Studi Deskriptif Mengenai Parasocial Relationship (PSR) pada Penggemar Super Junior (ELF) Berusia 11-20 Tahun di Kota Bandung.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran relasi parasosial pada penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung. Penarikan sampel menggunakan accidental sampling, yang dilakukan selama 2 minggu kepada 65 orang penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan menggunakan teori Riva Tukachinsky, Ph.D., berupa data utama mengenai dua bentuk relasi parasosial, yaitu parasocial friendship (PSF) dan parasocial love (PSL) serta data penunjang mengenai faktor-faktor yang memengaruhi relasi parasosial. Kuesioner ini terdiri dari 26 item untuk PSF dan 26 item untuk PSL, yang memiliki validitas antara 0,244 sampai 0,756 dan reliabilitas antara 0,923 sampai 0,926.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah persentase penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung yang mengalami PSF dengan derajat yang tinggi hampir seimbang dengan jumlah persentase penggemar Super Junior (ELF) yang mengalami PSF dengan derajat yang rendah. Selain itu mayoritas penggemar Super Junior (ELF) juga mengalami PSL dengan derajat yang rendah. Pada penelitian ini juga diperoleh gambaran profile relasi parasosial, yaitu tidak ada perbedaan signifikan pada ELF yang berada pada profile PSF & PSL rendah dengan profile PSF & PSL tinggi. Berdasarkan hasil tabulasi silang, faktor yang berpengaruh terhadap PSF dan PSL adalah kesamaan dengan Super Junior, intensitas yang digunakan untuk mencari informasi mengenai Super Junior, dan keterlibatan dengan kelompok penggemar.

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian mengenai parasocial interaction (PSI) untuk mendapatkan gambaran lebih jelas dan juga turut melakukan penelitian lebih mendalam mengenai parasocial relationship terutama dengan keterkaitannya dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Kepada ELF Bandung, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai pengidolaan yang dialami oleh ELF sehingga membantu ELF dalam meminimalisir dampak dari PSR terutama yang berhubungan dengan membatasi waktu dalam menggunakan media untuk mencari informasi mengenai idola. Kepada orangtua, peneliti mengajukan saran untuk memberikan pengawasan dan pengarahan kepada anak dalam pengidolaan.


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research was done to find out the illustration of parasocial relation on Super Junior fans club (ELF) at the age between 11-20 years old in Bandung. Samples were gathered using accidental sampling, which was done for 2 weeks on 65 samples of Super Junior fans (ELF) at the age between 11-20 years old.

Method used in this research was descriptive method. The instrument used was a questionnaire made by the researcher using a theory from Riva Tukachinsky, Ph.D. in the shape of primary data about two forms of parasocial relations, and those are parasocial friendship (PSF) and parasocial love (PSL), plus additional data about factors that affect parasocial relations. The questionnaire consists of 26 items about PSF and 26 items about PSL, with validity have between 0.244 to 0.756 and reliability have between 0.923 to 0.926.

Results shown that the percentage of Super Junior’s fans (ELF) between

11-20 years old in Bandung has experienced PSF in high degree almost tied with the percentage of Super Junior fans (ELF) that experienced PSF in low degree.

Beside that, the majority of Super Junior’s fans (ELF) also experienced PSL in

low degree. This research has also procured the profile of parasocial relations, which was: there is no significant difference between ELF with low PSF &PSL and ELF with high PSF & PSL. Based on the result of cross tabulation, factors that affect PSF and PSL are the similarities with Super Junior, the intensity used to find information about Super Junior, and the involvement with fans.

Suggestions admitted by researcher for the next research are to do research about parasocial interaction (PSI) to obtain clearer results and also to do more deeper study about parasocial relationship, especially about its relation with affecting factors. To ELF Bandung, the researcher is hoping that this research gives knowledge about idolizing and so helps you to minimalizing effects from PSR, especially by limiting the time spent in finding information about idols. To the parents, the researcher suggests to supervise and direct your children in the case of idolizing.


(3)

iii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman Judul Lembar Persetujuan Kata Pengantar

Abstrak ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Bagan ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12

1.5 Kerangka Pemikiran ... 13


(4)

iv

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Relasi Parasosial (Parasocial Relationship) ... 25

2.1.1 Perkembangan Relasi Parasosial ... 25

2.1.2 Konsep Relasi Parasosial Menurut Tuchakinsky ... 28

2.1.2.1Komponen Relasi Parasosial ... 29

2.1.3 Proses Terbentuknya Relasi Parasosial ... 30

2.1.4 Karakteristik Individu yang Mengalami Relasi Parasosial ... 32

2.1.5 Faktor yang Memengaruhi Munculnya Relasi Parasosial ... 34

2.1.6 Dampak Parasosial ... 37

2.2 Masa Remaja ... 38

2.2.1 Teori Operasional Formal Piaget ... 40

2.3 Teori Psikososial Erikson ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 45

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 45

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46

3.3.1 Variabel Penelitian ... 46

3.3.2 Definisi Konseptual ... 46

3.3.3 Definisi Operasional ... 47

3.4 Alat Ukur ... 48

3.4.1 Alat ukur Relasi Parasosial ... 48


(5)

v

Universitas Kristen Maranatha

3.4.3 Prosedur Pengisian ... 49

3.4.4 Sistem Penilaian ... 50

3.4.5 Data Pribadi ... 52

3.4.6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 53

3.4.6.1 Uji Validitas ... 53

3.4.6.2 Uji Reliabilitas ... 55

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.5.1 Populasi Sasaran ... 56

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 56

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 56

3.6 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 58

4.1.1 Berdasarkan Usia ... 58

4.1.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.1.3 Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 59

4.1.4 Berdasarkan Lama Waktu Pengidolaan ... 59

4.1.5 Berdasarkan Intensitas Mencari Informasi ... 60

4.1.6 Berdasarkan Keterlibatan Kelompok Fans ... 60

4.2 Gambaran Bentuk Parasocial Relationship Responden ... 61


(6)

vi

Universitas Kristen Maranatha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

5.2.1 Saran Teoritis ... 77

5.2.2 Saran Praktis ... 77

Daftar Pustaka ... 79

Daftar Rujukan ... 81 Lampiran


(7)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 22 2.1 Proses Pembentukan Relasi Parasosial (Giles, 2003) ... 30 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 45


(8)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur ... 49

3.2 Tabel Penilaian Alat Ukur Kuesioner ... 50

3.3 Tabel Kategorisasi PSF ... 52

3.4 Tabel Kategorisasi PSL ... 52

3.5 Tabel Kriteria Reliabilitas ... 55

4.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 58

4.2 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.3 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 59

4.4 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Lama Waktu Pengidolaan ... 59

4.5 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Intensitas Mencari Informasi .... 60

4.6 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Keterlibatan Kelompok Fans .... 60

4.7 Tabel Gambaran Bentuk PSR ELF ... 61


(9)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 2: Kuesioner Parasocial Relationship Lampiran 3: Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4: Distribusi Frekuensi

Lampiran 5: Tabulasi Silang dengan Faktor Penunjang Lampiran 6: Gambaran Responden


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia hiburan di tanah air berkembang dengan cukup pesat. Beragam acara di televisi ditayangkan, mulai dari acara talk show, sinetron/drama, live music, hingga acara reality show. Program-program yang disajikan bukan hanya yang berasal dari Indonesia, namun program-program yang berasal dari negara di luar Indonesia. Beberapa program yang disiarkan di Indonesia merupakan adaptasi dari program-program yang terlebih dahulu sudah disiarkan di luar negeri.

Salah satu negara dengan kemajuan dunia hiburan yang berkembang cukup pesat saat ini adalah Korea Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya penggemar artis-artis Korea di beberapa negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia. Belum ada data statistik resmi yang menunjukkan jumlah penggemar artis-artis Korea di Indonesia. Jumlah penggemar dapat tergambar dari jumlah pengikut akun twitter @koreanindo sebanyak 156.385 orang di Indonesia (Twitter, 2014).

Contoh lain yang menunjukkan perkembangan dunia hiburan Korea Selatan adalah dengan populernya lagu Gangnam Style yang dibawakan oleh Psy. Bukan hanya masyarakat awam namun selebriti dan pejabat dunia juga membicarakan fenomena Gangnam Style tersebut. Dalam artikelnya, Dianing Sari (2012, dalam tempo.com) menyebutkan sejumlah nama artis dunia seperti Katy Pery, Josh


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha

Groban, Justin Bieber dan Ellen DeGenners yang turut menuliskan pendapatnya mengenai Gangnam Style melalui jejaring sosial Twitter. Selain itu, Cornila Desyana (2012, dalam tempo.com) juga menyebutkan sejumlah nama pejabat dunia yang ikut bergoyang Gangnam Style, yaitu Sekertaris Jendral PBB, Ban Ki Moon dan CEO Google. Inc, Eric Schimdt.

Fenomena Gangnam Style tersebut merupakan salah satu contoh dari fenomena Hallyu/ Korean Wave. Korean Wave adalah istilah buatan yang bermakna pengaruh budaya modern Korea di negara-negara lain. Penyebaran Korean Wave ke seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital dan juga sosial media, seperti Youtube, Social Network Sites (SNSs), dan juga oleh teknologi ponsel pintar atau smartphone yang memudahkan orang-orang untuk mengakses berita-berita mengenai perkembangan terkini (Yong Jin 2012, dalam Citra Octricia 2013). Di Indonesia fenomena Korean Wave dimulai dengan ditayangkannya beberapa drama Korea di layar televisi Indonesia, dan kini Korean Pop (K-Pop) juga memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia. K-Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan.

Masyarakat Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap musik mendapatkan pengetahuan baru dengan bermunculannya boyband, girlband, dan band yang berasal dari Korea Selatan yang dikemas dalam bentuk yang berbeda dari yang biasa disajikan oleh band-band atau penyanyi di Indonesia. Daya tarik yang menjadi keunggulan dari boyband, girlband, dan band yang berasal dari Korea Selatan adalah style musik mereka yang easy listening yang disertai dengan performance panggung yang menarik baik costume, dance, dan property yang


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

digunakan. Selain itu artis K-Pop juga memiliki tampilan fisik yang menarik, wajah yang tampan atau cantik dan postur tubuh yang proporsional sehingga enak dipandang oleh mata. Kelebihan lainnya selain jago dalam hal bernyanyi, mereka juga memiliki keahlian dalam berakting.

Keunggulan tersebut membuat banyak masyarakat Indonesia terutama remaja Indonesia mengidolakan boyband, girlband dan band Korea tersebut. Menurut Budayawan Arswendo Atmowiloto, fenomena remaja Indonesia mengidolakan K-Pop dinilai sebagai pergeseran budaya secara industrialisasi (Datu, 2012). Keberagaman budaya yang ada di Indonesia membuat masyarakat Indonesia terutama remaja Indonesia mudah mengadaptasi sesuatu yang dinilai baru bagi remaja tersebut. Hal yang diadaptasi tersebut bermacam-macam, seperti misalnya nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan remaja. Hal tersebut membuat remaja di Indonesia sangat mudah terinternalisasi. Tak heran remaja Indonesia dapat dengan mudah mengalami pengidolaan dengan selebriti, namun sewaktu-waktu hal tersebut dapat surut seiring berlalunya waktu dan bermunculannya hal lain yang lebih menarik.

Selain itu, pengidolaan juga dapat terjadi karena kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan sosok yang dapat dijadikan panutan atau model dalam hidupnya. Terutama pada remaja yang berada pada tahap perkembangan identity vs identity confusion, yang sedang berada di tengah-tengah krisis identitas, akan mencari model untuk diidolakan/ ditiru (Erikson, dalam Stever 2011). Kehadiran selebritis dapat menjadi wadah bagi remaja membantu individu mengembangkan identitas yang diinginkan oleh individu. Begitu juga


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha

dengan remaja yang mengidolakan boyband, girlband dan band Korea Selatan, dapat menemukan identitas yang diinginkan melalui pengidolaan terhadap artis Korea Selatan. Identitas tersebut dapat diperoleh dari nilai-nilai yang dipegang oleh artis yang kemudian diinternalisasikan ke dalam kehidupan remaja. Termasuk juga mengenai identitas gender seorang remaja. Saat ini banyak pandangan yang mengatakan bahwa idealnya menjadi seorang perempuan atau laki-laki adalah menjadi seperti artis Korea, dengan tampilan wajah yang mulus, bentuk badan yang proposional dan menarik. Hal tersebut membuat banyak remaja perempuan Indonesia melakukan perawatan dan melakukan diet ketat untuk mendapatkan tampilan seperti artis Korea. Begitu juga dengan laki-laki yang menginginkan wajah mulus, badan proposional dan tampilan fashion seperti artis korea.

Pengidolaan dapat terjadi pada perempuan maupun laki-laki dengan objek pengidolaan dari domain yang berbeda-beda. Objek pengidolaan (idolization) sendiri dapat berasal dari domain yang bervariasi seperti dari dunia olahraga, hiburan, musik, politik dan agama. Juara olahraga, aktris/aktor, bintang pop, pemimpin politik dan agama dapat dijadikan figur idola (Raviv et al. 1996). Begitu juga dengan boyband, girlband dan band-band Korea yang dapat menjadi idola bagi banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia.

Penggemar K-Pop beraneka ragam dan tergabung dalam kelompok penggemar atau yang disebut sebagai fandom dari masing-masing boyband atau girlband tertentu. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh salah satu perusahaan hiburan Korea Selatan, CJ E&M yang meminta pengguna media untuk


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha

memberikan suara kepada idola-idola favorit mereka. Survei ini mendapat 920.000 suara dari 18 negara yang berbeda termasuk Jepang, Rusia, Taiwan, Cina, Hong Kong, Australia, Thailand, Arab Saudi, Brazil, Perancis, Inggris, Jerman, Spanyol, Polandia, Kanada, Meksiko, dan Argentina. Hasil yang diperoleh bahwa salah satu boyband yang bernama Super Junior berada di posisi 1 di 10 negara yaitu Australia, Thailand, Arab Saudi, Brazil, Perancis, Inggris, Jerman, Kanada, Meksiko, dan Argentina. Super Junior menjadi peraih posisi 1 dengan suara terbanyak.

Super Junior merupakan salah satu boyband Korea Selatan yang beranggotakan 13 orang pria dan memiliki kelompok fans/ fandom yang disebut sebagai EverLasting Friends (ELF). Nama penggemar Super Junior selanjutnya akan peneliti sebut dengan ELF. Super Junior adalah salah satu artis Korea Selatan yang paling sering melakukan kunjungannya ke Indonesia. Hal ini membuat nama Super Junior menjadi tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia. Tercatat, bahwa Super Junior telah melakukan kunjungan sebanyak 5 kali yaitu dalam acara festival musik pop Korea pertama di Indonesia, KIMCHI (Korean Idols Music Concert Hosted in Indonesia), kemudian yang kedua pada acara konser Super Junior, Super Show 4 (SS4), yang ketiga dalam acara musik K-Pop yang diadakan oleh salah satu stasiun TV Korea Selatan KBS (Korean Broadcasting System), selanjutnya pada konser SMTOWN yang merupakan perusahaan hiburan SM Entertainment, tempat Super Junior bernaung dan yang terakhir pada konser Super Junior, Super Show 5 (SS5).


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha

Kunjungan Super Junior yang terbilang sering hadir di Indonesia membuat semakin meningkat jumlah ELF yang ada di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Database Official ELF Indonesia (dalam Thaufik, 2013) diperoleh jumlah ELF yang terdaftar berjumlah 3.451 orang, diantaranya 1.111 orang yang berusia remaja, 2.338 orang yang berusia dewasa awal, dan 2 orang yang berusia dewasa madya. Dalam diri ELF terjadi pengidolaan terhadap Super Junior yang merupakan salah satu objek pengidolaan yang menurut Raviv (1996) berada dalam domain musik atau bintang pop.

ELF dapat mengidolakan Super Junior dalam berbagai cara. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat ELF yang rela meninggalkan sekolahnya untuk menyambut kedatangan Super Junior di bandara atau untuk menonton konser Super Junior baik konser yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri, namun ada juga ELF yang mendatangi lokasi konser dengan harapan dapat melihat Super Junior keluar dari mobil, padahal ELF tersebut tidak memiliki tiket masuk tempat konser. Terdapat ELF yang menghabiskan waktu seharian bahkan sampai larut malam untuk mencari berita tentang Super Junior melalui internet dan menonton program-program yang melibatkan kehadiran Super Junior. Hal ini dapat mengganggu pendidikan ELF dan membuat ELF membuang waktunya yang seharusnya dapat dilakukan untuk melakukan aktivitas yang lebih produktif.

Berdasarkan wawancara dan observasi pula diketahui bahwa terdapat ELF juga yang rela menghabiskan uang hingga berjuta-juta untuk membeli pernak-pernik yang berhubungan dengan Super Junior seperti album, kaos, topi, dan juga untuk menonton konser Super Junior. Terdapat ELF yang rela tidak makan untuk


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

menabung dari uang sakunya, namun ada juga ELF yang berbohong kepada orang tua agar dapat membeli tiket konser, atau memakai uang untuk membayar sekolah agar dapat melihat Super Junior. Selain itu tindakan ELF juga dapat berpotensi membahayakan diri ELF sendiri dan juga Super Junior. Terdapat ELF yang rela mengantri berdesak-desakan sampai pingsan untuk membeli tiket konser atau menanti kedatangan Super Junior di Bandara. Terdapat juga ELF yang ingin melakukan kontak fisik dengan Super Junior sampai melukai Super Junior. Terdapat ELF juga yang memiliki keinginan untuk menguntit kehidupan Super Junior, dengan berharap bahwa ELF dapat hidup di dalam asrama Super Junior supaya mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh Super Junior.

Meskipun demikian, ELF juga merasakan pengaruh positif dari mengidolakan Super Junior. ELF merasa perjuangan Super Junior dalam merintis karir dapat dijadikan contoh bagi diri ELF untuk berjuang agar dapat menjadi orang sukses seperti Super Junior. ELF juga merasakan adanya perasaan semangat ketika mendengarkan lagu-lagu Super Junior sehingga membantu ELF dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Pengidolaan yang dialami oleh seseorang membuat mereka merasa ada kedekatan dengan idolanya. Individu merasa mengenal dan memahami seperti apa idolanya, apa yang dirasakan idolanya, padahal idolanya tidak mengetahui apa-apa tentang mereka. Interaksi antara idola dan fans ini merupakan salah satu bentuk relasi parasosial. Relasi Parasosial adalah pengalaman akan keakraban, persahabatan, dan keterlibatan afektif yang kuat yang dialami oleh seseorang dalam interaksinya dengan figur media (Tukachinsky, 2010). Stever, 2013


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha

menambahkan bahwa pihak lainnya (idola) tidak mengetahui atau bahkan sama sekali tidak menyadari keberadaan pihak tersebut (fans).

Menurut Tukachinsky (2010) relasi parasosial dibagi menjadi dua bentuk/jenis hubungan, yaitu parasocial friendship (persahabatan) dan parasocial love (cinta). Parasocial friendship adalah perasaan menyukai figur media, merasakan kesetiakawanan (solidaritas) dari figur media, percaya terhadap figur media dan menginginkan adanya saling keterbukaan serta dapat berkomunikasi dengan figur media. Sedangkan parasocial love adalah keinginan yang kuat akan kehadiran figur media, merasa rindu untuk berada dekat secara fisik dengan figur media, serta keterbukaan untuk diterima dan diperhatikan.

Parasocial friendship (PSF) terdiri dari dua dimensi, yaitu communication dan support and companionship. Communication adalah keinginan individu untuk menjalin komunikasi yang terbuka dengan figur. Berdasarkan survey awal yang dilakukan 70% ELF berusaha berkomunikasi dengan Super Junior melalui media sosial Twitter seperti merespon ketika member dari Super Junior, menulis sesuatu di account Twitternya, memberikan semangat melalui Twitter, menyapa mereka melalui Twitter, dan sebanyak 30% melihat twitter untuk mengetahui keadaan member Super Junior dan mengetahui info terbaru mengenai mereka. Selain itu, 70% ELF belajar Bahasa Korea agar dapat mengerti kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Super Junior dan agar dapat berkomunikasi dengan mereka, sedangkan 30% belum belajar Bahasa Korea namun berniat untuk mempelajarinya. Support and companionship adalah keinginan individu untuk mempercayai, mendukung dan berbagi dengan figur media. Berdasarkan data


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

survey awal diperoleh bahwa 100 % ELF menyatakan mendukung Super Junior ketika banyak anti fans menjelek-jelekan mereka dengan cara mempercayai Super Junior, namun ELF menolak untuk membalas apa yang dilakukan oleh anti-fans.

Parasocial Love (PSL) juga terdiri dari dua dimensi yaitu, physical attraction yaitu ketertarikan secara fisik terhadap figur media. Sebanyak 90% ELF menyatakan bahwa semua anggota Super Junior memiliki wajah yang tampan dan menarik. Sebanyak 10% menyatakan bahwa tidak semua anggota Super Junior memiliki wajah yang tampan. Sebanyak 100% menyatakan bahwa mereka ingin bertemu dengan Super Junior secara langsung untuk berfoto, menatap, memeluk, bersalaman. Kedua adalah emotional response to the character yaitu, respon emosional terhadap figur media. Sebanyak 100% ELF merasa kesal dan membenci anti fans Super Junior. Selain itu 50% ELF juga merasa kesal dengan ELF baru karena terlihat “sok tahu” banyak hal mengenai Super Junior, ELF juga merasa cemburu ketika ada ELF baru yang menyukai bias-nya (idola ELF di antara semua member Super Junior) dan sebanyak 50% ELF merasa senang ketika ada ELF baru karena dapat bertukar pengalaman dan menambah teman yang suka terhadap Super Junior. Sebanyak 100% ELF menyatakan dengan mendengarkan lagu-lagu Super Junior atau menonton music video Super Junior dapat membuat ELF merasa semangat dan bahagia. Berdasarkan hasil survei diatas dapat dilihat bahwa, ELF dapat mengalami parasosial dengan bentuk yang berbeda, yaitu dapat mengalami parasocial love ataupun parasocial friendship.


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

Penelitian ini difokuskan pada ELF remaja yaitu yang berusia 11-20 tahun, yang berada pada tahap pemikiran operasional formal. Remaja yang berada pada tahap ini memiliki pemikiran yang bersifat abstrak (Piaget, dalam Santrock 2003). Dengan pemikiran yang bersifat abstrak ini membuat remaja mengembangkan sikap antisipatif. Menurut Piaget, tidak semua remaja berpikir secara operasional formal sepenuhnya. Piaget menyimpulkan bahwa pemikiran operasional formal baru akan tercapai sepenuhnya di akhir masa remaja yaitu usia 15-20 tahun. Hal ini yang membuat bagaimana pengidolaan pada remaja awal dan akhir dapat berbeda.

Pada remaja di bawah usia 15 tahun belum sepenuhnya berpikir secara operasional formal/ berpikir abstrak sehingga membuat cara pengidolaan remaja awal akan berbeda dengan remaja akhir. Pada ELF remaja awal mungkin dapat ditemukan bahwa ia mengidolakan Super Junior lebih terlihat bersemangat dibandingkan ELF remaja akhir, misalnya lebih terlihat histeris atau “mengebu

-gebu” ketika melihat Super Junior melalui media atau melihat langsung, atau ELF

remaja awal akan lebih mudah tergoda untuk membeli pernak-pernik yang berhubungan dengan Super Junior dibandingkan dengan ELF remaja akhir. Hal ini disebabkan, pemikiran abstrak sepenuhnya pada ELF remaja akhir menghantarkan pada sikap antisipasi yang lebih baik.

Dengan melihat fenomena mengenai ELF dan hasil survei yang menunjukkan bervariasinya relasi parasosial terhadap anggota ELF, maka peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai bentuk parasocial relationship, yaitu


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

parasocial friendship dan parasocial love pada penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran bentuk-bentuk parasocial relationship, yaitu parasocial friendship dan parasocial love pada penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud untuk memeroleh gambaran mengenai bentuk-bentuk parasocial relationship, yaitu parasocial friendship dan parasocial love pada penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memeroleh gambaran mengenai parasocial relationship pada penggemar Super Junior (ELF) berusia 11-20 tahun di Kota Bandung, yang muncul dari bentuk-bentuk parasocial relationship, yaitu parasocial friendship dan parasocial love, beserta faktor-faktor yang berkaitan.


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis :

1. Menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Sosial mengenai parasocial relationship pada penggemar Super Junior (ELF) di Kota Bandung.

2. Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai parasocial relationship dan mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada orangtua, pendidik mengenai parasocial relationship pada individu yang menjadi penggemar untuk pertimbangan dalam memberikan pengawasan.

2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai gambaran parasocial relationship pada penggemar K-Pop pada umumnya dan ELF pada khususnya dengan cara membuat artikel mengenai penelitian ini di media internet misalnya blog.


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pikir

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Manusia membutuhkan sosok yang dapat dijadikan model dalam menjalankan peran kehidupannya. Dalam tahap perkembangannya, khususnya remaja yang sedang berada di tengah-tengah krisis identitas, akan mencari model untuk ditiru/ diidolakan (Erikson, dalam Stever 2011). Model tersebut dapat berasal dari berbagai bidang, salah satunya adalah pekerja seni/ selebriti. Melalui media, individu dapat menemukan selebriti yang dianggap cocok dijadikan panutan yang menawarkan identitas yang diinginkan oleh individu. Dalam upaya mencari identitas tersebut, maka tokoh idola menjadi penting dalam kehidupan remaja. Hal tersebut mendorong kemunculan fandom atau fans club sebagai media dalam mengembangkan pengidolaannya. Salah satunya adalah fans club dari Super Junior yang disebut dengan EverLasting Friends (ELF).

Ketika ELF melihat Super Junior, awalnya akan terjadi kegiatan kognitif di dalam diri individu yang menyebabkan seorang individu membuat penilaian (judgement) terhadap Super Junior. Penilaian yang dibentuk oleh ELF dapat berupa kesukaan atau ketidaksukaan terhadap Super Junior. Penilaian dipengaruhi oleh 3 hal yaitu, penampilan fisik, karakteristik figur media dan skill (Giles, 2003, dalam Thaufik, 2013).

Penampilan fisik figur media berkaitan dengan penilaian anggota ELF terhadap Super Junior berdasarkan ketertarikan fisik tersendiri, dimulai dari tinggi badan dan berat badan yang membuat Super Junior terlihat memiliki badan yang


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha

ideal dan wajah yang dinilai tampan dan menarik. Kedua, penilaian ELF juga dipengaruhi oleh karakteristik Super Junior termasuk di dalamnya sifat, sikap, kepribadian, dan prinsip yang dimiliki oleh Super Junior yang membuat anggota ELF merasa kagum, misalnya ketika ELF menilai bahwa Super Junior ramah kepada fans, Super Junior juga merupakan pekerja keras, kompak, bersahabat terhadap ELF. Ketiga, penilaian juga dipengaruhi oleh skill yang dimiliki oleh Super Junior, yaitu di samping kemampuan Super Junior dalam bernyanyi, Super Junior juga memiliki keterampilan lain seperti dance, berakting, dan juga memainkan alat musik.

Tiga karakteristik tersebut membantu individu dalam memberikan penilaian kepada Super Junior. Penilaian dapat berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Penilaian positif terhadap Super Junior, menghantarkan ELF kepada relasi parasosial, namun penilaian negatif terhadap Super Junior membuat ELF berhenti pada tahap tersebut. Namun, penilaian tersebut dapat terus diperbaharui selama episode melihat masih dapat memungkinkan untuk terjadi. Pada tahap ini dapat saja ELF menyukai Super Junior hanya ketika terjadi episode melihat, namun dapat juga berkembang yaitu ELF menyukai Super Junior bukan hanya sepanjang episode melihat namun di luar episode melihat.

Kegiatan kognitif yang terjadi pada ELF dapat juga berupa pengetahuan ELF mengenai Super Junior. Pengetahuan yang dimiliki oleh ELF dapat diperoleh melalui pengalaman ELF sebelumnya atau dapat berasal dari media-media yang menyajikan informasi mengenai Super Junior. Interaksi ELF dengan anggota ELF lainnya juga dapat membuat pengetahuan yang dimiliki oleh ELF bertambah atau


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

dapat mengurangi ketidakpastian atas pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Penilaian dan pengetahuan yang dimiliki oleh ELF bersifat timbal balik, yang berarti ketika ELF memiliki pengetahuan mengenai Super Junior akan memengaruhi penilaian Super Junior, begitu juga sebaliknya penilaian yang dimiliki ELF akan memengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh ELF.

Penilaian dan pengetahuan yang dimiliki oleh ELF menghantarkan ELF pada kegiatan afektif. Penilaian dan pengetahuan yang positif ELF terhadap Super Junior membuat ELF mengembangkan perasaan suka terhadap Super Junior. Perasaan suka terhadap Super Junior membuat ELF membayangkan untuk melakukan interaksi dengan Super Junior, seperti membayangkan diri ELF berkenalan dengan Super Junior sehingga memacu ELF untuk membuat upaya untuk menghubungi Super Junior. Dari proses membayangkan interaksi dengan Super Junior, akan mendorong ELF berusaha membuat kontak dengan Super Junior. Salah satu upaya yang dibuat oleh ELF untuk melakukan kontak dengan Super Junior adalah bergabung dengan kelompok fans Super Junior. Kegiatan kognitif, afektif dan konatif yang terjadi pada diri ELF membuat ELF menjalin interaksi dengan Super Junior. Interaksi yang terjadi tersebut dinamakan dengan relasi parasosial.

Relasi parasosial (Tukachinsky, 2010) adalah pengalaman akan keakraban, persahabatan, dan keterlibatan afektif yang kuat yang dialami oleh seseorang dalam interaksinya dengan figur media. Ketika mengalami relasi parasosial, ELF memunculkan tingkah laku seperti memuji ketampanan dan keterampilan yang dimiliki oleh Super Junior, melihat pertunjukan konser dari Super Junior berulang


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha

kali lewat berbagai media, misalnya media internet, youtube, mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh Super Junior baik melalui MP3, CD dan DVD. Mereka juga melihat setiap kali ada tayangan di TV yang memberitakan informasi seputar Super Junior. ELF juga mencari acara lain yang dibintangi oleh Super Junior. Relasi parasosial yang dialami ELF tersebut dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu cinta parasosial (parasocial love) dan persahabatan parasosial (parasocial friendship).

Parasocial love adalah keinginan yang kuat akan kehadiran idola, merasa rindu untuk berada dekat secara fisik dengan idola, serta keterbukaan untuk diterima dan diperhatikan (Tukachinsky, 2010). Contohnya, ketika anggota ELF memuji ketampanan dari anggota Super Junior, memiliki keinginan untuk bertemu dengan Super Junior, seperti menghadiri pertunjukkan konser. Ketika menonton konser memilih tempat yang dekat dengan panggung sehingga dapat melihat lebih dekat Super Junior, memegang tangan anggota Super Junior. Banyak ELF pun meneriakkan nama anggota Super Junior yang merupakan anggota yang paling difavoritkannya (disebut dengan bias) dan mengungkapkan perasaannya kepada

Super Junior dengan mengatakan “ i love you, oppa”.

Parasocial love (PSL) memiliki dua dimensi yaitu physical attraction dan emotional response to the character. Physical attraction adalah derajat ketertarikan secara fisik terhadap idola (Tukachinsky 2010, dalam Thaufik 2013). ELF memiliki kekaguman secara fisik terhadap anggota Super Junior. Kekaguman tersebut diungkapkan ELF dengan mengatakan bahwa anggota Super Junior memiliki wajah yang tampan dan bentuk tubuh yang proporsional. Selanjutnya,


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha

emotional responses to the character adalah derajat respon emosional terhadap idolanya, termasuk kekaguman/ penghormatan kepada Super Junior dan mengalami perubahan suasana hati (Tukachinsky 2010, dalam Thaufik 2013). Hal ini terlihat saat ELF merasa kagum akan perjuangan Super Junior dalam mencapai kesuksesan karir. Perasaan berdebar-debar ketika melihat Super Junior baik secara langsung atau melalui media, ELF ikut merasa sedih ketika mendapatkan Super Junior sedang dalam musibah, dan ELF merasa senang ketika Super Junior mendapatkan penghargaan atau prestasi tertentu. Ketika derajat pada kedua dimensi dari bentuk parasocial love tersebut tinggi maka ELF mengalami parasocial love.

Bentuk relasi parasosial yang kedua adalah parasocial friendship (PSF). Parasocial friendship adalah perasaan menyukai idola, merasakan kesetiakawanan (solidaritas) dari idola, percaya terhadap idola, dan menginginkan adanya saling keterbukaan serta dapat berkomunikasi dengan figur media (Tukachinsky, 2010). Hal ini terlihat ketika ELF menunjukkan kesukaan dan solidaritasnya dengan memberikan dukungan dan penghargaan kepada Super Junior ketika mengeluarkan album/ single terbaru. Mereka memberikan pujian, dan juga membantu idola secara langsung mempromosikan album/ single tersebut dengan membeli dan juga mempromosikan melalui media massa. Parasocial friendship memilik dua dimensi yaitu communication dan support and companionship (Tukachinsky, 2010). Communication adalah derajat keinginan individu untuk menjalin komunikasi yang terbuka dengan figur media (Tukachinsky 2010, dalam Thaufik 2013). Hal ini terjadi saat ELF mencoba


(27)

18

Universitas Kristen Maranatha

mengungkapkan apa yang dirasakan olehnya kepada Super Junior dengan memberikan respon-respon terhadap pesan yang Super Junior sampaikan melalui media internet seperti misalnya twitter, keinginan ELF untuk menceritakan informasi (positif dan negatif) mengenai dirinya secara jujur dan mendalam. Support and companionship adalah derajat keinginan individu untuk memercayai, mendukung dan berbagi dengan figur media (Tukachinsky 2010, dalam Thaufik 2013). Ketika Super Junior mengalami hujatan dari anti-fans, ELF memberikan dukungan dengan mencoba melakukan klarifikasi berdasarkan sudut pandang yang ia miliki, ketika ada rumor negatif mengenai Super Junior, ELF tidak langsung memercayainya sebelum ada klarifikasi dari Super Junior secara langsung. Ketika derajat pada kedua dimensi dari bentuk parasocial friendship tersebut tinggi maka ELF mengalami parasocial friendship.

Faktor yang memengaruhi munculnya relasi parasosial, diantaranya adalah motivasi, faktor kesamaan, keinginan untuk mengidentifikasi idola, komunikasi sesama ELF, keterlibatan dalam kelompok fans/ fandom dan jenis kelamin. Motivasi yang dimiliki anggota ELF terlihat dari kebutuhan akan kepuasan sosial dan emosional yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. Motivasi yang dimiliki oleh ELF dapar bervariasi. ELF mengidolakan Super Junior dapat dikarenakan perasaan kesepian yang dimilikinya sehingga ketika ia melihat Super Junior, ia merasa tidak sendiri, namun dapat juga dikarenakan dengan menjadi ELF ia memiliki banyak teman dan dapat bertukar cerita mengenai idolanya tersebut.


(28)

19

Universitas Kristen Maranatha

Faktor kedua adalah kesamaan/ similarity dengan idola juga dapat memengaruhi bagaimana anggota ELF mengidolkan artis tertentu. Misalnya ketika anggota ELF memiliki pengalaman yang sama dengan idolanya sehingga semakin membuat ia mengagumi dan memunculkan relasi parasosial. Semakin ELF merasa sama/ mirip dengan Super Junior maka akan semakin kuat relasi parasosialnya (Thaufik, 2013).

Faktor yang ketiga adalah keinginan untuk mengidentifikasi idola. Identifikasi yang dimaksudkan adalah menjadikan idola sebagai panutan. Banyak ELF yang merasa kagum dengan perjuangan yang dilakukan oleh Super Junior dalam merintis karirnya, ELF merasa pengalaman kesuksesan Super Junior dapat dijadikan inspirasi bagi dirinya untuk mendapatkan kesuksesan dalam kehidupan masing-masing ELF.

Faktor berikutnya adalah keterlibatan dalam kelompok fans. Ketika ELF semakin intens menunjukkan keterlibatannya dalam kelompoknya maka akan semakin kuat relasi parasosial yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena faktor komunikasi yang merupakan salah satu ciri ELF terlibat/ tidak terlibat dalam kelompok. Semakin seringnya anggota ELF berkomunikasi dapat membuat pengetahuannya mengenai idola semakin bertambah dan dapat mengurangi ketidaktentuan akan berita mengenai idolanya, hal ini berkaitan dengan kegiatan kognitif pada diri ELF (Thaufik, 2013).

Faktor selanjutnya adalah komunikasi sesama fans. Ketika ELF yang satu berkomunikasi dengan ELF lain membahas mengenai rumor yang berkembang tentang Super Junior, akan membuat berkurangnya berita/ informasi yang tidak


(29)

20

Universitas Kristen Maranatha

menentu tentang Super Junior. Selain itu komunikasi antar sesama fans dapat membuat pengetahuan fans semakin bertambah. Semakin sering ELF berkomunikasi dengan ELF lainnya akan membuat pengetahuan ELF bertambah sehingga membuat relasi parasosial ELF semakin kuat.

Faktor terakhir adalah jenis kelamin. Menurut Tukachinsky (2010) jenis kelamin dapat memengaruhi relasi parasosial. Jika jenis kelamin idola berlawanan dengan anggota ELF akan membuat parasocial love lebih kuat dibandingkan parasocial friendship. Begitu juga sebaliknya ketika jenis kelamin idola sama dengan anggota ELF maka parasocial friendship lebih kuat dibandingkan dengan parasocial love.

Selain itu ada beberapa faktor demografi yang dapat memengaruhi relasi parasosial, diantaranya adalah usia, tingkat pendidikan, intensitas melihat/mencari informasi mengenai idola. Biasanya usia individu mengalami relasi parasosial adalah pada usia remaja. Usia berkaitan dengan tahap perkembangan kognitif ELF. Pada ELF remaja berada di tahap pemikiran operasional formal, ELF sudah mampu berpikir secara abstrak, namun pada remaja awal dan remaja akhir memiliki perbedaan dalam tahap pemikiran formal. Piaget mengatakan bahwa remaja awal belum sepenuhnya berada pada tahap pemikiran operasional sehingga kemampuan antisipasi yang dimiliki remaja awal akan berbeda dengan remaja akhir, sehingga akan memengaruhi gambaran relasi parasosialnya. Relasi parasosial akan menurun derajatnya sehubungan dengan bertambahnya usia.

Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh, menurut Levy (1982, dalam Giles 2003) individu dengan tingkat pendidikan lebih baik akan lebih sedikit


(30)

21

Universitas Kristen Maranatha

membutuhkan relasi parasosial. Hal ini berkaitan dengan perkembangan kognitif yang dimiliki oleh individu. Terakhir adalah intensitas ELF dalam mencari informasi mengenai Super Junior dapat memengaruhi relasi parasosial ELF terhadap individu. Semakin lama waktu yang dihabiskan individu untuk menggunakan media maka semakin kuat relasi sosial yang terbentuk, hal tersebut dapat terjadi karena semakin lama intensitas ELF mencari informasi berkaitan dengan semakin banyak pengetahuan yang akan bertambah, hal tersebut menyebabkan juga perasaan menyukai Super Junior akan meningkat. .

Menurut Tukachinsky (2010) anggota ELF dapat mengalami salah satu bentuk relasi parasosial atau mengalami keduanya. Ketika anggota ELF memiliki derajat yang tinggi pada satu bentuk, maka bentuk lainnya rendah. Jika individu mengalami keduanya, maka derajat yang tinggi terdapat pada kedua bentuk relasi parasosial, yaitu parasocial love dan parasocial friendship.


(31)

22

Universitas Kristen Maranatha

ELF berusia 11-20 tahun di Kota Bandung

Episode melihat Super Junior

Penilaian terhadap Super Junior (fisik, arakteristik Super Junior, skills) dan pengetahuan mengenai Super Junior Menyukai Tidak Menyukai -Communication -Support and

companionship

-Physical attraction -Emotional response

to the character

PSF derajat tinggi PSF derajat rendah - PSF dan PSL Tinggi - PSF dan PSL Rendah PSL derajat tinggi PSL derajat rendah Motivasi, faktor kesamaan, keinginan untuk mengidentifikasi idola,

komunikasi sesama ELF, jenis kelamin, usia, intensitas melihat Super Junior dan mencari informasi mengenai Super Junior

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Parasocial Relationship (PSR)


(32)

23

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

1. Hubungan dengan Super Junior yang dihayati ELF merupakan hubungan parasosial (parasocial relationship)

2. Parasocial relationship fans Super Junior (ELF) di Kota Bandung dilihat dari dua bentuk yaitu, Parasocial Friendship dan Parasocial Love.

3. Parasocial Friendship yang dialami oleh ELF dapat dilihat melalui 2 dimensi communication dan support and companionship. Sedangkan Parasocial Love yang dialami oleh ELF dapat juga dilihat melalui 2 dimensi yaitu physical attraction dan emotional response to the character.

4. Relasi parasosial yang dialami ELF dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya motivasi, faktor kesamaan, keinginan untuk mengidentifikasi idola, komunikasi sesama ELF, jenis kelamin, usia, intensitas melihat Super Junior dan mencari informasi mengenai Super Junior

5. ELF di Kota Bandung dapat mengalami PSF dengan derajat yang tinggi, yang berarti ELF dapat menganggap Super Junior sebagai teman atau sahabat, dan juga yang menginginkan keterbukaan, komunikasi, kepercayaan. ELF juga dapat mengalami PSF dengan derajat yang rendah, yang berarti ELF tidak begitu mengharapkan Super Junior menjadi seorang sahabat, sehingga ELF tidak terlalu mengharapkan


(33)

24

Universitas Kristen Maranatha

adanya keterbukaan dan komunikasi, dan tidak begitu memercayai Super Junior

6. ELF di kota Bandung dapat mengalami PSL dengan derajat yang tinggi, yang berarti ELF di Kota Bandung menghayati adanya perasaan cinta romantis dengan Super Junior, memiliki keinginan untuk berada di sisi Super Junior, mengagumi Super Junior secara fisik, keinginan keterbukaan untuk dapat diterima dan diperhatikan, serta melibatkan emosi yang intens dengan Super Junior. Pada ELF yang mengalami PSL dengan derajat yang rendah, tidak terlalu mengharapkan adanya perasaan cinta romantis antara ELF dan Super Junior. ELF juga tidak melibatkan emosi yang intens dalam interaksinya dengan Super Junior.


(34)

76 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat ditarik beberapa simpulan mengenai relasi parasosial (PSR) pada Penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung, yaitu:

1) Mayoritas penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung memiliki derajat yang rendah pada Parasocial Friendship (PSF).

2) Mayoritas penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung memiliki derajat yang rendah pada Parasocial Love (PSL).

3) Berdasarkan profile, dapat disimpulkan bahwa mayoritas ELF mengalami PSF & PSL rendah.

4) Tiga faktor yang erat kaitannya dalam penelitian ini adalah, kesamaan dengan idola, lama waktu/ intensitas yang digunakan untuk mencari informasi mengenai Super Junior, dan keterlibatan dengan kelompok fans.

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya:


(35)

77

Universitas Kristen Maranatha

5.2. 1 Saran Teoritis

1) Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengukur juga parasocial interaction untuk mendapatkan gambaran mengenai area progresif dari parasosial, sehingga dapat memastikan apakah ketika individu mengalami PSF dan PSL dengan derajat yang rendah berarti mengalami PSI.

2) Melakukan penelitian lebih dalam mengenai bentuk-bentuk dari parasocial relationship, yaitu parasocial friendship dan parasocial love, serta keterkaitannya dengan faktor-faktor yang memengaruhi. 3) Pada penelitian ini, jumlah sampel yang terlibat masih terbilang tidak

terlalu banyak, sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel sehingga data yang didapat menjadi lebih kaya dan lengkap.

5.2. 2 Saran Praktis

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, terdapat beberapa saran praktis yang berkaitan dengan relasi parasosial pada penggemar Super Junior (ELF):

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada ELF. Guna memberikan pengetahuan tersebut peneliti akan membuat artikel mengenai hasil penelitian ini, sehingga dapat memberikan gambaran kepada ELF mengenai relasi parasosial dan nantinya dapat berguna bagi ELF dalam meminimalisir dampak negatif dari relasi parasosial, diantaranya, waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk mencari


(36)

78

Universitas Kristen Maranatha

informasi sehingga waktu belajar menjadi kurang, maka disarankan untuk ELF Bandung agar dapat membagi waktu antara mengidolakan dan waktu belajar. Selain itu ELF juga merasa tidak peka dengan lingkungan disekitar dikarenakan ELF sibuk sendiri dengan gadget untuk mencari informasi mengenai Super Junior. Oleh karena itu, ELF sebaiknya melakukan pengendalian diri dalam penggunaan gadget. 2) Memberikan pengetahuan bagi orang tua yang memiliki anak yang

mengidolakan Super Junior khususnya, dan mengidolakan artis lain umumnya, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mendampingi dan mengarahkan kegemaran anaknya agar dapat lebih banyak memberikan dampak positif. Dan mengarahkan anak untuk mencari identitas atau idola dalam diri orang tua.

3) Memberikan pengetahuan bagi kelompok penggemar ELF, agar membuat program atau acara yang dapat menyalurkan relasi parasosial yang dialami ELF menjadi lebih positif dan berguna, misalnya dengan mengadakan belajar bersama mengenai belajar bahasa Korea atau mewadahi kegemaran dance cover pada ELF.


(37)

79

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., Sizemore, B. (2013). Parasocial Romance: A Social Exchange Perspective. An International Journal on Personal Relationship, Volume 7(1), 12-25

Giles, D. (2002). Parasocial Interaction: A Review of the Literature and a Model for Future Research. Journal of Media Psychology Vol. 4, 279-305

Giles, D. (2003). Media Psychology. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Kumar. Ranjit. 1996. Research Methodology. New York: Sage Publication

Octricia, C. (2013). Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict (Studi Kasus terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict di Kota Bandung), Bab I. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia: Dipublikasikan.

Papalia, Diana E., Olds, Sally W., Feldman Ruth D. (2009). Human Development: Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2: Jakarta: Salemba Humanika Raviv, A., Bar Tal, D., Raviv, A., & Ben Horin, A. (1996). Adolescent idolization

of pop singers: Causes, expressions, and reliance. Journal of Youth and Adolescence, 25, 631-650

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja: Jakarta: Erlangga

Sekarsari, M. (2009). Hubungan antara Loneliness dengan Perilaku Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal. Jakarta: Universitas Indonesia: Dipublikasikan

Siregarm Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Stever, G. S. (2011). Fan Behavior and Lifespan Development Theory: Explaining Para-Social and Social Attachment to Celebrities. Journal of Adult Development, 1-7.

. (2013). Mediated vs. Parasocial Relationship: An Attachement Theory. Journal of Media Psychology, Volume 17 No. 3, Winter, 2013, 1-31.

. (2009). Parasocial and Social Interaction with Celebrities: Classification of Media Fans. Journal of Media Psychology, Volume 14 No. 3, Summer, 2013, 1-40.


(38)

80

Universitas Kristen Maranatha Tukachinsky, R. (2010). Para-Romantic Love and Para-Friendships: Development

and Assessment of a Multiple Parasocial Relationship Scale. American Journal of Media Psychology.


(39)

81

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Guinness Book of Records. (20 September 2012). Gangnam Style Holds Guinness World Record Record for Most ‘Liked’ Video in Youtube History. diunduh pada 4 April 2014 dari Guiness Book of Records: http://www.guinnessworldrecords.com/news/2012/9/gangnam-style-now-most-liked-video-in-youtube-history-44977/

Merdeka. (23 Februari 2014). Mengapa Remaja Demam K-Pop. Diunduh pada 23 Februari 2014 dari Merdeka: http://www.merdeka.com/peristiwa/mengapa-remaja-demam-kpop.html

Tempo. (12 September 2012). Demam Gangnam Style di Selebriti Dunia (3). diunduh pada 24 Mei 2014 dari Tempo:

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/12/112428990/Demam-Gangnam-Style-di-Selebriti-Dunia-3

Tempo. (15 Oktober 2012). Makassar Pecahkan Rekor Gangnam Style Terbanyak. diunduh pada 24 Mei 2014 dari Tempo:

http://www.tempo.co/read/news/2012/10/15/219435648/Makassar-Pecahkan -Rekor-Gangnam-Style-Terbanyak

Tempo. (2 Desember 2012). Resep Psy Sukses Ajak Dunia Naik Kuda. diunduh

pada 24 Mei 2014 dari Tempo:

http://www.tempo.co/read/news/2012/12/02/219445332/Resep-Psy-Sukses-Ajak-Dunia-Naik-Kuda

Thaufik, T. (2013). Gambaran Relasi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal yang Menjadi Fans Korean Pop (K-Pop) di Indonesia. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

. (26 Januari 2013). Grup Idola Manakah yang Terpopuler di Negara-Negara Dunia?. diunduh pada 24 Mei 2014 dari KoreanIndo: http://koreanindo.net/2013/01/26/grup-idola-manakah-yang-terpopuler-di-negara-negara-dunia/


(1)

76 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat ditarik beberapa simpulan mengenai relasi parasosial (PSR) pada Penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung, yaitu:

1) Mayoritas penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung memiliki derajat yang rendah pada Parasocial Friendship (PSF).

2) Mayoritas penggemar Super Junior (ELF) yang berusia 11-20 tahun di Kota Bandung memiliki derajat yang rendah pada Parasocial Love (PSL).

3) Berdasarkan profile, dapat disimpulkan bahwa mayoritas ELF mengalami PSF & PSL rendah.

4) Tiga faktor yang erat kaitannya dalam penelitian ini adalah, kesamaan dengan idola, lama waktu/ intensitas yang digunakan untuk mencari informasi mengenai Super Junior, dan keterlibatan dengan kelompok fans.

5. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya:


(2)

Universitas Kristen Maranatha

5.2. 1 Saran Teoritis

1) Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengukur juga parasocial interaction untuk mendapatkan gambaran mengenai area progresif dari parasosial, sehingga dapat memastikan apakah ketika individu mengalami PSF dan PSL dengan derajat yang rendah berarti mengalami PSI.

2) Melakukan penelitian lebih dalam mengenai bentuk-bentuk dari parasocial relationship, yaitu parasocial friendship dan parasocial love, serta keterkaitannya dengan faktor-faktor yang memengaruhi. 3) Pada penelitian ini, jumlah sampel yang terlibat masih terbilang tidak

terlalu banyak, sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel sehingga data yang didapat menjadi lebih kaya dan lengkap.

5.2. 2 Saran Praktis

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, terdapat beberapa saran praktis yang berkaitan dengan relasi parasosial pada penggemar Super Junior (ELF):

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada ELF. Guna memberikan pengetahuan tersebut peneliti akan membuat artikel mengenai hasil penelitian ini, sehingga dapat memberikan gambaran kepada ELF mengenai relasi parasosial dan nantinya dapat berguna bagi ELF dalam meminimalisir dampak negatif dari relasi parasosial, diantaranya, waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk mencari


(3)

78

Universitas Kristen Maranatha informasi sehingga waktu belajar menjadi kurang, maka disarankan untuk ELF Bandung agar dapat membagi waktu antara mengidolakan dan waktu belajar. Selain itu ELF juga merasa tidak peka dengan lingkungan disekitar dikarenakan ELF sibuk sendiri dengan gadget untuk mencari informasi mengenai Super Junior. Oleh karena itu, ELF sebaiknya melakukan pengendalian diri dalam penggunaan gadget. 2) Memberikan pengetahuan bagi orang tua yang memiliki anak yang

mengidolakan Super Junior khususnya, dan mengidolakan artis lain umumnya, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mendampingi dan mengarahkan kegemaran anaknya agar dapat lebih banyak memberikan dampak positif. Dan mengarahkan anak untuk mencari identitas atau idola dalam diri orang tua.

3) Memberikan pengetahuan bagi kelompok penggemar ELF, agar membuat program atau acara yang dapat menyalurkan relasi parasosial yang dialami ELF menjadi lebih positif dan berguna, misalnya dengan mengadakan belajar bersama mengenai belajar bahasa Korea atau mewadahi kegemaran dance cover pada ELF.


(4)

79

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A., Sizemore, B. (2013). Parasocial Romance: A Social Exchange Perspective. An International Journal on Personal Relationship, Volume 7(1), 12-25

Giles, D. (2002). Parasocial Interaction: A Review of the Literature and a Model for Future Research. Journal of Media Psychology Vol. 4, 279-305

Giles, D. (2003). Media Psychology. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Kumar. Ranjit. 1996. Research Methodology. New York: Sage Publication

Octricia, C. (2013). Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict (Studi Kasus terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict di Kota Bandung), Bab I. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia: Dipublikasikan.

Papalia, Diana E., Olds, Sally W., Feldman Ruth D. (2009). Human Development: Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2: Jakarta: Salemba Humanika Raviv, A., Bar Tal, D., Raviv, A., & Ben Horin, A. (1996). Adolescent idolization

of pop singers: Causes, expressions, and reliance. Journal of Youth and Adolescence, 25, 631-650

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja: Jakarta: Erlangga

Sekarsari, M. (2009). Hubungan antara Loneliness dengan Perilaku Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal. Jakarta: Universitas Indonesia: Dipublikasikan

Siregarm Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Stever, G. S. (2011). Fan Behavior and Lifespan Development Theory: Explaining Para-Social and Social Attachment to Celebrities. Journal of Adult Development, 1-7.

. (2013). Mediated vs. Parasocial Relationship: An Attachement Theory. Journal of Media Psychology, Volume 17 No. 3, Winter, 2013, 1-31.

. (2009). Parasocial and Social Interaction with Celebrities: Classification of Media Fans. Journal of Media Psychology, Volume 14 No. 3, Summer, 2013, 1-40.


(5)

80

Universitas Kristen Maranatha Tukachinsky, R. (2010). Para-Romantic Love and Para-Friendships: Development

and Assessment of a Multiple Parasocial Relationship Scale. American Journal of Media Psychology.


(6)

81

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Guinness Book of Records. (20 September 2012). Gangnam Style Holds Guinness World Record Record for Most ‘Liked’ Video in Youtube History. diunduh pada 4 April 2014 dari Guiness Book of Records: http://www.guinnessworldrecords.com/news/2012/9/gangnam-style-now-most-liked-video-in-youtube-history-44977/

Merdeka. (23 Februari 2014). Mengapa Remaja Demam K-Pop. Diunduh pada 23 Februari 2014 dari Merdeka: http://www.merdeka.com/peristiwa/mengapa-remaja-demam-kpop.html

Tempo. (12 September 2012). Demam Gangnam Style di Selebriti Dunia (3). diunduh pada 24 Mei 2014 dari Tempo:

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/12/112428990/Demam-Gangnam-Style-di-Selebriti-Dunia-3

Tempo. (15 Oktober 2012). Makassar Pecahkan Rekor Gangnam Style Terbanyak. diunduh pada 24 Mei 2014 dari Tempo:

http://www.tempo.co/read/news/2012/10/15/219435648/Makassar-Pecahkan -Rekor-Gangnam-Style-Terbanyak

Tempo. (2 Desember 2012). Resep Psy Sukses Ajak Dunia Naik Kuda. diunduh

pada 24 Mei 2014 dari Tempo:

http://www.tempo.co/read/news/2012/12/02/219445332/Resep-Psy-Sukses-Ajak-Dunia-Naik-Kuda

Thaufik, T. (2013). Gambaran Relasi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal yang Menjadi Fans Korean Pop (K-Pop) di Indonesia. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

. (26 Januari 2013). Grup Idola Manakah yang Terpopuler di Negara-Negara Dunia?. diunduh pada 24 Mei 2014 dari KoreanIndo: http://koreanindo.net/2013/01/26/grup-idola-manakah-yang-terpopuler-di-negara-negara-dunia/