ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERI DI KOTA MEDAN, BINJAI DAN DELI SERDANG.

;.£4

M!LIK PERPUSTAKAAN

Y/CJ~ tJ ;l/

UNIMED

b~

C{

ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA
DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERI DI KOTA
MEDAN, BINJAI DAN DELISERDANG
Oleh:
SA.L UAT SIAHAAN
N""IM : 809425018

r


z

?

m
Tesis Untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Stauii Pendidikan Kimia

PROGRAM PASCA SARTANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2011

ANALISIS KESULITAN MENGAJAR DAN BELAJAR KIMIA
DI KELAS X RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL (RSBI) SMA NEGERf Df KOTA
MEDAN, BINJAI DAN DELISERDANG


Disusun dan diajukan oleh:
SALUAT SIAHAAN
NIM :8094250 18

Telah Dipertahan'kan di Depan Panhia Ujian T esis
Pada Tanggal 01 Maret 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Stool PendN:Jikan Kimia

I

M'edan, 0 l Maret 20 11
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembimbing II

Pe~

~an


Prof. Dr.
Silaban, M.Si
NLP: 19600618 198703 1 002

Ketua Program Studi
Pendidikan Kimia

~

Prof:Dr. Z :n Silaban, M.S1
NIP: 19600618 198703 1 002

~

NIP: 19670425 1994031 012

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI UJIAN TESIS
MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA

No


NAMA

1. Prof.Dr.Ramlan Silaban,MSi
NIP: 19600618198701 1 002
(PEMBIMBING I)

TANDA TANGAN

/L. .......
E . . ~. 1#
~/ l.O(A~

2.EDDYANTO,PhD
NIP: 196704251994031012
(PEMBIMBING II)

.

t.. .-/'




• e e e. e..

'· '· e

e

I

.,

e e. e ••

3.Prof.Dr.Aibinus Silalahi,M.S
NIP: 130518778
(Penguji)

4.Dr.Mahmud,MSc

NIP: 1958 0222198903 1 002
(Penguji)

5.Dr,Zainuddin Muchtar,MSc
NIP:196703171992031004
(Penguji)

..•..•.•.............

. ...... ..........
·~

ABSTRAK

1

Saluat Siahaan, Analisis Kesulitan Mengajar dan Belajar Kimia di Kelas X
Rintisan Sekolah bertaraf intemasional (RSBI) SMA Negeri di Kota Medan,
Binjai dan Deliserdang. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan .
Pebruari2011.

Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui kesulitan mengajar Guru dan
belajar kimia Siswa di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan ( RSBI)
SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang,yaitu SMA Negeri 1 Medan,
SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan total sampel 180
orang. Instrumen penelitian ini adalah angket yang sudah divalidasi.
Teknik analisis data digunakan Microsoft excel2003 . Dari hasil penelitian
menunjukan Hasil perhitungan persentase skor tertinggi kesulitan mengajar guru
yaitu sebesar 67,5% yang termasuk ke dalam kategori sulit sedangkan persentase
skor terendah yaitu 57,5% dengan kategori tingkat kesulitan kurang sulit dengan
persentase rata-rata sebesar 61,67% yang tergolong dalam kategori sulit.. Nilai
rata-rata kesulitan belajar siswa sebesar 62,87% yang termasuk kedalam kategori
Selaras dengan kesulitan guru dalam mengajar kimia, kesulitan tertinggi sebesar
88% dengan kategori sangat sulit, terendah sebesar 44% tergolong kategori
kurang sulit serta sulit.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa guru mengalami kesulitan dalam mengajar kimia pada RSBI hal ini
dikarenakan kompetensi guru
yang
masih
kurang

dan
belum
terlaksananya aturan RSBI secara menyeluruh. Aktivitas guru saat pembelajaran
berlangsung masih tergolong ke dalam kategori sedang. Siswa mengalami
kesulitan belajar kimia pada RSBI hal ini dikarenakan kompetensi siswa yang
masih kurang dan belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran secara RSBI.
Aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke dalam kategori
sedang. Untuk itu disaran kan sebaiknya kompetensi guru dalam mengajar
dipersiapkan sebelum suatu sekolah ditetapkan menjadi RSBI ,agar pelaksanaan
pembelajaran secara RSBI dapat terlaksana dengan baik. , dilakukan revisi secara
berkala terhadap
pelaksanaan proses RSBI
oleh
petugas
yang
berwenang.dilakukannya pelatihan secara rutin terhaaap guru dalam
meningkatkan kompetensi mengajamya.

ii


ABSTRACT

Saluat Siahaan, Analysis of Teaching and Learning Difficulties in Chemistry at
Class X international School (RSBI) State high schools in the city of Medan,
Binjai and Deliserdang. Postgraduate Program. State University of Medan.
February 2011
This study aims to determine the difficulty of teaching and learning
chemistry Teacher and Student in the classroom Intemasioanal Standard School
Stubs (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang,
namely SMA Negeri 1 Medan, Binjai SMA Negeri 5 and SMA Negeri 1 Lubuk
Pakam. With a total sample of 180 peoples. The research instrument was a
questionnaire that has been validated
Data analysis techniques used in Microsoft Excel. From the results of the
calculation results showed the highest percentage score of teachers to teach
difficult that is equal to 67.5% who belong to the category of difficult while the
lowest percentage score of 57.5% with the level of difficulty less difficult
category with an average percentage of 61.67% which classified in the category
of difficult .. The average value of students' learning difficulties at 62.87% which
included into the category of line with the difficulties of teachers in teaching
chemistry, the highest difficulty by 88% with a very difficult category, the lowest

of 44% classified as less difficult and the difficult category
Based on data analysis and discussion, it can be concluded that teachers
have difficulty in teaching chemistry at RSBI this is because the competency of
teachers are still lacking and yet the overall implementation of the rules RSBI ..
Time teacher of learning activities take place are still classified into the medium
category. Students have difficulty learning chemistry at RSBI this is because the
competence of students who are still lacking and have not unfamiliar students
with learning RSBI. Students during learning activities take place are still
classified into the medium category. For that suggested his teacher competence in
teaching should be prepared before a school determined to become RSBI, for the
implementation of learning can be facilitated by good RSBI., Be revised
periodically on the implementation process berwenang.dilakukannya RSBI by
officers who routinely training of teachers in enhancing competency teaching.

KATAPENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis ucapkan keh adirat Tuhan Yang Maha Esa karena
segala rahmat dan kasi-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaik:an dengan baik

.


I

sesuai dengan yang diharapkan.Tesis berjudul Analisis Kesulitan Mengajar dan
Belajar Kimia di Kelas X Sekolah Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di
Kota Medan,Binjai dan Deliserdang.Disususn untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Kimia di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: Bapak
Prof.. DR.Ramlan

Silaban,Msi dan

Bapak Eddyanto,Phd,

sebagai

Dosen

Pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran pada
penulis sejak awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan tesis ini

>

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada nara sumber/penguji:
Bapak Prof.DR.Aibinus Silalahi,MS, Bapak DR.Mahmud,Msc dan Bapak

DR.Zainuddin Muchtar,Msc. Dan juga kepada seluruh Staf pengajar di program
pendidikan Kimia Program Pasca Sarjana UNIMED.
Teristimewa kepada Istri ku tercinta Luke Sinaga dan anak-anak ku
tersayang Prawira,Jaya Negara dan Tri Prasetya serta Kakak,Abang ,Adik dan
seluruh keluarga Besar Samuel Siahaan yang telah mendukung dalam
doa,dorongan moril bantuan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan
sampai dengan selesai.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis
ini,namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam
tesis ini baik dari segi isi maupun tata bahasa . penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempumaan tesis ini.
Kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi para Guru Kimia.

Pangkalan Susu, Pebruari 2011
Penulis

SALUAT SIAHAAN

Nlh!:809425018

~

ABSTRAK

1

Saluat Siahaan, Analisis Kesulitan Mengajar dan Belajar Kimia di Kelas X
Rintisan Sekolah bertaraf intemasional (RSBI) SMA Negeri di Kota Medan,
Binjai dan Deliserdang. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan .
Pebruari2011.
Penelitian ini bertuj uan untuk mengetahui kesulitan mengajar Guru dan
belajar kimia Siswa di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioan ( RSBI)
SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang,yaitu SMA Negeri 1 Medan,
SMA Negeri 5 Binjai dan SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. Dengan total sampel 180
orang. Instrumen penelitian ini adalah angket yang sudah divalidasi.
Teknik analisis data digunakan Microsoft excel2003 . Dari hasil penelitian
menunjukan Hasil perhitungan persentase skor tertinggi kesulitan mengajar guru
yaitu sebesar 67,5% yang termasuk ke dalam kategori sulit sedangkan persentase
skor terendah yaitu 57,5% dengan kategori tingkat kesulitan kurang sulit dengan
persentase rata-rata sebesar 61,67% yang tergolong dalam kategori sulit.. Nilai
rata-rata kesulitan belajar siswa sebesar 62,87% yang termasuk kedalam kategori
Selaras dengan kesulitan guru dalam mengajar kimia, kesulitan tertinggi sebesar
88% dengan kategori sangat sulit, terendah sebesar 44% tergolong kategori
kurang sulit serta sulit.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa guru mengalami kesulitan dalam mengajar kimia pada RSBI hal ini
dikarenakan kompetensi guru
yang
masih
kurang
dan
belum
terlaksananya aturan RSBI secara menyeluruh. Aktivitas guru saat pembelajaran
berlangsung masih tergolong ke dalam kategori sedang. Siswa mengalami
kesulitan belajar kimia pada RSBI hal ini dikarenakan kompetensi siswa yang
masih kurang dan belum terbiasanya siswa dengan pembelajaran secara RSBI.
Aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke dalam kategori
sedang. Untuk itu disaran kan sebaiknya kompetensi guru dalam mengajar
dipersiapkan sebelum suatu sekolah ditetapkan menjadi RSBI ,agar pelaksanaan
pembelajaran secara RSBI dapat terlaksana dengan baik. , dilakukan revisi secara
berkala terhadap
pelaksanaan proses RSBI
oleh
petugas
yang
berwenang.dilakukannya pelatihan secara rutin terhaaap guru dalam
meningkatkan kompetensi mengajamya.

ii

ABSTRACT

Saluat Siahaan, Analysis of Teaching and Learning Difficulties in Chemistry at
Class X international School (RSBI) State high schools in the city of Medan,
Binjai and Deliserdang. Postgraduate Program. State University of Medan.
February 2011
This study aims to determine the difficulty of teaching and learning
chemistry Teacher and Student in the classroom Intemasioanal Standard School
Stubs (RSBI) State high schools in the city of Medan, Binjai and Deliserdang,
namely SMA Negeri 1 Medan, Binjai SMA Negeri 5 and SMA Negeri 1 Lubuk
Pakam. With a total sample of 180 peoples. The research instrument was a
questionnaire that has been validated
Data analysis techniques used in Microsoft Excel. From the results of the
calculation results showed the highest percentage score of teachers to teach
difficult that is equal to 67.5% who belong to the category of difficult while the
lowest percentage score of 57.5% with the level of difficulty less difficult
category with an average percentage of 61.67% which classified in the category
of difficult .. The average value of students' learning difficulties at 62.87% which
included into the category of line with the difficulties of teachers in teaching
chemistry, the highest difficulty by 88% with a very difficult category, the lowest
of 44% classified as less difficult and the difficult category
Based on data analysis and discussion, it can be concluded that teachers
have difficulty in teaching chemistry at RSBI this is because the competency of
teachers are still lacking and yet the overall implementation of the rules RSBI ..
Time teacher of learning activities take place are still classified into the medium
category. Students have difficulty learning chemistry at RSBI this is because the
competence of students who are still lacking and have not unfamiliar students
with learning RSBI. Students during learning activities take place are still
classified into the medium category. For that suggested his teacher competence in
teaching should be prepared before a school determined to become RSBI, for the
implementation of learning can be facilitated by good RSBI., Be revised
periodically on the implementation process berwenang.dilakukannya RSBI by
officers who routinely training of teachers in enhancing competency teaching.

DAFI'ARISI
halaman

ABSTRAK
ABSTRACT

...............................................................................................
..
····································•································•••················••

KATA PENGANTAR..............................................................................iii
DAFI'AR TABEL ....................................................•................................iv
DAFrAR GAMBAR. ............................................................................... v
DAFrAR LAMPIRAN ••••.••••.•••.••••.••••••••••••••••.•••••.•.••••••••.•••••.•••••.•••••••••••vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... .......... .. .. .. .. ............ .... ............ .. .... .. .. .... ...... .. .. .... .... I
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
1.3 Batasan Masalah .............................................................................. 7
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................... ....... 7
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

BABll

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standar Nasional Pendidikan ............................................................ 10
2.1.1 Standar Kompetensi Kelulusan ..................................................... 10
2.1.1.1 Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan ...................... 10

2.1.1.2 Standar KompetensinLulusan Mata Pelajaran .......................... 11
2.1.2 Standar lsi ......................................................................... ...... .... 13
2.1.3 Standar Proses ................................................. .................. .........

13

2.1.4 Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ........................... 14
2.1.5 Standar sarana Prasarana ........................................................... 14
2.1.6 Standar Pengelolaan ................................................................... 16
2.1.7 Standar Pembiayaan Pendidikan ................................................. 16
2.1.8 Standar Penilaian Pendidikan .....................................................

17

2.2 Sekolah Bertaraflnternasional ...................................................... 18
2.3 Pembelajaran IPA di RSBI ............................................................ 23
2.4.Rintisan Sekolah Bertaraflntemasional ........................................ 26
2.5 Hubungan Komponen X Pada SNP +X ........................................ 28
2.6 Pelaksanaan Pembelajaran IPA Kimia di RSBI ............................. 29
2.6.1 Pengertian dan manfaat Bilingual ............................................... 30
2.6.2 Karakteristik dan Keunggulan Bahan Ajar berbasis ICT ............. 34
2.6.3 Mata Pelajaran Kimia untuk SMAIMA......................................... 36

RABID

METODOLOGIPENELnnAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 43
3.2 Variabel Penelitian ......................................................................... 43
3.3 Defenisi Operasional ....................................................................... 43
3.4 Subjek Penelitian ............................................................................. 43
3.5 Metode Penelitian ............................................................................ 44
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
3.6.1 Wawancara .................................................................................. 44
3.6.2 Observasi ...................................................................................... 45
3.6.3 Angket ........................................................................................ 46
.3.7. Teknik Analisa Data ..................................................................... 47
3.8. Langkah- Langkah Penelitian ...................................................... 49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 52
4.1.1 Deskripsi Angket Kesulitsn Mengajar,Lembar Observasi Guru... 52
4.1.2 Deskripsi Angket Kesulitan Belajar,Lembar Observasi Siswa .... 52
4,2 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 51

a

4.2.1 Angk:et Kesulitan Guru dan Kesulitan Siswa Belajar.........................•.. 57
4.2.2 Lembar Observasi Aktifitas Guru dan Aktifitas Siswa .................... 57
BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan............................................................................................. 73
5.2 Saran........................................................................................................ 73

Daftar Pustaka ............................................................................................ 75
Lampiran ..................................................................................................... 79

z

?
93

iv
DAFTAR TABEL

Tabel2.1

Fonnulasi SBI ................... .........................................19

Tabel4.1

Deskripsi Kesulitan Belajar dan Mengajar ....................... .... 61

Tabel4.3

Deskripsi Rata-rata Observasi Guru Pertemuan I ... .. .............. 63

Tabel4.4

Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan II ....... .....65

Tabel 4.5

Deskripsi Rata-rata Observasi Aktivitas Pertemuan II .. ........... 67

Tabel4.6

Rata-rata Hasil Observasi Guru Pertemuan Ill ............ ..... ... 69

Tabel4.7

Deskripsi rata-rata Has it Observasi Pertemuan III .............. ... . 71

v

DAFTAR GAMBAR

Prosedur Penelitian ... .. .. .... .. ...... ... ...... .......... .. . ......... .51
Grafik rata-rata Kesulitan Guru dan Siswa .... ... .... .. . .. ........ 60
Grafik rata-rata Aktivitas Guru Pertemuan I .............. ......... 62
Persentasi rata-rata aktivitas Belajar Siswa Pertemuan I. .... .....64
Grafik rata-rata aktivitas Guru Pertemuan II ....................... 66
Persentasi rata-rata aktivitas Belajar Siswa Pertemuan II ........68
Graftk rata-rata aktifitas Guru Pertemuan III ...................... 70
Persentasi rata-rata aktivitas Belajar Siswa Petemuan III .... ....72

vi
DAFfAR LAMPIRAN

Lamp iran 2.

Lembar Observasi Aktivitas Guru ............. ...... .................. 79

Lampiran 3.

Lembar Observasi Aktivitas Siswa ........ ......... ........ ........... 84

Lampi ran 6.

Kisi-kisi angket Analisis Kompetensi Guru ......................... 91

Lampiran 7.

Kisis-kisi angket Analisis Kompetensi Siswa .................... .... 92

Lamp iran 8.

Jawaban Angket Guru .............................................. .....93

Lampiran 9.

Hasil Lembar Observasi Guru Pertemuan I. ..........................94

Lampiran 10. Hasil Lembar Observasi Guru Pertemuan II ........................ 95
Lampiran 11. Hasil Lembar Observasi Guru pertemuan III ...................... .. 96
Lampiran 12. Jawaban Angket Siswa ...................................... .. ... ....... 97
Lampiran 13. Hasil Lembar Observasi Be1ajar Siswa pertemuan 1.. ............ .1 03
Lampiran 14. Hasil Lembar Observasi Belajar Siswa pertemuan II .... ......... 109
Lampiran 15. Hasil Lernbar Observasi Belajar Siswa perternuan III ............. 115
Lampiran 16. Photo Penulis

................. ... ..................................... 121

BABI
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat
dengan perspektif global untuk membangun sekolah-sekolah berkinerja tinggi.
Perspektif ini menekankan perlunya transformasi sekolah nasional menuju SBI
dengan karakteristik otonomi yang lebih lugs, kapasitas inovatif, kinerja
berkualitas, dan orientasi nilai. Strategi untuk mewuJudkan SBI perlu
terlebih dahulu mengungkapkan kondisi

keefektifan sekolah sebagai

dukungan terhadap, pengembangan SBI dengan karakteristik tersebut. Analisis
terhadap SBI di negara maju dan dalam negeri menghasilkan sejumlah tertentu
faktor keefektifan maupun karakteristik SBI.
Sekolah-sekolah bertaraf intemasional yang muncul sejak tahun 1990an
ternyata kemudian meluas sekolah negeri dan swasta nasional di berbagai kota
besar. Melihat perkembangan ini, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah (dalam Tim Direktorat Tenaga Kependidikan, 2006) telah
membuat kebijakan mengenai standar komponen-komponen input, proses, dan
output.

Juga,

mengenai

pembagian tugas diknas

pusat,

propinsi,

dan

kabupaten!kota dan sekolah yang menyangkut kebijakan dan standar,
perencanaan dan pembiayaan, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga
kependidikan, pengelolaan, dan pengendalian mutu. Untuk memudahkan upaya
sekolah-sekolah yang ada mengalihkan diri menjadi SBI, suatu strategi kiranya
diperlukan agar transformasi ini bukan sekedar peningkatan kualitas, melainkan

2

sekolah

dengan

karakteristik-karakteristik

tertentu

yang

tidak

dimiliki

mendeskripsikan

sekolah

sebelurnnya.
Upaya

tersebut dapat dimulai

dengan

internasional yang sesuai dengan keinginan rnasyarakat dan telah rnapan
rnerniliki berbagai karakteristik tertentu dari SBI. Deskripsi ini kemudian
dikembangkan rnenjadi karakteristik utama yang dapat dij adikan sebagai
rujukan bagi pengernbangan SBI oleh pernerintah kabupatenlk.ota.
Direktorat

Tenaga

Kependidikan

telah

rnengidentifikasi

sejurnlah

karakteristik SBI negara-negara rnaju. Karakteristik ini kemudian digunakan
sebagai dasar untuk rnernetakan sekolah-sekolah berbasis internasional yang
terdapat di Indonesia. Kesenjangan yang mungkin rnuncul dari basil pemetaan
tersebut rnerupakan inforrnasi penting untuk rnerurnuskan strategi pengernbangan
SBI, yang antara lain, rnenyangkut kesiapan suatu sekolah.
Strategi tersebut rnerupakan upaya untuk rnernenuhi Undang-Undang
Nornor 20 Tahun 2003 tentang Sistern Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3, yang
rnengharuskan

pernerintah

danlatau

pernerintah

daerah

(pemda)

menyelenggarakan pads sernua jenjang sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan yang bertaraf internasional. Visi yang rnendasari ketentuan ini
adalah bahwa sistem pendidikan perlu tarnpil sebagai pranata social yang
kuat dan berwibawa. Kondisi seperti ini kiranya diperlukan untuk
rnernberdayakan

sernua

warga

negara

Indonesia

sebagai

manusia

berkualitas yang rnampu rnenjawab tantangan zarnan yang selalu berubah.

3

.

Penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf intemasional dilatarbelakangi
oleh era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,
manajemen dan cumber daya manusia, upaya peningkatan mutu, efisien, relevan,
dan memiliki daya saing kuat. Upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi,
dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus intemasional
ditetapkan pentingnya penyelenggaraan pendidikan bertaraf intemasional, baik
untuk sekolah negeri maupun swasta.
Berkaitan

dengan

penyelenggaraan

pendidikan yang

bertaraf

internasional, pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas)
adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan
internasional,

..

pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah

pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar
nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal.



Pendidikan

bertaraf

internasional

harus

relevan,

yaitu

penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik, orangtua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan
kemampuan pemerintah daerah (kabupatenlkota dan propinsi). Pendidikan
bertaraf internasional harus memiliki days saing yang tinggi dalam hal hashhash pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara
nasional maupun internasional. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan
perlu adanya pengembangan sekolah bertaraf internasional agar mencapai
tujuan yang diharapkan.

4

Kemajuan globalisasi ditandai dengan persaingan sangat kuat diberbagai
bidang memerlukan penguasaan teknologi, keunggulan manajemen dan sumber
daya manusia (SDM). Terkait dengan tiga hal inilah, pemerintah Indonesia merasa
perlu menyiapkan SDM unggul lewat pembenahan sistem pendidikan nasional
(sisdiknas). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas merupakan dasar hukum penyelenggaraan sisdiknas (Depdiknas,
2007:1).

Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tertuang upaya peningkatan
mutu pendidikan, tepatnya pada pasal 50 ayat 3 yang berbunyi: "Pemerintah

'

danlatau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan

...
pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan
p endidikan yang bertaraf internasional". lmplementasi dari undang-undang

tersebut, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah akan melaksanakan proses layanan pendidikan
yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional dan
intemasional (Depdiknas, 2008:3). Salah satu realisasi dari layanan pendidikan
yang berkualitas ini adalah dengan menyelenggarakan Sekolah Bertaraf
Intemasional (SBI).Menurut Slamet (2008), SBI adalah sekolah nasional yang
menyelenggarakan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
dan mutu intemasional SNP adalah standar nasional yang terdiri dari delapan
komponen utama yaitu: standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan

5
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan.

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar isi adalah ruang lingkup
materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
(

tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan ruangltempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar
pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupatenlkota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan adalah standar
yang mengatur komponen dan besamya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional

6

pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik (Tim Asa Mandiri, 2006:2-3).

Pemenuhan delapan SNP bagi SBI merupakan indikator kunci minimal.
Indikator tambahan atau plus-nya adalah acuan standar pendidikan dari negaranegara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and

Development) atau negara-negara maju lainnya. Dalam proses pembelajaran,
sesuai buku panduan SBI, pengajaran matematika dan IPA harus menggunakan
bilingual: bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (Dharma, 2008). Selain itu, proses
pembelajaran diperkaya juga dengan menerapkan pembelajaran berbasis TIK
(teknologi informasi dan komunikasi) atau yang dikenal dengan information
1.

...

communication technology (Depdiknas, 2008: 15).

Penyelenggaraan SBI dilakukan pada semua jenjang pendidikan, terrnasuk
sekolah menengah atas (SMA). Haryana (2008) mengemukakan bahwa
penyelenggaraan SBI pada jenjang SMA/MA telah dirintis sejak tahun 1990 an,
yakni sebanyak l 00 sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Sementara itu, jumlah
sekolah pada jenjang ini baik negeri maupun swasta lebih dari 22 ribu sekolah.
Minimnya SMA bertaraf internasional yang telah ditetapkan sebagai rintisan lebih
disebabkan pada minimnya pemenuhan persyaratan kriteria oleh sekolah yang
ada.

"'

7
Berdasarkan wawancara bebas yang dilakukan peneliti terhadap guru
kimia yang mengajar di kelas RSBI SMA yang ada di Kota Medan,Binjai dan
Deliserdang. pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI belum memiliki
pedoman yang jelaslkongkrit. Terkhusus dalam pembinaan RSBI, peran serta
pemerintah daerah juga belum ada sehingga pada saat pelaksanaan, perbedaan
yang terlihat antara pembelajaran Kimia di kelas reguler dan RSBI hanya terletak
pada penerapan program bilingual dan ICT saja. Dengan kondisi seperti ini,
peneliti

tertarik

untuk

melakukan

penelitian.

pembelajaran yang terjadi sesungguhnya

Bagaimana

pelaksanaan

pada pembelajaran Kimia dengan

menggunakan bilingual dan ICT serta untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangannya. Adapun objek penelitiannya adalah kelas X. Peneliti melakukan
penelitian yang berjudul " Ana/isis kesulitan mengajar dan be/ajar Kimia di

Kelas X Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasional (RSB/) SMA Negeri di Kota
Medan, Binjai dan Deliserdang ".
1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas maka
identiftkasi masalah adalah untuk melihat sejauh mana pembelajaran kimia
oleh Guru dan belajar kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT
di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional (RSBI) SMA Negeri di kota
Medan,Binjai dan Deliserdang

8
1.3

Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam penelitian ini adalah pembelajaran Kimia
oleh guru dan belajar Kimia siswa dengan menggunakan bilingual dan ICT
di Sekolah Rintisan Bertaraf Intemasional(RSBI) , pada 3 Sekolah yaitu :
SMA Negeri 1 Medan, SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri I Lubuk
Pakam.

Rumusan Masalah
Dari ulasan di atas, adapun yang menjadi rumusan permasalahan pada
penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan belajar kimia
di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lnternasioanal( RSBI) SMA Negeri di
Kota Medan, Binjai dan Deliserdang.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah apakah terdapat kesulitan mengajar dan
belajar kimia di kelas Rintisan Sekolah Bertaraf lntemasioanal( RSBI)
SMA Negeri di Kota Medan, Binjai dan Deliserdang.

1.6.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh :

9

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk memperkecil atau bahkan
meniadakan kelemahan-kelemahan yang ada pada pembelajaran kimia
di kelas RSBI.
2. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana
pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI.
3. Bagi Institusi pendidikan,

a. Perguruan Tinggi, terutama FKIP jurusan kimia sebagai salah satu
gambaran pelaksanaan pembelajaran kimia di kelas RSBI, dan
b.

Diknas, sebagai salah satu bahan evaluasi pelaksanaan pembelajaran
di RSBI SMA Negeri yang ada di Kota Medan, Kota Binjai dan
Deliserdang.

z
~

?

~

ffi

ffi

(J~

~

73
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan:
Guru mengalami kesulitan dalam mengajar kimia pada RSBI hal ini
dikarenakan kompetensi

guru

yang

masih

kurang dan

belum

terlaksananya aturan RSBI secara menyeluruh.
Aktivitas guru saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke dalam
kategori sedang.
3. Siswa mengalami kesulitan belajar kimia pada RSBI hal ini dikarenakan
kompetensi siswa yang masih kurang dan belum terbiasanya siswa
dengan pembelajaran secara RSBI.
4. Aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung masih tergolong ke
dalam kategori sedang.

5.2. SARAN
Berdasarkan pengalaman selama penelitian, maka disarankan sebagai
berikut:
1. Sebaiknya kompetensi guru dalam mengajar dipersiapkan sebelum suatu
sekolah ditetapkan menjadi RSBI agar pelaksanaan pembelajaran secara
RSBI dapat terlaksana dengan baik.

MILIK PERPUSTAKAAN

UNIMED

74
2. Sebaik.nya dilakukan revisi secara berkala terhadap pelaksanaan proses

,

RSBI oleh petugas yang berwenang.
3. Dilakukannya pelatihan secara rutin terhadap guru dalam meningkatkan
kompetensi mengajamya.
4. Sebaiknya dilakukan Evaluasi setiap tahun untuk melihat kemajuan
kinerja sekolah ,meliputi:
a.Kemampuan penguasaan bahasa inggris Guru dan Siswa dengan
menggunakan instrument TOEFL
b.Kemampuan penguasaan siswa dalam mata pelajaran Matematika dan IP A
c.Kelengkapan Infrastruktur
d.Kelengkapan Bahan Ajar(Buku,peralatan)
e.Kepemimpinan Kepala Sekolah
f.Komitmen Pemerintah Daerah dalam mendukung RSBI
5.Sebaiknya basil Evaluasi setiap tahun ini dijadikan pertimbangan dalam
Kelanjutan program RSBI dan SBI

75

Daftar Pustaka

Astika, G. (2007). Readings in Language Teaching and Research. Salatiga:
Widya Sari Press.
Astika, G, Wahyana, A, & Andreyana, R. (2008). Kemampuan bahasa Inggris
guru SMA Negeri 1 dan SMK Negeri 2 Salatiga dalam mendukung p rogram SBI.

Laporan penelitian, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Chin, NgBee, and Wigglesworth, G. (2007). Bilingualism: anAdvancedresource
book. Abigdon: Routledge.

Dharma, S. (2007). SekolahBertaraflnternasional: Quo Vadiz?
Http://www.ask.com. Accessed: 19 June 2009
Doughty, C. & Williams, J. (1998). Pedagogical choices in focus on form. In C.
Doughty and J. Williams (Eds.), Focus on Form in Classroom Second Language
Acquisition (pp.197 -261 ). New York: Cambridge University Press.

Dudley-Evans, T., & StJohn, M. J. (1998). Developments in ESP: A multidisciplinary approach. New York: Cambridge University Press.

Elena, S. L. (2006). Recruiting Paraeducators Into Bilingual Teaching Roles: The
Importance of Support, Supervision, and Self-Efficacy. Bilingual Research
Journal.

76
Ellis, R. (2000). Task-based research and language pedagogy. Language Teaching

Research, 4(3), 193-220.

Gillett, A. (2007). Using English for Academic Purposes. Http://www. UEfAP,
Speaking in Academic Contexts, html. A ce

s ~ed:

May 9, 2008.

Hutchinson, T. & Waters, A. (2006). English for Specific Purp oses. Cambridge:
Cambridge University Press.

Lee, C. (2008). Interdisciplinary collaboration in English language teaching:
Some observations from subject teachers' reflections. Reflections on English

Language Teaching, vol 7, (2), 129-138.)

Liu, L. (2008). Co-teaching between native and non-native English teachers: An
exploration of co-teaching models and strategies in the Chinese primary school
context. Reflections on English language teaching, vol 7 (2), 103-117.

Long, M. H. (1983). Inside the 'black box': methodological issues in classroom
research on language learning. In H. W. Seliger & M. H. Long (Eds.), Classroom

Oriented Research in Second Language Acquisition (pp. 3-38). Cambridge:
Newbury House.

Long, M. H. (1996). The role of the linguistic environment in second language
acquisition. In W. Ritchie & T. Bhatia (Eds.), Handbook ofResearch on Second

Language Acquisition. New York: Academic.

77
Menuju sekolah bertaraf internasioanal. Http://sbisman5bekasi.blogspot.com/
Accessed: 20 June 2009

Nunan, D. (2004). Task Based Language Teaching. Cambridge: Cambridge
University Press.

Pica, T., Kanagy, R., & Falodun, J. (1993). Choosing and Using Communication
Tasks for Second Language Instruction. In G. Crookes & S. M. Gass (Eds.), Tasks
and Language Learning: Integrating Theory and Practice (pp. 9-34).
Philadelphia: Multilingual Matters.

Sofa (2009). Konsep Sekolah Bertaraflnternasional.
Http://massofa.wordpress.com. Accessed: 20 June 2009

Wee, S. & Jacobs, G.M. (2006). Implementing cooperative learning with
secondary school students. In S.G. McCafferty & G. M. Jacobs (Eds).
Cooperative Learning and Second Language Teaching (pp. 113-133). Cambridge:
Cambridge University Press.

Weisberg, R. (2006). Scaffolded feedback: Tutorial conversations with advanced
L2 writers. InK. Hyland & F. Hyland (Eds.). Feedback in Second Language
Writing (pp. 246-265). Cambridge: Cambridge University Press.

Willis, J. (1996). A Framework/or Task-Based Learning. Harlow: Addison
Wesley, Longman.

78
Willis, J. (2005). Aims and explorations into tasks and task-based teaching. In C.
Edwards & J. Willis (Eds.), Teachers Exploring Tasks in English Language
Teaching (pp. 1-12). New York: Palgrave McMillan.

Yule, G. (1997). Referential Communication Tasks. Mahwah: Lawrence Erlbaum
Associates.

-z
?

m

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA SMP PADA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SURAKARTA.

0 1 12

ANALISIS KESALAHAN SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SMP NEGERI 1 BOYOLALI Analisis Kesalahan Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP Negeri 1 Boyolali dalam Menyelesaikan Soal Geometri.

0 0 14

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 18

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Pengelolaan Pembelajaran IPS Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (Studi Situs di SMP Negeri 4 Surakarta).

0 0 22

EVALUASI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SMK NEGERI 5 SURAKARTA.

0 0 24

MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KELAS RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 YOGYAKARTA.

0 0 184

TINGKAT IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) (Studi Pelaksanaan Pembelajaran SMA RSBI di Yogyakarta).

0 1 182

Implementasi program rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) di sma negeri 1 Karanganyar

1 1 129

Analisis pelaksanaan pembelajaran rintisan sekolah bertaraf internasional (rsbi) di SMA Negeri 1 Surakarta

0 0 141

Analisis implementasi program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Salatiga

1 1 116