HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaji Dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat Rumah Sakit.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh :
DWI AJENG WIDYAANTARI
F 100 090 089

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA
PADA PERAWAT RUMAH SAKIT


Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan oleh:
DWI AJENG WIDYAANTARI
F 100 090 089

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI
DENGAN KEPUASAN KERJA PADA
PERAWAT RUMAH SAKIT

Dwi Ajeng Widya Antari
Drs. Mohammad Amir, M.Si
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstraksi
Kepuasan kerja merupakan salah satu indikasi tercapainya sumber daya
manusia yang berkualitas, karena dengan kepuasan kerja, seorang karyawan dapat
menjalankan tugasnya dengan perasaan senang sehingga perusahaan juga dapat
mencapai hasil yang maksimal. Tingkat kepuasan yang berbeda-beda tersebut bisa
terjadi karena persepsi masing-masing yang dialami oleh karyawan, termasuk
persepsi karyawan terhadap gaji, karena bisa jadi gaji menurut satu karyawan sudah
cukup memuaskan namun untuk karyawan lain kurang memuaskan.
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja, sehingga penulis mengajukan hipotesis
bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja
pada perawat rumah sakit. Subjek dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 563 karyawan. Teknik
pengambilan sampel adalah purposive non random sampling, yaitu subyek yang
dijadikan sampel penelitian didasarkan ciri tertentu. Alat ukur yang digunakan untuk
mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala

persepsi terhadap gaji, dan (2) skala kepuasan kerja. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan korelasi product moment.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (rxy) = 0,552
dengan p < 0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap
gaji maka semakin tinggi kepuasan kerja yang dialami karyawan, sebaliknya
semakin rendah persepsi terhadap gaji maka semakin tinggi kepuasan kerja
karyawan. Rerata empirik variabel persepsi terhadap gaji sebesar 105,380 dengan
rerata hipotetik sebesar 102,5. Sehingga rerata empirik > rerata hipotetik yang
berarti pada umumnya perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
mempunyai persepsi terhadap gaji yang sedang, selanjutnya rerata empirik
variabel kepuasan kerja sebesar 69,570 dengan rerata hipotetik sebesar 70. Jadi
rerata empirik < rerata hipotetik yang berarti pada umumnya perawat Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi mempunyai kepuasan kerja yang juga sedang.
Adapun sumbangan efektif (SE) variabel persepsi terhadap gaji terhadap
kepuasan kerja yakni sebesar 30,5%
Kata kunci : persepsi terhadap gaji, kepuasan kerja.

iv


semakin

PENDAHULUAN

rendah

kemangkirannya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa

tingkat

Dalam

praktek

kepuasan kerja merupakan salah satu

korelasi itu berarti bahwa seorang


indikasi

tercapainya

daya

karyawan yang puas akan hadir di

manusia

yang

karena

tempat tugas, dalam rapat, dalam apel

dengan

kepuasan


seorang

kecuali ada alasan yang benar-benar

karyawan dapat menjalankan tugasnya

kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya

dengan

sehingga

karyawan yang merasa kurang puas

perusahaan juga dapat mencapai hasil

akan menggunakan berbagai alasan

yang maksimal.


untuk melakukan mangkir kerja, karena

sumber

berkualitas,

perasaan

kerja,

senang

(dalam

itu salah satu cara yang paling efektif

menggambarkan

untuk mengurangi tingkat kemangkiran


kepuasan kerja adalah ketika seseorang

karyawan adalah dengan meningkatkan

bekerja dengan sepenuh kemampuan

kepuasan kerjanya. Indikasi lain bahwa

pada waktunya, sering membicarakan

di suatu perusahaan tingkat kepuasan

soal

karib

kerjanya rendah yakni bila tingkat

ia


turnover (perpindahan tempat kerja)

mengalami kepuasan kerja. Namun jika

tinggi. Seperti diperkuat oleh pendapat

seseorang

mengambil

Smith (1992) yang menyatakan bahwa

kesempatan untuk menghindar dari

kepuasan kerja yang dirasakan oleh

pekerjaannya, dan setelah di rumah

karyawan akan mengarahkan karyawan


dia

pada berkurangnya absensi, kesalahan

Lady
Rasimin

&

Trumbo

1989)

pekerjaannya

kerabatnya.

selalu

Maka


dengan
dikatakan

selalu

berusaha

melupakan

mengerjakan tugas dan turnover.

pekerjaannya, maka dapat dikatakan

Oleh karena itu perlu sekali

karyawan mengalami ketidakpuasan

bahwa karyawan suatu perusahaan atau

kerja.

instansi dapat merasakan kepuasan di

Menurut Siagian (1998), dari
beberapa penelitian terdapat korelasi

tempat

kuat antara tingkat kepuasan seorang

kemangkiran dan turnover bisa ditekan

dengan tingkat kemangkiran, artinya

serendah

karyawan

tingkat

kenyataannya justru masih tetap tinggi

kepuasannya dalam bekerja maka akan

tingkat turnover karyawan termasuk

yang

tinggi

1

kerjanya,

sehingga

mungkin.

namun

tingkat

pada

perawat rumah sakit yang notabene

ketidakpuasan

yang

dialami

diperlukan loyalitasnya pada rumah

sebagian besar karyawannya.
Menurut

sakit demi tercapainya pelayanan yang

oleh

pendapat

maksimal. Seperti hasil laporan dari

Marwansyah & Mukaram(2000) bahwa

Survey yang dilakukan WHO tahun

salah

2003 bahwa banyak perawat yang suka

kepuasan kerja yakni gaji. Namun pada

berpindah dari daerah terpencil yakni

dasarnya kepuasan kerja merupakan

sebesar 36,5%, 17,8% diantaranya

sesuatu

ingin pindah ke perkotaan, 12,5% ingin

karenasetiap individu memliliki tingkat

pindah ke puskesmas, dan sisanya

kepuasan yang berbeda-beda. Tingkat

6,3% ingin pindah ke kabupaten lain.

kepuasan yang berbeda-beda tersebut

satu

yang

yang

mempengaruhi

bersifat

individual,

Fenomena banyaknya perawat

bisa terjadi karena persepsi masing-

yang suka berpindah-pindah tersebut

masing yang dialami oleh karyawan,

diasumsikan

sebagai

indikasi

dari

termasuk persepsi karyawan terhadap

kepuasan

kerja

pada

gaji, karena bisa jadi gaji menurut satu

perawat.Sehingga perlu kiranya suatu

karyawan sudah cukup memuaskan

perusahaan menggali faktor-faktor apa

namun untuk karyawan lain kurang

saja yang dapat memberi kepuasan

memuaskan.

kurangnya

Seperti penelitian yang telah

kerja kepada para karyawan mereka,
karena

dilakukan oleh Clark, Oswald & Warr,

kepuasan kerja tidak dapat muncul

(1996) bahwa ada hubungan langsung

begitu

akan

antara gaji dengan kepuasan kerja, yang

dipengaruhi oleh satu faktor atau lebih

mana kepuasan kerja akan meningkat

yang membuat para karyawan puas

seiring

terhadap pekerjaannya. Apabila faktor-

Selanjutnya

faktor yang mempengaruhi kepuasan

karyawan akan merasa kurang puas

atau

terhadap

termasuk

para

perawat,

saja,

melainkan

ketidakpuasan

kerja

sebagian

tepat

untuk

tergantung

bahwa

pada

termasuk tinggi di perusahaan tempatnya

langkah-langkah

dapat

pekerjaan

pula

gaji.

gaji, bahwa walaupun gaji tersebut sudah

diketahui maka diharapkan perusahaan
mengambil

dikatakan

pula

tingkat “perbandingan” atau tingkatan

besar karyawan di suatu perusahaan

dapat

meningkatnya

bekerja, namun karyawan tersebut masih

menangani

2

kurang puas jika karyawan tersebut yakin

karyawan

kalau karyawan dengan kualifikasi sama

jaminan yang pasti” (Hasibuan, 2002).

di institusi yang lain menerima gaji yang

Atau gaji “merupakan balas jasa yang

lebih tinggi.

diberikan oleh perusahaankepada para

Begitu pula dapat terjadi di
kalangan profesi perawat, gaji

tetap

serta

mempunyai

karyawan yang dapat dinilai dengan

yang

uang dan mempunyaikecenderungan

diterima akan berbeda-beda tergantung

diberikan secara kontinyu” (Nitisemito,

dari masing-masing persepsi.Perawat

2000).

sebagai

pekerja

kesehatan

adalah

penting

dalam

organisasi akan terdapat harapan yang

penyelenggaraan pelayanan kesehatan

secara normatif menentukan apa yang

yang berkualitas (diperkiran jumlah

dimaksud

perawat diseluruh dunia adalah sekitar

seimbang (fair) antara masukan dan

35

pengakuan

hasil.Keadilan di sini dapat dikatakan

tersebut ditegaskan karena peranan

lebih ditujukan untuk mengupayakan

mereka yang sangat penting dalam

peningkatan kesejahteraan karyawan

pelayanan kesehatan yang tidak hanya

dan peningkatan kualitas sumber daya

berhubungan

manusia

komponen

juta,

penyakit

yang

tahun

1998),

dengan

tetapi

juga

Masalah

pencegahan

upah/gaji

dengan

hubungan

seperti

dalam

yang

memberikan

berhubungan

kesempatan pelatihan dan pendidikan

dengan upaya-upaya peningkatan dan

lanjutan agar karyawan dapat lebih

perbaikan kesehatan fisik dan mental

memahami dan mengerti tugasnya

masyarakat.

sehingga

Tuntutan yang tinggi dari

diharapkan

menimbulkan

sikap kerja yang positif serta hasil kerja

pekerjaan yakni jam tambahan lainnya

yang optimal.

diluar jam kerja dan kerja shift itulah

Handoko (1993), bahwa gaji

yang membuat perawat mudah stress

adalah pemberian pembayaran finansial

dan merasa kelelahan sehingga ingin

kepada karyawan sebagai balas jasa

mendapatkan gaji yang tinggi, dan

untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan

banyak terjadi turnover.

sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan

Gaji adalah “balas jasa yang
dibayar

secara

periodik

di waktu yang akan datang. Persepsi itu

kepada

sendiri akan berkaitan erat dengan

3

tanggapan seseorang terhadap obyek

pengukuran psikologis. Ada dua skala

pengamatan. Persepsi terhadap gaji

yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu tanggapan seorang karyawan

yaitu skala persepsi terhadap gajidan

terhadap

skala kepuasan kerja.

penetapan

pemberian

gaji

dan

yang

ketentuan

diberlakukan

Teknik analisis yang digunakan
untuk menghubungkan antara persepsi

dalam perusahaan tersebut.
Sebagai manusia, karyawan

terhadap gajidengan kepuasan kerja

mempunyai persepsi hasil dan masukan

pada perawat Rumah Sakit adalah SPS

yang diberikan oleh perusahan dan

(seri program statistik) dengan analisis

situasi

product moment.

kerja. Dalam kenyataannya

sering timbul perasaan ketidakadilan,
karena

karyawan

mempersepsikan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data

bahwa masih ada kesenjangan antara

dikumpulkan

masukan dan hasil.
Dari

permasalahan

dalam
dengan

penelitian

ini

menggunakan

skala.

tersebut

maka muncul pertanyaan: apakah ada

Sebelum analisa data dilakukan

hubungan antara persepsi terhadap gaji

dengan teknik analisis product moment,

dengan kepuasan kerja pada perawat?

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
yang meliputi uji normalitas sebaran

Pada akhirnya untuk menjawab

dan uji linearitas.

permasalahan tersebut peneliti tertarik
untuk mengambil judul

“Hubungan

Nilai

koefisien

korelasi

(r)

Antara Persepsi Terhadap GajiDengan

sebesar0,552 dengan p < 0,01. Hasil

Kepuasan Kerja pada perawat”

tersebut menunjukkan ada hubungan
negatif yang sangat signifikan antara
persepsi terhadap gaji dengan kepuasan

METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini

kerja. Semakin tinggi persepsi terhadap

adalah perawat Rumah Sakit Dr.

gaji maka semakin tinggi kepuasan

Moewardi Surakarta yang berjumlah

kerja pada perawat, sebaliknya semakin

563 perawat.

rendah persepsi terhadap gaji maka

Pengumpulan
penelitian

ini

data

menggunakan

semakin rendah pula kepuasan kerja

dalam
skala

4

pada perawat, yang mana hal tersebut

Situasi yang demikian sibuk dan selalu

menunjukkan bahwa hipotesis terbukti.

dikejar waktu tersebut itulah yang

Skor rerata persepsi terhadap

menyebabkan para perawat RSUD

gaji pada perawat Rumah Sakit Dr.

merasa bahwa gaji mereka sudah

Moewardi Surakarta tergolong sedang

sewajarnya sejumlah yang sekarang

yang

rerata

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa

empirik (ME) = 105,380,yang mana

persepsi perawat Rumah Sakit Dr.

lebih besar dari rerata hipotetiknya

Moewardi

sebesar

mereka

ditunjukkan

102,5.

dengan

Kategori

persepsi

Surakarta
termasuk

terhadap
sedang

gaji
yang

terhadap gaji yangsedang pada perawat

disebabkan oleh faktor situasi tersebut.

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Dari persepsi

tersebut disebabkan oleh faktor situasi.

termasuk sedang untuk selanjutnya

Menurut

membuat para perawat juga hanya

2003)

Gibson
bahwa

(dalam

faktor

Baskoro,

yang

terhadap gaji

yang

mengalami kepuasan kerja yang tidak

dapat

tinggi atau sedang.

mempengaruhi persepsi adalah faktor

Selain faktor situasi, persepsi

situasi, yaitu faktor yang berkaitan
dengan tekanan waktu, sikap orang

individu

yang bekerjasama dengan manajer dan

Baskoro, 2003) juga dipengaruhi oleh

faktor

faktor emosi. Karena terlalu banyak

situasi

lain

yang

akan

menurut

pasien

perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi

mempunyai banyak karakter sehingga

Surakarta tentunya banyak mendapat

sedikit banyak hal itu cukp menguras

tekanan waktu karena tenaga kesehatan

banyak emosi pada perawat, khususnya

yang terbatas padahal jumlah pasien

pada pasien yang banyak mengeluh dan

setiap harinya sangat banyak, sehingga

banyak melakukan protes terhadap

para perawat merasakan bahwa waktu

pelayanan kesehatan yang diberikan

mereka

karena

oleh para perawat, sehingga pada

pekerjaan mereka selalu diburu waktu

akhirnya gaji sebagai pegawai negeri di

demi

bidang

melayani

sempit,

para

pasien

yang

harus

(dalam

mempengaruhi ketelitian persepsi. Pada

sangat

yang

Gibson

layanan

dan

kesehatan

yang

lumayan

tinggi

bermacam-macam kasus penyakitnya

notabene

dan juga jumlah yang terlalu banyak.

dibandingkan karyawan pabrik, akan

5

sudah

dilayani

tetap dipersepsikan sedang oleh para

pendapat As’ad (2000) bahwa salah

perawat

karena

satu yang mempengaruhi kepuasan

anggapan mereka bahwa gaji yang

kerja yakni kondisi kerja sebagai

cukup tinggi dibandingkan pekerjaan

bagian

sektor

sudah

pekerjaan yang meliputi meliputi upah,

sesuai

pengawasan, ketentraman kerja, dan

dengan beban berat pekerjaan mereka

kesempatan untuk maju. Ditambahkan

sebagai perawat yang harus bisa selalu

oleh Burt (dalam As’ad,2000) bahwa

sabar menghadapi banyak karakter

faktor emosi juga dapat mempengaruhi

pasien.

kepuasan kerja. Banyaknya pasien

RSUD

Moewardi,

swasta

semestinya

tersebut

mereka

terima

dari

faktor

utama

dalam

Skor rerata kepuasan kerja pada

yang harus ditangani dengan penuh

perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi

kesabaran, tentunya banyak menguras

Surakarta

emosi

juga

tergolong

sedang,

sehingga

menyebabkan

rerataempirik

kepuasan kerja perawat Rumah Sakit

(ME) = 69,570,yang mana lebih rendah

Dr. Moewardi Surakarta yang hanya

dari rerata hipotetiknya sebesar 70.

sedang saja.

Kepuasan kerja yang sedang pada

Hasil

ditunjukkan

dengan

penelitian

ini

perawat Rumah Sakit Dr. Moewardi

menunjukkan bahwa hipotesis terbukti

Surakarta disebabkan oleh persepsi

yakni ada hubungan antara persepsi

terhadap gaji yang juga sedang. Selain

terhadap gaji dengan kepuasan kerja

itu

perawat

pada perawat rumah sakit, namun

Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

terdapat beberapa keterbatasan dalam

tentunya juga tidak hanya dipengaruhi

penelitian ini antara lain:

kepuasan

kerja

pada

oleh persepsi terhadap gaji mereka.

1.

Kelelahan secara mental dan fisik

penelitian

dalam

penelitian yang dilakukan yaitu Rumah

melayani

pasien

membuat

Dr.

Generalisasi
terbatas

hasil-hasil

pada

kepuasan kerja tidak terlalu tinggi,

Sakit

Moewardi

sebab kelelahan secara mental dan fisik

sehingga

termasuk dalam kondisi kerja yang

digeneralisasi di rumah sakit lain.

kurang

lokasi

Surakarta,

tepat

untuk

dapat mempengaruhi kepuasan kerja

2. Tidak diketahuinya variasi

karyawan. Hal tersebut sesuai dengan

yang mungkin terjadi akibat kontribusi

6

Siagian, S. P.1998. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.

variabel lain, seperti aspek kepribadian
tertentu (trait kepribadian Big Five),
jenis kelamin, dsb karena analisis

Smith, P. C. 1992. In Pursuit of
Happiness: Why study general
job satisfaction. In C. J Cranny,
P.C. Smith & E. F. Stone (eds.),
Job Satisfaction. New York:
Lexington Books.

penelitian ini tidak melibatkan berbagai
faktor tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, D. 2003. Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Pengawasan
Dan Stress Kerja Dengan
Produktivitas Kerja. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta:
UMS.
Clark A. ; Oswaled, J. & Warr, P. 1996.
Is Job satisfaction is U-sapped in
age ? Journal of occupational
Psychology. 69, pp. 57-81.

Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Edisi Revisi,
Penerbit PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Handoko,
T.
1993.Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara,
Marwansyah & Mukaram. 2000.
Manajemen
sumber
daya
manusia.
Bandung:
Pusat
Penerbit Administrasi Niaga
Politeknik Negri Bandung.
Nitisemito, A.S. 2000. Manajemen
Personalia, Cetakan Kedelapan.
Jakarta:
Penerbit
Ghalia
Indonesia
Rasimin, 1989. Kursus Manajemen
Keuangan. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.

7