HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaji Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat Rumah Sakit.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh :
DWI AJENG WIDYAANTARI
F 100 090 089
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
DWI AJENG WIDYAANTARI
F 100 090 089
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA PADA
PERAWAT RUMAH SAKIT
Dwi Ajeng Widya Antari
Drs. Mohammad Amir, M.Si
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstraksi
Kepuasan kerja merupakan salah satu indikasi tercapainya sumber daya
manusia yang berkualitas, karena dengan kepuasan kerja, seorang karyawan dapat
menjalankan tugasnya dengan perasaan senang sehingga perusahaan juga dapat
mencapai hasil yang maksimal. Tingkat kepuasan yang berbeda-beda tersebut bisa
terjadi karena persepsi masing-masing yang dialami oleh karyawan, termasuk
persepsi karyawan terhadap gaji, karena bisa jadi gaji menurut satu karyawan sudah
cukup memuaskan namun untuk karyawan lain kurang memuaskan.
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja, sehingga penulis mengajukan hipotesis
bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja
pada perawat rumah sakit. Subjek dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 563 karyawan. Teknik
pengambilan sampel adalah purposive non random sampling, yaitu subyek yang
dijadikan sampel penelitian didasarkan ciri tertentu. Alat ukur yang digunakan untuk
mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala
persepsi terhadap gaji, dan (2) skala kepuasan kerja. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan korelasi product moment.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (rxy) = 0,552
dengan p < 0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap
gaji maka semakin tinggi kepuasan kerja yang dialami karyawan, sebaliknya
semakin rendah persepsi terhadap gaji maka semakin tinggi kepuasan kerja
karyawan. Rerata empirik variabel persepsi terhadap gaji sebesar 105,380 dengan
rerata hipotetik sebesar 102,5. Sehingga rerata empirik > rerata hipotetik yang
berarti pada umumnya perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
mempunyai persepsi terhadap gaji yang sedang, selanjutnya rerata empirik
variabel kepuasan kerja sebesar 69,570 dengan rerata hipotetik sebesar 70. Jadi
rerata empirik < rerata hipotetik yang berarti pada umumnya perawat Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi mempunyai kepuasan kerja yang juga sedang.
Adapun sumbangan efektif (SE) variabel persepsi terhadap gaji terhadap
kepuasan kerja yakni sebesar 30,5%
Kata kunci : persepsi terhadap gaji, kepuasan kerja.
iv
semakin
PENDAHULUAN
rendah
kemangkirannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
tingkat
Dalam
praktek
kepuasan kerja merupakan salah satu
korelasi itu berarti bahwa seorang
indikasi
tercapainya
daya
karyawan yang puas akan hadir di
manusia
yang
karena
tempat tugas, dalam rapat, dalam apel
dengan
kepuasan
seorang
kecuali ada alasan yang benar-benar
karyawan dapat menjalankan tugasnya
kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya
dengan
sehingga
karyawan yang merasa kurang puas
perusahaan juga dapat mencapai hasil
akan menggunakan berbagai alasan
yang maksimal.
untuk melakukan mangkir kerja, karena
sumber
berkualitas,
perasaan
kerja,
senang
(dalam
itu salah satu cara yang paling efektif
menggambarkan
untuk mengurangi tingkat kemangkiran
kepuasan kerja adalah ketika seseorang
karyawan adalah dengan meningkatkan
bekerja dengan sepenuh kemampuan
kepuasan kerjanya. Indikasi lain bahwa
pada waktunya, sering membicarakan
di suatu perusahaan tingkat kepuasan
soal
karib
kerjanya rendah yakni bila tingkat
ia
turnover (perpindahan tempat kerja)
mengalami kepuasan kerja. Namun jika
tinggi. Seperti diperkuat oleh pendapat
seseorang
mengambil
Smith (1992) yang menyatakan bahwa
kesempatan untuk menghindar dari
kepuasan kerja yang dirasakan oleh
pekerjaannya, dan setelah di rumah
karyawan akan mengarahkan karyawan
dia
pada berkurangnya absensi, kesalahan
Lady
Rasimin
&
Trumbo
1989)
pekerjaannya
kerabatnya.
selalu
Maka
dengan
dikatakan
selalu
berusaha
melupakan
mengerjakan tugas dan turnover.
pekerjaannya, maka dapat dikatakan
Oleh karena itu perlu sekali
karyawan mengalami ketidakpuasan
bahwa karyawan suatu perusahaan atau
kerja.
instansi dapat merasakan kepuasan di
Menurut Siagian (1998), dari
beberapa penelitian terdapat korelasi
tempat
kuat antara tingkat kepuasan seorang
kemangkiran dan turnover bisa ditekan
dengan tingkat kemangkiran, artinya
serendah
karyawan
tingkat
kenyataannya justru masih tetap tinggi
kepuasannya dalam bekerja maka akan
tingkat turnover karyawan termasuk
yang
tinggi
1
kerjanya,
sehingga
mungkin.
namun
tingkat
pada
perawat rumah sakit yang notabene
ketidakpuasan
yang
dialami
diperlukan loyalitasnya pada rumah
sebagian besar karyawannya.
Menurut
sakit demi tercapainya pelayanan yang
oleh
pendapat
maksimal. Seperti hasil laporan dari
Marwansyah & Mukaram(2000) bahwa
Survey yang dilakukan WHO tahun
salah
2003 bahwa banyak perawat yang suka
kepuasan kerja yakni gaji. Namun pada
berpindah dari daerah terpencil yakni
dasarnya kepuasan kerja merupakan
sebesar 36,5%, 17,8% diantaranya
sesuatu
ingin pindah ke perkotaan, 12,5% ingin
karenasetiap individu memliliki tingkat
pindah ke puskesmas, dan sisanya
kepuasan yang berbeda-beda. Tingkat
6,3% ingin pindah ke kabupaten lain.
kepuasan yang berbeda-beda tersebut
satu
yang
yang
mempengaruhi
bersifat
individual,
Fenomena banyaknya perawat
bisa terjadi karena persepsi masing-
yang suka berpindah-pindah tersebut
masing yang dialami oleh karyawan,
diasumsikan
sebagai
indikasi
dari
termasuk persepsi karyawan terhadap
kepuasan
kerja
pada
gaji, karena bisa jadi gaji menurut satu
perawat.Sehingga perlu kiranya suatu
karyawan sudah cukup memuaskan
perusahaan menggali faktor-faktor apa
namun untuk karyawan lain kurang
saja yang dapat memberi kepuasan
memuaskan.
kurangnya
Seperti penelitian yang telah
kerja kepada para karyawan mereka,
karena
dilakukan oleh Clark, Oswald & Warr,
kepuasan kerja tidak dapat muncul
(1996) bahwa ada hubungan langsung
begitu
akan
antara gaji dengan kepuasan kerja, yang
dipengaruhi oleh satu faktor atau lebih
mana kepuasan kerja akan meningkat
yang membuat para karyawan puas
seiring
terhadap pekerjaannya. Apabila faktor-
Selanjutnya
faktor yang mempengaruhi kepuasan
karyawan akan merasa kurang puas
atau
terhadap
termasuk
para
perawat,
saja,
melainkan
ketidakpuasan
kerja
sebagian
tepat
untuk
tergantung
bahwa
pada
termasuk tinggi di perusahaan tempatnya
langkah-langkah
dapat
pekerjaan
pula
gaji.
gaji, bahwa walaupun gaji tersebut sudah
diketahui maka diharapkan perusahaan
mengambil
dikatakan
pula
tingkat “perbandingan” atau tingkatan
besar karyawan di suatu perusahaan
dapat
meningkatnya
bekerja, namun karyawan tersebut masih
menangani
2
kurang puas jika karyawan tersebut yakin
karyawan
kalau karyawan dengan kualifikasi sama
jaminan yang pasti” (Hasibuan, 2002).
di institusi yang lain menerima gaji yang
Atau gaji “merupakan balas jasa yang
lebih tinggi.
diberikan oleh perusahaankepada para
Begitu pula dapat terjadi di
kalangan profesi perawat, gaji
tetap
serta
mempunyai
karyawan yang dapat dinilai dengan
yang
uang dan mempunyaikecenderungan
diterima akan berbeda-beda tergantung
diberikan secara kontinyu” (Nitisemito,
dari masing-masing persepsi.Perawat
2000).
sebagai
pekerja
kesehatan
adalah
penting
dalam
organisasi akan terdapat harapan yang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
secara normatif menentukan apa yang
yang berkualitas (diperkiran jumlah
dimaksud
perawat diseluruh dunia adalah sekitar
seimbang (fair) antara masukan dan
35
pengakuan
hasil.Keadilan di sini dapat dikatakan
tersebut ditegaskan karena peranan
lebih ditujukan untuk mengupayakan
mereka yang sangat penting dalam
peningkatan kesejahteraan karyawan
pelayanan kesehatan yang tidak hanya
dan peningkatan kualitas sumber daya
berhubungan
manusia
komponen
juta,
penyakit
yang
tahun
1998),
dengan
tetapi
juga
Masalah
pencegahan
upah/gaji
dengan
hubungan
seperti
dalam
yang
memberikan
berhubungan
kesempatan pelatihan dan pendidikan
dengan upaya-upaya peningkatan dan
lanjutan agar karyawan dapat lebih
perbaikan kesehatan fisik dan mental
memahami dan mengerti tugasnya
masyarakat.
sehingga
Tuntutan yang tinggi dari
diharapkan
menimbulkan
sikap kerja yang positif serta hasil kerja
pekerjaan yakni jam tambahan lainnya
yang optimal.
diluar jam kerja dan kerja shift itulah
Handoko (1993), bahwa gaji
yang membuat perawat mudah stress
adalah pemberian pembayaran finansial
dan merasa kelelahan sehingga ingin
kepada karyawan sebagai balas jasa
mendapatkan gaji yang tinggi, dan
untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan
banyak terjadi turnover.
sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan
Gaji adalah “balas jasa yang
dibayar
secara
periodik
di waktu yang akan datang. Persepsi itu
kepada
sendiri akan berkaitan erat dengan
3
tanggapan seseorang terhadap obyek
pengukuran psikologis. Ada dua skala
pengamatan. Persepsi terhadap gaji
yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu tanggapan seorang karyawan
yaitu skala persepsi terhadap gajidan
terhadap
skala kepuasan kerja.
penetapan
pemberian
gaji
dan
yang
ketentuan
diberlakukan
Teknik analisis yang digunakan
untuk menghubungkan antara persepsi
dalam perusahaan tersebut.
Sebagai manusia, karyawan
terhadap gajidengan kepuasan kerja
mempunyai persepsi hasil dan masukan
pada perawat Rumah Sakit adalah SPS
yang diberikan oleh perusahan dan
(seri program statistik) dengan analisis
situasi
product moment.
kerja. Dalam kenyataannya
sering timbul perasaan ketidakadilan,
karena
karyawan
mempersepsikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
bahwa masih ada kesenjangan antara
dikumpulkan
masukan dan hasil.
Dari
permasalahan
dalam
dengan
penelitian
ini
menggunakan
skala.
tersebut
maka muncul pertanyaan: apakah ada
Sebelum analisa data dilakukan
hubungan antara persepsi terhadap gaji
dengan teknik analisis product moment,
dengan kepuasan kerja pada perawat?
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi uji normalitas sebaran
Pada akhirnya untuk menjawab
dan uji linearitas.
permasalahan tersebut peneliti tertarik
untuk mengambil judul
“Hubungan
Nilai
koefisien
korelasi
(r)
Antara Persepsi Terhadap GajiDengan
sebesar0,552 dengan p < 0,01. Hasil
Kepuasan Kerja pada perawat”
tersebut menunjukkan ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini
kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap
adalah perawat Rumah Sakit Dr.
gaji maka semakin tinggi kepuasan
Moewardi Surakarta yang berjumlah
kerja pada perawat, sebaliknya semakin
563 perawat.
rendah persepsi terhadap gaji maka
Pengumpulan
penelitian
ini
data
menggunakan
semakin rendah pula kepuasan kerja
dalam
skala
4
pada perawat, yang mana hal tersebut
Situasi yang demikian sibuk dan selalu
menunjukkan bahwa hipotesis terbukti.
dikejar waktu tersebut itulah yang
Skor rerata persepsi terhadap
menyebabkan para perawat RSUD
gaji pada perawat Rumah Sakit Dr.
merasa bahwa gaji mereka sudah
Moewardi Surakarta tergolong sedang
sewajarnya sejumlah yang sekarang
yang
rerata
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
empirik (ME) = 105,380,yang mana
persepsi perawat Rumah Sakit Dr.
lebih besar dari rerata hipotetiknya
Moewardi
sebesar
mereka
ditunjukkan
102,5.
dengan
Kategori
persepsi
Surakarta
termasuk
terhadap
sedang
gaji
yang
terhadap gaji yangsedang pada perawat
disebabkan oleh faktor situasi tersebut.
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
Dari persepsi
tersebut disebabkan oleh faktor situasi.
termasuk sedang untuk selanjutnya
Menurut
membuat para perawat juga hanya
2003)
Gibson
bahwa
(dalam
faktor
Baskoro,
yang
terhadap gaji
yang
mengalami kepuasan kerja yang tidak
dapat
tinggi atau sedang.
mempengaruhi persepsi adalah faktor
Selain faktor situasi, persepsi
situasi, yaitu faktor yang berkaitan
dengan tekanan waktu, sikap orang
individu
yang bekerjasama dengan manajer dan
Baskoro, 2003) juga dipengaruhi oleh
faktor
faktor emosi. Karena terlalu banyak
situasi
lain
yang
akan
menurut
pasien
perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi
mempunyai banyak karakter sehingga
Surakarta tentunya banyak mendapat
sedikit banyak hal itu cukp menguras
tekanan waktu karena tenaga kesehatan
banyak emosi pada perawat, khususnya
yang terbatas padahal jumlah pasien
pada pasien yang banyak mengeluh dan
setiap harinya sangat banyak, sehingga
banyak melakukan protes terhadap
para perawat merasakan bahwa waktu
pelayanan kesehatan yang diberikan
mereka
karena
oleh para perawat, sehingga pada
pekerjaan mereka selalu diburu waktu
akhirnya gaji sebagai pegawai negeri di
demi
bidang
melayani
sempit,
para
pasien
yang
harus
(dalam
mempengaruhi ketelitian persepsi. Pada
sangat
yang
Gibson
layanan
dan
kesehatan
yang
lumayan
tinggi
bermacam-macam kasus penyakitnya
notabene
dan juga jumlah yang terlalu banyak.
dibandingkan karyawan pabrik, akan
5
sudah
dilayani
tetap dipersepsikan sedang oleh para
pendapat As’ad (2000) bahwa salah
perawat
karena
satu yang mempengaruhi kepuasan
anggapan mereka bahwa gaji yang
kerja yakni kondisi kerja sebagai
cukup tinggi dibandingkan pekerjaan
bagian
sektor
sudah
pekerjaan yang meliputi meliputi upah,
sesuai
pengawasan, ketentraman kerja, dan
dengan beban berat pekerjaan mereka
kesempatan untuk maju. Ditambahkan
sebagai perawat yang harus bisa selalu
oleh Burt (dalam As’ad,2000) bahwa
sabar menghadapi banyak karakter
faktor emosi juga dapat mempengaruhi
pasien.
kepuasan kerja. Banyaknya pasien
RSUD
Moewardi,
swasta
semestinya
tersebut
mereka
terima
dari
faktor
utama
dalam
Skor rerata kepuasan kerja pada
yang harus ditangani dengan penuh
perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi
kesabaran, tentunya banyak menguras
Surakarta
emosi
juga
tergolong
sedang,
sehingga
menyebabkan
rerataempirik
kepuasan kerja perawat Rumah Sakit
(ME) = 69,570,yang mana lebih rendah
Dr. Moewardi Surakarta yang hanya
dari rerata hipotetiknya sebesar 70.
sedang saja.
Kepuasan kerja yang sedang pada
Hasil
ditunjukkan
dengan
penelitian
ini
perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi
menunjukkan bahwa hipotesis terbukti
Surakarta disebabkan oleh persepsi
yakni ada hubungan antara persepsi
terhadap gaji yang juga sedang. Selain
terhadap gaji dengan kepuasan kerja
itu
perawat
pada perawat rumah sakit, namun
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
terdapat beberapa keterbatasan dalam
tentunya juga tidak hanya dipengaruhi
penelitian ini antara lain:
kepuasan
kerja
pada
oleh persepsi terhadap gaji mereka.
1.
Kelelahan secara mental dan fisik
penelitian
dalam
penelitian yang dilakukan yaitu Rumah
melayani
pasien
membuat
Dr.
Generalisasi
terbatas
hasil-hasil
pada
kepuasan kerja tidak terlalu tinggi,
Sakit
Moewardi
sebab kelelahan secara mental dan fisik
sehingga
termasuk dalam kondisi kerja yang
digeneralisasi di rumah sakit lain.
kurang
lokasi
Surakarta,
tepat
untuk
dapat mempengaruhi kepuasan kerja
2. Tidak diketahuinya variasi
karyawan. Hal tersebut sesuai dengan
yang mungkin terjadi akibat kontribusi
6
Siagian, S. P.1998. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
variabel lain, seperti aspek kepribadian
tertentu (trait kepribadian Big Five),
jenis kelamin, dsb karena analisis
Smith, P. C. 1992. In Pursuit of
Happiness: Why study general
job satisfaction. In C. J Cranny,
P.C. Smith & E. F. Stone (eds.),
Job Satisfaction. New York:
Lexington Books.
penelitian ini tidak melibatkan berbagai
faktor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, D. 2003. Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Pengawasan
Dan Stress Kerja Dengan
Produktivitas Kerja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
UMS.
Clark A. ; Oswaled, J. & Warr, P. 1996.
Is Job satisfaction is U-sapped in
age ? Journal of occupational
Psychology. 69, pp. 57-81.
Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi Revisi,
Penerbit PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Handoko,
T.
1993.Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara,
Marwansyah & Mukaram. 2000.
Manajemen
sumber
daya
manusia.
Bandung:
Pusat
Penerbit Administrasi Niaga
Politeknik Negri Bandung.
Nitisemito, A.S. 2000. Manajemen
Personalia, Cetakan Kedelapan.
Jakarta:
Penerbit
Ghalia
Indonesia
Rasimin, 1989. Kursus Manajemen
Keuangan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
7
DENGAN KEPUASAN KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Oleh :
DWI AJENG WIDYAANTARI
F 100 090 089
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh:
DWI AJENG WIDYAANTARI
F 100 090 089
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA PADA
PERAWAT RUMAH SAKIT
Dwi Ajeng Widya Antari
Drs. Mohammad Amir, M.Si
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstraksi
Kepuasan kerja merupakan salah satu indikasi tercapainya sumber daya
manusia yang berkualitas, karena dengan kepuasan kerja, seorang karyawan dapat
menjalankan tugasnya dengan perasaan senang sehingga perusahaan juga dapat
mencapai hasil yang maksimal. Tingkat kepuasan yang berbeda-beda tersebut bisa
terjadi karena persepsi masing-masing yang dialami oleh karyawan, termasuk
persepsi karyawan terhadap gaji, karena bisa jadi gaji menurut satu karyawan sudah
cukup memuaskan namun untuk karyawan lain kurang memuaskan.
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja, sehingga penulis mengajukan hipotesis
bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja
pada perawat rumah sakit. Subjek dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 563 karyawan. Teknik
pengambilan sampel adalah purposive non random sampling, yaitu subyek yang
dijadikan sampel penelitian didasarkan ciri tertentu. Alat ukur yang digunakan untuk
mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala
persepsi terhadap gaji, dan (2) skala kepuasan kerja. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan korelasi product moment.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (rxy) = 0,552
dengan p < 0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap
gaji maka semakin tinggi kepuasan kerja yang dialami karyawan, sebaliknya
semakin rendah persepsi terhadap gaji maka semakin tinggi kepuasan kerja
karyawan. Rerata empirik variabel persepsi terhadap gaji sebesar 105,380 dengan
rerata hipotetik sebesar 102,5. Sehingga rerata empirik > rerata hipotetik yang
berarti pada umumnya perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
mempunyai persepsi terhadap gaji yang sedang, selanjutnya rerata empirik
variabel kepuasan kerja sebesar 69,570 dengan rerata hipotetik sebesar 70. Jadi
rerata empirik < rerata hipotetik yang berarti pada umumnya perawat Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi mempunyai kepuasan kerja yang juga sedang.
Adapun sumbangan efektif (SE) variabel persepsi terhadap gaji terhadap
kepuasan kerja yakni sebesar 30,5%
Kata kunci : persepsi terhadap gaji, kepuasan kerja.
iv
semakin
PENDAHULUAN
rendah
kemangkirannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
tingkat
Dalam
praktek
kepuasan kerja merupakan salah satu
korelasi itu berarti bahwa seorang
indikasi
tercapainya
daya
karyawan yang puas akan hadir di
manusia
yang
karena
tempat tugas, dalam rapat, dalam apel
dengan
kepuasan
seorang
kecuali ada alasan yang benar-benar
karyawan dapat menjalankan tugasnya
kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya
dengan
sehingga
karyawan yang merasa kurang puas
perusahaan juga dapat mencapai hasil
akan menggunakan berbagai alasan
yang maksimal.
untuk melakukan mangkir kerja, karena
sumber
berkualitas,
perasaan
kerja,
senang
(dalam
itu salah satu cara yang paling efektif
menggambarkan
untuk mengurangi tingkat kemangkiran
kepuasan kerja adalah ketika seseorang
karyawan adalah dengan meningkatkan
bekerja dengan sepenuh kemampuan
kepuasan kerjanya. Indikasi lain bahwa
pada waktunya, sering membicarakan
di suatu perusahaan tingkat kepuasan
soal
karib
kerjanya rendah yakni bila tingkat
ia
turnover (perpindahan tempat kerja)
mengalami kepuasan kerja. Namun jika
tinggi. Seperti diperkuat oleh pendapat
seseorang
mengambil
Smith (1992) yang menyatakan bahwa
kesempatan untuk menghindar dari
kepuasan kerja yang dirasakan oleh
pekerjaannya, dan setelah di rumah
karyawan akan mengarahkan karyawan
dia
pada berkurangnya absensi, kesalahan
Lady
Rasimin
&
Trumbo
1989)
pekerjaannya
kerabatnya.
selalu
Maka
dengan
dikatakan
selalu
berusaha
melupakan
mengerjakan tugas dan turnover.
pekerjaannya, maka dapat dikatakan
Oleh karena itu perlu sekali
karyawan mengalami ketidakpuasan
bahwa karyawan suatu perusahaan atau
kerja.
instansi dapat merasakan kepuasan di
Menurut Siagian (1998), dari
beberapa penelitian terdapat korelasi
tempat
kuat antara tingkat kepuasan seorang
kemangkiran dan turnover bisa ditekan
dengan tingkat kemangkiran, artinya
serendah
karyawan
tingkat
kenyataannya justru masih tetap tinggi
kepuasannya dalam bekerja maka akan
tingkat turnover karyawan termasuk
yang
tinggi
1
kerjanya,
sehingga
mungkin.
namun
tingkat
pada
perawat rumah sakit yang notabene
ketidakpuasan
yang
dialami
diperlukan loyalitasnya pada rumah
sebagian besar karyawannya.
Menurut
sakit demi tercapainya pelayanan yang
oleh
pendapat
maksimal. Seperti hasil laporan dari
Marwansyah & Mukaram(2000) bahwa
Survey yang dilakukan WHO tahun
salah
2003 bahwa banyak perawat yang suka
kepuasan kerja yakni gaji. Namun pada
berpindah dari daerah terpencil yakni
dasarnya kepuasan kerja merupakan
sebesar 36,5%, 17,8% diantaranya
sesuatu
ingin pindah ke perkotaan, 12,5% ingin
karenasetiap individu memliliki tingkat
pindah ke puskesmas, dan sisanya
kepuasan yang berbeda-beda. Tingkat
6,3% ingin pindah ke kabupaten lain.
kepuasan yang berbeda-beda tersebut
satu
yang
yang
mempengaruhi
bersifat
individual,
Fenomena banyaknya perawat
bisa terjadi karena persepsi masing-
yang suka berpindah-pindah tersebut
masing yang dialami oleh karyawan,
diasumsikan
sebagai
indikasi
dari
termasuk persepsi karyawan terhadap
kepuasan
kerja
pada
gaji, karena bisa jadi gaji menurut satu
perawat.Sehingga perlu kiranya suatu
karyawan sudah cukup memuaskan
perusahaan menggali faktor-faktor apa
namun untuk karyawan lain kurang
saja yang dapat memberi kepuasan
memuaskan.
kurangnya
Seperti penelitian yang telah
kerja kepada para karyawan mereka,
karena
dilakukan oleh Clark, Oswald & Warr,
kepuasan kerja tidak dapat muncul
(1996) bahwa ada hubungan langsung
begitu
akan
antara gaji dengan kepuasan kerja, yang
dipengaruhi oleh satu faktor atau lebih
mana kepuasan kerja akan meningkat
yang membuat para karyawan puas
seiring
terhadap pekerjaannya. Apabila faktor-
Selanjutnya
faktor yang mempengaruhi kepuasan
karyawan akan merasa kurang puas
atau
terhadap
termasuk
para
perawat,
saja,
melainkan
ketidakpuasan
kerja
sebagian
tepat
untuk
tergantung
bahwa
pada
termasuk tinggi di perusahaan tempatnya
langkah-langkah
dapat
pekerjaan
pula
gaji.
gaji, bahwa walaupun gaji tersebut sudah
diketahui maka diharapkan perusahaan
mengambil
dikatakan
pula
tingkat “perbandingan” atau tingkatan
besar karyawan di suatu perusahaan
dapat
meningkatnya
bekerja, namun karyawan tersebut masih
menangani
2
kurang puas jika karyawan tersebut yakin
karyawan
kalau karyawan dengan kualifikasi sama
jaminan yang pasti” (Hasibuan, 2002).
di institusi yang lain menerima gaji yang
Atau gaji “merupakan balas jasa yang
lebih tinggi.
diberikan oleh perusahaankepada para
Begitu pula dapat terjadi di
kalangan profesi perawat, gaji
tetap
serta
mempunyai
karyawan yang dapat dinilai dengan
yang
uang dan mempunyaikecenderungan
diterima akan berbeda-beda tergantung
diberikan secara kontinyu” (Nitisemito,
dari masing-masing persepsi.Perawat
2000).
sebagai
pekerja
kesehatan
adalah
penting
dalam
organisasi akan terdapat harapan yang
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
secara normatif menentukan apa yang
yang berkualitas (diperkiran jumlah
dimaksud
perawat diseluruh dunia adalah sekitar
seimbang (fair) antara masukan dan
35
pengakuan
hasil.Keadilan di sini dapat dikatakan
tersebut ditegaskan karena peranan
lebih ditujukan untuk mengupayakan
mereka yang sangat penting dalam
peningkatan kesejahteraan karyawan
pelayanan kesehatan yang tidak hanya
dan peningkatan kualitas sumber daya
berhubungan
manusia
komponen
juta,
penyakit
yang
tahun
1998),
dengan
tetapi
juga
Masalah
pencegahan
upah/gaji
dengan
hubungan
seperti
dalam
yang
memberikan
berhubungan
kesempatan pelatihan dan pendidikan
dengan upaya-upaya peningkatan dan
lanjutan agar karyawan dapat lebih
perbaikan kesehatan fisik dan mental
memahami dan mengerti tugasnya
masyarakat.
sehingga
Tuntutan yang tinggi dari
diharapkan
menimbulkan
sikap kerja yang positif serta hasil kerja
pekerjaan yakni jam tambahan lainnya
yang optimal.
diluar jam kerja dan kerja shift itulah
Handoko (1993), bahwa gaji
yang membuat perawat mudah stress
adalah pemberian pembayaran finansial
dan merasa kelelahan sehingga ingin
kepada karyawan sebagai balas jasa
mendapatkan gaji yang tinggi, dan
untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan
banyak terjadi turnover.
sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan
Gaji adalah “balas jasa yang
dibayar
secara
periodik
di waktu yang akan datang. Persepsi itu
kepada
sendiri akan berkaitan erat dengan
3
tanggapan seseorang terhadap obyek
pengukuran psikologis. Ada dua skala
pengamatan. Persepsi terhadap gaji
yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu tanggapan seorang karyawan
yaitu skala persepsi terhadap gajidan
terhadap
skala kepuasan kerja.
penetapan
pemberian
gaji
dan
yang
ketentuan
diberlakukan
Teknik analisis yang digunakan
untuk menghubungkan antara persepsi
dalam perusahaan tersebut.
Sebagai manusia, karyawan
terhadap gajidengan kepuasan kerja
mempunyai persepsi hasil dan masukan
pada perawat Rumah Sakit adalah SPS
yang diberikan oleh perusahan dan
(seri program statistik) dengan analisis
situasi
product moment.
kerja. Dalam kenyataannya
sering timbul perasaan ketidakadilan,
karena
karyawan
mempersepsikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
bahwa masih ada kesenjangan antara
dikumpulkan
masukan dan hasil.
Dari
permasalahan
dalam
dengan
penelitian
ini
menggunakan
skala.
tersebut
maka muncul pertanyaan: apakah ada
Sebelum analisa data dilakukan
hubungan antara persepsi terhadap gaji
dengan teknik analisis product moment,
dengan kepuasan kerja pada perawat?
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi uji normalitas sebaran
Pada akhirnya untuk menjawab
dan uji linearitas.
permasalahan tersebut peneliti tertarik
untuk mengambil judul
“Hubungan
Nilai
koefisien
korelasi
(r)
Antara Persepsi Terhadap GajiDengan
sebesar0,552 dengan p < 0,01. Hasil
Kepuasan Kerja pada perawat”
tersebut menunjukkan ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini
kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap
adalah perawat Rumah Sakit Dr.
gaji maka semakin tinggi kepuasan
Moewardi Surakarta yang berjumlah
kerja pada perawat, sebaliknya semakin
563 perawat.
rendah persepsi terhadap gaji maka
Pengumpulan
penelitian
ini
data
menggunakan
semakin rendah pula kepuasan kerja
dalam
skala
4
pada perawat, yang mana hal tersebut
Situasi yang demikian sibuk dan selalu
menunjukkan bahwa hipotesis terbukti.
dikejar waktu tersebut itulah yang
Skor rerata persepsi terhadap
menyebabkan para perawat RSUD
gaji pada perawat Rumah Sakit Dr.
merasa bahwa gaji mereka sudah
Moewardi Surakarta tergolong sedang
sewajarnya sejumlah yang sekarang
yang
rerata
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
empirik (ME) = 105,380,yang mana
persepsi perawat Rumah Sakit Dr.
lebih besar dari rerata hipotetiknya
Moewardi
sebesar
mereka
ditunjukkan
102,5.
dengan
Kategori
persepsi
Surakarta
termasuk
terhadap
sedang
gaji
yang
terhadap gaji yangsedang pada perawat
disebabkan oleh faktor situasi tersebut.
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
Dari persepsi
tersebut disebabkan oleh faktor situasi.
termasuk sedang untuk selanjutnya
Menurut
membuat para perawat juga hanya
2003)
Gibson
bahwa
(dalam
faktor
Baskoro,
yang
terhadap gaji
yang
mengalami kepuasan kerja yang tidak
dapat
tinggi atau sedang.
mempengaruhi persepsi adalah faktor
Selain faktor situasi, persepsi
situasi, yaitu faktor yang berkaitan
dengan tekanan waktu, sikap orang
individu
yang bekerjasama dengan manajer dan
Baskoro, 2003) juga dipengaruhi oleh
faktor
faktor emosi. Karena terlalu banyak
situasi
lain
yang
akan
menurut
pasien
perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi
mempunyai banyak karakter sehingga
Surakarta tentunya banyak mendapat
sedikit banyak hal itu cukp menguras
tekanan waktu karena tenaga kesehatan
banyak emosi pada perawat, khususnya
yang terbatas padahal jumlah pasien
pada pasien yang banyak mengeluh dan
setiap harinya sangat banyak, sehingga
banyak melakukan protes terhadap
para perawat merasakan bahwa waktu
pelayanan kesehatan yang diberikan
mereka
karena
oleh para perawat, sehingga pada
pekerjaan mereka selalu diburu waktu
akhirnya gaji sebagai pegawai negeri di
demi
bidang
melayani
sempit,
para
pasien
yang
harus
(dalam
mempengaruhi ketelitian persepsi. Pada
sangat
yang
Gibson
layanan
dan
kesehatan
yang
lumayan
tinggi
bermacam-macam kasus penyakitnya
notabene
dan juga jumlah yang terlalu banyak.
dibandingkan karyawan pabrik, akan
5
sudah
dilayani
tetap dipersepsikan sedang oleh para
pendapat As’ad (2000) bahwa salah
perawat
karena
satu yang mempengaruhi kepuasan
anggapan mereka bahwa gaji yang
kerja yakni kondisi kerja sebagai
cukup tinggi dibandingkan pekerjaan
bagian
sektor
sudah
pekerjaan yang meliputi meliputi upah,
sesuai
pengawasan, ketentraman kerja, dan
dengan beban berat pekerjaan mereka
kesempatan untuk maju. Ditambahkan
sebagai perawat yang harus bisa selalu
oleh Burt (dalam As’ad,2000) bahwa
sabar menghadapi banyak karakter
faktor emosi juga dapat mempengaruhi
pasien.
kepuasan kerja. Banyaknya pasien
RSUD
Moewardi,
swasta
semestinya
tersebut
mereka
terima
dari
faktor
utama
dalam
Skor rerata kepuasan kerja pada
yang harus ditangani dengan penuh
perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi
kesabaran, tentunya banyak menguras
Surakarta
emosi
juga
tergolong
sedang,
sehingga
menyebabkan
rerataempirik
kepuasan kerja perawat Rumah Sakit
(ME) = 69,570,yang mana lebih rendah
Dr. Moewardi Surakarta yang hanya
dari rerata hipotetiknya sebesar 70.
sedang saja.
Kepuasan kerja yang sedang pada
Hasil
ditunjukkan
dengan
penelitian
ini
perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi
menunjukkan bahwa hipotesis terbukti
Surakarta disebabkan oleh persepsi
yakni ada hubungan antara persepsi
terhadap gaji yang juga sedang. Selain
terhadap gaji dengan kepuasan kerja
itu
perawat
pada perawat rumah sakit, namun
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
terdapat beberapa keterbatasan dalam
tentunya juga tidak hanya dipengaruhi
penelitian ini antara lain:
kepuasan
kerja
pada
oleh persepsi terhadap gaji mereka.
1.
Kelelahan secara mental dan fisik
penelitian
dalam
penelitian yang dilakukan yaitu Rumah
melayani
pasien
membuat
Dr.
Generalisasi
terbatas
hasil-hasil
pada
kepuasan kerja tidak terlalu tinggi,
Sakit
Moewardi
sebab kelelahan secara mental dan fisik
sehingga
termasuk dalam kondisi kerja yang
digeneralisasi di rumah sakit lain.
kurang
lokasi
Surakarta,
tepat
untuk
dapat mempengaruhi kepuasan kerja
2. Tidak diketahuinya variasi
karyawan. Hal tersebut sesuai dengan
yang mungkin terjadi akibat kontribusi
6
Siagian, S. P.1998. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
variabel lain, seperti aspek kepribadian
tertentu (trait kepribadian Big Five),
jenis kelamin, dsb karena analisis
Smith, P. C. 1992. In Pursuit of
Happiness: Why study general
job satisfaction. In C. J Cranny,
P.C. Smith & E. F. Stone (eds.),
Job Satisfaction. New York:
Lexington Books.
penelitian ini tidak melibatkan berbagai
faktor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, D. 2003. Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Pengawasan
Dan Stress Kerja Dengan
Produktivitas Kerja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
UMS.
Clark A. ; Oswaled, J. & Warr, P. 1996.
Is Job satisfaction is U-sapped in
age ? Journal of occupational
Psychology. 69, pp. 57-81.
Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi Revisi,
Penerbit PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Handoko,
T.
1993.Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara,
Marwansyah & Mukaram. 2000.
Manajemen
sumber
daya
manusia.
Bandung:
Pusat
Penerbit Administrasi Niaga
Politeknik Negri Bandung.
Nitisemito, A.S. 2000. Manajemen
Personalia, Cetakan Kedelapan.
Jakarta:
Penerbit
Ghalia
Indonesia
Rasimin, 1989. Kursus Manajemen
Keuangan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
7