BAB V - Isolasi Triterpenoid Dari Kulit batang Phyllanthus Acidus Skeels Repository - UNAIR REPOSITORY

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB V K E S I M P U L A N Bari percobaan isolasi dan uji secara kualitatif yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Kulit batang Phyllanthus acidus Skeels mengandung triterpenoid.

  2. Berhasil diisolasi kristal triterpenoid yang berwar- na putih dengan titik leleh : 228° - 229° C.

  

63

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB VI SARAN-SARAN Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi tri­ terpenoid dan telah dilakukan uji kwalitatif, dari ha­ sil tersebut disarankan agar :

  1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memas- tikan struktur triterpenoid yang terdapat dalam Ph yl­ lanthus acidus Skeels.

  2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ak- tifitas farmakologis dan efek toksisnya dari triter­ penoid tersebut.

  64

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

BAB VII

RINGKA3AN Triterpenoid ditemukan pada beberapa jenis phyllanthus, dan bebernpa triterpenoid sudah diketahui efek farmakologinya. Telah dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang

Phyllanthus acidus Skeels., dengan cars ekstraksi dalam pela -

rut n-heksana, kemudian ekstrak dipekatkan dan dicuci dengan

arang aktif dalam pelarut metanol, Diuapkan, lalu dilakukan

kromatografi kolom dengan pelarut kloroform:metanol (9:lJjfrak

  2 si ke 7-24 ci;a'fipun , diuapkan, maka didapat endapan warna pu­ tih, dan direkristalisasi dengan pelarut aseton - metanol

  Dilakukan uji kualitatif, untuk reaksi warna dengan lie

berman-Burchad dan Carr-Price menunjukkan warna ungu,untuk Sal

kowski terbentuk cincin warna coklkt pada batas kedua cairan.

  229

Penentuan titik leleh didapatkan meleleh pada 228° - ° 0 .

  

Uji kromatografi lapissn tipis dengan campuran pelaxut kloro -

form:metanol*9:1 memberikan harga Rf=0,?4; untuk pelarut kloro

form:metanol=7:3 memberikan haxga Rf=0,84; pelarut kloroform :

heksana=?:3 memberikan harga Rf=0,22; sedangkan pelarut kloro-

fo r m :etil asetat memberikan harga Rf=0,59; dan pelarut heksana

: etil asetat=8:2 memberikan harga Rf= 36. JJats UV menunjukkan serapan maksimum pada A 206 nm.

  

Data IR menunjukkan puncak-puncak pada daerah ccm“1 ; 3300,2926

2850,1470,1390,1370,1350,1270,1190,1100,1040,1000,940,817.

  Dari data tersebut dibandingkan dengan data triterpenoid

dari pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut a-

delsh suatu triterpenoid.

  

65

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DAFTAR PUSTAKA

  1. Backer, C.A. & Bakhuizen van Ben Brink, R.C., Flora oi' Java, M V P Noordhoff - Gronimgen, The Netherlands

  II, 19&5, hal 466

  2. Chakravarti, D., Chakravfrti, R.N. ang Chos, R., Tri terpenoid of Alstonia scholaris R.Br., Indian Chemis try S o c . , 37,637 ( I960 ).

  3. Lonatus, I.A., dkk., Risala Siraposium Penelitian Tum- buhan Obat III, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yo^jakarta, 1983, 398-399.

  4. Engler's, A. Syllbus Her Pflanzen Familien. Vol.II. Printed in Germany,1964*

  5. Fessenden, R.J., and Fessenden, J.s., Kimia Organik Edisi II, Jilid 2, Terjemahan Pudjoatmaka, A.H., Pe- nerbit Erlangga, Jakarta, 1984. hal 435 - 438.

  6

  . Fieser, L . i ., Fieser, M., Topics in Organic Chemistry KV Reinhold Publishing Corporation, Chapman and Hall LTD,, London, 1963, hal. 109 - 224.

  7. Gonzales, A.G., et a l ., A New Quinonoid Triterpene from Catha cassinoides, Phytochemistry, 14, 3 069(1975)

  8 . Harborne, J.L., Phytochemical Methods, a guide to mo­

  dern Techniques of Plant Analysis, Chapman and Hall, London, 1973, hal. 81 - 91, 110.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9 . .Hegnauer,R., Chemotaxonomie der pflanzen. Band 4, Birkhauser verlag. Base 1 und Stutgart., 1966., hal 116 - 1 2 1 .

  10. Hendrickson, J.B., Craru, L.J., iarr.monu, G.S., Organic Chemistry, 5r<^ Edition, Nc .Graw - Hill, Kogakusha LTL Tokyo, 1970, hal 1070 - 1106. 11. heyne, K. LeNuttige Plantet: van Indonesie, in twee delen,

  V Uitgeverij Van Koeves-Gravenhage, Bandung,

  19 50 889 , hal - 390.

  12. Hylands, P.J., and Oskoui, h.T., A New Triterpene from Bryonia dioca, Phytochemistry, 18,1843-1844 ( 1979 ).

  13. Kardisisniojo dan Rajakmangunsudarso, H., Gate puyang v/arisan nenek Moyang, Cetakan II, PT Jtarya Wreda, Jakarta , Jilid I dan II , 1975, hal 61 dan 23*

  14. Kardisiswojo dan Rajakmangunsudarso, H., Cahe pujang warisan nenek movant,, cetakan I, P N . Balai Pi.staka, Jakarta , 1985, hal 61.

  15. Kuhamad Zainudin, Khromatografdi Lapisan Tipis (KLT), Kursus Instrumental Bagian Farmasi, Fakultas Kedok- teran Universitas Airlangga , 1976, hal 48-60.

  16. Quisu;abing, .MeO.icinal plant of the Philippines., Technical Bulletin Nr 16 Min. of Education an and culturc., Reprint katha publ. Co. Quezon city, hal 495 - 499.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  68

  

17. Soedigdo, P.,Soedigdo, S. " Penelitian efek hipogli-

semia kompenen-komponen daun sambiloto, Andrographis peniculata, Ness., Simposium Penclitian Toncman obat

I. Bogor, hal. 191-195* 1975*

  

18. Streitweieser, A., Heathcock, C.H., Introduction to

organic Chernestry, 2nc* Edition, I-; acini 11 an Publishing Company, inc., New York, Collier Macmillan Publishers .London, 1977, hal 1165-1183.

  

19. Suprantiyus, Pengaruh Pemberisn Isolat Triterpenoid

dan Dekok Ku}.it Batang Alstonia scholaris R.3r. Ter- hadap Tekenan Darah Anjing, Skripsi Sarjana, Unair, 1986.

  

20. Budi Rahardjo, Isolasi Komponen Dari Herba Vernonia

cinerea, Skripsi Sarjana, Unair, 1986.

  21. Stahl. Egon, Thin iiayer Chromatography, Second Edition Translated by II.R.F. Ashv.rt, Springer International Studen Edition.

  

22. Silverstein, P.M., Bassler, C.G., and f-'ari11, T.C.,

Spectrometric Identification of organic Compounds ,

  • John YJiley 8: Sons, Inc., New York, 1974.

  

23. Tanaman Cbat Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan

Pepubluk Indonesia, Jakarta, 1985, hal 18. 24* Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1985.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  25. Trease, G.E., Evans, W.C., Pharmacognosy, ll^hEdition Bailliere Tindall, London, 1978.

  26. Wabyo Lyatmiko, Noor Cholies Z., Penggunaar Kromatografi lapisan Tipis ~alam Analisa Simplisia, Kursus Penyegar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 1976, hal 48-60

  27. Windholz, M., The Merck Index, A Encyclopedia of che­ micals and Drug, ninth edition, Merck & co., Inc, Rahway N.J., USA, 1976, hal 83-84 f 728.

  28. Yunasar Manjang, Penentuan Struktur Triterpenoid dalam Alstonia scholaris R.Br. Yang diduga berkhasiat Sebagai Anti Liabetes, Lisertasi Lalam Ilmu Pasti dan Ilmu Penge- tahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 1981. 29* -Pasli Noerdin, Elusidasi Struktur Senyawa Organik de­ ngan Cara Spektroskopi Ultra Lembayung dan Infra Mftrah, Angkasa, Ban&ung, 1985.

  30. Sumadi, Poerwanto, Siswandono, Muhammad Mulya, Spektro- fotometri (U.V. - 2TS . ) f Kursus Analisa Instrumental Fa- kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.

  31. Fasich, Bambang Soekardjo, Achmad Puad Hafid, Spektro - fotometri Infra Merah, Kursus Analisa Instrumental Fa­ kultas Farmasi Universitas Airlangga, 1986.

  32. Pedrosa Ciriaco, Phytochemical, Microbiologi and Phar - macological Screening of Medicinal Plants, Acta Manil$- n a t G.M.S. Publishing Co, Manila, 1978.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  70 Lampiran 1 t Spcktrogram lembayung ultra tritarponold hasil

  ieolasi dari daun (D) dan loilit batang (B) AlSr tonlq scholaris E.BT*

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  71 tY .rapiran

  2

   : Spektrogram Ultra violet hasil isolasi dari kulit "batang Phyllanthus emblica L

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  o

  C

  CO c

  2

  ? < N

  _1 C

  C r: z vO h i

  X J ^ S> U. J

  72

  ; y !' I ? I y ~ <

  6

  s C ♦rH OJ CO i—f rH 03 o

  • •H
  • 03 <0

      & e m

      ■P u

      <0 l

      ESI

      B A a <0 t

      U a a> l

      & u t

      c0

      a p s

    • •*H

      a i

      s

      n (0 o

      n

      t

      (30

      s

      o

      l A

    • CD

      ri CO ft da

      ir> C cO ♦H S Qi cti

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      M IC R O M E T E R S (/ im )

      73 L a m p i r a n

      4 : S p e k t r o g r a m in fr a m e r a h za t h a s i l i s o l a s i da ri k u l i t b a t a n g A l s t o n i a s c h o l a r i s R . B r .

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      PENDAHUIiUAN Sejak dulu sekelompok masyarakat secara turun te­ rn urua sudah mengenal dan menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan yang berkhasiat dalam penyembuhan suatu penyakit. Bahkan dengan didirikannya industri-industri obat tradisional (jamu) semakin meningkatkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat. Dari hal tersebut di atas perlulah dilakukan usaha-usaha untuk meneliti tum­ buh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, baik .tentagg komponen kimia maupun efek da:i mekanisme obat tersebut dalam tubuh. Bari hasil-hasil penelitian tersebut, maka bahan obat dapat digunakan dengan lebih efektif dan aman dalam penyembuhan suatu penyakit. Beberapa jenis phyllanthus sudah dikenal masyara- kat sebagai tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai o- bat, bahkan diantaranya telah ditemakan adanya triter­ penoid antara lain : pada kulit batang Phyllanthus em- blica L. mengandung lupeol 2,2596, sedangkan pada kulit batang Phyllanthus engleri Pax« mengandung phyllanthol 0,5%. Lupeol dan phyllanthol termasuk dalam golongan triterpenoid. Dari kenyataan tersebut maka kulit batang Phyllanthus acidus Skeels diduga mengandung triterpenoid. Dari dugaan tersebut maka triterpenoid diduga da­ pat diisolasi dari kulit batang Phyllanthus acidus M I L

      PE RPU STAKAAN "• N IV E R S 1 T A S A I R L A N O O A - S U R A B A Y A

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      Skeels. (9) Pada penelitian khasiat triterpenoid yang telah dilakukan berhasil menyimpulkan bahwa senyawa triter­ penoid bersifat sitotoksik dan dapat digunakan sebagai obat anti kanker ( J.D. Connolly & R,A* Hill ). Suatu senyawa terpenoid yang tidak larut dalam air te­ lah diisolasi dari tumbuhan Andrographls paniculata Ness, dan ternyata senyawa tersebut merapunyai efek sebagai anti diabetis. (17) Phyllanthus acidus Skeels adalah salah satu je- nis tumbuh - tumbuhan yang tumbuh secara liar dihutan, diladang atau terapat - tempat lain dengan ketinggian 500 meter diatas permukaan laut, tumbuhan ini dapat dijumpai diseluruh kepulauan Indonesia, Eipulau Jawa,masyarakat mengenal tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels dengan nama cereme. Masyarakat luas sudah mengenal tumbuhan cereme, bahkan buahnya sering dimakan sebagai manisan. bebagian masya- rakat secara empirik menggunakan bagian - bagian ter- tentu tumbuhan cereme untuk mengobati beberapa macam penyakit, antara lain : bijinya untuk mengobati sembe- lit, perut kotor, dan mual; buahnya digunakan sebagai pencahar; daunnya untuk obat batu}c; dan akarnya untuk mengobati penyakit asma, batuk, bubul, perut kotor,dan sembelit. Aclapun kandungan yang sudah diketahui ter-

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      3

      dapat dalam tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels (cereme) antara lain komponen : dextrosa, levulosa, sacharosa, vitamin C, tanin, asam galat dan saponin. (11,14,16) Tertarik pada masalah khasiat triterpenoid yang telah diteliti, dan adanya kandungan ti’i terpenoid pada kulit batang Phyilantbu-e .-emblica L serta pada kulit ba­ tang Phyllanthus engleri Pax. maka pada penelitian ini dilakukan isolasi triterpenoid dari kulit batang Phyl - lanthus acidus Skfiels (cereme) dan kemudian dilakukan uji kwalitatif dengan cara kromatografi lapisan tipis, reaksi warna, titik leleh, penentuan serapan ultra vio­ let dan serapan infra merah* Apabila dapat berhasil di- isolasi komponen triterpenoid dari kulit batang

      f

      Phyllanthus acidus Skeels (cereme) ..maka., diharapkan da« t pat dikembangkan lebih lanjut untuk meneliti struktur kimia, khasiat dan mekanisme kerja.

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. Xiniauan Tentang Tumbuhan Phyllanthus acidus Skeels.

      1

      1

      1

      . . Klaslflkasi- ( , 14 ) Divisi : Spermatophyta. Anak divisi : Angiospermae• Kelas : Dicotyledoneae. Anak kelas : Monochlamydeae. Bangsa Euphorbiales. Suku : Euphorbiaceae. hacga : Phyllanthus. Jenis : Phyllanthus acidus Skeels. Sinonim dari Phyllanthus acidus Skeels.adalah (16) Cicca acida (Linn). Averrhoa acida (Linn). Cicca diaticha (Linn). " g *cca acidissima Blanco. - Phyllanthns dlstichus Muell. - Phyllanthus acidisgimufl Muell Cicca nodiflora Lamk.

      

    4

      1.2. Uraian Tumbuhan.

      1.2.1. Nama Daerah. (15,23) Beberapa daerah di Indonesia meraberi na- ma Phyllanthus acidus Skeels sebagai be- rikut : Sumatra : Ceremoi, ceremai, camin- camin, cerrae. Jawa : Careme, cerrae. Nusa Tenggara : Carmen, ceremin, sarume carmele, selemele, sal- m e l e . Sulawesi : Caremele, lumpias aoyok rumpiase raalimbung, sar- mela, karnadela, tili, lombisuko, bolaano, ca- ramele, carameng. Maluku : Takulela, haurela, cere- m i n .

      1.2.2. Penvebaran dan Tempat Tumbuh.(1,13.16

      )

      Tumbuhan ini dapat diteraukan dibeberapa negara ialah : Indonesia, India, Malay­ sia, Philipina, Polynesia, Madagaskar t dan Daerah Amerika yang beriklim tropis. Tumbuhan ini mudah tumbuh pada berbagai macam keadaan tanah dan iklim. Tumbuh

      5 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      6 liar dihutan, diladang dan tempat - tem- pat lain ketinggian sampai kurang lebih 500 meter diatas permukaan air laut. 1,2.3. Morfologi Tumbuhan. (lj Habitus : Berbentuk pohon dengan keting­ gian mencapai

      3 - 1 2 meter.

      Daun : Daun majemuk, beranak daun ge- nap, bentuk bulat telur sampai bulat memanjang, ujung daun lancip ( acutus ), panjang da­ un' 3, 5 -

      9 centimeter, lebar

      daun 1,75 - 4 centimeter, tang- kai daun

      2 - 3

       milimeter, war­ na daun hijau muda. Bunga . : Unisexualis, dalam taodan yang tumbuh pada batang dan cabang- cabangnya, oentuk racemis, d e ­ ngan panjang 1 , 5 - 9 centi me­ ter, dengan banyak bunga jan- tannya dan

      0 - 2

       bunga betina, tangkai 1 - 1 , 5 mm, kelopak bu­ nga berbentuk bulat sampai bu­ lat telur, warnanya hijau muda sampai merah keunguan, panjang- nya

      1 - 1, 5 milimeter, benang

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      7

      sari lebih panjang dari kelo- pak bunga , kadang - kadang r>

      edr>

       bun&o betinr diternu.ken a- donye 1- 3 pasang benang sari. Ovarium terdiri dari 3 - 4 sel pada dasarnya. Buah : Berbentuk drupa, panjang tang- kai 3 - 4 milimeter, berbentuk bulat gepeng, diameter 1,75 - 2,25 centimeter, rasa masam , berwarna kuning pucat. 1*3. Kandungan Tumbuhan. ^ 14,16,23 J. Phyllanthus acidus Skeels i, cereme } mengandung komponen - komponen antara lain : dextrosa ,le- vulosa , sacharosa , vitamin C , tanin , asam - galat , dan saponin. uari buahnya Prinsen - Geerligs berhasil menda- patkan kandungan komponen - komponen dextrosa 0*33 per cent, levulosa

      1

       per cent , dan sacha­ rosa.

      1.4. Kegunaan Tumbuhan. (13,14,16,24) secara empiris tumbuhan Phyllanthus acidus Skeel digunakan sebagai : Bijinya : Sembelit, perut kotor, raual. Buahnya : Pencahar.

      Baunnya : Obat batuk, tumor. Akarnya : Asma, batuk, bubul, perut kotor

      9 dan sembelit.

      2 * Tinlaaan tentang; Triterpenoid.. ( 5,6,25).

      Triterpenoid adalah senyawa yang tersusun da­ ri

      6

       (enam) unit isopren dengan penggabungan kepala ke ekor. Triterpenoid banyak terdapat dalam tumbuh - tumbuhan baik dalam bentuk bebas maupun bentuk ester atau glikosida. Kristalnya berwarna putih. 2.1. ftiacam - macam Triterpenoid. Ditinjau dari struktur kimianya, triter - penoid digolongkan menjadi beberapa galongan :

      a. Triterpenoid asiklis. ( 5,6,8,28) Contoh : Skualena, senyawa ini terdapat pada minyak ikan, juga dapat di peroleh dari beberapa minyak tumbuh - turn - buhan seperti minyak kacang tanah dan minyak zaitun. Struktur kimianya sebagai berikut :

      8 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      9

      b. Triterpenoid trisiklis* CIO) Contoh ; Ambreiti, terdapat pada ambergris ( hasil sekresi dari "sperm whale") Struktur kimianya sebagai berikut :

      c. Triterpenoid Tetrasiklis. (10) Triterpenoid golongan ini merupakan suatu se­ nyawa dengan inti steroid, sehingga dikelom- pokkan dalam golongan steroid. Senyawa ini banyak dijumpai dalam lemak domba, ragi dan beberapa bahan resinous. Contoh : lanosterol Struktur kimianya sebagai berikut : d. Triterpenoid pentasiklls. ‘-Triterpenoid golongan ini banyak terdapat da­ lam tumbuh - tumbuhan, terutama pada tumbuh­ an dikotil. Terdapat baik dalam bentuk al-

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      10 kohol, asam karboksilat atau berupa glikosida ( saponin triterpin ). ( 5,25 ) Beberapa contoh dari golongan ini antara lain :

      25 d .1. cx-amyrin . ( )

      Kama lain d a r i ^ - a m y r i n : - <*-amyrenol. - viminal-ol. - urs-12-en-3/J- o l .

      q q Ramus molekulnya : C^ H ^ O.

      Struktur kimianya sebagai berikut : Pengkristalan dari exanol berbentuk kris - tal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya 186° + 91,6° ( c=l,3 dalam bense-

      %,

      na ). Larut dalam 22 bagian alkobol 98 eter, bensena, kloroform, asam asetat gla- sial; Sedikit larut dalam petroleum eter ♦ Dalam bentuk asetat, dengan ramus molekul­ nya C 32H 52°2 * Pengkristalan dari petrole­ um eter berbentuk pipih, titik leleh nya 227° C. K J p ° + 76,35° ( c+ 0,572 dalam -

    ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

      kloroform). Dalam bentuk bensoat, dengan rumus molekul £

      ,

       pengkristalan dst- ri pelaput bensena dan aseton berbentuk prismatis, titik lelehnya 195° - 196° C. + 94,6° ( c — 1,9 dalam k l o r o f o r m ) . . ^ - a m y r i n . (25) Kama lain dari

      p -

       amyrin : - 0 - a m y r e n o l .

    • - o l e a n - 1 2 - e n - 3 ^ - o l . Rumus molekulnya : C ^
    • q H ^ q O.

        Struktur kimianya sebagai berikut : Pengkristalan dari petroleum eter atau a t kofaol berbentuk kristal jarum, berwarna putih. Titik lelehnya 197° - 197,5° C . [<i*9 + 99,8° ( c= 1,3 dalam bensena ).Ke- larutannya lebih kecil dibandingkan de - ngan bentuk o< -amyrin. Larut dalam 37 bagi- an alkohol 98

        96

      • * Dalam bentuk asetat, dengan rumus molekul C H 0. , pengkris- 32 52 2 talan dari petroleum eter berbentuk pris-

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        12 matis, dengan titik lelehnya 197,5° C; + ^ c= dalam bensena ). £ a- lam bentuk palmitat, dengan rumus /nolekul

        46 80° 2

        ° H * tititc lel®hnya 77° G; M + 54-,5° ( c= 1, 1 dalam bensena ). d.3. Lupeol. t.25) Nama lain dari lupeol adalah : - monoginol B. - yi--viskol, - fagarasterol. - lup-20(19)-en-3^-ol. Rumus molekulnya : C 3oH 50°* Strukturnya sebagai berikut : Pengkristalan dari alkohol atau aseton ber­ bentuk jarum, berwarna putih. Titik leleh - nya 215° C. M ^° + 27,2° ( c = 4,8 dalam kloroform ) • .Sangat muda larut dalam. eter, bensena, petroleua eter, alkohol panas. Praktis tidak larut dalam air, asam-asam err cer dan basa-basa encer. Dalam bentuk ase- M 1 L I K

        P 1 R P U ST A K A A N

      • U N t V i R S l T A S A 1 R L A N O O A '

        S U R A B A Y A

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        13 tat, ruraus molekul C H 0 , pengkristal-

        32

        2

         52 an dari aseton berbentuk kristal jarum; Ti-

        20

        tik lelehnya 218° C; M + 47,3° ( c

        2 D dalam klorofaorm ). Dalam bentuk bensoat , ruraus molekul , pengkristalan da­ ri aseton berbentuk prismatis; Titik leleh nya 273° C ; + 61° ( c = 0,78 gram da- lam 25 ml kloroform ). d.4. Phyllanthol.(9) Senyawa ini diisolasi dari tombuhan Phyllan- thus engleri Pax. Rumus molekul : C ^ H ^ O ♦

        j O oO

        Struktur kinnanya ada3ah sebagai berikut :

        2.2. PembentuKan Triterpenold. (6.10.18) Biosinteaa terpenoid dalam tumbuhan dimulai dari pembentukan asam mevalonat pirofosfat sebagai ha-

        3

        sil kondensasi ensimatis yang khas dari mole - kul asam asetil Co ensim A#

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        14

        3 ^ S C o A -SCoA c h

        5 OH

        \^ COSCoA

        0 C HOOC / asetil CoA aseto asetil CoA hidroksi metil glutarii CoA.

        i CH.

        OH

        c h

        2 o p

        H 0 0 C/ <\ CH 20H

        asara mevalonat 5 asam mevalonat

        j

        fosfat

        CH-

        OH

        H 0 0 C^X^CH 20PP

        / X 'OPP asam mevalonat iso pentenil piro fosfat piro fosfat OPP Hb

        Ha

        isomerisasi,

        I eleminasi trans. \

        J \

        'OPP + \ x --- OPP

        Hb

        iso pentenil piro fosfat . dimetil alii pirofos | fat t

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        15 y i kondensasi Cis tran i

        QPP

        neril pirofosfat geranil pirofosfat

        (B)

        (A) Bari hasil (A),dan (B) akan dihasilkan berbagai senyawa terpenoid yang terdapat pada tumbuhan secara biosintesis, 2.3* Cara - cara Isolasi Triter-penoid. Triterpenoid dapat diisolasi dengan beberapa ma- cam cara isolasi, tergantung bentuk ikatan tri­ terpenoid apakah dalam bentuk bebas atau ben - tuk ester dan dalam bentuk glikosida. Pada da- sarnya mempunyai prinsip yang sama yaitu dengan menggunakan pelarut organik, karena triterpen - oid larut dalam pelarut organik. Cara-cara isolasi tersebut antara lain :

        a. Serbuk kering disoxhletasi dengan petroleum-

        eter

        ouer untuk menghilangkan lemak. sete - lah itu direfluks dengan pelarut metanol

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        16 selama dua jam, kemudian disaring panas. Sa­ ri metanol diuapkan sampai kental, lalu di­ sari dengan pelarut n-heksana berulang - u- lang, kemudian diuapkan sampai kental. ( sa­ ri I ) . Sisa penyarian dengan n-heksana ditambah a- sara klorida 2 N dalam metanol, direfluk selst- ma tiga jam, kemudian disaring panas. Kemu­ dian dinetralkan dengan amonium hidroksida, dan diuapkan sampai kental* Kemudian disari dengan pelarut n'heksana berulang - ulang . Sari n-heksana diuapkan sampai kental. ( sa­ ri II ).

        {

        Sari I dan II adalah sari triterpenoid. 3;

        b. Bahan serbuk kering diekstraksi dengan pe­ troleum eter, kemudian direfluk dengan asam

        2

        klorida N dalam metanol, Dipekatkan, kemu­

        5%

        dian disabunkan dengan kalium hidroksida dalam etanol, Larutan diuapkan pada tekanan renaah, diencerkan dengan air sama banyak lalu diekstraksi dengan kloroform. Fasa klo­ roform diuapkan dan akan diperoleh triter -

        1 2

        penoid. ( )

        c. Serbuk diektraksi dengan eter beberapa kali kemudian dipekatkan, dilakukan kromatografi

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        17 kolom dengan fase gerak bensena dan campuran bensena den&an etil asetat. Pada fraksi nya

        {

        7

        akan didapat triterpenoid. )

        1

        d. Serbuk bahan kering diekstraksi dalam perko- lator dengan pelarut etanol 96%. Kemudian di- pekatkan dan disimpan lebih kurang dua ming- gu. Akan terjadi endapan , disaring residu dicuci dengan etanol 70%. Keringkan, kemudi­ an dilarutkan dalam eter, dan disaring. Dari

        )

        filtrat diperoleh Triterpenoia .(_ 2

        e. Serbuk bahan kering disoxhletasi dengan pela­ rut n-heksana, sari n-heksana diuapkan pada tekanan rendah, akan diperoleh sari kental yang mengandung triterpenoid. (28;

        2.3. Pemurnian Triterpenoid. (2,28J Pemurnian triterpenoia dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi dalam pelarut metanol de - ngan menambah arang aktif untuk menghilangkan warna yang ada dalam sari tersebut. Kemudian di- rekristalisasi dalam pelarut aseton - metaraol, sehingga diperoleh bentuk kristal triterpenoid yang berwarna putih dan dalam keadaan yang le­ bih murni*

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        18

        ?• Tin.jauan tentang kromatografi. (

        1 v,? 1, ?6 )

        Kromatografi adalah tehnik pemisahan campuran komponen zat yang berdasarkan perbedaao kecepaxan migrasi dari raasing - masing komponen zat pada fase diam yang dilewati oleh fasa gerak sebagai pembawa.

        3.1. Kromatografi lapisan tipis. Kromatografi lapisan tipis dipakai pertama kali Oleh Prof. E. Stahl pada tahun 1956, untuk roengidentifikasi kandungan simplesia. Akhir - akhir ini metode kromatografi lapisan ti­ pis banyak digunakan untuk analisa kimia dibi dang farmasi, kedokteran dan bidang -bidang yang berhubungan dengan bahan k i mia

        t

         dan penggunaan - nya dalam banyak bidang telah menggantikan kedu- dukan kromatografi kertas. Fasa diam pada kro­ matografi lapisan tipis ini diolesk?n membentuk film secara merata yang direkatkan pada plat a- tau lempeng kaca, plastik atau aluminium. Sedang fasa diamnya bisa digunakan aluminium oksid, si- lika gel, selulose, kalium karbonat dan lain-lain* Mekanisme terjadinya pemisahan pada kromatografi lapisan tipis didasarkan atas prinsip adsorbs? , partisi, pertukaran ion maupun filtrasi, tergan- tung pada adsorbent yang dipakai.

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        19 Beberapa contoh hasil kromatografi laplsan tipis dari beberapa macam triterpenoid.

        1. Kromatografi lapisan t^pis dari triterpenoid bentuk ester asetat hasil isolasi dari Aisto- nia spatulata Blame. ('?' Fasa gerak Rf - Khloroform : dietilamina = 7 0,71 : 3 - Khloroform : dietilamina = 9 : 1 0,76 - Khloroform : metanol = 7 : 3 0,77

        o o CO*

      • - Khloroform : metanol = 9 : 1 - Metanol

        0,67 - Etanol : Karbon te- trakhlorida =11 : 89 0,76 Sebagai fasa diam : Silica gel G.

        2. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid bentuk bebas hasil isolasi dari Alstonia spa­ tulata Blume. (;^ Fasa gerak Rf - Etanol : Karbon tetra

        0, 6 0

        khlorida =11 : 89 - Khloroform : dietilamina * 7 : 3 0,59 - Butanol : asam asetat : air » 5 : 1 :

        4 0,79

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        20 Sebagai fasa diamnya : Silica gel G.

        3, Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid bentuk ester benzoat hasil isolasi dari A l s t o

        

        nia spatulata Biume. ^ Fasa gerak Rf

        0, 8 6

      • - Khloroform : dietilamina * 7

        3 - Khloroform : dietilamina = 9 : 1 0,87 - Etanol : Karbon tetra- khlorida =11 :

        89

        0,85 - Butanol : asam asetat : air 0,80 5 : 1 :

        4 Sebagai fasa diam : Silica gel G.

        4. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid hasil isolasi dari Astonia scholaris R.Br.(19 Sebagai fasa diam : Silica gel GF.254 Penampak noda : anisaldehid. Fasa gerak Rf - Kioroform : Metanol = 9 : 1 0,73

        1 - 3 0,68

      • - Kioroform : Metanol « Kioroform *• Metanol = 1 : 9 0,25
      • -

      ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        21

        5. Kromatografi lapisan tipis dari triterpenoid hasil isolasi dari Vernonia cinerea (L.) Less.(20)

        1

         ada kristal I Fasa gerak Rf 0,24

      • - Heksan : Bensena = 5

        1 - Heksan : Kioroform = 5 : 1 0,34 Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254 Penampak noda : Anis-aldehida. Pada kristal I I . Rf Fasa gerak

        0, 21

      • - Heksan : Bensena = 5 : 1

        0, 32

      • - Heksan : Kioroform = 5:: 1 Sebagai fasa diam : silica gel 60 F.254 Penampak noda : Anis-aldehid.
      • ' , * A

          U M V U . - * . » *J Kl-A/NUOA" , S U R A B A Y A

          I

        ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

          Pemeriksaan Spektrofotometri. 4.1* Serapan Ultra Violet. , (22,29,30) Radiaasi ultra violet yang dipakai adalah

          200

          ultra violet aekat : - 530 nm, sedangkan ra- - diasi jauh : 100 190 tidak pernah dipakai se- bab pada daerah ini udara mengabsorbsi radiasi ultra violet jauh, sehingga diperlukan kondisi hampa udara* Sebagai sumber radiasi biasanya di^-

          2

          gusiakan larapu hidrogen atau lampu denteriura (I> ) • Spektrofotometri ultra violet pemakaiannya ter- batas pada senyawa yang mempunyai sistim terkon- jugasi dan mengadakan interaksi (serapan) yang selektif dan karakteristik terhadap gugus dida- lam molekul. Spektrum hanya diberikan oleh gugus yang karakteristik sehingga kemungkinan spektrum - tersebut s?jr.a dengan spektrum yang diberikan leh molekul yang sederhana. Sedangkan penentuan spektrum ultra violet pada triterpenoid untuk mengetahui adanya sistim ter- konjugasi dalam senyawa tersebut. Adapun pemilihan pelarut harus memenuhi syarat : - Tidak mengandung sistim terkonjugasi pada struktur molekulnya atau tidak berwarna. - Tidak berinteraksi dengan tuolekul senyawa yang ditentukan«

        ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

          23

        • Harus mempunyai kemurnian yang tinggi, Radiasi cahaya ultra violet pada molekui atau a- tom menyebabkan terjadinya energi elektronik se- hinggs. spektranya dapat disebut jug? spektra e- lektronik. Dinana gugusan yang mengabscrpsi I'adi- asi elektronik acalah gugusan kromofor yang me- rupakan ikatan kovalen tak jenub.

          Pada senyawa terkonjugasi tidak karaktoristik ser perti kromofor terpisah tetapi terjar'i interaksi yang mengakibatkan pergeseran kepanjang gelombang yang le'oih pan^ang. Sedangkan gugusan auksokro^ tidak r.engabsorpsi didaerah UV dekat tetapi bila gugusan \ni dii’rat .gugusan kromofor akan terjadi pergeseran kepanjang gelorr.bang daerah UV dekat. Perobahan pita absopsi yang disebabkan oleb pela- rut atau gugus *uksokrovn acalah :

          1. Pergeseran Batokro^ik, yaitu pergeseran kearab panjang gelo*nbang yang Isbib panjang.

          2. Pergesex*an Hipsokronik yaitu pergeseran keirah

        panjang gelonbang yang lebib pendek.

          3. Akibat Hiperkromik, yaitu suatu kenaikan inten- sitas serapan.

          4. Akibat Kipokromik, yaitu suatu penurunan inten- sitas serapan.

        ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

          24-

          Beberapa contoh hasil serapan Ultra Violet dari beberaua macam triterpenoid.

          a. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk ester asetat hasil isolasi dari Alstonia spa- tulata Biume, - Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem- berikan serapan maksimum pada panjang ge - lombang 242 nm. - Dengan menggunakan pelarut etanol, memberi- kan serapan maksimum pada pan^ang gelombang 218 nm.

          b. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk bebas hasil isolasi dari Alstonia snatulata Blume- f ?t

          3 )

        • - Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem- berikan serapan maksimum pada panjang ge­ lombang 242 nm. - Dengan menggunakan pelarut etanol, memberi- kan serapan maksimum pada panjang gelombang 206 nm.

          c. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid bentuk ester benzoat hasil isolasi dari Alstonia spa tulata Blume. (28) - Dengan menggunakan pelarut kloroform, mem - berikan serapan maksimum pada panjang ge-

        ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

          lombang 242 nm, 272 nm, 280 nm. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil isolasi dari Alstonia scholaris R.Br. (19) - Dengan menggunakan pelarut kloroform , mem- berikan serapan maksimum pada panjang ge - lombang 240,8 nm. Serapan Ultra Violet dari triterpenoid hasil isolasi dari Vernonia cinerea (1.) Less. (20) Pada kristal I , dengan menggunakan pelarut - kloroform , memberikan serapan maksimum pa­

          242 da panjang gelombang nm.

        • - Pada kristal II , dengan menggunakan pelarut kloroform , memberikan serapan maksimum pa­ da panjang gelombang 242 nm.

          4.2. Sergpsn Infra M e r a h . (22,29,31) Daersh infra merah meliputi panjang ge- lombang 13*000-33 cm ^ (0^75-300 nm), tetapi sebagian besar penggunaannya terbatas pada da erah antara 000-667 cm ^ (2,5-15 nm). Dalam suatu analisa struktur, pembuatan spektrum in fra mersh dimaksudkan untuk mengetahui Jenis gugus fungsi yang ada dalam senyawa tersebut. Cuplikan zat padat untuk pemeriksaan serapan infra merah dapat aibuat dengan cara sebagai berikut : 1. Teknik mull Nujol ( mull fluorolube). Ukuran partikel lebih kecil dari 2 urn. Caranya : Zat padat 2-5 nig digerus halus , tambah 1-2 tetes nujol dalam mor tir digerus sempai homogen. lalu dipindehksn diantara 2 lempeng N a d ditekan hingga merupakan la pisan tipis dsn rata.

          2. Teknik lempeng ICBr. Caranya : 1 mg bahan digerus halus ditambah 100 mg serbuk KBr kering, gerus dalam mortir akik. Campuran dit£ kan dengan alat penekan h i d r o l i k . khusus sehingga terbentuk lempeng bulat dan tipis yang tembus cahaya.

          26 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

        ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

          27 Beberapa contoh hasil serapan infra merah aari beberapa macam triterpenoid.

          a, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk ester asetat hasil isolasi dari Alstonia spa tulata Blume. (?°) Triterpenoid ini memberikan puncak - puncak pada bilangan gelgmbang ( dalam cm ) : 2920, 2850, 2325, 2730, 2635, 1450, 1378, 1245, 1150, 1100, 1025, 1005, 935, 905, 880, 810, 730, 660, 615, 550. ' 1730 cm"-1 - karakteristik untuk vibrasi ulur C=Q 1378 cm"l karakteristik untuk vibrasi ulur C-H metil asetoksi. 1245 dan 1025 cm-1 karakteristik untuk vibrasi ulur C-O-C dan gugus asetoksi, 1635 cm“3. karakteristik untuk vibrasi ulur C=C dengan 3 substituen. 310 cm“ ^- karakteristik untuk vibrasi ulur C-H (diluar bidang pada C=C dengan 3 sub eti t u e n ).

          b, Serapan infra merah dari triterpenoid bentuk b.ebas hasil isolasi dari Aistonia spatulata Blume* (2S) Pada triterpenoid ini memberikan puncak-puncak pada bilangan gelombang ( dalam cm“^ ).:

          3350, 2950, 2850, 2325, 1635, 1455, 1380, 1365, 1190, 1140, 1100, 1040, 1000, 975, 950, 925, 885, 330, 810, 750, 665, 550. 3350 cm"3- karakteristik untuk vibrasi ulur 0-H 1100 cm-l karakteristik untuk vibrasi lentur -H

          1040 cm~l karakteristik untuk vibrasi ulur 0=0 dari alkohol sekender.

          1635 cm-l karakteristik untuk vibrasi ulur C=iC dengan

          

        3

        substituen.

          810 cm“ l karakteristik untuk vibrasi ulur C-l! ( diluar bidang pada C=C dengan

          3 substituen ).