Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan Dan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Unicef Indonesia (2012), dari tahun 2007 sampai 2011, proporsi
penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,6-12,5%,
tetapi masalah gizi tidak menunjukkan penurunan secara signifikan. Pada
umumnya, orang tidak menyadari pentingnya gizi selama kehamilan dan dua
tahun pertama kehidupan. Salah satu hal penting dalam masalah gizi adalah
pemberian ASI eksklusif. Masyarakat dan petugas kesehatan perlu memahami
pentingnya ASI eksklusif dan praktik-praktik pemberian makan bayi dan anak
yang tepat, dan memberikan dukungan kepada para ibu.
WHO menyebutkan ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam
bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Cara pemberian makanan pada
bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir
sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24
bulan. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam)
bulan
telah
ditetapkan
dalam
SK
Menteri
Kesehatan
No.
450/Menkes/SK/IV/2004 (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2013). Sedangkan
dukungan adalah hubungan yang bersifat interpersonal, memiliki ciri-ciri
bantuan atau pertolongan, dan dukungan yang diperoleh ibu bisa berupa
dukungan fisik, dan dukungan psikis, berupa perhatian, emosional, pemberian
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
informasi dan pujian. Dukungan dari tenaga kesehatan bisa diperoleh dari
dokter, bidan dan perawat.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 sebesar 48,6% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Selain itu data
Riskesdas (2013) menunjukkan bayi umur 6 bulan yang menyusu dengan ASI
saja dalam 24 jam terakhir meningkat dari 15,3% (2010) menjadi 30,2%
(2013). ASI 24 jam untuk kelompok umur 6 bulan merupakan data bayi yang
mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tidak diberikan makanan
prelakteal, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013 sebesar 52,99%, meningkat dibandingkan tahun 2012
(25,6%). Cakupan di Kota Surakarta meningkat dari 45,80% (2012) menjadi
51,49% (2013) atau dari 5.131 bayi usia 0-6 bulan terdapat 2.642 bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif.
Profil Kesehatan Indonesia (2013) menyebutkan beberapa permasalahan
terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif yaitu masih banyak tenaga kesehatan
ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak
bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk
memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan, masih sangat terbatasnya tenaga
konselor ASI, dan belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi,
dan kampanye terkait pemberian ASI. Dukungan pihak/sektor kesehatan
sebagai upaya pemecahan masalah tersebut diantaranya melalui penerapan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) atau Fasilitas Kesehatan
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sayang Bayi sangat penting dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI
(Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2014). Selain itu yaitu rendahnya pengetahuan ibu
dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja,
dan gencarnya pemasaran susu formula (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2013).
Penelitian sejenis sebelumnya dilakukan oleh Ransum (2013) dengan judul
Hubungan Sikap Ibu, Pendidikan dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 6-11 Bulan menunjukkan hanya
pendidikan saja yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, namun
dukungan petugas kesehatan sendiri, baik itu dokter, bidan, perawat maupun
kader kesehatan, sebenarnya memiliki
peran yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan memberikan ASI eksklusif. Dokter atau pun bidan
harus membicarakan manfaat menyusui selama pertengahan semester
kehamilan dan meyakinkan serta menjelaskan dengan bijaksana kepada ibu.
Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain cross sectional,
menggunakan total sampling pada ibu yang mempunyai bayi usia 6-11 bulan.
Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel dan desain penelitian yaitu
dukungan tenaga kesehatan dan kohort retrospektif.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngoresan, Jebres
menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2014 terdapat 134 bayi usia 0-5
bulan. Dan dari jumlah tersebut terdapat 15 bayi usia 5-6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif atau sekitar 11,2%. Dukungan tenaga kesehatan
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang telah diberikan berupa kegiatan SDKI kader, pembentukan kelompok
pendukung ASI, pemberian pamflet, dan penyuluhan setiap bulan di posyandu.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dan Riwayat Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah “Apakah ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan
riwayat pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Ngoresan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan riwayat
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dukungan tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
b. Mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
c. Menganalisis hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan riwayat
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 tahun
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam
membuat acuan langkah atau program sebagai upaya meningkatkan pemberian
ASI eksklusif.
commit to user
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Unicef Indonesia (2012), dari tahun 2007 sampai 2011, proporsi
penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,6-12,5%,
tetapi masalah gizi tidak menunjukkan penurunan secara signifikan. Pada
umumnya, orang tidak menyadari pentingnya gizi selama kehamilan dan dua
tahun pertama kehidupan. Salah satu hal penting dalam masalah gizi adalah
pemberian ASI eksklusif. Masyarakat dan petugas kesehatan perlu memahami
pentingnya ASI eksklusif dan praktik-praktik pemberian makan bayi dan anak
yang tepat, dan memberikan dukungan kepada para ibu.
WHO menyebutkan ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam
bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Cara pemberian makanan pada
bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir
sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24
bulan. Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam)
bulan
telah
ditetapkan
dalam
SK
Menteri
Kesehatan
No.
450/Menkes/SK/IV/2004 (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2013). Sedangkan
dukungan adalah hubungan yang bersifat interpersonal, memiliki ciri-ciri
bantuan atau pertolongan, dan dukungan yang diperoleh ibu bisa berupa
dukungan fisik, dan dukungan psikis, berupa perhatian, emosional, pemberian
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
informasi dan pujian. Dukungan dari tenaga kesehatan bisa diperoleh dari
dokter, bidan dan perawat.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 sebesar 48,6% (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Selain itu data
Riskesdas (2013) menunjukkan bayi umur 6 bulan yang menyusu dengan ASI
saja dalam 24 jam terakhir meningkat dari 15,3% (2010) menjadi 30,2%
(2013). ASI 24 jam untuk kelompok umur 6 bulan merupakan data bayi yang
mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir dan tidak diberikan makanan
prelakteal, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013 sebesar 52,99%, meningkat dibandingkan tahun 2012
(25,6%). Cakupan di Kota Surakarta meningkat dari 45,80% (2012) menjadi
51,49% (2013) atau dari 5.131 bayi usia 0-6 bulan terdapat 2.642 bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif.
Profil Kesehatan Indonesia (2013) menyebutkan beberapa permasalahan
terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif yaitu masih banyak tenaga kesehatan
ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak
bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk
memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan, masih sangat terbatasnya tenaga
konselor ASI, dan belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi,
dan kampanye terkait pemberian ASI. Dukungan pihak/sektor kesehatan
sebagai upaya pemecahan masalah tersebut diantaranya melalui penerapan 10
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) atau Fasilitas Kesehatan
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sayang Bayi sangat penting dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI
(Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2014). Selain itu yaitu rendahnya pengetahuan ibu
dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja,
dan gencarnya pemasaran susu formula (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2013).
Penelitian sejenis sebelumnya dilakukan oleh Ransum (2013) dengan judul
Hubungan Sikap Ibu, Pendidikan dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 6-11 Bulan menunjukkan hanya
pendidikan saja yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, namun
dukungan petugas kesehatan sendiri, baik itu dokter, bidan, perawat maupun
kader kesehatan, sebenarnya memiliki
peran yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan memberikan ASI eksklusif. Dokter atau pun bidan
harus membicarakan manfaat menyusui selama pertengahan semester
kehamilan dan meyakinkan serta menjelaskan dengan bijaksana kepada ibu.
Jenis penelitian adalah survey analitik dengan desain cross sectional,
menggunakan total sampling pada ibu yang mempunyai bayi usia 6-11 bulan.
Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel dan desain penelitian yaitu
dukungan tenaga kesehatan dan kohort retrospektif.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ngoresan, Jebres
menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2014 terdapat 134 bayi usia 0-5
bulan. Dan dari jumlah tersebut terdapat 15 bayi usia 5-6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif atau sekitar 11,2%. Dukungan tenaga kesehatan
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang telah diberikan berupa kegiatan SDKI kader, pembentukan kelompok
pendukung ASI, pemberian pamflet, dan penyuluhan setiap bulan di posyandu.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dan Riwayat Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah “Apakah ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan
riwayat pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Ngoresan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan riwayat
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dukungan tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
b. Mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
c. Menganalisis hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dan riwayat
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 tahun
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam
membuat acuan langkah atau program sebagai upaya meningkatkan pemberian
ASI eksklusif.
commit to user