HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung.

(1)

437/SKRIPSI/PSI/FIP-UPI/08.2014

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP

(Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

SKRIPSI

Oleh :

Rd. Ranti Andennisa P. 0901829

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Hubungan Parasocial Relationship

dengan Self-Esteem pada Penggemar

K-Pop

Oleh

Rd. Ranti Andennisa P.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rd. Ranti Andennisa 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Parasocial Relationship dengan Self-Esteem pada Penggemar K-Pop sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat Pernyataan

Rd. Ranti Andennisa P. NIM 0901829


(4)

(5)

(6)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Rd. Ranti Andennisa P. (0901829). Hubungan antara Parasocial Relationship dengan Self-Esteem pada Penggemar K-Pop. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada peserta gathering GOT7 Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penentuan subjek pada penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dan memodifikasi kuesioner yang sudah ada dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini adalah: 1) Parasocial relationship yang terjadi pada peserta gathering GOT7 Bandung berada pada tingkat sedang; 2) Self-Esteem yang dimiliki peserta gathering GOT7 Bandung berada pada tingkat sedang; 3) terdapat korelasi antara parasocial relationship dengan self-esteem pada peserta gathering GOT7 Bandung; Rekomendasi dalam penelitian ini adalah: 1) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih menggali indikator-indikator dari dimensi-dimensi variabel parasocial relationship; 2) Peneliti selanjutnya sebaiknya mencari teori self-esteem yang lebih cocok dengan parasocial relationship karena aspek virtue menunjukkan tidak adanya hubungan dengan parasocial relationship.


(7)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Rd. Ranti Andennisa P (0901829). Correlation between Parasocial Relationship with Self-Esteem among K-Pop Fans. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2014.

This research was held to determine correlation between parasocial relationship with self-esteem among participants of GOT7 gathering Bandung. Design of this research is quantitative with correlational method. Subjects were selected by purposive sampling technique. Data were collected by questionaire which made by researcher and modification from the previous research. Results of this research are: 1) Paarticipants of GOT7 gathering has middle-level parasocial relationship; 2) Self-esteem among GOT7 gathering participants were on middle-level; 3) Parasocial relationship and self-esteem among GOT7 gathering participants has correlation. Recommendation based on this research: 1) Future researcher are expected to further

explore the indicators of parasocial relationship’s dimensions; 2) Future researcher to search another self-esteem theory that more suitable for parasocial relationship, because virtue aspect has found to have no correlation with parasocial relationship.


(8)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II ... Error! Bookmark not defined.

A. Parasocial Relationship ... Error! Bookmark not defined.

B. Self-Esteem ... Error! Bookmark not defined.

C. GOT7 ... Error! Bookmark not defined.

D. Kerangka Berpikir ... Error! Bookmark not defined.

E. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB III ... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.


(9)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined.

F. Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

G. Norma Skala ... Error! Bookmark not defined.

H. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

I. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.


(10)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Instrumen Parasocial Relationship... 25

3.2 Kisi-kisi Instrumen Self-Esteem... 26

3.3 Kategori Skala Instrumen Penelititan ... 27

3.4 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 29

3.5 Nilai Reliabilitas Instrumen Parasocial Relationship ... 29

3.6 Hasil Pengembangan Instrumen Parasocial Relationship ... 30

3.7 Rumus Norma Skala Parasocial Relationship……... 31

3.8 Rumus Norma Skala Self-Esteem……... 31

3.9 Hasil Uji Normalitas ... 32

3.10 Hasil Uji Linearitas………... 33

3.11 Koefisien Korelasi ... 34

4.1 Statistik Deskriptif Parasocial Relationship... 36

4.2 Gambaran Umum Parasocial Relationship pada Peserta Gathering GOT7 Bandung……… 37 4.3 Statistik Deskriptif Dimensi Parasocial Relationship... 38 4.4 Gambaran Umum Dimensi Companionship... 38

4.5 Gambaran Umum Dimensi Empathy...………. 39

4.6 Gambaran Umum Dimensi Interest... 40

4.7 Statistik Deskriptif Self-Esteem... 40

4.8 Gambaran Umum Self-Esteem pada Peserta Gathering GOT7 Bandung…………... 41 4.9 Statistik Deskriptif Dimensi Self-Esteem... 42

4.10 Gambaran Umum Aspek Power... 42

4.11 Gambaran Umum Aspek Significance... 43


(11)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.13 Gambaran Umum Aspek Competence... 44 4.14 Korelasi Parasocial Relationship dengan Aspek Self-Esteem... 45

DAFTAR GRAFIK

4.1 Gambaran Umum Parasocial Rela tionship Peserta Gathering GOT7Bandung ...

37


(12)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kartu Bimbingan………... 62

2 Surat Permohonan Izin Penelitian (FIP)... 64

3 Surat Permohonan Izin Penelitian (Jurusan) ... 65

4 Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing……….. 66

5 Kisi-kisi Instrumen Parasocial Interaction (Sebelum Uji Coba) 67 6 Kisi-kisi Instrumen Parasocial Interaction (Sesudah Uji Coba) 69 7 Kisi-kisi Instrumen Self-Esteem... 71

8 Kuesioner Parasocial Relationship (Sebelum Uji Coba)…... 74

9 Kuesioner Parasocial Relationship (Setelah Uji Coba) dan Self-Esteem…... 76 10 Skor Mentah Parasocial Relationship (Uji Coba)... 80

11 Skor Mentah Parasocial Relationship (Ambil Data)…... 83

12 Skor Mentah Self-Esteem (Ambil Data)…... 86

13 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen…... 88

14 Hasil Analisis Data……….……….. 89


(13)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk utama Hallyu Wave yang dinikmati tidak hanya di Korea Selatan, namun juga di berbagai Negara. Hallyu Wave atau Korean Wave (bahasa Indonesia: gelombang korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia (Hyo Bin, 2011).

Fenomena K-Pop bermula dari diterimanya drama-drama Korea yang ditayangkan di stasiun televisi Indonesia. Original Soundtrack drama-drama Korea-lah yang kemudian membuat K-Pop mulai dikenali di Indonesia. Di antara penyanyi-penyanyi K-Pop, yang popular di kalangan anak muda adalah idol group atau yang biasa disebut boyband/girlband. Boyband atau girlband adalah pop grup yang terdiri dari laki-laki muda (atau perempuan muda) yang atraktif, dimana musik dan image-nya didesain untuk menarik khususnya audiens remaja (Oxford, 2013). Sejak itu, penggemar K-Pop mulai sering dijumpai.

Dengan berkembangnya teknologi pula-lah penggemar K-Pop yang tidak hanya di Indonesia namun di dunia semakin berkembang. Media untuk memberitakan K-Pop semakin beragam. Tidak sebatas media cetak seperti koran, majalah, tabloid dan media elektronik seperti televisi, radio saja, tetapi juga media online seperti Facebook, Twitter dan Youtube semakin mendekatkan para penggemar K-Pop di seluruh dunia dengan idolanya dan juga untuk memperbaharui berita K-Pop secara cepat.

Bermacam-macam tindakan yang dilakukan penggemar K-Pop untuk mendapat perhatian dari idolanya. Salah satu contohnya adalah mereka kerap melakukan kegiatan sosial yang mengatasnamakan idolanya. Biasanya mereka


(14)

2

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan kegiatan sosial ini pada saat idola mereka berulang tahun dan melakukan konser. Seperti dilansir KapanLagi.com (2012), fans Super Junior Yesung dari Indonesia pada 5 September 2012 lalu menyumbangkan total Rp. 17.900.000 kepada Yayasan Bhakti Luhur, Jakarta. Ada pula fans INFINITE yang menyumbangkan Rp. 4.308.000 kepada Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Jakarta Pusat, pada 24 Februari 2013 (detikhot, 2013). Kegiatan amal tersebut telah diketahui dan dipuji oleh anggota INFINITE sendiri pada saat wawancara dengan Dreamers Radio 10 Maret 2013 lalu.

Contoh lain tindakan fans adalah mengikuti (stalking) idola mereka. Di Korea

ada istilah ‘Sasaeng fans’, yaitu penggemar fanatik yang mengikuti kehidupan pribadi idolanya dan setiap pergerakannya (Allkpop, 2011). Park Yoochun, salah satu anggota boyband JYJ dari Korea harus mengalami berbagai kejadian tidak menyenangkan dari sasaeng fans-nya. Penggemar tersebut mengikutinya kemanapun ia pergi, terkadang mereka akan menabrakkan kendaraan yang mereka tumpangi pada kendaraan miliknya agar dapat melihat idolanya tersebut. Tidak hanya itu, penggemar tersebut menampar Yoochun dengan tujuan agar mendapatkan perhatian dari idolanya dan mengingatnya (Allkpop, 2012).

Di Indonesia fenomena yang sedang banyak terjadi adalah fenomena virtual husband/wife atau boyfriend/girlfriend. Fenomena virtual husband/wife atau boyfriend/girlfriend adalah ketika seorang fans memanggil idolanya tersebut

dengan sebutan ‘suami’, ‘istri’ atau ‘pacar’. Mereka menganggap idolanya

tersebut adalah pasangan mereka. Fenomena ini mungkin tidak terdengar seburuk

fenomena ‘sasaeng’ fans di atas, namun fenomena ini yang banyak terjadi pada

penggemar-penggemar boyband dan girlband di Indonesia sekarang ini, terutama pada penggemar boyband dan girlband K-Pop. Para penggemar boyband atau girlband biasanya memiliki anggota favorit yang mereka sebut dengan ‘bias’. Bias inilah yang biasanya menjadi virtual husband/wife atau boyfriend/girlfriend mereka (Louisianne, 2012; Kapanlagi.com, 2012).


(15)

3

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini bisa terjadi dikarenakan banyak program televisi di Korea menampilkan kehidupan sehari-hari para artis K-Pop yang bertujuan agar para fans mengetahui idolanya lebih dekat. Menurut Nordlund (1987; dalam Arda, 2006), program seperti drama, entertaintment shows, program kuis di televisi memiliki potensi yang tinggi untuk berinteraksi dengan media. Terlebih, pada zaman sekarang fans dapat lebih mudah mendapatkan video-video dan artikel tentang selebritis favorit mereka dengan mengakses internet. Program-program televisi di Korea, khususnya program yang dibintangi oleh artis K-Pop, seringkali mereka melakukan interaksi satu arah dengan penonton di rumah. Contohnya pada boyband GOT7, boyband yang memiliki tujuh orang anggota dan baru saja debut awal tahun 2014 ini telah memiliki acara mereka sendiri yaitu, Real GOT7 yang ditayangkan di Youtube. Para anggota GOT7 akan menatap kamera dan bertanya tentang pendapat para penonton sehingga penonton di rumah merasa sedang diajak berbicara dan merasa menjadi bagian dari acara tersebut. Hal tersebut memberi ilusi hubungan tatap muka yang disebut dengan hubungan parasosial. Saat penonton merespon pertanyaan atau pernyataan dari seorang performer, itulah yang disebut interaksi parasosial. Performers tersebut dapat seorang selebritis, pembawa acara, ataupun karakter suatu film. Mereka juga disebut persona, yaitu, sosok yang khas dan asli dari kehidupan sosial yang disajikan oleh radio dan televisi (Horton & Wohl, 1956).

Seorang fans yang telah terbiasa menyaksikan idolanya dari waktu ke waktu melalui media merasakan sense of intimacy yang terus berkembang yang membuat mereka merasa mengenal dan mengerti idolanya tersebut. Robert Zajonc (dalam The Psychology Book, 2012) menyebutnya propinquity effect, ketertarikan timbul karena seringnya melihat seseorang. Selanjutnya, individu mungkin menginginkan suatu hal yang lebih seperti bertemu dengan idolanya.

Selebritis cenderung memiliki hal-hal yang diinginkan seorang individu, seperti, daya tarik fisik, kepopuleran, dan kekayaan. Untuk seorang fans,


(16)

4

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selebritis berfungsi sebagai self-image yang ideal (Derrick et al, 2008). Selebritis dapat menginspirasi upaya self-transformation yang akan mempengaruhi identitas diri dan perasaan harga diri seorang fans (Chia & Poo, 2008). Seperti The Absorption-Addiction Model (McCutcheon, Lange, & Houran, 2002) jelaskan, bahwa individu tertarik pada selebritis dengan tujuan untuk menumbuhkan sense of identity dan fulfillment (yang mengarah pada ilusi memiliki hubungan yang nyata dengan selebritis favorit mereka) yang nantinya diperkuat oleh addiction atau ketergantungan (memperkuat keinginan untuk lebih intim dengan selebriti favorit mereka). Individu dengan kondisi seperti ini akan merasa sulit untuk keluar dari situasi ini, mengatasinya, dan menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Model ini telah membuktikan bahwa perbedaan tingkat parasocial relationship dapat menunjukkan adanya disfungsi, kecemasan, dan gejala depresi. mereka juga percaya bahwa celebrity worship adalah ekspresi perilaku dari global psychological well-being yang rendah.

Penelitan juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem. Hubungan yang signifikan antara parasocial relationship dengan self-esteem yang menjadi pemicu seseorang dalam melakukan cosmetic surgery (Maltby&Day, 2010). Yue (2010, dalam Liu 2013) mengatakan bahwa parasocial relationship dan role modeling adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Penggemar meniru tingkah laku selebritis favorit mereka saat mereka menganggap selebritis tersebut sebagai orang yang sukses. Penggemar melakukan cosmetic surgery karena mereka melihat selebriti favorit mereka melakukan hal yang sama dan atau ingin terlihat seperti selebriti favorit mereka.

Seperti yang diungkapkan Coopersmith (1967), salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan self-esteem adalah adanya penerimaan yang diterima oleh individu dari significant others-nya. Fans mungkin menganggap idolanya sebagai significant others mereka. Significant Others adalah orang yang


(17)

5

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penting dan berarti bagi individu, dimana ia menyadari peran mereka dalam memberi dan menghilangkan ketidaknyamanan, meningkatkan dan mengurangi ketidakberdayaan. Dalam hal ini fans melakukan hubungan parasosial dengan idolanya, yaitu hubungan yang diimajinasikan fans kepada sosok idolanya yang bersifat satu arah. Mereka memiliki kepercayaan bahwa idolanya tersebut dapat memberikan perasaan yang tidak didapatkan dari hubungan yang nyata.

Individu dengan self-esteem yang rendah melakukan parasocial relationship karena mereka merasa memiliki kekurangan dalam kemampuan membangun atau mempertahankan hubungan interpersonal. Sedangkan, dalam hubungan parasosial individu tidak memiliki tanggung jawab apapun, tidak akan ada penolakan, dan dapat memutuskan hubungan tersebut kapan saja. Individu juga melakukan hubungan parasosial untuk memuaskan kebutuhan mereka akan sosialisasi, konsistensi, dan afiliasi. Sesuatu yang sulit individu dapatkan karena ketakutan mereka akan penolakan dalam suatu hubungan (Rumpf, 2012).

Perasaan takut atau ketidakmampuan adalah salah satu faktor penghambat pembentukan self-esteem (Branden dalam Coopersmith, 1967). Pangkal dari pada perasaan tidak berdaya ini adalah negatif terhadap dirinya sehingga individu hidup dalam ketakutan. Kecemasan akan membuat seorang individu menjadi ragu-ragu yang berarti tidak menunjang pembentukan self-esteem.

Dalam penelitian Chan dan Zhang (2010), parasocial relationship memberikan efek yang negatif terhadap kemampuan seseorang dalam kepercayaan diri memecahkan masalah, perilaku bermasalah, dan nilai-nilai moral yang kurang positif. Bila seorang penggemar menjadi anggota suatu fanclub, mereka cenderung memiliki self-esteem yang rendah.

Berdasarkan fenomena yang dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai topik ‘parasocial relationship dan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung’ khususnya pada penggemar GOT7 yang menghadiri acara gathering GOT7 Bandung.


(18)

6

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini difokuskan pada hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum parasocial relationship pada penggemar K-Pop di Bandung?

2. Bagaimana gambaran umum self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung?

3. Sejauh mana hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi secara empiris mengenai hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran umum parasocial relationship pada penggemar K-Pop di Bandung.

2. Gambaran umum self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung.

3. Sejauh mana hubungan antara parasocial relationship dengan self-esteem pada penggemar K-Pop di Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk perkembangan kajian studi psikologi, khususnya untuk kajian psikologi sosial, yaitu bidang hubungan interpersonal mengenai role model dan psikologi komunikasi dalam bidang komunikasi media massa.


(19)

7

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk penggemar public figure, khususnya penggemar K-Pop dalam hal parasocial relationship.


(20)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah fans boyband GOT7 di Kota Bandung.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Peneliti menggunakan purposive random sampling karena peneliti mengambil sampel pada acara Gathering GOT7 Bandung yang diadakan pada tanggal 4 Mei 2014 dengan 73 peserta yang hadir namun tidak memperhatikan umur ataupun jenis kelamin dari responden.

B. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, pengumpulan dan analisis data kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis dan mencari hubungan antara variabel parasocial relationship dan variabel self-esteem.


(21)

23

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2012).

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain (Arikunto, 2009).

D. Definisi Operasional

a. Parasocial Relationship

Dalam penelitian ini parasocial relationship adalah hubungan yang terjalin dari seringnya peserta gathering GOT7 Bandung menyaksikan GOT7 melalui media massa, dimana peserta gathering GOT7 Bandung merasa mengetahui banyak hal tentang GOT7, sedangkan GOT7 tidak mengetahui banyak hal tentang penggemarnya (peserta gathering GOT7 Bandung). Hal ini diukur berdasarkan tiga aspek parasocial relationship, yaitu;

1. Companionship adalah bagaimana seorang peserta gathering GOT7 Bandung menikmati kehadiran GOT7 dalam hidup mereka dan menganggap dirinya memiliki hubungan yang dekat dengan GOT7. 2. Empathic involvement adalah bagaimana peserta gathering GOT7

Bandung akan merasa sedih bila GOT7 mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan dan merasa senang bila GOT7 senang.

3. Interest adalah ketertarikan peserta gathering GOT7 Bandung terhadap GOT7 baik secara fisik maupun karakteristik yang ditunjukkan dengan keinginan untuk bertemu dengan GOT7 secara langsung dengan menghadiri konser atau meet and greet ataupun tidak langsung dengan melihatnya di variety show lain atau mendengarkan lagu GOT7.


(22)

24

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor yang diperoleh dari jumlah total skor dalam penelitian ini menunjukkan tinggi rendahnya tingkat parasocial relationship peserta gathering GOT7 Bandung. Semakin tinggi skor parasocial relationship pada peserta gathering GOT7 Bandung, maka semakin tinggi pula tingkat parasocial relationship.

b. Self-Esteem

Self-esteem adalah bagaimana peserta gathering GOT7 Bandung menilai diri mereka sendiri sebagai individu secara utuh yang diukur berdasarkan empat dimensi yaitu,

1. Power (Kekuasaan), bagaimana peserta gathering GOT7 Bandung dapat memberikan pengaruh yang positif pada tingkah laku orang lain sehingga disegani oleh orang lain.

2. Significance (Keberartian) adalah bagaimana peserta gathering GOT7 Bandung dapat menerima dirinya sendiri, mendapatkan kepedulian, penilaian, dan afeksi dari orang tua dan teman.

3. Virtue (Kebajikan) adalah bagaimana peserta gathering GOT7 Bandung mentaati norma dan etika yang berlaku di masyarakat dan melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa.

4. Competence (Kompetensi) adalah kemampuan seorang peserta gathering GOT7 Bandung melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, mampu menghadapi situasi sosial, mampu berprestasi, mampu menyelesaikan masalah sendiri, dan mampu mengambil keputusan sendiri. 2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012).


(23)

25

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini menggunakan instrumen yang disusun sendiri oleh peneliti dan juga instrumen penelitian yang sudah ada lalu dimodifikasi kembali oleh peneliti. Berikut penjelasan lebih rinci dari instrumen yang sudah disusun dari setiap masing-masing variabel:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Parasocial Relationship

No Dimensi Indikator

Item

Jumlah

F UF

1

Companionship a. Melihat mereka sama artis seperti idola

teman sendiri dan

menikmati keterlibatannya

1, 7, 13, 16, 18,

20, 23

- 7

2 Emphatic Involvement

a. Melihat artis idola

sebagai pribadi yang

rendah hati

2, 8 - 2

b. Mengevaluasi artis idola

secara personal 3, 9, 17 - 3

c. Merespon secara

emosional pada

peristiwa yang terjadi

pada kehidupan artis

idola mereka

4, 10, 15 21 4

3 Interest

a. Keinginan untuk

menemui artis idola

mereka secera langsung

5, 11, 19 - 3

b. Keinginan melihat artis

idola secepatnya baik dalam bentuk bertemu di

majalah, di tabloid

ataupun di program

televisi.

6, 12,

14, 22 - 4

Jumlah 22 1 23


(24)

26

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen ini merupakan instrumen yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori hubungan parasosial Horton & Wohl (1956). Penjelasan lebih lanjut mengenai dimensi dan indikator hubungan parasosial dapat dilihat pada tabel 3.1 di atas.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Self-Esteem

No Dimensi Indikator

Item

Jumlah

F UF

1

Kekuasaan (Power)

a. Mampu mengatur dan

mengontrol tingkah

laku orang lain

1, 13, 25 - 3

b. Adanya pengakuan

dan rasa hormat dari orang lain

2 35, 27, 42 4

2 Keberartian

(Significance)

a. Penerimaan diri - 3, 15, 30 3

b. Penerimaan orangtua 4, 16, 26 38 4

c. Penerimaan teman 5, 17 31, 36 4

d. Popularitas diri - 6 1

3

Kebajikan (Virtue)

a. Mentaati etika dan

norma yang berlaku di masyarakat

18 - 1

b. Melaksanakan tugas

dan kewajiban

sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa

7 19 2

4

Kompetensi (Competence)

a. Mampu

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik

8, 14, 20,

28 33, 37, 39 7

b. Mampu menghadapi

situasi sosial

9 21, 29 3

c. Mampu berprestasi 10, 22 41 3

d. Mampu

menyelesaikan masalah sendiri


(25)

27

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Mampu mengambil

keputusan sendiri

12, 24 32, 40 4

Jumlah 21 21 42

2. Instrumen Self-Esteem

Instrumen ini merupakan instrumen yang disusun oleh Fina Nafisah Puad (2012) kemudian dimodifikasi kembali oleh peneliti untuk disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Instrumen disusun mengacu pada teori self-esteem dari Coopersmith (1967). Instrumen ini dikembangkan dari empat dimensi, yaitu power, significance,virtue, dan competence. Penjelasan lebih lanjut mengenai dimensi dan indikator self-esteem dapat dilihat pada tabel 3.2 di atas.

3. Teknik skoring

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2012).

Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Berikut teknik skoring dari jawaban tersebut:

Tabel 3.3

Kategori Skala Instrumen Penelitian

Pernyataan Item

Favorable Unfavorable

Sangat setuju 4 1


(26)

28

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

(Sugiyono, 2012)

A. Pengembangan Instrumen

Sebelum data penelitian diperoleh, instrumen yang sudah di judgment akan dilakukan uji instrumen dengan menggunakan metode estimasi single trial administration. Metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat tes kepada sekelompok subjek sebanyak satu kali, kemudian dengan cara tertentu estimasi reliabilitas tes tersebut dihitung. Metode estimasi pengukuran satu kali ini akan menghasilkan informasi tentang tingkat konsistensi internal alat ukur (Idrus, 2009).

Pengukuran ini dilakukan untuk melihat sejauh mana instrumen benar-benar mengukur apa yang hendak diukur dan konsistensi dari instrumen yang bertujuan untuk apakah masing-masing berkorelasi dengan skor total. Metode yang digunakan dalam uji instrumen yaitu:

1. Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertanyaan

yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauhmana item-item

dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur” atau “sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur”. Tes harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur (Azwar, 2010).

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ketepatan atau konsistensi atau dapat dipercaya (Idrus, 2009). Dalam pendekatan kuantitatif, reliabilitas dilakukan dengan cara mencari harga reliabilitas instrumen, yaitu instrumen terlebih dahulu diujicobakan dan data hasil ujicoba selanjutnya dihitung secara statistik


(27)

29

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan menggunakan formula statistik. Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 19. Dalam penelitian ini, penghitungan reliabilitas menggunakan pendekatan Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

α=

keterangan:

α = Koefisien reliabilitas alpha k = Banyaknya pertanyaan

sj2 = Nilai varians jawaban item; j = 1,2,3,…

sx2 = Nilai varians skor total

Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi 5 kategori, yaitu:

Tabel 3.4

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel >0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel <0,200

(Guilford, dalam Sugiyono, 2008)

Selanjutnya, dilakukan penghitungan nilai corrected item-total correlation dengan menggunakan program SPSS versi 19. Bila koefisien korelasi sama


(28)

30

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan 0,30 atau lebih, maka butir instrumen dinyatakan valid (Sugiyono, 2012). Hasil uji dari instrumen parasocial relationship adalah sebagai berikut,

Tabel 3.5

Nilai Reliabilitas Parasocial Relationship

Dari penghitungan reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 19.0, didapatkan hasil seperti tabel di atas, yaitu koefisien reliabilitas sebesar 0,940 yang menandakan bahwa instrumen parasocial relationship yang digunakan sangat reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

Peneliti menggunakan instrumen self-esteem yang disusun oleh Fina Nafisah Puad (2012). Instrumen self-esteem tersebut memiliki nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,940 yang artinya instrumen tersebut sangat reliabel.

Selanjutnya, uji reliabilitas digunakan pada setiap item yang dilihat dari nilai corrected item-total correlation dengan menggunakan bantuan dari program SPSS versi 19. Jika terdapat item yang memiliki nilai kurang dari 0,30 maka item tersebut akan dibuang dan tidak dapat dipergunakan lagi dalam instrumen karena tidak reliabel.

Tabel 3.6

Hasil Pengembangan Instrumen Parasocial Relationship

Cronbach's

Alpha N of Items

.940 23

No Dimensi Indikator Nomor Item

yang Layak

Nomor Item Tidak Layak

1

Companionship c. Melihat artis idola mereka sama seperti teman sendiri

dan menikmati

keterlibatannya

1, 7, 13, 16, 18, 20, 23

2


(29)

31

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Norma Skala

Tujuan kategorisasi adalah menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini dari rendah ke tinggi, dari sangat tidak puas ke sangat puas, dan semacamnya (Azwar, 2007). Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga kategorisasi yaitu, Rendah, Sedang, dan Tinggi.

Tabel 3.7

Rumus Norma Skala Parasocial Relationship

Involvement e. Mengevaluasi artis idola secara personal

3, 9, 17

f. Merespon secara

emosional pada peristiwa

yang terjadi pada

kehidupan artis idola

mereka

4, 10, 15 21

3 Interest

c. Keinginan untuk

menemui artis idola

mereka secera langsung

5, 11, 19

d. Keinginan melihat artis

idola secepatnya baik

dalam bentuk bertemu di

majalah, di tabloid

ataupun di program

televisi.

6, 12, 14, 22

Rumus Kategori

79,99 < X Tinggi

61,59 ≥ X ≥ 79,99 Sedang


(30)

32

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8

Rumus Norma Skala Self-Esteem

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dapat berupa pernyataan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2012).

D. Teknik Analisis Data

Setelah seluruh data dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis data. Menurut Sugiyono (2012) dilakukannya teknik analisis data tersebut adalah untuk menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian. Dibawah ini pemaparan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Uji asumsi

a. Uji normalitas

Uji normalitas merupakan sebuah pengujian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati ditribusi normal. Distribusi dikatakan normal jika berbentuk lonceng (bell shaped). Data yang dikatakan „baik‟ adalah data yang

Rumus Kategori

134,45 < X Tinggi

108,37 ≥ X ≥ 134,45 Sedang


(31)

33

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu tidak melenceng ke kanan atau ke kiri (Santoso, 2010).

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 19 dengan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data tersebut akan dikatakan memiliki penyebaran normal jika memiliki nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0,05.

Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa insturmen parasocial relationship memiliki signifikansi sebesar 0.058 dan instrumen self-esteem sebesar 0.200 yang artinya kedua instrumen memiliki distribusi normal karena nilainya lebih besar dari 0.05.

b. Uji linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen. Suatu hubungan dapat dikatakan linear apabila terdapat kesamaan variabel, baik penurunan maupun kenaikan yang terjadi pada kedua variabel tersebut. Uji linearitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi 19. Sepasang data dikatakan memiliki hubungan linear jika memiliki nilai signifikansi <0,05. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai signifikansi kedua variabel sebesar 0,000 , yang artinya parasocial relationship dan self-esteem memiliki hubungan linear.

Tabel 3.10 Hasil Uji Linearitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Parasocial Relationship .102 73 .058


(32)

34

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Self-Esteem *

Parasocial Relationship

Between Groups (Combined) 7548.871 29 260.306 2.386 .005 Linearity 2422.038 1 2422.038 22.203 .000 Deviation from

Linearity

5126.833 28 183.101 1.678 .062

Within Groups 4690.800 43 109.088 Total 12239.671 72

2. Uji korelasi

a. Teknik Korelasi

Uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Uji korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Berikut merupakan rumusan dari teknik korelasi produk momen:

Keterangan :

= koefisien korelasi pearson’s product moment = jumlah responden

∑Χ = jumlah skor parasosial relationship

∑Υ = jumlah skor self-esteem

∑Χ2

= jumlah skor kuadrat parasosial relationship

∑Υ2

= jumlah skor kuadrat self-esteem

∑ΧΥ = jumlah dari hasil perkalian dari total skor parasosial relationship dan self-esteem


(33)

35

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah nilai koefisien korelasi didapatkan, maka pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Koefisien Korelasi

(Sugiyono,

2012) b. Uji

signifikansi

Signifikansi

merupakan kemampuan

untuk

digeneralisasikan dengan kesalahan tertentu (Sugiyono, 2012). Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang signifikan antara variabel pertama dengan variabel kedua. Untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi, maka perlu diuji signifikansinya. Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 19, kedua variabel memiliki signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan pada besarnya angka Sig. yang dikonsultasikan dengan tingkat kesalahan,

yaitu α = 0,05. Jika nilai Sig. < 0,05 maka disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan, sehingga hasilnya dapat berlaku pada

populasi tersebut (Santoso, 2010).

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(34)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Secara umum, parasocial relationship yang terjadi pada peserta gathering GOT7 Bandung berada pada tingkat sedang. Hal tersebut dapat diartikan bahwa peserta gathering GOT7 Bandung mempunyai ketertarikan yang intens terhadap boyband GOT7, namun, tetap memiliki kehidupan sehari-hari yang normal.

2. Self-esteem peserta gathering GOT7 Bandung berada pada tingkat sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta gathering GOT7 Bandung memiliki penilaian diri yang cukup positif, namun, dalam penilaian tentang kompetensi, keberartian, dan ekspektasi pada diri lebih moderat. 3. Secara umum, terdapat hubungan yang signifikan antara parasocial

relationship dengan self-esteem pada peserta gathering GOT7 Bandung. Artinya, individu dengan parasocial relationship yang tinggi cenderung memilki self-esteem yang rendah.

4. Secara khusus, hubungan antara parasocial relationship dengan aspek-aspek pada self-esteem, disimpulkan sebagai berikut;

a. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara parasocial relationship dengan aspek power dari self-esteem. Artinya, individu dengan parasocial relationship tinggi cenderung kurang mampu mengontrol perilaku diri sendiri ataupun orang lain.

b. Korelasi parasocial relationship dengan aspek significance dari self-esteem berada pada tingkat korelasi sedang dengan signifikansi tinggi.


(35)

55

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

Artinya, individu dengan parasocial relationship tinggi adalah individu yang cenderung kurang menerima kepedulian, penilaian dan afeksi dari orang di sekitarnya.

c. Korelasi parasocial relationship dengan aspek competence dari self-esteem berada pada tingkat korelasi sedang dengan signifikansi tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu dengan parasosial yang tinggi adalah individu yang kurang dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya.

d. Korelasi parasocial relationship dengan aspek virtue dari self-esteem memiliki tingkat korelasi yang sangat rendah. Artinya, ketaatan individu pada etika, moral dan prinsip-prinsip agama tidak memiliki hubungan dengan parasocial relationship.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, disarankan agar lebih menggali indikator-indikator dari dimensi-dimensi variabel parasocial relationship, khususnya dimensi empathy dan interest agar hasil penelitian dapat lebih spesifik. Jika peneliti selanjutnya akan menggunakan tema yang sama, sebaiknya mencari teori self-esteem yang lebih cocok dengan parasocial relationship karena aspek virtue menunjukkan tidak adanya hubungan dengan parasocial relationship.

2. Bagi Penggemar K-Pop

Sebaiknya, para penggemar K-Pop dalam menggemari sesuatu jangan sampai berlebihan dan mengetahui batas-batas wajarnya. Para penggemar K-Pop juga harus dapat memahami bahwa hubungan mereka dengan artis idola


(36)

56

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

adalah hubungan yang satu arah dan hubungan tersebut tidak dapat menggantikan hubungan nyata.


(37)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arda, Selen. (2006). Predictors of Parasocial Interaction With The Favorite and The Least Desirable Characters Portrayed In TV Serials. Thesis: Middle East Technical University.

Ashe, D. D., Maltby, J., & McCutcheon, L. E. (2005). Are celebrity-worshippers more prone to narcissism? A brief report. North American Journal of Psychology.

Ashe, Diane D. & McCutcheon, Lynn E. (2001). Shyness, Loneliness, and Attitude Towards Celebrities. Journal of Current Research in Social Psychology.

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bednar, R. L., Wells, M. G., & Peterson, S. R. (1989). Self-esteem: Paradoxes and innovations

in clinical theory and practice. Washington, D.C: American Psychological Association.

Burn, R.B (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Crocker, J., Luhtanen, R. K., Cooper, M. L., & Bouvrette, A. (2003). Contingencies of self-worth in college students: Theory and measurement. Journal of Personality and Social Psychology.

Chan, K., & Zhang, C. (2010). Living in a celebrity-mediated social world: The Chinese experience. Young Consumers.


(38)

57

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Chia, Stella. & Poo, Yip Ling. (2008). Media, Celebrities, and Fans: An Examination of Celebrity Worship Among Adolescents.

Churaisin, S. E. (2004). Hubungan antara harga diri dengan kenakalan remaja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Cole, Tim & Leets, Laura. (1999) Attachment Styles and Intimate Television

Viewing: insecurely forming relationship in a parasocial way. SAGE: Journal of Social and Personal Relationship.

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecedents of Self-esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.

Derrick, J. L., Gabriel, S., & Tippin, B. (2008). Parasocial relationship and self-discrepancies: Faux relationship have benefits for low self-esteem.

Engle, Y., Kasser, T. (2005). Why do Adolescent Girls Idolize Male Celebrities?. Journal of Adolescent Research.

Exclusive Interview Dreamers Radio With INFINITE. (2013, Maret 2013). Dreamers Radio. Diakses 1 April 2013, dari: www.dreamersradio.com. Maret 13, 2013. Fans INFINITE di Indonesia Sumbang Untuk Anak-anak Penderita Kanker. (2013,

Maret 4). Detikhot. Diakses April 1, 2013, dari: www.hot.detik.com. Maret 4, 2013.

Fans Yesung Super Junior di Indonesia Sumbang Rp 17,9 Juta Untuk Amal. (2012, September 15). Kapanlagi.com. Diakses Oktober 20, 2012, dari: www.kapanlagi.com. September 15, 2012.

Giles, D. C. (2002). Parasocial interaction: A review of the literature and a model for future research. Mediapsychology.


(39)

58

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Greenwood, D. N., & Long, C. R. (2011). Attachment, belongingness needs, and relationship status predict imagined intimacy with media figures. Communication Research.

Ho, Helen. (2006). That Could Be Me: Parasocial Identification, Reality Television, and Viewer Self-Worth.

Hoffner, C. A. (2002). Attachment to media characters. New York: Macmillan Reference.

Horton, D., & Wohl, R. R. (1956). Mass communication and para-social interaction. Psychiatry.

Horton, Maria, (2007). Physical Appearance Effects on Woman’s Self-Esteem. Johnson C. Smith University.

Hyman, Michael R., Sierra, Jeremy J. (2007). Idolizing Sports Celebrities: A Gateway to Psychopathology?.

Hyo Bin, Song. (2011). Super Duper Korea Fever. Klik Publishing: Yogyakarta. 2011

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Erlangga

Klimmt, C., Hartmann, T., & Schramm, H. (2006). Parasocial Interaction and Relationship. Psychology of Entertainment. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum. Laken, A. R. (2009). Parasocial Relationship with Celebrities: An illusion of


(40)

59

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Louisianne. (2012). K-Pop Fandom: Parasocial Interaction?. [online].

http://louisiannekpop.tumblr.com/post/21993563757/kpop-fandom-para-social-interaction

Liu, Jacky K. K. (2013). Idol Worship, Religiosity, and Self-Esteem among University and Secondary Students in Hongkong. Discovery-SS Students E-Journal. Martin, M. M., Cayanus, J. L., McCutcheon, L. E., & Maltby, J. (2003). Celebrity

worship and cognitive flexibility. North American Journal of Psychology. Martin, M. M., & Rubin, R. B. (1994). Development of a communication flexibility

measure. Southern Communication Journal.

McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement of celebrity worship. British Journal of Psychology.

McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002) Conceptualization and measurement of celebrity worship. British journal of psychology.

Maltby, J., Day, L. (2010). Celebrity Worship and Incidence of Elective Cosmetic Surgery: Evidence of a Link Among Young Adults. Journal of Adolscents Health.

Maltby, J., Giles, D., Barber, L. & McCutcheon, L.E. (2005). Intense-personal Celebrity Worship and Body Image: Evidence of a link among female adolescents. British Journal of Health Psychology.

Murphy, Melissa J. (2010). The Psychology Behind Celebrity Worship. [online]. Tersedia: http://voices.yahoo.com/the-psychology-behind-celebrity-worship-6407326.html. [20 Mei 2014]


(41)

60

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nafisah, P. F. (2012). Hubungan antara Harga Diri dengan Kompetensi Interpersonal Usia Remaja Akhir. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

North, A. C., Sheridan, L., Maltby, J, Gillett, R. (2007). Attributional Style, Self-esteem, and Celebrity worship. Media Psychology.

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Oxford. (2013). Oxford Dictionaries. Diakses Oktober 28, 2013, dari:

www.oxforddictionaries.com. 2013.

Park, Alice. (2008, September 15). Celebrity worship : Good for Your Health?. TIME. Diakses Januari 25, 2013, dari: www.time.com. September 15, 2008. Park Yoochun pleads for ‘sasaeng’ fans to stop. (2011, Maret 12). Allkpop. Diakses

Oktober 20, 2012, dari: www.allkpop.com. Maret 12, 2011.

Peterson, Gary W., Peters, David F. (1983). Adolescents' Construction of Social Reality: The Impact of Television and Peers. Journal Youth & Society.

Rubin A. M., Perse E. M., Powell, R. A. (1985). Loneliness, Parasocial Interaction, and Local Television News Viewing. Human Communication Research.

Rumpf, Renee E. (2012). The Predictors of Parasocial Interaction and Their Effects on Perceived Persuasiveness. Thesis: San Diego State University.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivarial. Jakarta. PT Elex Media Komputindo Stever, Gayle S. (2013). Mediated vs. Parasocial Relationship: An Attachment

Perspective. Journal of Media Psychology.


(42)

61

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

_______. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Zajonc, Robert dalam The Psychology Book. (2012). Dorling Kindersley Limited. London.

Video of JYJ’s Park Yoochun being assaulted by a Sasaeng fan revealed online. (2012, Maret 8). Allkpop. Diakses Oktober 20, 2012, dari: www.allkpop.com. Maret 8, 2012.

Wells, L. E., & Marwell, G. (1976). Self-esteem: Its conceptualization and measurement. Beverly Hills, CA: Sage

Yue, X. D., & Cheung, C. (2000). Selection of favourite idols and models among Chinese young people: A comparative study in Hong Kong and Nanjing. International Journal of Behavioral Development.

Zillman, D. (2006). Empathy: Affective Reactivity To Others’ Emotional Experiences. Psycology of Entertainment. Mahwah, NJ: Erlbaum


(1)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arda, Selen. (2006). Predictors of Parasocial Interaction With The Favorite and The Least Desirable Characters Portrayed In TV Serials. Thesis: Middle East Technical University.

Ashe, D. D., Maltby, J., & McCutcheon, L. E. (2005). Are celebrity-worshippers more prone to narcissism? A brief report. North American Journal of Psychology.

Ashe, Diane D. & McCutcheon, Lynn E. (2001). Shyness, Loneliness, and Attitude Towards Celebrities. Journal of Current Research in Social Psychology.

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bednar, R. L., Wells, M. G., & Peterson, S. R. (1989).Self-esteem: Paradoxes and innovations in clinical theory and practice. Washington, D.C: American Psychological Association. Burn, R.B (1993). Konsep Diri : Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.

Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Crocker, J., Luhtanen, R. K., Cooper, M. L., & Bouvrette, A. (2003). Contingencies of self-worth in college students: Theory and measurement. Journal of Personality and Social Psychology.

Chan, K., & Zhang, C. (2010). Living in a celebrity-mediated social world: The Chinese experience. Young Consumers.


(2)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Chia, Stella. & Poo, Yip Ling. (2008). Media, Celebrities, and Fans: An Examination of Celebrity Worship Among Adolescents.

Churaisin, S. E. (2004). Hubungan antara harga diri dengan kenakalan remaja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Cole, Tim & Leets, Laura. (1999) Attachment Styles and Intimate Television

Viewing: insecurely forming relationship in a parasocial way. SAGE: Journal of Social and Personal Relationship.

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecedents of Self-esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.

Derrick, J. L., Gabriel, S., & Tippin, B. (2008). Parasocial relationship and self-discrepancies: Faux relationship have benefits for low self-esteem.

Engle, Y., Kasser, T. (2005). Why do Adolescent Girls Idolize Male Celebrities?. Journal of Adolescent Research.

Exclusive Interview Dreamers Radio With INFINITE. (2013, Maret 2013). Dreamers Radio. Diakses 1 April 2013, dari: www.dreamersradio.com. Maret 13, 2013.

Fans INFINITE di Indonesia Sumbang Untuk Anak-anak Penderita Kanker. (2013, Maret 4). Detikhot. Diakses April 1, 2013, dari: www.hot.detik.com. Maret 4, 2013.

Fans Yesung Super Junior di Indonesia Sumbang Rp 17,9 Juta Untuk Amal. (2012, September 15). Kapanlagi.com. Diakses Oktober 20, 2012, dari: www.kapanlagi.com. September 15, 2012.

Giles, D. C. (2002). Parasocial interaction: A review of the literature and a model for future research. Mediapsychology.


(3)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Greenwood, D. N., & Long, C. R. (2011). Attachment, belongingness needs, and relationship status predict imagined intimacy with media figures. Communication Research.

Ho, Helen. (2006). That Could Be Me: Parasocial Identification, Reality Television, and Viewer Self-Worth.

Hoffner, C. A. (2002). Attachment to media characters. New York: Macmillan Reference.

Horton, D., & Wohl, R. R. (1956). Mass communication and para-social interaction. Psychiatry.

Horton, Maria, (2007). Physical Appearance Effects on Woman’s Self-Esteem. Johnson C. Smith University.

Hyman, Michael R., Sierra, Jeremy J. (2007). Idolizing Sports Celebrities: A Gateway to Psychopathology?.

Hyo Bin, Song. (2011). Super Duper Korea Fever. Klik Publishing: Yogyakarta. 2011

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Erlangga

Klimmt, C., Hartmann, T., & Schramm, H. (2006). Parasocial Interaction and Relationship. Psychology of Entertainment. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.

Laken, A. R. (2009). Parasocial Relationship with Celebrities: An illusion of intimacy with mediated friends. Dissertation: University of Nevada Las Vegas.


(4)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Louisianne. (2012). K-Pop Fandom: Parasocial Interaction?. [online].

http://louisiannekpop.tumblr.com/post/21993563757/kpop-fandom-para-social-interaction

Liu, Jacky K. K. (2013). Idol Worship, Religiosity, and Self-Esteem among University and Secondary Students in Hongkong. Discovery-SS Students E-Journal.

Martin, M. M., Cayanus, J. L., McCutcheon, L. E., & Maltby, J. (2003). Celebrity worship and cognitive flexibility. North American Journal of Psychology.

Martin, M. M., & Rubin, R. B. (1994). Development of a communication flexibility measure. Southern Communication Journal.

McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement of celebrity worship. British Journal of Psychology.

McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002) Conceptualization and measurement of celebrity worship. British journal of psychology.

Maltby, J., Day, L. (2010). Celebrity Worship and Incidence of Elective Cosmetic Surgery: Evidence of a Link Among Young Adults. Journal of Adolscents Health.

Maltby, J., Giles, D., Barber, L. & McCutcheon, L.E. (2005). Intense-personal Celebrity Worship and Body Image: Evidence of a link among female adolescents. British Journal of Health Psychology.

Murphy, Melissa J. (2010). The Psychology Behind Celebrity Worship. [online]. Tersedia: http://voices.yahoo.com/the-psychology-behind-celebrity-worship-6407326.html. [20 Mei 2014]


(5)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nafisah, P. F. (2012). Hubungan antara Harga Diri dengan Kompetensi Interpersonal Usia Remaja Akhir. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

North, A. C., Sheridan, L., Maltby, J, Gillett, R. (2007). Attributional Style, Self-esteem, and Celebrity worship. Media Psychology.

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008).Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Oxford. (2013). Oxford Dictionaries. Diakses Oktober 28, 2013, dari: www.oxforddictionaries.com. 2013.

Park, Alice. (2008, September 15). Celebrity worship : Good for Your Health?. TIME. Diakses Januari 25, 2013, dari: www.time.com. September 15, 2008.

Park Yoochun pleads for ‘sasaeng’ fans to stop. (2011, Maret 12). Allkpop. Diakses Oktober 20, 2012, dari: www.allkpop.com. Maret 12, 2011.

Peterson, Gary W., Peters, David F. (1983). Adolescents' Construction of Social Reality: The Impact of Television and Peers. Journal Youth & Society.

Rubin A. M., Perse E. M., Powell, R. A. (1985). Loneliness, Parasocial Interaction, and Local Television News Viewing. Human Communication Research.

Rumpf, Renee E. (2012). The Predictors of Parasocial Interaction and Their Effects on Perceived Persuasiveness.Thesis: San Diego State University.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivarial. Jakarta. PT Elex Media Komputindo Stever, Gayle S. (2013). Mediated vs. Parasocial Relationship: An Attachment

Perspective. Journal of Media Psychology.


(6)

Raden Ranti Andennisa P., 2014

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP DENGAN

SELF-ESTEEM PADA PENGGEMAR K-POP : Studi Korelasional pada Peserta Gathering GOT7 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

_______. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Zajonc, Robert dalam The Psychology Book. (2012). Dorling Kindersley Limited. London.

Video of JYJ’s Park Yoochun being assaulted by a Sasaeng fan revealed online. (2012, Maret 8). Allkpop. Diakses Oktober 20, 2012, dari: www.allkpop.com. Maret 8, 2012.

Wells, L. E., & Marwell, G. (1976). Self-esteem: Its conceptualization and measurement. Beverly Hills, CA: Sage

Yue, X. D., & Cheung, C. (2000). Selection of favourite idols and models among Chinese young people: A comparative study in Hong Kong and Nanjing. International Journal of Behavioral Development.

Zillman, D. (2006). Empathy: Affective Reactivity To Others’ Emotional Experiences. Psycology of Entertainment. Mahwah, NJ: Erlbaum