Pemetaan dan Analisis Kompetensi Peserta Didik SMA Negeri Berbasis Ujian Nasional serta Alternatif Pemecahannya (Penelitian Kebijakan di Kota Surakarta, Kapupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri).

Pemetaan dan Analisis Kompetensi Peserta Didik SMA Negeri Berbasis Ujian Nasional serta
Alternatif Pemecahannya (Penelitian Kebijakan di Kota Surakarta, Kapupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Wonogiri)
Joko Nurkamto, Sarwiji Suwandi, Sajidan, M. Masykuri, Sukarmin, Zaeni Rahmat, Sugiyanto,
Ferry Setyo Wibowo, Sutopo
Kompetensi dasar (KD), dan indikator yang tidak dikuasai oleh peserta didik SMA Negeri di Kota
Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, dan kabupaten Wonogiri untuk mata pelajaran yang diujikan
pada ujian nasional (UN) tahun pelajaran 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010. Selanjutnya
dikaji secara mendalam berbagai faktor determinan yang menyebabkan rendahnya kompetensi
tersebut. Berdasarkan pada informasi itu, peneliti mengusulkan alternatif model peningkatan
kualitas pembelajaran mata pelajaran yang di-UN-kan, khususnya di Kota Surakarta, Kabupaten
Sukoharjo, dan Kabupaten Wonogiri.
Untuk keperluan tersebut, peneliti menerapkan metode penelitian kebijakan (policy research),
yaitu penelitian yang menganalisis masalah-masalah sosial (termasuk pendidikan) untuk
memberikan masukan kepada penentu kebijakan yang berupa rekomendasi yang berorientasi
pada tindakan untuk memecahkan masalah. Data penelitian terdiri atas data sekunder dan data
primer. Data sekunder berupa hasil UN SMA tahun 2008/2009, 2009/2010, dan 2010/2011
yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional.
Data primer berupa informasi yang terkait dengan pemenuhan delapan Standar nasional
Pendidikan (SNP) untuk masing-masing SMA yang menjadi sampel penelitian; faktor-faktor
utama yang dianggap menyebabkan tidak dikuasainya SK, KD, dan indikator tertentu dalam UN

oleh peserta didik SMA; dan usulan alternatif model peningkatan kualitas pembelajaran mata
pelajaran yang di-UN-kan, khususnya di Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten
Wonogiri. Data primer digali dari kepala dinas pendidikan dan olah raga, kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
primer adalah pemberian angket, wawancara mendalam, dan focus group discussion (FGD).
Data sekunder tentang kompetensi peserta didik dianalisis dengan menggunakan teknik
statistik deskriptif, sedangkan data primer dianalisis dengan menggunakan teknik constant
comparative method.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak dikuasainya sejumlah SK, KD, dan indikator tertentu
dalam UN SMA tahun 2008/2009, 2009/2010, dan 2010/2011 oleh peserta didik disebabkan
oleh sembilan faktor utama sebagai berikut. Pertama, kualitas intake peserta didik di sejumlah
SMA rendah, terutama SMA yang berada di daerah pinggiran atau pedesaan. Hal ini disebabkan
oleh tidak berjalannya sistem rekrutmen dan seleksi seperti yang diharapkan karena rasio
jumlah pendaftar dan daya tampung sangat rendah. Kedua, terkait dengan faktor pertama, etos
belajar peserta didik rendah. Hal ini tercermin dari jumlah waktu yang mereka gunakan untuk
belajar sangat terbatas, yaitu di bawah dua jam sehari. Ketiga, kemamuan berpikir kritis peserta
didik rendah. Mereka mengalami kesulitan apabila diajak berpikir pada level analisis, sisntesis,
dan evaluasi. Keempat, peserta didik kurang percaya diri dalam menghadapi UN. Sejumlah
peserta didik lebih suka mencari “bocoran” soal dari pada belajar dengan benar. Ini mungkin


disebabkan oleh faktor kedua dan ketiga di atas. Kelima, strategi mengerjakan soal yang
digunakan oleh peserta didik kurang tepat. Hal ini berakibat pada pengerjaan soal yang kurang
taktis. Keenam, beberapa soal tidak dapat dikerjakan oleh sebagian besar peserta didik secara
benar, padahal menurut para guru soal-soal tersebut dianggap sangat mudah. Ada
kekhawatiran bahwa kunci jawaban soal-soal tersebut salah. Ketujuh, jumlah dan kualitas
sarana dan prasarana pembelajaran kurang, terutama sarana dan prasarana laboratorium dan
perpustakaan. Keterbatasan tersebut membuat proses pembelajaran tidak dapat berjalan
secara maksimal. Kedelapan, dana yang dimiliki oleh sejumlah sekolah sangat terbatas. Dengan
dana yang terbatas, sekolah tidak mampu menjalankan semua programnya secara maksimal.
Kesembilan, sejumlah sekolah memiliki kualitas kepemimpinan yang kurang baik. Ini antara lain
tercermin dari kurang jelas dan kurang terarahnya visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah, serta
strategi pencapaian sasaran tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti mengusulkan saran atau rekomendasi
sebagai berikut. Pertama, sistem rekrutmen dan seleksi peserta didik baru ditingkatkan
kualitasnya. Ini dapat ditempuh melalui dua cara, yaitu memperkecil daya tampung atau
memperbesar jumlah animo peserta didik yang mendaftar. Kedua, etos belajar dan
kepercayaan diri peserta didik ditingkatkan. Ini dapat dilakukan antara lain melalui pemberian
motivasi belajar oleh para guru mata pelajaran. Ketiga, masing-masing guru mata pelajaran
yang diujikan pada UN melakukan bedah standar kompetensi lulusan (SKL), yang biasanya
dikeluarkan oleh Pemerintah beberapa saat (sekitar sebulan) sebelum pelaksanaan UN. Cara ini

dapat mengantisipasi soal-soal yang nanti keluar pada ujian, meskipun tidak tepat 100%.
Keempat, Pemerintah dihimbau mengembangkan butir-butir soal UN yang lebih baik lagi. Di
samping itu, setelah ujian selesai, hendaknya kunci jawaban soal diserahkan kepada sekolah
agar para guru dan peserta dapat mengecek kebenaran jawaban mereka. Kelima, sekolah
hendaknya meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran, terutama
yang terkait dengan sarana dan pembelajaran laboratorium dan perpustakaan. Di samping itu,
sekolah perlu menggali dana lebih banyak lagi agar sekolah dapat membiayai dirinya secara
cukup. Keenam, sekolah hendaknya memperkuat kualitas kepemimpinan (leadership), melalui
kepemimpinan operasional, kepemimpinan organisasi, dan kepeminpinan publik.