PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SEKOLAH DASAR.
PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Ira Ade Irmayani
NIM. 1103239
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SEKOLAH DASAR
Oleh Ira Ade Irmayani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
©Ira Ade Irmayani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin penulis
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
DI SEKOLAH DASAR
Oleh Ira Ade Irmayani
NIM. 1103239
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I
Dra. Hj. Ani Hendriani, M.Pd. NIP. 19600624 198603 2 001
Pembimbing II
Dwi Heryanto M.Pd. NIP. 19770827 200812 2 001
Mengetahui,
Ketua Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 19550927 198503 1 001
(4)
(5)
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar meliputi membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Keempat kompetensi berbahasa tersebut menjadi penunjang bagi setiap orang dalam melakukan komunikasi. Alasan mengapa pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting, karena setiap orang melakukan komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-harinya. Moulton dalam Darmadi (1996:1) menyebutkan bahwa Kemampuan berkomunikasi kita dapatkan dari transmisi budaya, yakni sesuatu yang didapatkan melalui proses belajar, bukan melalui proses warisan. Kemampuan komunikasi bisa juga disebut sebagai kemampuan berbahasa, karena di dalam berkomunikasi kita menggunakan bahasa sebagai media utamanya. Oleh karena itu, Hartati dkk (2006 hlm.21) menyebutkan bahwa ragam komunikasi itu dibagi dua,yaitu :
1) Ragam Komunikasi Non Verbal dan
2) Ragam komunikasi Verbal.
Yang termasuk kedalam ragam komunikasi verbal atau kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan bahasa, dapat dikelompokan atas komunikasi lisan dan tertulis. Salah satu ragam komunkasi tertulis itu adalah menulis. Menulis menjadi salah satu kegiatan yang paling pokok dalam pembelajaran bahasa Indonesia, karena menulis merupakan ragam komunikasi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, menurut Atar Semi (1996) menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Dengan menulis kita dapat menyampaikan pesan atau tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar menjadi hal yang sangatlah penting mengingat kebudayaan menulis harus ditularkan kepada generasi muda, agar menjadi
(6)
regenerasi untuk mempertahankan dan memajukan usaha untuk membudayakan menulis. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan aspek menulis seseorang adalah dengan mengarang, mengarang adalah kegiatan berbahasa tulis. Ada beberapa jenis mengarang diantaranya adalah mengarang deskripsi, karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan wujud fisik suatu objek (Akhadiah 1986). Selain kemampuan berhitung dan membaca, keterampilan mengarang juga sama pentingnya
bagi tingkatan sekolah dasar, dengan mengarang siswa tidak hanya mahir dalam
menulis tetapi juga melatih mengembangkan dan menentukan gagasan serta ide
pokok, selain itu siswa juga dilatih untuk merangkai gagasan utama itu menjadi
sebuah kalimat dan menyususnnya menjadi sebuah paragraf. Melalui kegiatan
mengarang siswa juga menjadi terbiasa memunculkan ide-ide kreatif yang dapat
melatih kemampuan dia dalam berbagai hal.
Namun pada faktanya keterampilan menulis karangan deskripsi siswa Sekolah
Dasar sekarang ini rendah. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa siswa masih kesulitan dalam membuat karangan deskripsi, rendahnya ketrampilan menulis karangan deskripsi menjadi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV. Tercermin dari data awal yang diperoleh peneliti dalam pemberian tugas
menulis karangan deskripsi yang diberikan kepada siswa, dalam segi penulisan
karangan siswa tidak mampu menggunakan tanda baca yang baik. Selain itu terlihat
dengan jelas bahwa siswa kesulitan dalam memahami lebih dalam tentang judul dan tema, akibatnya mereka kesulitan menentukan gagasan utama yang akan mereka rangkai menjadi sebuah kalimat, dan kalimat disusun menjadi paragraf, sehingga
karangan mereka tidak berkembang. Dalam waktu 20 menit hanya ada tujuh siswa
yang dapat membuat karangan deskipsi sederhana dengan penggambaran objek yang tidak jelas, jika dihitung dalam presentase sekitar 72% siswa di kelas IV mengalami kesulitan dalam membuat karangan deskripsi, hal ini di latar belakangi berdasarkan observasi, dan turun langsungnya peneliti kedalam proses KBM.
Rendahnya keterampilan mengarang deskripsi di kelas IV,selain disebabkan oleh kurangnya peserta didik dalam mengembangkan gagasan dari tema, tapi juga karena cara belajar menulis karangan deskripsi mereka yang kurang bervariatif,. Metode
(7)
yang biasa digunakan oleh guru tersebut adalah metode ceramah dan gambar. Jika
hanya menggunakan metode ceramah dan gambar keterampilan siswa untuk
mengkonsrtuksikan pemahaman serta pengalaman mereka sebelumnya tentang tema akan terhambat, karena mereka terpaku pada gambar, akibatnya saat mereka tidak diberi gambar mereka seperti kehilangan ide dan tidak paham terhadap tema. Dengan penerapan strategi peta konsep diharapkan dapat memberikan perubahan positif pada
keterampilan menulis karangan siswa. Karena siswa k dilatih untuk bisa
mengembangkan gagasan utama (konsep sekunder) dari tema (konsep sentral) yang
akan dijadikan sebagai karangan deskriptif. Melalui strategi peta konsep ini siswa
dituntut untuk mengkonsrtuksikan pemahaman mereka sebelumnya, serta dilatih untuk menentukan gagasan utama yang relevan dengan tema, ini akan memudahkan mereka dalam merangkai gagasan utama tersebut menjadi sebuah kalimat, dan kalimat menjadi sebuah paragraf. Sebelumnya telah dilakukan penelitian-penelitian yang menggunakan peta konsep, dan menunjukan keberhasilan dalam penggunaan strategi ini. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Z aziz, dan jair yang berhasil meningkatkan pencapaian mata pelajaran sejarah, kemudian oleh R nauli, dan A jasmidi yang berhasil meningkatkan interaksi dan hasil belajar dengan menggunakanpeta konsep. Namun masih jarang yang melakukan penelitian dengan menggunakan strategi peta konsep untuk pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat Sekolah Dasar.
Salah satu cara yang dapat dipakai untuk membantu siswa di Sekolah Dasar dalam membuat karangan deskripsi adalah penerapan strategi peta konsep. Dengan
menerapkan peta konsep siswa menjadi lebih mudah dalam memahami judul dan
tema teks bacaan, dengan cara menemukan gagasan utama atau konsep-konsep sekunder yang dikembangkan dari konsep sentral untuk pembuatan karangan
deskripsi, karena prinsip dari stratgi peta konsep sendiri yaitu, menuntut siswa nya
untuk menyeleksi serta menentukan hal-hal yang berhubungan dengan konsep sentral
(Tema). Ketika siswa sudah bisa menentukan gagasan utamanya, maka dari itu akan
mempermudah dia utntuk merangkainya menjadi sebuah kalimat, dan kalimat menjadi sebuah paragrapf. Peta konsep adalah suatu cara untuk mengorganisasikan
(8)
dan menyajikan konsep, ide, tugas atau informasi lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non-linier.
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti bertujuan utuk meneliti tentang Penerapan Strategi Peta Konsep untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi di Sekolah Dasar siswa kelas IV yang berada di Kecamamatan Cidadap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umun penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk penerapan strategi peta konsep untuk
meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa di SD kelas IV pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia?
Kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat dua pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi peta
konsep pada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menulis karangan deskripsi siswa di Sekolah Dasar kelas IV ?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa di
Sekolah Dasar kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang menerapkan strategi peta konsep pada proses pembelajarannya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk penerapan strategi peta konsep untuk meningkatkan keterampilan
menulis karangan deskripsi siswa di Sekolah Dasar kelas IV pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari dua pertanyaan penelitian sebagai berikut :
(9)
1. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam menulis karangan deskripsi siswa di Sekolah Dasar kelas IV.
2. Mengetahui peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa di
Sekolah Dasar kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang menerapkan strategi peta konsep pada proses pembelajarannya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan, berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peingkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dapat dilakukan dengan menerapkan strategi peta konsep.
2. Manfaat Praktis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
a. Bagi siswa
1) Agar siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dengan
mengembangkan gagasan utama dari tema yang telah di tentukan melalui cara pembuatan peta konsep atau peta konsep.
2) Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan keterampilan menyelesaikan menulis karangan deskripsi dengan pembendaharaan kata yang baik dan penggunaan tanda baca yang sesuai.
3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan.
(10)
1) Sebagai masukan bagi guru SD dalam mengajarkan keterampilan menulis karangan deskripsi.
2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada
peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi.
c. Bagi Peneliti
1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti memiliki
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.
2) Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran,
sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.
3) Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran didalam kelas dalam rangka
meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.
4) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian
selanjutnya.
d. Bagi LPTK
Memberikan informasi dan rekomendasi untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas belajar mengajar, melalui strategi pembelajaran yang menyenangkan dan relevan. Serta memberikan kontribusi yang baik tentang penerapan model yang tepat untuk dilaksanakan di Sekolah Dasar dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis.
(11)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis (1988) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Mulyasa (2009:89) adalah untuk memperoleh landasan dalam mempertimbangkan suatu prosedur kerja, khususnya prosedur pembelajaran; menjamin cara kerja dalam pendidikan yang efektif dan efisien, memperoleh fakta-fakta tentang berbagai masalah pendidikan, dan menghindarkan situasi yang dapat merusak, serta meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui informasi mengenai bagaimana guru mengajar dan siswa belajar. Infomasi yang didapat dari penelitian tersebut dapat dikembangkan menjadi praktik praktis dalam bidang pendidikan.
B. Disain Penelitian
Model PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Tahapan-tahapan lazim yang digunakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan reflektif, dengan tahap pelaksanaan dan pengamatan dilakukan dalam jangka waktu yang bersamaan (Wiriaatmadja, 2005:66).
(12)
Gambar 3.1 Gambar 3.1
Langkah-langkah pada model spiral menurut Kemmis dan Taggart dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan yaitu rencana tindakan apa yang akan dilaksanakan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sosial sebagai solusi.
2. Pelaksanaan tindakan yaitu apa yang akan dilaksanakan oleh peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan
3. Pengamatan yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang
(13)
4. Refleksi yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di Kota Bandung yang terletak di tengah daerah perumahan Kecamatan Cidadap, dengan 24 rombongan belajar dan jumlah siswa 807 orang. Yang terdiri dari 406 laki-laki dan 401 perempuan. Guru yang terdapat disekolah ini adalah 30, sudah termasuk dengan kepala sekolah. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti sudah pernah mengajar sebagai praktikan, sehingga peneliti sudah cukup mengetahui kemampuan siswanya.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang akan di teliti oleh peneliti adalah siswa kelas IV semester dua tahun
ajaran 2014/2015 di salah satu sekolah di kota Bandung. Jumlah siswa sebanyak 25 orang.
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari akhir Februari dengan observasi sekolah sampai bulan Juni dengan merencanakan melakukan 2 siklus.
F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran
Instrument pembelajaran yang menjadi rancangan proses pembelajaran adalah
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Lembar Kegiatan siswa serta
bahan ajar (hakikat menulis deskripsi, dan cara pembuatan karangan deskripsi) merupakan instrumen yang digunakan dalam proses pembelajaran.
a. RPP (siklus 1, siklus 2)
(14)
8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.
KD: 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titk, tanda koma, dll)
b. LKS
c. Bahan Ajar hakikat menulis deskripsi, dan cara pembuatan karangan deskripsi
d. Contoh karangan Deskripsi
2. Instrumen Pengumpulan data
(a) Lembar Observasi, yaitu lembar teknik pengumpulan data yang spesifik yaitu
melalui pengamatan dalam proses pembelajaran. Ada dua jenis lembar observasi yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.
Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Deskripsi kegiatan Kegiatan guru Kegiatan
Siswa Ya Tida
k
Ket
1. Kegiatan Awal
Guru memberikan salam pembuka
Guru meminta siswa untuk berdoa
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyiapkan siswa secara psikis
dan fisik untuk mengikuti
pembelajaran dengan cara mengatur
tempat duduk, memeriksa
(15)
memastikan siswa siap belajar
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
Guru menyampaikan cakupan materi
yang akan dipelajari
Keterampilan menggali kemampuan
awal, Guru memberikan apersepsi
dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang menulis Kegiatan Inti
a. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai tema pada contoh karangan deskripsi yang diberikan. b. Siswa aktif menjawab dan menentukan
gagasan utama dari karangan yang diberikan
c. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai objek lain yang bisa dideskripsikan.
d. Guru memberikan contoh mengenai
langkah-langkah pembuatan karangan
deskripsi dengan menggunakan
strategi concept mapping dengan memperhatikan ejaan yang tepat.
e. Guru membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
f. Siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan sesuai dengan langkah-langkah dalam membuat karangan
(16)
(b) Catatan Harian, diguanakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran.
(c) Lembar Tes, terdiri dari membuat peta konsep karangan deskripsi yang ditulis
Siswa.
(d) Dokumentasi merupakan bukti dari proses pelaksanaan tindakan selama
penelitian berlangsung, baik kegiatan yang dilakukan oleh peneliti maupun deskripsi.
g. Guru berkeliling memantau peserta
didik dalam mengerjakan LKS.
h. Membimbing Perwakilan Siswa yang
membacakan hasil karangan yang telah dibuat.
i. Mengondisikan kelas agar kondusif
selama pembelajaran berlangsung
j. memberi kesempatan kepada Siswa
untuk bertanya
k. menjawab dan meluruskan hal-hal
yang belum Siswa pahami
l. guru melakukan tanya-jawab untuk
mengulangi dan menguatkan materi yang telah dipelajari
1. Kegiatan Penutup
bersama siswa menyimpulkan hasil
diskusi dan pembelajaran yang telah dilakukan
meminta siswa untuk berdoa dan
(17)
kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Semua kegiatan yang dilakukan tersebut direkam melalui kamera foto.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diprediksi dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (2x35 menit), sedangkan siklus II dirancang untuk dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan (3x35 menit). Setiap siklus dijalankan dalam 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1) Tahap Pendahuluan (Pra Penelitian)
a. Permintaan izin dari Kepala Sekolah.
b. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi dan situasi di sekolah secara keseluruhan, terutama siswa kelas IV yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.
c. Identifikasi permasalahan
Kegiatan ini dimulai dari
(1) Melakukan kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun
2006, buku sumber kelas IV, pembelajaran Bahasa Indonesia, dan model-model pembelajaran Bahasa Indonesia.
(2) Menentukan metode, strategi atau pendekatan yang relevan dengan karakteristik
siswa, bahan ajar dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung pada pembelajaran bahasa Indonesia.
(3) Menentukan rencana pembelajaran (RPP) pada pembelajaran bahasa Indonesia
dengan Menerapkan Strategi Peta Konsep untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi di sekolah Dasar.
(18)
2) Tahap Tindakan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat kesepakatan dengan guru (rekan sejawat) sebagai observer dan
memberikan penjelasan kepada observer tentang hal-hal yang harus dilakukan observer.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia Kelas IV
dengan menerapkan strategi peta konsep.
3) Menyiapkan instrumen tes tertulis siklus I.
4) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru dalam
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi.
2) Melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV dengan menerapkan
strategi peta konsep dalam menulis karangan deskripsi.
3) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai kemampuan menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan strategi peta konsep.
4) Mencatat dan merekan semua aktivitas belajar yang terjadi pada lembar observasi
dan catatan harian sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
5) Diskusi dengan observer untuk mengklarifikasi hasil pengamatan pada lembar
observasi.
c. Tahap Pengamatan
1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran.
2) Observer mengisi lembar pengamatan.
(19)
Peneliti melakukan analisis dari data yang dikumpulkan pada siklus I. Setelah hasil belajar siswa dan pengamatan observer dikaji, pada siklus II peneliti mengulang kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I. Temuan pada tahap refleksi siklus I digunakan untuk memperbaiki RPP dan pembelajaran siklus II.
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Melakukan perbaikan dari kelemahan pada siklus I untuk dijadikan perbaikan
pada siklus II
2) Membuat RPP dengan memperhatikan refleksi pada siklus I.
3) Menyiapkan media, alat peraga, dan sumber pembelajaran.
4) Merancang kegiatan yang lebih variatif
5) Menyiapkan instrumen siklus II.
6) Menyiapkan instrumen non tes berupa lembar pengamatan siswa dan guru dalam
pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II sesuai dengan RPP yang telah
disusun dengan mempertimbangkan perbaikan-perbaikan dari siklus I. Diharapkan pada siklus II siswa sudah lebih menguasai pembelajaran menulis karangan deskripsi.
2) Melakukan tes siklus II untuk mendapatkan data kemampuan menulis karangan
deskripsi.
3) Mencatat dan merekan semua aktivitas belajar yang terjadi pada lembar observasi
dan catatan harian sebagai sumber data yang akan digunakan pada tahap refleksi.
4) Diskusi dengan pengamat untuk mengklarifikasi data hasil pengamatan pada
lembar observasi.
c. Tahap Pengamatan
(20)
2) Peneliti menyesuaikan apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, untuk mendapatkan suatu simpulan.Diharapkan setelah akhir siklus II, kemampuan berbicara dan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia meningkat.
H. Analisis dan Interpretasi Data 1. Analisis Kualitatif
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dengan cara mengkategorikan dan mengklasifikasikan data berdasarkan analisis informasi aktifitas penerapan peta konsep dalam menulis karangan deskripsi. Serta hasil catatan lapangan yag dianalisis dengan analisis deskripsi kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (trianggulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datannya jenuh menurut sugiyono (2010, hlm. 87). Menurut sugiyono dalam bukunya menerjemahkan pernyataan Bogdan, bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil lembar observasi, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
2. Analisis Kuantitatif
Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran melalui tes menulis. Untuk mengetahui tingkat
keterampilan siswa digunakan indikator penilaian terhadap hasil karangan deskripsi
siswa, nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa individu (DSS) dan klasikal (DSK), yang dijabarkan sebagai berikut :
(21)
1)Penilaian terhadap hasil karangan deskripsi siswa. Tabel 3.2
Penilaian Karangan Deskripsi NO
Aspek yang dinilai Skala Penilaian Skor Skor
1 2 3 4
1
Isi Gagasan
2
Organisasi Isi
3
Kesesuaian dengan objek
4
Tata bahasa
5
Ejaan dan tanda baca
Keterangan :
Tabel 3.3
Indikator Penilaian Karangan Deskripsi
No.
Indikator Kriteria Skor
1.
Isi Gagasan Ide cerita kreatif, pengembangan ide tuntas
dan dideskripsikan dengan baik serta lengkap.
4
Ide cerita cukup kreatif, pengembangan ide tuntas dan dideskripsikan dengan baik tidak tidak lengkap.
(22)
Ide cerita cukup kreatif, pengembangan ide terbatas dan dideskripsikan dengan baik tetapi tidak sesuai.
2
Ide cerita tidak jelas, pengembangan ide terbatas dan tidak dideskripsikan.
1
2.
Organisasi Isi Deskripsi lancar, isi diungkapkan secara
jelas dan tertata dengan baik, penutup berimbang.
4
Deskripsi lancar, isi diungkapkan secara jelas dan penutup cukup berimbang .
3
Deskripsi cukup lancar, isi diungkapkan secara jelas dan penutup tidak berimbang .
2
Deskripsi tidak lancar, isi diungkapkan secara kurang jelas dan penutup tidak berimbang .
1
3.
Kesesuaian Objek
Objek dideskripsikan sesuai pengamatan dan digambarkan secara jelas.
4
Objek dideskripsikan sesuai pengamatan namun penggambarannya kurang jelas.
3
Objek dideskripsikan sesuai pengamatan, tetapi penggambarannya tidak jelas.
2
Objek dideskripsikan tidak sesuai dengan pengamatan serta penggambarannya tidak jelas.
1
4.
Tata Bahasa Bentuk kata yang dipilih tepat, penggunaan
kalimat sangat baik dan efektif, bevariasi dan mudah dipahami.
4
Bentuk kata yang dipilih tepat, penggunaan kalimat cukup baik dan efektif, cukup
(23)
bevariasi dan mudah dipahami.
Terdapat sedikit kesalahan penggunaan bentuk kata, penggunaan kalimat cukup baik dan efektif, tidak bevariasi dan mudah dipahami.
2
Kesalahan penggunaan bentuk kata,
penggunaan kalimat cukup baik dan efektif, tidak bevariasi dan sulit dipahami.
1
5.
Ejaan Penggunaan ejaan dan tanda baca sangat
baik dan sesuai dengan EYD.
4
Penggunaan ejaan dan tanda baca baik dan cukup sesuai dengan EYD.
3
Penggunaan ejaan dan tanda baca cukup dan tidak sesuai dengan EYD.
2
Penggunaan ejaan banyak kesalahan dan tidak sesuai dengan EYD.
1
Nilai rata-rata kelas (Ruswandi, dkk, 2007, hlm.210)
X= ∑
∑ Keterangan: X = Rata-rata nilai (mean)
fx = Jumlah nilai
f = Jumlah peserta didik
Sementara itu peneliti menngunakan standar ketuntasan belajar yang digunakan
sekolah yaitu setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika
proporsi jawaban benar siswa ≥ 70, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya
(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 80% siswa yang telah tuntas
belajarnya.” Berdasarkan hal tersebut maka Trianto (2010) menetukan rumus ketuntasan belajar sebagai berikut:
(24)
KB = × %
Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah Skor Total
DSS= � ℎ
� ℎ � × 100%
Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila DSS ≥ 70
DSK= � ℎ � ℎ � �≥70
� ℎ ℎ � × 100%
Kelas dikatakan tuntas jika DSK ≥ 80%
Untuk mengolah data observasi peneliti dan peserta didik digunakan skala penilaian dari 1 sampai dengan 4, Sedangkan untuk penilaian hasil belajar siswa berupa angka dengan skala 10-100. Selanjutnya setiap siklus diamati dan dilaporkan secara kualitatif.
(25)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik observasi, lembar tes, catatan lapangan dan dokumentasi yang dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di kota Bandung, mengenai Penerapan Strategi peta konsep Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Peserta didik di kelas IV tahun ajaran 2015/2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam menulis karangan deskripsi peserta didik di SD kelas IV menggolongkan peserta didik kedalam tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menangani kategori rendah dalam penenrapan strategi peta konsep ini peneliti harus membimbing dan melakukan pendekatan yang lebih personal, karena dalam langkah kedua yaitu penentuan gagasan utama mereka masih perlu arahan untuk memahami konsep dari tema yang mereka pilih. Dalam pelaksanannya keaktifan peserta didik meningkat secara perlahan-lahan dari setiap siklusnya. Pemahaman peserta didik yang rendah mengenai karangan deskripsi menjadi salah satu hal yang diperhatikan, karena hasil keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menerapkan strategi peta konsep pada siklus I menunjukan bahwa sebagian peserta didik belum dapat membedakan antara karangan narasi dengan karangan deskripsi.
2. Keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik di SD kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang menerapkan strategi peta konsep mengalami peningkatan Hasil keterampilan menulis karangan deskripsi pada siklus I setelah menerapkan strategi peta konsep peserta didik kelas IV meningkat, nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 68. Kemudian Hasil keterampilan menulis karangan
(26)
deskripsi pada siklus II kembali meningkat nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas IV adalah 91,5. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi peta konsep dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik di kelas IV.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan, dalam penerapan strategi peta konsep. Sehingga peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada guru atau penenliti selanjutnya yang akan menerapkan strategi peta konsep dalam pelaksanaan pembelajaran. Rekomendasi tersebut antara lain untuk guru, dan peneliti. Rekomendasi tersebut sebagai berikut :
1. Bagi guru yang akan menerapkan strategi peta konsep, peranan guru sangat dominan untuk memotivasi peserta didik dan melibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus menguasai langkah-langkah pembelajaran strategi peta konsep terlebih dahulu. Dalam penerapan strategi peta konsep, guru harus memberikan respon yang berbeda terhadap tiga kategori yang telah dijelaskan diatas, yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Masing-masing harus mendapat arahan dan bimbingan yang berbeda-beda karena pembelajaran dilaksanakan secara individual bukan cooperative learning.
2. Bagi sekolah hasil penelitian penerapan strategi peta konsep untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik kelas IV dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemecahan masalah keterampilan menulis karangan deskripsi.
3. Rekomendasi yang dianjurkan bagi peneliti selanjutnya adalah menerapkan strategi peta konsep ini pada pembelajaran yang lain karena Strategi peta konsep ini dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia dan berhasil meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik.
(27)
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Abdurrahman dan Elya Ratna. 2003. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indosesia Buku Ajar : Padang. FPBS UNS
Akhadiah, sabarti. (1992). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Hartati, Tatat. Dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung : UPI PRESS
Hanafiah, Nanag, Suhana, Cucu. 2009. Konsep strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Kardi, S dan Nur M. 2000a. Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Surabaya University Press.
Kaswan Darmadi. 1996. Meningkatkan Kemampuan mnuls. Yogyakarta : Andi Offset
Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende-Flores : Nusa Indah.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Propesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Munthe, Bermawi. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Mada
(28)
Sugiyono. (2010).Memahami penelitian Kualitatif.Bandung : Alphabet
Tarigan, HG. (1994). Menulis Sebagi Suatu Keterampilan Berbahasa. Cetakan ke- 10. Bandung : Angkasa
Trianto. (2009). Mendesain model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Cetakan ke- 6
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.
Wilis Dahar, Ratna. (1989). Teori-Teori belajar. Cetakan ke-2. Jakarta : Erlangga Wiriatmaja.(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosdakarya
(1)
bevariasi dan mudah dipahami.
Terdapat sedikit kesalahan penggunaan bentuk kata, penggunaan kalimat cukup baik dan efektif, tidak bevariasi dan mudah dipahami.
2
Kesalahan penggunaan bentuk kata,
penggunaan kalimat cukup baik dan efektif, tidak bevariasi dan sulit dipahami.
1
5.
Ejaan Penggunaan ejaan dan tanda baca sangat baik dan sesuai dengan EYD.
4
Penggunaan ejaan dan tanda baca baik dan cukup sesuai dengan EYD.
3
Penggunaan ejaan dan tanda baca cukup dan tidak sesuai dengan EYD.
2
Penggunaan ejaan banyak kesalahan dan tidak sesuai dengan EYD.
1
Nilai rata-rata kelas (Ruswandi, dkk, 2007, hlm.210)
X= ∑
∑ Keterangan: X = Rata-rata nilai (mean)
fx = Jumlah nilai
f = Jumlah peserta didik
Sementara itu peneliti menngunakan standar ketuntasan belajar yang digunakan sekolah yaitu setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 70, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya
(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 80% siswa yang telah tuntas belajarnya.” Berdasarkan hal tersebut maka Trianto (2010) menetukan rumus ketuntasan belajar sebagai berikut:
(2)
KB = × %
Keterangan : KB = Ketuntasan Belajar
T = Jumlah skor yang diperoleh siswa Tt = Jumlah Skor Total
DSS= � ℎ
� ℎ � × 100%
Siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila DSS ≥ 70
DSK= � ℎ � ℎ � �≥70
� ℎ ℎ � × 100%
Kelas dikatakan tuntas jika DSK ≥ 80%
Untuk mengolah data observasi peneliti dan peserta didik digunakan skala penilaian dari 1 sampai dengan 4, Sedangkan untuk penilaian hasil belajar siswa berupa angka dengan skala 10-100. Selanjutnya setiap siklus diamati dan dilaporkan secara kualitatif.
(3)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan teknik observasi, lembar tes, catatan lapangan dan dokumentasi yang dilaksanakan di salah satu Sekolah Dasar di kota Bandung, mengenai Penerapan Strategi peta konsep Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Peserta didik di kelas IV tahun ajaran 2015/2016 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan strategi peta konsep pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam menulis karangan deskripsi peserta didik di SD kelas IV menggolongkan peserta didik kedalam tiga kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menangani kategori rendah dalam penenrapan strategi peta konsep ini peneliti harus membimbing dan melakukan pendekatan yang lebih personal, karena dalam langkah kedua yaitu penentuan gagasan utama mereka masih perlu arahan untuk memahami konsep dari tema yang mereka pilih. Dalam pelaksanannya keaktifan peserta didik meningkat secara perlahan-lahan dari setiap siklusnya. Pemahaman peserta didik yang rendah mengenai karangan deskripsi menjadi salah satu hal yang diperhatikan, karena hasil keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menerapkan strategi peta konsep pada siklus I menunjukan bahwa sebagian peserta didik belum dapat membedakan antara karangan narasi dengan karangan deskripsi.
2. Keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik di SD kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang menerapkan strategi peta konsep mengalami peningkatan Hasil keterampilan menulis karangan deskripsi pada siklus I setelah menerapkan strategi peta konsep peserta didik kelas IV meningkat, nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 68. Kemudian Hasil keterampilan menulis karangan
(4)
deskripsi pada siklus II kembali meningkat nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik kelas IV adalah 91,5. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi peta konsep dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik di kelas IV.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan, dalam penerapan strategi peta konsep. Sehingga peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada guru atau penenliti selanjutnya yang akan menerapkan strategi peta konsep dalam pelaksanaan pembelajaran. Rekomendasi tersebut antara lain untuk guru, dan peneliti. Rekomendasi tersebut sebagai berikut :
1. Bagi guru yang akan menerapkan strategi peta konsep, peranan guru sangat dominan untuk memotivasi peserta didik dan melibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus menguasai langkah-langkah pembelajaran strategi peta konsep terlebih dahulu. Dalam penerapan strategi peta konsep, guru harus memberikan respon yang berbeda terhadap tiga kategori yang telah dijelaskan diatas, yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Masing-masing harus mendapat arahan dan bimbingan yang berbeda-beda karena pembelajaran dilaksanakan secara individual bukan cooperative learning.
2. Bagi sekolah hasil penelitian penerapan strategi peta konsep untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik kelas IV dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemecahan masalah keterampilan menulis karangan deskripsi.
3. Rekomendasi yang dianjurkan bagi peneliti selanjutnya adalah menerapkan strategi peta konsep ini pada pembelajaran yang lain karena Strategi peta konsep ini dapat diterapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia dan berhasil meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi peserta didik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Abdurrahman dan Elya Ratna. 2003. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indosesia Buku Ajar : Padang. FPBS UNS
Akhadiah, sabarti. (1992). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Hartati, Tatat. Dkk. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung : UPI PRESS
Hanafiah, Nanag, Suhana, Cucu. 2009. Konsep strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Kardi, S dan Nur M. 2000a. Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Surabaya University Press.
Kaswan Darmadi. 1996. Meningkatkan Kemampuan mnuls. Yogyakarta : Andi Offset
Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende-Flores : Nusa Indah.
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Propesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Munthe, Bermawi. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Mada
(6)
Sugiyono. (2010).Memahami penelitian Kualitatif.Bandung : Alphabet
Tarigan, HG. (1994). Menulis Sebagi Suatu Keterampilan Berbahasa. Cetakan ke- 10. Bandung : Angkasa
Trianto. (2009). Mendesain model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Cetakan ke- 6 Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.
Wilis Dahar, Ratna. (1989). Teori-Teori belajar. Cetakan ke-2. Jakarta : Erlangga Wiriatmaja.(2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosdakarya