Tahapan Perkembangan Keluarga.

47.

TAIIAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Dr. IIj. Hendriati Agustiani, M.Si.

Dipresentasikan Pada Seminar Perkawinan Lets Talk About
Marriage l)alam Rangka Dies Natalis ke-46 Tahun 2007
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
Bandung, 17 November 2007

Ketua Bagtan Psikologi Perkembangan

Drs. Peter R. NelwanMA
NrP. 130934831

Terdaftar di perpustakaan
Falultas Psikologi Universitas Padj adj aran

I


TELAH DICATAT/DIDOKUMENTASIKA}I PADA
PERPUSTAKAAI.{ FAKULTAS PSIKOLOGI
I.JNIVERSITAS PADJADJARAN
Kepala Perpustakaan

*

,.fl+
Dr. Ra-tna Jatnilo, MT
N I P.l 9632021 98803 2003

Telatr diperiksa oleh :
Guru Besar/Dosen Senior

44*Prof.

Dr.IIj (usdwiratri

Setyono


NrP. 130188424

Mengetahui:
Detan f ahrltas Psikolo.gi

., ,Prof; Dr.IIj,

Roosjati Siregar, M.Pd
118. 197903.2 001

Tahapan Perkembangan Keluarga
Dr.Hendriati Agustiani
Keluarga dalam perspektif psikologi perkembangan menekankan pemahaman
tumbuh kembang keluarga, adanya tahapan perkembangan sebuah keluarga, dan
tugas-tugas/keberhasilan yang harus dicapai oleh sebuah keluarga. Uraian ini akan
dimulai dengan pembahasan mengenai definisi dari keluarga, serta B tahapan yang
secara umum dijalani keluarga. Untuk lebih memfokuskan pembahasan maka titik
berat akan lebih diberikan pada tugas kritis yang perlu dipenuhi pada 3 tahapan awal
dalam perkembangan keluarga, yaitu pasangan yang menikah, pasangan dengan'anak
usia o-z tahun, hingga keluarga dengan anak pertama berusia preschool. Pembahasan

akan ditutup dengan'tips'yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang

dijumpai dalam 3 tahapan awal dalam kehidupan berkeluarga.

I. Definisi Keluarga
Menjadi bagian dari satu keluarga tentunya dialami oleh semua orang di dunia ini.
Suatu hal yang pasti atau dapat dikatakan secara otomatis dialami semua orang.

Namun kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan keluarga bukanlah
sesuatu yang secara otomatis dapat dimiliki. Perlu kerjasama dan kebersamaan
yang kuat untuk mencapainya.

'Keluarga'itu sendiri dapat dirumuskan sebagai :
Satu kelompok individu yang dipersatukan oleh ikatan pernikahan, pertalian
darah, ataupun melalui adopsi; yang membangun satu kesatuan rumah tangga;

yang saling berinteraksi dan berkomukasi sesuai dengan peran sosialnya
sebagai suami-istri, ibu dan bapak, anak, kakak dan adik; serta menciptakan
dan mempertahankan suatu budaya bersama (Burgess & Locke, 1953).
Berdasarkan pengertian di atas diperoleh suatu gambaran bahwa:


Iil

keluarga adalah suatu kelompok individu yang bersatu dalam satu bentuk
rumah tangga

'rl
l'!

keluarga terdiri dari beberapa anggota yang memiliki peran tertentu

interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam keluarga akan menciptakan dan
atau mempertahankan suatu budaya/kebiasaan yang secara unik hanya dimiliki
keluarga tersebut.

"Keluarga" itu adalah suatu "sistem". Seperti layaknya suatu organisasi, maka relasi

yang terjalin adalah suatu aksi-reaksi yang sifatnya timbal-balik (resiprokal).
Peristiwa/pengalaman yang terjadi pada satu orang dalam keluarga akan
berpengaruh terhadap seluruh pihak yang terlibat dalam sistem (keluarga)

tersebut. Dengan mempertimbangkan kuatnya pengaruh dalam interaksi keluarga
yang resiprokal tersebut, maka diperlukan perencanaan yang matang, dimulai dari

tujuan yang ingin dicapai sebagai keluarga, persetujuan mengenai pembagian
tugas, dan alokasi dana. Perencanaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah
perencanaan terhadap jumlah anak, cara pengasuhan, pola pendidikan, dan
penanaman nilai yang ingin diterapkan.

II.

Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahapan dalam kehidupan keluarga seyogianya dapat diprediksi. Secara universal,

pasangan menikah baru dikatakan menjadi keluarga setelah lahirnya anak pertama

dalam keluarga. Keluarga akan bertambah dewasa sejalan dengan pertumbuhan anak
dan tingkat penyesuaian peran yang terjadi. Dimulai dari menyesuaikan peran ketika
anak masih bayi, masa anak, remaja, anak menjadi manusia dewasa hingga akhirnya

meninggalkan rumah dan membentuk keluarga sendiri. Tahapan perkembangan

keluarga yang dimaksudkan adalah sebagai berikut

:

Duvall's Eight Stage Family Life Cycle
Tahap:

I
II

III

Pasangan menikah (belum memiliki anak)

Keluarga yang sedang membesarkan anak (anak tertua berusia 3o
bulan)
Keluarga dengan anak usia preschool (anak tertua berusia z tahun 6

bulan s/d 6 tahun


ry

Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berusia 6-13 tahun)

V

Keluarga dengan anak usia remaja (anak tertua berusia 13-20 tahun)

VI

VII

Keluarga yang 'melepaskan' anak berusia dewasa muda (anak
pertama mulai meninggalkan rumah)
Orang tua berusia pertengahan (mulai pensiun dan memasuki masa

empty nest)

\rIII


Orang tua yang mulai menua (pensiun hingga salah satu atau kedua
orang tua meninggal dunia)

Tabel r.r Tahapan Perkembangan Keluarga

Jika dilihat dari tahapan yang ada, sepertinya keluarga hanya memiliki satu
orang anak. Bagaimana jika keluarga memiliki lebih dari satu orang anak? Apakah
akan terdapat ouerlap dalam tahapan yang dialami keluarga? Pada keluarga.yang
memiliki lebih dari satu anak, maka terasa adanya "pengulangan", dan dilihat sebagai
subsequent dari tahapan yang dijalani. Titik utama memang lebih dilihat dari kelahiran

anak pertama, karena suafu keluarga akan 'dipaksa' untuk menyesuaikan ciengan
kemunculan sesuatu yang 'baru' dan belum dikenali, yaitu kelahiran anak pertama.
Sementara itu, kelahiran anak ke-dua dan seterusnya terjadi ketika keluarga telah lebih

berpengalaman'

dan telah familiar dengan tahapan yang dijalani pada

saat


perkembangan anak pertama.

Tidak semua orang "fit" (sesuai) dengan delapan tahapan yang telah disebutkan
di atas. Misalnya, untuk individu yang tidak menikah, maka sebagai anak orientasinya
akan tetap mengarah pada keluarga orang tua (demikian pula orang tua terhadap anak

gadis atau bujangnya, akan memperlakukan mereka dengan cara yang sama),
walaupun mungkin sang anak telah meninggalkan rumah. Sementara, pasangan yang
tidak memiliki anak maka akan lebih sesuai dilihat sebagai Married Couples daripada
keluarga, seperti halnya dalam tahapan pertama sebelum pasangan memiliki anak, dan
juga tahapan ke-tujuh dimana anak mulai meninggalkan rumah.
Durasi yang dijalani dalam tiap tahap dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

l 0-t 5

Gambar

l.l


thn

Durasi Waktu Tiap Tahapan perkembangan Keluarga

Berdasarkan durasi yang digambarkan di atas, maka 3 tahapan awal perkembangan

keluarga (pasangan yang menikah, memiliki anak 3o bulan, dan anak tertua usia
preschool) akan berlangsung selama + 8 tahun dalam kehidupan berkeluarga.

rlr.

Tugas trkitis dalam Tahapan Perkembangan Keluarga dan Kiat
Menghadapi Permasalahan pada fiap Tahapan

Sebelum kita memfokuskan bahasan pada 3 tahapan awal perkembangan keluarga,

kita akan melihat terlebih dahulu permasalahtur umum yang dialami

sepanjang


kehidupan keluarga.

Tahap

Posisi dalam
keluarga

Thgas trkitis

t.

.
.

.

Pasangan

menikah

Istri
Suami

Mempertahankan kepuasan pernikahan
balik
Penyesuaian terhadap kehamilan dan

yang saling timbal

.

menjelang kedudukan sebagai orang tua

.

Menyesuaikan
berbagai pihak

diri dengan sanak famili dari

z. Membesarkan

' Memiliki,

Istri-ibu

anak

perkembangan bayi

Suami-ayah

.

Bayr

menyesuaikan, dan mendorong

Menjaga kenyamanan suasana rumah bagi
orang tua dan bayi

3. Anak usia

preschool

. Menyesuaikan dengan kebutuhan anak
' Istri-ibu
. Suami-ayah
preschool akan pentingnya stimulasi,
. Anak- sebagai
dengan cara yang kondusif
. Mengatasi terkurasnya energi dan waktu
kakak
. Anak- sebagai
privasi sebagai orang tua
adik

4. Anak usia
sekolah

.
.
.
.

.

Istri-ibu

.

Anak-adik

Menyeimbangkan antara kebebasan dan
tanggungiawab sejalan dengan bertambah

Suami-ayah

Anak-kakak
Anak-adik

Mendorong tercapainya prestasi akademik
anak

.

Istri-ibu

5. Remaja

diri dengan kornunitas

sekolah secara konstruktif

Suami-ayah

Anak-kakak

Menyesuaikan

matangnya arrak usia remaja

.

orangtua mulai berupaya kembali untuk
memajukan

diri

mereka sendiri, misalnya

dengan mulai beralih pada kegiatan

di luar

pengasuhan, dan memajukan karir

Launching
center

.
.

Istri-ibu-nenek

.

kerja, pernikahan, dll dengan pendampingan

Suami-ayah-

dan pengesahan yang sesuai

kakek

.
'

Melepaskan anak menuju kuliah, dunia

Anak-kakak-

.

Mempeftahankan fungsi 'rumah' sebagai

pakde/bude

pusat pendukung bagi anak (o supportiue

Anak-adik-

home base).

paman/bibi
7. Orang tua di
usia

I

Istri-ibu-nenek

I

Membangun kembali hubungan pernikahan

a

Suami-ayah-

a

Menjaga hubungan dengan sanak famili

pertengahan

8. Masa tua

yang lebih tua juga yang lebih muda

kakek

.
.
.

(Janda/duda)

Istri-ibu-nenek
Suami-ayah-

kakek

Tabel

r.z

.
.
.

Penyesuaian terhadap masa pensiun

Mengatasi rasa kehilangan dan kesendirian
Menyesuaikan kondisi rumah dengan masa

tua

Tugas lGitis pada Tiap Tahap Masa Perkembangan

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa permasalahan kritis yang ada dalam

kehidupan keluarga meliputi tiga hal, yaitu: perryesuaian individu terhadap perubahan
peran suami/istri, penyesuaian terhadap tuntutan akan kesejahteraan anak, dan juga
penyesuaian terhadap lingkungan sekitarnya.

Berikut ini kita akan mulai melihat secara spesifik permasalahan yang secara umum
dialami pada 3 tahapan awal perkembangan keluarga.
Tahap I: Pasangan Menikah
Tugas Utama Keluarga

Dengan pernikahan, masing-masing pasangan akan mulai "keluar" dari keluarga ayah
ibunya dan mulai membangun pondasi keluarga yang baru. Tugas yang dijalani adalah

a)

mencapai keseimbangan antara hubungan dengan pasangan, teman-teman,
keluarga asal, dan pernenuhan kebutuhan secara pribadi

b)

penerimaan diri akan adanya kehilangan'kebebasan' sebagai individu

Tugas sebagai Pasangan

1) membangun hubungan kedekatan yang sesuai dengan kebutuhan

emosi

masing-masing tanpa menekan/mengabaikan kebutuhan yang lain

z)
3)

menyelesaikan permasalahan pokok mengenai'dominansi dan kekuasaan'

menerima. Memahami, dan mentolerir perbedaan respon emosi dari pasangan

Permasalahan yang Umum Terjadi

1.

Loyalty Conflict

-

cuting off/rejection scenes

Intra-family conflict='He's not goodenoughfor you'
I'm going home to mother'.

z.

Orang dewasa yang tidak suka dengan perannya

Misal: pasangan yang tetap berperilaku seperti sebelum menikah

3.

Formation Problem:

-

'Kedekatan dan jarak': perasaan sepi, frustrasi, cemburu ataupun
diabaikan

"

Konflik kekuasaan: konflik terbuka (omelan verbal), dan konflik tertutup
(suasanayang penuh ketegangan)

-

Komunikasi afektif: misal tidak terpenuhinya kebutuhan

afeksi.

Munculnya rasa egois, dan penuh tuntutan
cara yang perlu dilakukan untuk menghindari/mengatasi masalah pada
tahap

'

I

:

Bicarakan keterbatasan waktu untuk berinteraksi dengan lingkungan
sosial pada
saat ini, sehingga mereka dapat memahami dan dapat memberi
dukungan (hal

ini

'
'

untuk menghindari semakin parahnya perasaan terisolasi)
Bicarakan dan upayakan penyesuaian diri terhadap berbagai perbedaan
yang
terjadi di antara kedua keluarga asal.
Pastikan anda memiliki wilayah 'private' untuk melakukan komunikasi -se.u.a
bebas dengan pasangan

'

Lakukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang dapat diterima
kedua belah
pihak

Tahap

II: Keluarga yang sedang membesarkan anak
(Anak tertua berusia 3o bulan)

Tugas Utama Keluarga

a) Penyesuaian terhadap kehadiran anggota baru dalam keluarga
b) Mencapai keseimbangan antara kebutuhan pribadi, pasangan

dan kebutuhan

anak

Tugas sebagai Orang Tua

t)

Mempertahankan kedekatan
memenuhi kebutuhan bayi

z)

Menyesuaikan diri terhadap peran dan tanggung jawab baru
sebagai orang tua,
yang juga berdampak terhadap perubahan terhadap identitas,
kebebasan diri,

dan intimasi sebagai pasangan, sekaligus

karir, dll

3)

Mencintai dan menyayangi bayi, menerima ketergantungan biologis,
dan juga
respon emosional bayi

Permasalahan yang umum terjadi

r.

Loyalty Conflict

-

Keluhan bahwa pasangan kurang atau terlalu terlibat dengan anak, dan
mengabaikan pasangan

-

Keluhan akan menurunnnya kepuasan dalam perkawinan (misal dalam
aktivitas sosial, aktivitas seksual, komunikasi atau intimasi)

2.

Penyesuaian terhadap tanggung jawab

-

Salah satu atau kedua orang tua merasa kesulitan/depresi terhadap
aktivitas sebagai orang tua

3.

Pihak kakak/nenek yang mengambil alih pengasuhan

Pengabaian terhadap kebutuhan bayi, misal: suami yang

lari dari tugas

pengasuhan dengan keluar rumah setiap malam

II:
Lakukan penyesuaian terhadap tuntutan fisik, kelelahan, dan tuntutan untuk
mempelajari keterampilan pengasuhan anak, dengan sekaligus tetap menjaga

Cara yang perlu dilakukan untuk menghindari/mengatasi masalah pada tahap

.

kebutuhan privasi bersama pasangan

.

Penyesuaian terhadap tugas dan tanggungjawab baru, berbagai kekhawatiran, dan

menerima pembagian unit tugas dengan pasangan

.

Mencari penyesuaian dari perbedaan dalam gaya pengasuhan anak

Tahap

III: Keluarga dengan anakusiapreschool
(Anak Tertua Berusia z tahun 6 bulan s/d 6 tahun)

Tugas utama keluarga

a)

mencapai keseimbangan dari kemandirian anak dengan sense of loyalty and
belonging

b) Menjaga level pengawasan yang tidak berlebihan
c) Memberi kesempatan pada anak untuk

mengalami/menghayati dan

mengekspresikan berbagai emosi, sehingga anak dapat mengenali kebutuhan

dirinya dan kebutuhan orang lain

d) Mendorong anak untuk

mengembangkan berbagai perilaku mandiri dan

aktivitas sosial di luar rumah

Tugas sebagai orang tua

t)

Menghadapi

o

sense

of separation dari anak

-

Hilangnya keintiman anak

dengan orang tua, dan ketakutan anak akan keberadaan

diri bila jauh dari

orang tua

z)

Kedua orang tua secara jelas menentukan aturan-aturan atas dasar usia, dan
secara bersama-sama berupaya untuk:

a.
b.

Meregulasi perilaku anak
Menanamkan pada anak akan adanya nilai dan prestasi

3) Mendorong anak untuk mengenali kebutuhan orang lain, dengan

tetap

mengembangkan self-esteem, sehingga anak tidak banyak mengorbankan
dirinya guna kepentingan orang lain
Permasalahan yang umum terjadi

1. Separation

Problems. Anak merupakan pihak yang umumnya sering

menunjukkan permasalahan dengan perpisahan, namun orang tua pun dapat

tampil cemas, kesepian, atau depresi. Permasalahan dengan perpisahan ini
dapat mendorong terjadinya penolakan sekolah pada anak, bahkan pada anak
dapat muncul simptom regresi atau psikosomatik

2.

'Pou)er' Problems. Anak kecil dapat tampil keras kepala, pemberontak, tampil

sebagai 'monster kecil' atau kadang terlalu berkuasa dalam beberapa

kesempatan Sering muncul ketika orang tua tidak secara terbuka
menunjukkan ketidak setujuannya

B.

Conduct Problems. Rendahnya pengharapan terhadap anak, dan controlling

yang tidak konsisten dapat mendorong munculnya perilaku yang tidak
mempedulikan kepentingan orang lain.
Cara yang Perlu Dilakukan untuk Menghindari/Mengatasi Masalah pada Tahap
Pada tahapan

III:

ini biasanya fokus perhatian lebih terarah pada stimulasi perkembangan

anak:

.
.
.

Sadari dan dukung pengembangan keterampilan baru pada anak
Dorong kegiatan bermain di dalam ataupun di luar rumah sesuai tahapan usia anak

Ajarkan penerimaan terhadap jenis kelamin anak (perbedaan gender)

Meskipun demikian upaya untuk tetap mempertahankan intimasi dengan pasangan
tetap dipertahankan

fV. Beberapa Tips/Kiat Mengatasi Permasalahan

S

epanj ang Kehidupan

Berkeluarga
Seperti telah diuraikan sebelumnya, kehidupan berkeluarga tidak akan terlepas dari
berbagai permasalahan. Berikut

ini

akan diuraikan beberapa tips/kiat yang dapat

digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin dihadapi.

En Manfaatbulan madu
Mahal ataupun murah, dekat atau jauh, bulan madu yang biasanya dilakukan
pada pasangan yang banr menikah sebenarnya tidaklah hanya sebagai bagian

dari perayaan akan resminya suatu bentuk hubungan. Lebih dalam lagi, bulan
madu juga memiliki fungsi yang dapat bermanfaat tiCak hanya pada awal
pernikahan namun juga untuk menghadapi masa sulit dalam menjalani
pernikahan.

.

Bulan madu bermanfaat untuk meleburkan dua individu ke dalam satu

unit pernikahan. Terkait dengan aktivitas

seksual, mereka akan
membiasakan diri terhadap reaksi 'tubuh' masing-masing, dan juga
tubuh pasangannya dalam suasana yang menyenangkan.

.

Bulan madu juga menyediakan waktu privasi untuk saling mengenal,
saling mendalami satu sama lain, dan menikmati indahnya keterikatan
pernikahan.

.

Bulan madu memberikan kesempatan untuk memulai suatu ritme dan
tempo kehidupan dalam suasana yang indah dan menyenangkan

.

Keindahan pada saat bulan madu juga dapat dijadikan sebagai salah

satu senjata untuk membangkitkan 'gairah dan kebersamaan' ketika
menghadapi situasi yang sulit dalam pernikahan.

EI Pola Pemecahan Masalah
Pola pikir selama menjalani permasalahan dapat membantu untuk mencapai
pemecahan masalah yang konstruktif. Adapun langkah-langkah yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah:

t0

Langl€Ir:
Hadapl masalah

Pertanyaan Kunci

Ttrjuan

. Apakah masalahnya?
. Apa yang menyebabkan

.

masalah ke dalam kata-kata

saya/kami

memandang hal itu sebagai masalah?

Untukmemformulasikan

.

Untuk'mengenali' rasa takut
yang mungkin mengikuti
masalah

.

Untuk mendapakan

Perhat kan

Apa yang telah terjadi sebelumnya?

penyebab dari

Apa yang menjadikan kondisi ini

gambaran menyeluruh

munculnya

sebagai masalah?

terhadap masalah

Untuk dapat menjelaskan

'

masalah

'

apa yang sebenarnya

manjadi pemicu masalah

3.

Rumuskan

.

Apa yang ingin saya capai

sebagai

.

yang ingin dicapai oleh

pribadi?

tujuan

.
.

Untuk memperjelas tujuam
pribadi

Untuk orang lain?

Perubahan situasi seperti apa yarg

.

Meyakinkan bahwa
keputusan yang diambil

saya/kami inginkan?

akan membawa keuntungan

tidak hanya untuk pribadi
namun juga untuk orang

lain

.

Untuk merumuskan secara
jelas perubahan apa yang

ingin dicapai

4

pat ka

. Buka wawasan

pengetahuan yang

pengetahuan

terkait dengan masalah (misal: tentang

dan

biologis/fisi\ hubungan sosial) melalui
buku/majalah/sumber lain yang

pemahaman
yang lebih baik

.

masalah

.

Untuk mendapatkan

'insight'

relevan

.

Untuk meningkatkan
pemahaman terhadap

Dapat juga dengan melihat pengalaman

hidup orang lain yang

memiliki

masalah yang serupa

5.

CODalan menJadl

.

pihak/orang

lain yang terkait

.

Apa yang mereka pikirkan mengenai

.

Untuk memahami sudut

masalah ini?

pandang dan

Apa yang mereka rasakan?

kecenderungan emosi dari
orang lain

dengan masalah

.

Menjadikan kondisi orang

lain sebagai kerangka dalam

t1

menentukan tingkah laku
berikutnya

KumusKan

yang

apa

akan

'
.

dilakukan

.

Apa yang akan saya lakukan?

Unuk mendapatkan daftar

Apakah tindakan itu dapat membawa

berbagai indakan yang

saya ke arah tujuan yang ingin dicapai?

mungkin dilakukan

Apakah tindakan tersebut

Dan yakinkan bahwa

sesuai

indakan dapat mengarah

dengan kondisi orang lain?

pada tereapainya tujuan

tanpa melukai pihak lain

7.

Buat

rencana

tindakan

.
.

Bagaimana indakan akan dilakukan?

.

Pembagian tugas yan8 seperti apa yang

berbagai rencana beserta

antisipasinya

dapat dilakukan?

.

Untuk mengembangkan

Siapa saja yang akan terlibat? Siapa

.

Untuk menentukan daftar

pilihan orang ayang dapa

saja yang dapat membantu?

memberikan bantuan

8. Cek kesesuaian

Apakah rencana tetap mengarah pada

'

Untuk lebih meyakinkan
bahwa rencana tujuan tidak

rencana dengan

tujuan?

tujuan

Apakah semua tujuan telah tercakup

menyimpang dari tujuan

dalam rencana ini?

dan dapat menampung
semua tujuan /harapan

9.

Buat

rencana

tindaklanjut

Apa yang harus saya/kami perhatikan

untuk memastikan bahwa

.

Untuk menjaga
kewaspadaan dan

rencana

pengawasan pada

berjalan dengan tepat?

pelaksanaan rencana

.

Untuk memupuk keberanian
'melepaskan' rencana jika

ternyata gagal dalam
mencapai tujuan.

Keberhasilan merumuskan dan membangun gambaran masalah secara jelas

menjadi hal pening yang dapat mempermudah langkah pemecahan yang akan
dilakukan. Selain itu perhatikan pula adanya fokus pada tujuan yang spesifik, dan jelas
sehingga dapat secara objekif dilihat tingkat pencapaiannya. Upaya evaluasi iuga
menjadi lebih mudah dilakukan, sehingga jika rencana yang telah dibuat ternyata gagal
mencapai tujuan dapat ditemukan dimana letak kegagalan dan dapat dengan cepat

t2

dilakukan perbaikan (menghindari rasa putus asa, dan keterpakuan pada satu cara
yang belum tentu efektif).

REFERENCES:
Duvall, Evelyn Ruth Millis.LyTT.Marriage and Family Deuelopment.

Sth

edition. JB

Lippincott Company. Philadelphia
Wilkinson, Ian. 1998. Child and FamilyAssessment: Clinical

Guidelinesfor'

Pr actiioners. 2nd edition. Routledge. Nelv York

l3

Bandung, Oktober zooT
Salam sejahtera untuk kita semua,

Ibu Dr.Hendriati Agustiani,yang
telah menyatakan bersedia berpartisipasi dalam seminar perkawinan Lets Talk about Mqrried
yang akan dilaksanakan pada r7 November 2oo7. Sehubungan dengan acara tersebut, maka
melalui surat ini Kami mengajukan undangan resmi kepada Ibu untuk menjadi pEmbicara.
Selain daripada itu, kami hendak memberitahukan beberapa hal penting berkaitan dengan
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada

kegiatan tersebut:

(r) Nama Kegiatan

: Seminar Perkawinan Lets Talk about Marriage

Hari/Tanggal

: r7 November 2oo7

Tempat

: Malabar room Hotel Papandayan tsandung

(z) Pembicara diminta mengirimkan makalahnya dalam format ms word melalui email
ke alamat Langgersarielsari(Dyahoo.com sebelum tanggal 5 Novembe

t 2oo7

(S) Untuk kepentingan presentasi, maka pembicara diharapkan juga mempersiapkan
materi presentasi dalam format power point
(4) Susunan kegiatan kami lampirkan

Demikianlah pemberitahuan

ini kami sampaikan. Atas bantuan dan

kerjasamanya

mendukung kegiatan seminar ini, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Mengetahui,

Hormat kami,

Ketua Panitia Dies Natalis ke-46 Fapsi Unpad

Ketua Panitia Seminar

Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si

nti P, S. Psi

Susunan kegiatan Lets TaIk about

Marriage

oB.oo-oB.Bo

Registrasi dan pembagian seminar kit

oB.3o-o8.45

Sambutan Dekan Fakultas Psikologi Unpad

o8.45-o9.oo

Pemutaran film pendek kehidupan keluarga dalam to tahun pertama

o9.oo-10.oo

Materi I: Kehid.upan pernikahan masa kini

Prof. Dr. Sawitri Supardi Sadarjoen
10.OO-10.15

Coffee Break

1O.15-11.15

Materi

ll:

Family Life Cycle, the crisis, tips and trick

Dr;:Ilendriati Agq$tiani
11.15-12.15

sesi tanya jawab dan diskusi

12.15-13.15

istirahat shalat dan makan siang

13.15-13.3o

Pemutaran film pendek pernikahan di Indonesia dan KDRT

13.3o-14.3o

Materi

III:

Mengenal keluarga sebagai sebuah sistem, kemitraan dalam

kehidupan keluarga, dan pernikahan di Indonesia
14.30- 15.45

Dra. Sri Rahayu Astuti M.Si
Materi fV: Kekerasan dalam Rumah Tangga: fenomena yang perlu kita
waspadai

dr. Hedy B.

Sampurrro, MPH dan
mewakili JaRl

Dr. Rismijati E. Koesma

(LSM di Bandung yangkhusus menangani kasus KDRT)
15.45-16.oo

Coffee break

r6.oo-r6.45

Sesi tanya jawab dan diskusi

t6.45-r7.oo

Penutupan