BAB I PENILAIAN HASIL BELAJAR - BAB I BAB 2.doc

BAB I
PENILAIAN HASIL BELAJAR
A. Hakikat Penilaian Hasil Belajar
Beberapa ahli telah mencoba membuat definisi yang cocok tentang
penilaian sesuai titik pandang yang mereka gunakan dalam memberikan definisi
tersebut. Menurut Nitko (1996: 4) penilaian adalah suatu istilah yang
didefinisikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan terhadap peserta didik, kurikulum dan
program, serta kebijakan pendidikan. Keputusan-keputusan terhadap peserta
didik meliputi

penempatan peserta didik dalam program pendidikan,

menetapkan klasifikasi yang tepat terhadap peserta didik, untuk mengarahkan
dan membimbing mereka, memberikan ijazah terhadap kompetensi mereka.
Keputusan keputusan terhadap kurikulum dan program-program

meliputi

keputusan tentang keefektifan mereka dan tentang cara untuk meningkatkan
kemampuan.

Penilaian adalah pemberian angka-angka untuk individu secara sistematik
sebagai upaya memberi gambaran sifat dari individu-individu tersebut. Angkaangka tersebut diberikan pada masing-masing individu dengan perosedur yang
berhati-hati. Misalnya sebuah tes kepribadian menghasilkan sekor-sekor yang
menggunakan

perintah-perintah,

pertanyaan-pertanyaan,

serta

prosedur

pensekoran yang sama untuk masing-masing peserta tes. Sekor-sekor tersebut
tidak dapat dibandingkan dengan penuh makna bila peserta tes tersebut
diberikan perintah-perintah yang berbeda antara butir-butir tes atau jika prosedur
pemberian skor juga berbeda (Allen & Yen, 1979: 12).
Penilaian memegang peranan penting dalam menentukan hasil belajar
akhir dari suatu program pendidikan. Ketepatan penilaian terhadap hasil belajar
memerlukan


kejujuran

dan

pengetahuan

tentang

penialain

itu

sendiri.

Penilaian hasil belajar dilakukan dengan tes yang valid terhadap prestasi
yang dimiliki peserta didik. Dalam hal ini menurut Aiken (1997: 124) bahwa tes
prestasi

didefinisikan


sebagai

tingkat

1

kemampauan,

keterampilan,

atau

kepandaian di suatu wilayah,

di mana tes tersebut merupakan yang paling

populer dari semua tipe tes. Pertimbangan terhadap tes dilakukan oleh guru,
dan pembakuan tes tersebut diberikan kepada sekolah atau organisasi.
Sejumlah tes prestasi mengikuti aturan tes pengukuran psikologi dan pendidikan

lainnya.
Menurut Tola (2004: 8) bahwa fungsi penilaian adalah sebagai berikut: (1)
Quality Control. Dalam hal ini penilaian dapat dijadikan sebagai salah satu
instrumen Quality Control (QC) dalam sistem pendidikan nasional . Hal ini berarti
ujian akhir ini diharapkan menjadi instrumen mutu lulusan sesuai dengan
kualifikasi

atau

standard

kemampuan

pelaksanaan penilaian tersebut

minimal

yang

diterapkan


dalam

(2). Motivator. Penilaian hasil belajar sebagai

bahan evaluasi eksternal diharapkan berfungsi sebagai alat pendorong atau
pemberi motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih giat, dan juga sebagai
pemberi motivasi kepada guru untuk mengajar lebih sungguh-sungguh dalam
mencapai standar nasional yang telah ditetapkan. Selain itu

juga akan

memberikan motivasi kepada Kepala Sekolah untuk mengelola sekolah lebih
serius agar peserta didiknya dapat mencapai standar tersebut; (3) Public
Accountability. Penilaian hasil belajar digunakan sebagai instrumen akuntabilitas
untuk menyampaikan informasi kepada orang tua dan masyarakat mengenai
keberhasilan dan manfaat dari dana yang dikeluarkan untuk pendidikan, dan
untuk memberi informasi kemajuan atau kemunduran prestasi akademik para
lulusan setiap tahunnya; (4) Selection, Screening, dan Streaming. Penilaian hasil
belajar


dapat

digunakan

sebagai

bahan

pertimbangan

untuk

seleksi,

penempatan, dan penjurusan peserta didik yang memenuhi kriteria lulusan.
Selain itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menerima
atau menolak seorang lulusan yang melamar kerja atau mengikuti tes memasuki
perguruan tinggi. (5).


Alat Diagnostik.

Penilaian hasil belajar yang

menggunakan analisis statistik maupun analisis daya serap materi pelajaran
dapat digunakan sebagai alat untuk (1) menilai dan mengevaluasi sistem
maupun

kebijakan

pendidikan

,

(2)

mengidentifikasi

menentukan keberhasilan suatu kebijakan,


2

faktor-faktor

yang

(3) sebagai umpan balik bagi

pengelola pendidikan di berbagai tingkatan dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan.
Kelima fungsi tersebut di atas sejalan dengan adanya pergeseran
paradigma penilaian pendidikan dari (1) process oriented menjadi outcomes
oriented, (2) national based menjadi school based management, (3) student
centered learning dan (4) community based learning. Outcomes dalam hal ini
dapat dilihat dari kompetensi peserta didik (student competence) dan hasil
belajar dari standar minimum kompetensi peserta didik yang ditetapkan secara
proporsional pada level dan kebutuhan tertentu.
Untuk memahami secara mudah apakah sebenarnya penilaian itu, maka
kita awali dengan sesuatu yang berkaitan dengan dasar-dasar penilaian yairu
pengukuran. Dalam hal ini perlu dibatasi bahwa Hasil pengukuran terhadap

suatu alat pembanding atau patokan tertentu dinamakan penilaian. Patokan
pemanding itu terdiri berbagai macam, di antaranya: (1) rerata nilai group
kelasnya, (2) batas lulus penguasaan kmpetensi terendah, (3) Prestasi waktu
sebelumnya, (4) potensi awal / kemampuan dasar siswa.
Menurut Crocker & Algina( (1986) bahwa prengukuran adalah pemberian
angka pada objek atau peristiwa menurut aturan tertentu. Sementara menurut
Wiersma & Jurs (1990), pengukuran merupakan pemberian ngka terhadap suatu
objek atau peristiwa menurut aturan yang memberikan arti kuantitatif kepada
angka tersebut. Selanjutnya

Magnusson (1967) mendefinisikan pengukuran

sebagai pemberian bilangan pada kuantitas tentang ciri ojek menurut aturan
yang validitasnya dapat diuji secara empirik. Demikian juga Gronlund (1990)
memberikan batasan bahwa pengukuran merupakan suatu proses dalam
memperoleh deskripsi angka tentang derajat karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh setiap individu. Dan selanjutnya Richard J. Shavelson dalam Naga
mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian bilangan kepada atribut dari
orang, objek, atau peristiwa menurut aturan yang dapat diterima secara logika.
Dari berbagai definisi tentang pengukuran di atas dapat kita deskripsikan

bebrapa istilah di antaranya: Sasaran Ukur: Atribut, Alt Ukur dan Skala Ukur,

3

Cara Ukur, Responden (Orang, Obyek, Peristiwa), dan Sekor (Data): Angka /
Bilangan. Hubungan berbagai istilah tersebut adalah sebagai berikut.
SASARAN UKUR:
ATRIBUT

ALAT UKURSKALA UKUR

CARA UKUR

RESPONDEN:ORANG, OBYEK, PERISTIWA
SEKOR (DATA); BILANGAN
Sasaran Ukur merupakah suatu target yang ingin diukur dari suatu
pengukuran. Dalam setiap pengukuran tentu ada target yang ingin diukur dengan
sesungguhnya, di mana sasaran ini tidak boleh meleset dalam melakukan suatu
pengukuran. Dalam hal ini sasaran ukur dapat dibedakan atas:
(1) Sasaran Atribut yang diukur dalam dalam bentuk variabel

(2) Sasaran Responden yakni pengukruan terhadap Orang, Obyek, atau
peristiwa
Dalam melakukan suatu pengukuran yang memiliki sasaran ukur harus
melibatkan suatu skala ukur yaitu suatu besaran pada alat ukur yang digunakan
(satuan ukur) yang digunakan dalam mendapatkan data yang ingin diukur.
Dalam hal ini alat ukur harus sesuai dengan sasaran ukur yang ingin digunakan,
baik terhadap responden maupun sasaran ukur lainnya. Biasanya alat ukur
harus dikalibrasi dan diuji coba ketepatannya, kalau ternyata belum cocok harus
diperbaiki terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengukur.

4

Untuk melakukan pengukuran diperlukan pula cara yang tepat untuk
mengukur. Cara alat ukur diberikan kepada responden untuk memperoleh hasil
ukur berupa sekor, dimaka hasil maupun sekor ini perlu dipertimbangkan secara
tepat baik dari segi sifat maupun kualitasnya. Dalam hal ini sekor, diartikan
sebagai suatu bilangan yang diberikan kepada atribut orang, obyek, atau
peristiwa. Dengan demikir akan muncul sekor berupa sekor responden, dan
sekor butir. Artinya suatu sekor dapat diartikan sebagai suatu hasil pengukuran.
Selanjutnya suatu sekor dapat ditransformasikan menjadi suatu nilai.
Penyusunan Tes Hasil Belajar Akhir baik secara lokal maupun Nasional
perlu dilakukan secara terencana dan teratur. Ujian Akhir Nasional dilakukan
dengan skala yang lebih besar yang dilaksanakan setiap tahun, di mana soalsoal yang diberikan telah tersimpan dalam Bank Soal sehingga memudahkan
untuk diakses dalam memenuhi kebutuhan tes Ujian Akhir Nasional yang setiap
saat dapat diambil bila diperlukan.
Untuk

mengembangkan suatu tes dan sejumlah butir soal yang

“defensible” maka prosedur pengembangan perlu ditradisikan, dalam arti proses
pengembangan tes (dan penulisan butir soal) dimulai dengan pengembangan
rancangan atau kisi-kisi tes, yang didahului oleh pembedahan kurikulum yang
memuat segala informasi tentang tes tersebut . Rancangan tes ini memuat
tujuan penilaian yang akan dilakukan, tempo (waktu yang ditempuh) untuk
pelaksanaan pengujian, pesan utama kurikulum (sasaran pembelajaran dan
garis besar topik materi uji), indikator butir soal (ciri-ciri penguasaan materi uji
dan pencapaian sasaran pembelajaran), serta jumlah dan bentuk butir soal (perindikator, per topik dan keseluruhan tes). Sebaran butir soal dalam tes
seharusnya memperhatikan keseimbangan tuntutan peguasaan sesuai dengan
pesan kurikulum, sehingga memberii nuansa keterwakilan topik bahasan.
Soal-soal yang digunakan harus dibuat oleh suatu panitia khusus yang
dibentuk untuk

keperluan ujian nasional, sehingga setiap tahun harus

dikeluarkan dana yang besar untuk keperluan revisi soal-soal tersebut. Untuk
keprluan keamanan juga diperlukan beberapa alternatif paket tes (paralel form),

5

di mana soal-soal pada suatu paket dengan paket yang lain dianggap sama
tingkat kesukaran soalnya hanya karena dianggap dibuat berdasarkan pada kisikisi yang sama tanpa didasarkan pada data empirik hasil uji coba soal di
lapangan.
Pengembangan rancangan tes ini melibatkan spesialis (termasuk guru)
bidang studi, sehingga bila rancangan tes telah selesai disusun maka rancangan
tes tersebut harus divalidasi, melalui penelaahan pakar dan teman sejawat,
sehingga benar-benar sesuai dengan pesan kurikulum. Untuk mengatasi variasi
butir soal yang berlebihan, dengan pemahaman indikator butir soal, ada baiknya
dikembangkan

apa

yang

disebut

sebagai

spesifikasi

butir

soal

(item

specification). Spesifikasi ini menyangkut uraian tentang batasan dan ramburambu yang harus dipatuhi oleh penulis butir soal.
Beberapa hal yang diperlukan dalam pengkonstruksian tes, diantaranya:
(1) stem item tersebut sebaiknya memaknai butir itu sendiri dan menampilkan
masalah tertentu; (2) stem butir tes melibatkan banyak kemungkinan jawaban
dan bebas dari materi yang tidak relevan; (3) gunakan pernyataan stem butir
yang bersifat negatif hanya ketika hasil belajar yang dikehendaki cukup berarti
(significant); (4) Semua alternative jawaban secara gramatikal konsisten dengan
stem butir tersebut; (5) sebuah butir secara jelas hanya mengandung satu
jawaban benar terbaik; (6) butir-butir tes digunakan untuk mengukur pemahaman
yang mengandung beberapa hal baru, tetapi harus berhati hati; (7) semua
pengecoh harus masuk akal; (8) assosiasi verbal antara stem dan jawaban yang
benar harus dihindarkan; (9) secara relatif, panjang pilihan jawaban tidak
menunjukkan suatu petunjuk untuk

jawaban tersebut; (10) jawaban benar

sebaiknya muncul pada masing-masing posisi pilihan atas beberapa kesamaan
pendekatan, tetapi dalam urutan random; (11) gunakan dengan hemat pilihanpilihan khusus seperti “tidak satu pun jawaban di atas benar” atau “semua
jawaban di atas benar”; (12) jangan gunakan butir-butir pilihan berganda ketika
butir yang lainnya lebih tepat; dan (13) hindarkan sesuatu dari aturan tersebut
ketika anda memiliki alasan yang tepat untuk dilakukan segera.

6

Suatu tes harus mengukur hasil belajar dalam skala yang sama atau
komparabel, dan pendekatan yang mungkin dilakukan antara lain: (1) pemakaian
butir soal penjangkar (common items) untuk beberapa set tes; (2) pemakaian
butir soal yang telah terkalibrasi (butir soal yang diketahui karakteristiknya pada
satu skala umum); (3) kombinasi kedua pendekatan itu yakni soal penjangkar
dipilih dari butir yang terkalibrasi.
Hasil pengukuran terhadap suatu alat pembanding atau patokan tertentu
dinamakan penilaian. Patokan pembanding melipitu: Rerata nilai group kelasnya;
Batas lulus penguasaan kompetensi terendah; Prestasi Abdullah waktu
sebelumnya, dan Potensi awal atau kemampuan dasar Abdullah sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa: Penilaian adalah hasil pengukuran
terhadap suatu alat pembanding atau patokan tertentu. Penilaian adalah
menentukan keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran tertentu
yang sifatnya kualitatif, seperti menilai baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai
atau bodoh, tinggi atau rendah, dan sebagainya.
Instrumen adalah alat atau sarana yang memenuhi persyaratan
akademis sehingga dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam bidang
penelitian, instrumen merupakan alat pengumpulan data untuk kebutuhan
penelitian; sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk
mengukur prestasi belajar atau faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan
pembelajaran. Dikenal ada dua macam instrumen. yaitu bentuk tes dan non tes
Tes adalah suatu instrumen atau prosedur sistematis untuk mengukur
suatu sampel perilaku (Gronlund& Linn, 1990). Alat pengukur yang mempunyai
standard

obyektif

sehingga

dapat

digunakan

untuk

mengukur-

dan

membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu (Anastasi & Turabian,
1 997). Salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik dan obyektif
yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan atas proses
pengajaran yang dilakukan oleh guru (Norman, 1976), alat atau prosedur yang
digunakan dalam pengukuran dan penilaian (Sudijono, 1996).
Pengukuran adalah proses untuk memperoleh suatu deskripsi numerik
tentang tingkat di mana suatu individu memiliki karakteristik tertentu (Gronlund &

7

Linn, 1990). Proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris (Cangelosi,
1991). Penilaian numerik terhadap obyek atau kejadian

menurut

kriteria

tertentu (Wiersma & Jurs, 1990).
Evaluasi adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan, analisis
dan interpretasi informasi iintuk menentukan seberapa jauh seseorang mencapai
tujuan instruksional (Gronlund & Linn, 1990).

Proses menilai

sesuatu

berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, kemudian diikuti dengan
pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Evaluasi sifatnya lebih
komprehensif dan inklusif dibandingkan dengan pengukuran. Evaluasi mencakup
deskripsi kuantitatif (pengukuran) dan kualitatif (non pengukuran). Evaluasi
paling luas dibicarakan, tetapi sedikit digunakan dalam proses pendidikan setiap
harinya di sekolah (Worthen dan Sander: 1973). Pengertian paling luas,
pengukuran adalah pemberian angka pada objek-objek atau kejadian (peristiwa)
menurut suatu aturan (Kerlinger: 1990).
B. Jenis-jenis Penilaian Pendidikan
1.
Penilaian Formati yaitu tingkat keberhasilan suatu program pengajaran,
setiap akhir program : caturwulan, kuartalan, atau semesteran. Dalam hal ini:
a. Guru harus mengetahui:
i. umpan balik terhadap materi dikuasai
ii. keberhasilan guru
iii. meramalkan hasil yang dicapai
b. Bagi sisiwa:
i. merencanakan urutan belajar
ii. pendoroang menguasai materi
iii. umpan balik dari berbagai kelemahan
2. Penilaian Sumatif digunakan untuk melihat pencapaian hasil belajar, orientasi
pada proses bukan pada produk, prestasi seorang siswa dibanding dengan
siswa lain yang meliputi:
a. keterampilan dan kecakapan
b. keberhasilan pengajaran di sekolah
c. titik tolak pelajaran berikutnya
d. umpan balik bagi semua siswa
3. Penilaian Diagnostik, digunakan untuk melihat kelemahan belajar siswa,
faktor penyebabnya, BP, remedial teaching, studi kasus, kkecakapan
khusus: daya serap, minat, motivasi, kepribadian, latar belakang, bakat,
dan lain-lain.

8

4. Penilaian Selektif digunakan untuk penerimaan siswa baru. Indkator yang
valid menjaring calon cukup potensial dan berprestasi.
5. Penilaian Penempatan digunakan untuk kepentingan prasyarat memasuki
suatu program lanjut, menyangkut perorangan, kelompok, maupun
kelembagaan
Thorndike dan Hagen (1977) berpendapat bahwa tujuan dan kegunaan
penilaian pendidikan mencakup antara lain sebagai berikut::
(1) pengajaran
(2) hasil belajar
(3) diagnosis dan usaha perbaikan
(4) penempatan
(5) seleksi
(6) bimbingan dan penyuluhan
(7) kurikulum
(8) penilaian dan kelembagaan
C. Penilaian Terhadap Aspek Pembelajaran
Penilaian dapat dipilah menjadi sebagai berikut:
1. Penilaian Kurikulum Materi Ajar dan Mengembangkan pemahaman terhadap
proses pengukuran.
a. meramalkan, menggunakan pengukuran untuk menjelaskan dan
membandingkan fenomena yang ada
b. .memilih alat dan unit yang tepat untuk mengukur tingkat akurasi yang
diinginkan dalam situasi khusus.
c. memahami struktur dan kegunaan sistem pengukuran
d. mengembangkan pemahaman terhadap konsep berbagai maeri ajar
e. mengembangkan formula dan prosedur untuk menentukan pengukuran
dan problem solving
2. Penilaian Watak terhadap materi Ajar: meliputi watak keinginan belajar dan
upaya memperoleh informasi tentang:
a. kepercayaan siswa menggunakan materi ajar untuk memecahkan masalah
dan mengkomunikasikan gagasan dan alasan.
b. fleksibilitas dalam menggali gagasan dan metode alternatif dalam
memecahkan masalah.
c. kerelaan menekuni tugas-tugas pembelajaran
d. ketertarikan, keinginan, dan keahlian menemukan solusi pembelajaran
e. penilaian terhadap penerapan materi ajar untuk situasi yang muncul pada
disiplin lain dan pengalaman setiap harinya.
f. pengoperasian aturan-aturan materi ajar dalam budaya dan nilai sebagai
alat dan bahasa yang dimiliki.
3. Penilaian Potensi Belajar Siswa, mencakup:
a. kemampuan menerapkan pengetahuan memcahkan masalah dan juga
penerapannya pada ilmu lainnya.

9

b. kemampuan menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan ide-ide.
c. kemampuan analisa dan mengemukakan alasan.
d. pengetahuan dan pemahaman konsep serta prosedur
e. watak belajar
f. pemehaman hakekat belajar, penginterasian aspek-aspek pengetahuan
belajar
4. Penilaian Penguasaan konsep Belajar
a. perlambangan, verbalisme, dan definisi konsep
b. mengidentifikasi dan mengemukakan contoh-contoh dan yang bukan
contoh.
c. menggunakan model matematika, diagram, dan simbol untuk konsep
tersebut .
d. menterjemahkan model yang ditampilkan.
e. mengidentifikasi kelayakan konsep dan mengenal kondisi yang
menentukan
f. membandingkan dan mengontradiksikan konsep-konsep
5. Penilaian Kemampuan Mengemukakan Alasan
a. menggunakan pemikira induktif untuk mengenal susunan dan bentuk
terkaan/dugaan.
b. menggunakan pemikiran untuk mengembangkan argumentasi yang masuk
akal secara matematis
c. menggunakan pemikiran proporsional dan spatial (mengenal ruang dan
tempat) untuk berbagai masalah
d. menggunakan pemikiran deduktif untuk membuktikan kesimpulan dalam
mempertimbangkan kevalidan dari berbagai unsur dan mengembangkan
unsur-unsur yang valid tersebut.
e. menganalisis situasi untuk menentukan struktur dan bentuk secara
bersama-sama
f. menilai hakekat belajar
D. Fungsi dan Peranan Evaluasi dalam Menilai Hasil Pembelajaran dan Mutu
Pendidikan
Aktivitas pembelajaran di sekolah adalah rutin dilakukan oleh guru dalam
mencerdaskan peserta siswa sampai memberikan perubahan perilaku pada diri
mereka. Sebagai pendidik, guru senantiasa menginginkan hasil pembelajaran
memberikan hasil maksimal agar pengajaran disebut berhasil, dan untuk
mengetahui hasil pembelajaran yang telah diberikan selama kurun waktu
tertentu. Alat yang digunakan untuk mengetahui hal itu adalah dengan
melakukan apa yang dinamakan evaluasi. Menurut Nasution (1982) pertanyaan
yang perlu dijawab adalah: Apakah pengajaran yang kita berikan menemui

10

sasarannya? Apakah bahan yang kita ajarkan telah dikuasai sampai taraf
sasarannya? Apakah sikap yang lebih positip terhadap nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat yang dapat diterima dengan baik? Adakah manfaat usaha kita
bagi murid? Ataukah akibatnya justru merusak pribadinya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas maka perlu dilakukan
suatu evalusi yang akan dapat memperlihatkan sejauh mana hasil pengajaran
yang dilakukan telah berhasil dengan baik, dan dengan demikian hal itu merupan
suatu bahan masukan bagi umpa balik untuk pengambilan keputusan dalam
sistem pengajaran. Sampai saat ini peroses evaluasi yang benar masih kurang
mendapat perhatian dari pengelola pendidikan. Menurut Worthen dan Sander
(1973) bahwa evaluasi itu paling banyak diperbincangkan akan tetapi sedikit
dilakukan dalam proses sistem kependidikan. Pernyataan tersebut cukup keras
dalam konteks perilaku pendidikan, di mana usaha-usaha

untuk melakukan

sistem pendidikan, hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
mealui hasil evaluasi yang dilakukan di sekolah..
E. Arti dan Batasan Evaluasi
Secara umum, evaluasi dapat diartikan sebagai alat untuk mengetahui
sejauh mana ketercapaian dan kegagalan suatu program kegiatan pembelajaran
dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, tujuan evaluasi
pendidikan adalah untuk

mendapatkan data pembuktian yang menunjukkan

sampai sejauh sasaran pembelajaran telah dilaksanakan, dan sejauh mana
tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran telah dapat diwujudkan, dan
sejauh mana tingkat kemampuan keberhasilan siswa mampu merobah tingkah
laku dan kepribadian serta kecerdasan siswa.
Walaupun berbeda dalam menyatakan istilah evalausi, namun secara
umum

tampak

adanya

kesamaan,

dari

masing-masing

batasan

yang

dikemukakan para ahli evalauasi, diantaranya dikemukakan sebagai berikut.
Evaluasi bukan suatu konsep baru, tetapi evaluasi adalah untuk menentukan
harga/nilai; untuk menilai/memberi menghargai, menaksir (Worthen dan
Sanders, 1973). Menurut Hasan (1994) bahwa definisi evaluasi modern

11

mengandung tiga konsep pokok yaitu pemberian pertimbangan (judgement), nilai
(merit), dan arti (worth), dan oleh sebab itu evaluasi dapat diartikan sebagai
proses pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu. Sesuatu yang dievaluasi
dalam literatur disebut evaluan. Dalam kaitan ini nilai merupakan harga yang
diberikan kepada evaluan (misalnya kurikulum), berdasarkan kriteria internal.
Pengertian nilai dan arti banyak digunakan digunakan oleh pakar evaluasi
(seperti Stufflebeam: 1974, Eisher: 1979, House: 1980, Guba dan Lincoln: 1985,
Scriven:1967& 1978, dan Glass: 1969).
Evaluasi merupakan suatu proses sistematika untuk mengumpulkan,
menganalisis dan mengartikan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana
tingkat

pencapaian

peserta

didik

terhadap

tujuan-tujuan

instruksional

(Grounlund, 1985). Dalam pengertian ini, evaluasi dapat diartikan sebagai upaya
untuk

mengetahui

tingkat

keefektifan

dan

tingkat

pencapaian/

tingkat

kemajuan/tingkat keberhasilan) satu program kegiatan, terutama program
pengejaran (Nitko, 1989). Menurut Rossi & Freemann (1982) bahwa evaluasi
merupakan kajian perubahan yang cepat, konsep-konsep baru, teknik-teknik,
dan contoh-contoh yang secara pengalaman dibutuhkan untuk mencakup
keseluruhan isi kajian. Evaluasi adalah suatu proses dengan mana data yang
relevan dikumpulkan dan ditransformasikan kedalam informasi yang hasilnya
digunakan untuk pengambilan keputusan (Cooley & Lohnes, 1976 : 3).
Selanjutnya, evaluasi merupakan perbandingan yang berkenaan dengan
standard-standard, mencakup pertimbangan-pertimbangan nilai, dan secara
langsung berorientasi pada proses pengambilan keputusan (House, 1980).
Menurut Joint Committee (1991) bahwa tidak perduli bentuk evaluasinya,
siapa pun yang terlibat dalam dunia evaluasi harus mempertimbangkan dan
memikirkan ukuran baku dan bagaimana aplikasinya dalam situasi tertentu,
khususnya sesuai cek-point dalam proses evaluasi, yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

memutuskan apakah harus mengevaluasinya
mendefinisikan masalah evaluasi
menulis kontrak untuk menutup dan mengontrol sebuah evaluasi
membuat disain evaluasi
merencanakan biaya evaluasi
membuat staff evaluasi

12

7. melakukan danmemonitor operasi evaluasi
8. membuat dan mengkomunikasikan laporan evaluasi
9. mengevaluasi evaluasi
10. membuat kebijaksanaan evaluasi
11. memberi training pada evaluator, dan
12. memutuskan apa yang harus dikerjakan dengan hasil evaluasi
Pengertian evaluasi selalu disama-artikan dengan penilaian walaupun
beberapa istilah lain seperti assessment, penskoran, dan judgement juga sering
diterjemahkan sebagai penilaian (Grondlund, 1985, Mehren dan Lehmann,
1984).

13

BAB II
SISTEM PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
Mardapi

(2004)

memberikan

pengertian

penilaian

sebagai

proses

mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik.
Hasil dari penilaian ini akan memberikan informasi dalam proses pembelajaran
seperti kemampuan siswa, inidikator yang belum dikuasai siswa. Tindak lanjut
dari proses penilaian ini melalui tahapan evaluasi. Pada dasarnya evaluasi dan
penilaian memiliki arti yang hampir sama. Pada

evaluasi menyangkut juga

proses penilaian, namun penilaian yang dimaksud pada evaluasi hanya menilai
hasil-hasil dari program pengajaran yang telah dilaksanakan. Seperti yang
dikatakan Djaali (2000) bahwa pengertian penilaian dan evaluasi hampir sama,
bedanya dalam evaluasi berakhir dengan pengambilan keputusan sedangkan
penilaian hanya sebatas memberikan nilai saja.
Evaluasi merupakan bagian integral dari suatu perencanaan program yang
dapat

dilaksanakan.

Program

penyusunan

evaluasi

hendaknya

dapat

disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat menunjang program
pengajaran seperti kompetensi dasar yang akan dicapai. Dengan perencanaan
yang matang diharapkan dapat memberi informasi yang akurat, mendorong
peserta didik belajar, memotivasi tenaga pendidik mengajar, meningkatkan
kinerja lembaga dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Sehingga evaluasi

dapat digunakan untuk mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.
B. Pertimbangan Penilaian untuk Pengambilan Keputusan.
Penilaian merupakan tahapan yang sangat menentukan bagi guru dalam
melaksanakannya,

karena

dalam

proses

pembelajaran

guru

diberikan

keleluasaan dalam mengembangkan potensinya berdasarkan pokok bahasan
yang ditetapkan. Guru hanya berperan sebagai fasilisator, supervisor dan
motivator terhadap siswa sehingga dalam menilai kepada siswanya guru harus
melakukannya secara terus-menerus.

14

Teknik penilaian dan ujian yang dapat digunakan guru dalam proses
pembelajaran yaitu: pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tugas rumah,
ulangan praktek, pengamatan, dan sebagainya yang disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajarannya. Penentuan teknik penilaian yang digunakan
berdasar pada kompetensi dasar yang ingin dinilai dan harus ditelaah oleh teman
sejawat dalam mata pelajaran yang sama.
Dalam mengembangkan sistem penilaian diperlukan instrumen. Penilaian aspek
kognitif diperlukan suatu instumen tes hasil belajar. Langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam mengembangkan tes hasil prestasi belajar, yaitu:

menyusun

spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba
tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, menafsirkan hasil tes.
Instrumen

tes

yang

dihasilkan

berdasarkan

langkah-langkah

ini

akan

menghasilkan suatu tes hasil belajar yang sifat valid dan reliabel.
Kegiatan yang terlebih dahulu dilakukan dalam mengembangkan tes adalah
menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih bentuk tes, dan
menentukan panjang tes. Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi
soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal,
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan
tingkat kesulitannya relatif sama.
C. Acuan Penilaian
Ada dua acuan penilaian yang digunakan dalam menyiapkan tes dan
menafsirkan tes yaitu
a. Penilaian acuan norma
Penilaian dengan acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang itu
berbeda dan digambarkan menurut distribusi norma. Hasil tes seseorang
dibandingkan dengan kelompok lainnya, sehingga dapat diketahui posisi
seseorang. Acuan ini digunakan terutama pada tes seleksi, karena sesuai
dengan

tujuannya

tes

seleksi

seseorang.

15

adalah

membedakan

kemampuan

D. Sistem Penilaian (Grading)
Dalam penilaian ada dua pendekatan, yaitu Penilaian Acuan Norma
(PAN) atau disebut pemberian nilai relatif (relative grading) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP) atau pemberian nilai absolut (absolute grading).
 PAN merupakan penilain yang didasarkan pada norma kemampuan
kelompok. PAP penilaian yang didasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan
oleh guru.
Perbadingan PAN dan PAP:
PAP
Dapat menentukan batas kelulusan
(pasing grade) sebelum data hasil
diperoleh
Patokan kelulusan dapat ditentukan
secara pasti dan tepat terlepas dari
keadaan hasil tes yang diperoleh
siswa
Menggambarkan tarap penguasaan
siswa terhadap bahan ajar pelajaran
yang dipelajari
Kemungkinan lulus semua atau gagal
dapat terjadi

PAN
Batas lulus diperoleh setelah ada
data
Patokan kelulusan sangat bergantung
atas hasil tes yang didapat oleh siswa
Menggambarkan kedudukan siswa
dalam kelompoknya
Kemungkinan lulus atau gagal selalu
ada betapa tingginya atau rendahnya
skor-skor siswa

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Penilaian berdasarkan atas tujuan instruksional yang telah ditentukan.
Artinya nilai yang diberikan kepada peserta tes menunjukan tingkat
pencapaian tujuan instruksional atau tingkat penguasaan terhadap materi
yang telah ditentukan.



Yang menjadi acuan patokan adalah tujuan instruksional atau tingkat
penguasaan materi.



Misal seseorang dikatakan telah menguasai suatu pokok bahasan atau
lulus bila telah dapat menjawab betul 80% butir pertanyaan. Jadi apabila
kurang dari 80% dianggap belum berhasil.



Untuk keperluan penilain acuan patokan pertama-tama skor mentah
dikonversi ke nilai 1-100, dengan rumus:

16

N 

Xi
x100
skor maksimum

Keterangan:
N
= Nilai;
Contoh:

Xi

= Skor yang diperoleh

Nilai Skala 1-100
80 – 100
70 – 79
60 – 69
50 – 59
< 50

Nilai Skala 1- 4
4
3
2
1
0

Nilai Kualitatif
A
B
C
D
E/G

2. Penilaian Acuan Normatif (PAN)


Penilain ini menggunakan kelompok sebagai acuan/ kriteria.



Nilai seorang siswa ditentukan oleh posisinya dalam kelompoknya.



Cara penilaian ini bertitik tolak dari asumsi bahwa distribusi segala
sesuatu di dunia ini membentuk suatu kurva normal. Artinya segala
sesuatu tersebar secara proporsional, seperti manusia ada yang sangat
pandai, pandai, sedang, kurang, dan sangat kurang membentuk suatu
kurva normal.



Ada beberapa cara untuk pemberian nilai dengan menggunakan
acuan norma, misalnya dengan tranformasi linear.

-4

-3

-2

-1

0

+1

+2

+3

+4

Untuk keperluan acuan norma menggunakan rumus :


Ni 

X mi  x i
Sa  X a
Sm

17

Keterangan:
Ni
= skor akhir observasi ke-i
Xmi
= skor mentah observasi ke-i
Xi
= rata-rata skor mentah
Sm
= standar deviasi skor mentah
Sa
= standar deviasi skor akhir
Xa
= rata-rata skor akhir
Rata-rata ideal =

Skor

Standar Deviasi ideal =

Maksimum
2
Mean

Ideal

Ideal
3

Contoh:
Nilai evaluasi sepuluh mahasiswa adalah di bawah ini. Jika skor idealnya adalah
90, tentukan skor dalam PAP dan PAN.
Skor mentah
45
67
80
65
50
80
75
85
75
55

PAP
50
74
88,9
72,2
55,6
88,9
83,3
94,4
83,3
61,6

PAN
52.9
78.8
94.1
76.5
58.8
94.1
88.2
100.0
88.2
64.7

3.. Penilaian Acuan Kriteria
Penilaian acuan criteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa
belajar apa saja namun waktunya yang berbeda. Jadi variable pada acuan ini
adalah waktu. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program remidi, program
pengayaan dan program percepatan. Penafisran hasil tes selalu dibandingkan
dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes dinilai
lulus atau tidak. Lulus berarti bisa melakukan, tidak lulus berarti belum bisa
melalkukan. Bagi yang lulus bisa diberi pengayaan atau percepatan pada tingkat
ketuntasannya. Acuan ini digunakan pada kurikulum berbasis kompetensi.
Langkah-langkah yang dilakukan guru menggunakan penilaian dengan
acuan kriteria adalah

18

1).

sejak awal menetapkan kriteris keberhasilan (kompetensi tertentu)
yang harus dicapai peserta didik.

2).

Tes formatif

3).

Pada akhir proses pembelajaran dilaksanakan ujian akhir (tes sumatif).

4. Jenis Tagihan
Ada dua jenis tagihan dalam penilaian yaitu : tes dan non tes. Jenis
tagihan berbentuk tes, jawaban terhadap pertanyaan memiliki nilai betul atau
salah, sedangkan jawaban terhadap pertanyaan dalam jenis non tes tidak dapat
dipilah sebagai nilai betul atau salah melainkan didiagnosis berdasarkan
permasalahan yang ada.
5. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara penilaian itu dilakukan.
Untuk jenis tagihan yang berbentuk tes, teknik-teknik penilaian yang dapat
diterapkan adalah
a. Kuis
Waktu yang diperlukan relatif singkat, kurang Iebih I5 menit. Kuis
diberikan

sebelum

pelajaran

baru

dimulai

atau

diberikan

setelah

pembelajaran selesai. Pemberian sebelum atau sesudah pelajaran
bertujuan mengetahui penguasaan pelajaran yang lalu secara singkat atau
mengetahui pernahaman peserta didik terhadap bahan ajar yang baru
diajarkan. Bila ada bagian pelajaran yang belum dikuasai, sebaiknya guru
b. Ulangan blok
Bentuk soal yang dipakai dalam ulangan blok, bagian dari semester dapat
berupa pilihan ganda, campuran pilihan ganda dan uraian, atau semuanya
bentuk uraian. Materi yang diujikan berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir
yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
c. Tugas individu

19

Tugas individu dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk tugas/soal
uraian. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, bila
mungkin sampai sintesis dan evaluasi
d. Tugas kelompok
Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok.
Bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir yang
tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
Untuk jenis tagihan yang berbentuk non tes, teknik-teknik penilaian yang
dapat diterapkan adalah
a. Observasi
Dilakukan

dengan

cara

untuk

menilai/mengetahui

perkembangan

(proses) atau pencapaian kompetensi, sikap, motivasi peserta didik baik
secara individu maupun kelompok. Instrumen yang dapat digunakan
adalah pedoman observasi yang berisi sejumlah pertanyaan, isian atau
check list yang isi oleh guru.
b. Angket
Bentuk instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi sejumlah
pertanyaan/pernyataan menilai/mengetahui perkembangan (proses) atau
pencapaian kompetensi, sikap, motivasi siswa yang diisi oleh peserta
didik sendiri.
c. Wawancara
Bentuk instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara yang
berisi sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan kepada
peserta didik dan dijawab secara lisan pula. Biasanya untuk mengungkap
sikap peserta didik terhadap PBM atau nilai pedagogis pada umumnya.
Wawancara bukan termasuk tes yang dilakukan secara lisan.
d. Proyek
e. Portofolio

20

E. Bentuk Instrumen Penilaian
1. Tes
Ada beberapa bentuk tes di antaranya pilihan ganda dan essay (uraian).
Kedua bentuk ini memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu
Bentuk
instrumen
penilaian
Pilihan
ganda

Uraian

kelebihan

kelemahan

materi yang diujikan mencakup
ruang lingkup yang luas
sehingga memungkinkan
dapat menyajikan soal yang
lebih banyak.
Penggunaan tes ini dapat
dilaksanakan pada jumlah
peserta yang sangat banyak
pemeriksaan dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat.
Pemeriksaan tidak harus
dilakukan oleh penyusun
soal, namun dapat dilakukan
oleh orang lain asalkan sudah
memahami patokan
pemeriksaan
memiliki objektifitas yang tinggi.
Pada umumnya tes yang
berbentuk pilihan ganda
memiliki reliabilitas yang
memuaskan



penyusunannya relatif
lebih mudah.

Bentuk tes ini tidak
mementingkan hasil akhir
saja namun lebih
mengutamakan proses dalam
menjawab pertanyaan.

tidak
memberikan
peserta
didik
untuk
berspekulasi

dapat
mengetahui
sejauh mana penguasaan
peserta didik terhadap materi

 Pemeriksaan harus
dilakukan oleh penyusun
soal atau orang yang ahli
dalam bidangnya.
 Subyektifitas pemeriksa
sulit dihindari sehingga
konsistensi pemberian
nilai dari pemeriksa
sangat mempengaruhi
penilaian tes yang
berbentuk uraian.

materi tes yang
berbentuk uraian yang
diujikan tidak mencakup



21

Penyusunannya
relatif sulit dan
membutukan waktu yang
tidak sedikit

Dalam penyusunan
tes ini perlu
mempertimbangkan aspek
asal menebak.

Bentuk
instrumen
penilaian

kelebihan

kelemahan
ruang lingkup yang luas
sehingga hanya
menyajikan soal dalam
jumlah yang sedikit.

Tes ini digunakan
pada jumlah peserta yang
sedikit karena
pemeriksaan tes
membutuhkan waktu
relatif lebih lama.

Pada umunya tes
ini memiliki reliabilitas
yang kurang memuaskan.

Bentuk instrumen penilaian pada jenis tagihan tes adalah pilihan ganda,
uraian, menjodohkan, uraian singkat dan jawaban pendek. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penyusunan instrumen penilaian berbentuk tes adalah
1). Butir tes pilihan ganda
a).

hindari mengulang kata-kata kunci

b).

kalimat dalam soal diusahakan dengan kalimat positif

c).

jika menggunakan kalimat negatif, hendaknya diberi penjelasan
atau digarisbawahi.

d).

kalimat dari tiap-tiap butir soal harus jelas.

e).

hindari hubungan soal berikutnya dengan soal sebelumnya.

f).

selang-seling jawaban yang benar secara acak.

g).

kontrol kesulitan dalam soal dengan merubah alternatif jawaban.

2). Butir tes uraian
a).

memberikan bobot soal dalam tiap soal

b).

pertanyaan ditulis secara jelas

3). Butir tes menjodohkan
a).

usahakan materi yang homogen

b).

usahakan urutan soal singkat dan tempatkan jawaban secara
singkat di sebelah kanan.
22

c).

jumlah respon lebih banyak dari premis.

d).

searngkaian soal menjodohkan ditulis dalam halaman yang sama.

4). Butir tes isian singkat dan jawaban pendek
Butir tes isian singkat dan jawaban pendek keduanya hampir sama
hanya berbeda dalam bentuk persoalan yang disajikan. Apabila masalah
yang disajikan dalam bentuk pertanyaan maka butir itu menjadi jawaban
pendek, dan apabila disajikan dalam bentuk penyataan yang belum
selesai maka butir itu menjadi bentuk isian singkat.

b. Non tes
Ada sejumlah penilaian yang tidak dapat diukur dengan instrumen
penilaian berbentuk tes. Hasil penilaian menekankan pada perubahan tingkah
laku yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan (performance) peserta
didik. Instrumen penilaian berbentuk non tes dapat diterapkan dengan
menggunakan skala nilai, diantaranya
1). Skala nilai
adanya pernyataan suatu karakteristik tertentu dari sesuatu yang akan diukur
keberadaanya, diikuti oleh angka menunjukkan kualitas keberadaan itu.
Berikut ini diberikan pilihan jawaban dari skala nilai





Atau

Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-ragu (R)
Tidak setuju (TS)
Sangat tidak setuju (STS)

 Sempurna
 Di atas rata-rata
 Rata-rata
 Di bawah rata-rata
 Tidak memuaskan
Atau




> 6 kali
4 – 6 kali
3 – 4 kali

23


1 – 2 kali

tidak pernah
Atau





Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak setuju (TS)
Sangat tidak setuju (STS)

Bentuk pertanyaan dalam skala nilai adalah positif dan negatif.
Pertanyaan positif mengharapkan siswa setuju sedangkan pertanyaan negatif
mengharapkan siswa tidak setuju. Butir pertanyaan dalam alat ukur terdapat
pertanyaan positif dan negatif.
Contoh :
Pernyataan positif : pendidikan adalah penting bagi bangsa dan negara
pernyataan negatif : bersekolah hanya membuang-buang waktu.
Pemberian nilai pada pertanyaan positif dan negatif adalah
PILIHAN
JAWABAN
Sangat setuju
Setuju
Ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju

PERTANYAAN
positif
negatif
5
1
4
2
3
3
2
4
1
5

Contoh :
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan
pendapat Anda !
SS
: Sangat setuju
S
: Setuju
RR
: Ragu-ragu
TS
: Tidak stuju
STS
: Sangat tidak pernah
NO
PERNYATAAN
1
fisika menarik untuk dipelajari
2
Saya merasa biasa-biasa saja meskipun
hasil ulangan says tidak memuaskan.
4
Saya merasa rugi, jika tidak mengikuti
pelajaran fisika.

24

SS S RR TS STS

2). Check list (Daftar cek)
daftar untuk mengecek ada atau tidaknya suatu unsur, komponen,
karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa.
Contoh :
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) apabila terdapat aspek yang diukur
NO
Aspek yang diamati
Cek
1 Memeperlihatkan sikap gembira ketika belajar ………………………
fisika
2 Memperlihatkan keinginan untuk memecahkan ………………………
soal fisika
Bentuk instrumen penilaian pada jenis tagihan non tes adalah panduan
observasi, kuesioner, panduan wawancara, rubrik.

F. Format Kisi-kisi Penilaian
Unsur-unsur yang perlu ada dalam menyusun kisi-kisi penilaian adalah
a. Kompetensi dasar
b. indikator
c. materi pokok
d. jenis tagihan
e. teknik penilaian
f. bentuk instrumen
g. contoh butir soal

Contoh Format Kisi-kisi penilaian
Mata pelajaran
Semester
Kelas
Standar Kompetensi

:…………
: ………..
: …………
: .........

25

N
O

Kompeten Indikat
si Dasar
or

Materi
pokok

Jenis
tagiha
n

Penilaian
Teknik
Bentuk
Penilaia
Instrume
n
n

Butir soal

1
2

G. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Aspek Kognitif
Dalam Bentuk Tes
Langkah-langkah penyusunan instrumen penilaian dalam bentuk tes yaitu
a. Menetapkan tujuan.
Tujuan tes prestasi belajar diantaranya diagnostik, formatif dan sumatif
Analisa kurikulum atau analisa silabus
Untuk menentukan bobot setiap kompetensi yang dijadikan dasar
menentukan jumlah butir, bentuk instrumen penilaian.
Membuat kisi-kisi
Berupa matriks yang memuat pedoman untuk menulis soal menjadi suatu
tes.
Penulisan indikator
Penulisan butir tes
Soal yang dibuat harus valid, menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti, kunci jawaban harus dibuat, review soal, seleksi soal
dan merakit soal dalam suatu bentuk tes.
Analisa kualitatif
Penelahan butir ditinjau materi, konstruksi soal dan bahasa
Reproduksi tes terbatas
Uji coba
Analisa kuantitif
Pada penilaian acuan kriteria, analisa statisik yang dilakukan adalah taraf
kesukaran dan indeks sensitivitas Apabila tidak ada pretest maka analisa yang
dilakukan hanya taraf kesukaran. Taraf kesukaran butir berkisar 0,3 sampai 0,7.

26

Sedangkan pada penilaian acuan norma analisa yang dilakukan taraf
kesukaran dan daya beda. Taraf kesukaran butir berkisara 0,3 sampai 0,7.
dan indeks daya beda minimal 0,3.
H. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Aspek afektif
Langkah-langkah penyusunan intrumen penilaian aspek afektif yaitu
a. Menentukan dimensi/indikator
b. menyusun kisi-kisi
c. menyusun butir pernyataan
d. melakukan panel dengan teman sejawat
e. melakukan uji keterbacaan
f. uji coba ke sejumlah siswa
g. analisa butir
h. revisi dan pengedropan
I. Penilaian Alternatif
Penilaian alternatif merupakan penilaian yang mengukur kemampuan
relatif siswa dalam mencapai tujuan proses pembelajaran. Penilaian alternatif
yang diuraikan dalam maklah ini adalah penilaian unjuk kerja, proyek dan
portofolio.
J Penilaian unjuk kerja
penilaian yang berdasarkan hasil pengamatan terhadap tingkah laku atau
interaksi siswa dalam tugas tertentu. Penilaian ini lebih tepat digunakan
misalnya untuk menilai kompetensi siswa dalam memecahkan masalah
dalam kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok, memainkan alat
musik, membaca puisi, berpidato, menggunakan peralatan laboratorium,
mengoperasikan suatu alat
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbagkan hal-hal sebagai berikut :
(1)

langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi

27

(2)

Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam
kinerja tersebut.

(3)

Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.

(4)

Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak
sehingga semua dapat diamati.

(5)

Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan yang
akan diamati

Bentuk instrumen penilaian pada jenis tagihan non tes adalah observasi.
K. Proyek
Tugas yang dikerjakan agar pembelajaran, penguatan dan pengayaan
terjadi dengan melibatkan sejumlah kompetensi dasar secara terintegrasi yang
dikerjakan secara individu atau kelompok untuk periode tertentu. Proyek dapat
melibatkan serangkaian kegiatan sesuai dengan sifat dari proyek, misalnya
perencanaan, pengumpulan dan pengorganisasian data, analisa data, penyajian
data dalam bentuk laporan. Penilaian terhadap proses (perencanaan dan
penyelesaiannya) dan produk proyek (hasil akhir). Bentuk instrumen penilaian
dengan menggunakan rubrik.
Contoh :
a. Penelitian sederhana tentang air di rumah
b. Penelitian sederhana perkembangan harga sembako
L. Portofolio
Portofplio meliputi kumpulan tugas, karya, prestasi akademik/non akademik,
komentar/catatan guru tentang prestasi di dalam maupun di luar sekolah baik yang
sudah dinilai maupun yang belum dalam periode waktu tertentu. Kumpulan ini
menggambarkan perkembangan kemampuan/kompetensi yang dicapai peserta
didik. Setiap peserta didik memiliki folder masing-masing. Bentuk instrumen
penilaian yang digunakan rubrik. Portofolio tidak hanya sekedar

map tempat

pekerjaan pesera didik, tetapi map tempat kumpulan peserta didik siswa yang

28

berhubungan dengan perkembangan kemajuan intelektual peserta didik dalam
pembelajaran.
Contoh topik portofolio
 Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa, yang disajikan secara tertulis
atau dengan penjelasan tertulis.
 Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan
tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan
 Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan
 Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah, dalam mata pelajaran
yang bersangkutan
 Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam
mata pelajaran atau antarmata-pelajaran 6. Penyelesaian soal-soal terbuka
 Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang
berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang
berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya
 Laporan kerja kelompok
 Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam video,
alat rekam audio, dan komputer.
 Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh
siswa yang bersangkutan.
 Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata
pelajaran yang bersangkutan)
 Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa terhadap mata
pelajaran yang bersangkutan
 Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis,
atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang
bersangkutan.
 Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran

29

Pemilihan contoh tugas untuk portofolio harus disesuaikan dengan tujuan
yang ditetapkan. Jika portofolio yang diharapkan mengacu pada tujuan proses
maka contoh yang dipilih menunjukkan perkembangan komponen tujuan proses
tersebut.
Agar terarah, pengunaan portofolio harus dilakukan dengan perencanaan
yang sistematis, melalui enam Iangkah yaitu
1). Menentukan maksud atau fokus portofolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.


Mengapa saya (guru) memerlukan portofolio siswa?



Sasaran belajar apa atau tujuan kurikuler apa yang ketercapaiannya hendak
dinilai dengan portofolio ini?



Apakah penilaian dengan portofolio lebih cocok untuk menilai belajar atau
tujuan kurikuler tersebut daripada dengan penilaian alternatif yang lain?



Apakah portofolio itu harus difokuskan pada karya terbaik, atau
pertumbuhan (perkembangan) belajar, atau keduanya?



Portofolio itu akan digunakan sebagai komponen penilaian formatif
ataukah untuk penilaian sumatif, atau keduanya?



Siapakah yang menentukan isi portofolio: guru saja, guru dan siswa, atau
pihak lain (misalnya siswa, orang tua, dan guru)?

2). Menentukan aspek isi yang dinilai
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.


Apakah saya (guru) akan menilai hanya karya terbaik siswa, ataukah akan
menilai perkembamgannya siswa?

3). Menentukan bentuk, susunan, atau organisasi portofolio.
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.


Jenis isi apa (karya cipta siswa ataukah catatan laporan kegiatan siswa yang
harus ada untuk mendapat nilai



Apa yang harus ada dalam 'Daftar Isi' portofolio, atau apa garis besar isi
portofolio, yang harus terdapat dalam portofolio?



Bagaimana definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi portofolio?

4). Menentukan penggunaan portofolio

30

Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.


Berapa lama setiap hari siswa diharapkan mengerjakan tugas membuat
portofolio itu? (Misalnya 15 menit setiap hari)



Bagaimana kaitan antara portofolio itu dan pembelajaran sehari-hari?



Siapa yang menentukan jenis isi portofolio itu? (Guru sendiri, guru dan
siswa, atau siswa sendiri?)



Kapan portofolio itu akan dicermati untuk dinilai?



Bagaimana pembobotan nilai portofolio dan komponen penilaian lain, dalam
rangka penentuan nilai akhir semester (penentuan nilai rapor)?



Apakah guru akan mendiskusikan isi portofolio itu dengan siswa yang
bersangkutan?



Apakah portofolio itu akan ditunjukkan pula kepada orang tua siswa, kepala
sekolah, uru lain, atau siswa lain?

5). Menentukan cara menilai portofolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.


Apakah penskoran portofolio akan dilakukan dengan dua macam rubric
(pedoman) penskoran, yaitu rubrik umum dan rubrik khusus?



Apakah rubrik penskoran untuk setiap jenis isi portofolio itu sudah ada?



Apakah penilaian portofolio akan dikerjakan oleh guru sendiri, ataukah oleh
guru bersama siswa yang bersangkutan? Pengetahuan, keterampilan, atau
sikap apa, yang menjadi aspek