Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Atas Buku Asli Dalam Hal Jual Beli Buku Bajakan Dikaitkan Dengan Hak Ekonomi Berdasarkan KUHPerdata dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
ABSTRAK
Tantowi Akbar
110110120037
Di Indonesia masih banyak ditemui para pihak yang melakukan
eksploitasi terhadap karya cipta khususnya karya cipta berbentuk
buku. Salah satunya Pasar Buku Palasari yang menjual buku bajakan
dengan tujuan komersial dan tanpa izin penciptanya.
Tujuan
penelitian yang diajukan dalam Skripsi ini adalah untuk merumuskan
kualifikasi perbuatan hukum penjualan buku Untuk merumuskan
kualifikasi perbuatan hukum penjualan buku bajakan dikaitkan dengan
hak ekonomi pencipta berdasarkan KUHPerdata dan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Untuk menentukan
tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta terhadap
penjualan buku bajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder belaka dengan menjalankan dua tahap penelitian, yaitu
penelitian kepustakaan dan didampingi dengan penelitian lapangan.
Data primer didapatkan melalui pengumpulan bahan dari beberapa
narasumber, yaitu para penjual buku-buku bajakan di Bandung. Datadata ini kemudian diolah dan dianalisis secara normative kualitatif,
yaitu metode yang menganalisis data-data yang diperoleh secara
kualitatif untuk menemukan kejelasan atas pokok permasalahan.
Pada kesimpulannya, penelitian ini menemukan bahwa
penjualan buku bajakan yang ada di Pasar Buku Palasari merupakan
Perbuatan Melawan Hukum (PMH) karena telah memenuhi unsurunsur dalam Pasal 1365 KUHPerdata dan merupakan pelanggaran
hak cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (3) dan Pasal 10
UUHC 2014. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta
terkait penjualan buku bajakan adalah dengan cara non ajudikasi
sesuai yang diatur dalam Pasal 95 ayat (1) UUHC 2014, salah satunya
melalui negosiasi dan dengan cara ajudikasi yaitu dengan mengajukan
gugatan ganti rugi ke Pengadilan Niaga sebagaimana diatur dalam
Pasal 99 UUHC 2014 atau juga dapat menuntut secara pidana dengan
cara membuat delik aduan atas pelanggaran hak cipta sebagaimana
diatur dalam Pasal 113 ayat (3) dan (4) juga dalam Pasal 114 UUHC
2014.
iv
Tantowi Akbar
110110120037
Di Indonesia masih banyak ditemui para pihak yang melakukan
eksploitasi terhadap karya cipta khususnya karya cipta berbentuk
buku. Salah satunya Pasar Buku Palasari yang menjual buku bajakan
dengan tujuan komersial dan tanpa izin penciptanya.
Tujuan
penelitian yang diajukan dalam Skripsi ini adalah untuk merumuskan
kualifikasi perbuatan hukum penjualan buku Untuk merumuskan
kualifikasi perbuatan hukum penjualan buku bajakan dikaitkan dengan
hak ekonomi pencipta berdasarkan KUHPerdata dan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Untuk menentukan
tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta terhadap
penjualan buku bajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder belaka dengan menjalankan dua tahap penelitian, yaitu
penelitian kepustakaan dan didampingi dengan penelitian lapangan.
Data primer didapatkan melalui pengumpulan bahan dari beberapa
narasumber, yaitu para penjual buku-buku bajakan di Bandung. Datadata ini kemudian diolah dan dianalisis secara normative kualitatif,
yaitu metode yang menganalisis data-data yang diperoleh secara
kualitatif untuk menemukan kejelasan atas pokok permasalahan.
Pada kesimpulannya, penelitian ini menemukan bahwa
penjualan buku bajakan yang ada di Pasar Buku Palasari merupakan
Perbuatan Melawan Hukum (PMH) karena telah memenuhi unsurunsur dalam Pasal 1365 KUHPerdata dan merupakan pelanggaran
hak cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (3) dan Pasal 10
UUHC 2014. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta
terkait penjualan buku bajakan adalah dengan cara non ajudikasi
sesuai yang diatur dalam Pasal 95 ayat (1) UUHC 2014, salah satunya
melalui negosiasi dan dengan cara ajudikasi yaitu dengan mengajukan
gugatan ganti rugi ke Pengadilan Niaga sebagaimana diatur dalam
Pasal 99 UUHC 2014 atau juga dapat menuntut secara pidana dengan
cara membuat delik aduan atas pelanggaran hak cipta sebagaimana
diatur dalam Pasal 113 ayat (3) dan (4) juga dalam Pasal 114 UUHC
2014.
iv