PBB Sektor P3 Perkebunan Pertambangan da

PBB Sektor P3
(Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan)

Haris Budi Setiawan
2013

Dasar pengenaan PBB
Sektor Perkebunan
Hasil penjumlahan antara perkalian luas areal
perkebunan dengan NJOP bumi per meter
persegi dan perkalian luas bangunan dengan
NJOP bangunan per meter persegi, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. NJOP bumi per meter persegi sebesar hasil konversi
nilai tanah per meter persegi ke dalam klasifikasi,
penggolongan dan ketentuan nilai jual bumi; dan
b. NJOP bangunan per meter persegi sebesar hasil
konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam
klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual
bangunan.


PENENTUAN BESARNYA NJOP SEKTOR PERKEBUNAN
PER-64/PJ/2010 jo SE-149/PP/2010

NJOP Perkebunan = NT Areal Perkebunan + NJOP Bangunan
Nilai Tanah Areal perkebunan
NDT Areal Produktif + SIT
 Areal Produktif :
* (Nilai Dasar Tanah Areal Produktif = Luas x Nilai Dasar Tanah areal produktif)
 Areal belum Produktif– sudah diolah belum ditanami
NDT
Areal
belum
Produktif,
biaya
lahandiolah)
* (Nilai Dasar
Tanah
Areal
Produktif
= Luas termasuk

x Nilai Dasar
Tanahpembukaan
areal yang belum
3 . Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan perkebunan, termasuk
biaya pematangan tanah
NDT emplasemen + NDT areal tidak produktif + NDT Areal lainnya,
termasuk biaya pematangan tanah
Nilai Bangunan
Nilai bangunan tiap-tiap jenis = luas x nilai bangunan masing2 per m2
3

STANDAR INVESTASI TANAMAN (SIT) PERKEBUNAN

Standar Investasi adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan
dan/atau penanaman dan/atau penggalian jenis sumber daya alam atau budidaya tertentu,
yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat, mulai dari awal
pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan
SIT adalah jumlah biaya yang diinvestasikan untuk satu jenis tanaman budidaya
perkebunan per hektar yang dihitung berdasarkan :
- koomponen tenaga kerja;

- bahan dan alat;
mulai dari pengolahan tanah hingga tanaman menghasilkan
Catatan :
Penentuan SIT perkebunan diatur sebagai berikut :
a. Besarnya SIT perkebunan dihitung berdasarkan jumlah biaya yang diinvestasikan untuk
suatu jenis tanaman budidaya perkebunan per hektar dalam satu tahun.
b. Apabila suatu jenis tanaman budidaya perkebunan dalam satu tahun mengalami lebih dari
satu kali periode tanam, maka besarnya SIT perkebunan dalam satu tahun dihitung sebesar
standar investasi untuk sekali periode tanam dikalikan jumlah periode tanam dalam satu
tahun.
4

Dasar Pengenaan PBB sektor
Perhutanan
• NJOP sebagaimana dimaksud merupakan hasil penjumlahan antara
perkalian luas bumi dengan NJOP bumi per meter persegi dan
perkalian luas bangunan dengan NJOP bangunan per meter persegi.
• NJOP bumi per meter persegi merupakan hasil konversi nilai tanah per
meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi dan

penetapan NJOP sebagai dasar pengenaan PBB.
• Nilai tanah per meter persegi merupakan hasil pembagian antara total
nilai tanah dengan total luas tanah.
• NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil konversi nilai
bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
klasifikasi dan penetapan NJOP sebagai dasar pengenaan PBB.
• Nilai bangunan per meter persegi merupakan hasil pembagian antara
total nilai bangunan dengan total luas bangunan.

PENENTUAN BESARNYA NJOP SEKTOR KEHUTANAN
PER-36/PJ/2011 jo SE-89/PJ/2011

NJOP Perhutanan = NT Areal Hutan + NJOP Bangunan
Nilai Tanah Areal Hutan
NDT Areal Produktif + SIT
 Areal Produktif : a. Hutan Tanaman
* (Nilai Dasar Tanah Areal Produktif = Luas x Nilai Dasar Tanah areal produktif)
 Areal belum Produktif– sudah diolah belum ditanami
NDT Areal belum Produktif, termasuk biaya pembukaan lahan

* (Nilai Dasar Tanah Areal Produktif = Luas x Nilai Dasar Tanah areal yang belum diolah)

3 . Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan, termasuk biaya
pematangan tanah
NDT emplasemen termasuk biaya pematangan tanah + NDT areal
tidak produktif + NDT Areal lainnya, (log ponds, log yards)
Nilai Bangunan
Nilai bangunan tiap-tiap jenis = luas x nilai bangunan masing2 per m2
6

PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

 Areal produktif :

Pasal 6

NJOP = 9,5 x Hasil penjualan minyak dan gas bumi dalam satu
tahun sebelum tahun pajak berjalan

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
7

PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

 Areal produktif :

Pasal 7

NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas bumi/ listrik dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
8

KEP-132/PJ/2013
NILAI BUMI PER METER PERSEGI UNTUK AREAL OFFSHORE, NILAI BUMI PER
METER PERSEGI UNTUK TUBUH BUMI EKSPLORASI, DAN ANGKA
KAPITALISASI

a. Nilai bumi per meter persegi untuk areal
offshore pertambangan minyak bumi, gas bumi
dan panas bumi dan pertambangan mineral
dan batubara ditetapkan sebesar Rp.11.204,00
(sebelas ribu dua ratus empat rupiah).
b. Nilai bumi per meter persegi untuk tubuh
bumi eksplorasi pertambangan minyak bumi,
gas bumi dan panas bumi dan pertambangan
mineral dan batubara ditetapkan sebesar

sebesar Rp140,00 (seratus empat puluh rupiah).
Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini
berlaku untuk Tahun Pajak 2013.

Angka Kapitalisasi Tahun 2013
Angka kapitalisasi untuk:
1. Pertambangan minyak bumi dan gas bumi,
serta panas bumi sebesar 10,04 (sepuluh
koma nol empat);
2. Pertambangan mineral sebesar 8,20 (delapan
koma dua puluh);
3. Pertambangan batubara sebesar 10,25
(sepuluh koma dua puluh lima).
Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini
berlaku untuk Tahun Pajak 2013.

PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS SELAIN PERTAMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DAN GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998




Pasal 8

Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang dalam satu tahun
sebelum tahun pajak berjalan



Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya



Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
11


PENENTUAN BESARNYA NJOP
SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

 Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian
tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan
Pasal 9

 Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya didalam atau
diluar wilayah kuasa pertambangan

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik

Catatan : NJOP atas Objek Pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan
Kontrak Karya atau Kontrak Kerjasama ditetapkan sesuai dengan yang

diatur dalam kontrak yang berlaku
(Pasal 10)

12

PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN LAUT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

 Areal penangkapan ikan :
NJOP = 10 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum
tahun pajak berjalan
Pasal 11

 Areal pembudidayaan ikan
NJOP = 8 x Hasil bersih ikan dalam satu tahun sebelum tahun
pajak berjalan
 Areal emplasemen dan areal lainnya

NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
13

PENENTUAN BESARNYA NJOP
USAHA BIDANG PERIKANAN DARAT
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

 Areal pembudidayaan ikan darat :
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya +
Standar biaya investasi tambak menurut jenisnya
Pasal 12

 Areal emplasemen dan areal lainnya
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik

14

PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

 Areal tanah :
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian seperlunya
Pasal 13

 Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri, lapangan golf
serta tempat rekreasi
NJOP = Nilai jual yang ditentukan berdasarkan korelasi garis
lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi
berupa tanah sekitarnya
 Areal perairan untuk kepentingan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
NJOP = 10 X (10 % dari hasil bersih dalam satu tahun
sebelum tahun pajak berjalan)
 Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap jenis
bangunan - penyusutan fisik
15

PENENTUAN BESARNYA NJOP
OBJEK PAJAK YANG BERSIFAT KHUSUS
KMK 523/KMK.04/1998 jo KEP DJP 16/PJ.6/1998

Pasal 14
Besarnya NJOP atas Objek Pajak yang bersifat khusus atau objek lainnya dapat
ditentukan berdasarkan penilaian individual yang dilaksanakan oleh pejabat
fungsional penilai dan dibuatkan laporan penilaian kemudian ditetapkan oleh
Kakanwil DJP atas nama Menteri Keuangan

Objek Pajak Khusus adalah Objek Pajak yang memiliki jenis konstruksi khusus
baik ditinjau dari segi bentuk, material pembentuk maupun keberadaannya
memiliki arti khusus seperti :
a. jalan tol
b. pelabuhan laut/sungai/udara
c. lapangan golf
d. industri semen/pupuk
e. PLTA, PLTU dan PLTG
f. pertambangan
g. tempat rekreasi
h. dan lain-lain yang sejenis
16

Dokumen yang terkait

Analisis Konsentrasi Geografis Sektor Ekonomi di Kabupaten Situbondo

9 121 186

Analisis Pengaruh Penempatan Karyawan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan dengan Loyalitas Karyawan sebagai Variabel Intervening (Studi pada PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kebun Glantangan Jember)

11 77 129

Studi Keanekaragaman Semut (Family Formicidae) di Perkebunan Jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang

9 72 22

PENGARUH PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

2 28 21

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Assets (ROA) Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

3 30 59

Pengaruh Rasio Harga Laba Dan Pengembalian Ekuitas Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 13 1

Tinjauan Atas Prosedur Surat Pertanggung Jawaban Dan Penatausahaan Keuangan Daerah Pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Indramayu (PSDA Tamben)

2 48 64

Pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added Terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor Logam yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2013

0 9 1