Pengembangan Modul Bimbingan dan Konseling untuk Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah

1 2 Rani Mega Putri 3 , Nev eviyarni S. , Daharnis

123 Fakultas Ilmu Pendidikan, Un , Universitas Negeri Padang

Abstract

The problem of drug abuse ha has penetrated up to the world of education, includin ding SMP. Many ways that could be used by guidance and and counseling teachers or counselors to enhance stude dents' understanding of the dangers of drug abuse, one of of them by using the media as an exciting learning mod odules. Module was one of tools that addresses learning a g about a subject systematically arranged and sequenti ntially to facilitate students achieve and master a targeted ted competencies along with guidelines for the use of tea teachers. This study aimed: (1) to formulate guidance and nd counseling module for drug abuse prevention in scho hool-appropriate content to

be used by guidance and cou counseling teacher or counselor, and (2) to describe th e the level of applicability formulation guidance and co counseling module for drug abuse prevention in s school by guidance and counseling teacher or counsel selor. This research was conducted using development ment research methods, with guided model development ste step ADDIE (Analyze, Design, Development, Implemen mentation, and Evaluation). The subjects of the trial resea search were (1) the content expert, and (2) the target u t users of the product, was guidance and counseling teach acher or counselor, who was taken by using purposive sa e sampling method, in order to obtain test subjects research rch, namely 3 content experts, and 3 people guidance a e and counseling teacher or counselor. This study was co conducted with a limited research product tested and and the data was analyzed descriptively. The results of th the research showed that: (1) guidance and counseling ling module to prevent drug abuse, as a content was ver very feasible for used by students and guidance and nd counseling teachers or counselors in implementation tion of service, (2) the level of guidance module and co counseling applicability to prevent of drug abuse rated ve very high for used by students. Based on these results o s of the research, generally, it could be concluded that the the research products produced were feasible and could uld be used to help students in the context of prevention of of drug abuse in schools. Finally the research product w ct was highly recommended to be introduced and used by g y guidance and counseling teacher or counselor at schoo hool in SMP.

Keyword: Module, Guidance a e and Counseling, Drug Abuse Prevention

Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons

PENDAHULUAN

Sekolah sebagai lembaga ga pendidikan formal memegang peranan dan bertangg ggung jawab dalam menunjang keberhasilan siswa untuk menj enjalankan tugas perkembangannya. Sekolah diharapkan kan dapat menyediakan program pembelajaran yang menarik, m , menyenangkan, menantang, membangun motivasi, dan an memberi kesempatan kepada Sekolah sebagai lembaga ga pendidikan formal memegang peranan dan bertangg ggung jawab dalam menunjang keberhasilan siswa untuk menj enjalankan tugas perkembangannya. Sekolah diharapkan kan dapat menyediakan program pembelajaran yang menarik, m , menyenangkan, menantang, membangun motivasi, dan an memberi kesempatan kepada

Pendidikan adalah usaha aha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana ana belajar dan proses pembelajaran agar peser serta didik secara aktif mengembangkan potensi dir dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keaga agamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, an, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlu erlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk menghasilkan pen pendidikan yang bermutu, maka penyelenggaraan pe pendidikan harus dilaksanakan dengan memperhatikan dan m memperbaiki proses pendidikan yang diterapkan ole oleh penyelenggara pendidikan. Proses pembelajaran diharapka pkan mampu memfasilitasi siswa agar dapat mencapai ai aktualisasi diri sesuai dengan fungsi pendidikan yang tertuan tuang pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona ional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu:

Pendidikan nasional berfu rfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk wa k watak serta peradaban bangsa yang bermartab tabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bang ngsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi si peserta didik agar menjadi manusia yang beriman d n dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandir diri, dan menjadi warga negara yang demokratis s is serta bertanggung jawab.

Hal tersebut dapat dimak aknai bahwa pendidikan di sekolah selain bertanggung ung jawab terhadap dikuasainya pengetahuan dan keterampila ilan tertentu bagi siswanya, juga bertanggung jawab wab membentuk siswa menjadi individu yang beriman, bertaq rtaqwa, dan berakhlak mulia. Siswa yang beriman, be bertaqwa dan berakhlak mulia memiliki indikator-indikator p r perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yan yang luhur, norma-norma yang berlaku, yaitu sesuai dengan n n nilai-nilai ajaran agama yang diyakininya. Perilaku-p u-perilaku yang demikian dapat berupa perilaku konstruktif ya yang tidak merusak diri sendiri dan lingkungan seper perti jauh dari perilaku-perilaku menyakiti diri, lari dari kehidu idupan dan keluarga, terlibat pergaulan bebas, merokok, k, mengkonsumsi alkohol, serta menggunakan narkoba.

Dalam rangka mengemba bangkan fungsi tersebut diperlukan peran pendidik. Me enurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 0 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 6, pendidik adala alah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, d , dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tuto utor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai denga ngan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyel yelenggarakan pendidikan. Guru bimbingan dan konseling (sela elanjutnya disebut guru BK) atau konselor merupakan sa salah satu tenaga kependidikan. Dengan kata lain Bimbingan an dan Konseling (selanjutnya disebut BK) terdapat at dalam kurikulum pendidikan nasional. BK merupakan upay aya pemberian bantuan melalui layanan konseling kepa epada siswa agar siswa tersebut mampu mengembangkan dirin rinya secara optimal untuk memiliki kekuatan spiritual k l keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhl khlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirin irinya, masyarakat, bangsa dan negara seperti yang tertera pad ada hakikat pendidikan menurut Undang-Undang Sistem tem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1.

Melalui pelayanan BK d diharapkan siswa mampu mengatasi permasalahan yan yang dialaminya, hal ini seperti yang diungkapkan oleh BSNP NP (2006: 4) yaitu:

Pelayanan konseling mem emfasilitasi pengembangan peserta didik, secara indiv dividual, kelompok dan atau klasikal, sesuai deng ngan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, k , kondisi, serta peluang- peluang yang dimiliki. P i. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan an dan hambatan serta masalah yang dihadapi pe peserta didik.

Hal tersebut mengandung ng makna bahwa guru BK atau konselor harus menger gerti dan memahami siswa, baik itu bakat, minat, potensi, maup aupun perkembangannya sehingga memberikan peluang ang bagi guru BK atau konselor untuk membantu peserta didi idik mengatasi kelemahan, hambatan, serta masalah h yang dialaminya. Pemberian bantuan tersebut dapat berupa pa pelayanan yang dilakukan secara perorangan, kelom ompok, maupun klasikal dengan

Mulyasa (2004: 43) men enyatakan bahwa modul adalah suatu proses pembela elajaran mengenai suatu satuan kompetensi tertentu yang disu isusun secara sistematis, operasional dan terarah yang g digunakan oleh peserta didik dan disertai dengan pedoman p n penggunaannya untuk guru. Senada dengan pendapat t at tersebut, Sidek Mohd Noah & Jamaludin Ahmad (dalam Ah Ahmad, 2007:134) menyatakan bahwa modul merupak akan suatu paket pembelajaran yang membahas suatu topik te tertentu secara sistematis dan berurutan untuk memud udahkan siswa belajar mandiri dalam mencapai dan menguas uasai suatu unit topik pembelajaran dengan mudah da dan tepat sasaran. Jadi, modul adalah sebuah media yang disu isusun secara sistematis menurut kaidah penulisan modu dul, yang membahas suatu topik dan dapat digunakan oleh sisw swa secara mandiri.

Dengan memanfaatkan n modul, diharapkan siswa mampu untuk mandiri iri dan dapat mengembangkan potensinya secara optimal ses sesuai dengan tujuan konseling yaitu memandirikan k klien. Suryosubroto (1983:12) menyatakan bahwa:

Dengan menggunakan m modul, siswa dapat belajar sendiri tanpa tergantung p pada guru, siswa dapat belajar tanpa terikat oleh tempat dan an waktu, siswa juga dapat belajar sesuai dengan kece cepatan masing-masing. Modul dapat memupuk sifat dinamis is dan aktif karena siswa dituntun memecahkan mas asalah-masalah dan penemuan- penemuan

Lebih lanjut dijelaskan n bahwa modul dapat dilengkapi dengan kegiatan-k -kegiatan instruksional, seperti membaca buku, melakukan p percobaan, belajar dari internet dan lain-lain, sehingg ngga siswa juga dituntun untuk belajar dari sumber-sumber ya yang relevan (Suryosubroto, 1983: 22). Nasution (1988: 88: 67) menjelaskan keuntungan pembelajaran dengan modul ad adalah sebagai berikut:

1. memberikan feedback ck atau umpan balik yang segera dan terus-menerus.

2. dapat disesuaikan den dengan kemampuan anak secara individual dengan me memberikan keluwesan

tentang kecepatan mem empelajarinya.

3. memberikan secara kh khusus remedial untuk membantu anak mengatasi kekur kurangannya.

4. membuka kemungkina inan untuk melakukan tes formatif. Sedangkan menurut Sant antyasa (2009: 11) salah satu keuntungan yang diperol roleh dari pembelajaran dengan

menggunakan modul yaitu m meningkatkan motivasi siswa, karena materinya diba ibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kondisi di lapangan. n. Dengan menggunakan modul yang dirancang den dengan baik mengikuti kaidah penyusunan modul, siswa dap apat memperoleh pemahaman dan pengetahuan baru un untuk menciptakan pandangan, wawasan, keterampilan, nilai d i dan sikap yang sesuai dengan tujuan hidup.

Prayitno (2009: 26) meny enyatakan bahwa “pelayanan konseling tertuju kepada a kondisi pribadi yang mandiri, sukses dan berkehidupan efe efektif dalam kesehariannya”. Jika dilihat dari tujuan an pelayanan konseling untuk memandirikan klien, maka sis sistem belajar dengan menggunakan modul adalah sala salah satu cara yang diharapkan dapat memandirikan siswa dala alam proses pembelajaran.

Dari hasil wawancara den engan beberapa orang guru BK atau konselor yang seda dang melanjutkan pendidikan di Program Studi Bimbingan dan dan Konseling Program Pascasarjana Fakultas Ilmu P Pendidikan Universitas Negeri Padang pada tanggal 07 Mei 2 i 2012, diketahui bahwa guru BK atau konselor tidak m k memiliki modul yang relevan untuk dijadikan bahan dalam lam memberikan layanan konseling. Guru BK atau tau konselor juga tidak dapat merumuskan bentuk modul ya yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya, serta mengangga gap modul tidak penting karena menambah kerja guru BK atau tau konselor dan proses pembuatannya berbelit-belit. Ha Hal ini membuat peneliti merasa tertarik untuk mengembangkan kan modul yang dapat membantu guru BK atau konselo elor dalam memberikan layanan konseling kepada siswanya.

Mencermati permasalaha han siswa yang dapat diupayakan pencegahan dan penge ngentasannya oleh guru BK atau konselor melalui pelayanan k konseling, nampaknya merokok dan mengkonsumsi si alkohol adalah permasalahan yang banyak terjadi di sek ekolah. Padahal, rokok dan alkohol adalah gerban ang awal untuk masuk pada penyalahgunaan narkoba yang ang lebih berat, tetapi layanan yang dilakukan oleh g guru BK atau konselor untuk mencegah hal tersebut masih m h minim.

Fenomena di lapangan m menunjukkan bahwa banyak terjadi kasus penyalahgu gunaan narkoba yang dilakukan oleh pelajar. Aziz (dalam tem empo.co.id: diakses tanggal 23 April 2012) menuliskan kan bahwa salah seorang siswa sekolah menengah pertama di di Cianjur, Jawa Barat, mengikuti Ujian Nasional dala alam tahanan Kepolisian Resor

Cianjur, Senin, 23 April 2012 12 karena terjerat kasus narkoba dengan Pasal 111 ayat at 1 Undang-Undang Nomor 35 tentang Narkotika karena kepe epemilikan ganja. Berikutnya, Ali (dalam antarabogor. or.com: diakses tanggal 30 Juni 2012) menuliskan bahwa pered redaran narkoba di kalangan pelajar SMP dan SMA suda dah sangat mengkhawatirkan.

Berdasarkan data yang di didapat dari Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumbar bar menunjukkan bahwa jumlah kasus narkoba yang dilakukan an oleh pelajar pada tahun 2010 adalah 13 kasus. Pada t a tahun 2011 menjadi 12 kasus. Pada tahun 2012 ditemukan 9 9 kasus yang dilakukan pelajar. Sedangkan berdasarka rkan aspek umur, ditemukan 13 kasus pada tahun 2010 untuk uk umur tersangka 16-19 tahun. Kasus ini meningkat m at menjadi 36 kasus pada tahun 2011. Dan meningkat lagi men enjadi 41 kasus untuk umur tersangka 16-19 tahun pada da tahun 2012.

Data di atas menunjukkan kan bahwa adanya peluang remaja yang terlibat dalam p penyalahgunaan narkoba akan terus meluas dan meningkat ju jumlahnya. Dengan meluasnya penyalahgunaan narkoba oba tersebut maka akan semakin besar efek negatif yang ditimbu bulkan baik bagi remaja itu sendiri, keluarga dan lingku gkungan sosialnya. Martono dan Satya (2006: 24-26) menyatak takan bahwa penyalahgunaan narkoba dapat menimbulk ulkan efek negatif yang pertama bagi diri sendiri, yaitu: (a) terg terganggunya fungsi otak dan perkembangan remaja, (b , (b) intoksikasi (keracunan), (c) over dosis, (d) gejala putus zat zat, (e) ketergantungan, (f) gangguan perilaku/ mental-so l-sosial, (g) gangguan kesehatan, (h) kendornya nilai-nilai, dan an (i) keuangan dan hukum menjadi kacau. Efek neg egatif yang kedua adalah bagi keluarga yaitu suasana hidup n p nyaman dan tentram di dalam keluarga menjadi tergan ganggu, orangtua menjadi malu, sedih, merasa bersalah dan ma marah karena memiliki anak pecandu, serta merasa putu tus asa karena masa depan anak menjadi tidak jelas. Efek neg egatif yang ketiga adalah bagi sekolah, yaitu narkoba oba dapat merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting ting bagi proses belajar mengajar di kelas dan prest estasi belajar menurun drastis. Penyalahguna narkoba juga be berkaitan dengan kenakalan dan putus sekolah. Kemu mungkinan siswa penyalahguna narkoba membolos lebih besar sar daripada siswa lainnya. Efek negatif yang keempat y at yaitu bagi masyarakat, bangsa dan negara yang dapat menim nimbulkan kerugian karena masyarakatnya tidak pro roduktif dan tingkat kejahatan meningkat.

Berkenaan dengan banya nyaknya kerugian yang bisa ditimbulkan oleh peredara aran gelap dan penyalahgunaan narkoba seperti tersebut di a i atas, maka penyalahgunaan narkoba bisa menjadi b i bencana nasional, dan harus diantisipasi oleh semua kalang ngan termasuk oleh pendidik pada satuan pendidikan das dasar dan menengah. Jika hal ini tidak mendapatkan penangan anan yang baik maka akan menjadi ancaman bagi i kelangsungan hidup bangsa, khususnya rusaknya generasi m i muda yang diharapkan sebagai penerus bangsa.

Padang, sebagai salah sa satu ibukota Provinsi yang sedang berkembang, bisa isa menjadi sasaran empuk bagi orang-orang yang tidak bertan tanggung jawab dalam peredaran dan penyalahgunaan n n narkoba. Termasuk peredaran narkoba di kalangan pelajar SM SMP. Hasil observasi yang penulis lakukan di lingkung ungan salah satu sekolah swasta kota Padang, banyak ditemui s i siswa laki-laki yang merokok. Tidak hanya siswa SMA,

A, tetapi juga sudah merambah pada siswa SMP dan SD. Berdasarkan studi pendah ahuluan yang dilakukan pada salah satu SMP swasta ko kota Padang diperoleh informasi bahwa banyak siswa sekolah te h tersebut yang merokok dan mengkonsumsi alkohol. Ad Ada juga siswa yang menghirup lem. Informasi tersebut didapa apat dari hasil wawancara dengan beberapa orang guru uru dan siswa, data kasus siswa dari guru BK atau konselor, ser serta hasil observasi di lapangan. Rokok dalam hal ini dip i dipandang sebagai pintu masuk penyalahgunaan narkoba lain y in yang lebih berbahaya, karena rokok mengandung temb mbakau yang memiliki zat aktif yang dapat menyebabkan ket ketergantungan seperti nikotin, karbon monoksida da dan tar. Dalam mengentaskan permasalahan ini dan mencega egah ke arah penyalahgunaan narkoba yang lebih berba rbahaya, guru BK atau konselor belum memberikan pelayanan an yang maksimal. Hal ini terkendala oleh waktu pembe berian layanan serta belum ada media yang dapat digunakan u n untuk melakukan pelayanan konseling. Oleh sebab itu itu penulis merasa tertarik untuk bisa mengembangkan media b ia berupa modul pencegahan penyalahgunaan narkoba ba berdasarkan fenomena yang terjadi pada sekolah ini.

Berangkat dari hal ter tersebut dan mempertimbangkan uraian di atas, m maka peneliti tertarik untuk mengembangkan modul pence cegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah untuk mem embantu guru BK atau konselor dalam memberikan pelayanan nan konseling. Peneliti sangat mengharapkan produk uk yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat memperba baiki dan mengurangi beberapa kekurangan-kekurangan an dalam praktik pelayanan BK di sekolah, terutama untuk pen encegahan penyalahgunaan narkoba.

Sehubungan dengan perm ermasalahan di atas, maka rumusan masalah pada pen enelitian ini adalah (1) apakah rumusan modul BK yang dike ikembangkan untuk pencegahan penyalahgunaan narkob koba di sekolah layak secara isi

Adapun tujuan yang hen endak dicapai dengan penelitian ini adalah untuk me erumuskan modul pencegahan penyalahgunaan narkoba di sek sekolah yang layak secara isi untuk digunakan oleh guru uru BK atau konselor dan untuk mendeskripsikan tingkat keterp terpakaian rumusan modul BK untuk pencegahan penya yalahgunaan narkoba di sekolah oleh guru BK atau konselor. .

METODOLOGI

Penelitian ini merupak akan penelitian pengembangan (development resea search ). Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah modul ul bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat pat menjawab permasalahan di lapangan terkait dengan fenom nomena penyalahgunaan narkoba yang terjadi di seko kolah. Prosedur pengembangan yang diterapkan dalam peneliti elitian ini mengikuti langkah-langkah pengembangan m n menurut model ADDIE yang meliputi tahapan Analysis, De , Design, Development, Implementation, dan Evaluati luation . Antara tahapan-tahapan tersebut memiliki keterkaitan, n n, namun tidak menutup kemungkinan pengembangan se selanjutnya di waktu yang akan datang jika produk yang dihasil asilkan perlu pengembangan lebih lanjut.

Dalam penelitian ini, keg egiatan pengembangan produk yang dilakukan peneliti liti hanya sampai pada tahap uji kelompok kecil. Pertimbangan an peneliti melakukan pengembangan produk hingga ta a tahap uji kelompok kecil yaitu untuk menghasilkan prototype pe produk (modul) yang secara isi telah memenuhi krite iteria hasil validasi para ahli dan dapat dipakai oleh guru BK ata atau konselor di sekolah.

Adapun teknik yang digu gunakan untuk menentukan subjek uji coba untuk ahli is li isi dan uji keterpakaian produk menggunakan purposive samp mpling . Teknik purposive sampling, merupakan cara ra penentuan atau pengambilan sampel secara acak didasarkan kan pada maksud atau tujuan penelitian yang telah dit ditetapkan sebelumnya (Yusuf, 2005b: 205). Alasan pengguna naan purposive sampling sebagai teknik penentuan subje bjek uji coba yaitu penelitian ini hanya berfokus pada suatu ma masalah yaitu mengembangkan modul bimbingan dan an konseling untuk pencegahan penyalahgunaan narkoba. Sela elain itu, penelitian ini tidak bermaksud membuat gen generalisasi penelitian sehingga teknik penentuan subjek uji co ji coba dalam penelitian pengembangan ini dikelompokk okkan ke dalam non-probability sampling yaitu teknik pengam ambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesem empatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dip dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008: 122).

Berdasarkan pertimbanga gan tersebut, maka subjek uji coba dalam penelitian ini d ni ditentukan sebagai berikut.

Tahap Validasi Produk

Validasi ahli melibatk atkan subjek uji coba sebagai ahli, terdiri dari 3 oran ang ahli. Ahli yang melakukan validasi yaitu, Prof. Dr. M Mudjiran, M.S., Kons. (Dosen Jurusan Bimbingan dan an Konseling UNP), Dr. Erizal Gani, M.Pd. (Dosen Jurusa usan Pendidikan Bahasa Indonesia UNP), dan Prof. Dr. Dr. Sayuti Syahara, M.S., AIFO (Ahli Ilmu Fisiologi Olahra hraga, Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP).

Tahap Uji Coba Produk

Pada tahap uji pers erseorangan dan uji kelompok kecil, subjek uji co coba dipilih dengan landasan pertimbangan tertentu sesu suai dengan maksud, tujuan, atau kegunaan dari produk uk penelitian. Karakteristik dari subjek uji coba yang diing iinginkan sebagai sasaran pemakai produk yang melak lakukan uji keterbacaan adalah siswa kelas VII, dengan an anggapan bahwa siswa SMP perlu dibekali dengan pen engetahuan tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba se sedari dini, yaitu saat berada pada kelas VII. Selain sis siswa, yang menjadi subjek uji coba pemakai produk ada dalah guru BK atau konselor dengan latar belakang p g pendidikan S1 BK dan PPK. Dengan anggapan bahwa g guru BK dengan latar belakang pendidikan S1 BK dan an PPK sudah profesional dalam menyelenggarakan pelayan anan konseling secara akademis dan praktik. Untuk u uji coba perseorangan produk penelitian, peneliti melibatk atkan 1 orang guru BK atau konselor kelas VII SMP K Kartika I-7 Padang, sedangkan uji coba kelompok kecil, p l, peneliti melibatkan 3 orang guru BK atau konselor, or, yaitu 2 orang guru BK atau konselor dari SMP N 5 Pa Padang dan 1 orang guru BK atau konselor SMP Labo boratorium Pembangunan UNP. Pemilihan sekolah tersebut ut menjadi subjek uji coba dengan pertimbangan: (a) se ) sekolah tersebut memiliki guru BK yang sesuai dengan kr kriteria yaitu S1 BK dan PPK, (b) sekolah tersebut ber berada di daerah keramaian dan pusat kota, (c) lingkungan an sekolah tersebut berdekatan dengan lingkungan pend endidikan yang lebih tinggi, dan (d) siswa memiliki latar bel belakang ekonomi yang beragam.

Data yang dikumpulkan p n pada penelitian ini yaitu:

Data Validasi Modul

Peneliti mengumpulk lkan data dari ahli berkenaan dengan penilaian isi mo odul bimbingan dan konseling untuk pencegahan penyalah lahgunaan narkoba. Data isi produk diperoleh dari prose ses validasi oleh ahli.

Data Keterpakaian Modul l

Pengumpulan data k keterpakaian modul dilakukan pada guru BK atau u konselor. Modul yang telah divalidasi oleh ahli, diuji ji coba perseorangan dan uji coba kelompok kecil p il pada guru BK atau konselor, kemudian dilakukan pengu gukuran dengan menggunakan angket untuk menilai pro roduk.

Untuk keterbacaan is isi modul, dilakukan uji coba kepada siswa dengan c n cara menandai isi yang tidak dipahami siswa. Hasil yang ang diperoleh menjadi pedoman bagi peneliti untuk men enyesuaikan kalimat dan istilah sesuai dengan tingkat pema mahaman bahasa siswa SMP.

Instrumen pengumpulan an data dalam penelitian ini disesuaikan dengan k karakteristik data dan subjek penelitian. Adapun instrumen p n pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu kuesione oner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti.

Menurut Yusuf (2005a: 5a:252) “Kuesioner berasal dari bahasa latin, Questi estionnaire yang berarti suatu rangkaian pertanyaan yang ber berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud ud untuk mendapatkan data atau informasi. Kuesioner sering ju juga disebut angket”. Penelitian ini menggunakan angk gket yang ditujukan kepada ahli untuk mengumpulkan data ya yang berkenaan dengan isi modul yang dikembangka kan dan kepada guru BK atau konselor untuk mengumpulkan an data keterpakaian modul.

Teknik analisis data yang ng digunakan adalah analisis deskriptif, yakni dengan m mendeskripsikan distribusi skor masing-masing subjek uji coba oba validitas dan keterpakaian modul BK untuk pencega egahan penyalahgunaan narkoba di sekolah. Untuk mengetahu hui lebih jauh mengenai hasil penilaian berkenaan de dengan produk penelitian yang dikembangkan, maka dilakuka kan uji statistik untuk mengetahui apakah terdapat kes keselarasan penilaian baik antar masing-masing validator berke rkenaan dengan isi modul dan antar masing-masing gur guru BK atau konselor terhadap keterpakaian modul. Karena ju jumlah responden sebagai subyek penelitian kurang dar dari 30, maka digunakan analisis statistic non parametric , denga gan uji statistik yang digunakan adalah Uji Koefisien Ko Konkordansi Kendall (W) .

HASIL DAN PEMBAHASAN AN

Penyajian hasil pengemb mbangan mempedomani pola ADDIE yaitu (1) tahap a p analisis, (2) tahap desain, (3) tahap pengembangan, (4) tahap hap implementasi, dan (5) tahap evaluasi.

Tahap Analisis Pelaksanaan Layanan BK di di Sekolah

Pelaksanaan layanan BK BK di sekolah terbagi menjadi tiga format, yaitu: fo format klasikal, kelompok dan individual. Untuk dapat men engembangkan kehidupan sehari-hari siswa yang e efektif, pelayanan BK yang dilaksanakan tersebut dapat d t dilakukan secara terjadwal dan insidental. Pelayana anan BK tersebut dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) jenis la layanan, yaitu: layanan orientasi, informasi, penguas asaan konten, penempatan dan penyaluran, konseling perorang angan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, kons nsultasi, mediasi, dan advokasi. Pelayanan tersebut juga dila ilaksanakan melalui 6 (enam) kegiatan pendukung, g, yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kas kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan ali alih tangan kasus. Pelaksanaan kegiatan layanan konseling di di sekolah didasarkan pada pemilihan jenis layanan d dan kegiatan pendukung yang mengacu kepada kebutuhan sis siswa di sekolah yang didapat melalui studi kebutuhan. n.

Mencermati pelaksanaan an pelayanan BK di sekolah selama ini, ditemui ken enyataan bahwa guru BK atau konselor mengalami kesulitan an dalam mencari bahan/sumber yang relevan sebagai p i penunjang pemberian layanan. Materi layanan yang diberikan an cenderung sama setiap tahunnya padahal kebutuhan n siswa selalu bertambah sesuai dengan perkembangan zaman. n.

Berkenaan dengan pelay layanan BK yang dalam pelaksanaannya masih minim im bahan/sumber yang relevan sesungguhnya patut dibenahi. hi. Guru BK atau konselor dituntut lebih aktif dan kr kreatif dalam mengembangkan maupun menciptakan strategi gi serta bahan layanan terkait dengan kebutuhan siswa wa, yang salah satunya melalui modul layanan.

Cara untuk Membantu Siswa swa Tercegah dari Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkob oba belakangan ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa. Kasus penyalahgunaan narkoba sud sudah merambah sampai ke dunia pendidikan, tid tidak terkecuali siswa SMP. Penyalahgunaan narkoba terj terjadi dalam bentuk yang paling kecil bahayanya a sampai yang paling besar. Berdasarkan observasi yang p peneliti lakukan terhadap siswa SMP kota Padang, b , banyak ditemukan siswa yang merokok dan mengkonsumsi a si alkohol. Padahal, rokok dan alkohol merupakan gerb erbang menuju penyalahgunaan narkoba yang lebih berat. Tida idak sedikit pula dari mereka yang menghisap lem, pad adahal lem juga termasuk salah satu inhalant (zat psiko-aktif) y f) yang dapat membuat seseorang kecanduan.

Dalam kasus tersebut, m maka guru BK atau konselor wajib mengupayakan pel pelayanan BK yang baik, sebab dengan pelayanan yang baik d k dan komprehensif siswa akan terbantu untuk menca capai kehidupan sehari-harinya yang efektif. Tindakan preven entif yang selama ini dilakukan oleh guru BK atau k konselor adalah menghadirkan narasumber untuk memberika ikan penyuluhan tentang pencegahan penyalahgunaan aan narkoba. Dengan hadirnya modul yang peneliti kemb bangkan ini, diharapkan dapat membantu guru ru BK atau konselor dalam menyelenggarakan layanan kon konseling dan membantu siswa tercegah dari penyalahgu gunaan narkoba.

Tahap Desain

Berdasarkan hasil uraian an yang dipaparkan pada tahap analisis, baik terkait den engan pelayanan BK di sekolah dan cara yang dilakukan untuk tuk pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut, mak aka disusun desain awal modul pencegahan penyalahgunaan na narkoba di sekolah.

Desain awal modul pe pencegahan penyalahgunaan narkoba diuraikan dalam d dua bagian modul yaitu:

a. Narkoba

1) Apa itu narkoba?

2) Rokok

b. Mencegah penyalahgun unaan narkoba

1) Asertif terhadap nar arkoba

2) Berpikir positif

3) Percaya diri. Setelah menyelesaikan p penyusunan desain awal modul pencegahan penyala alahgunaan narkoba di sekolah, selanjutnya adalah menentuka kan keterlibatan pihak-pihak terkait dan rancangan pen enerapan produk. Dari kegiatan desain ini maka didapatkan wu wujud akhir desain awal produk yaitu modul pencegaha ahan penyalahgunaan narkoba di sekolah. Selanjutnya wujud akh akhir desain awal produk ini diajukan untuk mendapatka tkan validasi oleh ahli.

Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan an ini dilakukan melalui dua jenis kegiatan yaitu pengem gembangan instrumen penelitian dan pengembangan produk uk penelitian, seperti diuraikan berikut ini.

Pengembangan Instrumen Pe Penelitian

Pada tahapan ini dilaku kukan pengembangan terhadap instrumen penelitian n yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen t n tersebut yaitu (1) angket penilaian isi modul dalam ran rangka validasi isi oleh ahli, dan (2) angket keterpakaian modul ul untuk guru BK atau konselor.

Angket penilaian isi mod odul pengembangannya dilakukan oleh peneliti dengan m n melibatkan pembimbing I dan

II melalui diskusi terfokus unt ntuk menimbang aspek, redaksi kalimat setiap butir pe pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi terhadap ap bentuk angket yang digunakan. Sementara angke ket keterpakaian modul selain melibatkan pembimbing I dan an II juga melibatkan 3 (tiga) orang ahli dengan mengiku ikuti prosedur sebagai berikut.

Prosedur pengembangan

a) Identifikasi aspek alat u t ukur

Pada tahapan ini d i dilakukan pengkajian, pemilihan dan penyeleksian asp aspek-aspek yang hendak diukur dalam penggunaan modu dul untuk pencegahan penyalahgunaan narkoba yaitu: tu: (1) menentukan aspek yang hendak diukur. Dalam hal ini aspek keterpakaian produk, (2) menyusun un redaksi kalimat pernyataan instrumen, (3) pemilihan an jenis skala penilaian yang digunakan. Dalam hal in ini digunakan Skala Likert, (4) teknik penskoran, dan (5) (5) penyusunan petunjuk pengisian instrumen.

b) Menimbang pernyataan an alat ukur

Untuk mengukur v r validitas konstruk instrumen keterpakaian yang disusu usun, peneliti melakukan expert judgement, yaitu memint inta bantuan ahli memeriksa isi instrumen untuk menge ngetahui apakah instrumen yang

c) Menyempurnakan alat u lat ukur dan melakukan uji coba

Perbaikan instrum trumen dilakukan dengan menyempurnakan redak aksi kata-kata dalam setiap item/pernyataan. Setelah ah penyempurnaan alat ukur dilakukan uji keterbacaan k n kepada 3 (tiga) orang guru BK atau konselor. Berdasark rkan hasil uji keterbacaan ditemukan bahwa ternyata s a semua guru BK atau konselor memahami pernyataan da dan alternatif yang tertuang pada instrumen penelitian. .

1) Bentuk akhir alat ukur

Instrumen (angket ket keterpakaian) ini pada akhirnya terdiri dari 15 item tem/pernyataan yang mencakup tiga aspek keterpakaian n yang diukur. Tiap aspek yang ada terdiri dari ari tiga sampai dengan tujuh item/pernyataan. Hal ini te tergantung pada bobot materi yang diungkapkan pada da setiap aspek. Untuk alternatif jawaban dan bobot skor dal dalam instrumen yang diberi tanda centang (√) oleh resp sponden penelitian terdiri dari 5 (lima) alternatif jawaban da dan skor, yaitu: (a) sangat tinggi, dengan skor 5, (b) tin tinggi, dengan skor 4, (c) cukup tinggi, dengan skor 3, (d (d) rendah, dengan skor 2, dan (e) sangat rendah, d , dengan skor 1. Wujud akhir instrumen/angket keterpaka akaian ini secara lengkap disajikan pada Lampiran 1 dan an 2 penelitian ini.

a. Pengembangan Produ duk Awal

Bagian ini menyaj yajikan data yang diperoleh peneliti dari para ahli men engenai kualitas isi modul yang disusun. Data ini mengu ngungkapkan tingkat kelayakan secara isi modul pencega egahan penyalahgunaan narkoba sehingga dapat dipakai ai oleh siswa dan dapat dioperasionalisasikan oleh guru ru BK atau konselor di sekolah. Data isi/konstruk dihim impun berdasarkan angket penilaian yang diberikan oleh leh 3 (tiga) orang ahli.

Pengumpulan data ata untuk tahap validasi ahli dilakukan pada tanggal gal 1 – 24 April 2013. Selain menggunakan angket, d t, dalam proses pengumpulan data juga melakukan kon onsultasi dan diskusi berkenaan dengan rumusan modul ul yang dikembangkan. Data yang diperoleh dari para a a ahli berupa data dalam bentuk skor dan komentar bes eserta saran berkenaan dengan rumusan modul yang d g disusun. Adapun aspek-aspek penilaian ahli isi menca cakup:

1) tampilan/daya tarik ik modul,

2) langkah-langkah pel pelaksanaan modul,

3) peran guru BK atau au konselor,

4) materi modul,

5) pemakaian bahasa. a. Hasil penelitian da dari semua aspek dikumpulkan dan digunakan sebagai a ai acuan dalam melakukan revisi terhadap produk yang d g disusun, sehingga diperoleh rumusan modul yang lay layak secara isi/ konstruk untuk digunakan oleh siswa d dan dioperasionalkan oleh praktisi di lapangan. Angket ket validasi ahli ini dibuat dalam bentuk skala likert, selu seluruh item penilaian berbentuk positif, dengan pemba bagian kategori pada alternatif pilihan sebagai berikut; ut; skor 1 sangat tidak layak, skor 2 tidak layak, skor 3 c 3 cukup layak, skor 4 layak dan skor 5 sangat layak. De Dengan demikian dapat dipahami jika respon yang dib diberikan dengan skor 3 berarti responden belum mem emberikan keputusan pasti mengenai layak atau tidak ak, jika respon yang diberikan dengan skor 1 atau 2 be berarti responden menyatakan secara umum rumusan y n yang disusun belum mencapai taraf kelayakan secara is a isi/konstruk, dan jika respon yang diberikan dengan sk skor 4 atau 5 berarti responden menyatakan secara umu mum rumusan yang disusun telah mencapai taraf kelayak yakan secara isi/konstruk.

Hasil validasi ahli berke rkenaan dengan penilaian terhadap isi/konstruk modul ul pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah selanjutnya ya disajikan dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Data Hasil Validasi Ahli Isi/ Konstruk

No Aspek

Skor Ahli

Rata-rata

Ket.

1 Tampilan/ daya tarik modul Tampilan/ daya tarik modul Tampilan/ daya tarik modul

82,67 8 Sangat Layak 2 Langkah-langkah pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan

9 8 10 9 90,00 9 Sangat Layak modul modul modul

3 Peran guru BK atau Konselor Peran guru BK atau Konselor Peran guru BK atau Konselor

83,33 8 Sangat Layak 4 Materi modul Materi modul Materi modul

88,15 8 Sangat Layak 5 Pemakaian bahasa

94,44 9 Sangat Layak Rata-rata

87,72 8 Sangat Layak

Berdasarkan Tabel 1 dap dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penilaian y yang diberikan oleh para ahli terhadap modul adalah sangat gat layak dengan persentase 87,72. Artinya, ahli memb mberikan penilaian yang positif terhadap modul yang dikemb bangkan, baik dari segi tampilan/daya tarik modul, l, langkah-langkah pelaksanaan modul, peran guru BK ata atau konselor, materi modul, serta pemakaian ba bahasa. Modul dinilai dapat diimplementasikan oleh guru ru BK atau konselor dalam memberikan layanan kons nseling dan dapat dipakai oleh siswa di SMP untuk pencegaha ahan penyalahgunaan narkoba.

Untuk mengetahui lebih bih jauh mengenai hasil penilaian berkenaan den engan produk penelitian yang dikembangkan, maka dilakuk ukan uji statistik untuk mengetahui apakah terdapat pat keselarasan penilaian antar masing-masing validator berke rkenaan dengan isi modul. Analisis yang peneliti guna unakan adalah Uji Konkordansi Kendall. Jumlah N sebagai ite item yang dinilai yaitu sebanyak 24. Jika N lebih ih besar dari 7, dilakukan uji

signifikansi W dengan menggu gunakan pendekatan distribusi chi-square (χ 2 ) dengan d n db = N-1 (Siegel, 1997: 292). Untuk itu perlu ditemukan harg arga χ 2 dengan memanfaatkan hasil perhitungan SPSS Ve Version 16. Berdasarkan perhitungan an tersebut, diketahui bahwa harga chi-square hitun itung > harga chi-square tabel (37,778> 35,17) pada α = 0,05 ,05 (db= N-1). Hal ini berarti bahwa terdapat keselarasan san penilaian antar ahli terhadap produk yang dinilai. Harga W W mengindikasikan penilaian yang diberikan oleh p para ahli berada pada tingkat hubungan yang kuat. Hal ini da i dapat dibuktikan dengan melihat harga W sebesar 0,548 48.

Berdasarkan uraian terse rsebut, maka penilaian yang diberikan oleh para ahli hli menunjukkan bahwa desain modul yang dikembangkan din dinyatakan layak secara isi/konstruk untuk diterapkan o n oleh guru BK atau konselor di sekolah. Dengan demikian dap dapat disimpulkan bahwa para ahli sepakat mengenai k ai kelayakan isi/konstruk modul yang disusun. Dari hasil uji s ji statistik jika dikaitkan dengan persentase keseluruha han 87,72% yang berada pada kategori penilaian sangat layak ak, dapat dimaknai bahwa terdapat keselarasan/kesesua uaian penilaian yang positif dari ketiga ahli terhadap produk pen penelitian yang dikembangkan.

b. Revisi Produk

Berdasarkan hasil sil analisis pada tahap validasi ahli maka dilakukan re revisi produk. Kegiatan revisi produk bertujuan untuk tuk melakukan perbaikan guna penyempurnaan modul ya l yang telah disusun berdasarkan masukan dari para ahli. li. Adapun masukan para ahli secara umum disajikan seb sebagai berikut.

1) Bahasa/istilah yang ng digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembanga ngan siswa yang akan memakai produk. Selanjutny tnya beberapa kesalahan dalam penulisan modul l harus dihindari agar tidak menimbulkan salah ah tafsir terhadap maksud dan tujuan modul.

2) Evaluasi yang digun unakan pada modul harus sesuai dengan indikator yang ng telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum evalu aluasi yang disusun harus bisa mengungkap pemaham aman dan usaha siswa dalam mencegah penyalahg ahgunaan narkoba.

3) Gambar yang digun unakan sebagai isi modul pencegahan penyalahgunaan an narkoba harus sesuai dengan karakteristik siswa S wa SMP sebagai pemakai produk.

4) Background yang d digunakan sebaiknya tidak dipenuhi oleh gambar bung unga karena akan menyebabkan modul yang dibuat t t terkesan hanya untuk siswa perempuan.

5) Setiap bagian Bab se sebaiknya menggunakan halaman pembatas.

6) Modul yang dikemb mbangkan dilengkapi dengan panduan penggunaan modu odul. Berdasarkan ura uraian tersebut, maka dilakukan perbaikan terh terhadap modul untuk bisa diimplementasikan pada ada tahap uji coba pada guru BK atau konselor untuk me melihat keterpakaian produk.

1. Tahap Implementasi

a. Uji Kelompok Kecil il

Data yang dipap aparkan pada bagian ini merupakan kelanjutan da dari rangkaian penelitian dan pengembangan produk uk setelah proses pengembangan, uji perseorangan d dan revisi produk dilakukan. Subjek uji kelompok k kecil yaitu diterapkan kepada 3 (tiga) orang guru BK K atau konselor dengan tujuan memberikan penilaian m n mengenai aspek keterpakaian terhadap modul yang d g dikembangkan. Para guru BK atau konselor mengisi isi angket dan saran atau komentar berkenaan den engan produk penelitian yang dikembangkan berdasar sarkan pengalaman memanfaatkan modul dalam layanan an konseling.

1) Perencanaan

Pada bagian in n ini dilakukan perencanaan pelaksanaan uji kelomp mpok kecil produk yang akan dipraktikkan oleh g guru BK atau konselor. Aspek yang menjadi fokus kus dari tahap perencanaan ini meliputi hal-hal sepe eperti yang dikemukakan di bawah ini:

a) Membagikan mo modul yang telah divalidasi oleh ahli kepada para guru ru BK atau konselor. Pembagian modul dimaksud sudkan untuk memberikan kesempatan kepada para g guru BK atau konselor untuk mempelajari de dengan seksama rumusan yang termuat dalam pro produk. Mengurus persyaratan administrasi beru erupa surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kota P Padang.

b) Menyampaikan s n surat izin penelitian kepada pihak sekolah yang dijadi dikan tempat pengambilan data, yaitu SMP Nege geri 5 Padang dan SMP Laboratorium Pembangunan UNP UNP.

c) Melakukan disku skusi terfokus terhadap arah implementasi produk yan ang akan diujicobakan. Hal-hal yang menjadi fo fokus kegiatan ini meliputi bagaimana guru BK ata atau konselor dapat melakukan langkah-langkah ah penggunaan modul seperti yang tertera pada modul d l dan panduannya.

d) Guru BK atau ko konselor mempraktikkan salah satu materi modul dalam am layanan konseling.

e) Melakukan komu munikasi kembali dengan para guru BK atau konselor t r terkait kesediaan waktu untuk pengambilan dat data penelitian.

2) Pelaksanaan

Berdasarkan p perencanaan yang telah disusun dan disepakati bersam sama oleh peneliti dengan guru BK atau konselor, m , maka pada tahapan ini produk diimplementasikan dala alam rangka uji kelompok kecil. Sasaran layanan yan yang diujicobakan yaitu siswa kelas VII yang dipilih ilih oleh guru BK atau konselor. Sasaran layanan dal dalam hal ini siswa kelas VII diberi satu kali layanan n dengan memanfaatkan modul yang dikembangkan an.

3) Analisis Hasil Pelak elaksanaan

Berdasarkan ha hasil implementasi produk yang dilakukan para guru BK BK atau konselor, maka berikut dikemukakan temua uan dari hasil penerapan modul BK untuk pencegahan han penyalahgunaan narkoba di SMP. Data yang dis disajikan dalam kegiatan ini yaitu data yang berkenaan an dengan respon guru BK atau konselor terhadap t p tingkat keterpakaian modul. Berikut deskripsi data h a hasil penilaian guru BK atau konselor terhadap ke keterpakaian modul.

No Aspek

Skor Guru BK

Rata-rata

Ket.

1 Perencanaan Perencanaan Perencanaan

Tinggi 2 Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan

Sangat tinggi 3 Evaluasi Evaluasi Evaluasi

Sangat tinggi

Sangat tinggi

Tabel 2. Data Hasil Keterpakaian

Berdasarkan T Tabel 2 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan penil nilaian yang diberikan oleh para guru BK atau kons nselor terhadap keterpakaian modul adalah sangat ting tinggi dengan persentase 87,53. Artinya, para guru ru BK atau konselor memberikan penilaian yang pos ositif terhadap hadirnya modul sebagai media dala alam memberikan layanan konseling. Guru BK atau k u konselor dapat menggunakan modul dengan baik ik yang dapat dilihat dari segi perencanaan, pelaksana naan, dan evaluasi yang berada pada kategori keterp erpakaian sangat tinggi.

Selanjutnya, u , untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil penilai ilaian berkenaan dengan produk penelitian yang dik dikembangkan, maka dilakukan uji statistik untuk k mengetahui apakah terdapat keselarasan penilaia aian antar masing-masing guru BK atau konselor ber berkenaan dengan keterpakaian modul. Analisis yan ang peneliti gunakan adalah Uji Konkordansi Kendall. ll.

Jumlah N seba ebagai aspek yang dinilai yaitu sebanyak 15. Untuk me menentukan tingkat keselarasan penilaian ahli, ditem empuh dengan menggunakan pendekatan distribusi chi-s i-square dengan db = (N-1). Berdasarkan p perhitungan di atas, diketahui bahwa harga chi-squar uare hitung > harga chi-square tabel (26,730> 23,6 ,68) pada α = 0,05 (db = N-1). Hal ini berarti bahwa t wa terdapat keselarasan penilaian antar guru BK atau au konselor terhadap produk yang dinilai. Harga W me mengindikasikan penilaian yang diberikan oleh para ara guru BK atau konselor berada pada tingkat hubung ungan yang kuat. Hal ini dapat dibuktikan dengan n melihat harga W sebesar 0,636 sebagai tingkat hub ubungan yang sangat kuat dan bernilai positif.

Berdasarkan u uraian tersebut, maka penilaian yang diberikan o oleh guru BK atau konselor ditemukan bahwa d desain modul yang dikembangkan dinyatakan dapat d t diterapkan oleh guru BK atau konselor di sekolah. ah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada kec kecocokan/keselarasan penilaian para guru BK atau au konselor mengenai keterpakaian modul yang disusu sun. Dari hasil uji statistik jika dikaitkan dengan pe persentase keseluruhan 87,53% yang berada pada kat ategori penilaian sangat tinggi, dapat dimaknai bahwa ahwa terdapat keselarasan/kesesuaian penilaian yang po positif dari ketiga guru terhadap produk penelitian ya yang dikembangkan.

2. Tahap Evaluasi

Tahapan evaluasi me merupakan tahapan yang bertujuan menilai secara kes keseluruhan aspek keterpakaian produk yang dikembangka kan. Kegiatan evaluasi dalam tahapan ini, yaitu menda dapatkan respon dari para guru BK atau konselor terkait up upaya pengembangan dan keberadaan produk yang ditawa itawarkan.

Respons dari guru BK BK atau konselor yang menjadi subjek penelitian pengem embangan produk secara umum terungkap bahwa pengguna naan modul BK untuk pencegahan penyalahgunaan nar arkoba di sekolah menunjukkan hal yang cukup positif. Ada Ada tiga aspek yang dapat dicermati sebagai indikator ket ketercapaian, yaitu:

a. Tanggapan guru BK ata K atau konselor terhadap upaya pengembangan modul pa pada prinsipnya adalah penting. Guru BK atau konsel selor menyambut dengan antusias modul yang ditawa tawarkan sebagai bahan untuk melaksanakan layanan k n konseling dalam rangka pencegahan penyalahgunaan n n narkoba.

b. Dampak kehadiran prod roduk pada prinsipnya dirasakan secara positif oleh gu guru BK atau konselor. Dengan kehadiran produk ini i menambah strategi yang dapat digunakan oleh gu guru BK atau konselor untuk membantu siswa tercega egah dari penyalahgunaan narkoba.

Meskipun tanggapan an yang diberikan oleh para guru BK atau konselor or terkait upaya pengembangan produk secara umum menu enunjukkan hasil yang cukup memuaskan, namun ditem emui juga respon guru BK atau konselor terkait kemungkin kinan kendala dalam mengimplementasikan modul. Kend endala tersebut umumnya terkait dengan suasana yang berk erkembang pada proses layanan. Adapun kendala seca cara umum dirangkum sebagai berikut.

a. Waktu merupakan kend endala utama bagi guru BK atau konselor untuk mene nerapkan modul dalam layanan konseling yang diberika ikan kepada siswa.

b. Kondisi insidental yang ang terjadi saat pemberian layanan menghambat pengg nggunaan modul dalam layanan konseling yang dilakuka ukan oleh guru BK atau konselor.

Respon guru BK atau ko konselor yang mengisyaratkan kendala ketika mempra praktikkan produk oleh peneliti merupakan hal yang sangat ber berharga untuk membenahi produk. Berdasarkan hasil temuan an yang diperoleh dari tahapan evaluasi, maka dilakuka kan revisi produk dengan tujuan menyempurnakan produk agar gar lebih baik dari sebelumnya. Hal-hal yang menjadi di inti revisi produk difokuskan pada komponen atau aspek yan yang termuat dalam modul yang diuraikan sebagai beriku ikut.

1. Waktu

Merevisi pengaturan wa n waktu pada tiap pokok bahasan modul agar disesuaik aikan dengan jam pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu 1 u 1 jam pembelajaran 40 menit.

2. Pemakaian Bahasa

Revisi produk dilakuk ukan dalam kaitannya dengan penggunaan tata bahasa y a yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Wu ujud akhir panduan setelah melalui proses revisi dapat at dilihat pada lampiran.

PEMBAHASAN

1. Modul Bimbingan dan Ko Konseling untuk Pencegahan Penyalahgunaan Narko rkoba di Sekolah.