KEANEKARAGAMAN DAN INDEKS BIOTIK MAKROZOOBENTOS DI ALIRAN SUNGAI BABURA DI KOTA MEDAN.

KEANEKARAGAMAN DAN INDEKS BIOTIK MAKROZOOBENTOS DI
ALIRAN SUNGAI BABURA DI KOTA MEDAN

Oleh :
Andi Andrean Sihombing
4113220002
Program Studi Biologi

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

KARAGAMAN DAN INDEKS BIOTIK MAKROZOOBENTOS DI ALIRAN
SUNGAI BABURA DI KOTA MEDAN
Andi Andrean Sihombing (4113220002)


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan indeks biotik
makrozoobentos serta keadaan fisika kimia perairan Sungai Babura Kota Medan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik sampling. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari 2015. Pengambilan sampel dilakukan pada lima
stasiun. Stasiun I di jalan bunga rampai 4, lingkaran 4, simalingkar B. stasiun II di
gang qubah, al-azhar, simalingkar B. stasiun III di pajak sore, Padang Bulan. Stasiun
IV di jalan Jenderal Sudirman, Padang Bulan. Stasiun V di jalan kejaksaan, belakang
hotel Cambrigge. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh organisme
makrozoobentos yang didapat dengan menggunakan eckman grab sebanyak 5 kali
pengulangan.
Hasil penelitian dan identifikasi diperoleh ada 13 spesies
makrozoobentos : Wriggler, Chironomous, Baetidae, Nemoura, Acroneura,
Penaeidae, haemopsis, Pleurocera, Physa , Diplacoides, Tubifex, Lumbricus,
Gerridae. Indeks keanekaragaman (H’) makrozoobentos di sungai Babura tergolong
rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya pencemaran yang terjadi di daerah aliran
Sungai Babura. Rendahnya nilai keanekaragaman didukung oleh nilai indeks biotik
makrozoobentos pada Sungai Babura tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan
bahwa perairan sungai Babura berada dalam status perairan kotor berat.

Kata kunci : Keanekaragaman, indeks biotik, makrozoobentos, Sungai Babura

DIVERSITY AND BIOTIC INDEX OF MACROZOOBENTHOS IN
WATERSHED BABURA IN MEDAN
Andi Andrean Sihombing (4113220002)

ABSTRACT
This study aims to determine the diversity and biotic index of
macrozoobenthos and chemical physics state waters Babura River Medan. Data
collection techniques used are sampling technique. This study was conducted in
January 2015. Samples were taken at five stations. Station I in the potpourri 4, circle
4, Simalingkar B. Station II in the alley qubah, al-Azhar, Simalingkar B. Station III
in taxes afternoon, Padang Bulan. Station IV at Sudirman street, Padang Bulan.
Station V in the prosecutor's office, behind the hotel Cambrigge. The sample in this
study were all macrozoobenthos organisms obtained by using Eckman grab as much
as 5 repetitions. Results of research and there are 13 species identification obtained
macrozoobenthos: Wriggler, Chironomous, Baetidae, Nemoura, Acroneura,
Penaeidae, haemopsis, Pleurocera, Physa, Diplacoides, Tubifex, Lumbricus,
Gerridae. The diversity index (H') macrozoobenthos in Babura river is low. This is
due to the high pollution in Babura River basin. The low value of diversity is

supported by a biotic index values of macrozoobenthos in Babura River is low. This
indicates that the river waters in the state Babura heavy dirty waters.
Keywords: Diversity, biotic index, macrozoobenthos, Watershed Babura

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan

i

Riwayat Hidup

ii

Abstrak

iii

Abstrack


iv

Kata Pengantar

v

Daftar Isi

vii

Daftar Tabel

ix

Daftar Gambar

x

Daftar Lampiran


xi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

Latar Belakang Masalah
Ruang Lingkup Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
3
3
3

4

BAB II. TINJAUAN TOERI
2.1 Bentos
2.2 Penggolongan Bentos
2.3 Makrozoobentos
2.3.1. Kelompok Intoleran
2.3.2. Kelompok Fakultatif
2.3.3. Kelompok Toleran
2.4 DAS Babura
2.5 Indeks Biotik
2.6 Keanekaragaman
2.7 Manfaat Makrozoobentos di dalam perairan
2.8 Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi bentos
2.8.1. Suhu
2.8.2. Kecerahan
2.8.3. Kedalaman
2.8.4. Tekstur
2.8.5. pH


5
5
6
7
9
10
12
14
15
15
17
17
18
18
18
19

2.8.6. Dissolved Oxygen (DO)
2.8.7. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
2.8.8. Chemycal Oxygen Demand (COD)


20
20
21

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1
3.2
3.3
3.4
3.7

Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
Teknik Analisis Data
3.7.1. Indeks Keanekaragaman
3.7.2. Indeks Keanekaragaman
3.5.3. Indeks Dominansi Makrozoobentos

3.5.4. Indeks Biotik

22
22
23
24
26
26
27
28
28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.2. Makrozoobentos
4.2.1. Kelimpahan Makrozoobentos
4.2.2. Keanekaragaman Makrozoobentos
4.2.3. Keseragaman Makrozoobentos (E)
4.2.4. Dominansi Makrozoobentos
4.2.5. Indeks Biotik

4.3. Faktor Fisika Kimia perairan`
4.3.1. Suhu
4.3.2. Kecepatan Arus
4.3.3. Intensitas Cahaya
4.3.4. Kedalaman
4.3.5. Penetrasi Cahaya
4.3.6. pH ( Derajat Keasaman )
4.3.7. Dissolved Oksigen ( DO )
4.3.8. Biological Oxygen Demand ( BOD )
4.3.9. Substrat Dasar
4.4. Pembahasan

30
30
32
33
33
34
35
35

36
37
38
40
41
42
43
44
45
45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

51
52

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Nilai skoring indeks biotik dengan metode BMSP-ASPT

14

Tabel 2.2. Karakteristik tekstur tanah

19

Tabel 3.1. Alat dan Bahan

23

Tabel 3.2. Pengukuran Parameter Fisika–Kimia perairan

25

Tabel 3.3. Indeks Keanekaragaman

27

Tabel 3.4. Kriteria Indeks Keanekaragaman

27

Tabel 3.5. Indeks Keseragaman

27

Tabel 3.6. Kriteria indeks Keanekaragaman

28

Tabel 3.7. Indeks Dominansi

28

Tabel 3.8. Nilai skoring indeks biotik dengan metode BMSP-ASPT

29

Tabel 3.9. Nilai ASPT

29

Tabel 4.1. Data Jumlah Individu dan Hasil Analisis pada tingkat indeks
biotik, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman,
dan indeks dominansi

33

Tabel 4.2. hubungan antara indeks keanekaragaman dengan tingkat
pencemaran perairan

34

Tabel 4.3. Indeks Keseragaman Pada Stasiun Pengamatan di Aliran
Sungai Babura di Kota Medan

34

Tabel 4.4. IndeksDominansi Pada Stasiun Pengamatan di Aliran
Sungai Babura di Kota Medan
Tabel 4.5. indeks Biotik pada aliran sungai Babura di Kota Medan

34
35

DAFTAR LAMPIRAN

halaman
Lampiran 1 : Data makrozoobentos yang diperoleh dari stasiun
penelitian di Aliran Sungai Babura Kota Medan

56

Lampiran 2 : Langkah-langkah perhitungan untuk kelimpahan,

57

keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan indeks biotik
Lampiran 3 : Stasiun Pengambilan Sampel makrozoobentos di Perairan 61
Sungai Babura Kota Medan
Lampiran 4 : Dokumentasi pada saat melakukan penelitian di lapangan

64

Lampiran 5 : Jenis-jenis makrozoobentos yang terdapat di aliran Sungai 65
Babura Kota Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Makrozoobentos adalah hewan invertebrata yang hidup di dasar perairan.
Oleh karena itu, komposisi dan struktur komunitas makrozoobentos yang hidup
dalam sungai merupakan hasil adaptasinya terhadap perubahan kualitas air yang
terjadi di dalam sungai tersebut (Izmiarti, 2010). Makrozoobentos sering dipakai
untuk menduga ketidakseimbangan lingkungan fisik, kimia, dan biologi perairan.
Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme
makrozoobentos karena makrozoobentos merupakan biota air yang mudah
terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemaran kimia maupun
fisik (Odum, 1994). Hal ini disebabkan karena makrozoobentos pada umumnya tidak
dapat bergerak sehingga jika ada bahan pencemar akan terakumulasi di dalam
tubuhnya.
Perubahan sifat substrat dan penambahan pencemaran akan berpengaruh
terhadap kelimpahan dan keanekaragaman. Makrozoobentos, yang berperan sebagai
mata rantai makanan dalam ekosistem perairan.

Ditinjau dari level tropik

makrozoobentos menduduki level konsumen pertama dan kedua dan pada akhirnya
dimakan oleh konsumen yang lebih tinggi, seperti ikan. Selain itu hewan bentos
berperan dalam siklus nutrient terutama terutama dalam proses awal dekomposisi
material organik ( Febriyansyah, 2011).
Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi
komunitas makrozoobentos ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi perairan.
Sifat perairan seperti pasang surut, kekeruhan, substrat dasar, dan suhu air.
Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan dapat menimbulkan akibat yang
merugikan terhadap populasi makrozoobentos yang hidup di ekosistem perairan
(Darojah, 2005).

2

Sungai merupakan salah satu perairan lotik (bergerak) yang berfungsi sebagai
media atau tempat hidup organisme makro maupun mikro, baik itu yang menetap
maupun yang dapat berpindah pindah. Organisme yang hidup dalam badan air adalah
organisme yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kecepatan arus atau aliran
air (Odum, 1994). Ekosistem sungai dipengaruhi oleh aktivitas alam dan aktivitas
manusia di daerah aliran sungai. Pada umumnya aktivitas manusia yang
mempengaruhi ekosistem sungai meliputi kegiatan pertanian pemukiman dan
industri.

Secara langsung atau tidak langsung sampah, atau limbah pertanian,

pemukiman, dan industri yang masuk ke sungai dapat mengakibatkan perubahan sifat
fisika, kimia, maupun biologi sungai (Wargadinata, 1995).
Indeks biotik merupakan nilai dalam bentuk scoring yang dibuat atas dasar
tingkat toleransi organisme atau kelompok organisme terhadap cemaran. Indeks
biotik

memperhitungkan

keragaman

organisme

dengan

mempertimbangkan

kelompok-kelompok tertentu dalam kaitannya dengan tingkat pencemaran di suatu
perairan (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998).

Nilai indeks dari suatu lokasi

dapat diketahui dengan menghitung nilai skoring dari semua kelompok hewan yang
ada dalam sampel. Handayani (2000) kualitas perairan di Sungai Brantas, ditinjau
dari indeks biotik diperoleh kisaran angka 4,0 - 6,3 yang artinya sungai brantas
berada pada status perairan kotor sedang sampai dengan kotor berat.
Sungai Babura merupakan sungai yang mengalir dari bagian hulu di
Kecamatan Sibolangit sampai bagian hilirnya di Kelurahan Petisah Tengah. Aliran
sungai Babura ini juga mengalir di sepanjang Kecamatan Namorambe yang
merupakan bagian tengah sungai Babura. DAS Babura mempunyai luas ± 4921,88
Ha. Topografi daerah hulu sungai Babura semakin landai dengan kemiringan 0,2%
laju air pada daerah ini cukup deras, terutama ke arah hilir sungai. Daerah hulu
merupakan daerah pertanian, karena di sepanjang aliran Sungai Babura terdapat
pemukiman penduduk yang mayoritas bertani, dan daerah wisata. Sedangkan di
bagian tengah Sungai Babura terdapat daerah industri dan daerah terbuka. Irianto
(2010) Sungai Babura dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk mandi dan mencuci,

3

belum lagi limbah industri yang sengaja dibuang ke sungai sehingga semakin
berkembangnya zaman membuat sungai ini semakin tercemar. Banyak sampah yang
dibuang masyarakat di sungai Babura, membuat organisme aquatik banyak yang mati
Adapun alasan penulis memilih aliran Sungai Babura dari tengah sampai ke
hilir adalah karena informasi tentang aspek biologi dan ekologi dari makrozoobentos
yang hidup di sepanjang Sungai Babura bagian tengah dan hilir masih sedikit
dilaporkan. Selain itu, Sungai Babura merupakan salah satu sungai yang melintasi
Kota Medan yang cenderung dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk MCK
dan pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah pabrik.
Sehingga sangat penting untuk mengetahui tingkat pencemaran perairan di Sungai
Babura Kota Medan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Keanekaragaman dan Indeks Biotik
Makrozoobentos di Aliran Sungai Babura di Kota Medan “
1.2.Ruang Lingkup Masalah
Dalam penelitian ini, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada pengamatan
makrozoobentos yang dilihat dari keanekaragaman, indeks biotik, dan sifat fisik
fisika-kimia pada aliran Sungai Babura di Kota Medan.
1.3.Rumusan Masalah
Penelitian ini membahas mengenai Indeks Biotik dan Keanekaragaman
Makrozoobentos pada aliran Sungai Babura yang meliputi :
1. Bagaimana indeks keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Babura?
2. Bagaimana indeks keseragaman makrozoobentos di Sungai Babura?
3. Bagaimana indeks Dominansi makrozoobentos di Sungai Babura?
4. Bagaimana indeks biotik makrozoobentos di Sungai Babura?
5. Bagaimana faktor fisika-kimia perairan di Sungai Babura?

4

1.4.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui indeks keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Babura.
2. Mengetahui indeks keseragaman makrozoobentos di Sungai Babura.
3. Mengetahui indeks dominansi makrozoobentos di Sungai Babura.
4. Mengetahui indeks biotik makrozoobentos yang ada di Sungai Babura.
5. Mengetahui faktor fisika-kimia perairan di Sungai Babura.
1.5.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumber informasi mengenai indeks biotik dan keanekaragaman
makrozoobentos di sungai Babura.
2. Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa yang dapat dimanfaatkan untuk
penelitian selanjutnya ( sebagai pembanding).

53

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, E., (2008), Parameter Fisika – Kimia Perairan,
http://erikarianto,wordpress.com/2008/01/10/parameter-fisika-dankimiaperairan/
Barus, T.A., (2004), Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Air Daratan
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA USU, Medan.
Darojah, Y., (2005), Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Ekosistem Perairan
Rawa Pening Kabupaten Semarang, Skripsi, Semarang: UNS.
Edmonso, W.T., (1959), Fresh Water Biology, 2nd ed, John Willey and Sons, Inc X.
New York
Effendi, H., (2003), Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan, Kanisius,Yogyakarta.
Fachrul, M.F., (2007), Metode Sampling Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta.
Fardias. (1992), Studi Keanekaragaman Makrozoobentos di Danau Lau Kawar Desa
Kuta gugung Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, Skripsi Sarjana
Departemen Biologi fakltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Febriansyah. (2001), Komunitas Makrozoobentos di Sungai Batang Hari
Kabupaten Solok Sumatera Barat, Skripsi Sarjana Biologi Universitas Andalas,
Padang.
Irianto dan Machbud., (2010), Fenomena Hubungan Debit Air dan Kadar Zat
Pencemar Dalam Air Sungai (Studi Kasus : Sub DPS Citarum Hulu).
Izmianti, (2010), Komunitas Makrozoobentos di Banda Bakali Kota Padang.
Biospectrum 6 (1) : 34-40.
Jailani, W. T.,(1993), A Treatise on Lymnologi. Blackwell Scientific Publications
Oxford.
Krebs, C. J. 1985. Ecology. Third edition. New York : Happer and Publisher.
Magurran AE. (1987). Ecologycal Diversity and Its Measurement. New Jersey:
Princeton University Press.
Niken, (2005), Pengertian dan Penggolongan Bentos. Http://bioindlog15.wordpress
Nugroho, A, (2005), Bioindikator Kualitas Air, Universitas Trisakti, Jakarta.

54

Nybakken, J. W., (1992), Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh Eidman dan Bengen. P. T. Gramedia. Jakarta.
Odum, E. P., (1993), Dasar-dasar Ekologi, Edisi Ketiga, Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Pennak, R. W.,(1978), Freshwater Invertebrates of The United States, The Ronald
Press Company, New York.
Purwati, S.U., I. Sutapa., (1999), Keanekaragaman Hayati Mikrobiota di beberapa
Sungai Prokasih, Studi Pembangunan, Lingkungan dan Kemasyarakatan.
Rahman, F.,(2009), Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Estuaria
Sungai Brantas (Sungai Porong Dan Wonokromo), Jawa Timur. Bogor :
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Retnowati, D. N., (2003), Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Beberapa
Parameter Fisika Kimia Perairan Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat,
Skripsi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ridwan, D. 2004. Komunitas Makrozoobentos sebagai indicator Biologi Perairan
Sungai Ciliwung. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Rifgah, Marmita., Siahaan, Ratna ; Roni, Koneri., MarnixL. Langoy, (2013),
Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis Dalam Menentukan Kualitas Air
Sungai Ranoyapo Minahasa Selatan Sulawesi Selatan, Jurnal Ilmiah Sains Vol.
13 No. 1
Rini, D.A. 2007. Mengenal Makroinvertebrata. Warta Konservasi Lahan Basah.
Sagala, E.P, (2012), Komposisi dan Keanekaragaman Bentos dalam menilai Kualitas
Air Sungai Lematang, di Desa Tanjung Muning, Kecamatan Gunung Megang
Kabupaten Muara Enim, Jurusan Biologi, Universitas Sriwijaya, Sumatera
Selatan, Vol 15 no.2.
Salmin, (2005), Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan, Oseana
XXX.
Sastrawijaya, A. T.,(2000), Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Surabaya.
Siahaan, R.,(2012) Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas air
Sungai Cisadane, Jawa Barat – Banten, J.Bioslogos. 2(1):p.1-9.
Suin, N. 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas, Padang.

55

Soeganto. 1994. Ilmu lingkungan. Cetakan pertama Surabaya : Rineka Cipta.
Susanto, P., (2000), Pengantar Ekologi Hewan, Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta
Tiorinse. 2009. Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Medan,
Indonesia : Universitas Sumatera Utara.
Trihadiningrum, Y. dan Tjondronegoro, I. 1998. Makroinvertebrata Sebagai
Bioindikator Pencemaran Badan Air Tawar di Indonesia Siapkah Kita?.
Lingkungan dan Pembangunan 18 (1). Jakarta.
Tobing, I. 2009. Kondisi Perairan Pantai Sekitar Merak, Banten Berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Jenis Bentos, Vis Vitalis, 02(2): 31-40.
Wardhana, W. A., (1994), Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta.
Wargadinata, E. L.,(1995), Makrozoobentos Sebagai indicator Ekologi di Sungai
Percut. Tesis (Tidak Dipubliskan), Medan, Program Pasca Sarjana Ilmu
Pengetahuan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU.
Zulkifli, H dan Setiawan, D., (2011), Struktur Komunitas Makrozoobentos di
Perairan Sungai Musi Kawasan Pulokerto Sebagai Instrumen Biomonitoring.
Jurnal Natur Indonesia, 14(1) : 95-99.