Notaris Keberatan Biaya Akses Sisminbakum.
..
KORANt9TEMPO
(halaman)@(i)
(kolom
)O~
o Senin
17
18
OJan
. Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumaf
456
123
19
OPeb
20
7
21
o Mar OApr
8
23
22
~
10
24
OMei 8Jun
11
25
OJul
o Sabfu
12
26
0
13
27
0 Ags OSep
Minggu
14
28
15
29
OOkt
ONov
16
30
31
ODes
Notaris Keberatan Biaya
Akses Sisminbakum
Pernah dijanjikan bakal
menguntungkan
keuangan negara.
JAKARTA
-
Ikatan NotarisIndone-
sia merasa terpaksa membayar
pungutan biaya akses Sistem Administrasi Badan Hukum atau
Sisminbakum. Menurut bek~s
Ketua Ikatan Notaris Harun Kamil, organisasinya pernah menyatakan keberatan atas pungutan
ini kepada Direktorat Jenderal
Administrasi
Badan Hukum
Umum Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia sebagai penye1enggara Sisminbakum.
"Direktur Jenderal AHU (RomIi Atmasasmita) saat itu mengatakan biaya akses sebesar itu sudah
dihitung akuntan," kata Harun
saat memberikan kesaksian di
persidangan kasus dugaan korupsi Sisminbakum dengan terdakwa
Romli Atmasasmita di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan kemarin.
Menurut Harun, saat itu pihak
direktorat tak menggubris kebe-
ratan notaris. Organisasinya, kata
Harun, juga berkali-kali menanyakan perhitungan biaya itu kepada PI' Sarana Rekatama Dinamika, rekanan direktorat dalam
proyek Sisminbakum.
Kasus ini bermula ketika
Romli menjabat Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
(AHU) di Departemen Hukum
dan HAM pada 2001. Romli, atas
perintah atasannya saat itu,
Menteri Kehakiman dan HAM,
menerapkan pelayanan permohonan dan pendirian perusahaan dari notaris secara online.
Untuk dapat mengakses sistem
yang ke1ak dikenal sebagai Sisminbakum itu, notaris dikenai sejumlah biaya. Tapi, dalam penyeIidikan jaksa, duit pungutan yang
disebut biaya akses itu tak masuk
ke kas negara, me1ainkan ke rekening PI' Sarana sebagai penyedia
jasa aplikasi Sisminbakum, dan
pihak Direktorat. Akibatnya, dari 2001 hingga 2008, negara diduga dirugikan Rp 415 miliar.
Dalam persidangan itu Harun
--
Kliping
Humos
--
---
-
Unpod
2009
juga mengungkapkan
bahwa
Romli pernah menjanjikan Sisminbakum bakal menguntungkan keuangan negara. Alasan
Romli saat itu, kata Harun, keuangan negara bertambah selling dengan perubahan biaya
pendirian akta perusahaan setelah Sisminbakum berlaku. Hal
itu, kata Harun, dikatakan RomIi di depan para notaris di Bandung pada Mei 2000.
Sebelum Sisminbakum diterapkan, kata Harun, notaris hanya membayar Rp 200 ribu agar
permohonan pendirian perusahaan dikabulkan. Duit itu, kata
dia, masuk kas negara sebagai
pendapatan negara bukan pajak.
Adapun Romli membantah
anggapan bahwa notaris keberatan dibebani biaya akses. Menurut
Romli, pada dua pertemuan setelab Sisminbakum berjalan, notaris meminta kebijakan itu diteruskan. Tapi ia tak menyangkal
pernah mengatakan keuangan
negara bakal diuntungkan dengan Sisminbakum. 8M101SB'1W1
--
-
KORANt9TEMPO
(halaman)@(i)
(kolom
)O~
o Senin
17
18
OJan
. Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumaf
456
123
19
OPeb
20
7
21
o Mar OApr
8
23
22
~
10
24
OMei 8Jun
11
25
OJul
o Sabfu
12
26
0
13
27
0 Ags OSep
Minggu
14
28
15
29
OOkt
ONov
16
30
31
ODes
Notaris Keberatan Biaya
Akses Sisminbakum
Pernah dijanjikan bakal
menguntungkan
keuangan negara.
JAKARTA
-
Ikatan NotarisIndone-
sia merasa terpaksa membayar
pungutan biaya akses Sistem Administrasi Badan Hukum atau
Sisminbakum. Menurut bek~s
Ketua Ikatan Notaris Harun Kamil, organisasinya pernah menyatakan keberatan atas pungutan
ini kepada Direktorat Jenderal
Administrasi
Badan Hukum
Umum Departemen Hukum dan
Hak Asasi Manusia sebagai penye1enggara Sisminbakum.
"Direktur Jenderal AHU (RomIi Atmasasmita) saat itu mengatakan biaya akses sebesar itu sudah
dihitung akuntan," kata Harun
saat memberikan kesaksian di
persidangan kasus dugaan korupsi Sisminbakum dengan terdakwa
Romli Atmasasmita di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan kemarin.
Menurut Harun, saat itu pihak
direktorat tak menggubris kebe-
ratan notaris. Organisasinya, kata
Harun, juga berkali-kali menanyakan perhitungan biaya itu kepada PI' Sarana Rekatama Dinamika, rekanan direktorat dalam
proyek Sisminbakum.
Kasus ini bermula ketika
Romli menjabat Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum
(AHU) di Departemen Hukum
dan HAM pada 2001. Romli, atas
perintah atasannya saat itu,
Menteri Kehakiman dan HAM,
menerapkan pelayanan permohonan dan pendirian perusahaan dari notaris secara online.
Untuk dapat mengakses sistem
yang ke1ak dikenal sebagai Sisminbakum itu, notaris dikenai sejumlah biaya. Tapi, dalam penyeIidikan jaksa, duit pungutan yang
disebut biaya akses itu tak masuk
ke kas negara, me1ainkan ke rekening PI' Sarana sebagai penyedia
jasa aplikasi Sisminbakum, dan
pihak Direktorat. Akibatnya, dari 2001 hingga 2008, negara diduga dirugikan Rp 415 miliar.
Dalam persidangan itu Harun
--
Kliping
Humos
--
---
-
Unpod
2009
juga mengungkapkan
bahwa
Romli pernah menjanjikan Sisminbakum bakal menguntungkan keuangan negara. Alasan
Romli saat itu, kata Harun, keuangan negara bertambah selling dengan perubahan biaya
pendirian akta perusahaan setelah Sisminbakum berlaku. Hal
itu, kata Harun, dikatakan RomIi di depan para notaris di Bandung pada Mei 2000.
Sebelum Sisminbakum diterapkan, kata Harun, notaris hanya membayar Rp 200 ribu agar
permohonan pendirian perusahaan dikabulkan. Duit itu, kata
dia, masuk kas negara sebagai
pendapatan negara bukan pajak.
Adapun Romli membantah
anggapan bahwa notaris keberatan dibebani biaya akses. Menurut
Romli, pada dua pertemuan setelab Sisminbakum berjalan, notaris meminta kebijakan itu diteruskan. Tapi ia tak menyangkal
pernah mengatakan keuangan
negara bakal diuntungkan dengan Sisminbakum. 8M101SB'1W1
--
-