PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP.

(1)

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA

DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

(Studi Deskriptif di UPTD Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Konsentrasi Pemberdayaan Masyarakat

Oleh :

Nadia Fitri Ideawati 1100027

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

KECAKAPAN HIDUP

(STUDI DESKRIPTIF DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN SUMEDANG)

Oleh.

Nadia Fitri Ideawati 1100027

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

© Nadia Fitri Ideawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

NADIA FITRI IDEAWATI 1100027

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM

MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

(Studi Deskriptif di UPTD Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang) disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I:

Prof. Ace Suryadi, M.Sc., Ph.D. 19520725 197803 1 001

Pembimbing II:

Dr. H. Ade Sadikin Akhyadi, M.Si. 19570925 198403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. 19590826 198603 1 003


(4)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI ABSTRAK

Nadia Fitri Ideawati (1100027) Peran Pengelola Balai Latihan Kerja dalam Memberdayakan Peserta Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup (Studi Deskriptif

di UPTD Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang)

UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang adalah suatu lembaga yang berdiri dibawah Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Sumedang yang bertugas untuk menyelenggarakan program-program pelatihan kecakapan hidup. BLK Kabupaten Sumedang merupakan wadah bagi masyarakat Kabupaten Sumedang yang ingin mengembangkan potensi dan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat memperoleh pekerjaan dan meningkatkan taraf hidupnya. Adapun keberhasilan penyelenggaraan pelatihan kecakapan hidup di BLK Kabupaten Sumedang tidak lepas dari peran pengelola. Pengelola BLK Kabupaten Sumedang memberikan bekal berupa pengetahuan, keterampilan dalam bekerja, dan berwirausaha sehingga masyarakat dapat memiliki kecakapan kerja yang dibutuhkan didunia kerja. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan: 1) proses pelatihan kecakapan hidup untuk memberdayakan peserta pelatihan, 2) strategi yang dilakukan oleh pengelola dalam memberdayakan peserta, 3) hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang. Kajian pustaka pada penelitian ini yaitu mencangkup tentang konsep pemberdayaan, konsep pendidikan kecakapan hidup, konsep pelatihan, dan pengelolaan pendidikan nonformal. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek peneliti terdiri dari 2 orang pihak pengelola, 1 orang instruktur serta 2 orang peserta. Hasil penelitian menunjukan bahwa :1) Proses pelatihan kecakapan hidup dalam memberdayakan peserta telah dilaksanakan berdasarkan kebutuhan peserta melalui proses tahapan pengelolaan program yang efektif, diantaranya yaitu proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Adanya proses pelatihan yang efektif menjadikan pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan pelaksanaan program dan kebutuhan peserta. 2) Strategi yang dilakukan oleh pengelola dalam memberdayakan peserta yaitu dengan melakukan standarisasi kurikulum, sumber belajar, bahan ajar, metode pembelajaran, lulusan. Adanya strategi tersebut menjadikan peserta dapat menempati kedudukan sosial setelah lulus dari pelatihan, 3) Hasil dari pelatihan kecakapan hidup ini yaitu adanya kecakapan yang dimiliki oleh peserta seperti kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.

Kata Kunci: Pelatihan, Kecakapan Hidup, Pemberdayaan, BLK Kabupaten Sumedang


(5)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI ABSTRACT

Nadia Fitri Ideawati (1100027) The role of Organizer in Balai Latihan Kerja to Empower the Training Participants Through Life Skills Training (Descriptive

Study in UPTD Balai Latihan Kerja Sumedang Regency)

UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang Regency is an institution established under the Department of Social Welfare, Manpower, and Transmigration of Sumedang Regency that tasked to organize a training programs in life skills. BLK Sumedang is the container for Sumedang’s society who want to develop their potential and skills so that they can get a job and improve their living standards. The success of the life skills training in BLK Sumedang cannot be separated from the role of manager. The manager of BLK Sumedang provides the supplies such as knowledge, skills in work, and entrepreneurship so that people can have the job skills needed in the world of work. The aim of this study is to describe: 1) the process of life skills training to empower trainees, 2) the strategy undertaken by the manager in empowering participants, 3) the outcome of life skills training conducted in UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang. The literature review on this research is covered the concept of empowerment, the concept of life skills education, training concepts, and management of non-formal education. The method that used in this research is descriptive with qualitative approaches and techniques of collecting data through interviews, observation, and documentation study. Researcher’s subject consists of 2 managers, 1 instructor and 2 participants. Researcher has found three results from the research, they are: 1) The process of life skills training to empower the participants have been implemented based on the needs of participants through the process of effective program management stages, including the process of planning, implementation and evaluation of programs. The existence of an effective training process makes life skills training is conducted in accordance with the objectives of the program and the needs of the participants. 2) Strategies undertaken by the management to empower the participants is to standardize the curriculum, learning resources, teaching materials, teaching methods, graduates. The existence of the strategy is to make the participants be able to occupy the social position after graduating from the training, 3) The results of these life skills training are the skills possessed by participants such as personal skills, social skills, academic skills, and vocational skills.


(6)

Nadia Fitri Ideawati, 2015


(7)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

DAFTAR ISI

Hal PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. A. Konsep Pemberdayaan ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian pemberdayaan ... Error! Bookmark not defined. 2. Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. 3. Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat... Error! Bookmark not defined. B. Konsep Kecakapan Hidup ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup .. Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup ... Error! Bookmark not defined. 3. Ciri-ciri Pendidikan Kecakapan Hidup ... Error! Bookmark not defined. 4. Jenis-jenis Pendidikan Kecakapan Hidup .. Error! Bookmark not defined. 5. Pendidikan Kecakapan Hidup di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

6. Kecakapan Kerja ... Error! Bookmark not defined. C. Konsep Pelatihan ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pelatihan ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... Error! Bookmark not defined. 3. Pelatihan sebagai Satuan Pendidikan Luar SekolahError! Bookmark not

defined.

4. Peran Pengelola dalam Pelatihan ... Error! Bookmark not defined. D. Pengelolaan Pendidikan Nonformal ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pengelolaan ... Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi Pengelolaan ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. D. Uji Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Pendapat Informan ... Error! Bookmark not defined. C. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR RUJUKAN ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki kebutuhan. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Selama hidupnya manusia akan senantiasa berpikir dan berbuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut. Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya disebut kebutuhan hidup manusia. Manusia akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengikuti kegiatan pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan selalu menghasilkan Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas tinggi. Manusia yang sudah mendapatkan pendidikan akan memiliki kemampuan dalam berbagai hal seperti pengetahuan, kreativitas, skill, dan sebagainya yang dapat membuat orang tersebut mampu bersaingan di masyarakat. Semakin tinggi dan semakin maju persaingan di masyarakat, maka kecakapan yang harus dimiliki oleh setiap manusia akan semakin berkembang. Oleh karena itu, pada saat ini dibutuhkan individu-individu yang memiliki kecakapan kerja yang tinggi agar mampu bersaing di masyarakat.

Berbagai cara dilakukan oleh manusia dalam memperoleh pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Guza (2009, hlm. 244) menjelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan memiliki makna yang lebih luas, sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan tidak saja dilakukan pada ruang lingkup persekolahan (jalur pendidikan formal), namun juga dapat dilaksanakan diluar lingkup persekolahan (jalur pendidikan nonformal) dan pendidikan pada keluarga (jalur pendidikan


(10)

informal). Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi manusia sehingga pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja. Pendidikan juga memiliki peranan yang hakiki dalam pembangunan suatu bangsa.

Fungsi pendidikan bagi manusia yaitu untuk memperbaiki kehidupannya agar semakin meningkat sesuai dengan perkembangan zaman. Manusia membutuhkan pendidikan sebagai pegangan hidup agar dapat terus bertahan di zaman yang terus berkembang setiap harinya. Tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk kepribadian manusia agar mempunyai intelektual yang tinggi, mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh dirinya dan lingkungan disekitarnya, serta mempunyai sikap dan sifat yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki kedudukan yang penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

Eitzen dan Maxsine dalam Marzuki (2012, hlm.88) menyatakan bahwa di setiap masyarakat ada kekuatan terstruktur yang bekerja untuk mengadakan perubahan dan ada pula yang menguasahakan stabilitas. Keduanya diperlukan untuk kelangsungan masyarakat itu sendiri. Misi pendidikan adalah perubahan tingkah laku, perubahan nilai seseorang yang terjadi melalui pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap oleh para pendidik. Perubahan yang terjadi pada individu akan berdampak pada perubahan kelompok dan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah proses yang menghasilkan adanya perubahan dalam setiap individu atau kelompok terhadap sesuatu yang lebih baik dengan menggunakan usaha mandiri disebut pemberdayaan.

Menurut Dhal dalam Mardikanto dan Soebiato (2012, hlm.33) menyatakan bahwa pemberdayaan berasal dari kata empowerment. Sangat berkaitan dengan kekuatan atau kekuasaan (power). Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan “kekuatan” atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi pihak lain yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh pihak yang lainnya lagi.

Berdasarkan pengertian pemberdayaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan yaitu pemberian daya atau kekuatan kepada seseorang karena dia dianggap tidak berdaya atau kekuatan yang dimiliki sangat kecil sehingga hampir


(11)

tidak bias berbuat apa-apa. Adanya pemberdayaan pada masyarakat juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional.

Salah satu jalur pendidikan yang dapat mengantarkan kita pada kegiatan pemberdayaan adalah melalui pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah). Sebagaimana menurut Comb (dalam Sudjana, 2010, hlm.21) yang mengemukakan bahwa:

Pendidikan Non Formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Pendidikan nonformal dijelaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian kelima pasal 26 ayat 1-7 Guza (2009, hlm. 255) yang berbunyi:

(1)Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/ atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. (4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. (5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/ atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (6) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. (7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan penjelasan mengenai pendidikan nonformal dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat dilihat


(12)

bahwa pada jalur pendidikan ini terdapat kurikulum pembelajaran yang menekankan pada pengembangan diri dan kecakapan hidup seseorang. Senada dengan hal itu, Sudjana (2004, hlm. 3) menjelaskan bahwa :

Pendidikan mencakup semua komunikasi yang terorganisasi dan berkelanjutan yang diselenggarakan dalam kehidupan nyata di masyarakat, lingkungan keluarga, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan kehidupan lainnya. Dalam kaitannya dengan pembangunan di negara-negara berkembang, meliputi pengembangan semua aspek kehidupan dengan menggarap program-program pendidikan yang berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, lapangan usaha, kewirausahaan dan pembangunan pada umumnya. Adapun satuan pendidikan non formal itu terdiri dari kelompok belajar, lembaga kursus dan pelatihan, majelis ta’lim, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan sejenis.

Program Pendidikan Luar Sekolah dapat dikatakan berhasil apabila sumber daya manusia atau suatu lembaga dapat mengelola dan menjalankan setiap program agar dapat berjalan secara efektif dan efesien. Oleh karena itu, peran pengelola sangat dibutuhkan dalam pengelolaan program Pendidikan Luar Sekolah. Friedman (1998, hlm.289) menjelaskan pengertian peran sebagai berikut: Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada perspektif (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

Pada saat ini banyak sekali terdapat lembaga-lembaga yang mengadakan program-program pendidikan yang bertujuan untuk mengadakan pemberdayaan kepada masyarakat. Salah satu lembaga yang menyelenggarakan program-program yang dapat memberikan keterampilan kepada masyarakat agar dapat berdaya yaitu balai latihan kerja (BLK). Balai Latihan Kerja adalah suatu lembaga pelatihan yang menyelenggarakan program-program pelatihan kecakapan hidup bagi masyarakat yang ingin mendapatkan keterampilan atau yang ingin mendalami keahlian dibidangnya masing-masing. BLK merupakan salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan di luar jalur pendidikan nonformal.

Balai Latihan Kerja tersebar dibeberapa daerah di Indonesia, salah satunya ada di Kabupaten Sumedang. UPTD Balai Latihan Kerja ini mengadakan


(13)

program-program pelatihan kerja yang diadakan untuk menumbuhkan dan meningkatkan skill kerja masyarakat Kabupaten Sumedang sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI bagian kelima pasal 26 ayat 2 dalam Guza (2009, hlm. 255) bahwa “Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”.

Dan ayat 5, bahwa :

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

BLK Sumedang merupakan lembaga peninggalan Depatemen Tenaga Kerja (Depanaker) Kabupaten Sumedang. Pada saat ini BLK Kabupaten Sumedang dikelola oleh Pemerintahan Kabupaten Sumedang melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transimgrasi (Dinsosnakertrans). BLK Kabupaten Sumedang dipergunakan sebagai lembaga yang menyelenggarakan program pelatihan kecakapan hidup untuk meningkatkan kecakapan kerja peserta. Menurut Brolin dalam Anwar (2012, hlm. 20) bahwa :

Life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoid interupptions of employment experience. Maksudnya kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan bakat yang diperlukan seseorang agar dapat berfungsi secara efektif dan dapat memecahkan masalah dalam bekerja. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan hidup.

Pelatihan keterampilan kerja yang biasa diselenggarakan di BLK Kabupaten Sumedang, di antaranya keterampilan menjahit, otomotif (bengkel sepeda motor dan mobil), komputer, listrik, mengelas, dan peternakan. Pelaksanaan pelatihan keterampilan kerja ini berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan yang dilaksanakan oleh pengelola BLK agar dapat mengetahui kebutuhan apa yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat pada saat ini. Lalu dirancangalah suatu pelatihan yang dapat membantu dalam meningkatkan ekonomi, pengetahuan, dan peningkatan kesejahteran hidup peserta pelatihan. Sedangkan sasaran dari


(14)

program pelatihan keterampilan kerja di BLK ini yaitu masyarakat pencari kerja (pengangguran) yang ingin berlatih berbagai ilmu keterampilan.

Pengelola Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang berperan aktif dalam setiap tahapan kegiatan yang dilakukan. Mulai dari perencanaan program, pelaksanaan program, sampai dengan evaluasi program. Pengelola BLK Kabupaten Sumedang juga berperan dalam mencari calon peserta pelatihan dengan menggunakan beberapa media seperti media televisi, brosur, dan sebagaianya. Pada saat ini di Kabupaten Sumedang terdapat satu stasiun televisi yang mengudara. Pengelola BLK Kabupaten Sumedang bekerja sama dengan stasiun televisi tersebut untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pelatihan yang akan diselenggarakan.

Pelaksanaan program pelatihan kerja di BLK Sumedang mendapat anggaran pengelololaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), serta tambahan anggaran dari APBD Sumedang. Oleh karena itu, setiap peserta tidak dipungut biaya dalam mengikuti pelatihan di BLK Sumedang. Peserta dilatih berdasarkan keterampilan yang diinginkan sampai mahir dan siap bekerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Peran Pengelola Balai Latihan Kerja dalam Memberdayakan Peserta Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup (Studi Deskriptif di UPTD Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Adapun identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh UPTD Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang. Sarana dan prasarana yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan peserta dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja. Keadaan sarana dan prasarana yang ada pun masih perlu diperbaiki karena ada beberapa bangunan yang sudah tidak layak untuk digunakan.

2. Kurangnya tenaga pengajar/instruktur yang disediakan oleh UPTD Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang sehingga harus mendatangkan instruktur yang berasal dari luar BLK.

3. Peserta pelatihan merupakan masyarakat Kabupaten Sumedang yang masih belum memiliki pekerjaan (pengangguran). Selain itu, sumber daya yang


(15)

dimiliki oleh masing-masing peserta berbeda-beda sehingga diperlukan peran dari pengelola yang maksimal.

4. Jumlah peserta yang dapat mengikuti pelatihan dibatasi sehingga para calon peserta pelatihan harus mengikuti tes terlebih dahulu.

5. Instruktur memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar peserta pelatihan. Agar peserta pelatihan dapat lebih antuasias dalam mengikuti kegiatan pelatihan.

Fokus masalah yang akan di kaji dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana peran pengelola Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang dalam memberdayakan peserta melalui pelatihan kecakapan hidup”

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Bagaimana proses pelatihan kecakapan hidup dalam memberdayakan peserta di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh pengelola Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang dalam memberdayakan peserta?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dari dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja Kabupaten (BLK) Sumedang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan diatas yaitu:

1. Mendeskripsikan peran pengelola Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang dalam proses pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup dalam memberdayakan peserta.

2. Mendeskripsikan data tentang strategi yang dilakukan oleh pengelola Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang dalam pengelolaan pembelajaran pada program pendidikan kecakan hidup untuk memberdayakan peserta.

3. Mendeskripsikan data tentang hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang.


(16)

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu upaya pengelola dengan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat Kabupaten Sumedang melalui pelatihan kerja yang dapat meningkatkan skill masyarakat agar siap bekerja. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan salah satu sumber belajar oleh mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi mayarakat agar terus belajar dan mengembangkan kemampuan yang terdapat dalam dirinya sehingga mereka mampu berdaya dengan kemampuan mereka sendiri.

b. Bagi Peneliti Lanjutan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti lanjutan yang tertarik mengembangkan penelitian mengenai pengelolaan pelatihan kerja dalam memberdayakan masyarakat Kabupaten Sumedang.

c. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengelola dan instruktur lembaga khususnya UPTD BLK Kabupaten Sumedangsebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan pelatihan kerja selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Mengacu pada Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (2014, hlm. 17) mengemukakan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I : pada bab I penulis menguraikan pembahasan mengenai pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian,dan manfaat penelitian.

BAB II : pada bab II penulis menguraikan kajian teori (studi pustaka) yang mendukung terhadap tema permasalahan penelitian, yaitu tujuan tentang teori persepsi yang didalamnya memaparkan pendapat para ahli.


(17)

BAB III : pada bab III penulis menguraikan pembahasan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data. BAB IV : pada bab IV penulis menguraikan pembahasan mengenai temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

BAB V : pada bab V penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sugiyono (2009, hlm.2) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian merupakan bagian penting dalam melakukan sebuah penelitian. Dalam metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Selain itu prosedur dan alat yang digunakan dalam penelitian juga harus cocok dengan metode penelitian yang digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Arikunto (2000, hlm.309) metode deskriptif merupakan sebuah metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada. Yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

Arikunto (2003, hlm.309) menjelaskan bahwa:

Didalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap pelakunya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan.

Peneliti menggunakan metode deskriptif karena metode tersebut pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Menurut Moleong (2012, hlm.6) Pendekatan kualitatif adalah :

Penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Adapun tiga tahapan dalam merancang suatu penelitian pada desain penelitian kualitatif yaitu:


(19)

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam melakukan penelitian. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap ini diantaranya yaitu: a. Menyusun rancangan penelitian. Pada tahap ini peneliti menentukan lokasi

penelitian, menentukan objek yang akan diteliti, menentukan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, memilih metode dan alat pengumpulan data, serta memilih kajian kepustakaan yang berisi teori dan konsep yang berkaitan dengan peran pengelola dalam meningkatkan keterampilan kerja bagi para peserta melalui pelatihan kecakapan hidup.

b. Memilih fokus penelitian. Pada tahap ini peneliti menyesuaikan teori atau konsep yang telah didapat dengan kenyataan yang ada di lokasi penelitian. c. Mengurus perijinan. Pada tahap ini peneliti mengurus perijinan dengan

pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan, seperti perijinan dengan Bappeda Kabupaten Sumedang, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Sumedang, UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang, dan perijinan dengan Departemen Pendidikan Luar Sekolah UPI Bandung.

d. Mengidentifikasi lokasi penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi lapangan di sekitar lokasi tempat penelitian. Dari hasil identifikasi lapangan yang dilakukan, peneliti mendapatkan gambaran umum mengenai situasi dan kondisi lokasi penelitian.

e. Memilih dan memanfaatkan responden. Pada tahap ini peneliti memilih responden yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain itu, responden yang dipilih juga merupakan responden yang kredibel karena tuntutan kredibilitas penelitian untuk menguji kesahihan data. Adapun responden yang dipilih pada penelitian ini diantaranya yaitu pengelola UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang, instruktur, dan peserta pelatihan.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. Pada tahap ini peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian seperti instrumen penelitian, dan surat perijinan dari Universitas.


(20)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan ini merupakan tahapan inti dari rangkaian kegiatan penelitian. Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data yang dilakukan langsung di tempat penelitian. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini diantaranya yaitu:

a. Memahami tujuan penelitian. Pada tahap ini peneliti memahami lebih dalam tujuan penelitian yang dilakukan dan mengklasifikasi objek penelitian yang sesuai dengan data yang harus dikumpulkan.

b. Memasuki lokasi penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung selama kurang lebih se1ama 1 bulan di lokasi penelitian. Dengan adanya pengamatan secara langsung ini, diharapkan data yang didapatkan dapat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian ini. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya yaitu:

1).Melakukan observasi terhadap lingkungan dan program-program pelatihan kerja yang dilakukan oleh pengelola, instruktur, dan warga belajar.

2).Melakukan wawancara secara langsung dengan pengelola, instruktur, warga belajar, dan lulusan UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang mengenai bagaimana peran pengelola Balai Latihan Kerja Kabupaten Sumedang dalam meningkatkan keterampilan kerja peserta melalui pelatihan kecakapan hidup. 3. Tahap Akhir

Pada tahap ini peneliti menguji keabsahan dari data atau informasi yang telah diperoleh melalui triangulasi data. Menurut Sugiyono (2009, hlm.83) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Pada tahap ini peneliti juga membuat laporan mengenai penelitian yang telah dilaksanakan.

UPTD BLK Sumedang merupakan tempat penelitian yang diharapkan mampu memberikan informasi mengenai peran pengelola BLK Kabupaten Sumedang dalam meningkatkan kecakapan kerja peserta pelatihan kecakapan hidup. Penggunaan pendekatan kualitatif pada penelitian ini karena peneliti ingin lebih memahami secara mendalam mengenai peranan pengelolaan pelatihan kecakapan


(21)

hidup dalam meningkatkan kecakapan kerja para peserta didik pada Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Nama Lembaga : UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang. Alamat : Jalan Rancamulya No.01 Kabupaten Sumedang- 35452. 2. Subjek Penelitian

Subjek merupakan sumber darimana data tersebut diperoleh. Arikunto (2004, hlm.47) sumber data diidentifikasikan menjadi tiga yaitu person (orang), place (tempat), dan paper (kertas).

a. Person yaitu sumber data berupa orang yang bisa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara. Pada penelitian ini yang menjadi person yaitu 2 orang pengelola, 1 orang instruktur/pelatih, dan 2 orang peserta pelatihan di UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang.

b. Place yaitu sumber data berupa tempat atau sumber data yang menyajikan

tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Pada penelitian yang menjadi place yaitu fasilitas lembaga, kondisi lokasi, kegiatan belajar mengajar, dan aktifitas lainnya yang dilaksanakan di UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang.

c. Paper yaitu berupa simbol atau sumber data yang menyajikan tanda-tanda

berupa huruf, angka, gambar, simbol-simbol, dan lain-lain. Pada penelitian yang menjadi paper yaitu berupa arsip, dokumen, catatan-catatan, dokumentasi kegiatan, dan buku-buku yang ada di UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Sumedang.

Instrumen penelitian pada penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti menggunakan Pedoman Wawancara Terbuka sehingga peneliti dapat menemukan konsep yang tajam dan mendalam ketika proses pengumpulan data. C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi. Teknik pengumpulan data yang dan digunakan dalam penelitian ini diantaranya:


(22)

1. Observasi

Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (dalam Arikunto, 2007, hlm.30). Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer agar peneliti dapat lebih memahami seluruh kegiatan pengelolaan program pelatihan kecakapan hidup yang dilakukan oleh pengelola di UPTD BLK Sumedang.

Tabel 3.1

Jadwal Observasi Penelitian

No Hari, tanggal Sumber Data Aspek yang diteliti

Lama pengamatan 1 Rabu, 2 September

2015

Pengelola dan Instruktur

Persiapan

pendaftaran calon peserta pelatihan

08.00-15.00

2 Kamis, 3 September 2015 Pengelola, Instruktur, dan Peserta Pembukaan pendaftaran dan pelaksanaan tes bagi calon peserta pelatihan 08.00-15.00

3 Jum’at, 4 September 2015 Pengelola, Instruktur, dan Peserta Pembukaan pendaftaran dan pelaksanaan tes bagi calon peserta pelatihan 08.00-15.00

4 Senin, 7 September 2015 Pengelola, Instruktur, dan Peserta Pelaksanaan program pelatihan

kecakapan hidup (pemberian materi)

07.30-12.00


(23)

No Hari, tanggal Sumber Data Aspek yang diteliti

Lama pengamatan

2015 Instruktur,

dan Peserta

program pelatihan

kecakapan hidup (pemberian materi) 6 Jumat, 11 September

2015 Pengelola, Instruktur, dan Peserta Pelaksanaan program pelatihan

kecakapan hidup (praktek)

07.30-12.00

7 Senin, 14 September 2015 Pengelola, Instruktur, dan Peserta Kegiatan pembinaan, penggerakan, pengorganisasian, dan pengawasan yang dilakukan oleh pengelola

09.00-14.00

8 Kamis, 17 September 2015 Pengelola, Instruktur, dan Peserta Melihat kegiatan peserta selama mengikuti pelatihan. 08.00-14.00

Sumber : Penelitian 2015 2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) (dalam Nazir, 2009, hlm.193). Wawancara akan dilakukan peneliti kepada ketua UPTD BLK Sumedang, kepala sub.bag tata usaha, instruktur, dan peserta pelatihan. Sebelum mengadakan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara dengan beberapa daftar


(24)

pertanyaan yang bersifat terbuka. Pertanyaan yang akan diberikan yaitu seputar pengelolaan program pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh UPTD BLK Sumedang.

Tabel 3.2 Jadwal Wawancara

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu Wawancara 1 Senin, 12

September 2015 Pengelola dan tutor a.Identitas informan b.Perencanaan program 08.00-14.00

2 Selasa, 13 September 2015

Pengelola dan tutor

a. Perencanaan program pelatihan kecakapan hidup:

b. a.Identifikasi kebutuhan c. b. Tujuan pelaksanaan

program

d. c. Program pelatihan yang dilaksanakan e. d. Peserta

f. e. Instruktur

g. f. Sarana dan Prasarana

08.00-14.00

3 Senin, 19 September 2015 Pengelola (kepala sub.bag TU) a.Perencanaan Program b.Pelaksanaan Program c.Evaluasi Program d. Strategi yang

digunakan oleh pengelola dan instruktur dalam mengelola program dan kegiatan pembelajaran e.Hasil yang dicapai

09.00-11.00

4 Selasa, 20

September 2015 Pengelola (kepala UPTD BLK a.Perencanaan Program b.Pelaksanaan Program c.Evaluasi Program 08.00-09.30


(25)

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu Wawancara Sumedang) d. Strategi yang

digunakan oleh pengelola dan instruktur dalam mengelola program dan kegiatan pembelajaran e.Hasil yang dicapai 5 Selasa, 27

September 2015

Instruktur a.Perencanaan Program b.Pelaksanaan Program c.Evaluasi Program d. Strategi yang

digunakan oleh pengelola dan instruktur dalam mengelola program dan kegiatan pembelajaran e.Hasil yang dicapai

11.00-13.00

6 Selasa, 27 September 2015

Peserta (P1) a.Perencanaan Program b.Pelaksanaan Program c.Evaluasi Program d. Strategi yang

digunakan oleh pengelola dan instruktur dalam mengelola program dan kegiatan pembelajaran e.Hasil yang dicapai

11.30-13.00

7. Rabu, 28

September 2015

Peserta (P2) a.Perencanaan Program b.Pelaksanaan Program c.Evaluasi Program d. Strategi yang

digunakan oleh pengelola dan instruktur dalam


(26)

No Hari/ Tanggal Sumber

Data Aspek yang diteliti

Waktu Wawancara mengelola program dan

kegiatan pembelajaran e.Hasil yang dicapai Sumber : Penelitian 2015

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan usaha penelaahan terhadap beberapa dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip. Studi Dokumentasi yaitu mempelajari sejumlah fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Studi dokumentasi diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pokok penelitian. Dokumen yang diperlukan pada penelitian ini yakni seluruh dokumen penting yang berhubungan dengan proses pengelolaan pelatihan kerja seperti jadwal kegiatan, kurikulum, daftar hadir peserta, dan lain-lain.

D. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif dalam Sugiyono (2012, hlm. 270) meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), depenability (validitas eksternal), dan confirmability (objektifitas). Berikut ini akan dibahas mengenai uji kredibilitas sebagai uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan beberapa kegiatan dibawah ini.

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan dilakukan peneliti untuk membentuk hubungan (rapport) antara peneliti dengan narasumber agar terjadi kewajaran dalam penelitian. Perpanjangan pengamatan juga dilakukan untuk mengecek kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh. Pengamatan yang dilakukan secara mendalam agar dapat menggali data yang akurat. Jika data yang diperoleh telah kredibel maka tidak perlu melakukan perpanjangan pengamatan lagi.

Penelitian ini melakukan perpanjangan pengamatan dengan membentuk hubungan dengan pengelola agar tidak ada lagi jarak sehingga peneliti dan


(27)

pengelola lebih akrab, terbuka dan saling percaya. Peneliti melakukan pengecekan pada data yang diperoleh sampai menghasilkan data yang kredibel.

b. Peningkatan ketekunan

Kredibilitas data hasil penelitian dapat dipengaruhi oleh ketekunan peneliti. Sugiyono (2012, hlm. 272) menjelaskan meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti dapat mendeskripsikan data lebih akurat dan sistematis. Pada penelitian ini peneliti meningkatkan ketekunan dengan mengamati kegiatan yang dilakukan pengelola baik dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lainnya.

c. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2009, hlm.83) dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam teknik triangulasi ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Dan triangulasi sumber yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Lebih lanjut menurut Sugiyono (2012, hlm. 273). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Berikut ini penjelasan masing-masing triangulasi tersebut:

1) Triangulasi sumber merupakan pengujian kredibilitas data dengan melakukan cek pada data yang diperoleh kepada beberapa sumber.

2) Trangulasi teknik yaitu pengujian kredibilitas data dengan melakukan cek data pada sumber yang sama tetapi menggunakan teknik yang berbeda.

3) Triangulasi waktu dilakukan dalam rangka pengujian kredibilitas data dengan melakukan pengecekan melalui wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Jika pengujian mengasilkan data yang berbeda maka dilakukan pengujian berulang-ulang sampai menemukan data yang kredibel.


(28)

Triangulasi yang dilakukan untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini yaitu sumber, teknik dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan kepada pengelola dan instruktur BLK Kabupaten Sumedang serta peserta pelatihan. Triangulasi teknik yaitu menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Triangulasi waktu dilakukan dengan melakukan observasi dengan waktu yang berbeda.

d. Analisis kasus negatif

Menurut Sugiyono (2012, hlm.275) analisis kasus negatif yaitu peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Pada penelitian ini melakukan analisis kasus negatif pada data yang berbeda dengan melakukan pencarian data melalui wawancara kepada sumber yang berbeda.

e. Menggunakan bahan referensi

Menurut Sugiyono (2012, hlm.275) bahan referensi yang dimaksud yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Alat-alat bantu perekam data seperti kamera, handycam, alat rekam suara. Bahan referensi sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan oleh peneliti. Bahan referensi yang digunakan peneliti selama penelitian yaitu kamera dan alat rekam suara agar data yang diperoleh dapat dibuktikan kebenarannya.

f. Mengadakan memberchek

Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan (dalam Sugiyono, 2012, hlm.276).

Pada penelitian ini proses pengecekan data dilakukan setelah selesai melakukan pengamatan atau wawancara dengan pengelola sebagai sumber data. Hal ini diharapkan agar data yang diperoleh tidak kurang atau tidak kredibel.


(29)

E. Teknik Analisis Data

Susan Stainback dalam Sugiyono (2011, hlm.335) mengemukakan bahwa

Data analysis is critical to the qualitative research process. It is to recognition,

study, and understanding of interrelationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be developed and evaluated”: Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapanganm dan setelah di lapangan. Dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono (2009, hlm. 89) menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukkan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

2. Analisis selama di lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dna setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009, hlm 91), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menrus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (kesimpulan).

Menurut Sugiyono (2011, hlm.337) Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data (data reduction), display data (data display), dan


(30)

kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification). Langkah-langkah analisis data dijelaskan sebagai berikut:

a) Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian dalam melakukan reduksi data.

Selain itu peneliti meringkas secara sistematis sehingga dapat diketahui pokok-pokok permasalahan yang penting. Data-data yang direduksi terdiri dari hasil wawancara, observsi, studi dokumentasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.

b) Display data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan untuk memudahkan memperoleh kesimpulan dari lapangan, maka dibuat matrik atau bagan. Matriks sangat berguna untuk melihat hubungan antara data. Kode digunakan agar data yang banyak dapat dikendalikan.

c) Kesimpulan dan verifikasi data

Pada kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Verifikasi dimaksudkan agar penilaian tentang kesesuaian data


(31)

dengan maksudyang terkandung dalam konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan obyektif.

Kesimpulan dalam peneltian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, namun juga tidak. Karena seperti yang telah diketahui bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelas sehingga diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan ini sebagai hipotesis dan bila didukung oleh data pada industri lain yang luas, maka akan dapat menjadi teori.


(32)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis jelaskan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pelatihan kecakapan hidup dalam memberdayakan peserta di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang

Perencanaan pelatihan kecakapan hidup yang dilakukan oleh pengelola BLK Kabupaten Sumedang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu identifikasi kebutuhan, menentukan tujuan pelaksanaan program, menentukan macam-macam program pelatihan yang akan diselenggarakan, menentukan sasaran, menentukan instruktur, dan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Tahapan selanjutnya pada proses pelatiha. yaitu proses pelaksanaan dan evaluasi program. Pelaksanaan program kecakapan hidup dilaksanakan di BLK Kabupaten Sumedang setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat. Dalam pelaksanaan program terdapat serangkaian kegiatan yang saling berkaitan antara satu sama lain yaitu pengorganisasian, penggerakan, dan pembinaan.

Tahapan terakhir dari proses pelatihan yaitu proses evaluasi. Aspek yang dievaluasi dalam penyelenggaraan pelatihan kecakapan hidup di BLK Kabupaten Sumedang yaitu mulai dari perencanaan program, pelaksanaan program, dan hasil yang dicapai. Tindak lanjut atau pengembangan dari pelaksanaan evalusi program yang dilakukan yaitu sebagai acuan untuk perbaikan dan pengembangan pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup selanjutnya.

2. Startegi yang dilakukan Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang dalam memberdayakan peserta

Strategi yang dilakukan oleh pengelola dalam meningkatkan kecakapan kerja peserta yaitu berpusat pada bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dikelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Strategi pertama yang dilakukan oleh pengelola yaitu dengan melakukan standarisasi. Standarisasi ini


(33)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

dimaksudkan agar tujuan dari pelaksanaan program dapat tercapai. Adapun strandarisasi yang dilakukan diantaranya yaitu standarisasi kurikulum, standarisasi


(34)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

sumber belajar, standarisasi bahan ajar, standarisasi metode pembelajaran, dan strandarisasi lulusan.

Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh pengelola dalam memberdayakan peserta yaitu dengan memberikan fasilitas agar peserta dapat menempati kedudukan sosial. Menempati kedududukan sosial disini maksudnya yaitu peserta mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan peserta dapat memperoleh pekerjaan. Setelah mengikuti pelatihan kecakapan hidup di BLK, peserta disiapkan agar mereka mampu mendapatkan pekerjaan, baik dengan berwirausaha ataupun bekerja di perusahaan. BLK Kabupaten Sumedang juga memberikan fasilitas dengan memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan.

3. Hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang

Hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu dari kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecapakan vokasional. Kecakapan personal yang menjadi hasil dari pelatihan kecakapan hidup yaitu kemampuan peserta dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Hasilnya kemampuan peserta dalam mengambil keputusan sudah semakin meningkat setelah mengikuti program pelatihan.

Kecakapan sosial yang dihasilkan yaitu mengenai perubahan dari kemampuan bekomunikasi peserta dan kemampuan peserta dalam bekerjasama. Kemampuan peserta dalam berkomunikasi semakin meningkat. Hal tersebut dilihat dari proses interkasi yang dilakukan oleh pengelola dengan peserta, instruktur dengan peserta, dan peserta dengan peserta. Selain itu kemampuan peserta dalam bekerjasama dengan peserta lainnya sudah semakin meningkat. Perubahan tersebut terjadi karena peserta terbiasa untuk bekerjasama dengan peserta lainnya apabila sedang melaksanakan praktek kerja. Adapun kecakapan vokasional yang diperoleh peserta sebagai hasil dari pelatihan kecakapan hidup yang diikuti yaitu peserta mampu menggali dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki, serta peserta mampu melaksanakan praktek kerja,

Inti dari hasil-hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup ini yaitu peserta memiliki kecakapan kerja. Peserta pelatihan mampu mendapatkan


(35)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

pekerjaan setelah lulus dari pelatihan yang diikutinya di BLK Kabupaten Sumedang. Rata-rata peserta yang telah lulus dari BLK Kabupaten Sumedang sudah memilki pekerjaan, baik yang berwirausaha ataupun bekerja diperusahaan. BLK Sumedang juga berperan dalam memfasilitasi peserta untuk mendapatkan pekerjaan yaitu dengan mencarikan informasi lowongan pekerjaan yang ada di daerah Kabupaten Sumedang atau diluar daerah Kabupaten Sumedang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan mengenai peran pengelola Balai Latihan Kerja dalam memberdayakan peserta melalui pelatihan kecakapan hidup, maka berikut adalah beberapa rekomendasi yang diharapkan berguna untuk semua pihak, sebagai berikut :

1. Pengelola UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang

Bagi pihak pengelola perlu adanya perbaikan dan peningkatan pada sarana dan prasaran. Pada saat ini sarana dan prasarana sudah dapat mencukupi pelaksanaan program kecakapan hidup, namun akan lebih baik jika ada perbaikan dan peningkatan pada sarana dan prasarana agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif. Selain itu juga perlu adanya usaha yang lebih dari pengelola dalam memberikan informasi mengenai program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK Kabupaten Sumedang agar masyarakat dapat mengetahui informasi tersebut. Karena pada saat ini sebagian besar dari masyarakat Kabupaten Sumedang belum mengetahui apa fungsi dari Balai Latihan Kerja.

2. Instruktur

Bagi pihak instruktur lebih meningkatkan interaksi dua arah yang aktif antara instruktur dan peserta sehingga menghasilkan suasana belajar yang aktif dan kondusif. Pengarahan, kesabaran, sikap, dan tutur kata yang baik menjadi modal yang diperlukan oleh instruktur agar menjadi panutan bagi peserta pelatihan. 3. Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Bagi peneliti yang tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai Balai Latihan Kerja, agar memfokuskan topik masalah yang akan dikaji seperti dampak dari


(36)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

program pelatihan kecakapan hidup bagi masyarakat dengan kajian pendidikan nonformal.


(37)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI DAFTAR RUJUKAN

Sumber buku

Anwar. (2012). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Anwas, O. (2013). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Bandung: Rineka Cipta.

___________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Friedman, Marilyn M. (1998). Family Nursing; Theory & Practice. 3/E. Debora Ina R.L. (1998) (alih bahasa). Jakarta: EGC.

Guza, Afnil. (2009). Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta: Asa Mandiri. Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung : Alfabeta.

____________. (2009). Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di indonesia (Sebuah pembelajaran dari Kominka Jepang). Bandung: Alfabeta.

Kuswana, Wowo Sunaryo. (2013). Dasar-dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta.

Marzuki, Saleh. (2012). Pendidikan Nonformal; Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, Andragogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong. (2012). Metodologi penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, Djuju. (2010). Pendidikan Non Formal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah Dan Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah.


(38)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI __________. (2010). Manajemen Program Pendidikan; untuk Pendidikan

Nonformal, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: Falah. __________. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

__________. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah.

Sule, Tisnawati Ernie dan Saefullah, Kurniawan. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Siswanto. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.

_________.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D. Bandung: Alfbeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif , Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

________. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Poerwoko dan Totok. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini. (2008). Manajemen. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.

Wentling, T.L. (1993). Planning For Effective Training : A Guide to Curriculum Development. Rome : FAO.

Sumber lain

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Junkis UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang.

Profil Lembaga UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung: UPI Press.

Wanto, A. (2011). Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Bagi Remaja Panti Asuhan Al-Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Jurnal. Tidak diterbitkan.


(1)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dimaksudkan agar tujuan dari pelaksanaan program dapat tercapai. Adapun strandarisasi yang dilakukan diantaranya yaitu standarisasi kurikulum, standarisasi


(2)

103

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sumber belajar, standarisasi bahan ajar, standarisasi metode pembelajaran, dan strandarisasi lulusan.

Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh pengelola dalam memberdayakan peserta yaitu dengan memberikan fasilitas agar peserta dapat menempati kedudukan sosial. Menempati kedududukan sosial disini maksudnya yaitu peserta mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan peserta dapat memperoleh pekerjaan. Setelah mengikuti pelatihan kecakapan hidup di BLK, peserta disiapkan agar mereka mampu mendapatkan pekerjaan, baik dengan berwirausaha ataupun bekerja di perusahaan. BLK Kabupaten Sumedang juga memberikan fasilitas dengan memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan.

3. Hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di

Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang

Hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup yang dilaksanakan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu dari kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecapakan vokasional. Kecakapan personal yang menjadi hasil dari pelatihan kecakapan hidup yaitu kemampuan peserta dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Hasilnya kemampuan peserta dalam mengambil keputusan sudah semakin meningkat setelah mengikuti program pelatihan.

Kecakapan sosial yang dihasilkan yaitu mengenai perubahan dari kemampuan bekomunikasi peserta dan kemampuan peserta dalam bekerjasama. Kemampuan peserta dalam berkomunikasi semakin meningkat. Hal tersebut dilihat dari proses interkasi yang dilakukan oleh pengelola dengan peserta, instruktur dengan peserta, dan peserta dengan peserta. Selain itu kemampuan peserta dalam bekerjasama dengan peserta lainnya sudah semakin meningkat. Perubahan tersebut terjadi karena peserta terbiasa untuk bekerjasama dengan peserta lainnya apabila sedang melaksanakan praktek kerja. Adapun kecakapan vokasional yang diperoleh peserta sebagai hasil dari pelatihan kecakapan hidup yang diikuti yaitu peserta mampu menggali dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki, serta peserta mampu melaksanakan praktek kerja,

Inti dari hasil-hasil yang dicapai dari pelatihan kecakapan hidup ini yaitu peserta memiliki kecakapan kerja. Peserta pelatihan mampu mendapatkan


(3)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pekerjaan setelah lulus dari pelatihan yang diikutinya di BLK Kabupaten Sumedang. Rata-rata peserta yang telah lulus dari BLK Kabupaten Sumedang sudah memilki pekerjaan, baik yang berwirausaha ataupun bekerja diperusahaan. BLK Sumedang juga berperan dalam memfasilitasi peserta untuk mendapatkan pekerjaan yaitu dengan mencarikan informasi lowongan pekerjaan yang ada di daerah Kabupaten Sumedang atau diluar daerah Kabupaten Sumedang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan mengenai peran pengelola Balai Latihan Kerja dalam memberdayakan peserta melalui pelatihan kecakapan hidup, maka berikut adalah beberapa rekomendasi yang diharapkan berguna untuk semua pihak, sebagai berikut :

1. Pengelola UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang

Bagi pihak pengelola perlu adanya perbaikan dan peningkatan pada sarana dan prasaran. Pada saat ini sarana dan prasarana sudah dapat mencukupi pelaksanaan program kecakapan hidup, namun akan lebih baik jika ada perbaikan dan peningkatan pada sarana dan prasarana agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif. Selain itu juga perlu adanya usaha yang lebih dari pengelola dalam memberikan informasi mengenai program-program pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK Kabupaten Sumedang agar masyarakat dapat mengetahui informasi tersebut. Karena pada saat ini sebagian besar dari masyarakat Kabupaten Sumedang belum mengetahui apa fungsi dari Balai Latihan Kerja.

2. Instruktur

Bagi pihak instruktur lebih meningkatkan interaksi dua arah yang aktif antara instruktur dan peserta sehingga menghasilkan suasana belajar yang aktif dan kondusif. Pengarahan, kesabaran, sikap, dan tutur kata yang baik menjadi modal yang diperlukan oleh instruktur agar menjadi panutan bagi peserta pelatihan.

3. Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Bagi peneliti yang tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai Balai Latihan Kerja, agar memfokuskan topik masalah yang akan dikaji seperti dampak dari


(4)

105

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

program pelatihan kecakapan hidup bagi masyarakat dengan kajian pendidikan nonformal.


(5)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR RUJUKAN

Sumber buku

Anwar. (2012). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Anwas, O. (2013). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (2004). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Bandung: Rineka Cipta.

___________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Friedman, Marilyn M. (1998). Family Nursing; Theory & Practice. 3/E. Debora Ina R.L. (1998) (alih bahasa). Jakarta: EGC.

Guza, Afnil. (2009). Standar Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta: Asa Mandiri. Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (konsep dan aplikasi). Bandung : Alfabeta.

____________. (2009). Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di indonesia (Sebuah pembelajaran dari Kominka Jepang). Bandung: Alfabeta.

Kuswana, Wowo Sunaryo. (2013). Dasar-dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta.

Marzuki, Saleh. (2012). Pendidikan Nonformal; Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, Andragogi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong. (2012). Metodologi penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sudjana, Djuju. (2010). Pendidikan Non Formal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah Dan Teori Pendukung, Serta Asas. Bandung: Falah.


(6)

Nadia Fitri Ideawati, 2015

PERAN PENGELOLA BALAI LATIHAN KERJA DALAM MEMBERDAYAKAN PESERTA MELALUI PELATIHAN KECAKAPAN HIDUP

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

__________. (2010). Manajemen Program Pendidikan; untuk Pendidikan Nonformal, dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: Falah. __________. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

__________. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah.

Sule, Tisnawati Ernie dan Saefullah, Kurniawan. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Siswanto. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.

_________.(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D. Bandung: Alfbeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif , Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

________. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Poerwoko dan Totok. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini. (2008). Manajemen. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.

Wentling, T.L. (1993). Planning For Effective Training : A Guide to Curriculum Development. Rome : FAO.

Sumber lain

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Junkis UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang.

Profil Lembaga UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Sumedang.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung: UPI Press.

Wanto, A. (2011). Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Bagi Remaja Panti Asuhan Al-Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Jurnal. Tidak diterbitkan.