View of PEMBANGUNAN KARAKTER KEARIFAN LEGENDA SARIP TAMBAK OSO BAGI GENERASI

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

PEMBANGUNAN KARAKTER KEARIFAN LEGENDA SARIP TAMBAK OSO
BAGI GENERASI
(1)

Joko Susilo dan Niko Fediyanto(2)
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Indonesia
Email: (1)[email protected], [email protected](2)
(1,2)

ABSTRAK
Kegiatan mendongeng dapat diartikan sebagai proses transfer ilmu dari generasi ke
geenerasi, namun terkadang proses tersebut terputus karena beberapa faktor pengganggu dari
luar budaya masyarakat. Oleh karena itu dalam program ini dirancang tentang kegiatan
mendongengkan cerita “Sarip Tambak Oso” yang kami peragakan dalam bentuk pertunjukan
Wayang Sarip. Desain yang digunakan adalah model wayang eksperimental dari bahan kertas

menjadi tokoh-tokoh dalam legenda Sarip Tambak Oso. Tema yang diangkat adalah
pengembangan asesmen serta intervensi untuk kebahagiaan manusia. Pertunjukan yang berisi
tentang muatan-muatan kearifan lokal tersebut kami tujukan kepada dua generasi yaitu anak-anak
usia dini dan anak-anak remaja. Anak-anak usia dini tersebut adalah siswa-siswi TK
Dharmawanita Persatuan Terung Kulon Krian. Tujuannya adalah: (1) mengembangkan kreasi
pembuatan dan pementasan wayang legenda bagi pengusul dan peserta, (2) membantu
menciptakan pemahaman dan kecintaan peserta PKM terhadap makna cerita rakyat “Sarip
Tambak Oso”, (3) meningkatkan keterampilan berpikir, memaknakan legenda dan menulis artikel
bagi pengusul program.
Kata Kunci: kearifan lokal, kesadaran budaya, generasi muda

ABSTRACT
Storytelling is a way to transfer knowledge from generation to generation, but sometimes the
process is interrupted due to some disturbing factors from outside the cultural society. This
program is designed to generate the activity of storytelling with "Sarip Tambak Oso" folklore as
the medium, which is packed in the form of Wayang Sarip (puppet) show. The design used is an
experimental wayang model of paper material into characters in the legend Sarip Tambak Oso.
The theme of this program is the development of assessment and intervention for human happiness.
The performances contains the contents of local wisdom, which is aimed to two generations, which
are the early childhood and adolescent children. These early childhood children are students of

kindergarten Dharmawanita Kesung Kulon Krian, and the teenagers are members of Karang
Taruna Perumahan MCA, RW 5 Boro Tanggulangin village. The objectives are: (1) to develop the
creation and making of puppet show legend for the proponents and participants, (2) to help create
understanding and love of PKM participants to the meaning of folklore "Sarip Tambak Oso", (3)
improving analytical skill, using legend and writing articles for the program proponent.
Keywords: local wisdom, cultural awareness, young generation

tersebut merupakan pengetahuan turuntemurun yang telah membentuk karakter
masyarakat pesisir timur Sidoarjo yang hidup
di wilayah tambak. Secara kasat mata cerita
Sarip lahir sebagai bentuk perlawanan
terhadap penjajah Belanda dan perlawanan

1. PENDAHULUAN

Cerita rakyat “Sarip Tambak Oso”
adalah legenda asli yang lahir di Sidoarjo
pesisir timur. Bayak keterangan masyarakat
menyebutkan berasal dari desa Tambak Oso
(Tambak Sawah) kecamatan Waru. Cerita

21

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

terhadap kezaliman secara umum. Ketika
dibaca secara hermeneutik cerita tersebut
mengandung muatan yang penting bagi
generasi muda misalnya: bakti dan cinta
terhadap orang tua (utamanya ibu), cinta
terhadap lingkungan masyarakat dan secara
luas cinta bakti terhadap bangsa.
Generasi muda sangat membutuhkan
pengetahuan tentang kearifan lokal guna
membentuk
karakter
asli
budaya

masyarakatnya. Karena pengetahuan tersebut
adalah ilmu yang diwariskan oleh nenek
moyang yang sudah disesuaikan dengan
kondisi masyarakatnya. Oleh karena itu
siswa-siswi TK Dharmawanita Persatuan
Terung Kulon Krian yang dibesarkan di
Sidoarjo harus mampu menerapkan nilai-nilai
dan pengetahuan yang tersimpan di dalam
cerita “Sarip Tambak Oso”.
Pengetahuan tentang nilai-nilai
kehidupan atau kearifan lokal yang
dihasilkan oleh budaya asli bangsa lndonesia
semakin lama semakin pudar bahkan sirna
dari pemikiran generasi muda. Kepudaran
pemahaman nilai tersebut juga mengancam
generasi di dua lokasi yang kami jadikan
mitra, yaitu remaja di Perumahan MCA
Tanggulangin dan anak-anak usia dini di desa
Terung Kulon, Krian. Generasi muda di desa
Terung dan Perumahan MCA belum

menyadari
bahwa
di
kebudayaan
masyarakatnya
tersimpan
muatan
pengetahuan kearifan lokal yang bernilai
tinggi. Solusi yang ditawarkan yaitu dengan
pementasan wayang kreasi perpaduan seni
klasik dan modern akan menarik perhatian
generasi tersebut untuk menerapkan nilainilai kearifan lokal.
Pementasan teater boneka dapat
menarik perhatian anak-anak. Muatan nilainilai positif yang tersimpan di dalam
pementasan tersebut akan diterima anak-anak
secara menyenangkan, berbeda dengan ketika
anak-anak dinasihati terus menerus melaui
dialog biasa. Dengan diadakannya sosialisai
cerita Sarip ini, generasi muda di desa
Terung dan Perumahan MCA akan

menyadari
bahwa
di
kebudayaan
masyarakatnya
tersimpan
muatan
pengetahuan kearifan lokal yang bernilai

tinggi. Pementasan wayang kreasi perpaduan
seni klasik dan modern akan menarik
perhatian
generasi
tersebut
untuk
menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa pertunjukan
yang digunakan adalah bahasa lndonesia
sehari-hari diselingi logika bahasa Jawa.
Musik pengiring adalah musik yang ceria dan

lagu-lagu yang dikenal anak-anak, dengan
menyisipkan filosofi musik karawitan Jawa.
Di dalam karawitan Jawa mengandung nilainilai lslam. Pada tahap awal perkembangan
lslam di Pulau Jawa, Islam mendorong
perkembangan musik Jawa. Sebagaimana
dijelaskan dalam Serat Babad Nitik, gamelan
dan wayang disajikan berdampingan dengan
musik lslam (Sumarsam, 2003:48).
Target luaran dalan pengabdian
kepada masyarakat ini adalah: (1) alat peraga
berupa wayang kreasi penokohan dalam
cerita “Sarip Tambak Oso”, (2) pemahaman
dan kecintaan peserta PKM terhadap makna
cerita rakyat “Sarip Tambak Oso”, dan (3)
hasil program akan disebarluaskan dalam
bentuk artikel yang dipublikasikan pada
jurnal nasional atau prosiding atau media
masa atau didaftarkan HaKI.

2. METODE PELAKSANAAN

Awal mula tahapan ini adalah cerita
lisan dari masyarakat yang tinggal di Gunung
Anyar Surabaya bahwa makam Sarip berada
di Tambak Oso (Tambak Sawah Waru). Ada
pula sumber lisan yang mengatakan bahwa
Sarip dulu diyakini tinggal di Oso Wilangon
Surabaya. Dari 2 sumber lisan yang
didapatkan
tersebut
kami
pengusul
memutuskan untuk memperdalam informasi
bahwa Sarip berasal dari Tambak Sawah
Sidoarjo. Masyarakat penutur mengatakan
bahwa Sarip adalah pemuda pemberani yang
melawan penjajah Belanda dan antekanteknya, ketika ia ditembak mati akan hidup
lagi ketika ibunya memanggil “Sarip!”
Pada tahap pencarian konsep
selanjutnya kami melakukan pembacaan
lakon Sarip pada buku yang ditulis Djamil

Suherman (1985). Buku tersebut juga
menceritakan hal yang sama yaitu tentang
nilai-nilai bakti Sarip terhadap ibunya, nilai
tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar,
22

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

dan kecintaan terhadap tanah air. Mitologi
Jawa pada hakikatnya merupakan salah satu
akar budaya Jawa yang dengannya manusia
Jawa mencari jawaban atas persoalan
kehidupan yang dihadapi. Mitologi pada
mulanya memiliki fungsi sakral sebagai
pengendali moral dan pikiran khalayak
pendukungnya dalam menanggapi dan
memahami alam semesta (Zaidan, 2002: 8 10).

Pembuatan ini dilakaukan oleh tim
dosen dan mahasiswa Umsida selanjutnya
mengajak anggota Karang Taruna MCA RW
5 desa Boro untuk memperbanyak farian.
Bahan dasar yang digunakan adalah kertas
Art
Karton
300
gsm.
Pewarnaan
menggunakan pilihan warna yang ceria
dengan tujuan untuk menarik perhatian anakanak.
Latihan awal adalah menggerakkan
wayang kartun dan pengucapan karakter.
Wayang digerakkan oleh beberapa orang.
Musik pengiring adalah musik digital diiringi
musik manual untuk penekanan. Filosofi
musik karawitan Jawa yang disebut di atas
adalah untuk membangun irama pemikiran
bagi peserta PKM. Keselarasan nada macapat

akan digunakan untuk membangun karakter
irama yang selaras dengan rasa Jawa.
Tembang macapat mempunyai metrum yang
mengatur guru gatra: cacahing gatranipun
sekar (jumlah baris tembang, yang terdapat
pada satu pada(bait)), guru lagu: dhongdhinging swara ing wekasaning gaatranipun
sekar (bunyi pada akhir baris), guru
wilangan: cacahing wanda ing gatragatraning sekar (jumlah sukukata tiap baris
tembang) (Susastina, 2009:3).
Pementasan
akan
dilakukan
dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan
Terung Kulon Krian Sidoarjo. Pementasan di
lokasi pertama dilakukan langsung oleh tim
dari Umsida (Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo).
Setelah
pementasan
akan
mengajak
peserta
(anak-anak)
untuk
berkomentar tentang nilai-nilai tauladan yang
bisa diambil.
Pementasan akan disesuaikan dengan
bahasa yang lazim digunakan oleh
masyarakat Sidoarjo, (basane arek Darjo).

Masyarakat Sidoarjo berbahasa Jawa berbeda
dengan cara berbahasanya masyarakat
Yogyakarta atau Surakarta. Perbedaan
metrum dan perbedaan penamaan pupuh di
atas salah satu penyebabnya adalah
perbedaan kosakata yang dikuasai antara
masayarakat Jawa pesisir dengan kosakata
yang dikuasai pujangga kraton Mataram atau
Surakarta. Bahasa Jawa pesisiran adalah
bahasa yang digunakan masyarakat Jawa di
pesisir utrara pulau Jawa (Hutomo, 1984:41).
Program ini selaras dengan program
‘Desa Melangkah’. Desa Melangkah
merupakan salah satu program penting yang
dirintis Umsida untuk mengembangkan
potensi desa-desa di Sidoarjo. Tujuan
program tersebut pertama, meningkatkan
kapasitas untuk pemerintah desa-desa di
Sidoarjo dan masyarakatnya dalam rangka
memperkaya dan meningkatkan pelayanan
publik. Kualitas partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa sangat berperan penting
pada perkembangan sebuah negara. Kedua,
menyelenggarakan kegiatan nasional, Usaha
Kecil Menengah (UKM) yang nama
generiknya digunakan untuk memajukan
kemandirian desa, terutama di sidoarjo, akan
diselenggarakan di luar Jawa Timur
diantaranya, Bandung, Jogja dan beberapa
kota lain. Ketiga, desa-desa mendapat
pendampingan langsung dari Umsida.
Keseriusan Umsida mendampingi desa dalam
bidang pendidikan, hukum, ekonomi, politik
dan sosial, kesehatan jiwa dan raga, hingga
teknologi
dan
keagamaan.
Umsida
mempunyai keseriusan dalam pembentukan
Sumber Daya Manusia (SDM) desa yang
tangguh, mandiri.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan awal cerita lisan
tersebut didapatkan dari masyarakat yang
tinggal di Gunung Anyar Surabaya bahwa
makam Sarip berada di Tambak Oso
(Tambak Sawah Waru). Ada pula sumber
lisan yang mengatakan bahwa Sarip dulu
diyakini tinggal di Oso Wilangon Surabaya.
Dari 2 sumber lisan yang didapatkan tersebut
kami
pengusul
memutuskan
untuk
memperdalam informasi bahwa Sarip berasal
dari Tambak Sawah Sidoarjo. Masyarakat
23

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

penutur mengatakan bahwa Sarip adalah
pemuda pemberani yang melawan penjajah
Belanda dan antek-anteknya, ketika ia
ditembak mati akan hidup lagi ketika ibunya
memanggil “Sarip!”. Tahap pencarian
konsep selanjutnya dilakukan terhadap
pembacaan lakon Sarip pada buku yang
ditulis Djamil Suherman (1985). Buku
tersebut juga menceritakan hal yang sama
yaitu tentang nilai-nilai bakti Sarip terhadap

ibunya, nilai tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitar, dan kecintaan terhadap
tanah air. Pembuatan Wayang Sarip
dilakaukan oleh tim dosen dan mahasiswa
Umsida
menggunakan
Pewarnaan
menggunakan pilihan warna yang ceria
dengan tujuan untuk menarik perhatian anakanak.

Gmbar 1, 2 Pembuatan Wayang Sarip
Latihan Pementasan awal adalah
menggerakkan
wayang
kartun
dan
pengucapan karakter. Wayang digerakkan
oleh beberapa orang. Musik pengiring adalah
musik digital diiringi musik manual untuk
penekanan. Filosofi musik karawitan Jawa
yang disebut di atas adalah untuk
membangun irama pemikiran bagi peserta
PKM. Keselarasan nada macapat akan
digunakan untuk membangun karakter irama

yang selaras dengan rasa Jawa. Tembang
macapat mempunyai metrum yang mengatur
guru gatra: cacahing gatranipun sekar
(jumlah baris tembang, yang terdapat pada
satu pada(bait)), guru lagu: dhong-dhinging
swara ing wekasaning gaatranipun sekar
(bunyi pada akhir baris), guru wilangan:
cacahing wanda ing gatra-gatraning sekar
(jumlah sukukata tiap baris tembang)
(Susastina,
2009:3

).

Gambar 3, 4, 5: Latihan Bersama siswa-siswa TK Dharma Wanita Persatuan I Terung Kulon

24

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

Pementasan dilakukan dilakukan di
TK Dharma Wanita Persatuan Terung Kulon
Krian. Pementasan di lokasi pertama
dilakukan langsung oleh tim dari Umsida.
Setelah pementasan akan mengajak peserta
(anak-anak) untuk berkomentar tentang nilainilai tauladan yang bisa diambil. Pementasan
disesuaikan dengan bahasa yang lazim
digunakan oleh masyarakat Sidoarjo.
Masyarakat Sidoarjo berbahasa Jawa berbeda

dengan cara berbahasanya masyarakat
Yogyakarta atau Surakarta. Perbedaan
metrum dan perbedaan penamaan pupuh di
atas salah satu penyebabnya adalah
perbedaan kosakata yang dikuasai antara
masayarakat Jawa pesisir dengan kosakata
yang dikuasai pujangga kraton Mataram atau
Surakarta. Bahasa Jawa pesisiran adalah
bahasa yang digunakan masyarakat Jawa di
pesisir utara pulau Jawa, termasuk Sidoarjo.

Gambar.6 Persiapan Pementasan

Gambar 7, 8 Pementasan Wayang Sarip di TK Dharma Wanita Persatuan I Terung Kulon

25

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

Tahapan Program
Program kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Wayang Sarip diringkas pada tabeltabel di bawah ini
Tabel 1: Kegiatan Tahap Pertama

Bulan
No.

: Desember 2017
Tanggal

1.

1 s.d. 10

2.

11 s.d. 17

3.

21 s.d. 25

4.

26 s.d. 27

5.

28 s.d. 31

Kegiatan
Diskusi
objek

penentuan

Catatan Kemajuan
kesatuan Diskusi tentang titik fokus cerita Sarip
yang akan menjadi topik utama

Pengumpulan data program

Pembacaan dan wawancara

Proses penulisan naskah

Adaptasi cerita Sarip disesuaikan dengan
kebutuhan anak-anak (lampiran 4) belum
selesai diadaptasi seluruhnya

Proses pengumpulah bahan

Pengumpulan bahan dasar

Proses Pembuatan Wayang
Sarip

Proses pembuatan ada di

Tabel 2: Kegiatan Tahap Kedua

Bulan

No.

1.

2.

: Januari 2018

Tanggal

1 s.d. 10

11 s.d. 15

Catatan Kemajuan
(berisi data yg diperoleh, keterangan data,
sketsa, gambar, analisis singkat dsb)

Kegiatan

Latihan dan praktik pemahaman Anak-anak berlatih memerankan karakter
Sarip melalui media wayang (lampiran
cerita Sarip ke anak-anak
3.2)
Penulisan hasil dan pembahasan tahap
pertama

Menulis hasil praktik cerita
Sarip

Tabel 3: Luaran
No.

1.

Tanggal
10
Februari
2018

Catatan Kemajuan

Kegiatan

http://koran-sindo.com/page/news/20180212/5/2/Ajak_Anak_anak_untuk_Antisipasi
_Budaya_Lokal_Punah

Pementasan Wayang Sarip

26

e-ISSN : 2622 – 5719, P – ISSN : 2622 - 5700

ABADIMAS ADI BUANA
VOL. 02. NO. 1, JULI 2018

Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

4. KESIMPULAN
Proses yang telah dilakukan adalah
pendekatan nilai-nilai edukasi moral dari
cerita Sarip kepada anak-anak. Pendekatan
moral tersebut juga belum sampai pada
pemahaman yang terdalam masih dalam
proses penciptaan pemupukan mental anakanak bahwa cerita rakyat merupakan hal yang
menyenangkan untuk dipelajari. Proses
selanjutnya
yang
diharapkan
adalah
pemahaman secara utuh tentang karakter
Sarip sebagai ikon budaya bagi anak-anak.
Pada tahap selanjutnya pementasan ini bisa
juga digunakan dalam berbagai muatan
misalnya: pelatihan bahasa Jawa atau bahasa
lnggis melalui media pementasan Wayang
Sarip, kampanye kebersihan lingkungan
dengan media pementasan Wayang Sarip dan
lain-lain, seperti pementasan wayang kulit
purwa yang dapat membawa segala bentuk
pesan moral.

Suherman, Djamil. 1985. SARIP TAMBAKOSO (Kisah kasih seorang Ibu).
Jakarta: Mizan.
Sumarsam. 2003. Gamelan lnteraksi Budaya
dan Perkembangan Musikal di
Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suprajitno, S 2017, 'Teater sebagai Media
untuk Pengabdian Masyarakat'
Jurnal
Pengabdian
kepada
Masyarakat Vol. 3, No.1 hh. 96 107
Susastina,
Sukatmi.
2009.
Tembang
Macapat. Yogyakarta: Panji Pustaka
Susilo, J 2014, Spiritualitas Santri lelana
pada Serat Mursada, (Tesis).
Surabaya: Magister Kajian Sastra
dan Budaya Universitas Airlangga.
Zaidan, dkk. 2002. Mitologi Jawa dalam
Puisi Indonesia 1971 – 1990.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.

5. REFERENSI
Hutomo, Suripan Sadi, dkk. 1984. Penelitian
Bahasa dan Sastra Babad Demak
Pesisiran.
Jakarta:
Pusat

27

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

DISKRIMINATOR KELAYAKAN KREDIT MODAL KERJA BAGI UKM PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG LUMAJANG

5 61 16

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138