INTERVENSI KASUS KELOMPOK PELATIHAN KEPE
RAHASIA KASUS KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU NURUL ISLAM YOGYAKARTA
Laporan Praktik Kerja Profesi Psikologi
Bidang Pendidikan
Dosen Pembimbing Dr. Wisjnu Martani SU
Disusun oleh : Erlyani Fachrosi 13/356716/PPS/2816 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI BIDANG PENDIDIKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015
RAHASIA
RAHASIA
RAHASIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang Pendidikan Universitas Gadjah Mada.
Penulis menyadari dalam penyelesaian PKPP ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak mulai dari praktik di lapangan sampai dengan penyelesaian laporan ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Ibu Dr.Wisjnu Martani, SU, Psi selaku Dosen Pembimbing dan Koordinator Bidang Psikologi Pendidikan yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan dukungan selama Praktik Kerja Profesi Psikologi.
2. Ibu Dr. Endang Widyorini, Psi selaku Dosen Penguji HIMPSI atas masukan dan bimbingannya untuk penyempurnaan laporan ini.
3. Bapak Drs. Amrizal Rustam, SU, Psi selaku dosen internal yang telah memberikan masukan saat penerjunan ke SD.
4. Orang tua dan adik penulis atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang setiap saat
5. Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Pendidikan Angkatan X, khususnya teman-teman kelompok 1 PKPP yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan PKPP.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SD IT Alam Nurul Islam, kepada Bapak Kepala Sekolah Muhammad Ariefuddin, S.Si, atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SD ini, kepada mbak Novia Fetria Aliza, M.Psi, Psi., selaku Supervisor Lapangan yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan PKPP, dan ustadzah dan ustadz selaku wali kelas VB.
Serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada siswa-siswi kelas VB beserta orang tua yang bersedia menjadi partner belajar dalam proses ini.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk dunia pendidikan, berkaitan dengann bullying.
Yogyakarta, Juli 2015 Penulis
Erlyani Fachrosi, S.Psi
I. IDENTITAS
A. Identitas Sekolah
Nama : SD Islam Terpadu Nurul Islam Alama
: Jalan ringroad barat cambahan nogotirto, Gamping . Sleman, DIY 55292
: sditalam@gmail.com
Web : http://www.sekolahalamjogja.com/ NSS
Berdiri sejak
Tanggal SK pendirian
: 19 April 2004
No. SK Pendirian : 071/KPTS/PEND.SLM/IV/2004 Kepala Dinas . . Pendidikan Kabupaten Sleman
2 Luas Lahan : 4.996 m
Status Tanah
: Sertifikat Hak Milik
B. Profil Sekolah
1. Sejarah singkat sekolah Sekolah Dasar Islam Terpadu Alam Nurul Islam berdiri tahun 2002, konsep belajar menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, berpikir ilmiah, dan menunmbuhkan jiwa kepemimpinan. Kelas yang ada di sana tidak seperti kelas-kelas sekolah formal lainnya, yaitu satu sisi temboknya hanya setinggi pusar orang dewasa. Semua kelas yang ada di SDIT Alam Nurul Islam adalah parallel A,B, dan C. Setiap satu kelas berisi 25 siswa yang diasuh oleh dua guru, yakni guru pendamping dan guru pembina. Meskipun memiliki kelas, pembelajaran tidak hanya di kelas saja, tetapi juga pembelajaran di luar kelas, lapangan, atau kebun.
2. Visi Sekolah Menjadi sekolah yang membina dan mendampingi anak dalam mengembangkan potensinya menuju berkepribadian Islami dengan 2. Visi Sekolah Menjadi sekolah yang membina dan mendampingi anak dalam mengembangkan potensinya menuju berkepribadian Islami dengan
3. Misi
a. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
b. Membiasakan berpikir ilmiah
c. Menumbuhkan jiwa kepemimpinan
4. Tujuan
a. Menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan sehingga murid memahami dan melaksanakan islam sebagai sistem hidup
b. Menanamkan dasar-dasar kecerdasan dan keterampilan belajar sehingga murid dapat memahami fenomena alam dan sosial serta dapat menyelesaikan masalah sehari-hari
c. Menanamkan dasar-dasar kepemimpinan sehingga murid dapat memimpin diri dan orang lain
d. Mempersiapkan murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
5. Jumlah Siswa
Tabel 1. Jumlah Siswa
II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN
Berdasarkan pemaparan dari Unit Pelayanan Psikologi, terdapat pengaduan dari orang tua siswa mengenai kasus bullying yang ada di sekolah. Siswa pindahan yang berada di kelas VB menjadi korban bahan ejekan di kelas. Korban sampai tidak masuk sekolah dan meminta pindah sekolah. Perilaku bullying di Berdasarkan pemaparan dari Unit Pelayanan Psikologi, terdapat pengaduan dari orang tua siswa mengenai kasus bullying yang ada di sekolah. Siswa pindahan yang berada di kelas VB menjadi korban bahan ejekan di kelas. Korban sampai tidak masuk sekolah dan meminta pindah sekolah. Perilaku bullying di
Perilaku bullying ini dilakukan oleh pelaku yang dominan di kelas yang kemudian diikuti oleh teman-teman lain untuk mengintimidasi teman yang lebih lemah di kelas. Korban-korban dari pelaku bullying ini seperti anak pindahan, pendiam, anak yang memiliki perilaku aneh seperti anak laki-laki yang gemulai, anak yang memiliki prestasi akademik rendah, serta siswa perempuan. Tindakan bullying ini menimbulkan efek negatif terhadap korban seperti menangis, tidak masuk sekolah, dan keinginan untuk pindah.
Pelaku bullying di kelas VB biasanya dilakukan oleh beberapa siswa dominan yang juga diikuti oleh beberapa pengikutnya. Teman-teman lain terkadang menjadi saksi dari perilaku bullying tersebut dan terkadang juga terikut untuk membully teman yang lain. Sehingga pelaku bullying yang awalnya hanya beberapa orang menjadi menguat akibat dukungan dari teman-teman lain yang lebih banyak menonton terkadang ikut serta menjadi pelaku bullying .
Tujuan pendampingan adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan munculnya perilaku bullying di kelas V B di SD IT Alam Nurul Islam dan memberikan intervensi yang sesuai.
III. PROSEDUR ASESMEN DAN HASIL ASESMEN
A. Prosedur Asesmen
Tabel 2. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
11, 25Maret 2015 awal yang dihadapi
Mengetahui permasalahan Wawancara Kepala
14, 16 April 2015 sekolah berkaitan dengan
Sekolah
Wakil kepala perilaku bullying sekolah bagian kesiswaan Unit Pelayanan Psikologi
Dokumentasi Laporan kasus
25 Maret 2015
bullying
Gambaran perilaku
26, 30 Maret 2015 bullying yang ada di kelas
Wawancara Guru
pendamping
7,15,16 April 2015
VB Guru pembina
1. Mengetahui kapan,
Siswa-siswi
bagaimana perilaku
kelas VB
bullying di kelas
2. Mengetahui dampak perilaku bullying di kelas
3. Mengetahui anak- anak yang menjadi pelaku, korban, dan saksi
30 Maret 2015 yang terjadi
Bentuk perilaku bullying Observasi
Siswa kelas
VB 6 April 2015 Mengukur kejadian
Skala
Siswa kelas
27, 30 Maret 2015
VB
bullying Psikologi
1. Bentuk-bentuk perilaku bullying yang sering terjadi
2. Identifikasi saksi bullying
3. Perilaku bertanggung jawab saksi
B. Hasil Asesmen
1. Hasil wawancara
a. Wawancara kepala sekolah Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, permasalahan yang kerap kali terjadi di sekolah adalah kasus bullying . Hal ini selalu terjadi tiap tahunnya di kalangan siswa SD. Sekolah selalu berupaya untuk menangani kasus ini bersama dengan tim psikologi. Langkah awal yang dilakukan sekolah adalah memberi pembekalan kepada guru mengenai pengetahuan tentang bullying yang terjadi pada anak-anak. Hal ini dilakukan dalam pertemuan guru saat pemberian parenting skill berupa pengetahuan tentang bullying yang diisi oleh pakarnya. Kasus bullying biasanya terjadi di kelas atas (yakni kelas 4-6 SD) dibandingkan kelas bawah (1-3 SD). Laporan mengenai kasus bullying ini biasanya dilakukan oleh kelas atas terhadap siswa kelas bawah, seperti agresi verbal, pertengkaran kontidak fisik dan perselisihan antar kelompok (biasanya disebut gang) di sekolah.
b. Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Berdasarkan hasil wawancara dengan wakasek kesiswaan menyatakan bahwa kasus bullying terjadi di setiap gedung yang ada di sekolah. Pembagian tiga gedung utama dengan membagi kelas atas dan kelas bawah untuk tujuan agar siswa senior mengayomi siswa junior. Namun kenyataannya, kondisi ini malah memunculkan perilaku bullying dari senior ke juniornya. Siswa kelas atas sering memperlakukan siswa kelas bawah dengan semena-mena. Belum lagi perselisihan antar kelompok putra dan putri. Biasanya perilaku bullying di sekolah lebih banyak mengenai agresi verbal dibandingkan agresi fisik. Bullying di sekolah selalu dilakukan oleh siswa/i yang dominan yang diikuti atau didukung oleh siswa lainnya sehingga melakukan bullying dalam kelompok.
c. Wawancara Unit Pelayanan Psikologi Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa keluhan bullying ini diketahui dari orang tua siswa yang berada di kelas VB. Orang tua mengadu bahwa anaknya yang merupakan siswa pindahan dari Jepang berulang kali mengatakan ingin pindah sekolah dan terkadang enggan untuk berangkat ke sekolah. Anaknya merasa tidak nyaman ketika di sekolah karena sering kali diganggu oleh siswa laki-laki di kelasnya. Saat di kelas anak tersebut sering diejek bodoh karena tidak paham ketika guru menjelaskan. Selain siswa baru tersebut, tim psikologi juga menerima keluhan dari guru kelasnya, bahwa terdapat beberapa anak yang rentan menjadi korban bullying . Ada siswa yang yang berperilaku layaknya seperti perempuan yang juga menjadi bahan ejekan di kelas. Lainnya siswa yang pendiam di kelas, terkadang siswa menjadi dikucilkan oleh temannya, sengaja diasingkan saat bermain di luar jam pelajaran, dan beberapa tidak ingin satu kelompok belajar dengan siswa tersebut. Perilaku bullying siswa di kelas VB tidak sampai pada agresi fisik, perilaku dominan yang terjadi sering kali adalah agresi verbal seperti mengejek teman dengan sebutan yang tidak mereka sukai, memasangkan teman laki-laki dan perempuan, dan mengasingkan teman saat bermain.
d. Wawancara guru kelas VB Berdasarkan wawancara dengan guru pendamping dan pembina menyatakan bahwa perilaku bullying di kelas tidak sampai kepada agresi fisik. Namun perilaku bullying yang terjadi lebih kepada agresi verbal. Anak-anak sering mengejek anak lainnya dengan sebutan yang tidak mereka sukai. Korban dari perilaku mereka menyasar kepada anak-anak tertentu saja. Terdapat beberapa anak di kelas yang selalu menjadi bahan ejekan di kelas, yakni anak pindahan, anak yang pendiam, dan anak yang memiliki perilaku yang dianggap aneh oleh teman-temannya.
Dampak dari perilaku tersebut tidak jarang membuat anak tidak ingin berangkat sekolah. Respon langsung dari perilaku bullying seperti beberapa anak yang menangis. Guru berupaya untuk mengingatkan anak-anak lain untuk menjaga cara bicaranya, hanya saja guru mengakui bahwa siswa-siswi di kelas ini selalu berargumen. Selain antar kelompok pelaku bullying dan korban, perselisihan di kelas juga sering terjadi antara kelompok putra dan kelompok putri.
Guru merasa hanya beberapa anak yang mau mengadukan kejadian yang dilihatnya di kelas maupun di luar kelas. Bullying yang pernah dilihat guru biasanya dalam bentuk verbal di kelas. Sedangkan bullying fisik tidak pernah secara langsung dilihat guru. Menurut guru bullying fisik terjadi ketika jam- jam istirahat saat di luar kelas. Guru melihat bullying yang terjadi sering karena adanya dukungan teman sebaya dengan cara berkelompok. Sehingga siswa menjadi lebih berani ketika mengejek atau berbuat sesuatu yang kurang baik terhadap temannya.
e. Wawancara kelompok siswi Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok siswi di kelas VB menyatakan bahwa di kelas kelompok siswa sering berkelompok menjadi satu geng dan sering membuat keributan di kelas. Kelompok putra sengaja mengejek siswa lain dengan sebutan nama julukan yang tidak dipahami siswa tersebut, kemudian menertawakannya. Selain itu di kelas, beberapa anak sengaja memasangkan siswa putra dengan siswa putri sebagai bahan ejekan e. Wawancara kelompok siswi Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok siswi di kelas VB menyatakan bahwa di kelas kelompok siswa sering berkelompok menjadi satu geng dan sering membuat keributan di kelas. Kelompok putra sengaja mengejek siswa lain dengan sebutan nama julukan yang tidak dipahami siswa tersebut, kemudian menertawakannya. Selain itu di kelas, beberapa anak sengaja memasangkan siswa putra dengan siswa putri sebagai bahan ejekan
Kelompok siswa putri sering melihat kejadian teman lain saling mengejek dan membuat gossip . Hanya beberapa anak tertentu saja yang berani memperingatkan teman yang sengaja mengejek untuk berhenti. Sedangkan kebanyakan siswa memilih untuk diam atau tidak sengaja juga ikut menertawakan teman lainnya.
f. Wawancara kelompok siswa Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok siswa menyatakan bahwa terdapat beberapa anak yang dominan di kelas. Anak yang dominan tersebut selalu diikuti oleh anak lainnya sehingga membentuk kelompok tertentu. Beberapa anak yang tidak bergabung memilih untuk bermain di luar kelompok tersebut. Kelompok tersebut selalu membuat bahan ejekan tertentu yang hanya diketahui kelompok tersebut saja dan sering menertawakannya. Selain itu juga terdapat beberapa anak laki-laki yang suka mengusili teman tertentu, seperti mendorong, memukul, dan mengejek.
Teman yang melihat kejadian ini terkadang hanya diam saja. Biasanya siswa putri yang akan mengadu kepada guru. Alasan siswa membiarkan kejadian ini karena menganggap hal tersebut kejadian yang lucu, ataupun takut memperingatkan karena akan menjadi sasaran selanjutnya. Selain di kelas, beberapa siswa mengaku pernah melihat kejadian pertengkaran kecil yang dilakukan siswa lain saat jam istirahat di GOR.
g. Kesimpulan hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kejadian bullying yang terjadi di kelas VB sering berupa perilaku mengejek yang dilakukan siswa yang lebih dominan. Pelaku bullying tidak banyak, hanya saja yang terjadi adalah saksi yang melihat kejadian bullying kerap memperkuat pelaku bullying seperti ikut menertawakan, ikut serta menyuarakan ejekan, dan terkadang diam saja. Hanya sedikit siswa yang berani melaporkan kejadian g. Kesimpulan hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kejadian bullying yang terjadi di kelas VB sering berupa perilaku mengejek yang dilakukan siswa yang lebih dominan. Pelaku bullying tidak banyak, hanya saja yang terjadi adalah saksi yang melihat kejadian bullying kerap memperkuat pelaku bullying seperti ikut menertawakan, ikut serta menyuarakan ejekan, dan terkadang diam saja. Hanya sedikit siswa yang berani melaporkan kejadian
2. Hasil observasi
a. Observasi selama pelajaran Ketika pelajaran berlangsung, kelompok siswa-siswa yang tergabung pada kelompok tertentu duduk saling berdekatan di belakang kelas. Siswa-siswa dari kelompok ini langsung membuat keributan di kelas. Ketika guru menjelaskan dan ada siswa yang bertanya, salah satu siswa dari kelompok tersebut menyuarakan suatu istilah tertentu terhadap siswa tersebut. Sehingga teman-teman satu kelompoknya tertawa kecil. Teman-teman lain yang tidak mengerti hanya memandangi kelompok siswa tersebut.
Ketika satu siswa diminta guru menempelkan kertas di belakang kelas. Siswa yang dimintai guru dengan sengaja menjitak kepala salah satu siswa yang sedang menulis sehingga siswa tersebut mengeluh kesakitan. Teman- teman yang duduk di sekitar siswa yang dijitak tersebut hanya melihat dan tidak merespon apapun. Ketika kembali siswa yang menjitak tadi dengan sengaja mengejek anak terrsebut kemudian diikuti dengan tertawaan dari teman lainnya. Selain itu anak tersebut juga sengaja melempar bola yang dikenai ke tubuh anak lain. Guru yang melihat kejadian ini mengingatkan kepada siswa untuk tidak mengulanginya.
b. Observasi selama istirahat Guru mempersilakan siswa/i di kelas untuk beristirahat, sebagian siswa putra yang sering berkelompok langsung menuju ke arah gedung olahraga untuk bermain sepak bola. Beberapa siswa putra tinggal di kelas untuk menggambar. Satu siswa putra yang akan menuju ke lapangan sengaja membuat lelucon tentang satu teman putra yang dianggap feminine dan satu siswi yang pendiam di kelasnya. Siswa tersebut mengejek bahwa siswa dan siswi tersebut cocok menjadi pasangan. Reaksi dari kedua anak tersebut hanya diam, teman-teman yang lain mendengarnya dan membiarkan siswa yang mengejek tersebut.
Sedangkan kelompok siswi yang akan menuju ke lantai dasar secara mengelompok dan meninggalkan satu siswi yang pendiam tersebut tanpa mengajak bersama. Siswi tersebut tetap tinggal di kelasnya dan setelah beberapa saat pergi sendirian. Kelompok siswa yang sedang bermain bola di gor bermain bersama. Ada siswa yang ingin ikut bermain sedangkan kelompok tersebut sengaja menghiraukan temannya yang ingin ikut. Permainan bola tersebut bermain bersama dengan kelas sebelah. Saat bermain, salah satu tim kelas VB secara sengaja didorong oleh siswa kelas lain karena tidak sengaja menyenggolnya. Siswa tersebut mengancam dengan memberikan tinju di depan wajahnya. Siswa tersebut diam saja dan sengaja menghindar. Teman-teman yang lain menghiraukan dan tetap memainkan permainannya.
c. Kesimpulan hasil observasi Perilaku bullying yang sering muncul di kelas V B adalah perilaku mengejek teman dengan nama julukan tertentu. Perilaku bullying yang muncul di kelas diperkuat oleh saksi-saksi bullying seperti ikut menertawakan dan meneriaki sehingga mendukung pelaku bullying dan perilaku mengejek semakin menguat. Perilaku lainnya berupa sengaja mengabaikan atau mengasingkan teman tertentu dan tidak melibatkannya ke dalam kelompok. Perilaku siswa yang menyaksikan kejadian bullying tersebut cenderung mendiamkan kejadian tersebut dan terkadang ikut serta mendukung seperti ikut menertawakan ejekan yang dilontarkan oleh pelaku bullying .
3. Data sekunder
a. Kuesioner Pengalamanku Berdasarkan hasil kuesioner “Pengalamanku di Sekolah” yang disusun oleh Fadhlia (2010) didapatkan hasil perilaku bullying selama kurun waktu seminggu terakhir di kelas VB menunjukkan bahwa kejadian yang sering dialami siswa di sekolah adalah perilaku memanggil nama julukan, menertawai teman, menyembunyikan barang, meneriaki, mengancam, menakut-nakuti dan sengaja tidak memperbolehkan bermain. Perilaku lain a. Kuesioner Pengalamanku Berdasarkan hasil kuesioner “Pengalamanku di Sekolah” yang disusun oleh Fadhlia (2010) didapatkan hasil perilaku bullying selama kurun waktu seminggu terakhir di kelas VB menunjukkan bahwa kejadian yang sering dialami siswa di sekolah adalah perilaku memanggil nama julukan, menertawai teman, menyembunyikan barang, meneriaki, mengancam, menakut-nakuti dan sengaja tidak memperbolehkan bermain. Perilaku lain
b. Skala Identifikasi saksi Berdasarkan skala identifikasi saksi yang disusun oleh Fadhlia (2010) dimana semakin tinggi skor jawaban mengidentifikasi siswa yang bersangkutan sebagai saksi. Syarat untuk menjadi saksi rentang skor skala identifikasi 7-10. Skala identifikasi disebar keseluruh siswa kelas VB didapatkan data siswa yang menjadi saksi bullying sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Identifikasi Saksi Bullying
No Klien
Skor
Jenis Saksi
1. DAN
7 Penonton apatis
2. AAAZ
7 Penonton biasa
3. BFY
7 Penolong potensial
4. IKR
9 Peserta, supporter
5. KKK
7 Penonton biasa
6. MAL
7 Penonton biasa
7. MIA
7 Penonton biasa
8. PSD
7 Penonton biasa
9. RNH
8 Penolong potensial
10. HP
9 Penolong potensial
11. MKAZ
8 Penolong potensial
12. MHAF
7 Penonton biasa
c. Skala Perilaku bertanggung jawab saksi Skala tanggung jawab saksi yang disusun oleh Fadhlia (2010) dengan mengukur 3 aspek (Dubin, 2007) yakni melaporkan peristiwa bullying kepada guru, meminta bantuan pada beberapa teman yang merespon peristiwa bullying dan tidak membiarkan korban bullying sendirian. Skala terdiri 20 aitem dengan reliabilitas 0.869.
Skala diberikan kepada seluruh siswa kelas VB yang berjumlah 25 siswa. Kategorisasi skor skala bertanggung jawab berdasarkan norma hipotetik sebagai berikut:
Tabel 4. Norma Skala Perilaku Bertanggung Jawab Rumus
Kategorisasi
Rentang Hipotetik
X > 73 (Mean – 1SD) < X < (Mean + 1SD)
X >Mean + 1SD
X < 47 Ket: SD
X < ( Mean – 1SD)
Rendah
: Standar Deviasi Mean : Rata-rata Berdasarkan skala yang disebarkan kepada seluruh siswa kelas VB
didapatkan hasil perilaku tanggung jawab pada saksi seperti yang dijelaskan pada table berikut ini:
Tabel 5. Kategorisasi Perilaku Bertanggung Jawab pada Saksi Bullying
Sehingga siswa yang menjadi saksi bullying dengan perilaku tanggung jawab yang rendah sebanayak 9 siswa.
4. Dokumentasi Berdasarkan hasil survey Aryuni (2013) mengenai kasus bullying di SDIT (Aryuni, 2013) menyatakan perilaku bullying yang sering terjadi di sekolah berupa perilaku mengejek (89-94%) dan mengganggu (77-85%) sebagai perilaku yang sering terjadi di sekolah dibandingkan perilaku diancam (44- 60%) atau dijauhi oleh teman (25-50%).
C. Integrasi Data
Fenomena bullying yang terjadi di SD IT Alam Nurul Islam dalam dua tahun terakhir. Bentuk dari perilaku bullying yang sering terjadi dalam bentuk mengejek (verbal) dan mengganggu (fisik). Hal ini sering dilakukan baik siswa laki-laki maupun perempuan. Perilaku bullying yang terjadi di sekolah semakin menguat akibat adanya dukungan dari teman sekelompoknya. Awalnya bullying hanya dilakukan oleh beberapa orang namun semakin menguat karena keberadaan siswa lain yang hanya melihat sehingga memperkuat perilaku bullying dari pelaku.
Akibat dari bullying menyebabkan ada siswa yang ingin keluar dari sekolah, sengaja tidak masuk sekolah, dan terkadang terdapat beberapa siswa yang menangis karena di- bully oleh teman-temannya. Respon dari siswa lain yang melihat kejadian cenderung diam karena merasa takut menjadi korban selanjutnya. Perilaku tanggung jawab dari saksi-saksi bullying cenderung rendah untuk menghentikan bullying yang terjadi.
D. Formulasi Masalah
Bagan 1. Formulasi Masalah
Fenomena Bullying
di kelas atas (4-6 SD)
Siswa Kelas VB
Sekolah
Orang tua siswa
Lingkaran Bullying Pelaku
Guru Pembina dan
Saksi
Pendamping
Kurangnya pengetahuan
mengenai bullying Korban
Saksi memperkuat
Sedikitnya siswa
perilaku pelaku dan
yang melapor ke
di sekolah
membiarkan korban
sendiri
guru mengenai kejadian bullying
Kurangnya perilaku bertanggung jawab
Fenomena bullying sering terjadi di kelas atas yakni kelas 4-6 SD. Bullying yang terjadi berawal dari ledekan siswa terhadap siswa tertentu yang memiliki karakteristik pendiam, aneh, dan menyendiri. Perilaku bullying sering terjadi akibat dari perilaku agresif yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban yang diperkuat oleh saksi. Menurut Elliot (2002) bullying tergantung pada status dalam kelompok sebaya, sehingga keterlibatan saksi dalam kejadian bullying memegang peranan penting. Bullying muncul ketika ada penonton, sekitar 85% bullying yang terjadi dikarenakan ada saksi dari teman sebaya (Padgett & Notar, 2013). Saksi yang melihat kejadian bullying cenderung memberikan dukungan terhadap pelaku bullying berupa ikut serta mengejek dengan menertawakan korbannya ataupun membiarkan korban sendirian.
Saksi yang hanya melihat kejadian bullying dan tidak berusaha untuk bullying dikarenakan takut menjadi korban selanjutnya. Mayoritas saksi kurang mampu bertanggung jawab untuk menghentikan bullying membuat lingkaran bullying terus berputar (Padgett & Notar, 2013). Saksi yang tidak mampu menghentikan bullying biasa merasa bersalah ataupun marah (Rigby, 2007). Perilaku saksi yang tidak menolong karena tidak tahu bagaimana cara menolong korbannya, ditambah memberi tekanan teman sebaya membuat korban semakin sulit untuk mendapat pertolongan dari teman lainnya (Elliot,2002).
Jika perilaku saksi bullying dan orang di sekitarnya dirubah maka pelaku bullying akan terisolasi dan termotivasi untuk merubah perilakunya (Elliot, 2002). Kekuatan teman sebaya yang lebih efektif dalam situasi sosial dibandingkan orang dewasa karena teman sebaya mampu membawa pengaruh positif seperti mendengarkan dan menerima pendapat teman lainnya. Saksi bullying merupakan pihak potensial untuk menghentikan bullying dengan membentuk karakter saksi menjadi penolong dan menolak adanya bullying (Padgett & Notar, 2013). Elliot (2002) mengatakan bahwa program untuk mengurangi bullying di sekolah dengan melibatkan pendidikan personal, sosial, dan kesehatan melalui memberikan pelatihan keterampilan sosial dan persahabatan kepada siswa.
Pelatihan anti- bullying yang diberikan kepada siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam hal komunikasi dan empati. Dengan demikian pelatihan tersebut mampu meningkatkan perilaku kecenderungan bertanggung jawab dalam merespon bullying . Pada akhirnya, frekuensi perilaku bullying yang terjadi di kelas dapat menurun.
E. Fokus Intervensi
Fokus intervensi adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai bullying dan meningkatkan kecenderungan perilaku tanggung jawab pada saksi bullying . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadhlia (2010) menyebutkan pelatihan Kepedulian terhadap Sahabat dapat meningkatkan perilaku bertanggung jawab pada saksi bullying . Hasil penelitian tersebut berhasil
memberikan pengetahuan baru mengenai bullying dan memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku bertanggung jawab terkait bullying , seperti meminta bantuan teman, melaporkan, dan tidak membiarkan korban sendirian. Pelatihan ini dilakukan pada siswa kelas 4-5 SD dengan kriteria sudah dapat membaca dan menulis dengan baik sehingga akan dapat memahami instrumen yang digunakan. Fenomena bullying sering terjadi pada siswa kelas 4-6 SD dan saksi dapat berasal dari jenis kelamin apapun.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bullying
1. Definisi bullying Bullying adalah salah satu bentuk perilaku agresif dengan kekuatan yang tidak seimbang antara pelaku dan korban baik fisik maupun psikologis, yang dilakukan secara berulang-ulang bertujuan untuk mengganggu atau menyakiti korban yang lebih lemah (Olweus, 1993).
Rigby (2007) menjelaskan bullying merupakan perilaku yang sulit ditoleransi karena merupakan kekejaman dan penindasan yang berulang oleh pihak yang berkuasa terhadap pihak yang lemah tanpa prinsip keadilan. Elliot (2002) menambahkan bahwa bullying merupakan interaksi antara individu Rigby (2007) menjelaskan bullying merupakan perilaku yang sulit ditoleransi karena merupakan kekejaman dan penindasan yang berulang oleh pihak yang berkuasa terhadap pihak yang lemah tanpa prinsip keadilan. Elliot (2002) menambahkan bahwa bullying merupakan interaksi antara individu
2. Lingkaran bullying
Korban
A. Pelaku Bully
A G. Pembela, tidak
G menyukai bullying
B. Follower ,
B dan berusaha
terkadang ikut menolong korban melakukan
Budaya Sosial
C. Suporter ,
mengambil bagian dari
bullying
D F. Pembela pasif,
F tidak menyukai
D. Passive
E bullying tetapi tidak
Suporter tahu cara menolong
E. Penonton yg tidak terlibat
Bagan 2. Siklus bullying menurut Olweus (1993)
3. Jenis-jenis saksi Menurut Olweus (1993), jenis-jenis saksi yakni:
a. Peserta ( co-bullies ): Ikut membantu pelaku melakukan bullying (misalnya memukul, menendang, mengejek)
b. Suporter: Memberikan dukungan kepada pelaku seperti ikut bertepuk tangan, menyoraki korban agar peristiwa bullying semakin ramai.
c. Penonton biasa: Hanya menonton tanpa memberikan reaksi apa-apa, tidak bersorak dan tidak bertepuk tangan.
d. Penonton apatis: Melihat terjadinya bullying lalu pergi begitu saja meninggalkan lokasi kejadian.
e. Penolong potensial: Menyaksikan terjadinya bullying dan sangat ingin untuk menolong tetapi tidak melakukannya karena takut atau tidak tahu harus melakukan apa
4. Dampak bullying Menurut Rigby (2007) menyatakan dampak bullying dapat dirasakan oleh korban, pelaku, maupun saksi, yakni:
a. Dampak terhadap korban bullying
1) Self esteem Efek dari bullying dapat mempengaruhi korban memiliki harga diri yang
rendah sehingga siswa merasa ditolak dan memiliki kualitas yang rendah terhadap hubungan interpersonal mereka
2) Terisolasi Siswa yang sering di- bully cenderung memiliki teman yang sedikit sehingga mempermudah mereka terus di- bully oleh anak lain karena tidak memiliki dukungan. Korban yang terisolasi mudah merasa depresi dan tidak berusaha untuk menjalin pertemanan dengan anak lain
3) Absenteeism Anak yang sering di- bully cenderung menghindari untuk pergi ke sekolah dan sering merasa tidak enak badan
b. Dampak terhadap pelaku bullying
1) Delikuensi Siswa yang teridentifikasi sebagai pelaku bullying memiliki kemungkinan menjadi remaja yang delikuen sehingga berimplikasi pada masa depan mereka.
2) Tendensi depresi Pelaku bullying memiliki kemungkinan depresi karena takut dibully oleh siswa lain. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa bersalah, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan banyak berspeklasi.
c. Dampak terhadap saksi bullying
1) Perasaan bersalah Siswa yang menjadi saksi kejadian bullying cenderung merasa bersalah, sedih, dan takut menjadi korban selanjutnya.
2) Marah Saksi cenderung menjadi merasa marah dan malu karena tidak mampu berbuat sesuatu. Terkadang saksi menjadi lebih tidak peduli.
B. Perilaku Tanggung Jawab
Menurut Atlas & Pepler (1998) Kenyataan bahwa banyak siswa yang melihat kejadian bullying menjadi memperkuat ataupun membantu untuk membully dibandingkan menolong korbannya. Lebih dari 21 % anak tidak melaporkan kejadian bullying dikarenakan tidak tahu melaporkan kepada siapa. Dubin (2007) menyampaikan bahwa perilaku tanggung jawab pada saksi meliputi 3 aspek yakni melaporkan peristiwa bullying kepada guru, meminta bantuan pada beberapa teman yng merespon peristiwa bullying dan tidak membiarkan korban bullying sendirian. Sikap saksi yang bertanggung jawab akan meningkatkan dukungan terhadap korban dan menurunkan penguatan terhadap perilaku agresif pelakku (Beran, et al, 2004).
C. Pelatihan
Prinsip dari pelatihan memunculkan keterlibatan aktif dalam pengalaman belajar sebagai modal terjadinya transfer belajar yang optimal kepada penerima informasi. Ranah yang dilibatkan tidak hanya kognitif melainkan afektif dan psikomotorik, pelatihan dapat berisikan aktivitas seperti game dan teknik bermain drama (Elliot, 2002). Adapun metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode experiential learning menurut Pfeiffer & Jones ( dalam Enfield, McQuitty, & Smith, 2007), dengan tahapan:
1. Tahap Experiencing , yaitu tahap dimana peserta pelatihan diminta untuk melakukan suatu proses dalam bentuk aktivitas. Peserta akan memperoleh informasi dengan cara merasakan, berpikir, dan melakukan suatu aktivitas, baik dalam bentuk permainan, role play , studi kasus atau menonton film.
2. Tahap Publishing , yaitu tahap dimana peserta membagi pengalaman tentang reaksi dan hasil pengamatan mereka atas aktivitas yang telah dilakukan. Sehingga peserta menyampaikan pendapat tentang hal-hal yang dirasakan, dipikirkan, dan perilaku yang muncul saat mengalaminya.
3. Tahap Processing, yaitu peserta diminta untuk mengkaji aktivitas yang telah dilakukan dan menghubungkannya dengan pengalaman yang pernah dialami saat proses pelatihan ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tahap Generalizing , yaitu peserta diajak untuk menarik kesimpulan atas materi pelatihan yang telah diberikan. Tahap ini sebagai tahap persiapan dalam menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam proses pelatihan ke kehidupan sehari-hari.
5. Tahap Applying , yaitu tahap dimana peseta diminta untuk merumuskan strategi praktis yang dapat diterapkan pada konteks tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
V. INTERVENSI
A. Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi pada kelompok adalah untuk memberikan pengetahuan tentang bullying dan meningkatkan kecenderungan perilaku bertanggung jawab terhadap saksi. Sehinga pelatihan ini diharapkan mampu menumbuhkan tanggung jawab sosial saksi serta menurunkan perilaku desktruktif di kelas.
B. Rancangan Intervensi
Praktikan menggunakan intervensi berupa pelatihan kelompok untuk menangani permasalahan tersebut. Praktikan menggunakan modul pelatihan yang dituju untuk saksi bullying karya Fadhlia (2010). Rancangan pelatihan saksi bullying sebagai berikut:
1. Nama Kegiatan Pelatihan “Kepedulian terhadap Sahabat”
2. Tujuan Pelatihan Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah
a. Memberikan pemahaman mengenai pengetahuan bullying
b. Menumbuhkan tanggung jawab sosial serta menurunkan perilaku destruktif saksi
3. Aspek pelatihan dan estimasi waktu
Sesi pelatihan terbagi atas lima sesi yang diperkirakan masing-masing sesi selama 100 menit. Aspek-aspek psikologis yang dibangun dalam pelatihan pada diri saksi, meliputi:
a. Strategi koping terhadap reaksi emosi menyaksikan bullying , yaitu dapat bersikap tenang sebelum mengambil tindakan untuk merespon bullying . Siswa diajarkan mengatur nafas dengan tenang, dimulai dengan mengambil nafas lewat hidung, menahannya sebentar, lalu menghembuskan lewat mulut.
b. Empati sebagai kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan mental orang lain untuk memahami emosi dan perasaanya. Empati terhadap peristiwa bullying dapat ditumbuhkan dengan cara memberikan pengetahuan dan pemahaman menyeluruh mengenai bullying . Saksi diberikan penguatan untuk dapat mengekspresikan penghargaan serta kepedulian terhadap siswa yang rentan atau sudah menjadi korban bullying .
c. Asertivitas sebagai keterampilan untuk mengungkapkan kebutuhan dan mempertahankan hak seseorang tanpa merugikan hak orang lain. Sikap yang diajarkan kepada saksi bullying berupa melaporkan dan mencari bantuan untuk menghentikan peristiwa bullying yang sedang terjadi.
4. Kegiatan pelatihan Kegiatan yang akan dilakukan dalam pelatihan ini dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 6. Kegiatan pelatihan
Sesi Aspek
Kegiatan
Tujuan
I Empati Memberikan pemahaman Siswa mendapatkan (pemahaman
pengetahuan dan bullying )
mengenai bullying secara
menumbuhkan kesadaran
menyeluruh mengenai
(awareness)
kepada
bullying peserta terhadap bullying Siswa
dapat
Mengidentifikasi
mengidentifikasi peristiwa bullying peristiwa bullying
II Empati Menjelaskan mengenai Siswa memahami
dinamika dan lingkaran
peran penting saksi peran penting saksi
Mereview respon apa
pernah Siswa dapat
dilakukan
ketika
membedakan respon menyaksikan bullying asertif dan agresif serta
Mengukur resiko setiap
menentukan respon
respon serta membedakn
yang tepat terhadap
respon asertif dan agresif
bullying
III Asertivitas
antara Siswa memiliki (latihan
Membedakan
keinginan dan merespon
mengadu dan melapor
keberanian untuk bullying )
Menguatkan
peserta
untuk mau dan berani
melapor
melaporkan
peristiwa Siswa dapat bullying mengidentifikasi
Mengidentifikasi orang
tempat pelaporan di
dewasa di sekolah yang
sekolah dapat menjadi tempat Siswa mengetahui cara untuk melapor
aman melapor dan
Membuat alur pelaporan
mencari bantuan untuk
yang jelas dan aman
menghentikan
Latihan melapor kepada
peristiwa bullying figure otoritas di sekolah Siswa
dapat mempraktekkan
tata cara melapor Startegi
Latihan menenangkan Siswa dapat bersikap koping
diri dalam situasi yang tenang
sebelum
mengancam
mengambil tindakan untuk
Mengajarkan
teknik merespon bullying
mengatur nafas
IV Asertivitas Mengidentifikasi nama- Siswa dapat (latihan
mengidentigikasi merespon
nama teman yang dapt
teman-teman yang bullying )
dimintai bantuan untuk
bersama-sama
dapat dimintai bantuan
menghentikan peristiwa
saat terjadi bullying bullying Siswa menjadi yakin
Memberikan penguatan
untuk mengambil
mengenai kekuatan saksi
tindakan untuk menghentikan bullying
V Empati Memberikan penguatan Siswa diberi penguatan (mengeskpre
untuk dapat sikan
untuk menjadi sahabat
mengekspresikan penghargaan
bagi korban dan tidak
penghargaan terhadap dan
memberikan penguatan
siswa yang rentan atau kepedulian)
terhadap perilaku agresif
pelaku
sudah menjadi korban
Memberi contoh cara
bullying bullying
dan Siswa dapat
mempertahankan
memperagakan cara
pertemanan,
seperti
memulai pembicaraan,
memulai pembicatraan,
mengajak teman,
memberikan
memberikan
penghargaan, dukungan,
penghargaan, dan
dukungan Strategi
dsb
Latihan menenangkan Siswa dapat bersikap koping
diri
dalam
situasi tenang
sebelum
mengancam
mengambil tindakan untuk
Mengajarkan
teknik merespon bullying
mengatur nafas
5. Metode Penyampaian Metode penyampaian materi pada pelatihan ini adalah
a. Ceramah Praktikan menyampaikan materi pelatihan mengenai definisi bullying , contoh-contoh bullying , dan jenis-jenis bullying yang sering terjadi. Praktikan juga menjelaskan mengenai lingkaran bullying tentang proses terjadi bullying yang terulang, serta menjelaskan mengenai pihak-pihak yang terkait dalam bullying dan menjelaskan peran penting saksi dalam menghentikan bullying serta mengajarkan cara pelaporan bullying . Materi yang disampaikan berupa teori dan contoh konten yang terkait dengan topik sesuai dengan modul pelatihan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memberikan pengetahuan terkait bullying dari praktikan kepada peserta.
b. Diskusi Peserta akan melakukan proses diskusi dan tukar pendapat satu sama lain di dalam kelompok kecil sesuai dengan topik-topik yang telah ditentukan. Tujuan dari metode ini adalah agar peserta dapat mengaplikasikan pemahaman mengenai materi dan dapat saling berbagi pengetahuan serta pengalaman yang kemudian menarik sebuah kesimpulan yang utuh.
c. Role play Peserta akan memperagakan contoh-contoh kasus bullying serta cara pelaporan bullying . Hal ini dilakukan untuk memberikan pengalaman kepada c. Role play Peserta akan memperagakan contoh-contoh kasus bullying serta cara pelaporan bullying . Hal ini dilakukan untuk memberikan pengalaman kepada
d. Games Games merupakan salah satu metode yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi peserta. Metode ini dapat membantu peserta memahami materi pada setting yang berbeda.
C. Prosedur Intervensi
Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Tabel 7. Prosedur Intervensi
Sesi Materi
Waktu Pertemuan 1
Durasi
07.40-07.55 WIB Kontrak belajar
I Perkenalan dan ice breaking 15’
07.55-08.10 WIB
08.10-09.10 WIB Diskusi Kasus
Materi pemahaman bullying &
09.20-09.30 WIB Review sesi 1
II Ice breaking 10’
09.30-09.40 WIB Peran penting saksi
09.40-10.10 WIB Strategi koping
10.10-10.30 WIB III
10.40-10.50 WIB Review sesi 2
Ice breaking 10’
10.50-11.00 WIB
11.00-11.35 WIB Strategi koping
latihan merespon peristiwa bullying 35’
11.35-11.43 WIB Penutup
11.43-11.45 WIB
Pertemuan II
08.00-08.15 WIB Review materi pertemuan sebelumnya
IV Ice breaking 15’
08.15-08.35 WIB
Latihan merespon peristiwa bullying 5 0’
08.35-09.25 WIB
09.40-09.50 WIB Penguatan saksi untuk berempati
V Ice breaking 10’
09.50-10.40 WIB kepada korban Diskusi kasus
10.40-11.00 WIB Pohon Janji
11.00-11.15 WIB Penutup
11.15-11.30 WIB
D. Pelaksanaan Intervensi
Modul pelatihan “Kepedulian terhadap Sahabat” dari Fadhlia (2010) terbukti efektif dalam meningkatkan perilaku tanggung jawab terhadap saksi bullying . Skala yang digunakan meliputi skala identifikasi saksi dan skala perilaku bertanggung jawab saksi yang diadaptasi dari penelitian Fadhlia (2010).
Pelatihan dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pertemuan yang pertama dilakukan pada hari Jumat (24 April 2015) mulai pukul 07.30-11.30 WIB, namun realisasinya pelatihan baru dapat dimulai pukul 07.40 WIB. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Kamis (30 April 2015) mulai pukul 07.30-11.30 WIB, namun realisasinya pelatihan dimulai pukul 08.00 WIB karena setiap siswa kelas VB terlebih dahulu memberikan setoran hapalan pagi.
Pelatihan diadakan di ruang Aula SDIT Alam Nurul Islam Yogyakarta. Jumlah peserta yang mengikuti sebanyak 23 anak dari 25 siswa di setiap pertemuan. Jumlah peserta merupakan satu kelas VB yang diminta oleh Unit Pelayanan Psikologi agar dapat memberikan pelatihan di jam sekolah. Oleh karena itu, praktikan membentuk tim fasilitator yang berisi lima praktikan psikologi agar dapat mendampingi proses pelatihan dalam kelompok kecil. Pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Pelaksanaan pelatihan
Sesi I : Perkenalan & ice breaking
Ceramah dan games Kegiatan Praktikan membuka pelatihan dengan menyampaikan tujuan kegiatan dan memperkenalkan diri beserta tim trainer . Kemudian
praktikan beserta cofasilitator membawakan ice breaking untuk mencairkan suasana dengan menyanyikan lagu kereta api yang dilanjutkan dengan permainan spidol berjalan. Ketika lagu berhenti fasilitator meminta teman yang memegang spidol menyebutkan kelebihan dari teman lain. Hal ini dilakukan agar peserta melihat potensi positif dari teman-temannya
Sesi I : Kontrak Belajar Durasi
15 menit
Metode
Ceramah
Kegiatan Praktikan mengkondisikan situasi untuk menerima materi yang akan disampaikan. Praktikan menyampaikan kontrak belajar yang disepakati bersama untuk diikuti selama pelatihan berlangsung. Praktikan beserta peserta menyepakati aturan “ Give me five ” yakni mendengarkan, melihat, menutup mulut, mengangkat tangan, dan berpikir aktif. Praktikan meminta peserta pelatihan untuk menyuarakan aturan dan menyepakati aturan tersebut secara bersama-sama. Setelah itu setiap peserta mendapatkan kertas bentuk apel, tiap peserta diminta untuk menuliskan harapan dan kekhawatirannya terhadap kelas V B. Kemudian kertas tersebut ditempelkan di pohon yang telah ditempel di dinding.
Sesi I : Materi Pemahaman Bullying & Diskusi Kasus Durasi
60 menit
Metode
Ceramah, Menonton Film, dan Diskusi Kegiatan Sesi ini diawali dengan memberikan pengetahuan mengenai apa itu
bullying , jenis-jenis bullying , karakter-karakter dari pihak-pihak yang terlibat serta akibat dari bullying tersebut terhadap setiap pihak. Ceramah dilakukan dengan menayangkan slide singkat yang
menarik agar peserta pelatihan memahami secara mudah. Dalam penyampaian materi, praktikan menyampaikan contoh-contoh nyata yang terjadi di kelas agar mudah dipahami. Di tengah ceramah, praktikan memberikan tontonan mengenai film
dari bullying yang berjudul “Learning about bullying Part 1 The Tough Kid Bully Blocker Short”. Film berbahasa Inggris sederhana yang ditampilkan dengan gambar slow motion menarik dalam menjelaskan perilaku bullying . Selama film ini ditayangkan, praktikan mengartikan percakapan bahasa Inggris yang sederhana kepada peserta pelatihan. Kemudian peserta diajak untuk merefleksikan hasil tontonan tersebut di kelas. Terakhir dari sesi ini, praktikan mengajak peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil yang berisikan 5 orang sesuai dengan warna name tag siswa. Setiap kelompok dibagikan dua kasus singkat yang akan didiskusikan dalam kelompok. Kasus menceritidakan mengenai kejadian bullying dan kejadian agresif di sekolah. Terdapat lima kelompok yang berisi maksimal 5 siswa yang didampingi oleh satu cofasilitator dalam proses diskusinya. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi lembar kerja yang menceritidakan kejadian bullying yang pernah disaksikan ketika berada di sekolah.
Hasil
Hasil dari ceramah materi membuat peserta mampu memahami penjelasan mengenai bullying , sehingga peserta mampu mengidentifikasi kejadian-kejadian yang termasuk ke dalam kategori bullying . Tontonan film mengenai bullying memberikan ketertarikan sendiri kepada siswa dimana penjelasan bullying ditampilkan dalam gambar animasi bergerak sehingga siswa lebih mampu mengingat mengenai penjelasan bullying . Sesi diskusi menunjukkan bahwa siswa mampu mengidentifikasi kasus sesuai Hasil dari ceramah materi membuat peserta mampu memahami penjelasan mengenai bullying , sehingga peserta mampu mengidentifikasi kejadian-kejadian yang termasuk ke dalam kategori bullying . Tontonan film mengenai bullying memberikan ketertarikan sendiri kepada siswa dimana penjelasan bullying ditampilkan dalam gambar animasi bergerak sehingga siswa lebih mampu mengingat mengenai penjelasan bullying . Sesi diskusi menunjukkan bahwa siswa mampu mengidentifikasi kasus sesuai
Sesi II : Ice breaking
Games Kegiatan Praktikan mencairkan suasana setelah sesi istirahat. Tim trainer
membawakan lagu “Kalau kau suka hati” yang liriknya ditambahkan dengan nuansa pertemanan (Lihat modul).
Sesi II: Review Materi sesi I Durasi
10 menit
Games Kegiatan Setelah sesi bertanya, praktikan membawakan permainan Card Bullying (Lihat modul). Setiap siswa yang mendapatkan satu card menempelkan kartu tersebut sesuai dengan kategori di kertas yang telah ditempelkan di dinding.
Metode
Hasil
Saat permainan card bullying , siswa dengan mudah untuk mengkategorikan perilaku-perilaku agresif sesuai dengan jenis bullying fisik, verbal, maupun sosial. Untuk beberapa perilaku bullying yang dianggap sulit, peserta mendiskusikan kepada teman- temannya mengenai kategori bullying tersebut.
Sesi II : Peran Penting Saksi Durasi
30 menit
Metode
Role play Kegiatan Setiap peserta kembali ke dalam kelompok kecil sebelumnya.
Bersama dengan cofasilitator, kelompok diminta untuk memerankan pihak-pihak yang terlibat dalam bullying seperti pelaku, korban, dan saksi. Tiga scenario yang disusun dimana saksi diminta untuk (1) diam saja ketika melihat bullying , (2) meminta pertolongan dengan beberapa teman, (3) melapor kepada orang dewasa. Setiap kelompok memerankan secara bergantian yang didampingi oleh cofasilitator.
Hasil
Peserta antusias mengekspresikan perilaku mereka ke dalam peran masing-masing. Saat refleksi terhadap tiga scenario tersebut, praktikan menanyakan mengenai perasaan mereka ketika menjadi pelaku, korban, dan saksi. Ketika menjadi saksi yang diam, peserta merasa bersalah ketika tidak menolong. Praktikan mendiskusikan mengenai perasaan saksi ketika tidak menolong, banyak peserta mengaku ketakutan jika menolong. Hal ini dikarenakan peserta merasa akan menjadi korban selanjutnya. Praktikan membawakan diskusi mengenai perilaku bertanggung jawab saksi, bahwa untuk menghentikan diskusi saksi dapat melakukan seperti scenario 2 dan
3. Saksi tidak harus berperan sendiri ketika melihat kejadian bullying , saksi dapat menolong bersama dengan teman yang lain 3. Saksi tidak harus berperan sendiri ketika melihat kejadian bullying , saksi dapat menolong bersama dengan teman yang lain
Sesi II: Strategi Koping Durasi
20 menit
Metode
Ceramah dan relaksasi Kegiatan Praktikan melanjutkan materi mengenai langkah 3M untuk
menghentikan bullying . Langkah pertama dari 3M adalah Mengatur Nafas. Praktikan menjelas teknis melakukan pernafasan, kemudian cofasilitator membawakan latihan relaksasi pernafasan. Cofasilitator memberikan latihan relaksasi diiringi musik meditasi. Relaksasi diikuti dengan memberikan sugesti untuk menanamkan rasa persahabatan diantara teman.
Sesi III: ice breaking
Games Kegiatan Praktikan mengajak peserta untuk menyanyikan secara bersama- sama lagu “Di sini senang”. Kemudian cofasilitator memberikan ice
breaking berupa dua instruksi yang mengajak peserta bermain dan fokus terhadap instruksi. Permainan ini berguna untuk memecahkan