Laporan Pertanian Organik Pertanian Organik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, jumlah penduduk di Indonesia makin meningkat. Dalam
setiap tahunnya terjadi pertambahan jumlah penduduk. Seiring dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk,
permintaan
kebutuhan
pokok
juga
meningkat. Permintaan kebutuhan pokok yang melambung tinggi, tidak dapat
terpenuhi secara keseluruhan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pokok,
pemerintah harus mengimpor. Contohnya saja impor beras dari Thailand.
Bila dilihat dari wilayahnya, Indonesia memiliki potensi yang besar di
sektor pertanian. Indonesia dikenal dengan negara agraris, dimana rata- rata
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Tapi hal ini berbalik arah
dengan kenyataan yang terjadi, dimana Indonesia tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok dalam negeri.
Hal ini dikarenakan kualitas lahan di
Indonesia yang buruk sehingga produktivitas pertanian rendah.
Kualitas lahan yang buruk disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
diantaranya adalah penggunaan bahan- bahan kimia dalam pelaksanaan
budidaya. Petani di Indonesia masih bergantung pada bahan- bahan kimia,
misalnya pestisida untuk menanggulangi hama penyakit tanaman.
Penggunaan pestisida dalam proses produksi pertanian secara terusmenerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terdapatnya residu
pestisida baik lahan pertanian maupun residu pada hasil pertanian. residu
dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyrakat. Oleh karena itu untuk
mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan terjadinya
bahaya pestisida, maka perlu ditetapkan batas maksimum (ambang batas)
residu. Untuk memperbaiki kondisi ini, maka perlu menggalakkan
penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan hama. Penggunaan
pestisida nabati mempunyai manfaat yang nyata, diantaranya mampu menekan
pemakaian pupuk kimia yang boros anggaran dan merusak lahan pertanian,
melepaskan ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia
diharapkan dapat memberdayakan ekonomi para petani serta dapat
menciptakan lingkungan yang sehat.
Banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati,
salah satunya tanaman cabai. Cabai merupakan tanaman yang mudah ditanam
terutama di Indonesia. Selain itu juga dapat diproduksi dalam skala kecil atau
rumah tangga.
Oleh karena itu laporan ini akan membahas mengenai pestisida nabati
dari cabai. Dimana pestisida nabati ini lebih ramah lingkungan, sehingga
pencemaran lingkungan dapat diminimalisir dan segala bentuk bahaya juga
dapat dikendalikan.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui
macam-
macam
pestisida
nabati
dan
bahan
penyusunnya.
2. Untuk mengetahui manfaat pestisida nabati.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pestisida nabati.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan dan pengaplikasian pestisida nabati
cabai.
5. Untuk mengetahui prinsip kerja pestisida nabati cabai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pestisida Nabati
1) Pestisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
alam, misalnya tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable)
di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi
manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang.
(Hendayana, 2010)
2) Pestisida nabati adalah hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman, baik dari
daun, buah, biji, atau akar. Biasanya bagaian tanaman tersebut mengandung
senyawa atau metabolit sekunder serta memiliki racun terhadap hama dan
penyakit tertentu.
(Herliana, 2010)
3) Pestisida nabati adalah bentuk ramuan alami pembasmi hama yang bahan
aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun,
batang atau buah. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi berbagai
bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin.
(Rusfita, 2013)
4) Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari
tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
(Meilin, 2009)
2.2 Macam- macam Pestisida Nabati dan Bahan Penyusunnya
Berikut ini beberapa jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai
pestisida nabati, antara lain :
No
1
Nama Tanaman
Jambu mete
Anaccadium
Bagian
Bahan Aktif
Tanaman
Kulit biji mete Asam anakardat,
odontinale
2
3
Wedusan
Ageratum
conyzoides
Sirsat
Annona muricata
Daun
Biji
OPT sasaran
Hama
cardamol, cardol, 2-
penghisap
metil cardanol
Precocene I,
Hama
prepocene II
penghisap, ulat
Alkaloid, asam
Hama
amino, polifenol,
penghisap
minyak atsiri,
4
Mimba
Azadirachta
Biji, daun
acetogenin
Azadirachtin,
Ulat, hama
milentriol, salannin
penghisap,
indica
5
Tembakau
Nicotiana
nematoda,
Daun
tabacum
6
Mindi
Melia azeoarach
Biji, daun
Nicotiniod,
jamur
Hama
anabarine,
penghisap,
myosinine,
nematode
piperidine
Margosin
Ulat, hama
penghisap,
nematoda,
7
8
Kenikir
Cosmos caudatus
Brotowali
Tinospora
Daun
Terthienyl
penghisap,
Sulur
Alkaloida
10
11
12
13
Legundi
Vitex trifolia
Jarak pagar
Jatropha curcas
Jeringau
Acorus calamus
nematode
Hama
penghisap,
tuberculata
9
hama gudang
Hama
hama
Daun
Biji
Bicucine,
penggerek
Ulat, hama
corlumedine,
penghisap
allocryptopie
Reisin, alkaloid
Ulat, hama
penghisap,
Daun
Pepaya
Carica papaya
Daun
Gadung
Dioscorea hispida
Umbi
nematode
Arosone, kalomenol, Hama
kalomen, metil
penghisap
eugenol, eugenol
Papain
Ulat, hama
Diosgenin, steroid,
penghisap
Ulat, hama
saponin, alkohol,
penghisap
14
15
Sirih
Chaviva
auriculata
Pacar cina
Aglaia odorata
Daun
fenol
Fenol, kavokol
Hama
penghisap
Daun
Minyak atsiri,
Ulat
alkaloid, saponin,
flavonin, tannin
16
17
Bawang Merah
Allium cepa var.
Aggregatum L
Cabai
Capsicum annum
Kulit
Acetogenin,
Ulat
squamosin
Biji
Kapsaisin,
Ulat
dihidrokapsaisin,
(Ardiansyah, 2013)
2.3 Manfaat Pestisida Nabati
1) Repelan, yaitu menolak/mengusir kehadiran serangga (misal dengan cara
mengeluarkan bau yang menyengat/tidak disukai serangga).
2) Antifidan, mencegah serangga hama memakan bagian tanaman yang telah
diberi pestisida nabati (memberikan rasa tidak enak pada tanaman bagi
serangga hama).
3) Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
4) Membuat kemandulan pada serangga betina.
5) Racun saraf pada serangga.
6) Mengacaukan sistem hormon pada serangga.
7) Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dipakai pada perangkap
serangga.
8) Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
(Sito, Jake. 2013)
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Nabati
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan pestisida nabati adalah :
a) Teknologi
pembuatannya
lebih
mudah
dan
murah,
sehingga
memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
b) Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun
makhluk hidup, sehingga relatif aman untuk digunakan
c) Tidak beresiko menyebabkan keracunan pada tanaman, sehingga tanaman
yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari
pencemaran zat kimia berbahaya.
d) Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida
kimia.
((Rusfita, 2013)
Kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain:
a) Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik,
kimia
maupun
biotik
dari
lingkungannya,
maka
penggunaannya
memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan
pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya
b) Kebanyakan senyawa organik nabati tidak polar sehingga sukar larut di air
karena itu diperlukan bahan pengemulsi
c) Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk
mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan
yang banyak
d) Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten
bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massal
e) Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman
yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya
yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut
(Martono, 1997)
2.5 Menganalisa Penelitian dari Jurnal yang berhubungan dengan pestisida
nabati
Jurnal yang berjudul “Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa
pestisida nabati Untuk menurunkan palatabilitas ulat grayak (spodoptera
litura fabr.) Di laboratorium” membahas mengenai penggunaan pestisida
nabati yang terbuat dari biji dan daun sirsak, daun dan bunga babadotan, biji
saga, daun sembung, daun melinjo untuk menurunkan palatibilitas ulat
grayak. Dari hasil penelitian, pestisida yang terbuat dari ekstrak biji sirsak
mempunyai pengaruh yang besar dalam menurunkan palbilitas ulat grayak.
Pengaplikasian pestisida nabati ini dilakukan selama 7 hari, setelah 7 hari
aktivitas makan ulat grayak pada tanaman percobaan (kedelai) menurun
sebesar 49,80%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaplikasian pestisida nabati
biji sirsak menyebakan kematian dan berpengaruh negatif terhadap
palatabilitasnya atau bersifat anti-feedant. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maryani (1995) yang mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung senyawa
bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan antifeedant. Hal tersebut
juga didukung oleh pendapat Kardinan (2002) yang menyatakan bahwa buah
mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain
yang selain dapat berperan sebagai insektisida dan larvasida juga
dapatberfungsi sebagai penolak serangga dan anti-feedant.
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pembuatan pestisida nabati pada hari Sabtu, 30 Desember 2013 di
Jalan KH. Yusuf No. 165 (Rumah Rizka Adida Novalis).
3.2 Alat Dan Bahan Beserta Fungsinya
a) Alat
Blender untuk menghaluskan cabai merah
Kompor untuk memasak cabai yang sudah halus
Penggorengan untuk menggoreng cabai yang telah dihaluskan
Mangkuk / Baskom sebagai wadah setelah
Gelas Ukur untuk mengukur air
Spatula untuk mengaduk cabai
Saringan untuk menyaring pestisida yang sudah diendapkan
Botol plastik bekas tmpat pestisida
Kamera alat dokumentasi
b) Bahan
500 gr Cabai rawit merah (Capsium Frutescens L) bahan utama
pembuatan pestisida
1 Liter Air Kran Air digunakan untuk bahan campuran saat memasak,
agar pestida nanti menjadi bentuk cair.
3.3 Diagram Alir + Penjelasan
SMC ai aeb pna ki mand bi pani s ahg ka n
CMalabaasut aid iankkandyani hcugallciasuu rskanud ta hn hcabal u ais d i m asa k d e n ga n 1
cabddsamearn iaigapt aaisenn bgkaicarb eanr as nyaki hdyai
ldbi tahal aranmai rw h adi n gahga d mane nd di ai dm i hka d n a n b au n ya
5b 0l e 0n grd e a r m
hsearl a u m a
Untuk membuat pestisida nabati dari cabai rawit yang perlu dilakukan
adalah mempersiapkan alat dan bahan, dibutuhkan cabai rawit sebanyak 500
gram untuk mendapatkan hasil pestisida sebanyak ± 1 liter, setelah di dapat
cabai rawit dengan berat yang dibutuhkan, dilakukan pemisahan antara buah
dengan tangkainya, karena untuk membuat pestisida yang diperlukan hanya
buahnya saja. Saat sudah terkumpul buah cabai tanpa tangkai, cabai rawit
dicuci hingga bersih. Lalu, cabai rawit diblender hingga halus agar sari atau
ekstrak dari buah cabai dapat keluar, dan dimasukkan ke dalam wajan untuk
dimasak dengan air sebanyak 1 liter sampai mendidih dan mengeluarkan bau
yang harum. Jika, sudah mendidih dan baunya harum larutan cabai
dipindahkan kedalam suatu wadah dan di diamkan selama ± 7 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Cabai rawit atau cabe rawit, adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum. Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat
matang. Ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, namun cukup
pedas karena kepedasannya mencapai 50.000-100.000 pada skala Scoville.
Cabai rawit biasa di jual di pasar bersama dengan varitas cabai lainnya. Cabai
rawit mengandung kapsaisin yang dapat mengganggu metabolisme serangga
dan bekerja pada susunan syaraf sentral serangga, kapsantin, karotenoid,
alkaloid, resin, minyak atsiri, serta vitamin A dan C.
Dari hasil pengamatan secara langsung, menunjukkan bahwa cabai
rawit yang telah diolah menjadi pestisida nabati warnanya berbeda. Warna
cabai dihaluskan warnanya belum
terlalu merah, sedangkan setelah
dipanaskan warnanya terlihat merah. Dan ketika ditambahkan air, larutannya
terdapat buih. Aroma yang diciptakan setelah dan sebelum dipanaskan sangat
menyengat dan beraroma sambal.
Pestisida nabati cabai berperan dalam penanggulangan hama ulat.
Dimana komposisi pada pestisida cabai ini mengandung bahan kimia
kapsaisin. Dalam pengaplikasiaanya, cukup menyemprotkan pestisida pada
tanaman sasaran sebanyak 10 kali semprot.
4.2 Pembahasan
Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi
sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri.
Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan
dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian
petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida.
Pestisida nabati adalah solusi terbaik untuk membasmi hama secara mudah
dan murah. Selain itu ramuan ini sangat ramah lingkungan, sehingga tidak
merusak ekosistem di sekitarnya. Ramuan pestisida nabati dapat dibuat
sendiri dengan teknologi yang sangat sederhana. Sangat memungkinkan
untuk dikerjakan secara perorangan, kelompok ataupun dalam skala usaha
tertentu. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk mengolah pestisida
nabati diantaranya dengan teknik merendam, mengestrak, dan ataupun
merebus bagian tertentu dari tanaman yang memiliki efek mengusir hama.
Sebagai salah satu contohnya yaitu pestisida yang berasal dari cabai
rawit yang mana cabai rawit mengandung senyawa kimia, kapsaisin,
flavanoid, alkaloid, senyawa polevenolad dan minyak atsiri mempunyai sifat
lavarsida dan insektisida. Senyawa tersebut brfungsi menghalau kutu tungau,
ulat sampai cacing tanah perusak akar. Kapsaisin memberikan rasa pedas dan
serangga akan kepedasan hebat sampai mati mengering dengan membrane sel
rusak kehabisan cairan.
Dikatakan bahwa cabai rawit mempunyai beberapa senyawa kimia
mungkin dapat terlihat ketika pemasakan larutan cabai pada praktikum yang
sudah dilakukan dimana larutan cabai mengeluarkan minyak dari kapsaisin,
kapsaisin adalah zat nonpolar, tidak bisa dicampur air, persis seperti minyak.
Kapsaisin tersebut juga mengeluarkan aroma yang menyengat. Pada proses
pemasakan juga terjadi perubahan warna, dari warna cabai dihaluskan
warnanya belum
terlalu merah, sedangkan setelah dipanaskan warnanya
terlihat merah. Sebelum dimasak larutan cenderung kental, sedangkan setelah
dimasak larutan menjadi encer.
Kebanyakan pestisida nabati cabai biasanya digunakan untuk
memberantas hama ulat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang berjudul
“Pestisida Nabati Cabai untuk Membunuh Ulat Daun”, penelitian tersebut
menyatakan bahwa pestisida nabati bahan cabai efektif membunuh ulat daun.
Ulat sendiri sengaja dipilih karena ulat daun merupakan salah satu macam
hama. Menurut salah satu penelitian dari mahasiswa IPB tahun 2011 51% dari
100% hama tanaman adalah jenis ulat, selain belalang dan lain sebagainya.
Hama seperti yang kita tahu adalah salah satu faktor penghambat
pertumbuhan tanaman selain iklim, cuaca, dan faktor lainnya. Cabai
mengandung capsaicin yang memberi efek pedas dan nyeri. Kandungan inilah
salah satu faktor yang membuat ulat mati ketika disemprot.
Keberadaan serangan penyakit pada tanaman padi merupakan faktor
pembatas pertumbuhan dan hasil. Hama dan penyakit tanaman padi
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau
tidaknya usaha pertanian kita. Kerusakan tanaman padi karena hama dan
penyakit pada umumnya berkisar antara 5-10%, tetapi dapat pula kerusakan
terjadi sampai 100%. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit
bertujuan untuk mengamankan produksi atau membatasi kehilangan hasil.
Dalam Jurnal yang berjudul “Pengaruh Pestisida Organik Dan Jumlah Bibit
Perlubang Pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Oleh Sartono Joko Santoso
Dan Sumarmi” dikatakan bahwa Lombok atau cabai rawit (Cupsicum
fructescens) dan daun sirih tidak cocok untuk pertumbuhan penyakit dan
dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan jamur. Dari hasil penelitian
perasan buah cabai ruwit dan daun sirih dapat menekan pertumbuhan
sporangium dan memperlambat perkecambahan spora pada jamur.
Tabel diatas menunjukkan uji jarak berganda Duncan 5% pengaruh
macam pestisida organik dan jumlah bibit per lubang terhadap tinggi
tanaman, berat segar bangkasan, berat kering brangkasan, berat ganda per
rumpun dan berat gabah per petak.
Penyemprotan pestisida organik baik dari daun sirih (M 1), buah cabai
rawit (M2), terbukti telah dapat menekan perkembangan penyakit bercak
daun, sehingga pertumbuhan dan perkembangan daun meningkat. Daun
merupakan organ tanaman yang sangat penting bagi tanaman, karena pada
daun berlangsung proses fotosintesis. Meningkatnya proses fotosintesis dapat
berpengaruh
pada
peningkatan
berat
kering,
mencerminkan tingkat fotosintesis.
4.3 Dokumentasi
karena
berat
kering
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hsil dan pembahasan laporan di atas dapat disimpulkan bahwa
pestisida nabati merupakan salah satu solusi terbaik untuk membasmi hama
secara mudah dan murah. Beberapa macam komoditi yang dapat digunakan
sebagai pestisida antara lain pepaya, sirih, bawang merah, dan yang di pakai
untuk praktikum kelompok A1-3 adalah cabai rawit. Pestisida nabati dari
cabai rawit disini bermanfaat untuk mengendalikan hama ulat, juga dapat
untuk mengurangi serangan penyakit bercak daun.
Pestisida nabati dari cabai rawit dibuat dengan cara yang mudah,
hanya dengan menghaluskan dan memasak serta mendiamkan selama kurang
lebih ± 7 hari. Keunggulan dari pestida nabati adalah teknologi pembuatannya
lebih mudah dan murah, pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi
lingkungan, tidak beresiko menyebabkan keracunan pada tanaman,
menghasilkan
produk pertanian yang sehat.
Kekurangannya
adalah
penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak
dibandingkan pestisida kimiawi sintetik, kebanyakan senyawa organik nabati
tidak polar sehingga sukar larut di air, bahan nabati alami juga terkandung
dalam kadar rendah, bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat
usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massal.
5.2 Kritik dan Saran
Untuk praktikum mata kuliah Pertanian Organik selanjutnya dalam
memberikan informasi terkait praktikum diupayakan tidak mendadak, jadi semua
anggota praktikum dapat mengetahui agenda praktikum dan dapat hadir.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah.
Fiqhi.
2013.
Pestisida
nabati.
http://fiqhiardiansyah.
blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Diakses
pada
tanggal 02 Desember 2013
Hendayana, M. 2010. Pestisida nabati. http://jendela-tani.blogspot.com/2013/
04/pestisida-nabati-bagian-1.html. Diakses pada tanggal 02 Desember
2013
Herliana, Ersi. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Jakarta: Penebar
Swadaya
Meilin, Araz. 2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati Pada Tanaman Sayuran.
Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Purwantari, Sajimin. 2011. Pengaruh pestisida organik
dan
interval
penyemprotan terhadap produktivitas hijauan pakan tanaman alfalfa
(medicago
sativa).
http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/
images/publikasi/prosiding/pesnabiv/3.Sajimin-biopest%2041-50p.pdf.
Diakses pada tanggal 02 Desember 2013
Rusfita, Nova. 2013. Pestisida Nabati Cabai Untuk Membunuh Ulat Grayak.
http://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2013/05/6b.pdf. Diakses pada
tanggal 02 Desember 2013
Santoso, Joko; Sumarni. 2008. Pengaruh Pestisida Organik dan Jumlah Bibit
Perlubang
Pada
Tanaman
Padi.
/sains_seni/article/download/3739/1414.
Sito,
Desember 2013
Jake.
2013.
Fungsi
Pestisida
http://ejurnal.its.ac.id/index.php
Diakses
Nabati.
wordpress.com/2013/03/07/fungsi-pestisida-nabati/.
pada
tanggal
02
http://lsmorganik.
Diakses
pada
tanggal 02 Desember 2013
Tohir, Aji. 2010. Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa pestisida nabati untuk
menurunkan palatabilitas ulat grayak (spodoptera litura fabr.) Di
laboratorium.http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repo
sitory/download/47/49. Diakses pada tanggal 02 Desember 2013
LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN ORGANIK
“Pestisida Nabati”
Disusun Oleh:
Kelompok A1.3
Santi Oktavia
115040100111135
Rr Myristica Ayu Apriliana
115040100111141
Rizka Adida Novalis
115040100111150
M Idaman Putra
115040100111179
Asisten : Mas Dedy
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2013
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, jumlah penduduk di Indonesia makin meningkat. Dalam
setiap tahunnya terjadi pertambahan jumlah penduduk. Seiring dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk,
permintaan
kebutuhan
pokok
juga
meningkat. Permintaan kebutuhan pokok yang melambung tinggi, tidak dapat
terpenuhi secara keseluruhan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan pokok,
pemerintah harus mengimpor. Contohnya saja impor beras dari Thailand.
Bila dilihat dari wilayahnya, Indonesia memiliki potensi yang besar di
sektor pertanian. Indonesia dikenal dengan negara agraris, dimana rata- rata
penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Tapi hal ini berbalik arah
dengan kenyataan yang terjadi, dimana Indonesia tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok dalam negeri.
Hal ini dikarenakan kualitas lahan di
Indonesia yang buruk sehingga produktivitas pertanian rendah.
Kualitas lahan yang buruk disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
diantaranya adalah penggunaan bahan- bahan kimia dalam pelaksanaan
budidaya. Petani di Indonesia masih bergantung pada bahan- bahan kimia,
misalnya pestisida untuk menanggulangi hama penyakit tanaman.
Penggunaan pestisida dalam proses produksi pertanian secara terusmenerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terdapatnya residu
pestisida baik lahan pertanian maupun residu pada hasil pertanian. residu
dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyrakat. Oleh karena itu untuk
mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan terjadinya
bahaya pestisida, maka perlu ditetapkan batas maksimum (ambang batas)
residu. Untuk memperbaiki kondisi ini, maka perlu menggalakkan
penggunaan pestisida nabati untuk mengendalikan hama. Penggunaan
pestisida nabati mempunyai manfaat yang nyata, diantaranya mampu menekan
pemakaian pupuk kimia yang boros anggaran dan merusak lahan pertanian,
melepaskan ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia
diharapkan dapat memberdayakan ekonomi para petani serta dapat
menciptakan lingkungan yang sehat.
Banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati,
salah satunya tanaman cabai. Cabai merupakan tanaman yang mudah ditanam
terutama di Indonesia. Selain itu juga dapat diproduksi dalam skala kecil atau
rumah tangga.
Oleh karena itu laporan ini akan membahas mengenai pestisida nabati
dari cabai. Dimana pestisida nabati ini lebih ramah lingkungan, sehingga
pencemaran lingkungan dapat diminimalisir dan segala bentuk bahaya juga
dapat dikendalikan.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui
macam-
macam
pestisida
nabati
dan
bahan
penyusunnya.
2. Untuk mengetahui manfaat pestisida nabati.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pestisida nabati.
4. Untuk mengetahui cara pembuatan dan pengaplikasian pestisida nabati
cabai.
5. Untuk mengetahui prinsip kerja pestisida nabati cabai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pestisida Nabati
1) Pestisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
alam, misalnya tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable)
di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi
manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang.
(Hendayana, 2010)
2) Pestisida nabati adalah hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman, baik dari
daun, buah, biji, atau akar. Biasanya bagaian tanaman tersebut mengandung
senyawa atau metabolit sekunder serta memiliki racun terhadap hama dan
penyakit tertentu.
(Herliana, 2010)
3) Pestisida nabati adalah bentuk ramuan alami pembasmi hama yang bahan
aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun,
batang atau buah. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi berbagai
bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin.
(Rusfita, 2013)
4) Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari
tumbuhan (daun, buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. dapat untuk
mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
(Meilin, 2009)
2.2 Macam- macam Pestisida Nabati dan Bahan Penyusunnya
Berikut ini beberapa jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai
pestisida nabati, antara lain :
No
1
Nama Tanaman
Jambu mete
Anaccadium
Bagian
Bahan Aktif
Tanaman
Kulit biji mete Asam anakardat,
odontinale
2
3
Wedusan
Ageratum
conyzoides
Sirsat
Annona muricata
Daun
Biji
OPT sasaran
Hama
cardamol, cardol, 2-
penghisap
metil cardanol
Precocene I,
Hama
prepocene II
penghisap, ulat
Alkaloid, asam
Hama
amino, polifenol,
penghisap
minyak atsiri,
4
Mimba
Azadirachta
Biji, daun
acetogenin
Azadirachtin,
Ulat, hama
milentriol, salannin
penghisap,
indica
5
Tembakau
Nicotiana
nematoda,
Daun
tabacum
6
Mindi
Melia azeoarach
Biji, daun
Nicotiniod,
jamur
Hama
anabarine,
penghisap,
myosinine,
nematode
piperidine
Margosin
Ulat, hama
penghisap,
nematoda,
7
8
Kenikir
Cosmos caudatus
Brotowali
Tinospora
Daun
Terthienyl
penghisap,
Sulur
Alkaloida
10
11
12
13
Legundi
Vitex trifolia
Jarak pagar
Jatropha curcas
Jeringau
Acorus calamus
nematode
Hama
penghisap,
tuberculata
9
hama gudang
Hama
hama
Daun
Biji
Bicucine,
penggerek
Ulat, hama
corlumedine,
penghisap
allocryptopie
Reisin, alkaloid
Ulat, hama
penghisap,
Daun
Pepaya
Carica papaya
Daun
Gadung
Dioscorea hispida
Umbi
nematode
Arosone, kalomenol, Hama
kalomen, metil
penghisap
eugenol, eugenol
Papain
Ulat, hama
Diosgenin, steroid,
penghisap
Ulat, hama
saponin, alkohol,
penghisap
14
15
Sirih
Chaviva
auriculata
Pacar cina
Aglaia odorata
Daun
fenol
Fenol, kavokol
Hama
penghisap
Daun
Minyak atsiri,
Ulat
alkaloid, saponin,
flavonin, tannin
16
17
Bawang Merah
Allium cepa var.
Aggregatum L
Cabai
Capsicum annum
Kulit
Acetogenin,
Ulat
squamosin
Biji
Kapsaisin,
Ulat
dihidrokapsaisin,
(Ardiansyah, 2013)
2.3 Manfaat Pestisida Nabati
1) Repelan, yaitu menolak/mengusir kehadiran serangga (misal dengan cara
mengeluarkan bau yang menyengat/tidak disukai serangga).
2) Antifidan, mencegah serangga hama memakan bagian tanaman yang telah
diberi pestisida nabati (memberikan rasa tidak enak pada tanaman bagi
serangga hama).
3) Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa.
4) Membuat kemandulan pada serangga betina.
5) Racun saraf pada serangga.
6) Mengacaukan sistem hormon pada serangga.
7) Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dipakai pada perangkap
serangga.
8) Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
(Sito, Jake. 2013)
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Nabati
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan pestisida nabati adalah :
a) Teknologi
pembuatannya
lebih
mudah
dan
murah,
sehingga
memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
b) Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun
makhluk hidup, sehingga relatif aman untuk digunakan
c) Tidak beresiko menyebabkan keracunan pada tanaman, sehingga tanaman
yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari
pencemaran zat kimia berbahaya.
d) Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida
kimia.
((Rusfita, 2013)
Kelemahan pestisida nabati yang perlu kita ketahui antara lain:
a) Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik,
kimia
maupun
biotik
dari
lingkungannya,
maka
penggunaannya
memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan
pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya
b) Kebanyakan senyawa organik nabati tidak polar sehingga sukar larut di air
karena itu diperlukan bahan pengemulsi
c) Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk
mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan
yang banyak
d) Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten
bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massal
e) Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman
yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya
yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut
(Martono, 1997)
2.5 Menganalisa Penelitian dari Jurnal yang berhubungan dengan pestisida
nabati
Jurnal yang berjudul “Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa
pestisida nabati Untuk menurunkan palatabilitas ulat grayak (spodoptera
litura fabr.) Di laboratorium” membahas mengenai penggunaan pestisida
nabati yang terbuat dari biji dan daun sirsak, daun dan bunga babadotan, biji
saga, daun sembung, daun melinjo untuk menurunkan palatibilitas ulat
grayak. Dari hasil penelitian, pestisida yang terbuat dari ekstrak biji sirsak
mempunyai pengaruh yang besar dalam menurunkan palbilitas ulat grayak.
Pengaplikasian pestisida nabati ini dilakukan selama 7 hari, setelah 7 hari
aktivitas makan ulat grayak pada tanaman percobaan (kedelai) menurun
sebesar 49,80%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaplikasian pestisida nabati
biji sirsak menyebakan kematian dan berpengaruh negatif terhadap
palatabilitasnya atau bersifat anti-feedant. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maryani (1995) yang mengemukakan bahwa biji sirsak mengandung senyawa
bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan antifeedant. Hal tersebut
juga didukung oleh pendapat Kardinan (2002) yang menyatakan bahwa buah
mentah, biji, daun, dan akar sirsak mengandung senyawa kimia annonain
yang selain dapat berperan sebagai insektisida dan larvasida juga
dapatberfungsi sebagai penolak serangga dan anti-feedant.
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pembuatan pestisida nabati pada hari Sabtu, 30 Desember 2013 di
Jalan KH. Yusuf No. 165 (Rumah Rizka Adida Novalis).
3.2 Alat Dan Bahan Beserta Fungsinya
a) Alat
Blender untuk menghaluskan cabai merah
Kompor untuk memasak cabai yang sudah halus
Penggorengan untuk menggoreng cabai yang telah dihaluskan
Mangkuk / Baskom sebagai wadah setelah
Gelas Ukur untuk mengukur air
Spatula untuk mengaduk cabai
Saringan untuk menyaring pestisida yang sudah diendapkan
Botol plastik bekas tmpat pestisida
Kamera alat dokumentasi
b) Bahan
500 gr Cabai rawit merah (Capsium Frutescens L) bahan utama
pembuatan pestisida
1 Liter Air Kran Air digunakan untuk bahan campuran saat memasak,
agar pestida nanti menjadi bentuk cair.
3.3 Diagram Alir + Penjelasan
SMC ai aeb pna ki mand bi pani s ahg ka n
CMalabaasut aid iankkandyani hcugallciasuu rskanud ta hn hcabal u ais d i m asa k d e n ga n 1
cabddsamearn iaigapt aaisenn bgkaicarb eanr as nyaki hdyai
ldbi tahal aranmai rw h adi n gahga d mane nd di ai dm i hka d n a n b au n ya
5b 0l e 0n grd e a r m
hsearl a u m a
Untuk membuat pestisida nabati dari cabai rawit yang perlu dilakukan
adalah mempersiapkan alat dan bahan, dibutuhkan cabai rawit sebanyak 500
gram untuk mendapatkan hasil pestisida sebanyak ± 1 liter, setelah di dapat
cabai rawit dengan berat yang dibutuhkan, dilakukan pemisahan antara buah
dengan tangkainya, karena untuk membuat pestisida yang diperlukan hanya
buahnya saja. Saat sudah terkumpul buah cabai tanpa tangkai, cabai rawit
dicuci hingga bersih. Lalu, cabai rawit diblender hingga halus agar sari atau
ekstrak dari buah cabai dapat keluar, dan dimasukkan ke dalam wajan untuk
dimasak dengan air sebanyak 1 liter sampai mendidih dan mengeluarkan bau
yang harum. Jika, sudah mendidih dan baunya harum larutan cabai
dipindahkan kedalam suatu wadah dan di diamkan selama ± 7 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Cabai rawit atau cabe rawit, adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum. Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat
matang. Ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, namun cukup
pedas karena kepedasannya mencapai 50.000-100.000 pada skala Scoville.
Cabai rawit biasa di jual di pasar bersama dengan varitas cabai lainnya. Cabai
rawit mengandung kapsaisin yang dapat mengganggu metabolisme serangga
dan bekerja pada susunan syaraf sentral serangga, kapsantin, karotenoid,
alkaloid, resin, minyak atsiri, serta vitamin A dan C.
Dari hasil pengamatan secara langsung, menunjukkan bahwa cabai
rawit yang telah diolah menjadi pestisida nabati warnanya berbeda. Warna
cabai dihaluskan warnanya belum
terlalu merah, sedangkan setelah
dipanaskan warnanya terlihat merah. Dan ketika ditambahkan air, larutannya
terdapat buih. Aroma yang diciptakan setelah dan sebelum dipanaskan sangat
menyengat dan beraroma sambal.
Pestisida nabati cabai berperan dalam penanggulangan hama ulat.
Dimana komposisi pada pestisida cabai ini mengandung bahan kimia
kapsaisin. Dalam pengaplikasiaanya, cukup menyemprotkan pestisida pada
tanaman sasaran sebanyak 10 kali semprot.
4.2 Pembahasan
Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi
sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri.
Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan
dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian
petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida.
Pestisida nabati adalah solusi terbaik untuk membasmi hama secara mudah
dan murah. Selain itu ramuan ini sangat ramah lingkungan, sehingga tidak
merusak ekosistem di sekitarnya. Ramuan pestisida nabati dapat dibuat
sendiri dengan teknologi yang sangat sederhana. Sangat memungkinkan
untuk dikerjakan secara perorangan, kelompok ataupun dalam skala usaha
tertentu. Beberapa teknik yang umum digunakan untuk mengolah pestisida
nabati diantaranya dengan teknik merendam, mengestrak, dan ataupun
merebus bagian tertentu dari tanaman yang memiliki efek mengusir hama.
Sebagai salah satu contohnya yaitu pestisida yang berasal dari cabai
rawit yang mana cabai rawit mengandung senyawa kimia, kapsaisin,
flavanoid, alkaloid, senyawa polevenolad dan minyak atsiri mempunyai sifat
lavarsida dan insektisida. Senyawa tersebut brfungsi menghalau kutu tungau,
ulat sampai cacing tanah perusak akar. Kapsaisin memberikan rasa pedas dan
serangga akan kepedasan hebat sampai mati mengering dengan membrane sel
rusak kehabisan cairan.
Dikatakan bahwa cabai rawit mempunyai beberapa senyawa kimia
mungkin dapat terlihat ketika pemasakan larutan cabai pada praktikum yang
sudah dilakukan dimana larutan cabai mengeluarkan minyak dari kapsaisin,
kapsaisin adalah zat nonpolar, tidak bisa dicampur air, persis seperti minyak.
Kapsaisin tersebut juga mengeluarkan aroma yang menyengat. Pada proses
pemasakan juga terjadi perubahan warna, dari warna cabai dihaluskan
warnanya belum
terlalu merah, sedangkan setelah dipanaskan warnanya
terlihat merah. Sebelum dimasak larutan cenderung kental, sedangkan setelah
dimasak larutan menjadi encer.
Kebanyakan pestisida nabati cabai biasanya digunakan untuk
memberantas hama ulat. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang berjudul
“Pestisida Nabati Cabai untuk Membunuh Ulat Daun”, penelitian tersebut
menyatakan bahwa pestisida nabati bahan cabai efektif membunuh ulat daun.
Ulat sendiri sengaja dipilih karena ulat daun merupakan salah satu macam
hama. Menurut salah satu penelitian dari mahasiswa IPB tahun 2011 51% dari
100% hama tanaman adalah jenis ulat, selain belalang dan lain sebagainya.
Hama seperti yang kita tahu adalah salah satu faktor penghambat
pertumbuhan tanaman selain iklim, cuaca, dan faktor lainnya. Cabai
mengandung capsaicin yang memberi efek pedas dan nyeri. Kandungan inilah
salah satu faktor yang membuat ulat mati ketika disemprot.
Keberadaan serangan penyakit pada tanaman padi merupakan faktor
pembatas pertumbuhan dan hasil. Hama dan penyakit tanaman padi
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau
tidaknya usaha pertanian kita. Kerusakan tanaman padi karena hama dan
penyakit pada umumnya berkisar antara 5-10%, tetapi dapat pula kerusakan
terjadi sampai 100%. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit
bertujuan untuk mengamankan produksi atau membatasi kehilangan hasil.
Dalam Jurnal yang berjudul “Pengaruh Pestisida Organik Dan Jumlah Bibit
Perlubang Pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Oleh Sartono Joko Santoso
Dan Sumarmi” dikatakan bahwa Lombok atau cabai rawit (Cupsicum
fructescens) dan daun sirih tidak cocok untuk pertumbuhan penyakit dan
dapat menekan pertumbuhan dan perkembangan jamur. Dari hasil penelitian
perasan buah cabai ruwit dan daun sirih dapat menekan pertumbuhan
sporangium dan memperlambat perkecambahan spora pada jamur.
Tabel diatas menunjukkan uji jarak berganda Duncan 5% pengaruh
macam pestisida organik dan jumlah bibit per lubang terhadap tinggi
tanaman, berat segar bangkasan, berat kering brangkasan, berat ganda per
rumpun dan berat gabah per petak.
Penyemprotan pestisida organik baik dari daun sirih (M 1), buah cabai
rawit (M2), terbukti telah dapat menekan perkembangan penyakit bercak
daun, sehingga pertumbuhan dan perkembangan daun meningkat. Daun
merupakan organ tanaman yang sangat penting bagi tanaman, karena pada
daun berlangsung proses fotosintesis. Meningkatnya proses fotosintesis dapat
berpengaruh
pada
peningkatan
berat
kering,
mencerminkan tingkat fotosintesis.
4.3 Dokumentasi
karena
berat
kering
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hsil dan pembahasan laporan di atas dapat disimpulkan bahwa
pestisida nabati merupakan salah satu solusi terbaik untuk membasmi hama
secara mudah dan murah. Beberapa macam komoditi yang dapat digunakan
sebagai pestisida antara lain pepaya, sirih, bawang merah, dan yang di pakai
untuk praktikum kelompok A1-3 adalah cabai rawit. Pestisida nabati dari
cabai rawit disini bermanfaat untuk mengendalikan hama ulat, juga dapat
untuk mengurangi serangan penyakit bercak daun.
Pestisida nabati dari cabai rawit dibuat dengan cara yang mudah,
hanya dengan menghaluskan dan memasak serta mendiamkan selama kurang
lebih ± 7 hari. Keunggulan dari pestida nabati adalah teknologi pembuatannya
lebih mudah dan murah, pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi
lingkungan, tidak beresiko menyebabkan keracunan pada tanaman,
menghasilkan
produk pertanian yang sehat.
Kekurangannya
adalah
penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak
dibandingkan pestisida kimiawi sintetik, kebanyakan senyawa organik nabati
tidak polar sehingga sukar larut di air, bahan nabati alami juga terkandung
dalam kadar rendah, bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat
usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massal.
5.2 Kritik dan Saran
Untuk praktikum mata kuliah Pertanian Organik selanjutnya dalam
memberikan informasi terkait praktikum diupayakan tidak mendadak, jadi semua
anggota praktikum dapat mengetahui agenda praktikum dan dapat hadir.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah.
Fiqhi.
2013.
Pestisida
nabati.
http://fiqhiardiansyah.
blogspot.com/2013/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
Diakses
pada
tanggal 02 Desember 2013
Hendayana, M. 2010. Pestisida nabati. http://jendela-tani.blogspot.com/2013/
04/pestisida-nabati-bagian-1.html. Diakses pada tanggal 02 Desember
2013
Herliana, Ersi. 2010. Bertanam 15 Sayuran Organik Dalam Pot. Jakarta: Penebar
Swadaya
Meilin, Araz. 2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati Pada Tanaman Sayuran.
Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi
Purwantari, Sajimin. 2011. Pengaruh pestisida organik
dan
interval
penyemprotan terhadap produktivitas hijauan pakan tanaman alfalfa
(medicago
sativa).
http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/
images/publikasi/prosiding/pesnabiv/3.Sajimin-biopest%2041-50p.pdf.
Diakses pada tanggal 02 Desember 2013
Rusfita, Nova. 2013. Pestisida Nabati Cabai Untuk Membunuh Ulat Grayak.
http://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2013/05/6b.pdf. Diakses pada
tanggal 02 Desember 2013
Santoso, Joko; Sumarni. 2008. Pengaruh Pestisida Organik dan Jumlah Bibit
Perlubang
Pada
Tanaman
Padi.
/sains_seni/article/download/3739/1414.
Sito,
Desember 2013
Jake.
2013.
Fungsi
Pestisida
http://ejurnal.its.ac.id/index.php
Diakses
Nabati.
wordpress.com/2013/03/07/fungsi-pestisida-nabati/.
pada
tanggal
02
http://lsmorganik.
Diakses
pada
tanggal 02 Desember 2013
Tohir, Aji. 2010. Teknik ekstraksi dan aplikasi beberapa pestisida nabati untuk
menurunkan palatabilitas ulat grayak (spodoptera litura fabr.) Di
laboratorium.http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repo
sitory/download/47/49. Diakses pada tanggal 02 Desember 2013
LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN ORGANIK
“Pestisida Nabati”
Disusun Oleh:
Kelompok A1.3
Santi Oktavia
115040100111135
Rr Myristica Ayu Apriliana
115040100111141
Rizka Adida Novalis
115040100111150
M Idaman Putra
115040100111179
Asisten : Mas Dedy
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
MALANG
2013