Penerapan Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh Fery Ferdiansyah

0907226

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

Oleh Fery Ferdiansyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fery Ferdiansyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMASTIS SISWA SMP

(Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung)

Oleh Fery Ferdiansyah

0907226

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. NIP. 194908041977021001

Pembimbing II

Kartika Yulianti, S.Pd., M.Si. NIP. 198207282005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika


(4)

ABSTRAK

Fery Ferdiansyah. (0907226). Penerapan Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP, sehingga perlu untuk ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model tradisional, juga untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran Osborn. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII dengan sampel dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes berpikir kreatif matematis dan instrumen non tes seperti lembar observasi dan angket skala sikap siswa. Hasil penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional. Siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran Osborn.

Kata kunci: Model Pembelajaran Osborn, Kemampuan Berpikir Kreatif


(5)

ABSTRACT

Fery Ferdiasnyah. (0907226). Application of Osborn Learning Model to Increase Mathematics Creative Thinking Ability of Junior High Students.

The research was motivated by the low of mathematics creative thinking ability junior high school, so it needs to be improved. The purpose of this research was to determine whether the mathematics creative thinking abilities of students who use the Osborn learning model better than students who are learning to use the traditional model, also to find out how students' attitudes toward learning mathematics using Osborn learning model. The research was carried out using the method of quasi-experimental and non-equivalent control group design. The populations in this research were all students of SMP Negeri 10 Bandung Class VIII with two classes of samples as the experimental class and control class. The instruments used in this research consisted of mathematics creative ability instruments test and nontest instruments such as observation sheets and questionnaires of students attitude scale. The results of this research is the increase in mathematics creative thinking abilities of students who use the Osborn learning model better than students who are learning to use the traditional model. Students responded positively to the learning of mathematics that uses the Osborn learning model.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Berpikir Kreatif Matematis ... 6

B. Model Pembelajaran Osborn ... 9

C. Hasil Penelitian ysng Relevan ... 13

D. Hipotesis Penelitian ... 13


(7)

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

C. Bahan Ajar ... 15

D. Instrumen Penelitian ... 16

E. Prosedur Penelitian ... 24

F. Teknik Pengolahan Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

1. Analisis Data Hasil Pretest ... 30

2. Analisis Data Hasil Posttest ... 32

3. Analisis Data Hasil Angket ... 35

4. Analisis Data Hasil Lembar Observasi ... 40

B. Pembahasan ... 41

1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 41

2. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Osborn ... 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara (Munandar, 2009: 6). Dengan pendidikan akan lahir generasi-generasi penerus yang berkualitas dan diharapkan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kualitas hasil pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada tiap jenjang satuan pendidikan.

Pelaksanaan pembelajaran termasuk didalamnya adalah pembelajaran matematika. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari sekolah dasar. Dengan tujuan siswa dapat memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerja sama secara efektif.

Merujuk pada tujuan pembelajaran yang dinyatakan dalam permendiknas tersebut, jelas bahwa dalam belajar matematika siswa tidak hanya dilatih untuk menghitung cepat dan menghafal rumus. Suherman (Astuti, 2012) menjelaskan bahwa belajar adalah proses pengembangan potensi diri, akal (kognitif), rasa (afektif-emosi), nurani (spiritual), dan keterampilan (psikomotorik). Dengan demikian, belajar matematika merupakan serangkaian proses yang harus dilalui seseorang dengan mengembangkan segala potensi dirinya untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.

Kemampuan berpikir siswa berhubungan erat dengan kegiatan belajar. Pada saat belajar, siswa menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Sementara itu kemampuan berpikir siswa sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas hasil belajar yang telah diperolehnya. Menurut Surya (Syukur, 2004) kemampuan


(9)

berpikir sering diasosiasikan dengan aktivitas mental dalam memperoleh pengetahuan dan memecahkan masalah.

Dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru-guru saat ini (Teacher Centered), mutu pendidikan di Indonesia dinilai kurang memuaskan. TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) mencatat data bahwa peringkat prestasi matematika siswa kelas VIII (SMP) Indonesia pada tahun 2009 berada diperingkat ke-38 dari 42 negara dengan skor 386, turun 11 poin dari hasil TIMSS pada 2007 yaitu 397 (Litbang Kemendikbud, 2011). Skor ini sungguh rendah bila dibandingkan dengan rata-rata skor internasional yaitu 500. Sedangkan menurut survei PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65 negara yang disurvey dengan skor rata-rata kemampuan matematika siswa Indonesia yaitu 371, skor tersebut masih di bawah rata-rata internasional yaitu 496 (Litbang Kemendikbud, 2011). Berdasarkan data tersebut, jelas mutu pendidikan matematika menurut TIMSS masih rendah karena dibawah rata-rata skor internasional. Sedangkan menurut survei PISA, didapat fakta bahwa literasi matematika siswa Indonesia juga rendah. Siswa Indonesia hanya mampu memecahkan masalah sederhana, dan tidak bisa memecahkan masalah-masalah yang tidak rutin. Hal ini berarti bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi matematik siswa seperti berpikir kreatif masih kurang.

Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerjasama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di sekolah, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika (Siswono, 2009). Tetapi fokus dan perhatian pada upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika masih jarang dikembangkan. Padahal dalam konteks pembelajaran matematika, kemampuan ini adalah kemampuan yang merangsang siswa untuk menemukan solusi yang beragam dari pemecahan masalah. Sehingga, siswa dituntut untuk tidak lagi terbatas pada pemikiran yang konvergen melainkan pemikiran yang divergen.


(10)

3

Dalam konteks yang lebih luas di luar pembelajaran, Mahmudi (2010) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Daya kompetitif suatu bangsa dalam persaingan global sangat ditentukan oleh kreativitas sumber daya manusianya. Dengan demikian, kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang perlu untuk ditingkatkan.

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya suatu perbaikan dalam proses pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam mengembangkan kreativitasnya. Pembelajaran yang dilakukan tentunya harus tepat dengan melibatkan siswa secara aktif. Proses kreativitas muncul karena adanya gagasan dari siswa. Jadi dengan kata lain pembelajaran yang dilakukan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memunculkan gagasan-gagasan kreatif dari siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dinilai tepat dalam memunculkan gagasan yang kreatif adalah model pembelajaran Osborn. Model pembelajaran Osborn adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan metode atau teknik brainstorming. Menurut Guntar (Afifah, 2010) teknik brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang nyeleneh, liar, dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif.

Taylor (Farhan, 2012) mengungkapkan bahwa teknik brainstorming dapat menanamkan inhibisi pada pemikiran kreatif, karena ide-ide aneh yang muncul dapat menggoncangkan gairah berpikir siswa. Evaluation of ideas is not allowed, tidak perlu penilaian apa idenya yang penting harus menampung ide sebanyak-banyaknya (Alma, 2009). Sentral dari brainstorming adalah konsep menunda keputusan. Empat ketentuan dasar dari brainstorming (wikipedia) adalah fokus pada kuantitas, penundaan kritik, sambutan terhadap ide yang tidak biasa, kombinasikan dan perbaiki ide.


(11)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, disusun pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

2. Pokok bahasan pada penelitian ini adalah kubus dan balok.

3. Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diteliti yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian) dan elaboration (keterincian).


(12)

5

Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional.

2. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn.

E. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan dan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi siswa, pembelajaran dengan model Osborn selama penelitian akan memberi pengalaman baru dan mendorong untuk lebih terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematiknya.

2. Bagi guru, pembelajaran dengan model Osborn dapat dijadikan sebagai alternatif strategi dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Dapat dijadikan bahan kajian bagi praktisi maupun peneliti pendidikan matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

F. Definisi Operasional

1. Berpikir kreatif matematis adalah berpikir secara logis dan divergen untuk menemukan gagasan atau solusi bervariasi dalam masalah matematika. 2. Model pembelajaran Osborn adalah model pembelajaran dengan


(13)

ide yang muncul dengan mengatasi segala hambatan dan kritik. Metode brainstorming terdiri dari enam tahap yaitu orientasi, analisis, hipotesis, pengeraman, sintesis, dan verifikasi.

3. Model pembelajaran tradisional merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Metode yang digunakan pembelajaran tradisional adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam proses pembelajarannya guru menjelaskan materi, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru lalu membahasnya melalui tanya jawab antara guru dan siswa.


(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Perlakuan yang diberikan terhadap variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat. Dalam hal ini, peneliti menguji sebuah perlakuan yaitu model pembelajaran Osborn sebagi variabel bebas terhadap kemampuan berpikir kreatif sebagai variabel terikat, yang diberi perlakuan khusus dan dikontrol oleh peneliti. Sejatinya, penelitian seperti ini disebut penelitian eksperimen, tetapi pengambilan sampel pada penelitian ini tidak secara acak siswa, melainkan acak kelas. Peneliti harus menerima kondisi dua kelas yang diperoleh secara acak tersebut. Sehingga, berdasarkan metodenya, menurut Ruseffendi (2005: 31) penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen.

Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan khusus, dalam hal ini model pembelajaran Osborn. Sementara itu, kelas kontrol menggunakan pembelajaran tradisional. Selanjutnya pada penulisan ini, kelas eksperimen akan disebut kelas Osborn dan kelas kontrol disebut kelas tradisional. Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelas tersebut diberikan tes awal. Setelah perlakuan diberikan, dilakukan tes akhir. Desain eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen seperti yang digambarkan dalam diagram berikut ini (Ruseffendi, 2010: 53):

Diagram 3.1

Desain Kelompok Kontrol Non-ekivalen 0 X 0

0 0


(15)

0 : Pretes / postes

X : Pembelajaran dengan model pembelajaran Osborn B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 10 Bandung. Populasi dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VIII kemampuan kognitifnya sudah berkembang. Menurut Piaget (Afifah, 2010: 9), anak pada umur 11 sampai 16 tahun perkembangan perilaku kognitifnya sudah dalam tahap formal operational thought, artinya anak sudah mulai berpikir abstrak dan hipotesis, mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi. Selain itu, pada tahap ini anak sudah mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan masalah.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas VIII di SMP Negeri 10 Bandung. Kelas VIII-A sebagai kelas tradisional dan kelas VIII-B sebagai kelas Osborn pada penelitian ini.

C. Bahan Ajar

Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah kubus dan balok. Adapun bahan ajar yang digunakan antara lain.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun pada penelitian ini ada dua, diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran pada kelas Osborn yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model Osborn dengan metode brainstorming dan rencana pelaksanaan pembelajaran pada kelas tradisional yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model tradisional. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat pada kelas Osborn dan tradisional terdiri dari empat pertemuan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa yang dibuat pada penelitian ini ada satu, yaitu lembar kerja siswa pada kelas Osborn. Lembar kerja siswa pada kelas Osborn yaitu


(16)

16

mengkonstruksi sendiri pemahaman materi yang dipelajari dengan beberapa permasalahan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematis, sedangkan instrumen non tes berupa angket dan lembar observasi. 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Menurut Arikunto, tes adalah serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suratmini, 2010). Tes kemampuan berpikir kreatif berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal kelas Osborn dan kelas tradisional serta mengetahui homogenitas. Sedangkan posttest diberikan untuk mengetahui peningkatan kelas Osborn dan kelas tradisional.

Instrumen tes yang digunakan pada saat pretest dan posttest dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah sama, baik di kelas Osborn maupun tradisional. Tipe tes yang diberikan berupa tipe subyektif dengan bentuk tes uraian. Tes uraian diharapkan mampu mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Selain itu, tes jenis uraian memiliki keunggulan dibandingkan dengan tes objektif, yaitu merangsang siswa untuk mengeluarkan gagasan-gagasan atau ide-ide baru yang ada pada diri siswa.

Menurut Suherman (2003: 77) penyajian soal tipe subjektif dalam bentuk uraian ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :

1. Pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

2. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. 3. Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas siswa, karena tes


(17)

Pemberian skor tes berpikir kreatif matematis mengacu pada indikator berpikir kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (Flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration). Adapun kriteria penskoran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor rubrik yang dimodifikasi dari Bosch (Ririn, 2012).

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Aspek yang Diukur Respon Siswa terhadap Soal/Masalah Skor

Elaborasi (Elaboration)

Tidak menjawab/memberikan jawaban yang salah 0 Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi tanpa

disertai perincian 1

Terdapat kekeliruan dalam memperluas situasi dan

disertai perincian yang kurang detil 2 Memperluas situasi dengan benar dan merincinya

kurang detil 3

Memperluas situasi dengan benar dan memerincinya

secara detil 4

Kelancaran (Fluency)

Tidak menjawab/memberikan ide yang tidak relevan untuk pemecahan masalah 0 Memberikan sebuah idea yang relevan dengan

pemecahan masalah tetapi pengungkapannya kurang

jelas 1

Memberikan sebuah ide yang relevan dengan pemecahan masalah dan pengungkapannya lengkap

serta jelas 2

Memberkan lebih dari satu ide yang relevan pemecahan masalah tetapi pengungkapannya kurang jelas 3 Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dengan


(18)

18

serta jelas

Keluwesan (flexibility)

Tidak menjawab/memberikan ide yang tidak relevan untuk pemecahan masalah 0 Memberikan jawaban hanya satu cara dan terdapat

kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya

salah 1

Memberikan jawaban dengan satu cara, proses

perhitungan dan hasilnya benar 2 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam)

tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat

kekeliruan dalam proses perhitungan 3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam),

proses perhitungan dan hasilnya benar 4

Keaslian (originality)

Tidak menjawab/memberikan jawaban yang salah 0 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi

tidak dapat dipahami 1 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses

perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai 2 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga

hasilnya salah 3

Memberikan jawaban dengan caranya sendiri dan

proses perhitungan serta hasilnya benar 4 (Adaptasi dari Ririn, 2012)

Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu, supaya dapat terukur validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari instrumen tersebut. Langkah-langkah uji coba instrumen adalah : pertama, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan guru matematika di sekolah. Kedua, instrumen diujicobakan kepada 35 siswa kelas IX


(19)

SMP Negeri 10 Bandung. Ketiga, setelah diujicobakan kemudian instrumen diukur validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari instrumen tersebut. Untuk mengetahui kriteria-kriteria tersebut, di bawah ini dipaparkan penjelasannya, yaitu:

a. Validitas Butir Soal

Uji validitas dilakukan untuk valid atau tidaknya alat evaluasi. Suherman (2003:102) mengatakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahan nya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.

Untuk mencari koefisien validitas alat evaluasi adalah dengan menggunakan rumus korelasi yang dimodifikasi dari Suherman (2003:102) sebagai berikut:

Keterangan :

: Koefisien korelasi

X : Skor tiap butir soal Y : Skor total

N : Banyak subyek

Suherman (2003:113) nilai diartikan sebagai koefisien validitas, kategorinya adalah:

Tabel 3.2

Interpretasi Validitas Nilai rxy Nilai Keterangan 0,80 rxy 1, 00 Validitas sangat tinggi

0, 60 rxy 0,80 Validitas tinggi


(20)

20 40 , 0 20 ,

0 rxy  Validitas rendah 20

, 0 00

,

0 rxy  Validitas sangat rendah 00

, 0

xy

r Tidak valid

Dengan menggunakan AnatesV4 maka validitas tiap butir soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Butir soal

No

Soal Validitas Interpretasi 1 0,633 Validitas tinggi 2 0,739 Validitas Sangat tinggi 3 0,886 Validitas sangat tinggi 4 0,847 Validitas sangat tinggi

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas maka diketahui bahwa validitas soal nomor 1 memiliki interpretasi validitas tinggi sedangkan soal nomor 2,3 dan 4 memiliki kriteria interpretasi validitas sangat tinggi.

b. Reliabilitas

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel atau dapat diandalkan jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama (Suherman, 2003: 131). Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk tes uraian digunakan rumus Cronbach Alpha, sebagai berikut :

               

2

2 11 1 1 t i s s n n r Keterangan: 

n banyak butir soal

2

i

s jumlah varians skor setiap soal

 2

t


(21)

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi yang dapat digunakan dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003: 139) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Interpretasi Derajat Reliabilitas

Nilai Interpretasi 20

, 0

11 

r Sangat rendah

40 , 0 20

,

0 r11 Rendah 11

0, 40 r 0, 60 Sedang

11

0, 60 r 0,80 Tinggi

11

0,80 r 1, 00 Sangat tinggi

Dengan menggunakan AnatesV4 maka reliabilitas butir soal yang diperoleh adalah 0,82 dengan interpretasi reliabilitas sangat tinggi.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman, 2003: 159). Daya pembeda tiap butir soal dapat ditentukan dengan rumus berikut:

atau

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas

= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah

= Jumlah siswa kelompok atas


(22)

22

Klasifikasi interpretasi daya pembeda (dalam Suherman, 2003: 161) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5

Interpretasi Indeks Daya Pembeda

Dengan menggunakan AnatesV4 maka daya pembeda tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Hasil Uji Daya Pembeda Butir soal

No Soal DP Interpretasi

1 0,33 Cukup

2 0,31 Cukup

3 0,78 Sangat baik

4 0,36 Cukup

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas maka diketahui bahwa daya pembeda soal nomor 1, 2 dan 4 memiliki interpretasi cukup sedangkan soal nomor 3 memiliki kriteria interpretasi sangat baik.

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menunjukkan derajat atau tingkat kesukaran butir soal (Suherman, 2003:170). Indeks kesukaran butir soal tipe uraian ditentukan dengan rumus berikut :

atau

Keterangan :

IK = Indeks kesukaran

Nilai Keterangan 00

, 1 70

,

0 DP Sangat baik 70

, 0 40

,

0 DP Baik

40 , 0 20

,

0 DP Cukup

20 , 0 00

,

0 DP Jelek

00 , 0


(23)

= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok atas

= Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar untuk kelompok bawah

= Jumlah siswa kelompok atas

= Jumlah siswa kelompok rendah

Klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran (Suherman, 2003: 170) adalah :

Tabel 3.7

Interpretasi Indeks Kesukaran

Dengan menggunakan AnatesV4 maka indeks kesukaran tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8

Hasil Uji Indeks Kesukaran Butir Soal

No Soal IK Interpretasi

1 0,65 Sedang

2 0,26 Sukar

3 0,56 Sedang

4 0,18 Sukar

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 < IK  0,30 Soal sukar 0,30 < IK  0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah


(24)

24

Berdasarkan Tabel 3.8 maka diketahui bahwa soal nomor 1 dan 3 memiliki interpretasi sedang, sedangkan soal nomor 2 dan 4 memiliki interpretasi sukar.

Karena setelah hasil ujicoba instrumen, validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran tergolong baik. Maka instrumen ini selanjutnya digunakan pada penelitian.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dan lembar observasi.

a. Angket

Angket adalah jenis evaluasi yang berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi berkenaan dengan keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya (Suherman, 2003: 56). Angket dalam penelitian ini digunakan utuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Osborn. Model angket yang akan digunakan adalah skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).

b. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah instrumen tes yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Setiap pernyataan pada lembar observasi untuk aktivitas siswa dan guru diberi penilaian skala 0-4. Hal ini bertujuan untuk menganalisis jalannya pembelajaran dengan menggunakan Model Osborn, sehingga dapat dilaksanakan perbaikan-perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan


(25)

a. Mengidentifikasi masalah, merumuskan permasalahan beserta batasannya, mengkaji berbagai literatur sebagai dasar untuk menentukan hipotesis, metode, serta desain penelitian.

b. Membuat proposal penelitian.

c. Menyusun bahan ajar, yakni RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS (Lembar Kegiatan Siswa).

d. Menyusun Instrumen Tes. e. Pemilihan Sampel Penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pemberian tes awal (pretest) kepada kelas tradisional dan kelas Osborn yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis awal siswa.

b. Memberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Osborn pada kelas Osborn dan pembelajaran tradisional kepada kelas tradisional.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti menggunakan lembar observasi.

d. Pemberian angket pada kelas Osborn untuk mengetahui sikap siswa terhadap model pembelajaran Osborn.

e. Pemberian tes akhir (posttest) pada kelas Osborn dan kelas tradisional. 3. Tahap Analisis Data

a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif. b. Mengolah dan menganalisis data.

c. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan pretest posttest, pengisian angket siswa dan lembar observasi. Data yang diperoleh dari


(26)

26

dari tes kemampuan berpikir kreatif matematis (pretest-posttest) sedangkan data kualitatif berasal dari hasil angket dan lembar observasi.

1. Pengolahan data kuantitatif a. Analisis Data Pretest

Pretes dilakukan untuk melihat kemampuan awal dari kedua kelas apakah sama atau berbeda. Hal ini dapat dilihat melalui uji perbedaan dua rata-rata terhadap data hasil pretest kedua kelas. Uji ini dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 20 for windows, yaitu dengan menggunakan Independent Sample T-Test, jika hasil pengujian menunjukkan hasil yang signifikan, artinya tidak ada perbedaan rata-rata yang berarti dari kedua kelas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kelas Osborn dan kelas tradisional sama.

Asumsi yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji-t adalah normalitas dan homogenitas data. Oleh karena itu, sebelum pengujian Independent Sample T-Test terhadap data pretest dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk. Langkah-langkah yang akan dilakukan adalah :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Saphiro Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis dalam pengujian normalitas data pretest sebagai berikut:

H0 : Data pretest berasal dari sampel yang berdistribusi normal. H1 : Data pretest berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal,

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

a. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. b. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 2. Uji Homogenitas


(27)

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelas tersebut mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas data pretest digunakan uji Lavene dengan perumusan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Data pretest bervarians homogen. H1 : Data pretest bervarians tidak homogen.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

a. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. b. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dari data pretest yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan ketentuan:

H0 : Tidak terdapat perbedaaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas Osborn dan kelas tradisional.

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelas Osborn dan kelas tradisional.

a. Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji t. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

1. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima. 2. Jika t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak.

b. Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji-t’. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

1. Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima. 2. Jika t-hitung ≥ t-tabel maka H0 ditolak.


(28)

28

c. Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah :

1. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. b. Analisis Data Posttest

Postes dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan pada kedua kelas setelah diberikan perlakuan. Analisis posttest dilakukan seperti analisis pada data pretest. Apabila kemampuan awal (pretest) siswa di kelas Osborn dan di kelas tradisional tidak berbeda secara signifikan, maka analisis dicukupkan pada data posttest saja atau boleh juga dengan data gain saja. Sedangkan jika kemampuan awal (pretest) kedua kelas tersebut berbeda, maka analisis perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menggunakan data gain sangat diperlukan. Pengolahan indeks gain ini dihitung dengan rumus :

Analisis data gain sama dengan analisis data pretest, dengan asumsi yang harus dipenuhi sebelum uji perbedaan dua rata-rata, adalah normalitas dan homogenitas data gain.

Untuk melihat peningkatan yang terjadi pada kedua kelas dapat menggunakan rumus gain ternormalisasi, dan ditaksir menggunakan kriteria indeks gain menurut Hake (1999:1) yang ada pada tabel berikut

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gains

2. Pengolahan Data Kualitatif

Indeks Gains Kriteria

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah


(29)

Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Hal ini dikarenakan peneliti menginginkan jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan. Namun disini peneliti hanya akan menggunakan empat kategori saja dengan menghilangkan kategori netral, sehingga hanya terdapat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari jawaban yang tidak objektif.

Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan ini dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Aspek tersebut meliputi sikap siswa terhadap pelajaran matematika, model pembelajaran Osborn dan terhadap tes kemampuan berpikir kreatif matematis.

Dalam menganalisis data hasil angket, skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif :

Tabel 3.10

Kategori Skala Penilaian Angket

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju 1 5

Tidak Setuju 2 4

Setuju 4 2

Sangat Setuju 5 1

Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif. Sebaliknya, jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif (Suherman, 2003: 191).

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat tahapan-tahapan pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Data hasil


(30)

30

observasi dianalisis dengan menghitung penilaian yang diberikan observer secara keseluruhan.


(31)

BAB V PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang terkait dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat kita simpulkan berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional.

2. Siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya ataupun untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah.

1. Model pembelajaran Osborn memerlukan waktu yang relatif lama sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas.

2. Sebelum penerapan model pembelajaran Osborn, sebaiknya memperhatikan kemampuan siswa dalam beradaptasi terhadap sesuatu yang baru dan kesiapan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

3. Pengalaman mengajar sangat diperlukan dalam penerapan model pembelajaran Osborn, terutama komunikasi guru dan siswa sehingga tahapan pembelajaran dapat berjalan optimal.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L. N. (2010). Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Alma, B. (2009). Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta.

Apriani, D. (2012). Pengaruh Penggunaan Pendekatan Keterampilan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Astuti, C. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey

Internasional PISA [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey

Internasional TIMSS [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan.

Fakhrudin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Farhan. (2012). Pengertian metode pembelajaran brainstorming [Online]. Tersedia : http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/pengertian-metode-pembelajaran.html

Hake, R. (1999). Analyzing Change / Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013]

Hamid, A.A. et al. (2006). Reka Cipta dan Inovasi dalam Perspektif Kreativiti

[Online]. Malaysia : Universitas Teknologi Malaysia. Tersedia : http://books.google.co.id/books?id=c6I8DmND6IQC&pg=PA384&dq=r


(33)

eka+cipta+dan+inovasi+salam+perspektif+kreativiti&hl=id&sa=X&ei=e

KzfUb3VJI-urAfGwYBI&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=reka%20cipta%20d an%20inovasi%20salam%20perspektif%20kreativiti&f=false

Herdian. (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

Huda, C. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Treffinger pada Materi Pokok Keliling dan Luas Persegipanjang [Online].Tersedia:http://digilib.sunanampel.ac.id/gdl.php?mod=browse& op=read&id=jiptiain--chotmilhud-9908

Mahmudi, A. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis [Online].Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali% 20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2014%20ALI%20U NY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA%20_Mengukur%20Kema mpuan%20Berpikir%20Kreatif%20_.pdf.

Martiani, S. (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Generatif dengan Strategi PQ4R Terhadap Peningkatan Kemampuan Ekplorasi Matematika siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMA Jurusan IPA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring [Online]. Tersedia: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/

Pura, Y. (2013). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/Jayadipura/kemampuan-berpikir-kritis-kreatif-dan-pemecahan-masalah-16660752

Ririn. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif di SMP Negeri 42 Palembang. [Online]. Tersedia: http://brilliantiririn.wordpress.com. [17 April 2013]


(34)

48

Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Bandung.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Siswono, T.Y. (2007). Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kenanpuan Berpikir Kreatis Siswa dalam Matematika [Online]. Tersedia: http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf

Siswono, T.Y. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. [Online]. Tersedia: http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI. Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung

: Alfabeta

Suratmini, S. (2010). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Melalui Latihan Bina Wicara Pada Anak Tuna Rungu Wicara Di Slb-B Yrtrw Surakarta Tahun

Ajaran 2008/2009 [Online]. Tersedia:

http://eprints.uns.ac.id/56/2/170202311201009512.pdf

Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Uyanto, S S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

____. Ground Rules of Brainstorming [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Brainstorming

____. (2012). Konsep Metode Brainstorming [Online]. Tersedia:


(1)

29

Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Hal ini dikarenakan peneliti menginginkan jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan. Namun disini peneliti hanya akan menggunakan empat kategori saja dengan menghilangkan kategori netral, sehingga hanya terdapat Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari jawaban yang tidak objektif.

Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan ini dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Aspek tersebut meliputi sikap siswa terhadap pelajaran matematika, model pembelajaran Osborn dan terhadap tes kemampuan berpikir kreatif matematis.

Dalam menganalisis data hasil angket, skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif :

Tabel 3.10

Kategori Skala Penilaian Angket Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju 1 5

Tidak Setuju 2 4

Setuju 4 2

Sangat Setuju 5 1

Kriteria penilaian sikap yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka siswa memberikan sikap yang positif. Sebaliknya, jika skor pernyataan kelas kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif (Suherman, 2003: 191).

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat tahapan-tahapan pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Data hasil


(2)

30

Fery Ferdiansyah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

observasi dianalisis dengan menghitung penilaian yang diberikan observer secara keseluruhan.


(3)

BAB V PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang terkait dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat kita simpulkan berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Osborn lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tradisional.

2. Siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Osborn

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya ataupun untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah.

1. Model pembelajaran Osborn memerlukan waktu yang relatif lama sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum diterapkan di kelas.

2. Sebelum penerapan model pembelajaran Osborn, sebaiknya memperhatikan kemampuan siswa dalam beradaptasi terhadap sesuatu yang baru dan kesiapan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

3. Pengalaman mengajar sangat diperlukan dalam penerapan model pembelajaran Osborn, terutama komunikasi guru dan siswa sehingga tahapan pembelajaran dapat berjalan optimal.


(4)

46 Fery Ferdiansyah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L. N. (2010). Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Alma, B. (2009). Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung: Alfabeta.

Apriani, D. (2012). Pengaruh Penggunaan Pendekatan Keterampilan Metakognitif dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan

Astuti, C. (2012). Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey

Internasional PISA [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey

Internasional TIMSS [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan.

Fakhrudin. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Farhan. (2012). Pengertian metode pembelajaran brainstorming [Online]. Tersedia : http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/pengertian-metode-pembelajaran.html

Hake, R. (1999). Analyzing Change / Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [17 April 2013]

Hamid, A.A. et al. (2006). Reka Cipta dan Inovasi dalam Perspektif Kreativiti

[Online]. Malaysia : Universitas Teknologi Malaysia. Tersedia : http://books.google.co.id/books?id=c6I8DmND6IQC&pg=PA384&dq=r


(5)

47

eka+cipta+dan+inovasi+salam+perspektif+kreativiti&hl=id&sa=X&ei=e

KzfUb3VJI-urAfGwYBI&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=reka%20cipta%20d an%20inovasi%20salam%20perspektif%20kreativiti&f=false

Herdian. (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/

Huda, C. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika dengan Model Pembelajaran Treffinger pada Materi Pokok Keliling dan Luas Persegipanjang [Online].Tersedia:http://digilib.sunanampel.ac.id/gdl.php?mod=browse& op=read&id=jiptiain--chotmilhud-9908

Mahmudi, A. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis [Online].Tersedia:http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali% 20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2014%20ALI%20U NY%20Yogya%20for%20KNM%20UNIMA%20_Mengukur%20Kema mpuan%20Berpikir%20Kreatif%20_.pdf.

Martiani, S. (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Generatif dengan Strategi PQ4R Terhadap Peningkatan Kemampuan Ekplorasi Matematika siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Mulyana, T. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMA Jurusan IPA Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Induktif-Deduktif. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring [Online]. Tersedia: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/

Pura, Y. (2013). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/Jayadipura/kemampuan-berpikir-kritis-kreatif-dan-pemecahan-masalah-16660752

Ririn. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Siswa Berpikir Kreatif di SMP Negeri 42 Palembang. [Online]. Tersedia: http://brilliantiririn.wordpress.com. [17 April 2013]


(6)

48

Fery Ferdiansyah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ruseffendi. (2006). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Bandung.

Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Siswono, T.Y. (2007). Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kenanpuan Berpikir

Kreatis Siswa dalam Matematika [Online]. Tersedia:

http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej.pdf

Siswono, T.Y. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. [Online]. Tersedia: http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI. Supriadi, D. (2001). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung

: Alfabeta

Suratmini, S. (2010). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Melalui Latihan Bina Wicara Pada Anak Tuna Rungu Wicara Di Slb-B Yrtrw Surakarta Tahun

Ajaran 2008/2009 [Online]. Tersedia:

http://eprints.uns.ac.id/56/2/170202311201009512.pdf

Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis Magister pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Uyanto, S S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

____. Ground Rules of Brainstorming [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Brainstorming

____. (2012). Konsep Metode Brainstorming [Online]. Tersedia: