PENGGUNAAN STRATEGI PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 9 METRO BARAT

(1)

PENGGUNAAN STRATEGI PERMAINAN EDUKATIF UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN

DESKRIPSI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

NEGERI 9 METRO BARAT

OLEH

OKTARINA ARISTYAWATI

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN STRATEGI PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 9 METRO BARAT

Oleh

OKTARINA ARISTYAWATI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VA Sekolah Dasar Negeri (SDN) 9 Metro Barat. Peneitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VA SD Negeri 9 Metro Barat. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui strategi permainan edukatif dan dengan menggunakan classroom action research atau lebih dikenal dengan penelitian tindakan kelas.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa, melalui permainan edukatif dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VA SDN 9 Metro Barat. Keterampilan menulis karangan deskripsi siswa terlihat semakin meningkat, pada siklus I rata-rata kelas adalah 69,83%, dan siklus II 75,33%. Hasil rekapitulasi peningkatan terhitung, (1) dari hasil observasi sebelum dilakukannya tindakan siklus ke siklus I meningkat (9,5%) dan (2) dari siklus I ke siklus II meningkat (5,5%). Begitu pula dengan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia, dari pertemuan ke pertemuan berikutnya, siswa terlihat sangat bersemangat untuk belajar. Selain dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi, strategi permainan edukatif juga dapat meningkatkan aktivitas siswa, aktivitas guru, motivasi belajar siswa, dan kreativitas siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi ... 9

2.2 Pengertian Permainan Edukatif ... 10

2.2.1 Macam-Macam Permainan Pembelajaran Bahasa ... 13

2.2.2 Manfaat Permainan ... 14

2.2.4 Langkah-langkah Belajar Menggunakan Strategi Permainan Edukatif ... 16

2.3 Hakikat Menulis ... 20

2.3.1 Pengertian Menulis... 20

2.3.2 Tujuan Menulis ... 21

2.3.3 Manfaat Menulis ... 22

2.3.4 Jenis-Jenis Menulis ... 23

2.3.5 Menulis di Sekolah Dasar ... 24

2.4 Karangan Deskripsi ... 25

2.4.1 Pengertian Karangan Deskripsi ... 25

2.4.2 Macam-macam Deskripsi... 26

2.4.3 Karakteristik Karangan Deskripsi ... 27

2.4.4 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 27

2.5 Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 30

3.2 Setting Penelitian ... 31


(7)

3.7 Langkah-langkah Penelitian ... 35

3.8 Indikator Ketercapaian ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.1.1 Deskripsi Awal ... 39

4.1.2 Refleksi Awal ... 40

4.1.3 Persiapan Pembelajaran ... 41

4.1.4 Siklus I ... 42

4.1.5 Siklus II ... 52

4.2 Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Daftar Distribusi Nilai Hasil Karangan Deskripsi Siswa (Siklus I Pertemuan 1) ... 44 4.2 Daftar Distribusi Nilai Hasil Karangan Deskripsi Siswa (Siklus I

Pertemuan 2) ... 46 4.3 Data Persentase Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 48 4.4 Data Persentase Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 50 4.5 Daftar Distribusi Nilai Hasil Karangan Deskripsi Siswa (Siklus II Pertemuan 1) ... 53 4.6 Daftar Distribusi Nilai Hasil Karangan Deskripsi Siswa (Siklus II Pertemuan 1) ... 55 4.7 Data Persentase Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 57 4.8 Data Persentase Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ... 58 4.9 Hasil Rekapitulasi Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siswa


(9)

Gambar Halaman 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 34 4.1 Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 61 4.2 Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Guru Per-Siklus ... 64 4.3 Grafik Rekapitulasi Persentase Nilai Rata-Rata Hasil menulis


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 76

2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 77

3. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 78

4. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 79

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 80

6. Silabus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V ... 81

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 91

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 96

9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 100

10.Soal dan Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Tes Awal ... 101

11.Soal dan Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Siklus I (Pertemuan 1) ... 103

12.Soal dan Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Siklus I (Pertemuan 2) ... 105

13.Soal dan Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Siklus II (Pertemuan 1) ... 107

14.Soal dan Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Siklus II (Pertemuan 2) ... 109

15.Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan I ... 111

16.Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan II ... 113

17.Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan I ... 115

18.Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan II ... 117

19.Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I Pertemuan I ... 119

20.Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I Pertemuan II ... 121

21.Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Pertemuan I ... 123

22.Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Pertemuan II ... 125

23.Daftar Nilai Siklus I dan II ... 127

24.Lembar Angket Kinerja Guru ... 128

25.Lembar Instrumen Penilaian Mengarang Deskripsi ... 130


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya. Baik secara intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Melalui pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam seluruh dimensi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya sendiri dan masyarakat.

Pendidikan adalah komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan belajar (Unesco dalam Novi Resmini, dkk., 2006: 3). Sejalan dengan itu Smith (Resmini, dkk., 2006: 3) mengemukakan bahwa pendidikan adalah kegiatan sistemik untuk menumbuhkembangkan belajar.

Resmini, dkk, (2006: 3) berpendapat bahwa, untuk bisa melaksanakan pembelajaran sehingga siswa mampu belajar untuk mengetahui (learning how to know), belajar untuk belajar (learning how tolearn, to relearn, to unlearn), belajar untuk mengerjakan sesuatu (learning how to do), belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problems), belajar untuk hidup bersama (learning how to live together), dan belajar untuk kemajuan kehidupan (learning how to be) maka dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia guru perlu memahami prinsip-prinsip dan landasan pembelajaran bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal ini karena bahasa


(12)

Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa negara di Indonesia (Oka, dalam Muslich 2009: 23). Selain pendapat di atas, menurut Resmini (2006: 9) tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar secara umum mengacu pada kemampuan memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya secara tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan secara lisan ataupun tertulis. Oleh karena itu untuk dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, harus didukung dengan kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa. Empat aspek tersebut yaitu, (1) membaca, (2) menulis, (3) berbicara, dan (4) menyimak. Keempat aspek tersebut memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda. Pada penelitian ini, peneliti akan membahas pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis. Menulis adalah kegiatan mewujudkan lambang-lambang bahasa berupa huruf dan angka ke dalam bentuk tulisan sehingga dapat menjadi sarana berkomunikasi.

Berdasarkan observasi dan diskusi dengan Ibu Randiani, A.Ma. guru bahasa Indonesia kelas V SDN 9 Metro Barat, masalah mendasar yang dikeluhkan pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah kurangnya kemampuan menulis bahasa siswa. Hal ini dapat diketahui dari kemampuan siswa untuk menuangkan ide yang akan ditulis dalam karangan masih kurang.


(13)

Siswa belum mampu memadukan kalimat dengan baik dan rendahnya kemampuan siswa dalam penggunaan tanda baca dan ejaan. Masalah-masalah di atas timbul karena kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dan kurangnya minat siswa tersebut membuat aktivitas pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. Siswa sering terlihat jenuh dan kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas, telah dilaksanakan penelitian dengan menggunakan strategi permainan edukatif sebelumnya. Tetapi hasil yang didapat belum memenuhi harapan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN 9 Metro Barat dan penelitian tersebut dikatakan belum berhasil. Nilai KKM pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 6,5. Sementara siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sebanyak 63,33% dan jumlah siswa yang sudah memenuhi nilai KKM hanya 36,67%.

Dari berbagai penelitian (Ditjen Dikti, 2007: 53), seorang pendidik dari Jerman percaya bahwa salah satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah melalui permainan. Menurut pendapatnya, anak-anak lebih siap dan berpotensi untuk bermain daripada cara lain. Hal serupa dikemukakan oleh Buhler (Sutarno, 2007: 160), menurutnya bermain merupakan pemicu kreativitas. Anak yang banyak bermain akan meningkat aktivitas dan kreativitasnya. Bermain juga merupakan sarana untuk mengubah potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Bermain sangat penting sehingga meskipun terdapat unsur kegembiraan, namun tidak dilakukan demi kesenangan saja.


(14)

Bermain adalah hal serius karena merupakan cara bagi anak untuk meniru dan menguasai perilaku orang dewasa untuk mencapai kematangan.

Bermain bagi anak-anak sama halnya seperti bekerja bagi orang dewasa. Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Orang dewasa bekerja dari pagi hingga sore hari. Waktu bermain anak tidak jauh berbeda dengan waktu bekerja orang dewasa. Anak-anak juga bermain dari pagi hingga sore hari.

Kurangnya waktu bagi anak-anak untuk bermain akan membuat anak-anak menjadi bosan akan rutinitasnya. Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam diri anak-anak yang disebut naluri. Semua naluri harus disalurkan secara baik dan terkontrol. Oleh karena itu bermain bagi anak-anak merupakan kebutuhan hidupnya seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain.

Waktu yang relatif sedikit untuk bermain bagi anak-anak, jika dikaitkan dengan dunia belajar, maka akan membuat anak menjadi jenuh ataupun bosan dan tidak bersemangat mengikuti pelajaran, yang mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi menurun juga akan berdampak pada tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik dan optimal.

Pendapat di atas diperkuat lagi oleh Montessori dalam (Sutarno, 2007: 162) yang dikenal sebagai ahli pendidikan prasekolah. Beliau berpendapat bahwa beliau sangat menghargai nilai-nilai yang terdapat dalam permainan pada masa anak-anak. Baik Froebel maupun Montesori, menerapkan suatu pemikiran bahwa anak belajar sesuatu melalui permainan, jadi keduannya menggunakan permainan sebagai alat pendidikan. Belajar tidak mungkin dipaksakan. Cara belajar yang baik, salah satunya dalam suasana tanpa tekanan dan paksaan, tentunya cara belajar yang paling menyenangkan adalah sambil bermain. Naluri anak yang harus memperoleh kesempatan untuk bermain tetap disalurkan dan pembelajaran yang mestinya kepada anak, mestinya juga tersampaikan.


(15)

Permainan biasanya dapat dilakukan dengan menirukan atau memperagakan keadaan yang sebenarnya. Teknik pembelajaran dengan permainan sangat efektif untuk menjelaskan suatu pengertian yang bersifat abstrak atau konsep yang sering sulit dijelaskan dengan kata-kata. Melalui permainan khusus, para siswa dapat mengalami sendiri secara langsung suatu keadaan. Dengan permainan, siswa dapat memahami suatu konsep, prinsip, unsur pokok, dan hasil.

Permainan akan meningkatkan partisipasi aktif anak, sehingga pembelajaran akan efektif. Kesenangan anak saat bermain dapat dipakai sebagai kesempatan untuk belajar hal-hal yang konkret, sehingga daya cipta, imajinasi, dan kreativitas anak dapat berkembang.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakasanakannya kurikulum berbasis permainan untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Rendahnya keterampilan menulis siswa kelas V SDN 9 Metro Barat untuk membuat sebuah karangan deskripsi.

1.2.2 Kurang kreatifnya guru dalam menggunakan strategi permainan edukatif dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

1.2.3 Kurangnya kemampuan siswa untuk memadukan kalimat dengan baik dalam menulis karangan deskripsi.

1.2.4 Kurangnya kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai dengan EYD bahasa Indonesia.


(16)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka inti permasalahannya dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimanakah meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui strategi permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat? 1.3.2 Bagaimanakah meningkatkan aktivitas dan kreativitas guru dan siswa

melalui strategi permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1.4.1 Meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat.

1.4.2 Meningkatkan aktivitas dan kreativitas guru dan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Siswa

Siswa akan lebih berminat dengan pelajaran bahasa Indonesia, dapat meningkatkan keterampilan menulis, memahami, dan mudah menuangkan ide ke dalam tulisan, karena cara belajar di kelas menjadi


(17)

menyenangkan. Siswa juga lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, merasa gembira, tidak bosan berada di kelas, dan keterampilan menulis karangan deskripsi dapat meningkat.

1.5.2 Bagi Guru

Melalui penelitian ini guru memperoleh alternatif dalam menggunakan cara-cara pembelajaran yang lebih bervariatif bagi siswa dan guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam melaksanakan tugas mengajar, serta dapat menciptakan suasana menyenangkan di dalam kelas.

1.5.3 Bagi Sekolah

Dengan menggunakan strategi bermain edukatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat, sekolah akan memiliki siswa-siswi berprestasi dan guru-guru berpotensi, kreatif, dan berkualitas.


(18)

2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Bahri, 2006: 5).

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Wina dalam Sudrajat, 2008). Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Kozma (dalam Gafur, 2007), secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Gerlach dan Ely (http: wordpress.com, 2007), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan olehnya bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.


(19)

Pendapat lain yang berkaitan dengan strategi belajar yaitu Newman dan Logan (dalam Sudrajat, 2008) mereka mengemukakan empat unsur srategi dalam pembelajaran yaitu, (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran berupa perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik, (2) mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif, (3) mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran, (4) menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan jenis materi pelajaran yang akan dikomunikasikan.

Strategi pembelajaran juga dapat dikatakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi belajar adalah suatu cara yang digunakan untuk mengelola pikiran sendiri agar tujuan pembelajaran tercapai. Strategi belajar dilaksanakan untuk mempermudah kegiatan belajar agar mencapai tujuan belajar yang diharapkan dan dapat memberikan fasilitas juga bantuan kepada orang yang melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Guru diharapkan untuk mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk membimbing siswa.

2.2 Pengertian Permainan Edukatif

Permainan edukatif ialah permainan yang dirancang dan dibuat untuk merangsang daya pikir anak termasuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan memecahkan masalah. Pembelajaran melalui permainan edukatif bertujuan untuk membawa siswa dalam suasana belajar yang menyenangkan. Banyak hal yang bisa diperoleh anak dengan pembelajaran melalui permainan edukatif, selain sebagai alat belajar, bermain bagi siswa


(20)

sekolah dasar juga merupakan kebutuhan hidup seperti bergerak, berlari, dan berpikir, Roblyer (2009).

Menurut Hidayat (2009), permainan edukatif berasal dari permainan pada umumnya yang merupakan alat untuk memperoleh kesenangan, kemudian diadaptasi ke dalam sebuah pembelajaran untuk mendukung kegiatan belajar. Permainan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa bertujuan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), yang kemudian disebut dengan permainan edukatif. Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan edukatif. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan edukatif. Dapat disebut permainan edukatif, apabila suatu aktivitas tersebut mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).

Permainan untuk anak bisa jadi berbeda antara satu dengan yang lainnya, sebab harus dipahami bahwa setiap anak memiliki keunikan yang berbeda-beda dan istimewa. Permainan yang sama bisa saja diberikan untuk anak-anak, namun hasil yang mereka dapatkan bisa berbeda-beda. Anak bisa dibawa ke tempat-tempat terbuka dan bermain bersama alam. Hasilnya, dari permainan yang mereka geluti, anak bisa berani mengambil risiko, berjiwa sosial, menghargai kebersamaan, berkreativitas, berketahanan mental, dan lain-lain (Resmini, 2006: 244).


(21)

Menurut pendapat Murphy (dalam Resmini, 2006: 181) anak usia dini menggunakan permainan untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan seperti bermain dokter-dokteran atau sekolah-sekolahan. Permainan digunakan sebagai suatu bentuk psikoterapi untuk anak-anak yang tidak dapat mengungkapkan perasaan atau menggambarkan pengalamannya. Sutarno (2007: 162) mengemukakan bahwa permainan akan meningkatkan partisipasi aktif anak, sehingga pembelajaran lebih efektif.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Semiawan, (2009), permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain memiliki risiko. Ada risiko bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah pengulangan. Anak mengonsolidasikan keterampilannya yang harus diwujudkan dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain. Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya,


(22)

Ada dua jenis permainan dalam pembelajaran menurut Suyatno (2005: 14), pertama mengarah pada permainan yang digunakan untuk pendidikan. Permainan tersebut digunakan dengan tujuan tertentu. Misalnya, permainan anagram digunakan untuk meningkatkan kepekaan siswa terhadap perbedaan huruf. Kedua, jenis permainan dalam proses belajar yang memang digunakan sebagai permainan murni. Bertujuan sebagai pemecah kebekuan dan pembangkit semangat. Permainan tersebut bukan untuk membahas suatu topik tertentu, tetapi hanya untuk menghidupkan suasana. Misalnya, ketika siswa mulai tampak lelah, mengantuk, ataupun bosan.

Resmini, dkk., (2006: 248) berpendapat bahwa permainan beraneka ragam, dari yang sangat sederhana hingga yang sangat rumit. Permainan mempunyai aturan dan menuntut partisipasi minimal dua orang anak. Permainan juga bersifat kompetitif, artinya ada pihak yang kalah dan ada yang menang, dan kemenangan itu diperebutkan. Permainan mempersyaratkan interaksi sosial. Untuk terlibat secara efektif dalam sebuah permainan, anak perlu memahami konsep-konsep berbagi, menunggu giliran, bermain jujur, menang dan kalah sehingga tujuan utama permainan edukatif dapat tercapai.

Tujuan utama permainan edukatif adalah untuk terlibat secara efektif dalam sebuah permainan, anak perlu memahami konsep-konsep seperti berbagi, menunggu giliran, bermain jujur, menang dan kalah, bukan semata-mata untuk memperoleh kesenangan, tetapi untuk belajar


(23)

keterampilan berbahasa tertentu misalnya menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Aktivitas permainan digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan. Dewey (2009) berpendapat bahwa interaksi antara permainan dengan pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang sangat penting bagi anak-anak. Menang dan kalah bukan merupakan tujuan utama permainan. Dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan atau tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut kadang-kadang berupa masalah yang harus diselesaikan atau diatasi, kadang pula berupa kompetisi. Masalah yang harus diselesaikan itulah dapat melatih keterampilan berbahasa. Alat permainan baik realistik maupun imajinatif, buatan pabrik maupun alamiah memiliki peranan yang cukup besar dalam membantu merangsang anak dalam menggunakan bahasa. Keberadaan alat-alat permainan dapat membantu dan meningkatkan daya imajinasi anak.

Menurut Ditjen Dikti (2007: 171) macam-macam permainan edukatif adalah: (1) bisik berantai, (2) lihat katakan, (3) aku seorang detektif, (4) bertanya dan menerka, (5) baca lakukan, (6) bermain telepon, (7) melompat bulatan kata, (8) perjalanan dengan denah, (9) pengarang gotong royong, (10) stabilo kalimat, (11) kata dari wacana, (12) cerita berantai, (13) siap laksanakan perintah, (14) puzzel gambar, (15) problem solving, dan lain-lain.

Suyatno (2005: 125) menyebutkan beberapa permainan dalam pembelajaran bahasa yang dapat meningkatkan keterampilan menulis, di


(24)

antaranya yaitu: (1) buku cerita karanganku, (2) membuat SIM sendiri, (3) surat untuk pengarang, (4) inilah tugasmu, (5) buku harianku, (6) buku alamat pribadi, (7) mengeposkan surat, (8) katalog ria, (9) suasana pasar, (10) suara-suara berbeda, (11) menjelajah tekstur, (12) permainan tinggi dan rendah, (13) banding benda seni, (14) jika kau petani.

2.2.2 Manfaat Permainan

Permainan yang tepat dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan menarik, dapat menguatkan pembelajaran, dan bahkan menjadi semacam ujian. Kesenangan permainan yang tidak terhalang mengeluarkan segala macam energi positif dalam tubuh, melatih kesehatan, dan membuat individu merasa hidup sepenuhnya. Bagi banyak orang, ungkapan kehidupan dan kecerdasan kreatif yang paling tinggi di dalam diri mereka tercapai dalam sebuah permainan.

Permainan belajar (learning games) yang menciptakan atmosfer menggembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang dapat memberi banyak sumbangan, di antaranya yaitu: (1) menyingkirkan keseriusan yang menghambat, (2) menghilangkan stres dalam lingkungan belajar, (3) mengajak orang terlibat penuh, (4) meningkatkan proses belajar, (5) membangun kreativitas diri, (6) mencapai tujuan dengan ketidaksadaran, (7) meraih makna belajar melalui pengalaman, dan (8) memfokuskan siswa sebagai subjek belajar (Suyatno, 2005: 14).

Jadi permainan yang tepat yaitu permainan yang dapat menciptakan sebuah pembelajaran yang menarik dan mengurangi hambatan-hambatan


(25)

dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.

2.2.4 Langkah-langkah Belajar Menggunakan Strategi Permainan Edukatif

Dari bermacam-macam permainan edukatif yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa, maka akan dilaksanakan beberapa permainan yang dirasa tepat dan sesuai untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat. Peneliti memilih beberapa permainan edukatif dalam penelitian ini, yaitu : “hujan deskripsi”, “aku seorang wartawan”, “katalog ria”, dan “menjelajah tekstur”.

“Hujan Deskripsi” adalah permainan edukatif pada pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan untuk belajar tentang menulis deskripsi. Hujan deskripsi dapat dimainkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Cara bermain hujan deskripsi yaitu siswa seolah-olah mandi hujan, tetapi hujan yang dimaksudkan disini bukanlah hujan air seperti biasanya melainkan hujan kertas yang berisikan tema deskripsi yang telah disiapkan oleh guru.

Teknik permainan edukatif “Hujan Deskripsi” (di adopsi dari Suyatno, 2005:132)yaitu :

1. Beberapa siswa secara bergantian diminta untuk ke depan kelas, kemudian Guru memulai permainan dengan menyebarkan kertas-kertas yang bertuliskan tema dari hal-hal yang akan dideskripsikan oleh siswa.


(26)

2. Siswa secara acak mengambil kertas-kertas deskripsi tersebut kemudian kembali ke bangkunya dan membuat karangan deskripsi sesuai dengan yang ada dalam isi kertas seperti: ayahmu, ibumu, kakakmu, adikmu, diri sendiri dan lain sebagainya.

3. Setelah selesai mengarang, siswa memberi nama pada setiap karangan yang dibuat kemudian mengumpulkannya kepada guru dalam keadaan kertas karangan digulung rapih.

4. Dilanjutkan dengan beberapa siswa diperintahkan ke depan kelas kemudian dihujani dengan gulungan hasil karangan deskripsi dari semua siswa secara acak dan bergantian untuk membacakan karangan deskripsi temannya.

“Katalog Ria” adalah sebuah buku yang berisikan daftar nama-nama benda beserta gambarnya. Buku tersebut digunakan untuk permainan edukatif pada pembelajaran bahasa Indonesia aspek menulis deskripsi. Gambar-gambar yang ada di dalam buku tersebut dibuat sebagus mungkin agar siswa yang melihatnya tertarik dan senang melihatnya.

Teknik permainan edukatif “Katalog Ria” (di adopsi dari Suyatno, 2005:133) yaitu:

1. Guru menyiapkan daftar nama-nama mainan.

2. Salah satu siswa diberi kesempatan untuk memilih satu mainan dari katalog.


(27)

3. Guru membacakan contoh keterangan tentang mainan dari catalog tersebut, kemudian tanyakan kepada siswa bagaimana ia ingin keterangan tentang mainannya ditulis dalam katalog.

4. Setelah itu, mintalah siswa yang lainnya juga menuliskan deskripsi tentang mainan itu dan bantulah mereka dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti, apa warna mainan itu, bagaimana ukurannya, dimana mainan itu dimainkan, dan sebagainya.

5. Setiap siswa diupayakan menulis deskripsi mainan lebih dari satu jenis.

“Aku Seorang Wartawan” merupakan permainan edukatif yang di dalam permainannya siswa seolah-olah menjadi seorang wartawan. Wartawan adalah pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan, gambar-gambar dan sebagainya untuk perusahaan pers, radio, televisi maupun on line. Pada permainan Aku seorang Wartawan, siswa diajak bermain peran dengan teman sebangkunya untuk saling mewawancarai secara bergantian.

Teknik permainan edukatif “Aku Seorang Wartawan” (di adopsi dari Suyatno, 2005:134) yaitu:

1. Setiap siswa bermain peran sebagai wartawan dan narasumber secara bergantian. Siswa mewawancarai teman sebangkunya kemudian melaporkan hasil wawancara tersebut dalam bentuk karangan deskripsi.


(28)

2. Hal-hal yang diwawancarai mengenai tempat dan tanggal lahir, rumah, keluarga, hobi dan lain-lain.

3. Setelah selesai membuat karangan deskripsi, beberapa siswa diperintahkan untuk membacakan karangannya di depan kelas. Penunjukan siswa dilakukan dengan cara memutarkan sebuah benda ke seluruh siswa dengan menyanyikan sebuah lagu secara bersama-sama. Jika lagu berhenti, maka siswa yang sedang memegang benda tersebutlah yang diminta untuk membacakan hasil karangannya.

Menjelajah adalah kegiatan menelusuri suatu tempat untuk menyelidiki, meneliti, dan mengamati agar mendapatkan gambaran yang jelas. Sedangkan tekstur adalah ukuran, susunan, atau jaringan dari bagian suatu benda. Jadi permainan edukatif “Menjelajah Tekstur” adalah permainan yang dimainkan agar siswa menjelajahi tekstur benda-benda yang ada dalam kelas untuk dapat dideskripsikan ke dalam sebuah karangan.

Teknik permainan edukatif “Menjelajah Tekstur” (di adopsi dari Suyatno, 2005:133) yaitu:

1. Guru membantu siswa untuk menyadari perbedaan tekstur.

2. Siswa diminta untuk menyentuh benda-benda yang terdapat di dalam ruangan.

3. Kemudian bantulah mereka untuk rasakan dengan kata: “Apakah lantai terasa dingin, keras, halus?” “Apakah pipimu terasa dingin,


(29)

hangat, kasar, halus?” “Apakah sikutmu terasa berbeda dengan tanganmu?”.

4. Siswa diminta mendeskripsikan apa yang dirasakannya saat menyentuh beberapa benda yang ia sentuh.

2.3 Hakikat Menulis

2.3.1 Pengertian Menulis

Menulis yang dipandang sebagai kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang kosong adalah salah satu kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa tulis. Kemampuan menulis itu tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dengan kemampuan lain (Resmini, dkk., 2006: 297).

Pendapat lain tentang menulis menurut Lado (Cahyadi, 2007: 97) adalah mengungkapkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut.

Selain itu, menulis adalah mengutarakan sesuatu secara tertulis dengan menggunakan bahasa terpilih dan tersusun (Rusyana, dalam Cahyadi, 2007: 97). Newman (Resmini, dkk., 2006: 229) menegaskan bahwa menulis berkembang dalam berbagai arah atau kecendrungan. Menulis kadang-kadang berkembang berkesinambungan atau dapat juga tidak dapat dikenali, dan kadang-kadang juga menunjukkan perkembangan yang mengejutkan atau luar biasa.


(30)

Dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses menuangkan atau menggambarkan hal-hal yang ada dalam pikiran seseorang dalam suatu bahasa. Hal-hal yang ada dalam pikiran seseorang dapat disampaikan dan dipahami oleh orang lain.

2.3.2 Tujuan Menulis

Setiap tulisan memiliki beberapa tujuan, antara lain untuk memberitahukan atau menginformasikan, menghibur, meyakinkan, dan mengungkapkan perasaan atau emosi (D’Angelo dalam Cahyadi, 2007: 98). Ia mengklasifikasikan tujuan menulis sebagai berikut: (1) tujuan penugasan; (2) tujuan altruistik; (3) tujuan persuasif; (4) tujuan penerangan; (5) tujuan pernyataan diri; (6) tujuan kreatif; tujuan ini berhubungan erat dengan tujuan pernyataan diri, tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, dan (7) tujuan pemecahan masalah. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Menurut Syafie’ie (Sutrisna, 2012), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Mengubah keyakinan pembaca, (2) Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca, (3) Merangsang proses berpikir pembaca, (4) Menyenangkan atau


(31)

menghibur pembaca, (5) Memberitahu pembaca, dan (6) Memotivasi pembaca.

Tujuan kreatif akan lebih ditekankan pada penelitian ini untuk memunculkan imajinasi yang dituangkan dalam karangan deskripsi hasil ciptaan siswa itu sendiri. Tujuan kreatif dirasakan sesuai dengan kemampuan dan masa perkembangan anak di Sekolah Dasar, khususnya kelas V.

2.3.3 Manfaat Menulis

Menulis merupakan sebuah kebutuhan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak luput dari kegiatan beraksara tulis. Kemampuan menulis memiliki manfaat terutama pada kemampuan menulis lanjutan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Terdapat enam manfaat menulis menurut Horiston (Sutrisna, 2012) antara lain; (1) sebagai sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita, (2) dapat memunculkan ide baru, (3) dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang kita miliki, (4) kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang, (5) dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, dan (6) kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hernowo (Widyartono, 2011) Ia menyatakan lima manfaat dalam menulis, yaitu (1) menjernihkan


(32)

pikiran, (2) mengatasi trauma, (3) membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, (4) membantu memecahkan masalah, dan (5) membantu berpikir sistematis dan runtut ketika waktu terdesak.

2.3.4 Jenis-Jenis Menulis

Pembelajaran menulis di SD terdiri atas dua bagian, yakni, menulis permulaan dan menulis lanjut (pendalaman). Menulis permulaan diawali dari melatih siswa memegang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana dan seterusnya, sedangkan menulis lanjut dimulai dari menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar (Hartati, 2006:152).

Menurut Resmini (2006:116), dalam kegiatan menulis terdapat beberapa jenis-jenis tulisan/karangan yaitu, karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Dari segi istilah, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisannya. Istilah narasi berasal dari bahsa inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa menurut urutan kejadian atau kronologis atau dengan maksud member arti kepada seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Kata eksposisi berasal dari kata exposition yang berarti membuka atau memulai. Karangan eksposisi adalah karangan yang menerangkan tentang sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan terutama adalah sebuah informasi. Selanjutnya karangan argumentasi, yang dimaksud karangan argumentasi ialah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Dan yang terakhir adalah karangan persuasi, istilah persuasi merupakan alihan bentuk


(33)

kata persuasion dalam bahsa Inggris. Bentuk kata persuasion diturunkan dari kata to persuade yang artinya membujuk atau meyakinkan. Jadi karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya bujuk, berdaya ajuk, ataupun berdaya himbau yang membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implicit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa.

Selain jenis-jenis tulisan/karangan kegiatan menulis juga terdapat banyak ragam latihannya. Hartati, (2006:152) mengungkapkan ada empat latihan dalam kegiatan menulis, yaitu; (1) latihan menyalin, (2) dikte atau imla, (3) melengkapi atau mencocokkan gambar dengan tulisan, dan (4) mengarang sederhana.

2.3.5 Menulis di Sekolah Dasar

Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar.hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar perlu mendapat perhatian yang optimal sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan.

Menurut Resmini, (2006:195) untuk dapat menuliskan huruf sebagai lambang bunyi, siswa harus berlatih mulai dari cara memegang alat tulis. Siswa juga berlatih menggerakkan tangan dengan memperhatikan apa yang harus ditulis atau digambarkan.siswa harus dilatih mengamati lambang bunyi tersebut, memahami setiap


(34)

huruf sebagai lambang bunyi tertentu sampai dengan menuliskannya secara benar.agar bermakna, proses belajar menulis permulaan di sekolah dasar dilaksanakan setelah siswa mampu mengenal huruf-huruf yang diajarkan

2.4 Karangan Deskripsi

2.4.1 Pengertian Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan hal tersebut. Karangan deskripsi membutuhkan keterlibatan emosi atau perasaan (Widaghdo, 1997: 109).

Wibowo (2003: 1.11) menyatakan bahwa karangan deskripsi adalah bentuk tulisan deskripsi mengutamakan kemampuan penulisnya dalam melukiskan atau merinci sesuatu peristiwa atau kejadian secara obyektif melalui kata-kata. Dengan cara ini, seolah-olah pembacanya melihat langsung peristiwa tersebut. Jadi, mengarang deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang menggambarkan sesuatu keadaan, kejadian atau peristiwa sejelas mungkin sehingga pembaca mendapat kesan seperti melihat sendiri sesuatu yang digambarkan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengarang deskripsi adalah kemampuan dalam merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat, kalimat yang menjadi paragraf yang padu yang menggambarkan ekspresi, peristiwa atau kejadian yang dialami oleh penulis seolah-olah pembaca ikut merasakan kejadian tersebut. Penggunaan kata dalam


(35)

suatu kalimat haruslah disesuaikan dengan konteksnya sehingga menghasilkan suatu kalimat yang mudah dimengerti.

2.4.2 Macam-Macam Deskripsi

Sesuatu yang dapat dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi juga dapat kita rasa dan kita fikir, seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, haru, dan kasih sayang. Begitu pula suasana yang timbul dari suatu peristiwa, seperti suasana mencekam, putus asa, kemesraan, dan keromantisan suasana pantai, Resmini (2006:116). Pendapat lain dikemukakan Suparno dan Yunus (2003: 4.14) bahwa deskripsi adalah karangan yang berdasarkan kategori yang lazim. Ada dua objek yang diungkapkan dalam deskripsi, yakni karangan deskripsi orang dan karangan deskripsi tempat.

1. Deskripsi Orang

Ada beberapa aspek yang layak dideskripsikan dari seseorang yaitu deskripsi keadaan fisik sang tokoh, deskripsi keadaan sekitar sang tokoh, deskripsi watak atau tingkah perbuatan sang tokoh, dan deskripsi gagasan-gagasan sang tokoh.

2. Deskripsi Tempat

Untuk mendeskripsikan tempat, perlu dipertimbangkan beberapa pokok persoalan,yaitu: suasana hati, bagian yang relevan, dan urutan penyajian (Suparno dan Yunus, 2003: 4.22)


(36)

2.4.3 Karakteristik Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam pada si pembaca, Resmini (2006:116). Pendapat serupa dikemukakan oleh Widaghdo (1997: 109), menurutnya karangan deskripsi memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.

b. Penggabaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra.

c. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

2.4.4 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi

Dalam menulis deskripsi yang baik, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kesanggupan berbahasa kita memiliki kekayaan nuansa dan bentuk. Kedua, kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan tentang sifat, ciri, dan wujud objek yang dideskripsikan. Ketiga, kemampuan memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi, Akhadiah (Resmini, 2006).

Dalam membuat karangan deskripsi terdapat juga langkah-langkahnya. Langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi menurut Resmini dkk. (2006: 122) yaitu:

a. Menentukan apa yang akan dideskripsikan: apakah mendeskrisikan orang atau tempat.

b. Merumuskan tujuan deskripsi: apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi atau persuasi. c. Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan.

d. Keseluruhan tempat atau bagian-bagian tertentu saja yang menarik?


(37)

e. Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan strategi permainan edukatif maka dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat”.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, 2007 : 1.4). Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang ada di kelas V SD N 9 Metro Barat serta berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan pembelajaran reflektif dan kolaboratif.

Penelitian yang digunakan berbentuk siklus tindakan. Siklus ini berlangsung beberapa kali. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wardani, 2007: 2.4). Kemudian pada siklus kedua kegiatan selanjutnya dilakukan modifikasi pada tahap perencanaan yaitu menjadi perbaikan perencanaan (reviced plan), pelaksanaan (act), pengamatan

(observe), dan refleksi (reflect).


(39)

1). Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat tahun pelajaran 2012/2013. Berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 12 perempuan.

2). Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V A Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Barat, di jalan Nias No. 27 Ganjarasri Metro Barat, Kota Metro.

3). Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap, tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Januari sampai dengan bulan Pebruari.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat, karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat pengumpul data yaitu, teknik nontes berupa lembar pengamatan siswa (observasi) digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskrisi dan teknik tes berupa tugas mengarang deskripsi digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi.


(40)

Pada penelitian ini observer menggunakan beberapa instrumen untuk menilai keberhasilan belajar yaitu (1) instrumen penilaian mengarang deskripsi yang dapat mengukur peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi, di adopsi dari Soekamto (2009) “E-Tugas Akhir PJJ S1 PGSD”, dapat dilihat pada lampiran 25, (2) lembar pengamatan aktivitas siswa yang di adaptasi dari Purwanto (2002) ”Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran”, dapat dilihat pada lampiran 15, 16, 17, dan 18, dan (3) lembar penilaian aktivitas guru, adaptasi dari Soekamto (2009) “E-Tugas Akhir PJJ S1 PGSD” yang dapat dilihat pada lampiran 19, 20, 21, dan 22.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif untuk tes keterampilan menulis siswa dan penilaian hasil belajar siswa. Sedangkan hasil observasi menggunakan metode kualitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.

a. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari hasil tes belajar siswa yang meliputi data kognitif yang diperoleh dari pemberian tugas mengarang. Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa dalam bentuk karangan setelah diterapkannya permainan edukatif. Untuk menghitung hasil tes belajar siswa yang berupa nilai-nilai siswa, digunakan rumus sebagai berikut.


(41)

Keterangan :

N : nilai yang dicari/diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM : skor maksimum ideal

100 : bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2002: 102)

Skor perolehan merupakan skor yang diperoleh siswa dalam memenuhi aspek-aspek dalam mengarang yang telah ditetapkan oleh guru dan peneliti. Skor maksimum adalah skor keseluruhan dari aspek-aspek mengarang yang telah ditetapkan bersama oleh guru dan peneliti. Adapun lembar penilaian mengarang terlampir.

b. Data Kualitatif

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa dan kinerja guru yang sesuai dengan indikator dicatat dalam lembar observasi. Lembar panduan observasi aktivitas siswa, data diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas siswa dicatat/direkam berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Untuk menghitung persentase aktivitas siswa dan kinerja guru, digunakan rumus sebagai berikut.

NP = R ÷ SM x 100%

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

100

x

SM

R

N


(42)

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang diharapkan 100 = Bilangan tetap

(Purwanto 2006: 156)

Lembar panduan observasi juga digunakan untuk mengetahui apakah dengan menerapkan permainan edukatif pembelajaran di kelas akan lebih efektif, apa pengaruhnya serta bagaimana pembelajaran yang akan dijalani.

3.6Prosedur Penelitian

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Gambar 3.1.

Prosedur penelitian tindakan kelas Arikunto (2008: 16).

Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus III hanya dilaksanakan apabila tindakan pada siklus II tidak berhasil. Pada penelitian ini, siklus II sudah berhasil meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa, jadi tidak dilakukan siklus III.

3.7Langkah-langkah Penelitian

Perencanaan

dst

Perencanaan Pengamatan SIKLUS I

SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi


(43)

3.7.1 Perencanaan

Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah menulis karangan deskripsi dan siswa akan diminta untuk menulis tentang pengalaman pribadi, tentang keluarga, teman, tentang mainan kesukaannnya, dan benda-benda yang ada di sekitarnya.. Kegiatan ini diawali dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif antara guru dan peneliti, kemudian merencanakan kegiatan pembelajaran dengan permainan edukatif “hujan deskripsi”, “katalog ria”, “aku seorang wartawan”, dan “menjelajah tekstur”.

3.7.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan pada penelitian ini terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Untuk mengawali pelaksanaan siklus, guru menjeaskan materi tentang karangan deskripsi dan mendeskripsikan dirinya sebagai contoh.

Pada pertemuan pertama siklus I, permainan edukatif yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah “hujan deskripsi”. Kemudian pada pertemua kedua siklus I, permainan yang digunakan yaitu “katalog ria”. Dan pelaksanaan pada siklus II menggunakan permainan edukatif “aku seorang wartawan” untuk pertemuan 1 dan “menjelajah tekstur” untuk pertemuan kedua.

3.7.3 Observasi

Observasi dilakukan oleh observer. Observasi dilaksanakan pada guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal yang diobservasi meliputi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Aktivitas


(44)

dan kinerja guru diobservasi dengan panduan observasi yang telah disediakan sebelumnya.

3.7.4 Refleksi

Pada setiap akhir siklus dilakukan refleksi untuk mengakji hasil karangan deskripsi dan aktivitas siswa, sebagai acuan dalam membuat rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Hal-hal yang dilakukan dalam refleksi adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis temuan saat pelaksanaan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan permainan bahasa.

3. Melakukan refleksi terhadap aktivitas siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung.

4. Apabila tujuan penelitian belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal-hal yang positif pada refleksi tetap dipertahankan dan yang kurang diminimalisasi pada perencanaan selanjutnya.

3.8Indikator Ketercapaian

Sebagai indikator ketercapaian pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada setiap siklus dan criteria ketuntasan minimum (KKM). Kriteria ketuntasan minimum untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V A SD Negeri 9 Metro Barat adalah 6,5. Siswa dianggap tuntas belajar jika siswa tersebut mendapatkan nilai


(45)

sekurang-kurangnya 6,5 dan suatu kelas dianggap tuntas dalam belajar apabila presentase nilai rata-rata kelas mencapai 80% dari siswa yang memperoleh nilai 6,5.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan terhadap siswa kelas V A pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Pusat, dapat disimpulkan bahwa:

1.5.1 Dengan menggunakan strategi permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

1.5.2 Melalui strategi permainan edukatif, nilai hasil keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas, aktivitas siswa dan aktivitas guru kelas V SD Negeri 9 Metro Barat telah mencapai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.

1.5.3 Penggunaan strategi permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat menunjukkan rata-rata hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dari siklus I sampai dengan siklus II meningkat.

1.5.4 Melalui strategi permainan edukatif yang dilaksanakan terhadap siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat rata-rata aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus II meningkat.


(47)

1.5.5 Penggunaan strategi permainan edukatif meningkatkan aktivitas guru dari siklus ke siklus. Rata-rata aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1, siklus I pertemuan 2, siklus II pertemuan 1, hingga siklus II pertemuan 2 menunjukan peningkatan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan menggunakan strategi permainan edukatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Metro Barat, maka penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Kepada siswa, agar senantiasa membudayakan belajar dan lebih giat menulis guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil keterampilan menulis karangan deskripsi yang baik.

5.2.2 Kepada orang tua siswa, untuk dapat memperhatikan dan membimbing anaknya masing-masing agar siswa tersebut menjadi lebih berprestasi.

5.2.3 Kepada guru, agar lebih mengoptimalkan penggunaan strategi-strategi pembelajaran khususnya strategi permainan edukatif dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

5.2.4 Kepada Kepala Sekolah agar dapat lebih mendukung guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan memberikan pelatihan


(48)

kepada guru-guru agar kualitas pengajar meningkat dan dalam pembelajaran di sekolah dapat lebih baik lagi.

5.2.5 Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dapat lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru sekolah dasar.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

... 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dewey, Semiawan. 2009. http:// permainan dalam pembelajaran bahasa.com. Gafur. 2007. http://smaceping.wordpress.com. (tanggal akses, Jumat 7 Januari

2011. @ 15.28 WIB).

Gerlach dan Ely. 2007. http://smaceping.wordpress.com. (tanggal akses, Senin 24 Januari 2011. @ 09.10 WIB).

Hartati, Tatat, dkk, 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI Press.

Hidayat, Roblyer. 2009. http://permainan edukatif.com. (tanggal akses, Rabu 29 Desember 2010. @ 19.30 WIB).

Resmini, Novi, dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

... 2006. Membaca dan Menulis di SD. Bandung: UPI Press.

... 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Sanjaya, Wina. 2008. http: www.pbs.psma.org. (tanggal akses, Jumat 7 Januari 2011. @ 15.40 WIB).

Soekamto. 2009. Panduan E-Tugas Akhir PJJ S1 PGSD. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.

Sudrajad, Ahmad. 2008. www. Strategi Belajar .org.com. (tanggal akses, Rabu 29 Desember 2010. @ 20.15 WIB).


(50)

Sutarno. 2007. Kapita Selekta. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sutrisna. 2012. Tujuan dan Manfaat Menulis. bahasakublog.wordpress.com.

(tanggal akses, Kamis 11 Juli 2013. @ 21.00 WIB).

Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Wardani, I.G.K dkk, 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widagdho, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Widyartono, Didin. 2011. Modul Keterampilan Menulis. Malang: Prodi

Diksasindo FIB UB.

Yulmayer, dkk.2007. Penggunaan Kamus Bahasa Indonesia untuk Memperkaya Perbendaharaan Kata dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Proposal Unila.Bandar Lampung.


(1)

35

kurangnya 6,5 dan suatu kelas dianggap tuntas dalam belajar apabila presentase nilai rata-rata kelas mencapai 80% dari siswa yang memperoleh nilai 6,5.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan terhadap siswa kelas V A pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Negeri 9 Metro Pusat, dapat disimpulkan bahwa:

1.5.1 Dengan menggunakan strategi permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

1.5.2 Melalui strategi permainan edukatif, nilai hasil keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas, aktivitas siswa dan aktivitas guru kelas V SD Negeri 9 Metro Barat telah mencapai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas.

1.5.3 Penggunaan strategi permainan edukatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat menunjukkan rata-rata hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dari siklus I sampai dengan siklus II meningkat.

1.5.4 Melalui strategi permainan edukatif yang dilaksanakan terhadap siswa kelas V SD Negeri 9 Metro Barat rata-rata aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus II meningkat.


(3)

66

1.5.5 Penggunaan strategi permainan edukatif meningkatkan aktivitas guru dari siklus ke siklus. Rata-rata aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1, siklus I pertemuan 2, siklus II pertemuan 1, hingga siklus II pertemuan 2 menunjukan peningkatan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan menggunakan strategi permainan edukatif pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V A Sekolah Dasar Negeri Metro Barat, maka penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

5.2.1 Kepada siswa, agar senantiasa membudayakan belajar dan lebih giat menulis guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil keterampilan menulis karangan deskripsi yang baik.

5.2.2 Kepada orang tua siswa, untuk dapat memperhatikan dan membimbing anaknya masing-masing agar siswa tersebut menjadi lebih berprestasi.

5.2.3 Kepada guru, agar lebih mengoptimalkan penggunaan strategi-strategi pembelajaran khususnya strategi permainan edukatif dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis, aktivitas, dan hasil belajar siswa.

5.2.4 Kepada Kepala Sekolah agar dapat lebih mendukung guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan memberikan pelatihan


(4)

67

kepada guru-guru agar kualitas pengajar meningkat dan dalam pembelajaran di sekolah dapat lebih baik lagi.

5.2.5 Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dapat lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru sekolah dasar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

... 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dewey, Semiawan. 2009. http:// permainan dalam pembelajaran bahasa.com. Gafur. 2007. http://smaceping.wordpress.com. (tanggal akses, Jumat 7 Januari

2011. @ 15.28 WIB).

Gerlach dan Ely. 2007. http://smaceping.wordpress.com. (tanggal akses, Senin 24 Januari 2011. @ 09.10 WIB).

Hartati, Tatat, dkk, 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI Press.

Hidayat, Roblyer. 2009. http://permainan edukatif.com. (tanggal akses, Rabu 29 Desember 2010. @ 19.30 WIB).

Resmini, Novi, dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.

... 2006. Membaca dan Menulis di SD. Bandung: UPI Press.

... 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Sanjaya, Wina. 2008. http: www.pbs.psma.org. (tanggal akses, Jumat 7 Januari 2011. @ 15.40 WIB).

Soekamto. 2009. Panduan E-Tugas Akhir PJJ S1 PGSD. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.

Sudrajad, Ahmad. 2008. www. Strategi Belajar .org.com. (tanggal akses, Rabu 29 Desember 2010. @ 20.15 WIB).


(6)

Suparno dan Mohamad Yunus. 2003. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

Sutarno. 2007. Kapita Selekta. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sutrisna. 2012. Tujuan dan Manfaat Menulis. bahasakublog.wordpress.com.

(tanggal akses, Kamis 11 Juli 2013. @ 21.00 WIB).

Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Wardani, I.G.K dkk, 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widagdho, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Widyartono, Didin. 2011. Modul Keterampilan Menulis. Malang: Prodi

Diksasindo FIB UB.

Yulmayer, dkk.2007. Penggunaan Kamus Bahasa Indonesia untuk Memperkaya Perbendaharaan Kata dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Proposal Unila.Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OUTING CLASS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN Penerapan Strategi Pembelajaran Outing Class Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN

0 1 17

PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS V SDN MEKARSARI 3 KECAMATAN PANIMBANG KABUPATEN PANDEGLANG.

0 1 36

PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SEKOLAH DASAR.

0 0 28

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Tentang Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 8 Ciseureuh Kabupa

0 1 39

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

1 5 99

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUNTENJAYA KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 0 46

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI INPRES CIKAHURIPAN KABUPATEN BANDUNG BARAT.

0 0 31

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI STRATEGI MENULIS TERBIMBING PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI CEPIT SEWON.

0 1 147

PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DI SEKOLAH DASAR

0 0 14

PENERAPAN CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 9