Makalah Konas Pesisir Lautan Topik 5 01 andi Muhammad Ibrahim 1 27

OPTIMALISASI TATA KELOLA KELEMBAGAAN MASYARAKAT DI WILAYAH PESISIR KOTA PAREPARE MENUJU KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT YANG MANDIRI DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 1)

Ir. Hj.Damilah Husain 2) ; Ir. Nasir, M.Si . 3 ) ; Yuliana, S.Pi,M.Si. 4)

Andi Muhammad Ibrahim,M.ST.,M.Sc. 5) Ir.Muhammad Saenong,MP . 6) ABSTRAK

Wilayah pesisir memiliki sumberdaya yang kaya dan berpotensi untuk didayagunakan sebagai sumber pendapatan masyarakatnya, namun kenyataan menunjukkan kemiskinan dan keterbelakangan di kalangan masyarakat pesisir masih banyak. Realitas kemiskinan keterbelakangan dan ketertinggalan masyarakat pesisir adalah fakta nyata yang dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Parepare. Beberapa isu dan permasalahan terkait dengan pengelolaan sumberdaya pesisir di Parepare antara lain adalah masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia pesisir, masih terbatasnya kapasitas kelembagaan pengelola sumberdaya pesisir, tata kelola pembangunan pesisir yang belum kuat, dan belum majunya kewirausahaan di kalangan masyarakat pesisir Parepare.

Berkenaan dengan implementasi Program Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCDP-IFAD) di Parepare, tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dalam kerangka proyek ini yaitu Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir; Pengembangan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan ; serta Pengelolaan Proyek, maka untuk mencapai tujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir dan mengelola sumberdayanya secara berkelanjutan, berbagai kegiatan sebagai penjabaran dari masing-masing komponen tersebut, dilaksanakan dalam kerangka tatanan kelembagaan yang mencakup dimensi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan hidup, serta hukum dan kelembagaan secara utuh dan terpadu.

1) Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Pengelolaan Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil di Surabaya, November 2014. 2) Ketua Project Implementation Unit (PIU) Coastal Community Development Project (CCDP) International Fund for Agricultural

Development (IFAD) Kota Parepare / Kepala Dinas Pertanian Kehutanan Perikanan Kelautan Kota Parepare. 3) Sekretaris Project Implementation Unit (PIU) Coastal Community Development Project (CCDP) International Fund for Agricultural Development (IFAD) Kota Parepare / Kepala Bidang Perikanan Kelautan Dinas PKPK Kota Parepare. 4) Bagian Perencanaan Project Implementation Unit (PIU) Coastal Community Development Project (CCDP) International Fund for Agricultural Development (IFAD) Kota Parepare / Kepala Seksi Sarana Prasarana Bidang Perikanan Kelautan Kota Parepare 5) & 6) Konsultan CCDP-IFAD PIU Kota Parepare

Pembangunan masyarakat pesisir idealnya dilandasi dengan pemberdayaan masyarakat, pendampingan dan penguatannya, hingga pengaturan pemanfaatan dalam mengelola sumberdaya pesisir. CCDP-IFAD bekerja dalam kerangka ini, di mana kegiatan- kegiatan sosialisasi, identifikasi isu dan permasalahan serta kebutuhan masyarakat dilakukan secara partisipatif. Kemudian pembentukan dan pengorganisasian kelompok- kelompok masyarakat pesisir difasilitasi oleh Tenaga Pendamping Desa dan para Petugas Penyuluh Lapangan Perikanan, sebagai dasar penyusunan dan penetapan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dan proposal guna mendapatkan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat penunjang usaha ekonomi produktif), kemudian disalurkan serta dipantau penggunaannya, dan diharapkan berdampak positif meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Dari 9 kelurahan pesisir CCDP-IFAD Parepare, telah terbentuk VWG (Village Working Group), Kelompok-kelompok Usaha (Perikanan Tangkap, Pembudidaya Ikan, Pengolah Hasil Ikan, Penjual dan Pemasar Ikan), serta Kelompok Infrastruktur, Kelompok Pengelola Sumber Daya Alam dan Kelompok Tabungan. Kelompok ini memerlukan pendampingan terus-menerus dan penguatan secara berkelanjutan. Salah satu point terpenting atau faktor kritis yang perlu diperhatikan adalah adanya tata kelola pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Bagi Kota Parepare, saat ini yang mendesak untuk diperkuat adalah kesepakatan-kesepakatan awal yang telah diinisiasi oleh kelompok-kelompok di tingkat kelurahan, kemudian dilanjutkan dengan proses adopsi legal formal ke dalam bentuk PerWali (Peraturan Walikota) agar memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat. Sejalan dengan itu tata kelola pemanfaatan sumberdaya pesisir di Kota Parepare juga membutuhkan perangkat aturan Zonasi Wilayah Pesisir sebagaimana telah diamanahkan oleh Undang-undang no. 27 tahun 2007 dan perubahannya yaitu Undang-undang no. 1 tahun 2014. Saat ini di Kota Parepare belum memiliki Perda Zonasi Wilayah Pesisir, sementara hal ini menjadi kebutuhan yang cukup strategis dan mendesak saat ini, mengingat berbagai kegiatan perencanaan dan pembangunan pesisir di Kota Parepare semakin meningkat saat ini.

Bagi kelompok-kelompok masyarakat pesisir CCDP –IFAD Parepare agar kegiatannya dapat berkelanjutan, maka baik infrastruktur perekonomian di pesisir, maupun inisiatif konservasi ekosistem pesisir yang telah dirintis perlu didukung agar memiliki kekuatan hukum dan kepastian hukum, sehingga ke depannya dapat dilanjutkan secara mandiri.

Tata kelola ini perlu dioptimalkan dan sangat dipengaruhi kemampuan pengorganisasian yang berangkat dari individu-individu anggota di dalam rumah tangga Tata kelola ini perlu dioptimalkan dan sangat dipengaruhi kemampuan pengorganisasian yang berangkat dari individu-individu anggota di dalam rumah tangga

Tata kelola sumberdaya pesisir inilah yang tidak mudah diwujudkan pada saat ini di Parepare. Tantangan ini yang menjadi motivasi sejauhmana CCDP-IFAD di Parepare mampu berkontribusi bagi upaya menuju perwujudan tata kelola dengan penekanan pada pembangunan dan pemberdayaan kewirausahaan, kemandirian dan pelestarian lingkungan.

Kata kunci : pesisir; tata kelola; pemberdayaan; masyarakat

PENGANTAR

Kota Parepare, sebagai Kota Pantai, dikenal sebagai Bandar Madani yang religius, adalah harapan bersama masyarakat Parepare yang memerlukan kerja keras mewujudkannya. Sebagai salah satu kota pantai yang tua, sejak dahulu Parepare merupakan salah satu daerah strategis di Sulawesi Selatan karena terletak pada jalur perlintasan transportasi darat maupun laut, baik arah Utara – Selatan maupun Timur – Barat. Parepare, telah sejak lama dikenal sebagai kota pelabuhan, dagang, niaga, jasa, dan tentunya kota maritim.

Meski bagi kebanyakan penduduknya, saat ini perikanan bukanlah sektor yang sangat diunggulkan di Parepare, tercermin dari tidak dominannya aktivitas perikanan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi budaya keseluruhan masyarakat di kota ini, jumlah nelayan yang tidak banyak dan tidak mendominasinya tenaga kerja nelayan, pembudidaya serta pengolah dan pemasar di kota ini, relatif tradisionalnya alat tangkap dan budidaya ikan yang dipakai, dan teknologinya yang terbatas. Namun demikian, Parepare karena posisi strategisnya di tengah jalur lintas baik darat maupun laut di Pulau Sulawesi dan dengan Pulau Kalimantan khususnya Kalimantan Timur, dapat menjadi sentra pengumpulan, pengolahan, produksi, dan pemasaran produk hasil-hasil perikanan bagi daerah di sekitarnya.

Hasil perikanan tangkap seperti ikan tuna, cakalang, layang, banyara, tembang, terbang, ekor kuning, teri, maupun dari tambak seperti udang dan bandeng yang dikumpulkan dari para pengusaha di daerah sekitarnya, seperti Pangkep, Barru dan Pinrang, maupun dari Kalimantan Timur sangat potensial diolah menjadi berbagai produk makanan olahan bergizi tinggi, bercita rasa unik dan lezat.

Melalui Program Pembangunan Masyarakat Pesisir CCDP (Coastal Community Development Project) sebagai kerjasama antara Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan IFAD (International Fund for Agricultural Development), Pemerintah Kota Parepare khususnya Dinas Pertanian Kehutanan Perikanan dan Kelautan Kota Parepare berkeinginan kuat untuk mendorong terjadinya perubahan cara pandang, cara berpikir, kebiasaan hidup dan motivasi bekerja keras masyarakat nelayan, perempuan pesisir, dan masyarakat pesisir Parepare pada umumnya, sehingga menjadi sumber daya manusia yang kreatif dan produktif mengolah potensi sumber dayanya. Salah satu upaya yang sedang direalisasikan adalah menjadikan Parepare sebagai “Sentra Pengumpulan - Pengolahan - Penjualan – Pemasaran hasil-hasil perikanan” yang dapat melayani pangsa pasar dan konsumen skala Kota Parepare sendiri, regional Ajattappareng, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat hingga antar provinsi di Kalimantan. Untuk itulah dibutuhkan kerja keras semua pihak agar dapat merealisasikannya. Secara bertahap ini dapat diarahkan sehingga menjadikan Kota Parepare sebagai sentra produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil – hasil perikanan kelautan berbasis masyarakat, yang sehat, murah dan berkualitas. Sehingga dampaknya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Meskipun hal ini cukup berat direalisasikan, terutama kendala koordinasi dan kolaborasi multistakeholders dalam kerangka tata kelola sumberdaya pesisir yang baik, namun hal ini adalah tantangan di mana CCDP-IFAD dapat menjadi salah satu sumber pemicu terjadinya gerakan penyadaran, pembangkitan motivasi kewirausahaan nelayan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

METODOLOGI

Tulisan ini disusun dengan metodologi analisis deskriptif kualitatif berdasarkan pengalaman pelaksanaan atau implementasi CCDP-IFAD Kota Parepare sejak tahun 2013 hingga menjelang akhir 2014. Data yang digunakan berasal dari hasil observasi lapangan, wawancara, FGD, Participatory Rural Appraisal (PRA) dan studi pustaka.

CAKUPAN DAN KOMPONEN KERJA CCDP-IFAD PAREPARE

Tujuan dari Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (CCDP) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui peningkatan pendapatan rumah tangga dari masyarakat pesisir. Dalam implementasinya program CCD di Parepare terdiri dari

Komponen 1 (Fasilitasi Perencanaan Pemberdayaan dan Pembangunan Pesisir

Berbasis Masyarakat) ; serta Komponen 2 (Pemasaran dan Pengembangan Usaha) ; sedangkan untuk mendukung pelaksanaan komponen 1 dan komponen 2 tersebut dibackup oleh komponen pengelolaan proyek (project management) yang kegiatannya antara lain adalah sinkronisasi perencanaan dan koordinasi, pertemuan tim teknis, dukungan sekretariat dan kegiatan penunjang lainnya.

Kegiatan Komponen 1 (Fasilitasi Perencanaan Pemberdayaan dan Pembangunan

Pesisir Berbasis Masyarakat) meliputi kegiatan antara lain ; - Pembentukan layanan fasilitator : yaitu Tenaga Pendamping Desa (TPD) direkrut

sejak awal tahun 2013 dan kemudian dilanjutkan pada tahun 2014, penugasannya sejak awal tahun 2013 dan kemudian dilanjutkan pada tahun 2014, penugasannya

- Sosialisasi : sejak awal 2013 dan dilanjutkan tahun 2014, lokasinya mencakup 9 kelurahan pesisir di Parepare (baik kelurahan lama yang telah mulai sejak 2013 yaitu : Sumpang Minangae, Labukkang, dan Watangsoreang; maupun kelurahan baru sejak 2014 yaitu : Lumpue, Cappagalung, Tiro Sompe, Kampung Baru, Kampung Pisang, Lakessi). Sosialisasi ini diikuti tokoh masyarakat kelurahan, pengurus Village Working Group (VWG), beberapa kelompok masyarakat pesisir penerima manfaat BLM baik POKMAS Usaha, POKMAS Infrastruktur, POKMAS PSDA, serta diikuti staf aparat kelurahan dan kecamatan setempat. Pada kegiatan sosialisasi ini dijelaskan konsep pendekatan, strategi, program dan mekanisme implementasi kegiatan- kegiatan CCDP-IFAD di Kota Parepare, terutama mengenai prosedur pembentukan kelompok, pengorganisasian, hingga mekanisme pencairan dan penggunaan dana BLM oleh Kelompok Masyarakat.

- Review Kegiatan Berbasis Masyarakat : dilakukan dalam bentuk pertemuan dengan masyarakat pesisir, utamanya kelompok-kelompok penerima manfaat CCDP-IFAD, tokoh-tokoh masyarakat pesisir, pengurus VWG, dan staf kelurahan setempat.

- Pertemuan Perencanaan Desa : dilakukan pada 9 kelurahan pesisir sasaran di Pondok Informasi guna menganalisis isu-isu dan permasalahan di wilayah pesisir, menjaring informasi kebutuhan masyarakat pesisir. Secara garis besar di Parepare telah dapat merumuskan pokok-pokok pikiran berdasarkan penggalian input dan saran untuk menyusun kesepakatan di kalangan masyarakat pesisir, misalnya antara lain menyangkut kewajiban menjaga sarana prasarana infrastruktur yang dibangun di kelurahan-kelurahan pesisir, serta kesepakatan tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai, mengkonservasi sumberdaya pesisir seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun, termasuk lokasi-lokasi yang perlu diusulkan menjadi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Selanjutnya dari pertemuan perencanaan desa ini dibawa ke proses berikutnya guna menghasilkan tingkatan produk hukum yang lebih tinggi semacam PERWALI (Peraturan Walikota) agar memiliki kekuatan hukum yang lebih. Bagian ini selanjutnya ditempuh melalui fasilitasi draft pokok-pokok pikiran kesepakatan awal di tingkat masyarakat kelurahan pesisir, kemudian diberikan telaahan dari aspek yuridis formal oleh Bagian Hukum PEMKOT Parepare, sebelum pada akhirnya mengikuti proses untuk diadopsi menjadi PERWALI di Kota Parepare. Output dan proses dari kegiatan ini adalah salah satu hal terpenting dalam - Pertemuan Perencanaan Desa : dilakukan pada 9 kelurahan pesisir sasaran di Pondok Informasi guna menganalisis isu-isu dan permasalahan di wilayah pesisir, menjaring informasi kebutuhan masyarakat pesisir. Secara garis besar di Parepare telah dapat merumuskan pokok-pokok pikiran berdasarkan penggalian input dan saran untuk menyusun kesepakatan di kalangan masyarakat pesisir, misalnya antara lain menyangkut kewajiban menjaga sarana prasarana infrastruktur yang dibangun di kelurahan-kelurahan pesisir, serta kesepakatan tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai, mengkonservasi sumberdaya pesisir seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun, termasuk lokasi-lokasi yang perlu diusulkan menjadi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Selanjutnya dari pertemuan perencanaan desa ini dibawa ke proses berikutnya guna menghasilkan tingkatan produk hukum yang lebih tinggi semacam PERWALI (Peraturan Walikota) agar memiliki kekuatan hukum yang lebih. Bagian ini selanjutnya ditempuh melalui fasilitasi draft pokok-pokok pikiran kesepakatan awal di tingkat masyarakat kelurahan pesisir, kemudian diberikan telaahan dari aspek yuridis formal oleh Bagian Hukum PEMKOT Parepare, sebelum pada akhirnya mengikuti proses untuk diadopsi menjadi PERWALI di Kota Parepare. Output dan proses dari kegiatan ini adalah salah satu hal terpenting dalam

- Pelatihan Peningkatan Kapasitas POKMAS : dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, sejak 2013 dan 2014, dengan peserta anggota POKMAS baik dari VWG, POKMAS Usaha, POKMAS Infra maupun POKMAS PSDA kelurahan penerima manfaat tahun 2013 (Labukkang, Sumpang Minangae, Watangsoreang), dan kelurahan pemanfaat tahun 2014 (Tiro Sompe, Cappagalung, Lakessi, Lumpue, Kampung

Pisang, Kampung Baru).

- Pertemuan antar POKMAS untuk Sharing Pembelajaran : dilaksanakan dengan mengundang perwakilan dari POKMAS usaha di pesisir guna berbagi pengalaman dalam hal pembelajaran berkelompok, pengorganisasian kelompok, pengolahan hasil perikanan dan pengelolaan usaha mikro berbasis masyarakat pesisir di Parepare. Hasilnya sangat positif dapat membangkitkan daya kritis dan motivasi bekerjasama di antara anggota kelompok masyarakat, dan tumbuhnya solidaritas dan kerjasama.

- Perlengkapan Inventory Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat : sudah dilakukan sejak 2013 di mana dihasilkan 9 dokumen profil sumberdaya dan kondisi sosial ekonomi wilayah pesisir kelurahan-kelurahan sasaran CCDP IFAD. Kemudian pada tahun 2014 telah dilengkapi melalui kegiatan pemetaan sumberdaya pesisir, dan pembuatan peta-peta potensi sumberdaya pesisir di masing-masing kelurahan pesisir, serta dukungan peralatan untuk melakukan inventarisasi sumberdaya pesisir seperti peralatan selam dasar (masker, snorkel dan fins) untuk mengamati kondisi ekosistem pesisir bagi pokmas di kelurahan. Output dan proses dari kegiatan inventory ini adalah juga bagian yang penting dalam membangun dan memperkuat tata kelola dan kelembagaan pengelolaan sumberdaya pesisir Parepare secara berbasis masyarakat, karena dihasilkannya peta-peta sumberdaya pesisir sebagai informasi yang penting dalam perencanaan dan pengelolaan sumberdaya.

- Pondok Informasi Masyarakat Pesisir : telah dibangun 9 Pondok Info di 9 kelurahan lokasi sasaran CCDP-IFAD Parepare sejak tahun 2013. Selain itu Pondok Info telah diperlengkapi dengan berbagai peralatan penunjang. Keberadaan Pondok Informasi ini sangat berguna dan telah digunakan baik untuk kegiatan CCDP-IFAD (misalnya pertemuan perencanaan desa, perencanaan proposal POKMAS, membahas masalah-masalah masyarakat pesisir dan masalah kenelayanan pada umumnya; maupun dipakai instansi / SKPD / lembaga lain antara lain : Posyandu untuk penimbangan bayi balita; Kegiatan Pemilu Legislatif dan PILPRES; serta untuk sosialisasi program pembangunan pemerintah dari dinas-dinas/SKPD terkait.

- Penyadaran Masyarakat (Public Awareness) : kegiatan penyadaran masyarakat telah dilakukan sejak tahun 2013 dan dilanjutkan 2014 dengan target anak-anak dari sekolah unggulan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, dan target masyarakat pesisir Parepare dan sekitarnya. Kegiatan dalam bentuk presentasi dari narasumber, diskusi informal , wawancara, tanya jawab dan sharing pengetahuan, pembelajaran dan pengalaman antar para peserta. Hasil yang sangat positif yaitu adanya komitmen dan tumbuhnya dukungan yang kuat dari anak-anak sekolah - Penyadaran Masyarakat (Public Awareness) : kegiatan penyadaran masyarakat telah dilakukan sejak tahun 2013 dan dilanjutkan 2014 dengan target anak-anak dari sekolah unggulan di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, dan target masyarakat pesisir Parepare dan sekitarnya. Kegiatan dalam bentuk presentasi dari narasumber, diskusi informal , wawancara, tanya jawab dan sharing pengetahuan, pembelajaran dan pengalaman antar para peserta. Hasil yang sangat positif yaitu adanya komitmen dan tumbuhnya dukungan yang kuat dari anak-anak sekolah

- BIMTEK Kelompok Tabungan (Grameen Bank) : pelatihan mengenai pentingnya menabung bagi kelompok usaha juga ditindaklanjuti dengan pembahasan tentang pentingnya mengelola usaha bagi perempuan pesisir yang rentan terhadap kemiskinan, dan pentingnya membangun sinergi antar rumah tangga pesisir dalam menabung dan mengelolanya menjadi modal usaha bersama yang dapat dimanfaatkan para anggotanya maupun pihak lain yang berminat melalui mekanisme yang transparan dan disepakati bersama. Pada umumnya para perempuan pesisir yang berasal dari keluarga atau rumah tangga rentan kemiskinan sangat berkeinginan untuk dapat menabung dan berpartisipasi dalam simpan pinjam berbasis usaha produktif pesisir.

- Fasilitasi P3MP Parepare : Pusat Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Pesisir telah dibentuk dengan nama P3MP Teluk Kota Parepare sejak tahun 2013 , dan masih sementara terus berkembang. Di Kota Parepare telah dibentuk dan telah beberapa kali mengadakan rapat guna membahas struktur organisasi, pengurus, dan rencana kerja organisasi. Sudah dilakukan penelitian dan pengkajian mengenai kondisi sosial ekonomi budaya dan lingkungan hidup serta seputar permasalahan pesisir Kota Parepare. Kemudian anggota pengurus P3MP telah mengikuti beberapa pelatihan tingkat nasional bersama pengurus P3MP dari daerah-daerah lainnya. Inisiatif lokal dari aktivis P3MP yaitu tokoh penggerak lingkungan pesisir Parepare yang telah berhasil adalah Bapak Amran, dimana telah merintis penanaman mangrove di daerah pesisir Cappagalung. Keberadaan P3MP Teluk Kota Parepare juga sudah menginisiasi pertemuan dengan pihak pengelola PERTAMINA Depo Parepare dan sedang menjajaki untuk bekerjasama dengan CSR PERTAMINA dalam hal pengelolaan lingkungan, pembersihan pantai, penanaman mangrove dan pemberdayaan

kegiatan-kegiatan pengembangan usaha kecil. Selanjutnya P3MP ini masih akan terus dikembangkan.

- Pelatihan dan Dukungan Teknis bagi POKMAS : sudah dilakukan di semua lokasi sasaran, yaitu pada 9 kelurahan pesisir sasaran CCDP-IFAD Parepare, dengan peserta Kelompok-kelompok usaha masyarakat pesisir dan tokoh-tokoh masyarakat pesisir. Pada kegiatan ini disajikan antara lain tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Usaha Skala Mikro /Rumah Tangga; dan Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Masyarakat Pesisir. Para peserta dari POKMAS di masing-masing kelurahan pesisir sangat antusias dan merasakan manfaat materi pelatihan di samping pengetahuan, wawasan, teknik penyusunan perencanaan keuangan skala kecil/mikrofinance, tips berusaha, dan menggunakan jejaring informasi pemasaran hasil usaha.

- Dana Community Enterprise Group & Infrastructure (BLM/Bantuan Langsung

Masyarakat) : sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat pesisir, maka telah diberikan dukungan bantuan dana untuk usaha, dalam bentuk transfer dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) ke rekening POKMAS pada masing-masing kelurahan pesisir sasaran CCDP-IFAD Parepare. Prosesnya dilakukan secara bertahap, yaitu setelah kelompok masyarakat teridentifikasi, kemudian dibentuk, disahkan dan dikukuhkan oleh Badan Ketahanan Pangan dan diketahui oleh Perikanan Kelautan. Berikutnya difasilitasi oleh TPD (Tenaga Pendamping Desa) para anggota kelompok masyarakat melakukan analisis dan menyusun perencanaan usaha dalam bentuk Proposal Usaha termasuk Rencana Usulan Biaya dan Rencana Pemanfaatan Dananya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diverifikasi oleh tim teknis PIU untuk memastikan memenuhi kriteria persyaratan dan kelayakannya. Selanjutnya proposal direview oleh TPD, tim teknis PIU CCDP-IFAD, dan Komite DOB, kemudian disahkan oleh DOB dan PIU. BLM ini disalurkan apabila kelompok masyarakat telah memenuhi dan melengkapi persyaratan sebagaimana dalam Pedoman Teknis. Proposal yang telah disetujui Komite DOB, kemudian disahkan oleh Ketua PIU dan proses berikutnya adalah pencairan dana BLM ke rekening kelompok oleh Ketua dan Bendahara Kelompok dilakukan setelah diperiksa didampingi oleh TPD dan penyuluh , setelah mendapat rekomendasi dari PIU.

Pembelanjaan dana BLM oleh POKMAS didampingi oleh Tenaga Pendamping Desa untuk membeli peralatan sesuai kebutuhan guna mendukung usaha kelompok masyarakat. Proposal yang diajukan bervariasi baik berupa sarana penunjang penangkapan ikan, budidaya ikan, budidaya rumput laut, peralatan untuk pembuatan abon ikan, nugget ikan, bakso ikan, freezer, jumbo, dan peralatan penunjang pengeringan ikan, pengolahan ikan, pemasaran ikan dan pembuatan cinderamata dan hiasan dari cangkang kerang.

Selain itu proposal infrastruktur ada yang berupa sarana pendukung kegiatan nelayan dan aktivitas masyarakat pesisir berupa dermaga tambat labuh di Kelurahan Sumpang Minangae, Kelurahan Labukkang, Kelurahan Lakessi, dan tangga turun di Kelurahan Wattangsoreang. Sebagian lainnya sedang dalam proses penyelesaian seperti Kedai Pesisir dan dukungan perbaikan bagi Rumah Produksi Kelompok Masyarakat Pesisir Pengolah Hasil Perikanan.

Sedangkan proposal kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir berupa penanaman mangrove, rehabilitasi dan konservasi terumbu karang, inisiasi daerah perlindungan laut, serta pembuatan dan pemasangan rumah ikan/fish apartment di daerah pesisir Parepare. Penanaman mangrove telah berhasil dilaksanakan oleh Kelompok PSDA Mega Fish di Kelurahan Cappagalung, serta Kelompok Alee-Kale’e di Kelurahan Lumpue. Rencana penanaman mangrove juga di Lakessi dan Sumpang Minangae.

- Market Awareness : kegiatan penyadaran pentingnya aspek pasar bagi kelompok usaha pesisir sudah dilakukan, pada tahun 2013 dan tahun 2014. Materi yang disampaikan antara lain mengenai pentingnya mencermati peluang pasar dalam mengembangkan usaha. Hasil dari Market Awareness ini positif membuka cakrawala berpikir kelompok masyarakat pengolah dan pemasar hasil perikanan.

Sementara dari Komponen 2 (Pemasaran dan Pengembangan Usaha) telah dilaksanakan kegiatan :

- Bimtek Knowledge Sharing Pemasaran : guna membuka cakrawala dan sharing pengetahuan mengenai pengetahuan pemasaran, bagi POKMAS-POKMAS Parepare telah dilakukan pada tahun 2014; mengundang narasumber dari KKP, Universitas Muhammadiyah Parepare, UKM Mangga 3 Makassar, KWN Fatimah Az Zahrah Makassar); dan kunjungan ke lapangan ke Kabupaten Bantaeng, dimana diperoleh banyak sekali manfaat, antara lain motivasi kewirausahaan, peran Pemerintah dan stakeholders yang sangat baik di Kabupaten Bantaeng telah mendorong PIU dan DOB Kota Parepare serta POKMAS berusaha membangun kelompoknya lebih maju lagi.

- Dukungan Infrastruktur dan Pengembangan Usaha : di Kota Parepare setelah melalui analisis value chain, kajian aspek pemasaran, maka telah disepakati oleh PIU, DOB dan konsultan untuk membangun rumah kemasan. Saat ini pembangunan rumah kemasan telah dalam proses finishing konstruksi dan penyiapan pengadaan peralatan dan mesin pendukungnya. Dalam perencanaan ke depan sarana infrastruktur rumah kemasan ini akan siap beroperasi tahun berikutnya.

- Pertemuan Dalam Rangka Pengembangan Pasar (Market and Value Chain) :

guna mendorong perluasan peluang pasar hasil-hasil produksi perikanan masyarakat pesisir CCDP-IFAD Parepare, khususnya kelompok pengolah telah dilakukan penandatanganan MoU melalui pertemuan mengundang perwakilan pengusaha, antara lain UD.Lela Mandiri Parepare, AKRINDO (Asosiasi Koperasi Retail Indonesia - Makassar SULSEL), ASPRINDO (Asosiasi Pengusaha Industri Makanan Minuman Indonesia di Makassar), Toko Gallapuang Mini Market dari Pangkajene Sidrap, Kelompok Wanita Nelayan Fatimah Az Zahrah Makassar.

- Validasi Peluang Pasar : dilakukan bersama oleh tim dari Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Parepare dan dibantu oleh Konsultan Pemasaran dan Konsultan Pemberdayaan serta tim PIU. Hasilnya menjadi landasan dalam pengembangan strategi intervensi pemasaran lebih lanjut.

- TOT tentang Teknis dan Isu-isu Pemasaran : guna meningkatkan pemahaman dan wawasan staf tim teknis dan tenaga pendamping desa dan penyuluh perikanan lapangan, telah dilakukan Training of the Trainer dengan para peserta adalah PIU, TPD, penyuluh dan DOB serta konsultan PIU Parepare. Kunjungan lapangan dilakukan ke perusahaan eksportir ikan di daerah lain Kabupaten Maros. Beberapa permasalahan usaha perikanan masyarakat Parepare antara lain adalah : - ketidaksesuaian/mismatch produk dengan yang permintaan pasar - ketidaktepatan penyediaan bahan baku/tidak selalu tersedia sesuai kebutuhan - ketidakberlanjutan pasokan (discontinuity) - masih rendahnya kualitas (low quality) - informasi yang tidak dikuasai secara tepat waktu (misinformation) - margin yang terlalu kecil/ keuntungan yang diperoleh tidak ekonomis

jika dihitung dalam jangka panjang.

- Pertemuan dalam Rangka Pengembangan Pasar bagi Produsen Skala Kecil :

untuk mendukung langkah pemasaran produk dari kelompok binaan CCDP-IFAD maka telah dilaksanakan pertemuan dengan mengunjungi pengusaha perikanan / pengolahan hasil perikanan lainnya yang telah eksis,ke UKM Citra Lestari (Ratna Mentari) di Bulu Cindea, Biringkassi, Bungoro - Kabupaten Pangkep; dan kunjungan ke pengusaha pengolah ikan teri Bapak Ir.Idham di Mannaku, Labakkang - Kabupaten Pangkep. Perwakilan anggota POKMAS Usaha yang ikut sangat antusias dan mempelajari bagaimana kelompok usaha dibangun dan merintis dan mengembangkan pasar nya. Hingga saat ini bagi POKMAS Parepare peluang pemasaran ini masih penjajakan dan terus dalam penumbuhan / pengembangan secara bertahap. Diperkirakan tidak lebih baru 15% potensi pasar yang sudah dapat dikuasai, selebihnya masih belum, inilah yang memerlukan optimalisasi strategi pemasaran ke depan.

- Pelatihan Market Oriented bagi Produsen Skala Kecil : bagi kalangan pengusaha pemula sebagaimana Kelompok Masyarakat Perempuan Pesisir di Parepare , maka Pelatihan Teknik Pemasaran, Market Oriented, dan Pengembangan Usaha bagi UKM pesisir ini sangat bermanfaat. Wawasannya, berbagi informasi, motivasi dan tips tips memahami dan menguasai kecenderungan pasar menjadi topik yang hangat dibahas. Para peserta dari kelompok-kelompok pengolah, pemasar dan penangkap ikan antusias mengikuti kegiatan ini dan memperoleh pengkayaan informasi pengetahuan pemasaran.

- Temu Usaha Pengembangan AIG dan Jaringan Pemasaran : dalam kaitannya dengan aktivitas pengembangan pemasaran, maka telah dilakukan Temu Usaha Pengembangan Alternative Income Generating dan Jaringan Pemasaran. Dalam rangkaian dengan pengembangan pemasaran bagi produk CCDP-IFAD Parepare, maka telah dilakukan partisipasi dan inisiasi mendorong diperkenalkannya produk binaan CCDP-IFAD yaitu dengan mengikuti pameran-pameran antara lain :

1). Pameran dalam rangka HUT Koperasi ke 67 tingkat Provinsi Sulsel di Kampung/Pasar Kuliner di Parepare.

2) Pameran dalam rangka Pasar Tradisional Insidentil tingkat Provinsi Sulsel di Gubernuran Sulsel, Makassar.

3) Pameran pada Festival Budaya Pesisir di Salo Karajae di Parepare. 4) Pameran pada rumah jabatan Walikota Parepare. 5) Pameran pada acara : “The 2 nd BIMP EAGA and IMT GT Trade Fair and Business Leader

Conference di Davao , Philippines bersama tim Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Parepare.

6) Pameran Produk-produk Hasil Perikanan kelompok CCDP-IFAD Parepare dalam rangka Hari Nusantara dan Baksos Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Perempuan Pesisir di Aula Pertemuan Tim Penggerak Kota Parepare.

Hasil dari pameran ini sangat positif mengangkat ke permukaan produk-produk hasil olahan kelompok binaan CCDP-IFAD Parepare ke khalayak masyarakat baik level lokal, regional, nasional hingga internasional. Juga pameran/festival ini adalah ajang Hasil dari pameran ini sangat positif mengangkat ke permukaan produk-produk hasil olahan kelompok binaan CCDP-IFAD Parepare ke khalayak masyarakat baik level lokal, regional, nasional hingga internasional. Juga pameran/festival ini adalah ajang

MENDORONG TATAKELOLA KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGELOLA PESISIR PAREPARE

Dari sejumlah lokasi proyek PMP (CCDP-IFAD) yang ditetapkan, tersebar di 10 provinsi dan

13 kabupaten/kota, salah satunya adalah di wilayah pesisir Kota Parepare. Pemanfaatan sumberdaya laut oleh masyarakat Parepare secara historis telah lama dilakukan. Sebagai salah satu kota tua pelabuhan, bagi masyarakat Parepare keberadaan pelabuhan rakyat, dermaga serta aktivitas pelayaran rakyat dan perikanan laut telah sejak lama akrab bagi penduduk kota yang bermottokan Bandar Madani yang religius ini. Namun demikian potensi letak geografis yang strategis ini belum banyak dirasakan kemanfaatannya bagi peningkatan kesejahteraan nelayan kecil. Sementara itu keberadaan sumber daya alam pesisir seperti makin berkurangnya berbagai hasil-hasil perikanan laut, ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove yang kian lama kian tergerus, rusak dan mengalami degradasi makin dirasakan nyata oleh mayoritas masyarakat Parepare. Kerusakan terumbu karang akibat penggunaan bahan peledak dan bius dalam menangkap ikan, penebangan hutan mangrove dan konversinya menjadi areal pemukiman perumahan penduduk, areal perindustrian, jasa dan perdagangan, juga telah banyak mengubah wajah pesisir Parepare dewasa ini. Polusi dari buangan limbah kapal, minyak kapal, pendangkalan daerah perairan pesisir akibat sedimentasi melalui aliran sungai yang bermuara di pesisir, dan pencemaran dari limbah domestik adalah masalah yang kini dihadapi pesisir Parepare.

Bentang alam pesisir yang berubah, ekosistem dan lingkungan hidup yang rusak serta menurunnya kualitas dan kuantitas sumberdaya pesisir yang menjadi habitat bagi beragam mahluk hidup adalah realitas yang sudah terjadi. Terumbu karang dan mangrove adalah ekosistem pesisir yang mengalami kerusakan berat akibat pembangunan yang dilakukan tanpa pertimbangan kelestarian lingkungan. Degradasi hutan mangrove, konversi hutan mangrove menjadi areal pertambakan dan pemukiman secara besar-besaran, penangkapan ikan secara belebihan, destructive fishing, pencemaran, abrasi dan sedimentasi di daerah pantai adalah bentuk-bentuk kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir Parepare.

Di samping itu mengingat wilayah pesisir sangat rentan terhadap perubahan iklim yang antara lain diakibatkan pengaruh pemanasan global dimana memicu bencana. Sebagai contoh angin puting beliung yang menghancurkan pemukiman masyarakat pesisir, muka air laut yang mengalami peningkatan sehingga menyebabkan banjir rob pada daerah pesisir Di samping itu mengingat wilayah pesisir sangat rentan terhadap perubahan iklim yang antara lain diakibatkan pengaruh pemanasan global dimana memicu bencana. Sebagai contoh angin puting beliung yang menghancurkan pemukiman masyarakat pesisir, muka air laut yang mengalami peningkatan sehingga menyebabkan banjir rob pada daerah pesisir

Perubahan iklim masih sering dipandang sebagai fenomena baru dengan potensi resiko yang mungkin terjadi, namun dengan antisipasi kebijakan dan strategi yang sangat terbatas. Masih terbatasnya pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh perubahan iklim terhadap kelestarian sumber daya dan dampaknya terhadap penghidupan masyarakat pesisir, serta bagaimana adaptasi yang perlu dilakukan, perlu dijawab dengan upaya sosialisasi dan kampanye penyadaran masyarakat guna membangun kesadaran dan komitmen pemerintah serta masyarakat pada umumnya, terlebih lagi agar dampak negatifnya terhadap kaum perempuan dapat diminimalkan.

Kebanyakan kondisi pantai di Parepare belum dijaga kebersihannya, dan tidak dikelola sehingga tidak nyaman untuk disinggahi, dan tidak dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) Kota Parepare. Terutama pantai di sepanjang kelurahan pesisir Lakessi, Kampung Pisang, Labukkang yang tidak terawat, maka memerlukan aksi nyata dalam bentuk Gerakan Aksi Massal Bersih Pantai yang di pesisir negara-negara lain dikenal sebagai : “Clean up the Beach”. Event bersih-bersih pantai perlu disosialisasikan secara intensif dan dikampanyekan kepada seluruh lapisan generasi, terutama para pedagang di Pasar Lakessi, Pasar Kampung Pisang, Pasar Senggol yang banyak membuang sampah dan kotoran ke laut.

Sosialisasi kepada berbagai lapisan generasi masyarakat, hingga generasi muda dan anak- anak perlu dilakukan melalui berbagai media, melalui koran, siaran radio, jejaring sosial, memanfaatkan komunitas warung kopi dan kelompok anak muda. Bahan kampanye yang dapat digunakan misalnya memanfaatkan media poster, flyer, leaflet, iklan himbauan masyarakat dan lainnya. Bahan dan material kampanye sosialisasi penyadaran pelestarian lingkungan hidup ini didistribusikan ke kelurahan-kelurahan dan telah dipasang di pondok informasi yang ada. Kampanye konservasi sebagian telah dilakukan melalui kunjungan ke sekolah-sekolah dan pertemuan dengan masyarakat nelayan dan pesisir di Pondok-pondok Informasi. Selain itu ke depannya memungkinkan dirangkaikan dengan beragam event khas seperti : Festival Salo Karajae, atau semacam Festival Pesisir, Tani dan Nelayan, di dalamnya dilakukan lomba menggambar, lomba melukis bagi anak-anak dan remaja dengan tema kebersihan lingkungan hidup dan konservasi ekosistem terumbu karang dan rehabilitasi hutan mangrove.

Dalam bentuk yang lebih strategis, kegiatan konservasi ekosistem dan lingkungan hidup pesisir berbasis masyarakat perlu diupayakan dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal Dalam bentuk yang lebih strategis, kegiatan konservasi ekosistem dan lingkungan hidup pesisir berbasis masyarakat perlu diupayakan dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal

Jika telah membudaya maka membersihkan pantai bukanlah hal yang sulit dan tidak membutuhkan biaya besar. Namun di masa-masa awal memang memerlukan inisiatif kecil yang konsisten, melalui ketokohan dan kekuatan sosialisasi yang intensif dan terus-menerus akan dapat membangun budaya peduli lingkungan hidup masyarakat pesisir. Diharapkan pada gilirannya akan dapat membangun budaya menjaga, merawat pantai dan menjadikannya sebagai halaman depan Kota Parepare yang bersih, terawat, terjaga dan nyaman untuk disinggahi dan dinikmati pemandangannya, bukan sebaliknya sebagai halaman belakang untuk membuang segala macam kotoran sampah yang sangat tidak nyaman untuk disinggahi.

Berkembangnya pengetahuan tentang ekosistem, mulai dirasakannya dampak perubahan iklim terhadap kehidupan manusia, meningkatkan kekhawatiran akan dampak kegiatan eksploitasi sumberdaya alam seperti penangkapan ikan tidak ramah lingkungan (destructive fishing practices) dan dampaknya terhadap terumbu karang. Pembangunan dengan memanfaatkan lahan di areal pesisir seperti penebangan hutan mangrove juga sudah sangat mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini misalnya terhadap ketersediaan sumberdaya perikanan, kelestarian ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove, keberlanjutan kehidupan di pesisir dan laut, maupun bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan nelayan. Demikian juga dengan kejadian perubahan iklim dan dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Bagi pemerintahan Kota Parepare yang melayani masyarakat, dalam tugas-tugasnya menyusun kebijakan, perencanaan serta mengimplementasikan program-programnya, memerlukan pemahaman, kesadaran, dukungan dan tindakan nyata yang dapat mengurangi dan menghentikan pengrusakan sumber daya alam dan ekosistem pesisir laut tersebut.

Dibutuhkan pemahaman, kesadaran dan komitmen untuk menyusun kebijakan dan perencanaan pembangunan yang adaptif, dilandasi data dan informasi yang benar, aktual dan lengkap, serta responsif gender. Komitmen terhadap pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim dalam mengelola pesisir, perlu dibangun melalui pemahaman multistakeholders, tidak hanya kalangan akademisi, lembaga swadaya masyarakat, namun juga pemerintah dan masyarakat pada umumnya.

Bentuk kegiatan lain yang perlu dalam rangka mendorong budaya peduli lingkungan hidup adalah penanaman dan rehabiitasi ekosistem hutan mangrove dan transplantasi karang pada daerah yang sesuai. Kegiatan “Mangrove Rehabilitation” dan “Coral Transplantation” atau Karang Buatan (“Artificial Reef”) ini telah diawali dengan percontohan skala kecil (mini Bentuk kegiatan lain yang perlu dalam rangka mendorong budaya peduli lingkungan hidup adalah penanaman dan rehabiitasi ekosistem hutan mangrove dan transplantasi karang pada daerah yang sesuai. Kegiatan “Mangrove Rehabilitation” dan “Coral Transplantation” atau Karang Buatan (“Artificial Reef”) ini telah diawali dengan percontohan skala kecil (mini

Di tiap kelurahan sasaran CCDP-IFAD di Parepare telah berhasil menghasilkan nota kesepakatan dari para pihak di masing-masing kelurahan tersebut untuk mengelola sumberdaya pesisir, mengelola infrastruktur yang dibangun melalui fasilitasi CCDP-IFAD dan mendorong adanya pengembangan usaha perikanan berbasis masyarakat yang ramah lingkungan secara berkelanjutan. Ini adalah langkah awal /cikal bakal tata kelola kelembagaan masyarakat pesisir yang telah difasilitasi CCDP-IFAD dalam memanfaatkan mengelola sumberdaya pesisir Parepare.

Secara garis besar telah dapat dirumuskan pokok-pokok pikiran berdasarkan penggalian input dan saran untuk menyusun kesepakatan di kalangan masyarakat pesisir, misalnya antara lain menyangkut kewajiban menjaga sarana prasarana infrastruktur yang dibangun di kelurahan-kelurahan pesisir, serta kesepakatan tentang pentingnya menjaga kebersihan pantai, mengkonservasi sumberdaya pesisir seperti terumbu karang, mangrove dan padang lamun, termasuk lokasi-lokasi yang perlu diusulkan menjadi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Selanjutnya dari pertemuan perencanaan desa ini dibawa ke proses berikutnya guna menghasilkan tingkatan produk hukum yang lebih tinggi semacam PERWALI (Peraturan Walikota) agar memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat. Bagian ini selanjutnya ditempuh melalui fasilitasi draft pokok-pokok pikiran kesepakatan awal di tingkat masyarakat kelurahan pesisir , kemudian diberikan telaahan dari aspek yuridis formal oleh Bagian Hukum PEMKOT Parepare, sebelum pada akhirnya mengikuti proses untuk diadopsi menjadi PERWALI di Kota Parepare. Output dan proses dari kegiatan ini adalah salah satu hal terpenting dalam membangun dan memperluat tata kelola dan kelembagaan pengelola sumberdaya wilayah pesisir di Kota Parepare secara berbasis masyarakat.

Dalam konteks perencanaan pembangunan daerah di Kota Parepare, maka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Parepare ke depan membutuhkan adanya kepastian hukum terkait dengan alokasi ruang dan penggunaannya. Berkenaan dengan aspek hukum ini maka penjabaran amanah UU no.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, (yang telah diperbaharui melalui UU no.1 tahun 2014), bagi Kota Parepare membutuhkan adanya Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota

Parepare, karena sejauh ini baru sebatas Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kota Parepare.

Di sinilah pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui CCDP-IFAD memegang peran strategis, karena sejak proses pembentukan kelompok, penilaian kebutuhan, perencanaan pembangunan kelurahan pesisir secara partisipatif, perencanaan pengembangan usaha dan pemasaran hasil kelompok-kelompok masyarakat pesisir, pembangunan infrastruktur pesisir, hingga implementasi kegiatan pembangunan masyarakat pesisir berupa infrastruktur (Pondok Informasi, Tambat Labuh, Tangga Turun Dermaga, rencana Kedai Pesisir, dukungan bagi Rumah Produksi dan pembangunan Rumah Kemasan), penanaman mangrove (seperti di Cappagalung dan Lumpue), serta inisiasi penetapan usulan Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Tonrangeng, Lumpue, memerlukan dukungan berupa kebijakan politik dari pemerintah misalnya kebijakan perencanaan untuk menyusun zonasi pengelolaan wilayah pesisir Kota Parepare.

PENGORGANISASIAN

MEMBANGUN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT PESISIR YANG MANDIRI : ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN

Masyarakat Parepare merupakan masyarakat yang telah sejak lama berinteraksi dengan alam dan lingkungannya. Pelaut, nelayan dan saudagar Bugis Parepare terkenal sejak dulu sebagai pelaut ulung dan agen transformasi sosial budaya pembangun peradaban di berbagai daerah yang disinggahi atau ditinggalinya. Turun-temurun mereka telah mengembangkan pengetahuan dan kebudayaan tentang kehidupan mereka sendiri. Sudah barang tentu pengembangan masa depan sosial ekonomi dan budaya mereka sangat tergantung pada kemampuan mereka dalam mengorganisasi dirinya agar mampu bertahan menghadapi pengaruh negatif dari luar. Berbagai pengaruh modernisasi dari luar, seyogyanya mampu disikapi dengan ketahanan sosial budaya setempat, maupun program- program yang direncanakan tanpa menghilangkan jati diri asli budaya setempat tersebut. Kultur maritim dan budaya bahari dengan kearifan-kearifan lokalnya inilah yang mesti tetap dipertahankan dan diwariskan pada generasi muda dan generasi yang akan datang di Parepare, sehingga tetap relevan dengan keberadaan Kota Parepare menjadi Bandar Madani bagi masyarakatnya yang terkenal akan kultur bahari yang bermartabat dan religius dengan segala dinamika aktivitas keseharian masyarakatnya.

Sudah menjadi hal yang tidak terbantahkan bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat miskin, berpendidikan rendah, banyak yang putus sekolah, masyarakat yang terpinggir (marginal) dan terpinggirkan (marginalized), termasuk di Parepare. Selain itu budaya Sudah menjadi hal yang tidak terbantahkan bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat miskin, berpendidikan rendah, banyak yang putus sekolah, masyarakat yang terpinggir (marginal) dan terpinggirkan (marginalized), termasuk di Parepare. Selain itu budaya

Tentunya budaya-budaya lokal seperti itu ada maksud dan tujuannya jika dilakukan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal ini memerlukan upaya kajian lebih mendalam untuk menggali atau mengeksplorasi maknanya lebih jauh. Apabila kegiatan-kegiatan ritual ini positif tetap dapat dipertahankan, memungkinkan dapat dikembangkan menjadi atraksi dalam bentuk event wisata bagi turis yang berkunjung di Parepare dan menarik kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Ini berarti kearifan lokal yang pernah dan masih ada, direvitalisasi dan secara sosial budaya ritual upacara tersebut mengalami transformasi melalui proses rekayasa guna memperoleh manfaat yang lebih luas dari ritual adat istiadat tersebut. Namun demikian tentunya proses ini perlu dikaji secara mendalam dan hati-hati agar nilai-nilai luhur yang terkandung dari ritual adat upacara sebelum melaut tersebut tidak kehilangan makna.

Sudah sejak lama dipersepsikan oleh masyarakat umum bahwasanya kebanyakan daerah pesisir dengan masyarakat nelayan adalah kantong-kantong kemiskinan yang tersebar dan sejak lama kerap kali dianggap lebih sebagai beban ketimbang keunggulan suatu daerah, di mana modal sosialnya yang berpotensi positif sulit untuk dikembangkan dan didayagunakan. Demikian juga halnya dengan kebanyakan keluarga dan rumah tangga nelayan pesisir, baik yang berprofesi sebagai nelayan penangkap, pembudidaya rumput Sudah sejak lama dipersepsikan oleh masyarakat umum bahwasanya kebanyakan daerah pesisir dengan masyarakat nelayan adalah kantong-kantong kemiskinan yang tersebar dan sejak lama kerap kali dianggap lebih sebagai beban ketimbang keunggulan suatu daerah, di mana modal sosialnya yang berpotensi positif sulit untuk dikembangkan dan didayagunakan. Demikian juga halnya dengan kebanyakan keluarga dan rumah tangga nelayan pesisir, baik yang berprofesi sebagai nelayan penangkap, pembudidaya rumput

Walaupun beberapa komoditas ikan-ikan laut yang potensial dan sudah sejak dahulu memberikan pencaharian bagi nelayan seperti ikan cakalang, tuna, kerapu, sunu, ikan terbang, ikan teri (losa-losa), kakap, baronang, tembang, layang, cumi-cumi, sotong, namun sejalan dengan kian meningkatnya aktivitas penangkapan ikan (illegal fishing) oleh nelayan dari daerah lain di luar Parepare yang masuk ke perairan Parepare, yang seringkali melakukan penangkapan ikan dengan cara-cara merusak (destructive fishing) seperti bom dan bius, ditambah terjadinya kerusakan lingkungan pesisir laut akibat pencemaran dan sedimentasi pada muara-muara sungai sekitar pesisir, maka kebanyakan nelayan lokal Parepare menyatakan bahwa kondisi hasil-hasil perikanan nelayan Parepare makin menurun dan menyebabkan penurunan pendapatan nelayan.

Alat tangkap nelayan Parepare yang digunakan beragam seperti pancing, jala, jaring, pukat, sero, belle’, alat tangkap kepiting, bagang tancap, ada yang menggunakan kapal bermotor, perahu dengan mesin tempel, dan perahu tanpa motor. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) menyebar di sekitar Teluk Parepare, Ujung Lero perbatasan Pinrang, Panikiang perbatasan Barru, hingga Selat Makassar di sekitar perairan laut daerah Majene. Hasil- hasilnya dijual langsung ke pasar, ada juga yang dijual ke pelelangan ikan.