslah komunikasi tersebut.
Komunkasi antarpribadi didefinisikan oleh Joshep A. DeVito dalam
bukunya”The Inter-personal Communication Book” (DeVito 1989:4) sebagai
‘proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan umpan balik seketika”.
Berdasarkan definisi DeVito itu, komunikasi interpersonal dapat
berlangsung antara dua orang yang sedang berdua-dua seperti suami istri yang
sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam satu pertemuan, misalnya
anatara penyaji makalah dengan peserta seminar dan ketika seorang memberikan
nasehat kepada anaknya yang nakal, seseorang instruktur yang memberikan
petunjuk tentang cara mengoprasikan sebuah mesin, dan sebagainya. Pentingnya
situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan
berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antar pribadi yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

menunjukan adanya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi dalam
bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar
secara bergantian. Dalam proses dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku
komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan
empati. Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial,
melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang
wajib, berhak, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.
Dibanding dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya

komunikasi

antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung
tatap muka, oleh karena itu terjadi kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi
komunikator menyetir pribadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan, umpan
balik berlangsung seketika (immediat feedback) mengetahui pada saat itu
tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan, pada ekspresi wajah, dan
gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan,
kita akan terus mepertahankan gaya komunikasi, sebaliknya jika tanggapan
komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi
berhasil.
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan itulah, maka bentuk komunikasi antarpribadi acapkali
dipergunakan

untuk

melontarkan

komunikasi

persuasif

(persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang
sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan dan rayuan. Dengan demikian maka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

setiap pelaku komunikasi akan melakukan empat tindakan, yaitu membentuk,
menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan dan mengolah pesan dan keempat
tindakan tersebut lazimnya berlangsung secara berurutan, oleh karena itu
membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan tujuan
tertentu.

2.1.3

Efektivitas Komunikasi Inter per sonal
Menurut

Joseph A.

DeVito

dalam

bukunya

The

Interpersonal

Comunication Book yang dikutip oleh Soemiati ada beberapa hal yang
mendukung terciptanya efektivitas dalam komunikasi interpersonal yaitu :
1. Keterbukaan
Yakni adanya kemauan untuk membuka diri dalam menyatakan tentang
keadaan dirinya sendiri yang tadinya tepat disembunyikan yang berhubungan
dengan komunikasi pada saat itu serta keterbukaan dalam member tanggapan
secara spontan dan tanpa dalih terhadap komunikasi dan umpan balik orang
lain.
2. Empati
Sebagai suatu perasaan individu yang merasa sama seperti yang dirasakan
orang lain (menempatkan diri pada posisi orang lain).
3. Dukungan
Yakni suatu dukungan situasi terhadap kritik maupun caci maki.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

4. Rasa positif
Dimana komunikasi akan positif bila dirasakan situasi yang positif sehingga
mau aktif dan membuka diri.
5. Kesamaan
Kesamaan baik dalam bidang pengalaman seperti sikap, perilaku, nilai, dan
sebagainya.

2.1.4

Penger tian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat, sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004 : 1)
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang mengkaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana
yang meliputi langkah – langkah pada suatu aktifitas dengan komponen komponen yang merupakan bagian terpenting hubungan komunikasi antar
manusia atau kelompok dan organisasi.
Terdapat empat pola komunikasi antara suami intsri menurtu Joseph A.
Devito (2007 : 277-278) mempunyai empat dasar komunkasi akan diperkenalkan
dan tiap hubungan perorangan akan menunjukan sebagai suatu perubahan pada
satu dari pola dasar adalah :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

1. Pola keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya,
tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada
hubungan yang penting. Komunikasi yang terjalin antara suami istri
sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin ataupun
yang dipimpin, karena semua anggota kedudukannya sama.
2. Pola keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga
(suami-istri) mempunyai orientasi diatas daerah atau wewenang yang
berbeda. Masing-masing suami istri adalah sebagai pembuat keputusan
konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan
ancaman oleh si suami atau istri karena keduanya memiliki keahlian
sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.
Dalam pola ini, suami dan istri memiliki keahlian masing-masing,
sehingga antara suami istri yang sedang mengalami masalah, tidak akan
saling meminta bantuan kepada pasangannya karena mereka mengerti
akan kemampuan dan keahlian pasangannya dalam menyelesaikan
konflik.
3. Pola pemisah tidak seimbang
Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si suami atau
istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur
mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat
antara kedua belah pihak (si suami atau istri). Sedangkan anggota

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

keluarga (si suami atau istri) yang dikendalikan membiarkannya untuk
memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan.
Antara suami dan istri, ada salah satu pihak yang mendominasi, akan
tetapi antara suami dan istri tidak memonopoli proses komunikasi yang
terjadi. Mendominasi akan tetapi tetap memberikan kesempatan bagi
pasangannya untuk membuat keputusan. Dalam pola ini, kesenjangan
antara suami dan istri masih bisa diatasi, karena pasangan suami istri
masih menghormati dan menghargai pasangannya.
4. Pola monopoli
Pola komunikasi keluarga monopoli ini, salah satu anggota keluarga
(bisa istri ataupun suami) tampak sebagai pemilik otoritas. Dalam
keluarga, hanya akan muncul sedikit argumen atau opini, karena semua
anggota keluarga tahu siapa yang memimpin dan siapa yang akan
menang argumennya. Konflik akan semakin pahit karena anggota
keluarga tidak terlatih untuk membuat sebuah penyelesaian konflik.
2.1.5

Infor man
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Riset kualitatif tidak bertujuan

untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih kontekstual dan
kaustik yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan.
Karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset
kualitatif disebut informan atau subyek penelitian (Krisyantono, 2007 : 161)
Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subyek penelitian
yaitu pasangan suami istri yang berselingkuh baik pada pihak istri maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

suami yang memiliki perbedaan dari segi budaya, kepercayaan, usia, dan
jenjang pendidikan hingga pada pasangan yang tidak memiliki perbedaan
tersebut karena dari segi usia, keyakinan, dan tingkat pendidikan pada posisi
yang setara.

2.1.6

Penger tian Pernikahan
Pernikahan menurut Nowan, adalah ungkapan iman, yaitu terjadi persatuan

dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang menaruh makna dan
kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya (Nowan, 2007:105).
Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah kesatuan
peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami hambatan
atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan sehingga
terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan peran tersebut.
Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus menggantikannya mengurus
anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
Ketika suami istri berikrar untuk menikah, berarti masing-masing
mengikatkan diri pada pasangan hidup. Kebebasan sebagai individu dikorbankan,
pernikahan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan panjang untuk
mencapai tujuan yang disepakati berdua. Tiap pasangan harus belajar mengenai
kehidupan bersama dan harus menyiapkan mental untuk menerima kelebihan
sekaligus kekeurangan pasangannya dengan kontrol diri yang baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Suami istri adalah dua insan yang berbeda dalam hampir segala sifatnya.
Sifat-sifat berbeda diantar keduanya sulit dipersatukan kecuali ada kesadaran diri
untuk saling memahami satu sama lain. Salah satu ketidakcocokan dalam keluarga
khususnya suami istri disebabkan karena adanya perbedaan pendapat yang
memicu timbulnya konflik.

2.1.7

Penger tian Suami-Istr i
Suami dapat diibaratkan sebagai tiang dalam keluarga karena suami yang

bertanggung jawab penuh kepada keluarga terutama istri. Suami harus
menghormati dan menghargai istrinya begitu juga sebaliknya. Sebagai seorang
suami, sudah seharusnya menjadi pendorong utama terhadap istri dalam beribadah
dan beragama. Seorang istri sejatinya menjadi pasangan sumber kekuatan bagi
suaminya untuk melaksanakan ibadah dan ritual yang diajarkan agamanya.
Istri adalah perempuan yang harus menjadi pendamping dan mendampingi
suami dalam bahtera rumah tangganya. Istri harus mampu menjadi sahabat dan
kawan dalam suka maupun duka bagi suaminya. Kewajiban dan tugas seorang
istri adalah menjadi “psikologis” bagi suaminya yang sedang resah, stress dan
depresi dalam persaingan dan kompetisi bisnis dan pekerjaan kantor. Begitu
pentingnya fungsi istri sebagai pendamping kebahagiaan suami ( Mohammad
Monib dan Ahmad Nurcholis, 2008:193-194).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2.1.8

Peranan Suami-Istri
Suami istri secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam suatu

keluarga. “Apakah peranan masing-masing” menurut (Dagun, 1990:46)
a.

b.

2.1.9

Peranan Suami :
1.

Sumber kekuasaan dasar identifikasi

2.

Penghubung dengan dunia luar

3.

Pelindung terhadap ancaman dari luar

4.

Pendidik segi rasional

Peranan Istri :
1.

Pemberi aman dan sumber kasih sayang

2.

Tempat mencurahkan isi hati

3.

Pengatur kehidupan rumah tangga

4.

Pembimbing kehidupan rumah tangga

5.

Pendidik segi emosional

6.

Penyimpan tradisi

Hubungan Romantis Ber komitmen dalam Per nikahan
Saat lahir kedunia, kita tidak bisa memlih siapa yang akan menjadi

keluarga atau ibu yang melahirkan kita, saat masuk ke bangku sekolah, kita juga
tidak dapat memilih teman – teman yang akan belajar satu kelar dengan kita, saat
kita membeli rumah di atu bagian kota tertentu, kita juga tidak bisa menentukan
siapa saja yang akan menjadi tetangga kita di daerah tersebut. Banyak hubungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

yang terjadi begitu saja tanpa kita bisa memilih dengan siapa kita akan
berinteraksi dalam lingkungan kita, begitu pula dalam lingkungan bekerja
Berbeda dengan hubungan romantic yang berkomitmen, yang secara
khusus dalam penelitian ini adalah hubungan suami – istri dalam pernikahan, kita
memiliki hal maupun kesempatan untuk memilih dengan siapa kita akan membagi
sisa hidup yang ada. Kita bisa memilih siapa yang akan menjadi istri atau suami
kita, seseorang yang akhirnya akan bersama – sama dengan kita membangun
sebuah rumah t