Studi Keanekaragaman Semut (Family Formicidae) di Perkebunan Jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang

(1)

ii

STUDI KEANEKARAGAMAN SEMUT (Family Formicidae) DI PERKEBUNAN JERUK DESA SELOREJO KECAMATAN DAU

KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Disusun Oleh : M ZAINUL ARIFIlN

08330069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014


(2)

iii


(3)

(4)

(5)

vi

MOTTO

Artinya :

Wahai orang- orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya

Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukannmu.(QS 48: 7)

PERSEMBAHAN

Dengan hati yang tulus dan penuh rasa syukur kupersembahkan karya

sederhana ini untuk orang-orang yang selalu dekat di hatiku :

Kepada kedua orang tuaku tercinta (Sudiono & Sutik) yang senantiasa

membimbing dan mendidik dengan

penuh kasih sayang dan do’a yang t

ak

pernah pudar terkikis waktu.

Kepada kakak ku ananda Sri Wahyuni yang senantiasa memberikan motivasi.

Serta teman-teman seperjuangan, baik di LDK, Best Class 2008, yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan studi ini. Semoga

Allah senantiasa menguatkan ukhuwah diatara kita. Amiin


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ” Studi Keanekaragaman Semut (Family Formicidae) di Perkebunan Jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang ”dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW atas bimbingan yang diberikannya kepada pengikut- pengikutnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Dr.Yuni Pantiwati, M.M.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Biologi dan Ibu Dr. Rr. Eko Susetyarini, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Pendidikan Biologi.

3. Bapak Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes dan Ibu Dra. Roimil Latifah MM, M.Si, selaku Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran berkenan membimbing serta mengarahkan dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Semua Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi serta segenap staf karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah


(7)

viii

Malang. Serta Kepala Laboratorium Biologi dan Laboratorium Kimia serta segenap karyawan yang telah memberikan tempat penelitian dan membantu penulis selama melaksanaan penelitian.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT membalas atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, meskipun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun orang lain yang memerlukannya.

Malang, 3 Mei 2014 Penulis,


(8)

ix DAFTAR ISI

Lembar Sampul Luar……….. i

Lembar Sampul Dalam………... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Lembar Pernyataan ... v

Moto dan Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... viii

Abstraksi ... ix

Daftar isi ... xi

Daftar gambar... xiii

Daftar tabel ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Masalah... 5

1.6 Definisi Istilah ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum semut. ... 7

2.2 Morfologi Semut ... 7

2.3 Klasifikasi Semut ... 18

2.4 Siklus Hidup Semut ... 21

2.5 Ekologi Semut ... 24

2.5.1 Pembentukan Koloni ... 27

2.5.2 Tingkatan Kasta Semut ... 30


(9)

x

2.7 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

2.7 Kerangka Konsep……….. ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

3.2 Jenis Penelitian ... 46

3.3 Populasi dan Teknik Sampling... 46

3.3.1 Populasi Penelitian ... 46

3.3.2 Teknik Sampling ... 46

3.4 Prosedur Penelitian... 48

3.4.1 Persiapan Alat dan Bahan ... 48

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 49

3.5 Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 56

4.2 Pembahasan………. 63

4.2.1 Jumlah Spesies Semut ... 64

4.3.2 Indeks Nilai Penting Semut ... 64

4.3.2 Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan ... 65

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA……….. .. 71


(10)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 : Morfologi Semut.. ... 9

Gambar 2.2 : Abdomen dan Acidopore ... 10

Gambar 2.3 : Alitruk, Notum dan Metapleural Groove ... 11

Gambar 2.4 : Kepala dan Antena. ... 12

Gambar 2.5 : Clypeus, Frontal Lobe dan Frontal Carinae. ... 13

Gambar 2.6 : Kaki dan Mandibula ... 14

Gambar 2.7 : Metapleural Grand, Carina occipital dan Labrum ... 15

Gambar 2.8 : Bentuk Petiole dan Spongiform ... 16

Gambar 2.9 : Koloni Semut………... ... 19

Gambar 2.10 : Daur Hidup Semut ... 22

Gambar 2.11 : Model Komunitas Koloni Semut ... 26

Gambar 2.12 : Peta Lokasi Desa Selorejo Dau, Malang ... 43

Gambar 2.13 : Peta Jalan Poros Desa Selorejo, Dau, Malang ... 44

Gambar 4.1 : Diagram lingkaran indeks nilai penting semut pada lahan perkebunan jeruk ... 57

Gambar 4.2 : (a) Sisi lateral, (b) sisi anterior,(c) berdasar literatur Pheidogeleton sp. ... 59

Gambar 4.3 : (a) Sisi lateral, (b) sisi anterior,(c) berdasar literatur Pheidole sp. ... 60


(11)

xii

Gambar 4.4: (a) Sisi lateral, (b) sisi anterior,(c) berdasar literatur

Techonomyrmex sp. ... 61 Gambar 4.5: (a) Sisi lateral, (b) sisi anterior,(c) berdasar literatur

Myrmica sp. ... 61 Gambar 4.6: (a) Sisi lateral, (b) sisi anterior,(c) berdasar literatur

Tetramorium sp. ... 62 Gambar 4.7: (a) Sisi lateral, (b) sisi anterior,(c) berdasar literatur


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Data rerata jumlah spesies dan indeks nilai penting (INP) / nilai dominansi semut menggunakan Bait Traps dan Hand

Collecting di perkebunan Jeruk ... 56 Tabel 4.2 Data rerata indeks keanekaragaman (H’) dan indeks

kemerataan (J) semut menggunakan Bait Traps dan Hand


(13)

71

Daftar Pustaka

Abdurrahman. 2008. Studi Keanekaragaman Serangga Pollinator pada

Perkebunan Apel Organik dan Anorganik. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malik Maulana Malang; Malang

Alviantono dan Amin Setyo L. 2011. Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis. MIPA jurusan Biologi; Universitas Brawijaya Malang.

Agosti, Donat, Jonathan D, Majer, dkk. 2000. Standartd Methods for measuring and Monitoring Biodiversity. Smithsonian Institution Press; Washington and London.

Agus, Y.H. 2007. Keanekaragaman Collemba, Semut, dan Laba- laba Permukaan Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan. (Disertasi) Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 127 hal.

Ariza, Yudi Safril, dkk. 2014. Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo Anura) pada Beberapa Tipe Habitat di Youth Camp Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol 2 No.1. Januari 2014 (21-30).

Bhakti, A. R. 2006. Kelimpahan dan Keanekaragaman semut (formicidae) di lantai hutan gunung Burangrang. UPI; Bandung.

Blackwell, Wiley. 2013. Conservation Biologi Voices from the tropics.The Atrium, Southern Gate,. Chischester.West Sunsex.

Buletin Konsumsi Pangan.2013. Pusat data dan informasi Pertanian.Volume 4 nomor.1. 2013, http://www.deptan.go.id

Bolton B. 2003. Synopsis and Clasification of formicidae. the American Entomological Institute.

Borror, Triplehorn dan Johnson. 1996. Penegenalan Pelajaran Serangga, edisi ke enam. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press.

Cadapan, E.P; M. Moezir dan A.A. Prihatin. 1990. Semut Hitam. Berita Perlindungan Tanaman Perkebunan 2 (1): 5-6.


(14)

72

Ferdiansyah, Ahmad. 2008. Kelimpahan dan Keanekaragaman Semut

(Hymenoptera : Formicidae) pada Pertanaman Cruciferae Organnik dan Konvensional di Kenagarian Aie Angek Kabupaten Tanah Datar. (Skripsi) Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.

Gotwald, W. H. 1982. “Army Ants”.http://antbase.org/ants/ publications/11022/ 11022.pdf. 1 Januari 2014.

Hasyim, M Asmuni. 2009. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah pada

perkebunan jeruk organik dan anorganik di kota Batu. UIN; Malang.

Hashimoto, dan Homathevi. R. 2003. Inventory & Collection total protocol for understanding of biodiversity. Universiti Malaysia Sabah; Malaysia.

Hasan, T. 1984. Rayap dan Pemberantasannya. Yayasan Pembinaan Watak dan Bangsa. Jakarta.

Herwina, Dr. Henny , Yarherwandi dan Salmah. 2008. Hibah Bersaing : Struktur Komunitas dan Peranan Ekologi semut sebagai Predator Serangga Hama pada beberapa Tipe Lanskap di Sumatra Barat. Biologi FMIPA; Universitas Andalas.

Krebs. 1978. Ecology. The Experimental Analysis of Distribution and Abudance, Third Edition. Harper and Row Publisher, New York.

Latumahina, S Fransina. 2011. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Terhadap Keanekaragaman Semut Alam Hutan Lindung Gunnung Nona-Ambon. UGM; Yogyakarta. Journal AgroforestriVol. IV no.1 maret 2003.

Leksono, Amin Setyo. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayu Media. Malang Jatim.

Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Aplikasi dan Aplikatif. PT Refika ADITAMA; Malang.

Matthews, E.G., Kitching, R.L. (1984). Insec Ecology, 2nd edition. Queensland; University of Queensland Press.

Noor, M.F. 2008. Diversitas Semut (Hymenoptera, Formicidae)di beberapa ketinggian vertikal di kawasan Cagar Alam Telaga Warna Jawa Barat. IPB; Bogor.

Naim, Abu. 2009. Studi Keanekaragaman Serangga pada Perkebunan Organik dan Anorganik di kota Batu. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malik Maulana Malang; Malang.


(15)

73

Pelawi, Abadi Pramana. 2009. Indek Keragaman Jenis Serangga pada beberapa ekosistem di areal perkebunan PT.UMBUL MAS WIESA Kab.Labuhan Batu.USU; Medan.

Prihatman, K. 2000. Jeruk (Sitrus sp.) Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS; Jakarta.

Rizal, Syamsul, dkk. 2011. Keanekaragaman Semut Predator Permukaan Tanah (Hymenoptera: Formicidae) di Perkebunan Kelapa Sawit SPPN Sembawa Banyuasin. Jurnal ISSN Sainmatika. Vol 1 juni 2011, hal 37-42.

Shattuck, S. O. (1999). Australian Ants, Their Biology and Identification, Vol.3.

Collingwood Australia: CSIRO Publication.

Smith, R. L. 1992. Elements of Ecology. Third Edition, Chapman and Hall., New

York.

Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional.

Southwood, T.R.E. 1978. Ecoligical Method, 2nd Edition. Wiltshire; Chapman dan Hall.

Sugiyono, Prof. Dr. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Alfabeta; Bandung.

Ummi, Zuh Rafal. 2007. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI (Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pauruan ).Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi; Universitas Negeri Malang.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Widjaja, E.A.,Maryanto, I.,Wowor.D. and Prijono, S.N (eds). 2011. Status Keanekaragaman Hayati (Status of the Indonesian Biodiversity). Jakarta; LIPI Press.

Wijaya, Setiawan Yuniar. 2007. Kolonisasi Semut Hitam ( Dolichoderus thoracicus Smith ) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Pemberiaan Pakan Alternatif. Universitas Sebelas Maret; Semarang.

Yahya, H. (2004). Menjelajahi Dunia Semut. (online). Tersedia:


(16)

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jeruk (Citrus sp.) merupakan komoditas buah yang memiliki potensi pasar cukup besar dan bernilai ekonomi tinggi. Banyak manfaat yang dimiliki oleh buah jeruk, diantaranya kandungan vitamin C yang tinggi, kulitnya dapat menghasilkan minyak yang dapat diolah menjadi mewangian, beberapa jenis jeruk dapat digunakan sebagai obat tradisional (Prihatman, 2000).

Di Indonesia Jeruk menempati tanaman buah kedua terbesar produksinya, yaitu sekitar 2.479.852 ton dengan sumbangan sebesar 15,34% terhadap produksi buah nasional (Deptan 2007). Jawa timur merupakan salah satu provinsi produsen jeruk terbesar kedua dengan persentase kontribusi mencapai 18,97% dari total produksi jeruk Indonesia (Pusdatin Kementan, 2013), dan salah satu daerah penopang sentra produksi di wilayah ini adalah kabupaten Malang, yakni desa Selorejo.

Desa Selorejo merupakan sentra produksi jeruk yang termasuk dalam wilayah kecamatan Dau kabupaten Malang. Produksi jeruk yang dihasilkan pada daerah ini cukup signifikan pertahunnya, tercatat pada tahun 2011 produksi jeruk yang dihasilkan mencapai 25-30 ton/Ha. Teknik pengelolaan dan pengendalian hama perkebunan jeruk ini masih tergolong konvensional, sehingga menjadikan penggunaan pestisida dalam pengendaliaan hama menjadi solusi utama yang sering digunakan oleh para petani jeruk, padahal menurut Shofiatun (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa teknik pengelolaan dan pengendalian hama


(18)

2

yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap produktifitas jeruk yang dihasilkan baik dari segi kuantitas ataupun kualitas.

Pertumbuhan produksi jeruk di Indonesia pada tiap tahunnya tidak selalu mengalami kenaikan, tercatat pertumbuhan terakhir produksi jeruk tahun 2011 sampai 2012 mengalami penurunan dari 1,82 juta ton menjadi 1,62 juta ton (BPS dan Dirjen Hortikultura, 2013). Selain kenaikan impor jeruk yang tinggi, permasalahan utama yang dihadapi petani dalam pengembangan jeruk adalah adanya serangan hama dan penyakit serta teknologi pengendaliannya yang belum berkembang dengan baik (Nurhadi dan Djatmiadi, 2008). Petani mengantisipasi serangan hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida, dengan harapan tidak akan ada hama dan penyakit di perkebunannya.

Menurut Untung (2006), penggunaan pestisida dalam ekosistem secara terus menerus dapat mengakibatkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan. Berbagai kasus membuktikan bukan hanya pencemaran lingkungan yang terjadi tetapi juga penurunan keanekaragaman musuh alami hama dan serangga yang berguna dalam ekosistem, serta munculnya hama resisten terhadap pestisida tersebut. Untuk mengurangi berbagai permasalahan lingkungan tersebut, diperlukan pengelolaan hama dengan pendekatan baru, yaitu pengelolaan hama berbasis ekologi, yakni pengelolaan hama dengan memanfaatkan keanekaragaman serangga predator (musuh alami) sebagai pengendali hama dalam suatu ekosistem. Subianto (2008, dalam Naim 2009) menjelaskan bahwa studi keanekaragaman serangga merupakan langkah awal dalam penanggulangan hama pada tanaman. Keanekaragaman dapat digunakan untuk mengetahui dan mendeteksi gangguan


(19)

3

komponen-komponen ekosistem yang ada, sehingga dapat dilakukan upaya penyeimbangan yang bersifat alamiah tanpa menggunakan pestisida kimia.

Dalam suatu ekosistem, semut merupakan salah satu seranggga dari kelas arthropoda yang mendominasi hampir semua ekosistem. Tercatat biomassa semut menurut Fittkau dan Kinge, (1973 cit. Agus, 2007) dapat mencapai lebih dari 30% total biomassa di ekosistem tropika. Beberapa hasil penelitian tentang studi keanekaragaman serangga pada perkebunan jeruk didapatkan serangga yang mendominasi pada ekosistem tersebut adalah semut (Alviantono dan Leksono, 2011). Sebelumnya, Yaherwandi (2005) melaporkan pula bahwa semut merupakan komunitas serangga yang dominan pada lanskap persawahan cianjur

Peran semut sebagai dekomposer, predator arhropoda (musuh alami), proses sirkulasi nutrisi tanah, sekresi kutu daun (aphid), pemakan bangkai dan penyebaran biji menjadikan serangga ini memiliki peran penting terhadap keseimbangan ekosistem. Pemanfaatan semut sebagai agen biologi dalam sebuah ekosistem menjadi alternatif baru dalam pengendalian hama pada suatu ekosistem, terlebih pada perkebunan jeruk serta mendukung upaya mengembalikan fungsi ekologi (biorestorasi).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian

tentang “ Studi Keanekaragaman Semut (Family Formicidae) di Perkebunan Jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang ”.


(20)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Spesies semut apa saja yang ada di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

2. Bagaimana indeks nilai penting (INP) semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

3. Bagaimana indeks keanekaragaman semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

4. Bagaimana indeks kemerataan semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi berbagai spesies semut yang ada di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?

2. Menghitung indeks indeks penting (INP) semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?

3. Menghitung indeks keanekaragaman semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?

4. Menghitung indeks kemerataan semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?


(21)

5

1.4.Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi dunia pendidikan yaitu hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam bidang kajian pendidikan lingkungan hidup, yakni pemantauan keanekaragaman spesies semut terhadap ekosistem lingkungan, khususnya perkebunan jeruk.

2. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan pengetahuan tentang pemanfaatan keanekaragaman spesies semut untuk mengetahui dan memantau kestabilan dan kerusakan suatu ekosistem, khususnya perkebunan jeruk.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati, khususnya keaenakaragaman spesies semut di perkebunan jeruk yang nantinya dapat membantu menjaga kestabilan ekosistem di dalamnya.

4. Manfaat bagi sekolah secara materi dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam pelajaran biologi, menjelaskan konsep keanekaragaman hayati di tingkat jenis atau spesies, faktor- faktor yang mempengaruhi dan upaya pelestarian keanekaragaman jenis atau spesies di Indonesia.

1.5. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pelaksanaan dalam penelitian ini maka peneliti perlu membatasi penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada semut yang berhasil dijebak dan diidentifikasi selama penelitian


(22)

6

2. Identifikasi semut dilakukan sampai tingkat genus menggunakan buku acuan Hashimoto (2003) dan identifikasi sampai tingkat spesies dengan bantuan ahli dari laboratorium Entomologi UGM Yogyakarta.

3. Lokasi penelitian dilakukan di perkebunan jeruk desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

1.6. Definisi Istilah

1. Studi adalah kajian ilmiah; kajian; telaahan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas edisi Ketiga, 2003).

2. Keanekaragaman menurut Pielou (1975, dalam Abdurrahman 2008) adalah jumlah spesies yang ada pada suatu waktu dalam komunitas tertentu.

3. Semut (Formicidae) adalah serangga dalam ordo Hymenoptera yang ditemukan pada hampir setiap jenis ekosistem kecuali di daerah kutub dan memiliki beragam peran dalam ekosistem dan sangat melimpah di kepulauan dan daratan yang luas dan diperkirakan mencapai 15.000 spesies. Serangga ini memiliki peran sebagai indikator ekologi untuk menilai ekosistem karena mudah dikoleksi dan diidentifikasi (Bolton, 1994 dan Wilson 1976 dalam Fransina S.Latumahina 2011).

4. Tanaman Jeruk adalah tumbuhan yang termasuk keluarga Citrus, pada ketiak terdapat duri, mempunyai beberapa jenis dan varietas (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas (2003)).


(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jeruk (Citrus sp.) merupakan komoditas buah yang memiliki potensi pasar cukup besar dan bernilai ekonomi tinggi. Banyak manfaat yang dimiliki oleh buah jeruk, diantaranya kandungan vitamin C yang tinggi, kulitnya dapat menghasilkan minyak yang dapat diolah menjadi mewangian, beberapa jenis jeruk dapat digunakan sebagai obat tradisional (Prihatman, 2000).

Di Indonesia Jeruk menempati tanaman buah kedua terbesar produksinya, yaitu sekitar 2.479.852 ton dengan sumbangan sebesar 15,34% terhadap produksi buah nasional (Deptan 2007). Jawa timur merupakan salah satu provinsi produsen jeruk terbesar kedua dengan persentase kontribusi mencapai 18,97% dari total produksi jeruk Indonesia (Pusdatin Kementan, 2013), dan salah satu daerah penopang sentra produksi di wilayah ini adalah kabupaten Malang, yakni desa Selorejo.

Desa Selorejo merupakan sentra produksi jeruk yang termasuk dalam wilayah kecamatan Dau kabupaten Malang. Produksi jeruk yang dihasilkan pada daerah ini cukup signifikan pertahunnya, tercatat pada tahun 2011 produksi jeruk yang dihasilkan mencapai 25-30 ton/Ha. Teknik pengelolaan dan pengendalian hama perkebunan jeruk ini masih tergolong konvensional, sehingga menjadikan penggunaan pestisida dalam pengendaliaan hama menjadi solusi utama yang sering digunakan oleh para petani jeruk, padahal menurut Shofiatun (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa teknik pengelolaan dan pengendalian hama


(2)

2

yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap produktifitas jeruk yang dihasilkan baik dari segi kuantitas ataupun kualitas.

Pertumbuhan produksi jeruk di Indonesia pada tiap tahunnya tidak selalu mengalami kenaikan, tercatat pertumbuhan terakhir produksi jeruk tahun 2011 sampai 2012 mengalami penurunan dari 1,82 juta ton menjadi 1,62 juta ton (BPS dan Dirjen Hortikultura, 2013). Selain kenaikan impor jeruk yang tinggi, permasalahan utama yang dihadapi petani dalam pengembangan jeruk adalah adanya serangan hama dan penyakit serta teknologi pengendaliannya yang belum berkembang dengan baik (Nurhadi dan Djatmiadi, 2008). Petani mengantisipasi serangan hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida, dengan harapan tidak akan ada hama dan penyakit di perkebunannya.

Menurut Untung (2006), penggunaan pestisida dalam ekosistem secara terus menerus dapat mengakibatkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan. Berbagai kasus membuktikan bukan hanya pencemaran lingkungan yang terjadi tetapi juga penurunan keanekaragaman musuh alami hama dan serangga yang berguna dalam ekosistem, serta munculnya hama resisten terhadap pestisida tersebut. Untuk mengurangi berbagai permasalahan lingkungan tersebut, diperlukan pengelolaan hama dengan pendekatan baru, yaitu pengelolaan hama berbasis ekologi, yakni pengelolaan hama dengan memanfaatkan keanekaragaman serangga predator (musuh alami) sebagai pengendali hama dalam suatu ekosistem. Subianto (2008, dalam Naim 2009) menjelaskan bahwa studi keanekaragaman serangga merupakan langkah awal dalam penanggulangan hama pada tanaman. Keanekaragaman dapat digunakan untuk mengetahui dan mendeteksi gangguan


(3)

3

komponen-komponen ekosistem yang ada, sehingga dapat dilakukan upaya penyeimbangan yang bersifat alamiah tanpa menggunakan pestisida kimia.

Dalam suatu ekosistem, semut merupakan salah satu seranggga dari kelas arthropoda yang mendominasi hampir semua ekosistem. Tercatat biomassa semut menurut Fittkau dan Kinge, (1973 cit. Agus, 2007) dapat mencapai lebih dari 30% total biomassa di ekosistem tropika. Beberapa hasil penelitian tentang studi keanekaragaman serangga pada perkebunan jeruk didapatkan serangga yang mendominasi pada ekosistem tersebut adalah semut (Alviantono dan Leksono, 2011). Sebelumnya, Yaherwandi (2005) melaporkan pula bahwa semut merupakan komunitas serangga yang dominan pada lanskap persawahan cianjur

Peran semut sebagai dekomposer, predator arhropoda (musuh alami), proses sirkulasi nutrisi tanah, sekresi kutu daun (aphid), pemakan bangkai dan penyebaran biji menjadikan serangga ini memiliki peran penting terhadap keseimbangan ekosistem. Pemanfaatan semut sebagai agen biologi dalam sebuah ekosistem menjadi alternatif baru dalam pengendalian hama pada suatu ekosistem, terlebih pada perkebunan jeruk serta mendukung upaya mengembalikan fungsi ekologi (biorestorasi).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “ Studi Keanekaragaman Semut (Family Formicidae) di Perkebunan Jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang ”.


(4)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Spesies semut apa saja yang ada di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

2. Bagaimana indeks nilai penting (INP) semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

3. Bagaimana indeks keanekaragaman semut di perkebunan jeruk desa

Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

4. Bagaimana indeks kemerataan semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi berbagai spesies semut yang ada di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?

2. Menghitung indeks indeks penting (INP) semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?

3. Menghitung indeks keanekaragaman semut di perkebunan jeruk desa

Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?

4. Menghitung indeks kemerataan semut di perkebunan jeruk desa Selorejo kecamatan Dau Kabupaten Malang?


(5)

5

1.4.Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi dunia pendidikan yaitu hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam bidang kajian pendidikan lingkungan hidup, yakni pemantauan keanekaragaman spesies semut terhadap ekosistem lingkungan, khususnya perkebunan jeruk.

2. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan pengetahuan tentang pemanfaatan keanekaragaman spesies semut untuk mengetahui dan memantau kestabilan dan kerusakan suatu ekosistem, khususnya perkebunan jeruk.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati, khususnya keaenakaragaman spesies semut di perkebunan jeruk yang nantinya dapat membantu menjaga kestabilan ekosistem di dalamnya.

4. Manfaat bagi sekolah secara materi dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam pelajaran biologi, menjelaskan konsep keanekaragaman hayati di tingkat jenis atau spesies, faktor- faktor yang mempengaruhi dan upaya pelestarian keanekaragaman jenis atau spesies di Indonesia.

1.5. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pelaksanaan dalam penelitian ini maka peneliti perlu membatasi penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada semut yang berhasil dijebak dan diidentifikasi selama penelitian


(6)

6

2. Identifikasi semut dilakukan sampai tingkat genus menggunakan buku acuan Hashimoto (2003) dan identifikasi sampai tingkat spesies dengan bantuan ahli dari laboratorium Entomologi UGM Yogyakarta.

3. Lokasi penelitian dilakukan di perkebunan jeruk desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

1.6. Definisi Istilah

1. Studi adalah kajian ilmiah; kajian; telaahan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas edisi Ketiga, 2003).

2. Keanekaragaman menurut Pielou (1975, dalam Abdurrahman 2008)

adalah jumlah spesies yang ada pada suatu waktu dalam komunitas tertentu.

3. Semut (Formicidae) adalah serangga dalam ordo Hymenoptera yang ditemukan pada hampir setiap jenis ekosistem kecuali di daerah kutub dan memiliki beragam peran dalam ekosistem dan sangat melimpah di kepulauan dan daratan yang luas dan diperkirakan mencapai 15.000 spesies. Serangga ini memiliki peran sebagai indikator ekologi untuk menilai ekosistem karena mudah dikoleksi dan diidentifikasi (Bolton, 1994 dan Wilson 1976 dalam Fransina S.Latumahina 2011).

4. Tanaman Jeruk adalah tumbuhan yang termasuk keluarga Citrus, pada ketiak terdapat duri, mempunyai beberapa jenis dan varietas (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas (2003)).