penyebaran informasi cara melakukan aborsi serta pengawasan penjualan obat aborsi melalui media internet.
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENYEBARAN INFORMASI CARA
MELAKUKAN ABORSI SERTA PENJUALAN OBAT ABORSI MELALUI
MEDIA INTERNET
Leoaman Bosoby Dupe
110111090136
Dalam setiap perkembangan pasti terdapat sisi negatif dan positif,
begitu juga tidak luput dengan perkembangan teknologi dan komunikasi
saat ini. Segi positif perkembangan teknologi dan komunikasi adalah
memudahkan manusia untuk menghadapi berbagai permasalahan
dikehidupanya. Sedangkan imbas negatif dari perkembangan ini antara
lain adalah mengenai begitu mudahnya untuk mengakses berbagai
macam informasi yang dapat merugikan salah satunya adalah informasi
mengenai cara melakukan aborsi serta penjualan obat-obat illegal
khususnya obat aborsi melaui media internet (aborsi online). Tujuan dari
penellitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fenomena aborsi
online ini di tinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008
tentang ITE, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
serta bagaiman pengawasan pemberian izin penjualan obat aborsi melalui
media internet oleh Badan POM
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan metode yuridis normatif yang dilakukan dengan
cara melakukan studi kepustakaan, peraturan terkait yaitu UndangUndang ITE dan Undang-Undang Kesehatan serta bahan hukum
sekunder dan tersier.
Pelaku aborsi online dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat (1) dan 28
ayat (2) Undang-Undang ITE dan Pasal 196, Pasal 197 dan Pasal 198
Undang-Undang Kesehatan. Badan POM merupakan badan yang
bertanggung jawab dalam pemberian izin serta pengawasan dalam
peredaran obat dan makanan di Indonesia. Badan POM dapat mencegah
maraknya penyebaran obat aborsi di Indonesia baik yang diperjualbelikan
secara biasa, maupun yang diperjualbelikan melalui media internet.
Dibutuhkan koordinasi yang baik antara Badan POM dengan pihak
kepolisian sebagai aparatur penegak hukum, dalam menindak pelaku
penyebaran informasi cara melakukan aborsi dan penjual obat aborsi
melalui media internet, serta Kementrian Kominfo dapat berperan
dengan cara seperti menutup situs yang menawarkan baik informasi
mengenai cara melakukan aborsi dan obat aborsi melalui media internet.
iv
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENYEBARAN INFORMASI CARA
MELAKUKAN ABORSI SERTA PENJUALAN OBAT ABORSI MELALUI
MEDIA INTERNET
Leoaman Bosoby Dupe
110111090136
Dalam setiap perkembangan pasti terdapat sisi negatif dan positif,
begitu juga tidak luput dengan perkembangan teknologi dan komunikasi
saat ini. Segi positif perkembangan teknologi dan komunikasi adalah
memudahkan manusia untuk menghadapi berbagai permasalahan
dikehidupanya. Sedangkan imbas negatif dari perkembangan ini antara
lain adalah mengenai begitu mudahnya untuk mengakses berbagai
macam informasi yang dapat merugikan salah satunya adalah informasi
mengenai cara melakukan aborsi serta penjualan obat-obat illegal
khususnya obat aborsi melaui media internet (aborsi online). Tujuan dari
penellitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fenomena aborsi
online ini di tinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008
tentang ITE, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
serta bagaiman pengawasan pemberian izin penjualan obat aborsi melalui
media internet oleh Badan POM
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan metode yuridis normatif yang dilakukan dengan
cara melakukan studi kepustakaan, peraturan terkait yaitu UndangUndang ITE dan Undang-Undang Kesehatan serta bahan hukum
sekunder dan tersier.
Pelaku aborsi online dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat (1) dan 28
ayat (2) Undang-Undang ITE dan Pasal 196, Pasal 197 dan Pasal 198
Undang-Undang Kesehatan. Badan POM merupakan badan yang
bertanggung jawab dalam pemberian izin serta pengawasan dalam
peredaran obat dan makanan di Indonesia. Badan POM dapat mencegah
maraknya penyebaran obat aborsi di Indonesia baik yang diperjualbelikan
secara biasa, maupun yang diperjualbelikan melalui media internet.
Dibutuhkan koordinasi yang baik antara Badan POM dengan pihak
kepolisian sebagai aparatur penegak hukum, dalam menindak pelaku
penyebaran informasi cara melakukan aborsi dan penjual obat aborsi
melalui media internet, serta Kementrian Kominfo dapat berperan
dengan cara seperti menutup situs yang menawarkan baik informasi
mengenai cara melakukan aborsi dan obat aborsi melalui media internet.
iv