POLICY IMPACT AT BALAI LATIHAN KERJA TOWARDS JOB TRAINING PARTICIPANTS DAMPAK KEBIJAKAN BALAI LATIHAN KERJA TERHADAP PESERTA PELATIHAN KERJA

(1)

ABSTRACT

POLICY IMPACT AT BALAI LATIHAN KERJA TOWARDS JOB TRAINING PARTICIPANTS

Oleh

NEYSA AMALLIA

Government policy on training agencies Balai Latihan Kerja (BLK) as maintenance work training course has its own impact and it will affect the environment and society. With a variety of vocational training held in the Balai Latihan Kerja (BLK) Metro expected to give effect to the capital in order to be absorbed in jobs or even create your own work (self-employment).

But in fact not clear policy Balai Latihan Kerja (BLK) has been going well and give effect to the workforce. Note that the absorption of graduates Balai Latihan Kerja (BLK) Metro relatively low. This will greatly influence success training maintenance work. In addition there are constraints faced by the workforce after leaving Balai Latihan Kerja (BLK), as has the confidence of employers to hire graduates Balai Latihan Kerja (BLK).

This study aimed to determine the impact of policies Balai Latihan Kerja (BLK) in the expansion of the field work and the emergence of new entrepreneurial. The method used in this study is quantitative. Presentation of the data analysis are presented in table form and then analyzed using a percentage formula .

The results showed that Balai Latihan Kerja (BLK) Metro in extension work are difficult to achieve, graduate Balai Latihan Kerja (BLK) Metro relatively low employability. This is because competition in the labor market workforce. Moreover, the trainees work is composed of low educational level. To complicate graduate Balai Latihan Kerja (BLK) Metro compete and get a job easily.


(2)

entrepreneurship.


(3)

ABSTRAK

DAMPAK KEBIJAKAN BALAI LATIHAN KERJA TERHADAP PESERTA PELATIHAN KERJA

Oleh

NEYSA AMALLIA

Kebijakan pemerintah terhadap lembaga pelatihan Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai penyelenggara pelatihan kerja tentu mempunyai dampak tersendiri dan hal itu akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat. Dengan berbagai kejuruan dalam pelatihan yang diadakan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro diharapkan dapat memberikan dampak bagi para tenaga kerja agar dapat terserap dalam lapangan kerja atau bahkan menciptakan lapangan kerja sendiri (wirausaha).

Namun pada kenyataannya belum diketahui dengan jelas kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) ini telah berjalan baik dan memberikan dampak bagi tenaga kerja. Diketahui bahwa tingkat penyerapan lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro relatif rendah. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan kerja. Selain itu terdapat kendala yang dihadapi oleh tenaga kerja setelah keluar dari Balai Latihan Kerja (BLK), seperti belum adanya kepercayaan dari pengusaha untuk mempekerjakan lulusan Balai Latihan Kerja (BLK).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) dalam perluasan lapangan kerja dan munculnya wirausaha baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penyajian hasil analisis datanya disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) terhadap peserta pelatihan kerja dalam perluasan kerja sulit dicapai, lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang memperoleh pekerjaan relatif rendah. Hal ini terjadi karena persaingan tenaga kerja di pasar kerja. Apalagi peserta pelatihan


(4)

terhadap peserta pelatihan kerja dalam memunculkan wirausaha baru belum cukup optimal. Jumlah lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang berwirausaha mandiri setiap tahunnya menurun. Hal ini disebabkan karena kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai lembaga pelatihan dalam penyelenggaraannya tidak memberikan pemahaman atau pembelajaran tentang kewirausaaan.


(5)

(6)

DAMPAK KEBIJAKAN BALAI LATIHAN KERJA (BLK) TERHADAP PESERTA PELATIHAN KERJA

(Studi Pada Balai Latihan Kerja Metro)

(Tesis)

Oleh

NEYSA AMALLIA

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(7)

(8)

(9)

(10)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 Agustus 1987, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Hasrul dan Ibu Restiana, S.Pd.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Kota Metro, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 13 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Pertama (SMA) di SMA Perintis 1 Bandar Lampung.

Tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan melalui jalur SNPTN dan diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung.


(11)

Moto

“Minta tolonglah kepada Allah dengan sabar dan sholat sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S. Al-Baqarah : 153).

Sadarkah Anda bahwa kita menjadi seperti yang kita dahulukan? Anda yang mendahulukan hal-hal yang bernilai, yang dihargai dan ysng

dirindukan kehadirannya.

Maka, marilah kita menjadikan diri ini dipercaya sebagai pribadi yang ahli dalam bidangnya, yang jujur dan penuh kasih.

Semoga dengannya, Tuhan menjadikan kita saluran bagi tersampaikannya berkah bagi semua.

Amiin… (Mario Teguh)


(12)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, Kupersembahkan karya ini untuk :

Kedua Orangtua ku, saudara-saudara ku yang selalu mencurahkan kasih sayang dan Doa, kepada para sahabat-sahabat ku yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaikan tesis ini serta kepada Almamater tercinta Universitas Lampung.


(13)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis dengan judul “Dampak Kebijakan Balai Latihan Kerja Terhadap Peserta Pelatihan Kerja (Studi pada Balai Latihan Kerja Metro)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fisip Universitas Lampung sekaligus menjadi Pembimbing Kedua Penulis atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.

2. Ibu DR. Ari Darmastuti, M.A selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan.

3. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si selaku Koordinator Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan sekaligus selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak DR. Syarief Makhya, M.Si selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini.


(14)

hasil terdahulu.

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fisip Universitas Lampung.

7. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Magister Ilmu Pemerintahan khususnya angkatan 2011 terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DARTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kebijakan Publik ... 7

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan Publik ... 11

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik ... 11

2. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan Publik ... 13

C. Tinjauan Dampak Kebijakan ... 15

D. Tinjauan Balai Latihan Kerja (BLK) ... 19

E. Tinjauan Pelatihan ... 20

1. Pengertian Pelatihan ... 20

2. Tujuan Pelatihan ... 25

3. Kurikulum Pelatihan ... 29

F. Kerangka Pikir ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Metode dan Tipe Penelitian ... 33

B. Definisi Konseptual ... 33


(16)

G. Sumber Data ... 38

H. Teknik Pengumpulan Data ... 39

I. Pengolahan Data ... 40

J. Teknik Analisis Data ... 40

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 43

4.1 Sejarah Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 43

4.2 Tugas Pokok & Fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 44

4.3 Susunan Organisasi Balai Latihan Kerja (BLK) Metro... 44

4.4 Uraian Tugas... 45

4.5 Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 46

4.6 Sarana & Prasarana Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 47

4.7 Kurikulum Lembaga Pelatihan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 48

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai Penyelenggara Pelatihan Kerja ... 58

B. Dampak Kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) Terhadap Peserta Pelatihan Kerja ... 64

1. Keluaran (Output) ... 64

a. Pengetahuan ... 64

b. Keterampilan ... 69

2. Dampak (Impact) ... 70

a. Perluasan Lapangan Kerja ... 71

b. Munculnya Wirausaha Baru ... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kejuruan yang ada di Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 3

2. Pengelompokan Sampel ... 37

3. Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

4. Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Golongan ... 46

5. Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

6. Jumlah gedung dan luas lantai yang dimiliki Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ... 48

7. Kurikulum Kejuruan Bangunan ... 49

8. Kurikulum Kejuruan Listrik (Instalasi Listrik Penerangan) ... 51

9. Kurikulum Kejuruan Listrik (Pendingin/AC) ... 52

10. Kurikulum Kejuruan Otomotif (Sepeda Motor) ... 53

11. Kurikulum Kejuruan Tata Niaga (Komputer) ... 54

12. Kurikulum Kejuruan Teknologi Mekanik (Las Listrik) ... 55

13. Kurikulum Aneka Kejuruan (Menjahit) ... 55

14. Kurikulum Aneka Kejuruan (Bordir) ... 56

15. Jawaban Responden dampak pelatihan terhadap peningkatan pengetahuan setelah mengikuti pelatihan kerja ... 67

16. Jawaban Responden terhadap kesesuaian keterampilan dengan kebutuhan kerja ... 69

17. Jumlah lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang telah mendapatkan pekerjaan tahun 2010-2012 ... 72

18. Profil peserta pelatihan kerja Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan lulusan pendidikan ... 74

19. Jumlah pengangguran di Kota Metro tahun 2010-2012... 76

20. Jumlah lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang berwirausaha mandiri tahun 2010-2012 ... 78


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 32 Gambar 2. Bagan Struktur Balai Latihan Kerja (BLK) Metro... 59


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi dan perdagangan, telah memacu perubahan struktur ekonomi dan industri yang tentunya akan mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga kerja sebagai sumber daya manusianya. Standar dan kualitas tenaga kerja pun perlu selalu dipertimbangkan, baik dari jenis maupun kualifikasinya yang cenderung pada kompetensi yang semakin tinggi agar mampu bersaing di pasar nasional, regional, maupun internasional.

Indonesia menghadapi banyak masalah ketenagakerjaan yang sangat kompleks. Jumlah pengangguran secara akumulatif terus meningkat secara tajam, sejalan dengan meningkatnya jumlah lulusan pendidikan sekolah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, salah satunya dengan peningkatan mutu sumber daya manusianya agar kualitas tenaga kerja di Indonesia pun semakin meningkat dan tidak kalah dengan kualitas tenaga kerja asing. Dengan meningkatknya kualitas tenaga kerja Indonesia maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri semakin terbuka lebar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.


(20)

Provinsi Lampung sebagai salah satu Provinsi yang sedang berkembang, turut menyumbangkan jumlah lulusan sekolah dan calon tenaga kerja yang cukup banyak. Sehingga seiring dengan perkembangan otonomi daerah dan pemekaran daerah, maka permasalahan tenaga kerja di Provinsi Lampung menjadi tanggung jawab pemerintah setempat.

Hal ini mengharuskan pemerintah Provinsi Lampung mengambil solusi agar para lulusan sekolah di Provinsi Lampung memiliki keterampilan yang tidak kalah dengan daerah lainnya, sehingga tenaga kerja yang dihasilkan memiliki kualifikasi yang baik dan memiliki kesempatan yang banyak untuk mendapatkan pekerjaan.

Pemberdayaan Balai Latihan Kerja (BLK) merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, khususnya bagi masyarakat yang hanya memiliki tingkat pendidikan setara dengan SLTP dan SMA, yang biasanya memiliki ketrampilan rendah dan tidak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BLK merupakan salah satu instrument pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan dapat mentransfer pengetahuan, ketrampilan kerja. Dengan kurikulum dan program yang ada, Balai Latihan Kerja (BLK) menarik minat banyak masyarakat untuk menjadi peserta pelatihannya.

Sejak digulirkannya Otonomi Daerah sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan sistem pembinaan lembaga pelatihan dari sentralisasi ke desentralisasi (UU No. 22 Tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah). Otonomi Daerah berdampak


(21)

pada kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan Balai Latihan Kerja (BLK) yang sangat bervariasi sesuai dengan potensi, kondisi, karakteristik masing-masing daerah.

Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Lampung yang salah satunya berada di kota Metro merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung yang melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja dalam berbagai jenis kejuruan sesuai dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 27 Tahun 2010.

Adapun jenis kejuruan yang ada di Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai berikut :

Tabel. 1. Kejuruan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro

No. Kejuruan Sub Kejuruan

1. Bangunan Bangunan Kayu, Meubeler

2. Teknologi Mekanik Las Listrik

3. Listrik Penerangan, AC, Elektronika 4. Otomotif Sepeda Motor, Mobil Bensin

5. Tata Niaga Komputer

6. Aneka kejuruan Menjahit, Bordir

7. Pertanian Processing, Peternakan, Perikanan Sumber : Balai Latihan Kerja (BLK) Metro, 2013.

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa Balai Latihan Kerja (BLK) Metro mempunyai beberapa kejuruan yang dapat dipilih oleh peserta pelatihan kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.

Pendidikan dan pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) tidak menuntut siswanya untuk menjadi pekerja karena dengan keahlian yang diterima, siswa


(22)

bisa saja membuka usaha sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan. Jadi Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi motor penggerak dan menjadi kepanjangan tangan pemerintah daerah untuk membantu pemerintah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada peserta pelatihan kerja untuk mendapatkan bekal pendidikan dan keterampilan yang biayanya sudah ditanggung pemerintah.

Balai Latihan Kerja (BLK) Metro menyediakan program pelatihan keterampilan dan kompetensi kerja secara gratis guna menunjang kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pasar/dunia industri, meliputi :

1. Program Pelatihan Institusional

Program Pelatihan ini sumber dananya berasal dari Pemerintah APBN. Program pelatihan dilaksanakan di lingkungan Balai Latihan Kerja (BLK). 2. Program Pelatihan Non-Institusional

Program Pelatihan ini bersumber dari APBD dan dilaksanakan di luar Balai Latihan Kerja (BLK) atau dilaksanakan dimana peserta berada. Setiap kegiatan ataupun tugas yang dilaksanakan oleh suatu organisasi ataupun instansi pada umumnya akan mempunyai dampak tersendiri dan hal itu akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat. Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai lembaga pelatihan yang mempunyai tugas dalam memberikan pendidikan dan pelatihan kerja tentu mempunyai dampak dari hasil kerja yang dilaksanakan.

Sebagai lembaga pelatihan kerja, Balai Latihan Kerja (BLK) Metro memainkan peran signifikan dalam menyiapkan tenaga kerja yang handal,


(23)

terampil, dan siap pakai. Dengan berbagai kejuruan dalam pelatihan yang diadakan Balai Latihan Kerja (BLK) diharapkan dapat memberikan dampak bagi para peserta pelatihan kerja agar dapat terserap dalam lapangan kerja atau bahkan menciptakan lapangan kerja sendiri (wirausaha).

Namun pada kenyataannya belum diketahui dengan jelas kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) ini telah berjalan baik dan memberikan dampak bagi tenaga kerja. Diketahui bahwa tingkat penyerapan lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro relatif rendah. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan kerja. Selain itu terdapat kendala yang dihadapi oleh tenaga kerja setelah keluar dari Balai Latihan Kerja (BLK), seperti belum adanya kepercayaan dari pengusaha untuk mempekerjakan lulusan Balai Latihan Kerja (BLK).

Berdasarkan uraian di atas maka, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam permasalahan tersebut untuk mengetahui “Dampak Kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) Terhadap Peserta Pelatihan Kerja (Studi Pada Balai Latihan Kerja Metro)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan

“Bagaimana Dampak Kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) Terhadap Peserta


(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Dampak kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) dalam perluasan lapangan kerja.

2. Dampak Kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) dalam menciptakan wirausaha baru.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam memberikan kontribusi pemikiran bagi studi Ilmu Pemerintahan di bidang manajemen pemerintahan khususnya yang berkaitan dengan manajemen kebijakan publik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan data sekaligus rekomendasi kepada pemerintah khususnya UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai lembaga pemerintah yang membantu pemerintah dalam mengatasi ketenagakerjaan.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut dengan public

policy. Terdapat banyak ahli yang memberikan gambaran dan definisi tentang

kebijakan publik. Thomas R Dye (dalam Budi Winarno, 2002:15) menyatakan bahwa : “kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan”.

Sedangkan menurut Nugroho (2003:51-52) yang menyatakan bahwa :

“Kebijakan publik merupakan bagian atau interaksi politik, ekonomi, sosial, dan kultural. Bahkan kebijakan publik adalah melting pot atau hasil sintesis dinamika politik, ekonomi, sosial dan kultural tempat kebijakan itu sendiri berada. Kebijakan publik merupakan bentuk dinamika tiga dimensi kehidupan setiap Negara bangsa yaitu dimensi politik, dimensi hukum dan dimensi manajemen”.

Lebih lanjut, Laswell dan Kaplan dalam Nugroho (2003:85) menyatakan bahwa :

“Kebijakan publik secara sederhana dimaknai sebagai keputusan yang dibuat oleh Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan Negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan”.

James E. Anderson (dalam Subarsono, 2005) mendefinisikan bahwa : “kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan


(26)

aparat pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang pendidikan, politik, ekonomi, pertanian, industri, pertahanan dan sebagainya”.

Pendapat Dye dalam Widodo (2001: 189) yang menyatakan bahwa : “Kebijakan publik merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan; apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah mengenai suatu masalah, apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhinya, serta apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut”.

Kartasasmita masih dalam Widodo (2001:180) mengemukanan bahwa : “Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah katakan dan lakukan, atau tidak lakukan. Kebijakan merupakan serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah (what government say and do, or not to do. It is

the goals or purpose of government programs)”.

Pendapat Edward III dan Skarkansky dalam Widodo (2001: 190) menyatakan bahwa : “Kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu”.

Kebijakan publik dibuat dalam rangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang diinginkan. Kebijakan publik ini berkaitan dengan apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan. Nugroho, (2003:99) lebih lanjut menyimpulkan bahwa tujuan dari kebijakan publik meliputi empat hal yaitu ; 1. Mendistribusikan sumberdaya Negara kepada masyarakat, termasuk alokasi, realokatif, dan redistribusi, versus mengabsorbsi atau menyerap sumber daya kedalam Negara,


(27)

2. Regulative versus deregulatif, 3. Dinamisasi versus stabilisasi,

4. Memperkuat Negara versus memperkuat masyarakat/pasar.

Elemen-eleman yang terkandung dalam kebijakan publik berdasarkan paparan pendapat-pendapat ahli tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut yaitu: pertama selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu, kedua berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah,

ketiga apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan apa yang

bermaksud akan dilakukan, keempat bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu), dan kelima kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).

Irfan Islamy (2001:17) mengemukakan : “kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi untuk mencapai suatu tujuan oleh karena itu suatu kebijakan memuat tiga elemen yaitu :

1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai

2. Taktik dan strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari strategi atau taktik.

Pendapat selanjutnya di kemukakan oleh James E. Anderson dalam (Irfan Islami 2001:19) bahwa kebijakan pemerintah adalah : “kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat yang mana


(28)

implikasinya dari pengertian kebijakan pemerintah tersebut adalah : (1) bahwa kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, (2) bahwa kebijakan pemerintah selalu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah, (3) bahwa kebijakan pemerintah merupakan apa-apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu atau menyatakan akan melakukan sesuatu, (4) bahwa kebijakan pemerintah bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negative dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak me lakukan sesuatu, (5) bahwa kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif berlandaskan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otority)”.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kebijakan publik pada penelitian ini adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Negara dalam hal ini adalah Pemerintah Pusat/Daerah yang mempunyai tujuan tertentu, diikuti dan dilaksanakan oleh Negara dalam rangka memecahkan masalah tertentu.


(29)

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan Publik 1. Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik

Sebuah kebijakan publik harus diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi kebijakan”. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya dan sejauh mana tujuan tercapai (Riant Nugroho, 2003:183).

Mengukur kinerja kebijakan, program dan kegiatan berarti melakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi untuk mengukur kinerja kebijakan berarti merupakan aktivitas dari riset evaluasi kebijakan (policy evaluation

research). Jika kebijakan yang diukur adalah kebijakan publik, maka

kegiatan risetnya berupa evaluasi kebijkaan publik (public policy evaluation research).

Seringkali terjadi kebijakan publik gagal meraih maksud dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, evaluasi kebijakan publik penting dilakukan untuk melihat sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan.

Dalam bahasa yang lebih singkat, evaluasi adalah “suatu kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional, artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan diseluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa


(30)

meliputi perumusan masalah-masalah kebijakan, implementasi maupun dampak kebijakan. (Winarno, 2002:165-166).

Evaluasi kebijakan publik (public policy evaluation) dalam studi kebijakan publik merupakan tahapan akhir dari proses kebijakan publik (public policy

process). Seperti yang diungkapkan oleh Darwin (dalam Widodo, 2001:212)

bahwa “evaluasi kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat “membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan/target kebijakan publik yang ditentukan.

Menurut Riant Nugroho (2003:184-185) sesungguhnya evaluasi kebijakan mempunyai 3 lingkup makna yakni “evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan dan evaluasi lingkungan kebijakan”. Oleh karena itu ketiga komponen tersebut yang menentukan apakah kebijakan akan berhasil atau tidak.

Sedangkan James Anderson (dalam Winarno, 2002:166), menyebutkan bahwa “secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut substansi, implementasi dan dampak. Karena itu, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bisa meliputi perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi maupun dampak kebijakan”.


(31)

Evaluasi kebijakan publik tidak hanya untuk melihat hasil atau dampak

(impacts), akan tetapi dapat pula untuk melihat bagaimana proses

implementasi suatu kebijakan dilaksanakan (Widodo, 2001:212). Dengan kata lain evaluasi dapat pula digunakan untuk melihat apakah proses pelaksanaan suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teksis atau pelaksanaan (guide lines) yang telah ditentukan.

Weiss (dalam Widodo, 2001:213) menyatakan “riset evaluasi bertujuan untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada pencapaian serangkaian tujuan dan sebagai sarana untuk memberikan kontribusi (rekomendasi) dalam membuat keputusan dan perbaikan program pada masa mendatang”.

Berbagai definisi para ahli diatas, kiranya cukup memberikan pemahaman kepada penulis bahwa makna dari evaluasi kebijakan publik adalah sebagai suatu aktivitas penilaian terhadap “hasil” dari suatu kebijakan yang telah dilaksanakan, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

James Anderson dalam Winarno (2002:167) menyatakan bahwa evaluasi kebijakan publik dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Tipe evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.


(32)

b. Tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program tertentu. Tipe ini lebih banyak berbicara terkait kejujuran, efisiensi dalam pelaksanaan program. Namun evaluasi tipe ini mempunyai kelemahan yaitu kecenderungannya utuk menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak dari suatu program terhadap masyarakat.

c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis atau ilmiah. Evaluasi ini melihat secara objektif program-program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai. Lebih jauh evaluasi sistematis diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat. Konsekuensi evaluasi sistematis akan memberikan suatu pemikiran tentang dampak dari kebijakan publik dan merekomendasikan perubahan-perubahan kebijakan dengan berdasar pada kenyataan sebenarnya kepada pembentuk kebijakan dan masyarakat. Penemuan-penemuan kebijakan dapat dijadikan untuk merubah kebijakan-kebijakan dan program sekarang dan membantu dalam merencanakan kebijakan dan program dimasa yang akan datang.

Sedangkan menurut Parsons (2005), ada dua tipe evaluasi kebijakan yaitu :

1. Formative Evaluation

Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada saat sebuah kebijakan atau program yang sedang dilaksanakan yang didalamnya terdapat analisis yang meluas terhadap program yang dilaksanakan dan kondisi-kondisi yang mendukung bagi suksesnya implementasi tersebut.


(33)

2. Summative Evaluation

Evaluasi sumatif digunakan untuk mengukur bagaimana sebuah kebijakan atau program telah meberikan dampak terhadap masalah yang telah ditunjukkan diawal (Palumbo, dalam Parsons:2005). Evaluasi sumatif ini tidak masuk dalam tahap post-implementation. Yakni dilakukan ketika kebijakan/program sudah selesai dilaksanakan dan dengan mengukur/melihat dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kebijakan program tertentu.

C. Tinjauan Dampak Kebijakan

Menurut Islamy (2001:115), dampak kebijakan adalah “akibat-akibat dan konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijaksanaan-kebijaksanaan. Dampak kebijakan adalah keseluruhan efek yang ditimbulkan oleh sesuatu kebijakan dalam kondisi kehidupan nyata (Dye dalam Kismartini:2007).

Dampak kebijakan menurut (Anderson dalam Kismartini:2007), semua bentuk manfaat biaya dan kebijakan, baik yang langsung maupun yang akan datang, harus diukur dalam bentuk efek simbolis/efek nyata. Output kebijakan adalah berbagai hal yang dilakukan pemerintah.

Kegiatan ini diukur dengan standar tertentu, angka yang terlihat hanya memberikan sedikit informasi mengenai outcome/dampak kebijakan publik karena untuk menentukan outcome kebijakan publik perlu diperhatikan


(34)

perubahan yang terjadi dalam lingkungan atau sistem politik yang disebabkan oleh aksi politik.

Menurut Budi Winarno (2002) mengemukakan bahwa : “dampak kebijakan adalah suatu konsekuensi dan akibat atau hubungan yang sebenarnya dapat terjadi di suatu tindakan atau kebijakan yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan Wahab (2009:53) menyatakan bahwa “hasil akhir kebijaksanaan adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Sebagai konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada dalam masyarakat.

Menurut Dunn (2003) dalam menentukan kebijakan kita harus membedakan dua jenis akibat yakni keluaran (output) dan dampak (impacts). Keluaran kebijakan adalah barang, layanan atau sumber daya yang diterima oleh sasaran atau kelompok penerima (beneficiaries). Sebaliknya dampak kebijakan merupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan tersebut.

Dalam memantau keluaran serta dampak kebijakan harus diingat bahwa kelompok sasaran tidak selalu merupakan kelompok penerima. Kelompok sasaran (target group) adalah individu, masyarakat atau organisasi yang hendak dipengaruhi oleh suatu kebijakan dan program. Sedangkan penerima

(beneficiaries) adalah kelompok yang menerima manfaat atau nilai dari


(35)

suatu kebijakan baik simbolis maupun materialis, terhadap satu atau beberapa kelompok sasaran merupakan esensi yang menceritakan dampak kebijakan. Umumnya untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan maka yang perlu dilakukan adalah dengan memperhatikan segala sesuatu yang ada dapat mempengaruhi kebijakan tersebut. Oleh karena itu (Abdul Wahab:2009) mengatakan bahwa “implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut bahan-bahan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran melainkan menyangkut pula kekuatan jaringan politik, ekonomi, sosial yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan dan tidak diharapkan.

Dalam suatu dampak kebijakan, tidak selalu menghasilkan dampak yang diharapkan tetapi dampak tersebut seringkali berubah menjadi dampak yang tidak diharapkan. Menurut Irfan Islamy (2001:177), tidak tercapainya tujuan kebijaksanaan disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Tersedianya sumber-sumber yang terbatas, baik tenaga, biaya, material, waktu dan sebagainya sehingga dampak kebijakan tidak tercapai.

2. Kesalahan dalam pengadministrasian kebijakan-kebijakan Negara akan dapat mengurangi tercapainya dampak kebijakan negara, karena bagaimana baik isi kebijakan Negara, jika tidak diadministrasikan dengan baik akan sulit mencapai dampak yang diharapkan.


(36)

3. Problem-problem public seringkali timbul karena adanya berbagai macam factor, sedangkan kebijakan Negara seringkali dirumuskan atas dasar salah satu dan sejumlah factor-faktor yang dipertimbangkan tersebut akan berakibat sulitnya kebijakan itu memberikan dampak yang diharapkan. 4. Masyarakat memberikan respon atau melaksanakan kebijakan Negara

dengan cara-caranya sendiri sehingga mengurangi atau menghilangkan dampaknya.

5. Adanya beberapa kebijakan Negara yang mempunyai tujuan bertentangan satu sama lain. Dengan adanya dua kebijakan yang tidak konsisten tujuannya ini mengurangi dampak yang diharapkan dari kebijakan.

6. Adanya usaha-usaha untuk memecahkan beberapa masalah tertentu dengan memakan biaya yang lebih besar dari masalahnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh terhadap dampak yang diharapkan.

7. Banyaknya problem-problem publik yang tidak terpecahkan secara tuntas.

8. Terjadinya perubahan sifat permasalahan ketika sering dirumuskan atau dilaksanakan.

9. Adanya masalah-masalah baru yang lebih menarik dan dapat mengalihkan perhatian orang dari masalah-masalah yang ada.

Berdasarkan keterangan di atas yang dimaksud dampak kebijakan adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari suatu kebijakan itu sendiri, dan menimbulkan perubahan-perubahan kebiasaan atau tingkah laku yang ada di suatu lingkungan atau tempat.


(37)

D. Tinjauan Balai Latihan Kerja (BLK)

Balai Latihan Kerja (BLK) merupakan salah satu lembaga pelatihan pemerintah yang dapat membantu pemerintah dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga kerja.

Balai Latihan Kerja (BLK) milik Provinsi Lampung yang berada di Banjarsari Metro merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung yang bergerak di bidang pelatihan bagi pencari kerja dan siswa putus sekolah dengan berbagai kejuruan.

Balai Latihan Kerja (BLK) dapat memberikan keterampilan kepada siswa yang ingin mendalami keahliannya dengan pembiayaan secara gratis maka hal ini dapat menjadi semacam jalan keluar untuk siswa yang membutuhkan keterampilan khusus bahkan Balai Latihan Kerja (BLK) juga menjadi semacam ujung tombak untuk membuka lapangan pekerjaan.

Peserta pelatihan kerja yang mendaftar di Balai Latihan Kerja (BLK) Metro ditentukan dengan persyaratan antara lain :

1. Umur 18 tahun

2. Foto copy Ijazah terakhir 3. Kartu Kuning (AK/1) 4. Foto copy KTP 5. SKCK

6. Pas foto 4x6 cm 7. Lulus seleksi


(38)

E. Tinjauan Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan

Istilah pelatihan tidak terlepas dari latihan karena keduanya mempunyai hubungan yang erat, latihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Sedangkan tujuan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang agar yang dilatih mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan dengan efektif dan efisien.

Edwin B. Flippo (dalam Mustofa Kamil 2010:3) mengemukakan bahwa : “Training is the act of increasing the knowledge and skill of an employee for doing a particular job” (pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu).

Michael J. Jucius (dalam Mustofa Kamil 2010:3) mengemukakan : “The term training is used here to indicate any process bay wich the aptitudes, skills, and abilities of employes to perform specipic jobs are in creased” (istilah latihan yang dipergunakan di sini adalah untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan, dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu).

Kedua pengertian di atas tampak pelatihan dilihat dalam hubungan dengan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Dalam kenyataan, pelatihan sebenarnya tidak harus selalu dalam kaitan dengan pekerjaan, atau tidak selalu diperuntukkan bagi pegawai.


(39)

Istilah pelatihan biasa dihubungkan dengan pendidikan. Ini terutama karena secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Meskipun demikian secara khusus pelatihan dapat dibedakan dari pendidikan. Untuk memahami istilah pendidikan, kriteria yang dikemukakan oleh Peters (dalam Mustofa Kamil 2010:4) sebagai berikut :

1. Pendidikan meliputi penyebaran hal yang bermanfaat bagi mereka yang terlibat di dalamnya

2. Pendidikan harus melibatkan pengetahuan dan pemahaman serta sejumlah perspektif kognitif.

3. Pendidikan setidaknya memiiki sejumlah prosedur, dengan asumsi bahwa peserta didik belum memiliki pengetahuan dan kesiapan belajar secara sukarela.

Sistem pendidikan dipandang sebagai perangkat negara, yang fungsinya untuk menciptakan masyarakat (pekerja) yang memiliki kualitas dan keterampilan yang dibutuhkan. Sehingga berdasarkan pandangan tersebut, pendidikan merupakan usaha untuk mereproduksi klasifikasi sosial dan ekonomi (Boudie dan Passeron dalam Mustofa Kamil 2010:5). Berdasarkan pandangan tersebut, makna pendidikan tentu saja tidak bisa dipahami secara individual maupun psikologis, tetapi perlu adanya pemahaman berdasarkan konteks sosialnya yang lebih luas.

Konteks yang dimaksud tidak hanya meliputi institusi pendidikan, institusi pendukung lainnya, maupun lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan, melainkan juga meliputi pertimbangan terhadap posisi hubungan, maupun keterkaitan dalam masyarakat. Dengan demikian,


(40)

pendidikan memiliki implikasi politis, ekonomis, teknologi, dan sosial, serta harus tetap menjadi konsep yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, pelatihan biasanya diasosiakan pada mempersiapkan seseorang dalam melaksanakan suatu peran atau tugas, biasanya dalam dunia kerja. Namun demikian, pelatihan bisa juga di lihat sebagai elemen khusus atau keluaran dari suatu proses pendidikan yang lebih umum. Peter (dalam Mustofa Kamil 2010:6) mengemukakan, “Konsep pelatihan bisa diterapkan ketika (1) ada sejumlah jenis keterampilan yang harus dikuasai, (2) latihan diperlakukan untuk menguasai keterampilan tertentu, (3) hanya diperlukan sedikit penekanan pada teori”.

Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000:197) pelatihan adalah “setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawab, atau satu pekerjaannya”. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan seseorang, baik yang sudah menduduki suatau pekerjaan atau tugas tertentu maupun yang baru akan melangkah ke dunia kerja, sehingga lebih menekankan pada keteranpilan

(skill). Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan

kerja actual, dengan menekankan pada pengembangan skill, knowledge dan ability.

Menurut Umar Hamalik (2001:35-36) dan Gomes (2000:206-208), pelatihan meliputi unsur-unsur sebagai berikut :


(41)

1. Peserta latihan

Penetapan calon peserta latihan erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan yang nantinya turut menentukan efektifitas pekerjaan.

2. Pelatih (Instruktur)

Pelatih memegang peran penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih pelatih yang ahli, berkualifikasi dan profesional.

3. Lamanya pelatihan

Lamanya masa pelatihan berdasarkan pertimbangan tentang jumlah dan mutu kemampuan yang hendak dipelajari, kemampuan belajar para peserta dalam pelatihan, serta media pengajaran.

4. Materi (Bahan Latihan)

Bahan latihan sebaiknya disiapkan secara tertulis agar mudah dipelajari peserta. Cara penulisannya agar disesuaikan dengan buku pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku.

5. Metode pelatihan

Dalam usaha untuk mengubah perilaku peserta, pelatih tidak lepas dari metode dan alat bantu pendidikan dengan menggunakan metode pelatihan yang tepat tergantung dari tujuan pelatihan karena tujuan dan sasaran yang berbeda akan berakibat pada metode yang berbeda pula (Gomes 2000:207).

6. Media

Hamalik (2001:67) menyatakan bahwa media pelatihan adalah salah satu komponen yang berfungsi sebagai unsur penunjang proses pelatihan,


(42)

menggugah gairah motivasi belajar. Pemilihan dan penggunaan media ini mempertimbangkan tujuan dan meteri pelatihan, ketersediaan media itu sendiri serta kemampuan pelatih untuk menggunakannya.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan antara lain :

a. Tujuan pelatihan, dalam merencanakan pendidikan dan pelatihan hal pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan tujuan. Adanya tujuan pendidikan dan pelatihan membuat kegiatannya dapat terarah, apakah pendidikan dan pelatihan tersebut bertujuan peningkatan pengetahuan, keteranpilan atau ada tujuan lain.

b. Manfaat pelatihan, tiap pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat membawa manfaat, baik untuk individu maupun organisasi. Adanya mamfaat bagi individu menjadikan orang termotivasi untuk selalu meningkatkan kualitas sumber dayanya.

c. Isi/materi pelatihan, materi yang diberikan kepada peserta pendidikan dan pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan. Apabila tujuannya adalah peningkatan keterampilan, mesti materi yang diberikan akan lebih banyak bersifat praktek.

d. Waktu dan tempat pelatihan dilaksanakan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan harus memperhitungkan waktu karena, adanya pengaturan waktu tepat maka tidak ada jam efektif yang terbuang.

e. Pelatih dan karyawan (peserta) yang akan dilatih, pelatih dan peserta merupakan faktor utama diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan.


(43)

f. Biaya yang dibutuhkan dalam pelatihan, kegiatan dengan adanya biaya, maka akan menghasilkan yang maksimal karena semua aktivitas selalu membutuhkan dana.

g. Metode pelatihan yang dipakai, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan harus menggunakan metode yang tepat, hal ini disebabkan ketetapan metode yang akan sangat berpengaruh tehadap hasil pendididkan dan latihan yang dijalankan.

h. Fasilitas yang diperlukan dalam pelatihan, fasilitas yang mendukung kegiatan, misalnya fasilitas penginapan, makan dan sebagainya.

2. Tujuan Pelatihan

Tujuan yang mencakup esessial dalam penyelenggaraan pengembangan dan pelatihan yaitu mempunyai andil yang besar dalam menentukan efektivitas dan efesiansi organisasi. Berbagai manfaat dapat dirasakan antara lain adalah meningkatkan kualitas dan produktivitas, menciptakan sikap, loyalitas, dan kerja sama yang lebih menguntungkan, memenuhi kebutuhan perencanaan Sumber Daya Manusia, dan lain-lain.

Sasaran pelatihan pada umumnya adalah meningkatkan kemampuan dalam hal kemampuan keahlian/teknis (Skill Competency) dan kemampuan pengembangan diri (Softskill Competency). Kedua sasaran tersebut akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas kinerja, jika saja penelitian yang diselenggarakan dapat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Hal ini dapat diindentifikasi jika pasca pelatihan terjadi perubahan-perubahan


(44)

positif yang dapat menunjang kinerja secara lebih baik. Disamping memberikan jaminan atas kualitas kinerja terukur individu maupun organisasi melalui sertifikat pelatihan yang diberikan. Hal ini tentulah menjadi sesuatu hal yang sangat dibutuhkan oleh individu, untuk memberikan keyakinan akan kompetensi yang dimilikinya.

Keberhasilan pelatihan harus diukur dengan menggunakan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pendidikan dan pelatihan perumusannya dapat dilihat dari beberapa segi, ialah :

1. Pengembangan kualitas SDM

Dalam hal ini tujuan pelatihan bersumber dari kualitas manusia seperti yang diharapkan antara lain terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut : a) Peningkatan semangat kerja

b) Pembinaan budi pekerti

c) Peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa d) Meningkatkan taraf hidup

e) Meningkatkan kecerdasan

f) Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan g) Menciptakan lapangan kerja

h) Memeratakan pembangunan dan pendapatan 2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan nasional yang juga terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional,


(45)

bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Unsur-unsur kualitas tersebut perlu dimiliki oleh setiap tenaga kerja manusia Indonesia seutuhnya.

3. Kelembagaan Pendidikan dan Pelatihan

Setiap lembaga pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan sendiri-sendiri sesuai dengan fungsi dan tugas pokok lembaga tersebut. Jika bertujuan mempersiapkan tenaga yang berkualitas yang mampu mendukung pelaksanaan program departemen dan non departemen bersangkutan. 4. Jenis Pekerjaan dan Jenis Latihan

Berdasarkan jenis pekerjaan dapat ditentukan jenis latihan, dan masing-masing memiliki tujuan tertentu. Setiap organisasi terdapat berbagai jenis pekerjaan, seperti : pemimpin/pengelola, pengawas, pelaksana, penyuluh dan sebagainya. Misalnya pelatih kepenyuluhan sudah tentu dititikberatkan pada upaya pengembangan dilapangan.

Dale S. Beach (dalam Kamil, Mustofa:2010) mengemukakan “The objective of training is to achieve a change in the behavior of those trained” (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih). Sementara itu Moekijat (dalam Kamil, Mustofa:2010) mengatakan bahwa tujuan umum palatihan adalah untuk :

1. mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif

2. mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.


(46)

3. mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerjasama.

Secara khusus dalam kaitan dengan pekerjaan, Simamora (dalam Kamil, Mustofa:2010) mengelompokkan tujuan pelatihan ke dalam lima bidang, yaitu :

a. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perusahaan teknologi. Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.

b. Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan

c. Membantu memecahkan permasalahan operasional d. Mempersiapkan karyawan untuk promosi dan e. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.

Sedangkan menurut Marzuki (dalam Kamil, Mustofa:2010), ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai dengan pelatihan, yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan organisasi

b. Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman.

c. Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan pelatihan secara hakiki merupakan manifestasi kegiatan pelatihan. Dalam pelatihan pada prinsipnya ada kegiatan proses pembelajaran baik teori maupun ptaktek, bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi


(47)

atau kemampuan akademik, sosial dan pribadi dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.

3. Kurikulum Pelatihan

Kata kurikulum berasal dari kata latin “curriculae” yang artinya adalah jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dan jika dikaitkan dengan pendidikan berarti jangka waktu yang harus ditempuh seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu jenjang pendidikan hingga memperoleh ijazah.

Kurikulum dalam pelatihan kerja merupakan kumpulan materi yang harus disampaikan pelatih atau yang harus dipelajari oleh peserta untuk menjadi terampil.

Kurikulum adalah sebuah program yang disusun dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Jadi kurikulum bisa diartikan sebuah program yang berupa dokumen program dan pelaksanaan program. Sebagai sebuah dokumen kurikulum (curriculum plan) dirupakan dalam bentuk rincian silabus, rancangan pembelajaran, sistem evaluasi keberhasilan.

Sumber : (http://www.pedoman/penyusunan/kurikulum.pelatihankerja.pdf). Dari beberapa pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum pelatihan adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang ditata dalam bentuk rencana proses pembelajaran pada pelatihan dengan penekanan pada penggunaan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pelatihan sehingga setelah pelatihan peserta memperoleh peningkatan kompetensi yang dibutuhkan.


(48)

F. Kerangka Pikir

Kebijakan pemerintah terhadap Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai lembaga pelatihan menjadi kepanjangan tangan pemerintah daerah untuk membantu pemerintah dalam memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja dalam berbagai kejuruan dan program pelatihan yang berorientasi pada pasar kerja. Bahkan tidak tertutup kemungkinan para peserta pelatihan, dengan bekal keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dapat membuka usaha baru sehingga menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri.

Dalam menentukan kebijakan menurut Dunn (2003) harus membedakan dua jenis akibat yakni keluaran (output) dan dampak (impacts). Keluaran kebijakan adalah barang, layanan atau sumber daya yang diterima oleh sasaran atau kelompok penerima (beneficiaries). Sebaliknya dampak kebijakan merupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan tersebut.

Berdasarkan konsep tentang keluaran (output) diatas, dalam penelitian ini yang menjadi keluaran output adalah :

1. Pengetahuan 2. Keterampilan

Setelah adanya output, maka selanjutnya adalah melihat keluaran (output) tersebut memberikan dampak (impacts). Maka dalam penelitian ini dampak


(49)

1. Perluasan lapangan kerja 2. Munculnya wira usaha baru

Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, berikut adalah bagan kerangka pikir :


(50)

1. Pengetahuan 1. Perluasan lapangan kerja

2. Keterampilan 2. Munculnya wirausaha baru

Keluaran (Output)

Dampak (Impacts) Kebijakan


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, artinya “suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki” (M. Nazir, 2003:54). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penyajian hasil analisis datanya disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase.

B. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah suatu usaha untuk menjelaskan mengenai pembatasan pengertian antara konsep yang satu dengan yang lain agar tidak terjadi kesalah pahaman, sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengoperasionalkan konsep tersebut dilapangan.


(52)

Definisi Konseptual dalam penelitian ini adalah :

1. Kebijakan pemerintah adalah serangkaian aturan-aturan/langkah strategis yang dibuat oleh lembaga berwenang (pemerintah), untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (mempunyai tujuan tertentu) dirupakan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada masyarakat untuk memecahkan suatau masalah tertentu.

2. Dampak kebijakan adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari suatu kebijakan itu sendiri, dan menimbulkan perubahan-perubahan kebiasaan atau tingkah laku yang ada di suatu lingkungan atau tempat.

C. Definisi Operasional

Menurut Moh. Nazir (2003 : 126) definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel atau konstrak tersebut.

Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini sesuai pernyataan Dunn dalam menentukan kebijakan dengan membedakan dua jenis akibat yakni keluaran (output) dan dampak (impacts).

1. Keluaran (Output) adalah barang, layanan atau sumber daya yang diterima oleh sasaran atau kelompok penerima (beneficiaries). Keluaran


(53)

- Pengetahuan - Keterampilan

2. Dampak (Impact) merupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan tersebut. Dampak (impact) dalam penelitian ini adalah :

- Perluasan lapangan kerja - Munculnya wira usaha baru

D. Populasi

Menurut Bilson Simamora (2004:192) populasi adalah sekumpulan satuan analisis yang di dalamnya terkandung informasi yang ingin di ketahui. Populasi dalam penelitian ini peserta pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang terhitung dari tahun 2010-2012 berjumlah 912 orang. (Sumber : Balai Latihan Kerja Metro).

E. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, lengkap yang dianggap bias mewakili populasi (Hasan,2002:58). Untuk menentukan ukuran sampel, digunakan rumus Slovin (Hasan, 2002:61).

n = N 1+Ne2


(54)

Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Jumlah populasi

e = Prosentase kelonggaran ketidaktelitian yang ditoleransi (10%)

Dari jumlah populasi sebanyak 912 orang, diambil sampel dengan perhitungan sebagai berikut :

n = N 1+Ne2 n = 912

1 + 912 (0,1)2 n = 912

1 + 912 (0,01) n = 912

1 + 9,12 n = 912

10,12 n = 90,11

Berdasarkan rumus diatas diketahui jumlah sampel sebesar 90,11 yang dibulatkan menjadi 90 responden.


(55)

F. Teknik Sampling

Teknik Sampling dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Sampling

Cluster (sampling bergerombol/berkelompok) yaitu bentuk sampling random

dimana populasinya dibagi ke dalam beberapa cluster (kelompok). Dalam penelitian ini, populasi tersebar atau terbagi kedalam 3 tahun terdiri dari tahun 2010-2012 ditentukan sampelnya yang dilakukan secara random. Tabel 10. Pengelompokan Sampel

Tahun Jumlah Populasi

2010 272 orang

2011 240 orang

2012 400 orang

Jumlah 912 orang

Sumber : Balai Latihan Kerja (BLK) Metro : 2012

Pengambilan sampel dari kelompok adalah dengan menggunakan rumus : ni = Ni x n

N Keterangan :

ni : Banyaknya sampel yang dibutuhkan dalam setiap kelompok n : Jumlah sampel yang mewakili populasi

Ni : Banyaknya subpopulasi dari setiap kelompok N : Jumlah keseluruhan populasi

(J. Supranto, 2000)

Dengan rumus tersebut maka dapat dicari jumlah sampel sebagai berikut : 1. Tahun 2010

ni = 272 x 90 = 26,84 atau dibulatkan menjadi 27 orang. 912


(56)

2. Tahun 2011

ni = 240 x 90 = 23,68 atau dibulatkan menjadi 24 orang. 912

3. Tahun 2012

ni = 400 x 90 = 39,47 atau dibulatkan menjadi 39 orang. 912

Setelah didapatkan sejumlah sampel yang diinginkan maka pengambilan sampel dari setiap kelompok atau tahun digunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling), di mana sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun, 1995:155-156).

G. Sumber Data

Sumber Data penelitian ini berasal dari :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2002:83). Data yang diperoleh langsung dari sumber asli/responden melalui penyerapan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada lulusan pelatihan kerja, Aparat Balai Latihan Kerja (BLK) Metro pada Seksi Pelatihan dan Pengembangan serta wawancara kepada Instruktur Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai pelatih peserta kerja.


(57)

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian terdahulu (Hasan, 2002:83). Data sekunder dapat peneliti peroleh dari catatan-catatan, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelatihan kerja.

H. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data meliputi tahap sebagai berikut : 1. Kuesioner (Angket)

Kuesioner atau Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. (Hasan,2002:83). Pada penelitian ini, responden dari kuesioner adalah lulusan pelatihan kerja di Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai penerima pendidikan dan pelatihan kerja.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat dan direkam (Hasan, 2002:85). Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada Aparat Balai Latihan Kerja (BLK) Metro pada Seksi Pelatihan dan Pengembangan serta Instruktur Balai Latihan Kerja (BLK) Metro.


(58)

3. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen (Hasan, 2002:87). Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen berupa catatan-catatan yang berhubungan dengan program pelatihan kerja.

I. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dilapangan selanjutnya dilakukan pengolahan data, yang melalui tiga tahapan, yaitu :

1. Tahap Editing, data dari lapangan dilakukan pemilihan, pengelompokan atau pengkategorian sesuai dengan jenisnya.

2. Tahap Coding, adalah tahap pemberian kode tertentu atas data yang telah di edit (di pilih, di kelompokkan, pengkategorian)

3. Tahap Tabulating, adalah tahap dimana data yang telah di beri kode tertentu tadi di susun dan di kumpulkan jadi satu sesuai dengan jenisnya ke dalam tabel tabulasi.

J. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Singarimbun (1995:263) adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan di interpretasikan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara kuantitatif, yaitu data disajikan dalam bentuk tabel dan


(59)

kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus persentase (Soejono,1999) sebagai berikut :

P = F x 100% N

Ketarangan : P : Persentase

F : Jumlah jawaban yang diperoleh N : Jumlah responden

Untuk data yang diperoleh dari hasil wawancara analisa data akan dilakukan dengan menggunakan teknik analisa sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisir data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data pada penelitian deskriptif adalah dalam bentuk teks naratif.


(60)

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis mulai mencari arti benda-benda, mecatat keterangan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin alur sebab akibat dan proporsi. Hasil verifikasi data tersebut kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. (Milies dan Huberman, 1992 :15-21).


(61)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Balai Latihan Kerja (BLK) Metro 4.1 Sejarah Balai Latihan Kerja (BLK) Metro

Balai Latihan Kerja (BLK) Metro didirikan dan diresmikan penggunaannya yaitu pada tahun anggaran 1983/1984 dengan nama Balai Latihan Kerja Industri dan Pertanian (BLKI/P) Metro. Tahun 1986 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP.840/MEN/1986 Balai Latihan Kerja Industri dan Pertanian (BLKI/P) berubah status menjadi Kursus Latihan Kerja. Tahun 1987 Kursus Latihan Kerja (KLK) Metro berubah status menjadi Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (LLK-UKM) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP.88/MEN/1988.

Dengan munculnya atau bergulirnya Reformasi pada tahun 1997 dan untuk memberdayakan Pemerintahan Daerah melalui Otonomi Daerah maka Loka Latihan Kerja Usaha Kecil dan Menengah (LLK-UKM) berubah status lagi menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung yaitu Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja (UPTD-BLK) Metro yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Lampung Nomor : 03 Tahun 2001 dan peraturan Gubernur Propinsi Lampung Nomor : 27 Tahun


(62)

2010 tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pada Dinas Daerah Propinsi Lampung.

4.2 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) Metro :

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 27 Tahun 2010 Tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pada Dinas Daerah Propinsi Lampung, maka Tugas Pokok dan Fungsi Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai berikut :

1. Balai Latihan Kerja (BLK) Metro mempunyai Tugas Pokok melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja berbagai kejuruan.

2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Balai Latihan Kerja (BLK) Metro mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana pelatihan dan pengembangan program pelatihan b. Pelaksanaan pendidikan tenaga kerja dan uji keterampilan

c. Pemasaran program, fasilitas produksi, jasa dan hasil pelatihan serta pemberian layanan informasi pelatihan

d. Pelaksanaan pengelolaan urusan ketatausahaan

4.3 Susunan Organisasi Balai Latihan Kerja (BLK) Metro, terdiri dari : a. Kepala

b. Sub Bagian Tata Usaha

c. Seksi Pelatihan dan Pengembangan d. Seksi Pemasaran dan Kerjasama e. Kelompok Jabatan Fungsional


(63)

1. Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud diatas, dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala UPTD.

2. Seksi-Seksi sebagaimana dimaksud diatas, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPTD. 3. Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud diatas, dipimpin

oleh seorang Pejabat Fungsional Senior yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala UPTD.

4.4 Uraian Tugas :

1. Kepala mempunyai tugas memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasi pelaksanaan tugas Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sesuai dengan kebijakan kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, pegawai, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat kearsipan serta pelaksanaan ketatausahaan.

3. Seksi Pelatihan dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan dan menyiapkan bahan penyusunan program uji keterampilan, pelaksanaan dan pengembangan tenaga kerja.

4. Seksi Pemasaran dan Kerjasama mempunyai tugas melaksanakan dan menyiapkan bahan pemasaran program, fasilitasi, hasil produksi, jasa dan hasil pelatihan serta kerjasama dengan pengguna (pihak lain).


(64)

4.5 Sumber Daya Manusia (SDM) Balai Latihan Kerja (BLK) Metro :

Dalam menjalankan program dan kegiatan roda organisasi, tugas pokok dan fungsinya Balai Latihan Kerja (BLK) Metro memiliki Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai jumlah Sumber Daya Manusia pada Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Tingkat Pendidikan, Golongan dan Jenis Kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Tingkat Pendidikan :

Tingkat Pendidikan Jumlah

SLTA 21

D3 2

S1 11

S2 -

Total 34

Sumber : Balai Latihan Kerja (BLK) Metro : 2012

Tabel 4. Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Golongan :

Golongan Jumlah

Golongan IV 6

Golongan III 25

Golongan II 3

Total 34

Sumber : Balai Latihan Kerja (BLK) Metro : 2012

Tabel 5. Sumber Daya Manusia Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berdasarkan Jenis Kelamin :

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki 33

Perempuan 1

Total 34


(65)

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) Balai Latihan Kerja (BLK) Metro berjumlah 34 orang yang dapat dilihat berdasarkan Tingkat Pendidikan, Golongan dan Jenis Kelamin.

4.6 Sarana dan Prasarana Balai Latihan Kerja (BLK) Metro :

Disamping didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjalankan kegiatan operasional Balai Latihan Kerja (BLK) Metro didukung dengan sarana dan prasarana yang terdiri dari :

1. Tanah

Tanah yang dimiliki oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Metro sebagai tempat dan lokasi kegiatan terletak di Jalan Dewi Sartika No. 90 Banjar Sari Metro. Luas tanah seluruhnya adalah 20.000 M2.

2. Gedung/Peralatan

Balai Latihan Kerja (BLK) Metro mempunyai gedung tempat kerja (kantor), asrama untuk tempat peserta latihan, gedung pertemuan/aula, dan disamping itu BLK juga mempunyai rumah dinas. Fasilitas gedung tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


(66)

Tabel 6. Jumlah gedung dan luas lantai yang dimiliki Balai Latihan Kerja (BLK) Metro :

No. Jenis Gedung Jumlah Luas Lantai

1. Kantor 1 Unit 250 M2

2. Asrama Kapasitas 40 orang 1 Unit 324 M2 3. Aula tempat pertemuan 1 Unit 264 M2

4. Rumah Dinas Type 70 1 Unit 70 M2

5. Rumah Dinas Type 45 8 Unit 392 M2

6. Rumah Dinas Type 36 2 Unit 72 M2

7. Musholla 1 Unit 53 M2

8. Kantin/Rumah Makan 1 Unit 60 M2

9. Dapur 1 Unit 37 M2

10. Pos Jaga 1 Unit 18 M2

11. Instalasi air/Sumur Bor 1 Unit 4 M2

12. Gudang 2 Unit 40 M2

13. Garasi 2 Unit 112 M2

Sumber : Balai Latihan Kerja (BLK) Metro : 2012

4.7 Kurikulum Lembaga Pelatihan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro

Penyusunan kurikulum pelatihan perlu memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan program baik yang menyangkut tenaga pengelola yang ahli, fasiltas fisik, modal maupun materi dan metode yang diberikan. Keadaan demikian diharapkan mampu mengembangkan situasi belajar yang menyenangkan dan menjamin efektivitas pelatihan.

Kurikulum Balai Latihan Kerja (BLK) Metro mencakup pada 7 kejuruan, antara lain Bangunan, Teknologi Mekanik, Listrik, Otomotif, Tata Niaga, Aneka Kejuruan dan Pertanian yang dapat dipergunakan untuk merencanakan dan menyelenggarakan program latihan secara efektif dan efesien.

Kurikulum Balai Latihan Kerja (BLK) memisahkan antara teori dan praktek dari pelatihan yang diberikan dengan keseluruhan jam latihan. Perbandingan


(67)

antara jumlah jam antara teori dan praktek adalah 30% dibanding 70%. Pemisahan antara teori dan praktek bertujuan untuk memberikan keseimbangan antara pengetahuan teori yang akan diberikan dengan keterampilan menerapkan teori tersebut dalam praktek. Pengetahuan teori diarahkan untuk mendukung kerja praktek yang dilakukan sehingga lebih bersifat praktis.

Peserta pelatihan diberi kesempatan untuk merasakan secara langsung bagaimana menerapkan teori-teori yang diberikan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Jadi pengetahuan yang diajarkan selama pelatihan tidak abstrak yang lebih bersifat teoritis. Pendekatan yang terpadu dan bersifat konkrit sebagai sasaran belajar dapat mengembangkan motivasi belajar peserta pelatihan, dengan demikian akan lebih mudah untuk mempertahankan keutuhan materi yang diberikan.

Berikut dapat dijelasakan kurikulum yang tersedia di Balai Latihan Kerja (BLK) Metro dengan masing-masing kejuruan :

Tabel 7. Kurikulum Kejuruan Bangunan Kejuruan Bangunan Lama Pelatihan : 240 Jam

Teori (96 Jam) Praktek (144 Jam)

1.Sikap dan Etika

2.Pengetahuan Bahan

 Pandangan umum bahan kayu

 Tehnik penebangan kayu  Konversi (pengubahan)

kayu

 Memilih kayu  Ciri-ciri kayu

Tata tertib didalam kelas dan lingkungan Balai Latihan Kerja  Cara menebang kayu

 Susunan serat kayu

 Bangunan penanpang kayu

 Cara penyimpanan dan pengringan kayu


(68)

 Macam-macam kayu untuk meublair

 Jenis dan ukuran kayu di Indonesia

3. Pengetahuan Alat Tangan (manual)

 Macam-macam jenis dan fungsi peralatan furniture/meublair

 Cara memelihara dan menyimpan alat

4.Pengetahuan Alat Mesin  Macam, jenis dan fungsi

peralatan mesin

 Cara memelihara dan merawat

5.Gambar Tehnik

 Notasi pada gambar tehnik  Peralatan gambar tehnik  Membaca gambar kerja 6. Konstruksi

 Pengertian konstruksi kayu  Penjelasan tentang

sambungan-sambungan kayu

7. Kerja Perabot

 Pengertian mengenai meublair/furniture

 Pengertian tentang bahan-bahan meublair

 Ukuran-ukuran meublair 8. Finishing

 Pengertian finishing  Peralatan finishing  Bahan-bahan finishing  Persiapan finishing 9.Analisa Biaya

 Matematika dasar

 Menghiting panjang, luas

 Gergaji, sugu, pahat, bor, meteran, palu dll

 Mesin ketam perata

 Ketam penebal, mesin belah, mesin potong bor, gerinda dll

 Gambar proyeksi

 Gambar pandangan suatu benda  Gambar meublair sederhana

(bagan)

 Gambar sambungan-sambungan kayu (memanjang, melebar, menyudut)

 Membuat sambungan-sambungan kayu (memanjang, melebar, menyudut)

 Gambar elemen-elemen meublair  Gambar meublair/furniture

sederhana

 Membuat elemen-elemen

 Membuat meublair sederhana (kursi, meja, lemari, buffet)

 Dasar finishing

 Finishing meublair/furniture sederhana (hasil praktek produksi)

 Menghitung analisa biaya pembuatan meublair sederhana


(69)

dan volume 10. Keselamatan Kerja

Evaluasi

 Keselamatan kerja tangan (manual)  Keselamatan kerja mesin

 Pengetahuan bahan  Pengetahuan alat  Konstruksi Finishing Sumber : Balai Latihan Kerja Metro : 2012

Tabel 8. Kurikulum Kejuruan Listrik (Instalasi Listrik Penerangan) Kejuruan Listrik

(Instalasi Listrik Penerangan) Lama Pelatihan : 240 Jam

Teori (80 Jam) Praktek (160 Jam)

1. Sikap dan Etika

 Pengertian sikap yang baik  Dasar Etika yang baik 2.Teori Dasar Listrik

 Teori Atom  Hukum OHM  Hubungan Seri  Hubungan Paralel  Hukum Kirchof 3.Pengukur Listrik

 Ampera meter  Volt meter  Ohm meter 4.Pengetahuan Bahan

 Macam-macam saklar  Macam-macam pengaman  Macam-macam stop kontak  Macam-macam penghantar 5. PUIL

 Peraturan-peraturan listrik  Persyaratan listrik

6. Pengetahuan Alat  Macam-macam tang

 Praktek merakit dan memasang PHB penerangan

 Praktek memasang instalasi listrik bangunan sederhana (rumah tinggal, sekolah, rumah ibadah)

 Praktek merancang instalasi bangunan sederhana dengan 1 fase


(70)

 Macam-macam obeng  Macam-macam alat ukur 7.Gambar Instalasi Listrik

 Membaca gambar simbul-sumbul

 Menggambar instalasi rumah sederhana

Evaluasi

Sumber : Balai Latihan Kerja Metro : 2012

Tabel 9. Kurikulum Kejuruan Listrik (Pendingin/AC) Kejuruan Listrik

(Pendingin/AC ) Lama Pelatihan : 240 Jam

Teori (64 Jam) Praktek (176 Jam)

1. Dasar-Dasar Refrigator

 Siklus dasar mesin pendingin  Komponen refrigerasi

 Yang dialiri bahan pendingin 2.Pengetahuan Bahan dan Alat

 Fungsi R12  Fungsi R22

 Syarat Refrigerasi  Fungsi dari Swaging  Fungsi dari Flaring 3.Kelistrikan

 Komponen-komponen refrigerasi yang dialiri arus listrik

 Cara mencari dan menentukan C,S,R

4.Pengelasan/Penyambungan Pipa  Tujuan penyambungan  Sambungan lurus dan T 5. Pemacuman dan Pengisian

 Pemacuman dengan menggunakan pompa vacum

 Pemacuman dengan menggunakan kompresor itu sendiri

 Pump Down

1. Kelistrikan

 Mengetes atau menguji fungsi dari masing-masing komponen

 Menguji kompresor secara langsung

 Mencari atau menentukan C,S,R

2. Pengelasan atau Penyambungan Pipa

 Membuat sambungan pipa  Membuat Swaging dan

Flaring

3. Pemacuman dan Pengisian  Mencari kebocoran pada

sistem

 Merakit refrigerasi

 Membongkar dan memasang AC Split

 Pump Down 4. Trouble Shooting

 Mencari gangguan pada sistem


(71)

Pengisian

 Pengisian bahan pendingin R12  Pengisian bahan pendingin R22 6. Keselamatan Kerja

 Keselamatan kerja terhadap orang  Keselamatan kerja terhadap alat  Keselamatan kerja terhadap

bahan/benda kerja 7.Trauble Shooting

 Mencari Kebocoran dan mengatasinya

 Mencari kerusakan pada komponen yang dialiri arus listrik 8. Evaluasi

Sumber : Balai Latihan Kerja Metro : 2012

Tabel 10. Kurikulum Kejuruan Otomotif (Sepeda Motor) Kejuruan Otomotif

(Sepeda Motor) Lama Pelatihan : 240 Jam

Teori (48 Jam) Praktek (192 Jam)

1. Sikap dan Etika 2. Keselamatan Kerja 3. Pengetahuan Alat 4. Motor Bensin 5. Chasis

6. Kelistrikan 7. Pengukuran

8. Pemeliharaan/Gangguan

1. Pengetahuan Alat 2. Keselamatan Kerja 3. Chasis

4. Kelistrikan 5. Pengukuran 6. Pemeliharaan 7. Evaluasi


(1)

 Menjelasakan cara membordir motif

Evaluasi

 Membordir motif  Membuat taplak meja


(2)

84

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab hasil dan pembahasan, maka dampak kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) terhadap peserta pelatihan kerja di Kota Metro dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) terhadap peserta pelatihan kerja dalam memberikan Dampak (Impact) perluasan lapangan kerja sulit dicapai, lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang memperoleh pekerjaan relatif rendah. Hal ini terjadi karena persaingan tenaga kerja di pasar kerja. Apalagi peserta pelatihan kerja memang terdiri dari tingkat pendidikan rendah. Sehingga menyulitkan lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro bersaing dan mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

2. Sedangkan dampak kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) terhadap peserta pelatihan kerja dalam memunculkan wirausaha baru juga belum optimal. Jumlah lulusan Balai Latihan Kerja (BLK) Metro yang berwirausaha mandiri setiap tahunnya menurun. Hal ini disebabkan karena kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai lembaga pelatihan hanya bertumpu pada pemberian materi dan praktek kerja saja, tidak adanya pemahaman atau pembelajaran tentang kewirausaaan.


(3)

B. Saran

Dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran kepada UPTD Balai Latihan Kerja (BLK) Metro supaya dapat lebih memberikan dampak perluasan lapangan kerja dan munculnya wirausaha baru :

1. Kebijakan pemerintah terhadap Balai Latihan Kerja (BLK) sebagai lembaga pelatihan diperlukan adanya kerjasama dengan pihak pengguna tenaga kerja seperti perusahaan atau industri sehingga kebijakan terhadap Balai Latihan Kerja (BLK) terhadap peserta pelatihan kerja dapat mencapai dampak yang diharapkan dalam perluasan lapangan kerja yang maksimal.

2. Untuk meningkatkan dampak dalam memunculkan wirausaha baru kebijakan Balai Latihan Kerja (BLK) dalam pelaksanaannya dapat ditambahkan dengan memberikan program pendidikan yang menitikberatkan pada jiwa entrepreneur (kewirausahaan). Entrepreneur adalah satu konsep pendidikan yang memberikan semangat pada peserta didik untuk kreatif dalam mengerjakan sesuatu hal.

Pola pendidikan sedemikian ini menuntut peserta untuk bisa produktif, lebih menitikberatkan pada penggalian potensi diri. Misalnya peserta pelatihan memiliki minat dan potensi kemampuan dibidang otomotif, maka hal demikian perlu dikembangkan dengan sedemikian tajam. Ketika potensi demikian diketahui dan sudah bisa ditumbuhkan, ini kemudian mengarahkan peserta untuk dipompa semangat, upaya dan kejiwaan untuk menekuni itu. Ini bisa dikembangkan dan ditumbuhkan dengan sedemikian pesat ketika proses


(4)

86

pembelajaran yang dikembangkan di pelatihan kerja tersebut secara langsung berkenaan dengan minat dan potensi kemampuan yang dimiliki peserta.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, W. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Gomes, Faustimo Cardoso. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta.

Hamalik, Umar. 2001. Pengembangan Sumber Daya Manusia-Manajeman Pelatihan Ketenagakerjaan. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Statistik. Bumi Aksara. Jakarta. Islamy, Irfan. 2001. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Bumi

Aksara. Malang.

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Alfabeta. Bandung.

Kismartini. 2007. Analisis Kebijakan Publik. Universitas Terbuka. Jakarta. Miles, Mattew B. dan A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif.

Universitas Indonesia-Press. Jakarta.

Nazir, Moch., 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nugroho, R. 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. PT. Elex Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

Parsons, W. 2005. Public Policy : An Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis. Kencana. Jakarta.

Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Soejono. 1999. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan. Rineka Cipta. Jakarta.

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi.. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


(6)

Supranto, J. 2000. Statistik : Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Wahab, S.A. 2009. Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, J., 2001. Good Governance, Telaah dari Dimensi : Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Insan Cendekia. Surabaya.

Winarno, B,. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Presindo. Yogyakarta.

Dokumen :

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 27 Tahun 2010 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD) Pada Dinas Daerah Provinsi Lampung.

Sumber Lain :

http://chordsmantap.blogspot.com/2012/02/upaya-pemerintah-dalam- perluasan-lapangan-kerja.html

http://adesyams.blogspot.com/2012/06/kebijakan-pelatihan-kerja.html http://manajemen-kolaborasi-training-centre.html).

http://lembaga-pelatihan-kerja-jepang.html. Diposting 10 Mei 2014. http://www.pedoman/penyusunan/kurikulum.pelatihankerja.pdf. Diposting 19 Mei 2014.