KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI TIGA LOKASI ALIRAN SUNGAI SUMBER KULUHAN JABUNG, KABUPATEN MAGETAN Repository - UNAIR REPOSITORY
Lampiran 1
RINGKASAN
KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS DI TIGA LOKASI ALIRAN SUNGAI SUMBER KULUHAN JABUNG, KABUPATEN MAGETAN
Prima Firstyananda
080610117
Departemen Biologi
ABSTRAK Penelitian tentang “ Komposisi dan Keanekaragaman Makrozoobentos Di Tiga
Lokasi Aliran Sungai Sumber Kuluhan Jabung, Kabupaten Magetan” telah dilaksanakan
pada tanggal 20-25 Agustus 2011. Sampel diambil dari 7 stasiun penelitian dan dilakukan 5 pengambilan pada setiap stasiun. Lokasi sampling dipilih berdasarkan wilayah pemanfaatannya. Sampel diambil dengan menggunakan surber net kemudian diidentifikasi di Laboratorium Biosistematika Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. Parameter fisikokimia perairan yang diukur yaitu kecepatan arus, Dissolved Oxygen (DO), suhu air, kedalaman sungai dan organik substrat. Dari hasil penelitian didapatkan komposisi substrat dasar perairan dari sumber mata air sampai daerah irigasi berupa krikil, granul, pasir dan lumpur. Pengukuran substrat dilakukan dengan menggunakan mesh. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan indeks kenekaragaman Shannon Weaner. Dari ketujuh stasiun penelitian nilai keanekaragaman makrozoobentos yang didapatkan ada perbedaan, nilai keanekaragaman dikategorikan rendah yakni 1,13−1,29 terdapat di stasiun penelitian II, III dan I sedangkan nilai keanekaragaman jenis makrozoobentos dikategorikan sangat rendah yakni 0,28−0,96 terdapat di stasiun penelitian V, IV, VI dan VII. Makrozoobentos yang mendominasi pada masing-masing stasiun penelitian adalah dari genus Elimia,
Chironomus, Leptoxis dan Tubifex . Genus yang mendominasi pada Stasiun I adalah Tubifex.
Genus yang mendominasi pada Stasiun II, IV, V, VI adalah Elimia . Genus yang mendominasi pada Stasiun VII adalah Leptoxis dan Genus yang mendominasi pada Stasiun III adalahChironomus.
Kata kunci : Keanekaragaman, Makrozoobentos, Sumber mata air dan alirannya, komposisi
substrat, Mesh
ABSTRACT
Research about “ Composition and Diversity of Macrozoobentos in three research site inKuluhan Jabung, Kabupaten Magetan” was performed in August 20-25.2012. Sample were collected
from seven research site with five replications in each station. Research site is chosen based on it’s
utilization to human actvities neraby. Collection of sample is done using surber net and taken to
Biosystematic Laboratory of Airlangga University for identification. Measured physicochemical
parameters of water flow velocity, Dissolved Oxygen (DO), water temperature, water depth,
organic substrates. Analysis from the research it was discovered that substrate composition in spring
water till irigation consist of, small spones, granules, sand and silt. Measurement of substrate size is done
using mesh filter. Data from identification is later analyzed using Shannon-wiener of diversity. Of the
seven research stations diversity values obtained makrozoobentos there are differences, diversity
values are considered low at 1.13 to 1.29 at the research station II, III and I while the value of
species diversity classified makrozoobentos very low at 0.28 to 0.96 contained in the research
station V, IV, VI and VII. Makrozoobentos which dominate at each research station is of the
genus Elimia, Chironomus, Leptoxis and Tubifex. Genus dominate at Station I is Tubifex. The
genus that dominates at Station II, IV, V, VI are Elimia. Genus dominate at Station VII is
Leptoxis and Genus dominate at Station III is Chironomus.
Keywords: Diversity, Makrozoobentos, sources of water and its flow, substrate composition,
Mesh filter
Latar belakang masalah memenuhi kebutuhan akan sumber air
Air tawar hanya menempati 3 % dari bersih. jumlah air dipermukaan bumi, yang
Jabung merupakan desa yang terletak sebagian besar tersimpan dalam bentuk di Kabupaten Magetan yang berbatasan bekuan berupa gletser dan es, atau terbenam langsung dengan Kabupaten Ngawi. Di desa dalam akuifer, sedangkan sebagian kecil ini terdapat sumber mata air yang bernama terdapat dalam kolam, sungai, dan danau Kuluhan. Sumber Kuluhan ini memiliki dua
(Kimball, 1992). Walaupun hanya memiliki
aliran sungai yaitu aliran yang menuju ke proporsi yang relatif kecil, namun manfaat daerah pemukiman dan aliran yang menuju air tawar sangat besar bagi kepentingan area persawahan. Sungai yang mengalir dari makhluk hidup khususnya manusia. sumber Kuluhan alirannya langsung menuju
Manusia memanfaatkan air tawar untuk ke sungai Bengawan Solo. Sungai ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari sungai Bengawan Solo. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan irigasi persawahan. Mayoritas penduduk desa Jabung adalah petani dan peternak.
Berkembangnya kegiatan penduduk di sekitar sub-DAS sumber Kuluhan, seperti bertambahnya pemukiman penduduk, kegiatan rumah tangga dan kegiatan pertanian dapat berpengaruh terhadap kualitas air karena limbah yang dihasilkan dibuang langsung ke sungai. Adanya masukkan bahan-bahan yang tak terlarut dari kegiatan penduduk di sekitar sumber Kuluhan dan alirannya sampai batas-batas tertentu tidak akan menurunkan kualitas air sungai. Apabila beban masukkan bahan- bahan terlarut tersebut melebihi kemampuan sungai untuk membersihkan sendiri maka akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan dan kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai tersebut.
Secara umum sungai didefinisikan sebagai tempat/wadah serta jaringan pengaliran dari mata air sampai muara (Anonim, 1999). Definisi tentang sungai yang lebih rinci antara lain sebagai berikut, (1) suatu daerah yang di dalamnya terdapat air yang mengalir secara terus menerus dan
(2) suatu daerah yang keadaan topografi dan tanaman atau keadaan lainnya mirip dengan suatu daerah yang di dalamnya terdapat air terus menerus tetapi tidak termasuk daerah yang hanya sementara saja terisi oleh air yang mengalir yang disebabkan oleh banjir atau peristiwa alam lainnya (Tominaga dan Sosrodarsono, 1987 dalam Setiarini, 2000).
Keberadaan hewan akuatik seperti hewan bentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam pemantauan kualitas air sungai secara kontinyu, karena hewan bentos dapat menghabiskan seluruh hidupnya di lingkungan tersebut. Dalam memantau kualitas air sungai secara biologi, idealnya melibatkan seluruh komunitas (full community) yang melibatkan seluruh taksa yang ada pada tingkat tropik (tropic lavel) yang berbeda, namun hal ini sangat sulit dilakukan sehingga dalam prakteknya digunakan kelompok tunggal (single group) seperti makroinvertebrata bentik (Hawkes, 1979 dalam Soegianto, 1990). Sedangkan penggunaan parameter fisika dan kimia hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung memberikan interpretasi dan kisaran yang lebar (Verheyen, 1990 dalam Sastrawijaya, 2000).
Bentos merupakan organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan. Payne, (1989) dalam Sinaga, (2009) menyatakan bahwa makrozoobentos adalah hewan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, baik sesil, merayap maupun menggali lubang. Berdasarkan cara hidupnya, bentos di bedakan atas 2 kelompok yaitu: infauna dan epifauna (Barnes dan Mann, 1994 dalam Sinaga, 2009). Infauna adalah kelompok makrozoobentos yang hidup terbenam di dalam lumpur (berada di dalam substrat), sedangkan epifauna adalah kelompok makrozoobentos yang menempel di permukaan dasar perairan (Hutchinson, 1993 dalam Sinaga, 2009).
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah: Mengetahui apakah terjadi perbedaan komposisi substrat dari daerah sumber mata air Kuluhan sampai daerah sungai irigasi di desa Jabung, Kabupaten Magetan. Mengetahui apakah terjadi perubahan komposisi jenis spesies makrozoobentos dari daerah sumber mata air Kuluhan sampai daerah sungai irigasi di desa Jabung, Kabupaten Magetan. Mengetahui jenis-jenis makrozoobentos dominan mulai daerah sumber mata air
Kuluhan sampai dengan aliran sungai irigasi di desa Jabung, Kabupaten Magetan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sumber mata air Kuluhan dan alirannya di Desa Jabung Kecamatan Panekkan Kabupaten Magetan. Sumber mata air Kuluhan terletak ± 1000 m dpl dan memiliki aliran dengan lebar rata- rata 4 m dan kedalaman rata-rata 50 cm. Proses identifikasi dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.
Prosedur Pengambilan Sampel dan Analisis Hewan Makrozoobentos
Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan di tujuh stasiun yang berbeda dan tiap stasiun terdapat 5 titik pengambilan sampel, berikut ini adalah keterangan dari tujuh stasiun pengambilan sampel, yaitu: Stasiun I : Sumber mata air Kuluhan. Stasiun II : Di dalam pemandian dekat sumber mata air. Stasiun III : Di luar pemandian dekat sumber mata air. Stasiun IV dan V : Daerah pemukiman penduduk. Stasiun VI dan VII : Daerah persawahan.
Analisis Data
A. Kepadatan Absolut (KA)
E. Analisis komunitas
B. Kepadatan Relatif (KR)
= Indeks kesamaan A = Jumlah spesies dalam sampel A B = Jumlah spesies dalam sampel B
(A:B):C = (A:B) kesamaan tertinggi dibandingkan dengan stasiun C
menggunakan rumus : Dengan keterangan:
average cluster methods (Brower et al, 1997 dalam Hariyanto dkk., 2008) dengan
Setelah melakukan analisis kesamaan komunitas kemudian dilanjutkan dengan
sampel
= Jumlah spesies yang sama pada kedua
Untuk mengetahui tingkat kesamaan komunitas antar dua stasiun penelitian, data makrozoobentos dianalisis menggunakan Indeks Sorensen (1948) dalam Odum (1993) yaitu: Keterangan :
Untuk perhitungan kepadatan absolut makrozoobentos, digunakan rumus (Michael, 1984 dalam Simamora, 2009)
= jumlah individu ke-i N = Jumlah total individu
Keterangan H‟ = Indeks Keanekaragaman
Penghitungan indeks keanekaragaman makrozoobentos menggunakan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Weaver, (1949) dalam Odum, (1993) yaitu:
D. Penghitungan indeks keanekaragaman
26 – 50% = jarang 51 – 75% = sering > 76% = sangat sering
Dimana nilai FK (Frekuensi Kehadiran ): 0 – 25% = sangat jarang
Untuk menghitung frekuensi kehadiran suatu makrozoobentos, digunakan rumus (Krebs, 1985 dalam Simamora, 2009) :p
C. Frekuensi Kehadiran (FK)
Untuk menggunakan kepadatan relatif makrozoobentos, digunakan rumus (Brower et. al, 1990 ) :
F. Diagram cluster
tidak merata maka keanekaragaman jenis
G. Penghitungan indeks dominansi
Untuk melihat dominansi suatu organisme dinilai rendah. indeks kenekaragaman jenis dalam komunitas digunakan rumus indeks makrozoobentos tertera pada gambar 4.2 dominansi Simpson (1949) dalam Odum berikut ini : (1993) yaitu: Keterangan :
= Indeks dominansi
= Jumlah individu
N = Jumlah total individu
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Tingkat Keanekaragaman (H’)
- Makrozoobentos pada Masing- Gambar 4.2. Indeks keanekaragaman
makrozoobentos pada semua stasiun
masing Stasiun Penelitian
penelitian di Tiga Lokasi Aliran Sungai Berdasarkan analisis data, didapatkan
Sumber Kuluhan Jabung nilai keanekaragaman (H‟) makrozoobentos yang didapatkan pada ketujuh stasiun
Berdasarkan pengelompokkan penelitian berkisar antara 0,28−1,29. Indeks tersebut, maka berdasarkan data yang keanekaragaman (H‟) tertinggi terdapat pada diperoleh stasiun I (sumber mata air stasiun I (sumber mata air Kuluhan) yakni Kuluhan) tergolong kedalam kelompok sebesar 1,29 dan dapat di kategorikan perairan yang „tercemar sedang‟ karena
“rendah”. Sangat rendahnya indeks memiliki indeks keanekaragaman yakni keanekaragaman ini disebabkan adanya
1,29, stasiun II (pemandian umum didekat penyebaran jumlah dari beberapa individu sumber) tegolong kedalam kelompok pada tiap spesies yang tidak merata. Odum perairan yang „tercemar sedang‟ karena
(1993), menyatakan kenekaragaman jenis memiliki indeks keanekaragaman yakni dipengaruhi oleh pembagian atau
1,13, stasiun III (di luar pemandian umum penyebaran individu dalam tiap jenisnya, dekat sumber) tergolong kedalam kelompok karena suatu komunitas walaupun banyak perairan yang „tercemar sedang‟ karena jenisnya tetapi bila penyebaran individunya memiliki indeks keanekaragaman yakni 1,16, stasiun IV dan V (daerah pemukiman penduduk 1 dan 2) tergolong kedalam kelompok perairan yang „tercemar berat‟ karena memiliki indeks keanekaragaman yakni 0,32dan 0,28, stasiun VI (di daerah persawahan 1) tergolong kedalam kelompok perairan yang „tercemar berat‟ karena memiliki indeks keanekaragaman yakni 0,90, stasiun VII (di daerah persawahan 2) tergolong kedalam kelompok perairan yang tercemar berat karena memiliki indeks keanekaragaman yakni 0,96.
- Komposisi dan Indeks Dominansi
Makrozoobentos Pada Tiap Stasiun Penelitian
Dalam penelitian kenekaragaman dan komposisi makrozoobentos yang berhasil di koleksi selama penelitian berjumlah 10 genus dari 7 stasiun penelitian. Pada stasiun I yang berhasil dikoleksi berjumlah 5 genus diantaranya yaitu Elimia (7), Chironomus (27), Tubifex (28), Lumbriculus (1) dan
Limnodrilus (9). Genus yang mendominasi
adalah Tubifex dengan indeks dominansi yakni 38,8%. Pada stasiun I Tubifex dapat hidup dan bekembang biak dengan baik karena tingginya bahan organik substrat di perairan ini sangat mendukung bagi kehidupan Tubifex. Pada stasiun II yang berhasil dikoleksi berjumlah 5 genus diantaranya yaitu Elimia (115), Chironomus (13), Hidrobiosella (5), Tubifex (2), dan
Limnodrilus (26). Genus yang mendominasi
pada stasiun II yaitu Elimia dengan indeks dominansi sebesar 71,4%. Pada stasiun III yang berhasil dikoleksi berjumlah 6 genus diantaranya yaitu Elimia (30), leptoxis (2),
Heterocleon (8), Chironomus (49), Hidrobiosella (1), dan Limnodrilus (3).
Genus yang mendominasi pada stasiun III yaitu Chironomus dengan indeks dominansi sebesar 52,6%. Pada stasiun IV yang berhasil dikoleksi berjumlah 3 genus diantaranya yaitu Elimia (248), Stoliczia (1) dan Limnodrilus (24). Genus yang mendominasi pada stasiun IV yaitu Elimia dengan indeks dominansi sebesar 90,8%. Pada stasiun V yang berhasil dikoleksi berjumlah 2 genus diantaranya yaitu Elimia (11), Leptoxis (1). Genus yang mendominasi pada stasiun V yaitu Elimia dengan indeks dominansi sebesar 91,6%. Pada stasiun VI yang berhasil dikoleksi berjumlah 6 genus diantaranya yaitu Elimia (52), leptoxis (15),
Heterocleon (1), Stoliczia (1), Paratya (4),
dan Limnodrilus (1). Genus yang mendominasi pada stasiun VI yaitu Elimia dengan indeks dominansi sebesar 70,2%. Pada stasiun VII yang berhasil dikoleksi berjumlah 5 genus diantaranya yaitu Elimia
(45), leptoxis (67), Heterocleon (2),
Chironomus (7) dan Paratya (1). Genus
yang mendominasi pada stasiun VII yaitu
leptoxis dengan indeks dominansi sebesar
54,9%. Gambar 4.4 merupakan hewan yang mendominasi dari tiap-tiap stasiun :
Elimia Chironomus Leptoxis Tubifex
Gambar 4.4 Makrozoobentos yangmendominasi di tiap-tiap stasiun penelitian
- Komposisi Substrat Ditujuh Stasiun
Penelitian
Hasil pengukuran tekstur substrat yang di peroleh dari tujuh stasiun penelitian yaitu berupa krikil, granul (butiran-butiran), pasir dan lumpur. Pada umumnya lokasi penelitian memiliki kandungan substrat krikil dan pasir, tetapi lebih dari 50% diseluruh stasiun penelitian mengandung krikil. Gambar 4.5 merupakan grafik hasil dari pengukuran komposisi substrat yang dilakukan di tujuh stasiun yang berbeda:
Gambar 4.5 Grafik hasil dari pengukurankomposisi substrat yang dilakukan di tujuh stasiun penelitian Berdasarkan gambar 4.5, komposisi substrat yang ada pada tiap-tiap stasiun penelitian sangat berbeda. Pada stasiun I memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (88,10%), granul (8,10%), pasir (0.80%), dan lumpur (0,70%). Substrat yang mendominasi pada stasiun I adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun I adalah Tubifex. Pada stasiun II memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (56,70%), granul (10,70%), pasir (14.30%), dan lumpur (19.20%). Substrat yang mendominasi pada stasiun II adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun
II adalah Elimia. Pada stasiun III memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (75,10%), granul (9,10%), pasir (7,30%), dan lumpur (3%). Substrat yang mendominasi pada stasiun III adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun
III adalah Chironomus. Pada stasiun IV memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (70,60%), granul (10,00%), pasir (8%), dan lumpur (3,10%). Substrat yang mendominasi pada stasiun IV adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun
IV adalah Elimia. Pada stasiun V memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (94,70%), granul (5,20%), pasir (3.40%), dan lumpur (3,40%). Substrat yang mendominasi pada stasiun V adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun V adalah Elimia. Pada stasiun VI memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (54,20%), granul (21,90%), pasir (19,10%), dan lumpur (9,60%). Substrat yang mendominasi pada stasiun VI adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun
VI adalah Elimia. Pada stasiun VII memiliki kandungan substrat diantaranya yaitu krikil (52,80%), granul (13,30%), pasir (19,10%), dan lumpur (13,30%). Substrat yang mendominasi pada stasiun VII adalah krikil dan hewan yang mendominasi pada stasiun
VII adalah leptoxis.
Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hasil pengukuran tekstur substrat yang diperoleh komposisi substrat dasar perairan dari sumber mata air sampai daerah irigasi berupa krikil, granul, pasir dan lumpur. Kandungan krikil paling tinggi terdapat pada stasiun V (pemukiman penduduk, tanpa aktivitas) yaitu 94,70% dan kandungan krikil paling rendah terdapat pada stasiun VII (area persawahan 2) yaitu 52,80%. Kandungan granul paling tinggi terdapat pada stasiun penelitian VI (area persawahan 1) yaitu 21,90% dan kandungan granul paling rendah terdapat pada stasiun V (pemukiman penduduk, tanpa aktivitas) yaitu 5,20%. Kandungan pasir paling tinggi terdapat pada stasiun penelitian VI dan VII (area persawahan 1 dan 2) yaitu 19,10% dan kandungan pasir paling rendah terdapat pada stasiun I (sumber Kuluhan) yaitu 0,80%. Kandungan lumpur paling tinggi terdapat pada stasiun penelitian II (didalam pemandian umum) yaitu 19,20% dan kandungan lumpur paling rendah terdapat pada stasiun penelitian III (di sisi luar area pemandian) yaitu 3%.
2. Analisis data keanekaragaman
1. Perlunya dilakukan pemantauan pada makrozoobentos menggunakan indeks musim hujan dan kemarau sehingga dapat keanekaragaman Shannon-Weaner. Dari dipantau kualitas air sepanjang tahun. ketujuh stasiun penelitian nilai
2. Perlunya dilakukan penelitian dengan keanekaragaman makrozoobentos yang jumlah stasiun penelitian yang lebih didapat, menunjukkan adanya perbedaan banyak mengingat luasnya sistem mata keanekaragaman. Nilai kenekaragaman air Kuluhan dan Jabung. makrozoobentos dikategorikan “rendah”
3. Perlu diteliti kategori kualitas lingkungan yakni 1,13−1,29 terdapat di stasiun berdasarkan biota plankton, yang penelitian II, III dan I sedangkan nilai mempunyai sifat menetap di dasar keanekaragaman jenis makrozoobentos perairan sungai. Sehingga memberikan dikategorikan “sangat rendah” yakni gambaran dampak yang lebih lengkap. 0,28−0,96 terdapat di stasiun penelitian V, IV, VI dan VII.
3. Makrozoobentos yang berhasil di koleksi selama penelitian berjumlah 10 genus dari 7 stasiun penelitian. Makrozoobentos yang mendominasi di masing-masing stasiun penelitian adalah dari genus
Elimia, Chironomus,dan Tubifex . Genus
yang mendominasi pada Stasiun I adalah
Tubifex. Genus yang mendominasi pada
Stasiun II, IV, V, VI dan VII adalah
Elimia . Genus yang mendominasi pada Stasiun III adalah Chironomus.
Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
Lampiran 2. Denah pengambilan sampel 1 6
2 7
3
4
5 Ket: Stasiun 1 : Sumber Kuluhan Stasiun 4 : Pemukiman penduduk I Stasiun 7 : Area persawahan II Stasiun 2 : Pemandian umum Stasiun 5 : Pemukiman penduduk II Stasiun 3 : Area luar pemandian Satsiun 6 : Area persawahan I
Skripsi Komposisi dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Tiga Lokasi Aliran Sungai ... Firstyananda, Prima
LAMPIRAN 3
Lokasi pengambilan makrozoobentos dan sampel substrat
Stasiun I Stasiun II
Skripsi Komposisi dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Tiga Lokasi Aliran Sungai ... Firstyananda, Prima
Stasiun III Stasiun IV
Stasiun V
Skripsi Komposisi dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Tiga Lokasi Aliran Sungai ... Firstyananda, Prima Stasiun VI Stasiun VII
Skripsi Komposisi dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Tiga Lokasi Aliran Sungai ... Firstyananda, Prima
LAMPIRAN 4
Keberadaan jenis-jenis makrozoobentos di tujuh stasiun penelitian
A. Stasiun 1
Stasiun 1 ∑ No Genus (Jumlah)
1 6
2
3 1
4
5 7
1 Elimia
2 Leptoxis
3 Stoliczia
4 Paratya
5 Heterocleon 1 2 17 6 1 27
6 Chironomus
7 Hidrobiosella 7 6 15 28
8 Tubifex 1 1
9 Lumbriculus 8 1 9
10 Limnodrilus 72 ∑(Jumlah takson)
B. Stasiun 2
Stasiun 2 ∑ No Genus (Jumlah)
1
2 6 52
3 54
4 3
5 115 Elimia
1
2 Leptoxis
3 Stoliczia
4 Paratya
5 Heterocleon 6 2 3 2 13 Chironomus
6 2 3 5
7 Hidrobiosella 1 1 2
8 Tubifex
9 Lumbriculus 9 8 4 5 26
10 Limnodrilus 161 ∑ (Jumlah takson) C. Stasiun 3
Stasiun 3 ∑ No Genus (Jumlah)
1 5
2
3 3
4 22
5 30 Elimia
1 1 1 2
2 Leptoxis
3 Stoliczia
4 Paratya 8 8
5 Heterocleon 2 2 26 19 49
6 Chironomus 1 1
7 Hidrobiosella
8 Tubifex
9 Lumbriculus 1 2 3
10 Limnodrilus 93 ∑ (Jumlah takson)
D. stasiun 4
Stasiun 4 ∑ No Genus (Jumlah)
1 9 118
2 36
3 22
4 63
5 248
1 Elimia
2 Leptoxis 1 1
3 Stoliczia
4 Paratya
5 Heterocleon
6 Chironomus
7 Hidrobiosella Tubifex
8
9 Lumbriculus 20 2 1 1 24
10 Limnodrilus 274 ∑ (Jumlah takson) E. Stasiun 5
Stasiun 5 ∑ No Genus (Jumlah) 2
1 2
2 3
3 1
4
5 3 11
1 Elimia 1 1
2 Leptoxis
3 Stoliczia
4 Paratya
5 Heterocleon Chironomus
6
7 Hidrobiosella
8 Tubifex
9 Lumbriculus
10 Limnodrilus 12 ∑ (Jumlah takson)
F. Stasiun 6
Stasiun 6 ∑ No Genus (Jumlah)
1
2 4 14
3 15
4 19
5 52
1 Elimia 6 6 3 15
2 Leptoxis 1 1
3 Stoliczia 4 4
4 Paratya 1 1
5 Heterocleon
6 Chironomus
7 Hidrobiosella
8 Tubifex
9 Lumbriculus 1 1
10 Limnodrilus 74 ∑ (Jumlah takson) G. Stasiun 7
Stasiun 7 ∑ No Genus (Jumlah)
1
2 7
3 3 11
4 24
5 45
1 Elimia 5 3 5 5 49 67
2 Leptoxis
3 Stoliczia 1 1
4 Paratya 1 1 2
5 Heterocleon 1 1 5 7
6 Chironomus
7 Hidrobiosella
8 Tubifex
9 Lumbriculus
10 Limnodrilus 122 ∑ (Jumlah takson)