MASYARAKAT TIMOR TIMUR DI SUMEDANG DAN BAHASA TETUN: kajian tentang sikap dan perencanaan bahasa.

(1)

MASYARAKAT TIMOR TIMUR DI SUMEDANG DAN BAHASA TETUN: KAJIAN TENTANG SIKAP DAN PERENCANAAN BAHASA

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora Program Studi Linguistik

oleh

Yuniar Siti Wahyuni NIM 1201681

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

MASYARAKAT TIMOR TIMUR DI SUMEDANG DAN BAHASA TETUN: KAJIAN TENTANG SIKAP DAN PERENCANAAN BAHASA

oleh

Yuniar Siti Wahyuni

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum) dalam bidang Linguistik

© Yuniar Siti Wahyuni 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL PENELITIAN

MASYARAKAT TIMOR TIMUR DI SUMEDANG DAN BAHASA TETUN: KAJIAN TENTANG SIKAP DAN PERENCANAAN BAHASA

NAMA : YUNIAR SITI WAHYUNI

NIM : 1201681

PROGRAM STUDI : LINGUISTIK

Menyetujui, Pembimbing

Prof. E. Aminudin Aziz., M.A., Ph.D NIP.196711161992031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik


(4)

Masyarakat Timor Timur di Sumedang dan Bahasa Tetun: Kajian tentang Sikap dan Perencanaan Bahasa

Yuniar Siti Wahyuni NIM 1201681

Abstrak

Penelitian ini menjelaskan sikap bahasa dan perencanaan bahasa Tetun oleh masyarakat Timor Timur di Sumedang. Upaya mempertahankan sebuah bahasa minoritas terkait erat dengan keinginan penuturnya untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan bahasa mereka. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan (1) pemilihan bahasa pada masyarakat Timor di Sumedang; (2) sikap bahasa masyarakat Timor di Sumedang terhadap bahasa Tetun; dan (3) perencanaan bahasa yang dimiliki masyarakat Timor di Sumedang terkait bahasa Tetun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode langsung. Metode langsung mengharuskan responden menanggapi pertanyaan dalam angket dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa masyarakat Timor di Sumedang menggunakan bahasa Tetun, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda pada peristiwa komunikasi sehari-hari. Pemilihan ketiga bahasa tersebut tergantung pada situasi kebahasaan. Selain itu, responden menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Tetun. Sikap positif ditandai oleh tiga ciri pokok, yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan norma bahasa. Perencanaan bahasa Tetun oleh masyarakat Timor meliputi perencanaan status dan perencanaan pemerolehan. Bentuk perencanaan status ialah menjadikan bahasa Tetun sebagai bahasa “resmi” kalangan masyarakat Timor di Sumedang. Sementara itu, perencanaan pemerolehan menitikberatkan pada pengajaran dan pembelajaran bahasa pada tingkat keluarga dan kelompok. Penulis menyarankan penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti lain yang tertarik mengkaji sikap dan perencanaan bahasa minoritas.


(5)

Masyarakat Timor Timur di Sumedang dan Bahasa Tetun: Kajian tentang Sikap dan Perencanaan Bahasa

Yuniar Siti Wahyuni NIM 1201681

Abstract

This study investigates the language attitude and language planning of Tetum by the East Timorese community in Sumedang. The efforts of language maintenance are closely linked with the cultural maintenance. The purpose of this study is to describe (1) language choice by East Timorese community in Sumedang; (2) East Timorese’s attitude towards Tetum; and (3) the community’s language planning related to Tetum. The method used in this research is the direct method which requires respondents to answer some questions in questionnaire and interview. Based on the analysis, the study shows the East Timorese community in Sumedang uses Tetum, Indonesian, and Sundanese in their daily communication. Language choice of the three languages depends on the language situation. In addition, the respondents indicate a positive attitude toward Tetum. A positive attitude is characterized by three main characteristics: language loyalty, language pride, and awareness of the norm. Language planning by East Timorese includes status planning and acquisition planning. Status planning attempts to make Tetum as the "official" language among the East Timorese community in Sumedang. Meanwhile, the acquisition planning focuses on language teaching and learning at the level of families and groups.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pernyataan ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Abstrak ... v

Abstract ... vi

Daftar Isi... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pengantar ... 7

B. Masyarakat Bahasa, Kedwibahasaan, dan Masyarakat Dwibahasa ... 7

C. Pilihan Bahasa pada Masyarakat Dwibahasa ... 9

D. Sikap Bahasa ... 12

E. Perencanaan Bahasa ... 15

1. Perencanaan Status ... 16

2. Perencanaan Korpus ... 18

3. Perencanaan Pemerolehan ... 18

F. Pemertahanan Bahasa... 19

G. Penutup ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 21


(7)

B. Metode... 21

C. Subjek Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian... 25

1. Angket ... 25

2. Wawancara ... 28

3. Observasi ... 28

E. Uji Coba Instrumen ... 28

F. Kerangka Analisis Data... 29

1. Memasukkan Data ... 29

2. Menganalisis Data ... 30

3. Contoh Analisis Data ... 31

G. Penutup ... 32

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Pengantar ... 33

B. Jenis Data yang Dipilih ... 33

1. Angket ... 33

2. Hasil Wawancara ... 35

3. Data Observasi ... 35

C. Kemampuan Berbahasa Responden ... 36

D. Pilihan Bahasa Responden ... 40

1. Ranah Keluarga ... 43

2. Ranah Ketetanggaan ... 44

3. Ranah Kekariban ... 46

4. Ranah Transaksi ... 47

E. Sikap Bahasa ... 48

1. Tingkat Kepentingan Penggunaan Bahasa Tetun ... 48

2. Ukuran Sikap Terhadap Bahasa Tetun...49

a. Kesetiaan Bahasa...50

b. Kebanggaan Bahasa...55

c. Kesadaran Akan Norma Bahasa...58


(8)

1. Perencanaan Status ... 63

2. Perencanaan Pemerolehan ... 65

G. Penutup ... 68

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 71

A. Simpulan ... 71

B. Implikasi ... 73

C. Rekomendasi ... 74

REFERENSI ... 75

DAFTAR TABEL ... 77

DAFTAR GAMBAR ... 79

LAMPIRAN 1. Bentuk Angket ... 80

2. Ringkasan Data Angket... 84


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Presiden BJ Habibie yang baru menjabat sebagai presiden setelah dilengserkannya Presiden Soeharto, mengawali masa jabatannya dengan

“melepaskan” Timor Timur dari bagian NKRI (Kuntari, 2008). Pergolakan menjelang kemerdekaan Timor Timur pada 1998 lalu, memunculkan perpecahan warga Bumi Lorosae menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pro-integrasi dan kelompok pro-kemerdekaan. Akibat bentrok yang tidak bisa dihindarkan dengan sesama warga Timor Timur lainnya, akhirnya beberapa warga pro-integrasi memilih untuk eksodus ke berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya ialah Jawa Barat. Tokoh-tokoh warga pro-integrasi asal Timor Timur di Jawa Barat memilih desa Gunungmanik kecamatan Tanjungsari kabupaten Sumedang sebagai lokasi untuk merapatkan barisan masyarakat Timor.

Keberadaan masyarakat Timor di tengah-tengah masyarakat Sunda memaksa mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, baik yang berkenaan dengan aktivitas sehari-hari maupun menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat Sunda itu sendiri. Meskipun demikian, masyarakat Timor di Sumedang memiliki komitmen untuk tetap menjaga identitas budaya mereka sebagai orang Timor.

Identitas budaya sering kali tertumpu pada bahasa yang digunakan. Bahasa Tetun merupakan salah satu identitas dan jati diri masyarakat Timor di Sumedang. Di Timor Leste, bahasa Tetun merupakan bahasa resmi, bahasa pemersatu


(10)

2

antarsuku, dan bahasa mayoritas penutur, tetapi dalam lingkungan masyarakat Timor di Sumedang, bahasa Tetun merupakan bahasa kelompok minoritas di tengah-tengah mayoritas penutur bahasa Sunda. Upaya untuk mempertahankan sebuah bahasa minoritas terkait erat dengan keinginan penuturnya untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan bahasa mereka. Peneliti tertarik meneliti sikap yang dimiliki oleh masyarakat Timor di Sumedang terhadap bahasa Tetun. Sikap bahasa masyarakat Timor berkaitan erat dengan keinginan mempertahankan bahasa Tetun. Matinya sebuah bahasa sering kali dikaitkan dengan matinya identitas budaya. Sebuah bahasa dapat mati apabila tidak digunakan lagi oleh penuturnya. Matinya sebuah bahasa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah karena penutur memutuskan untuk beralih ke bahasa lain. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui sikap bahasa masyarakat Timor di Sumedang yang nantinya akan berpengaruh terhadap pemertahanan bahasa Tetun atau pergeseran bahasa Tetun ke bahasa lain.

Banyak penelitian akademis yang sudah dilakukan untuk mengetahui sikap terhadap bahasa. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Duan (2004) terhadap penutur bahasa Bai di Jianchuan, Cina. Penutur bahasa Bai merupakan kelompok minoritas di Cina. Sikap penutur bahasa Bai ini diteliti dari tataran yang lebih luas termasuk sikap terhadap bahasa Bai, budaya, penutur bahasa Bai, dan sikap terhadap bahasa lainnya. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, Duan menemukan sikap positif masyarakat Jianchuan terhadap bahasa Bai, budayanya, dan beberapa persoalan yang berkaitan.

Penelitian lainnya yang berkenaan dengan sikap bahasa dilakukan oleh Tuwakham (2005) terhadap penutur bahasa Yong di Thailand. Penelitian yang


(11)

3

dilakukan oleh Tuwakham ini bertujuan mempelajari vitalitas bahasa dan sikap bahasa orang-orang Yong di provinsi Lamphun. Subjek penelitian yang terdiri atas 48 penutur bahasa Yong dari dua wilayah, yaitu desa Rai dan desa Tong di provinsi Lamphun. Hasil dari penelitian ini mendukung anggapan bahwa orang-orang Yong terus mempertahankan bahasa mereka sendiri di banyak ranah. Orang-orang tua, orang dengan pendidikan dan penduduk pedesaan menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan bahasa Yong. Selain itu, terjadi sebuah kecenderungan berbicara dalam bahasa Kammuang daripada bahasa Yong pada anak-anak atau penutur kelompok muda. Sikap orang Yong terhadap bahasa ibu mereka positif. Variabel sosial tidak memiliki banyak pengaruh pada sikap bahasa dari subjek penelitian. Namun, orang tua cenderung memiliki sikap bahasa positif yang lebih kuat dari orang-orang yang lebih muda. Secara umum, gambaran keseluruhan penelitian menunjukkan orang-orang Yong di Lamphun memiliki sikap positif terhadap bahasa mereka sendiri serta bahasa lain seperti bahasa Kammuang.

Di Indonesia, penelitian serupa dilakukan oleh Sumarsono (1990) berupa

kajian yang berjudul “Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali”. Masyarakat Kelurahan Loloan Timur terbentuk dari guyup masyarakat Bali dan guyup minoritas Islam yang mengandung kedwibahasaan. Dalam masyarakat kelurahan ini setiap bahasa mempunyai fungsi kedwibahasaan yang bersifat monokultural, yaitu hanya menguasai bahasa guyup lain tanpa menyerap unsur budayanya. Bahasa Melayu Loloan berperan dalam ranah keluarga, ketetanggaan, dan kekariban. Sementara itu, bahasa Indonesia didominasi oleh ranah pemerintahan, pendidikan, dan agama. Faktor yang memengaruhi pemertahanan bahasa Melayu


(12)

4

Loloan di Bali disebabkan oleh faktor loyalitas dari golongan minoritas yaitu masyarakat yang beragama Islam tetap menggunakan bahasa Melayu Loloan.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemilihan bahasa Tetun dan sikap masyarakat Timor di Sumedang terhadap bahasa Tetun berpengaruh pada pergeseran atau pemertahanan bahasa Tetun. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran beberapa perencanaan bahasa oleh masyarakat Timor di Sumedang sehingga bahasa Tetun dapat bertahan di tengah masyarakat multi bahasa.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat kita simpulkan beberapa permasalahan yang akan dirumuskan melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut ini.

1. Bagaimana pemilihan bahasa masyarakat Timor di Sumedang?

2. Bagaimana sikap bahasa masyarakat Timor di Sumedang terhadap bahasa Tetun?

3. Bagaimana perencanaan bahasa yang dimiliki masyarakat Timor di Sumedang terkait bahasa Tetun?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan, penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:


(13)

5

2. sikap bahasa masyarakat Timor di Sumedang terhadap bahasa Tetun; dan 3. perencanaan bahasa yang dimiliki masyarakat Timor di Sumedang terkait

bahasa Tetun.

D. Manfaat Penelitian

Secara operasional, penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu teoretis dan praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu memperkaya kajian sosiolinguistik khususnya tentang sikap dan perencanaan bahasa, serta menghasilkan deskripsi mengenai sikap dan perencanaan bahasa Tetun pada masyarakat Timor Timur di Sumedang.

Manfaat praktis yang dapat diharapkan dari penelitian ini, yaitu memperoleh pemahaman berbagai bahasa di masyarakat dan dapat digunakan sebagai referensi awal dalam penelitian lain di bidang sosiolinguistik.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam sebuah penelitian. Adapun definisi operasional yang terdapat dalam penelitian berjudul “Masyarakat Timor Timur di Sumedang dan Bahasa Tetun: Kajian Tentang Sikap dan Perencanaan Bahasa” adalah sebagai berikut.

1. Masyarakat Timor Timur di Sumedang adalah sekelompok orang-orang berasal dari provinsi Timor Timur (sekarang negara Timor Leste) yang tergabung dalam komite korban politik Timor Leste dan memilih untuk berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(14)

6

2. Bahasa Tetun adalah bahasa ibu dan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Timor Timur di Sumedang dan pemakaian bahasa Tetun ini berada di wilayah yang mayoritasnya penutur bahasa Sunda.

3. Kemampuan bahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada umumnya, masyarakat Timor di Sumedang menguasai bahasa Tetun dan bahasa Indonesia, tetapi ada juga sebagian anggota komunitasnya yang mampu berbahasa Sunda.

4. Pemilihan bahasa oleh masyarakat Timor meliputi tiga bahasa, yaitu bahasa Tetun, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda. Ketiga bahasa ini yang sering digunakan dalam peristiwa komunikasi sehari-hari.

5. Perencanaan bahasa Tetun dalam penelitian ini hanya bersifat mikro, artinya perencanaan bahasa dilakukan oleh masyarakat Timor itu sendiri sebagai pemilik dan penutur bahasa Tetun.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengantar

Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya seperti subjek penelitian, instrumen penelitian, kerangka analisis data, dan lainnya. Metode penelitian merupakan langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Fungsi metode ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan sebuah penelitian.

B. Metode

Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis sikap bahasa pada masyarakat Timor di Sumedang, termasuk penggunaan bahasa dan perencanaan bahasa. Dalam sebuah penelitian sikap bahasa, terdapat beberapa metode yang umumnya digunakan oleh para ahli bahasa. Fasold (1984, hlm. 149-152) menyebutkan setidaknya ada dua metode yang digunakan, yaitu metode langsung (direct measure of attitudes), dan metode tidak langsung (indirect measure of

attitudes).

Dalam penelitian terhadap masyarakat Timor di Sumedang ini, peneliti menggunakan metode langsung. Dalam metode langsung responden diharuskan menanggapi atau menjawab pertanyaan dalam sebuah angket atau wawancara yang bertujuan untuk mengungkap opini mereka terhadap satu atau beberapa bahasa. Metode ini telah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Cooper dan Fishman mengenai sikap terhadap bahasa Hebrew di Israel.


(16)

22

C. Subjek Penelitian

Masyarakat Timor yang menetap di Sumedang merupakan subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti. Mayoritas dari mereka menetap di desa Gunungmanik kecamatan Tanjungsari, dan beberapa berada di wilayah lain di Sumedang. Masyarakat Timor yang tergabung dalam Komite Korban Politik Timor Leste ini kemudian membentuk sebuah yayasan bernama Yayasan Lemorai Timor. Yayasan tersebut menjadi pusat kegiatan dan interaksi seluruh orang Timor di Sumedang.

Responden dipilih dengan menggunakan teknik sampel acak (random

sample). Instrumen penelitian berupa angket disebarkan ke seluruh masyarakat

Timor Sumedang yang dikategorikan dalam dua variabel, yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta usia minimal tujuh belas tahun.

Angket yang akhirnya direspon berjumlah 103 angket, maka ke-103 responden inilah yang menjadi subjek penelitian. Menurut Mardalis (2009, hlm. 57), dalam sampel acak peneliti memperkirakan bahwa setiap sampel dalam populasi memiliki kedudukan yang sama dari segi-segi yang akan diteliti. Setiap sampel memberikan peluang yang sama di antara populasi.

Setelah memasukkan data dari angket berupa informasi pribadi responden, peneliti memasukkan informasi tersebut ke dalam beberapa kriteria. Berikut ini adalah beberapa kriteria responden yang diambil dari isian angket.

1) Responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 77 orang, sedangkan responden perempuan berjumlah 26 orang.


(17)

23

2) Responden yang telah menikah berjumlah 37 orang, sedangkan 66 orang belum menikah.

3) Dari segi usia, responden termuda berusia 18 tahun dan yang tertua berusia 65 orang. Di antara rentang usia tersebut, kemunculan responden paling banyak pada usia 22 tahun sebanyak 13 orang, usia 24 tahun dan 25 tahun sebanyak 11 orang, serta responden berusia 30 tahun sebanyak 11 orang. Dari rentang usia 18-65 tahun, ada beberapa kelas usia yang kosong, artinya tidak ada responden yang memiliki kelas usia tersebut. Kelas usia yang kosong antara lain pada usia 37 tahun, 41-44 tahun, 46-53 tahun, 55-58 tahun, dan kelas usia 60-65 tahun. Ada juga dua orang responden yang tidak mengisi kolom usia. Untuk hasil selengkapnya mari kita lihat tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Variabel Usia Responden (n=103)

Usia Responden

f Usia Responden

f Usia Responden

f

18 tahun 1 27 tahun 5 36 tahun 2

19 tahun 1 28 tahun 6 38 tahun 1

20 tahun 6 29 tahun 4 39 tahun 1

21 tahun 1 30 tahun 11 40 tahun 2

22 tahun 13 31 tahun 1 45 tahun 1

23 tahun 4 32 tahun 3 54 tahun 1

24 tahun 11 33 tahun 1 59 tahun 1

25 tahun 11 34 tahun 1 65 tahun 1

26 tahun 7 35 tahun 4 kosong 2

4) Pendidikan

Berdasarkan kolom pendidikan terakhir dalam angket, responden merupakan lulusan dari lima jenjang pendidikan, yaitu lulusan 1) SD, 2) SMP, 3) SMA, 4) Diploma (D3), dan 5) S1. Sayangnya ada 4 orang yang tidak mengisi kolom tersebut. Untuk mengetahui lebih jelas kita dapat melihat jumlah tersebut dalam gambar diagram berikut ini.


(18)

24

Gambar 3.1

Variabel pendidikan terakhir responden (n=103)

5) Lama menetap di Sumedang

Masyarakat Timor telah menetap di Sumedang sejak perpecahan provinsi Timor Timur dari Indonesia. Oleh karena itu, empat dari 103 responden telah menetap di Sumedang selama enam belas tahun. Menurut ketua Komite Korban Politik Timor Leste, setiap tahun selalu ada saja masyarakat Timor yang bermigrasi dari Timor Leste. Oleh karena itu, variabel lama menetap ini memiliki banyak varian. Tetapi jumlah yang paling banyak adalah responden yang menetap selama sepuluh tahun. Data yang lebih lengkap telah digambarkan peneliti dalam diagram berikut ini.

Gambar 3.2

Rentang Waktu Menetap di Sumedang (n=103)

70% 19%

4% 4% 2% 1%

Pendidikan Terakhir SMA S1 SMP kosong SD Diploma 3% 7% 8% 8% 11% 3% 31% 2% 8% 3% 6% 3%

4% 3%

Lama Tinggal 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 kosong


(19)

25

D. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen ditujukan untuk memperoleh data yang diharapkan peneliti dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Angket merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Sementara itu, wawancara dan observasi digunakan untuk melengkapi instrumen utama.

1. Angket

Sebagian besar format angket diadaptasi dari penelitian Baker (1992, hlm. 138-143) dengan beberapa perubahan pertanyaan yang disesuaikan akan kebutuhan data dalam penelitian ini. Angket terdiri atas lima bagian, yaitu (A) identitas, (B) kemampuan berbahasa, (C) penggunaan bahasa, (D) sikap bahasa bagian satu, dan (E) sikap bahasa bagian dua.

Bagian (A) pada angket terdiri atas delapan poin yang memuat informasi pribadi responden, seperti nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, lama menetap, status perkawinan, asal keturunan (suku), dan ada tidaknya anak. Jawaban dalam poin pertanyaan pada bagian ini nantinya akan digunakan untuk menguji pengaruh faktor atau variabel sosial terhadap sikap bahasa responden. Selain itu, informasi tersebut dapat membantu peneliti dalam menindaklanjuti pengisian angket berupa wawancara terhadap beberapa responden yang dipilih.

Sementara itu, bagian (B) pada angket disusun untuk mengetahui pemerolehan bahasa dan kemampuan berbahasa responden terhadap tiga bahasa, yaitu bahasa Tetun, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda.

Bagian ketiga atau bagian (C) terdiri atas dua kelompok pertanyaan yang bertujuan mengungkap fenomena penggunaan bahasa di kalangan komunitas


(20)

26

masyarakat Timor di Sumedang dan juga penggunaan bahasa terhadap orang-orang di luar komunitas tersebut. Pertanyaan kelompok pertama yang terdiri dari 20 poin difokuskan pada pilihan bahasa dalam beberapa ranah yang dipilih oleh peneliti seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua. Ranah penggunaan bahasa tersebut meliputi ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah kekariban, dan ranah transaksi. Responden akan diminta untuk memilih di antara tiga bahasa, yaitu bahasa Tetun, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda, ketika berkomunikasi dengan mitra tutur (interlokutor) dan situasi kebahasaan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Berikut ini adalah rincian ranah dan situasi kebahasaannya.

Tabel 3.2

Ranah Penggunaan Bahasa

Ranah Interlokutor Topik Lokasi

1. Keluarga Ibu, bapak, kakak/adik, kakek/nenek, suami/istri, anggota keluarga lain, sanak saudara di Timor Timur Masalah keluarga, sehari-hari Rumah, komunikasi melalui telepon/internet 2. Ketetanggaan Tetangga lebih tua sebahasa dan

berbeda bahasa, tetangga seusia sebahasa dan berbeda bahasa,

serta tetangga lebih muda

sebahasa dan berbeda bahasa

Umum/sehari-hari, sapaan, acara perkumpulan warga

lingkungan rumah

3. Kekariban Kenalan/teman sebahasa dan berbeda bahasa

umum Lingkungan

rumah, jalan,

komunikasi melalui

telepon/internet 4. Transaksi Pedagang keliling dan pedagang

di warung/pasar

Hal-hal yang

menyangkut transaksi

Lingkungan

rumah, jalan,

warung/toko, pasar

Kelompok pertanyaan selanjutnya terdiri dari empat poin yang difokuskan untuk melihat gejala kontak bahasa yang terjadi pada responden ketika berkomunikasi dengan mitra tutur. Poin-poin pertanyaan yang disusun oleh penulis diadaptasi dari penelitian Aziz (2013) mengenai budaya inti, sikap bahasa,


(21)

27

dan pembangunan karakter bangsa. Responden akan diminta untuk memilih jawaban berupa pilihan ganda. Isi dari pertanyaan dalam keempat poin tersebut menggambarkan keterlibatan ketika pihak ketiga dalam sebuah percakapan atau peristiwa tutur.

Pada bagian selanjutnya (D), responden akan diberi sebuah pertanyaan

“Menurut Anda, seberapa penting atau tidak pentingkah bahasa Tetun ketika melakukan hal-hal berikut?”. Sepuluh contoh aktivitas sehari-hari akan diajukan, seperti berteman, membaca, menulis, berbelanja, menelepon, dan sebagainya, yang nantinya akan menunjukan seberapa penting dan tidak penting bahasa Tetun saat digunakan dalam melakukan akivitas-aktivitas tersebut. Pendapat responden mengenai penting atau tidak pentingnya penggunaan bahasa Tetun dapat menggambarkan sikap bahasa responden tersebut.

Bagian terakhir pada angket atau bagian (E) ditujukan untuk mengungkap sikap responden terhadap bahasa Tetun. Pada bagian ini, peneliti mengajukan dengan beberapa pokok persoalan yang terdiri dari 14 pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok Pernyataan-pernyataan pertama memuat persoalan mengenai sikap terhadap bahasa Tetun dan sikap dalam berbahasa Tetun. Kelompok pernyataan kedua berisi persoalan tentang sikap terhadap penutur bahasa Tetun dan penggunaan bahasa Tetun di ranah keluarga dan komunitas masyarakat Timor itu sendiri. Sementara itu, kelompok pertanyaan ketiga terdiri dari persoalan mengenai sikap terhadap penutur bahasa lain.


(22)

28

2. Wawancara

Angket merupakan instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini. Namun, sebuah wawancara dapat memberikan informasi yang sangat penting yang mana digunakan untuk melengkapi jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam angket. Karena data dalam angket terpaku pada pilihan dan berupa jawaban yang ringkas, maka dalam hal ini wawancara berperan menafsirkan pilihan jawaban yang dipilih oleh responden. Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan informal, tetapi tetap mengacu pada poin-poin pertanyaan di dalam angket.

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang perilaku manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Melalui observasi akan diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan teknik pengumpulan data yang lain. Dalam beberapa kesempatan, peneliti mengamati aktivitas masyarakat Timor di desa Gunungmanik, khususnya yang menyangkut interaksi sosial dan interaksi verbal mereka. Observasi berperan melengkapi data pada angket yang mempunyai derajat abstraksi yang tinggi. Apa yang muncul dalam angket belum tentu terjadi di lapangan.

E. Uji Coba Instrumen

Untuk melakukan tes uji coba, angket diberikan kepada dua orang responden: satu laki-laki dan satu perempuan. Kedua responden memberikan tanggapan yang baik terhadap pertanyaan di dalam angket, tetapi ada beberapa pertanyaan yang


(23)

29

dianggap kurang jelas maksudnya. Kemudian, peneliti memperbaiki beberapa poin pertanyaan tersebut agar nantinya lebih jelas dimengerti oleh responden dalam angket versi final. Sebagai contoh, saat responden mengisi bagian (B) tentang pemerolehan dan kemampuan berbahasa, Ia kurang memahami maksud dari kata “menyimak”. Oleh karena itu, peneliti menggantinya dengan kata yang

lebih umum, yaitu “mendengar”.

Ketika mengisi bagian (C) tentang sikap bahasa, terutama pada pertanyaan

“Menurut Anda, seberapa penting atau tidak pentingkah penggunaan bahasa Tetun saat berbicara dengan orang di lingkungan Anda?”. Responden mempertanyakan

maksud dari kata “lingkungan”. Setelah peneliti menjelaskan maksud tersebut, responden memberikan masukan agar kata “lingkungan” diganti dengan

“komunitas masyarakat Timor” karena dikhawatirkan akan disalahartikan sebagai lingkungan rumah.

Setelah melakukan uji coba instrumen, peneliti memperbaiki beberapa kekurangan pada angket. Kemudian angket yang telah diperbaiki atau versi final akan disebarkan kepada seluruh responden di komunitas masyarakat Timor Sumedang.

F. Kerangka Analisis Data 1. Memasukkan Data

Data yang dipilih peneliti berupa angket, hasil wawancara, dan data observasi. Peneliti memasukkan data dari 103 angket dan mengklasifikasikannya ke dalam latar belakang linguistik responden, pemilihan bahasa, dan sikap bahasa. Data yang berasal dari angket akan diarahkan untuk pembuatan tabel. Sementara


(24)

30

itu, data yang berasal dari hasil wawancara dan observasi digunakan untuk membantu penjelasan dalam analisis atau juga melengkapi data dalam angket.

Pada pembahasan mengenai pemilihan bahasa, peneliti menggunakan data dalam angket pada bagian C1 dan C2. Pada pembahasan sikap bahasa, peneliti menggunakan data dalam angket pada bagian D dan E. Sementara itu, untuk pembahasan ukuran sikap bahasa menggunakan data pada angket bagian E dengan pembagian berikut ini.

a. Kesetiaan bahasa: pernyataan nomor 1,6,7,8,9, dan 10. b. Kebanggaan bahasa: pernyataan nomor 2,11,13, dan 14. c. Kesadaran akan norma bahasa: 3,4,5, dan 12.

Pada pembahasan perencanaan, peneliti menggunakan data angket pada bagian pemilihan bahasa dan sikap bahasa. Pada pembahasan perencanaan status akan digunakan data angket bagian C1 dan bagian E dengan pernyataan nomor 10. Sementara itu, pembahasan perencanaan pemerolehan menggunakan data angket bagian E dengan pernyataan nomor 7 dan 5.

2. Menganalisis Data

Untuk menganalisis sikap bahasa, peneliti menggunakan teori-teori dari beberapa ahli bahasa yang telah melakukan studi terhadap sikap bahasa. Teori utama yang digunakan adalah teori sikap bahasa yang dikemukakan oleh Garvin dan Mathiot (dalam Sumarsono dan Partana, 2004) mengenai tiga ciri pokok sikap bahasa, yaitu kesetiaan bahasa (language loyalty), kebanggaan bahasa (language


(25)

31

Selain itu, untuk mengkaji pemilihan bahasa oleh masyarakat Timor Sumedang, penulis menggunaan pendekatan sosiologis yang berkaitan dengan analisis ranah. Ranah penggunaan bahasa tersebut meliputi ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah kekariban, dan ranah transaksi. Untuk pembahasan perencanaan bahasa, peneliti menggunakan teori-teori yang dikemukakan oleh Fishman, Cooper, Kaplan dan Baldauf, serta teori pendukung lainnya.

3. Contoh Analisis Data

Untuk memberikan gambaran analisis yang akan dibahas secara lengkap pada bab empat, peneliti memasukkan contoh analisis berikut ini.

Pernyataan Sangat

setuju

Setuju Biasa saja

Tidak setuju

Sangat tidak setuju Bahasa Tetun harus digunakan dalam

acara-acara perkumpulan masyarakat Timtim

75 23 4 1 -

Bahasa Tetun biasa digunakan dalam setiap acara-acara yang diadakan oleh komunitas masyarakat Timor. Awalnya, hal ini merupakan persetujuan bersama seluruh anggota untuk selalu menggunakan bahasa Tetun sebagai bahasa pengantar resmi pada acara-acara tersebut. Kemudian persetujuan ini berubah menjadi sebuah kewajiban dan lambat-laun menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan inilah yang dapat membantu dalam mengembangkan sikap seseorang atau individual masyarakat Timor terhadap bahasa Tetun. Berdasarkan dalil ketiga dari empat dalil pembentukan sikap yang dikemukakan oleh Krench, interaksi antaranggota kelompok dapat berpengaruh terhadap pembentukan sikap seseorang, “the group affiliations of the individual help determine the formation of his attitudes”. Kebiasaan menggunakan bahasa Tetun dalam acara-acara resmi ini


(26)

32

menjadi sebuah standar bagi setiap individu di komunitas masyarakat Timor Sumedang terhadap penilaian diri atas sikap bahasa mereka. Hal ini tentu berimbas positif terhadap pembentukan sikap bahasa, misalnya menggunakan bahasa Tetun dalam ranah yang lebih kecil, yaitu digunakan dalam ranah keluarga. Kemudian standar penilaian ini menjadi sumber penilaian individu terhadap sikap bahasa mereka masing-masing.

G. Penutup

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penelitian ini menggunakan metode langsung (direct method). Pada metode langsung responden diharuskan menanggapi atau menjawab pertanyaan dalam sebuah angket atau wawancara yang bertujuan untuk mengungkap opini mereka terhadap satu atau beberapa bahasa. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Instrumen tersebut ditujukan untuk memperoleh data yang diharapkan peneliti dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Angket merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Sementara itu, wawancara dan observasi digunakan untuk melengkapi instrumen utama. Responden dipilih dengan menggunakan teknik sampel acak (random sample). Instrumen penelitian berupa angket disebarkan ke seluruh anggota masyarakat Timor di Sumedang yang dikategorikan dalam dua variabel, yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta usia minimal tujuh belas tahun.


(27)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan data, peneliti menyimpulkan bahwa perencanaan adalah upaya mempertahankan suatu bahasa. Berdasarkan hasil penelitian ini, masyarakat Timor di Sumedang menunjukkan pemertahanan bahasa Tetun. Pemertahanan bahasa Tetun ditandai dengan perencanaan bahasa yang dilakukan oleh masyarakat Timor di Sumedang. Perencanaan bahasa Tetun didorong oleh dua hal. Pertama, penggunaan bahasa Tetun sebagai media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Responden memilih menggunakan bahasa Tetun tergantung pada situasi kebahasaan dalam empat ranah, yaitu ranah keluarga, ranah ketetanggaan, ranah kekariban, dan ranah transaksi. Tetapi hal yang paling penting adalah bagaimana responden memilih menggunakan bahasa Tetun sebagai media komunikasi pada ranah keluarga sebagai ranah utama dalam kerangka pemertahanan bahasa. Kedua, masyarakat Timor di Sumedang memperlihatkan sikap positif terhadap bahasa Tetun.

Sikap positif terhadap bahasa Tetun ditandai oleh tiga ciri pokok, yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan norma bahasa. Kesetiaan bahasa dilihat dari keinginan kuat dari responden untuk mempertahankan bahasa Tetun. Upaya mempertahankan bahasa Tetun ialah menjadikan bahasa Tetun sebagai bahasa pengantar dalam peristiwa komunikasi sehari-hari. Masyarakat Timor di Sumedang menunjukkan kebanggaan bahasa dengan menjadikan bahasa Tetun sebagai identitas etnik mereka. Terlebih ketika


(28)

72

berada dalam masyarakat multi bahasa, bahasa Tetun sebagai identitas bagi penuturnya merupakan suatu keyakinan dan cara pandang penuturnya terhadap diri mereka sendiri dan keyakinan ini terus menerus dibentuk dalam kehidupan sehari-hari mereka di tengah interaksi dengan masyarakat Sunda. Kesadaran akan norma bahasa ditunjukkan oleh responden untuk menggunakan bahasa Tetun dengan baik dan sesuai kaidah-kaidah yang berlaku.

Perencanaan bahasa Tetun yang telah dilakukan masyarakat Timor di Sumedang meliputi perencanaan status dan perencanaan pemerolehan. Realisasi dari perencanaan status ialah seluruh responden memberi kedudukan yang jelas kepada bahasa Tetun sebagai bahasa pengantar pergaulan di kalangan masyarakat Timor di Sumedang. Bahasa Tetun memiliki fungsi sebagai bahasa kelompok artinya bahasa konvensional antara anggota dari kelompok budaya atau etnis Timor di Sumedang. Bahasa Tetun dikatakan sebagai bahasa “resmi” karena bahasa tersebut (1) ditetapkan oleh pemilik bahasa itu sebagai bahasa resmi, (2) dipergunakan oleh penutur dalam aktivitas sehari-hari, dan (3) dipergunakan sebagai bahasa pengantar pada acara-acara resmi di kalangan masyarakat Timor di Sumedang.

Perencanaan pemerolehan menitikberatkan pada pengajaran dan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa Tetun dilakukan pada ranah yang paling kecil, yaitu ranah keluarga. Orangtua yang memiliki bahasa ibu yang sama memilih mengajarkan bahasa Tetun kepada anaknya sebagai bahasa pertama mereka. Upaya perencanaan pemerolehan oleh reponden yang dilakukan secara kelompok adalah dengan mendirikan sebuah lembaga bahasa yang dikhususkan


(29)

73

untuk pengajaran bahasa Tetun bagi anak-anak muda Timor, terutama bagi orang Timor yang kurang menguasai bahasa Tetun.

Perencanaan bahasa Tetun tentunya tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dari masyarakat pemilik bahasa itu sendiri. Anggota masyarakat Timor di Sumedang mendukung penuh seluruh upaya pemertahanan bahasa Tetun.

B. IMPLIKASI

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan, di antaranya pembahasan kurang mendalam, kurangnya jumlah data dan teori yang digunakan menjadi kelemahan penelitian ini. Tetapi penelitian ini dapat memperkaya kajian tentang sikap dan perencanaan bahasa yang masih sedikit jumlahnya di Indonesia.

Alangkah baiknya jika banyak peneliti lain yang berminat mengkaji perencanaan bahasa, baik kajian terhadap bahasa Tetun, maupun kajian terhadap bahasa daerah lainnya. Bahasa daerah dan bahasa nasional memiliki kedudukan dan fungsi yang berbeda. Bahasa daerah dan bahasa nasional memiliki kedudukan yang sama pentingnya. Tetapi bahasa daerah kurang mendapat perhatian yang serius. Hal ini terkadang menjadi masalah yang dikhawatirkan oleh masyarakat penggunanya akan kelanjutan nasib bahasa daerah. Oleh karena itu, perlu diupayakan sebuah perencanaan bahasa agar bahasa-bahasa daerah terpelihara dengan baik dan mendapat perhatian yang baik dari pemerintah.


(30)

74

C. REKOMENDASI

Peneliti menyarankan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji sikap dan perencanaan bahasa masyarakat Timor di Sumedang. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti memiliki kekurangan dalam kedalaman materi dan pembahasannya. Oleh karena itu, peneliti lain dapat melanjutkan dengan menggunakan metode atau teknik pengumpulan data lainnya. Peneliti lain juga dapat mengkaji hasil dari perencanaan bahasa yang telah dilakukan oleh masyarakat Timor di Sumedang, yang belum sempat diteliti lebih lanjut oleh peneliti.


(31)

REFERENSI

Alwasilah, A.C. (1993). Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Aziz, E.A. (2013). Budaya Inti, Sikap bahasa, dan Pembangunan Karakter

Bangsa: Kasus Penutur bahasa-bahasa Daerah Utama di Indonesia.

Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, 2 (31), hlm. 115-139.

Baker, C. (1992). Attitudes and Language. Philadelphia: Multilingual Matters Ltd. Chaer, A. & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cooper, R.L. (1989). Language Planning and Social Change. New York: Cambridge University Press.

Duan, L. (2004). A Sociolinguistics Study of Language Use and Language

Attitudes Among The Bai People in Jianchuang County, China. (Disertasi).

Graduate School, Payap University, Chiang Mai.

Fasold, R. (1984). The Sosiolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell Publisher.

Ferguson, G. (2006). Language Planning and Education. Edinburgh: Edinburgh University Pres Ltd.

Fishman, J.A. (1972). The Sociology of Language. Rowley: Newbury House. --- (1991). Reversing Language Shift. Clevedon: Multilingual Matters. Kaplan, R.B. & Baldauf, R.B. (1997). Language Planing: from Practice to

Theory. Clevedon: Multilingual Matters Ltd.

Kuntari, CM.R. (2008). Timor Timur: Satu Menit Terakhir Catatan Seorang

Wartawan. Bandung: Mizan.

Muhammad. (2004). Belajar Mikro Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press. Muslich, M. & Oka, I.G.N. (2010). Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Purnawati, K.W. & Sudiana, I.M. (2007). Perencanaan Bahasa. Bali: Universitas Udayana.

Rahardi, K. (2010). Kajian Sosiolinguistik: Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.


(32)

76

Rokhman, F. (2013). Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa

dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subyakto, N. & Sri U. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sumarsono. (1990). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Depok.

Sumarsono & Paina P. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Thomas, L. & Wareing, S. (2007). Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tuwakham, M. (2005). Language Vitality and Language Attitudes Among The

Yong People in Lamphun Province: A Sociolinguistics Study. (Tesis).

Graduate School, Payap University, Chiang Mai.

Wardhaugh, R. (2006). An Introduction to Sociolinguistics: Fifth Edition. Victoria: Blackwell Publishing.


(33)

77

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Variabel Usia Responden ... 23

3.2 Ranah Penggunaan Bahasa ... 26

4.1 Gambaran Kemampuan Berbahasa Responden Berdasarkan Pengakuan Sendiri ... 37

4.2 Gambaran Pemerolehan Bahasa Responden ... 38

4.3 Pilihan Bahasa Responden pada Empat Ranah Bahasa ... 42

4.4 Pendapat Responden Terhadap Penting atau Tidak Pentingnya Penggunaan Bahasa Tetun ... 48

4.5 Pandangan Responden terhadap Penguasaan Bahasa Tetun ... 50

4.6 Pandangan Responden terhadap Pemakaian bahasa Tetun di rumah... 51

4.7 Pandangan Responden terhadap Pengajaran Bahasa Tetun ... 52

4.8 Pandangan Responden terhadap Pengajaran Bahasa Tetun pada Anggota Beda Suku ... 53

4.9 Pandangan Responden terhadap Penggunaan Bahasa Tetun di Komunitas ... 54

4.10 Pandangan Responden terhadap Budaya Timor Timur ... 55

4.11 Pandangan Responden terhadap Bahasa Tetun sebagai Identitas Etnik . 57 4.12 Kesetujuan terhadap Pembelajaran Bahasa Tetun oleh Suku Lain ... 57

4.13 Kesetujuan terhadap Kebanggaan Disapa dalam Bahasa Tetun ... 58

4.14 Kesetujuan terhadap Kemampuan Berbahasa Tetun ... 59

4.15 Kesetujuan terhadap Kelancaran Berbahasa Tetun ... 59

4.16 Pandangan Responden terhadap Bahasa Tetun ... 60

4.17 Pandangan Responden terhadap Penggunaan Bahasa Tetun pada Penutur Bahasa Lain ... 61

4.18 Pemilihan Bahasa Tetun sebagai Bahasa Pengantar dalam Ranah Keluarga ... 63

4.19 Kesetujuan Responden Mengenai Bahasa Tetun sebagai Bahasa Pengantar Komunitas ... 64


(34)

78

4.20 Kesetujuan Responden Mengenai Pentingnya Pengajaran Bahasa Tetun kepada Anak ... 66 4.21 Kesetujuan Responden Mengenai Kemampuan Berbahasa Tetun ... 68


(35)

79

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Variabel Pendidikan Terakhir Responden ... 24 3.2 Rentang Waktu Menetap di Sumedang ... 24


(1)

74

C. REKOMENDASI

Peneliti menyarankan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji sikap dan perencanaan bahasa masyarakat Timor di Sumedang. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti memiliki kekurangan dalam kedalaman materi dan pembahasannya. Oleh karena itu, peneliti lain dapat melanjutkan dengan menggunakan metode atau teknik pengumpulan data lainnya. Peneliti lain juga dapat mengkaji hasil dari perencanaan bahasa yang telah dilakukan oleh masyarakat Timor di Sumedang, yang belum sempat diteliti lebih lanjut oleh peneliti.


(2)

75 REFERENSI

Alwasilah, A.C. (1993). Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Aziz, E.A. (2013). Budaya Inti, Sikap bahasa, dan Pembangunan Karakter Bangsa: Kasus Penutur bahasa-bahasa Daerah Utama di Indonesia. Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, 2 (31), hlm. 115-139.

Baker, C. (1992). Attitudes and Language. Philadelphia: Multilingual Matters Ltd. Chaer, A. & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cooper, R.L. (1989). Language Planning and Social Change. New York: Cambridge University Press.

Duan, L. (2004). A Sociolinguistics Study of Language Use and Language Attitudes Among The Bai People in Jianchuang County, China. (Disertasi). Graduate School, Payap University, Chiang Mai.

Fasold, R. (1984). The Sosiolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell Publisher.

Ferguson, G. (2006). Language Planning and Education. Edinburgh: Edinburgh University Pres Ltd.

Fishman, J.A. (1972). The Sociology of Language. Rowley: Newbury House. --- (1991). Reversing Language Shift. Clevedon: Multilingual Matters. Kaplan, R.B. & Baldauf, R.B. (1997). Language Planing: from Practice to

Theory. Clevedon: Multilingual Matters Ltd.

Kuntari, CM.R. (2008). Timor Timur: Satu Menit Terakhir Catatan Seorang Wartawan. Bandung: Mizan.

Muhammad. (2004). Belajar Mikro Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press. Muslich, M. & Oka, I.G.N. (2010). Perencanaan Bahasa Pada Era Globalisasi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Purnawati, K.W. & Sudiana, I.M. (2007). Perencanaan Bahasa. Bali: Universitas Udayana.

Rahardi, K. (2010). Kajian Sosiolinguistik: Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.


(3)

76

Rokhman, F. (2013). Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Subyakto, N. & Sri U. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sumarsono. (1990). Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Depok.

Sumarsono & Paina P. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Thomas, L. & Wareing, S. (2007). Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tuwakham, M. (2005). Language Vitality and Language Attitudes Among The Yong People in Lamphun Province: A Sociolinguistics Study. (Tesis). Graduate School, Payap University, Chiang Mai.

Wardhaugh, R. (2006). An Introduction to Sociolinguistics: Fifth Edition. Victoria: Blackwell Publishing.


(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Variabel Usia Responden ... 23

3.2 Ranah Penggunaan Bahasa ... 26

4.1 Gambaran Kemampuan Berbahasa Responden Berdasarkan Pengakuan Sendiri ... 37

4.2 Gambaran Pemerolehan Bahasa Responden ... 38

4.3 Pilihan Bahasa Responden pada Empat Ranah Bahasa ... 42

4.4 Pendapat Responden Terhadap Penting atau Tidak Pentingnya Penggunaan Bahasa Tetun ... 48

4.5 Pandangan Responden terhadap Penguasaan Bahasa Tetun ... 50

4.6 Pandangan Responden terhadap Pemakaian bahasa Tetun di rumah... 51

4.7 Pandangan Responden terhadap Pengajaran Bahasa Tetun ... 52

4.8 Pandangan Responden terhadap Pengajaran Bahasa Tetun pada Anggota Beda Suku ... 53

4.9 Pandangan Responden terhadap Penggunaan Bahasa Tetun di Komunitas ... 54

4.10 Pandangan Responden terhadap Budaya Timor Timur ... 55

4.11 Pandangan Responden terhadap Bahasa Tetun sebagai Identitas Etnik . 57 4.12 Kesetujuan terhadap Pembelajaran Bahasa Tetun oleh Suku Lain ... 57

4.13 Kesetujuan terhadap Kebanggaan Disapa dalam Bahasa Tetun ... 58

4.14 Kesetujuan terhadap Kemampuan Berbahasa Tetun ... 59

4.15 Kesetujuan terhadap Kelancaran Berbahasa Tetun ... 59

4.16 Pandangan Responden terhadap Bahasa Tetun ... 60

4.17 Pandangan Responden terhadap Penggunaan Bahasa Tetun pada Penutur Bahasa Lain ... 61

4.18 Pemilihan Bahasa Tetun sebagai Bahasa Pengantar dalam Ranah Keluarga ... 63

4.19 Kesetujuan Responden Mengenai Bahasa Tetun sebagai Bahasa Pengantar Komunitas ... 64


(5)

78

4.20 Kesetujuan Responden Mengenai Pentingnya Pengajaran Bahasa Tetun kepada Anak ... 66 4.21 Kesetujuan Responden Mengenai Kemampuan Berbahasa Tetun ... 68


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Variabel Pendidikan Terakhir Responden ... 24 3.2 Rentang Waktu Menetap di Sumedang ... 24