Kuliah Pertanian Organik Jadi tren.
4
.
20
o Mar
[(OMPAS
o Rabu o Kamis
Se/asa
f
5
21
OApr
7
22
8
23
9
0
Juma ~
10
24
U Jun 0
OMei
0
11
26
0
Jul
.
12
25
Ags
0
Sabtu
27
'--'-'Sep
13
Minggu
@
14
2U
0
---
Okt
29
0
30
Nov
Kuliah Pertanian
Organik Jadi Tren
Peminat Jurusan Pertanian Tradisional Menurun
JAKARTA, KOMPAS - Perkuliahan pertanian
organik kian diminati di perguliIan tinggi luar
negeri. Sejumlah perkuliahan yang mengusung nama
sistem pangan berkelanjutan, agrikultur organik, dan
.agroekologi menjamur di sejumlah perguruan tinggi
di Amerika Serikat.
I
-----
Washington State University,
misalnya, menciptakan mayor
baru di bidang sistem agrikultur
organik. Program itu memberikan kesempatan kepada mahasiswa mendapatkan pengalaman
magang di pertanian yang kemudian menjadi salah satu daya
tarik.
Salah seorang pendiri program
tersebut di Washington State
University, Reganold, mengungkapkan, ia kerap mendapat masukan dari para pengusaha yang
menyatakan betapa pertanian organik semakin populer, tetapi
masih sulit mencari staf yang
memiliki pengetahuan tentang
hal itu.
Sejumlah perusahaan makanan yang mengusung merek dagang organik juga menyatakan
keluhan senada. Umumnya, mereka mencari manajer pertanian
organik dan staf penjualan, tetapi
tenaga yang dibutuhkan itu sangat sulit didapatkan.
Damian Parr, seorang kandidat doktor di bidang pertanian
han makanan organik, program-program tersebut lahir se~
iring dengan naiknya minat para
mahasiswa dengan hal-hal yang
serba "hijau atau peduli lingkungan", perubahan industri makanan, dan berkurangnya para
peserta program agrikultur tradisional.
"Beperapa perubahan terjadi
sangat cepat. Salah satunya
menurunnya
peminat program-program agronomi tradisional," ujar Michelle Schroeder-Moreno, asisten .profesordan
koordinator Program Agroekologi di North Carolina State University. Program yang dikelolanya itu ditawarkan sebagai minor
di universitas tersebut.
Menariknya, para peminat kuliah pertanian organik ialah
orang-orang modem yang ingin
melirik kembali ke agrikultur
melalui agrikultur berkelanjutan
dan agroekologi. Umumnya, mereka juga orang-orang yang tidak
dibesarkan dengan latar belakang
kultur pertanian.
organik dari Universitas California, pekan lalu mengatakan, semakin diminatinya program pangan berkelanjutan (sustainable
food system) terkait erat dengan
pertumbuhan pangsa pasar makanan organik. Pasar organik di
Ame~
Serikat bertumbuh sekitar 20 persen dalam setahun,
walaupun dengan angka tersebut,
makanan organik baru menguasai 2,8 persen dari total pasar. .
Selain pertumbuhan
pasar ba-
S' k 1988
eJa
University of Maine di Amerika sudah sejak tahun 1988
membuka program sarjana di bidang Agrikultur Berkelanjutan
seiring dengan menurunnya peminat Agrikultur Tradisional.
Marienne Sarrantonio, Koordinator Program Agrikultur Berkelanjutan di universitas itu, mengatakan, program tersebut berorientasi kepada
~ ilmu pengeta-
Kliping
-- ~~
Hum os Unpod
-
--
-
huan agrikultural yang bersifat
teknis dengan kurikulum inti antara lain adalah ilmu tumbuhan,
ilmu tanah, sistem panen, ekologi
hama, entomologi, dan manajemen.
Di University of Missouri Columbia, mayor agrikultur berkelanjutan mempunyai dua trek,
yakni Produksi Pertanian, Peternakan, dan Komunitas serta Sistern Pangan yang lebih berorientasi studi sosial.
Adapun di Montana State University, program sarjana Pangan
Berkelanjutan dan Sistem Bioenergi termasuk baru. "Program
tersebut memberikan peluang
kerja sangat baik karena tidak
semata soal produksi pertanian,
tetapi juga terkait dengan implikasinya di bidang kesehatan
dan ekonomi lokal," ujar Mary
Stein, Koordinator Program Pangan Berkelanjutan dan Sistem
Bioenergi di Montana State University.
'
M Ih t I
e I a apangan
Mentransformasi kurikulum
pertanian organik sendiri tidak
mudah, bahkan cenderung lambat. Keterlambatan itu antara lain karena universitas harus melihat perkembangan di lapangan
dan dampaknya. Mereka harus
memerhatikan pemasaran yang
nyata, lapangan pekerjaan, dan
keseimbangan di dalam program-program tersebut.
"Ini barangkali yang menjadi
kritik bahwa perguruan tinggi
tradisional terlalu lambat dalam
beradaptasi dengan perubahan.
Padahal, adaptasi itu sangat
membantu dalam berkompetisi
di lingkungan yang baru ini," ujar
Jerry DeWitt, Director of The
Leopold Center for Sustainable
Agriculture di Iowa.
(INSIDEHIGHERED/
SEATTLEPI.COM/lNE)
200Q'
-------
-- - - ...--
.
20
o Mar
[(OMPAS
o Rabu o Kamis
Se/asa
f
5
21
OApr
7
22
8
23
9
0
Juma ~
10
24
U Jun 0
OMei
0
11
26
0
Jul
.
12
25
Ags
0
Sabtu
27
'--'-'Sep
13
Minggu
@
14
2U
0
---
Okt
29
0
30
Nov
Kuliah Pertanian
Organik Jadi Tren
Peminat Jurusan Pertanian Tradisional Menurun
JAKARTA, KOMPAS - Perkuliahan pertanian
organik kian diminati di perguliIan tinggi luar
negeri. Sejumlah perkuliahan yang mengusung nama
sistem pangan berkelanjutan, agrikultur organik, dan
.agroekologi menjamur di sejumlah perguruan tinggi
di Amerika Serikat.
I
-----
Washington State University,
misalnya, menciptakan mayor
baru di bidang sistem agrikultur
organik. Program itu memberikan kesempatan kepada mahasiswa mendapatkan pengalaman
magang di pertanian yang kemudian menjadi salah satu daya
tarik.
Salah seorang pendiri program
tersebut di Washington State
University, Reganold, mengungkapkan, ia kerap mendapat masukan dari para pengusaha yang
menyatakan betapa pertanian organik semakin populer, tetapi
masih sulit mencari staf yang
memiliki pengetahuan tentang
hal itu.
Sejumlah perusahaan makanan yang mengusung merek dagang organik juga menyatakan
keluhan senada. Umumnya, mereka mencari manajer pertanian
organik dan staf penjualan, tetapi
tenaga yang dibutuhkan itu sangat sulit didapatkan.
Damian Parr, seorang kandidat doktor di bidang pertanian
han makanan organik, program-program tersebut lahir se~
iring dengan naiknya minat para
mahasiswa dengan hal-hal yang
serba "hijau atau peduli lingkungan", perubahan industri makanan, dan berkurangnya para
peserta program agrikultur tradisional.
"Beperapa perubahan terjadi
sangat cepat. Salah satunya
menurunnya
peminat program-program agronomi tradisional," ujar Michelle Schroeder-Moreno, asisten .profesordan
koordinator Program Agroekologi di North Carolina State University. Program yang dikelolanya itu ditawarkan sebagai minor
di universitas tersebut.
Menariknya, para peminat kuliah pertanian organik ialah
orang-orang modem yang ingin
melirik kembali ke agrikultur
melalui agrikultur berkelanjutan
dan agroekologi. Umumnya, mereka juga orang-orang yang tidak
dibesarkan dengan latar belakang
kultur pertanian.
organik dari Universitas California, pekan lalu mengatakan, semakin diminatinya program pangan berkelanjutan (sustainable
food system) terkait erat dengan
pertumbuhan pangsa pasar makanan organik. Pasar organik di
Ame~
Serikat bertumbuh sekitar 20 persen dalam setahun,
walaupun dengan angka tersebut,
makanan organik baru menguasai 2,8 persen dari total pasar. .
Selain pertumbuhan
pasar ba-
S' k 1988
eJa
University of Maine di Amerika sudah sejak tahun 1988
membuka program sarjana di bidang Agrikultur Berkelanjutan
seiring dengan menurunnya peminat Agrikultur Tradisional.
Marienne Sarrantonio, Koordinator Program Agrikultur Berkelanjutan di universitas itu, mengatakan, program tersebut berorientasi kepada
~ ilmu pengeta-
Kliping
-- ~~
Hum os Unpod
-
--
-
huan agrikultural yang bersifat
teknis dengan kurikulum inti antara lain adalah ilmu tumbuhan,
ilmu tanah, sistem panen, ekologi
hama, entomologi, dan manajemen.
Di University of Missouri Columbia, mayor agrikultur berkelanjutan mempunyai dua trek,
yakni Produksi Pertanian, Peternakan, dan Komunitas serta Sistern Pangan yang lebih berorientasi studi sosial.
Adapun di Montana State University, program sarjana Pangan
Berkelanjutan dan Sistem Bioenergi termasuk baru. "Program
tersebut memberikan peluang
kerja sangat baik karena tidak
semata soal produksi pertanian,
tetapi juga terkait dengan implikasinya di bidang kesehatan
dan ekonomi lokal," ujar Mary
Stein, Koordinator Program Pangan Berkelanjutan dan Sistem
Bioenergi di Montana State University.
'
M Ih t I
e I a apangan
Mentransformasi kurikulum
pertanian organik sendiri tidak
mudah, bahkan cenderung lambat. Keterlambatan itu antara lain karena universitas harus melihat perkembangan di lapangan
dan dampaknya. Mereka harus
memerhatikan pemasaran yang
nyata, lapangan pekerjaan, dan
keseimbangan di dalam program-program tersebut.
"Ini barangkali yang menjadi
kritik bahwa perguruan tinggi
tradisional terlalu lambat dalam
beradaptasi dengan perubahan.
Padahal, adaptasi itu sangat
membantu dalam berkompetisi
di lingkungan yang baru ini," ujar
Jerry DeWitt, Director of The
Leopold Center for Sustainable
Agriculture di Iowa.
(INSIDEHIGHERED/
SEATTLEPI.COM/lNE)
200Q'
-------
-- - - ...--