KEBIJAKSANAAN MAJIKAN TERHADAP BURUH YANG TELAH MERUGIKAN PERUSAHAAN Repository - UNAIR REPOSITORY

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  KEBIJAKSANAAN MAT

  1 KAN TKRIW-D/iP UUHUH YANG TEL AH MEKUGIKAN PERUSAHAAN

  SKRIPSI M I L : 2 rERPt'ST*.'' VAN "UNIVER3ITAS Ai LASOOA"

  S U R A B A Y A

  OLEH A.P. TIANA WIGNJODIGDO FAKULTAS UUKUM UNIVEKSITAS AIRI.ANGGA S U R A B A Y A 1983 KEBIJAKSANAAN MAJIKAN TERHADAP BURUH YANG TEL All MERUGIK^N PERU S All AAN

  DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA HUKUM OLEH A.P. TIANA WIGNJODIGDO 037810509

  A * 4 9 $ / t 3

  SKRIPSI

  I PERTAMA M I L I K i J e m b i m b i n g k e d u a

  fERPUSTAKAAN •UNTVERSITAS AIRLANGG/

  S U R A B A Y A

  INDIARSORO, S.H L. SOUIIOKA, S.H. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 1983 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  KATA PHNGANTAU

  Dengan puji syukur kepada Tuhan yang Mahaesa atas berkat yang dilimpahkan-Nya, saya tel ah bcrhasil menyele- saikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan kewajiban se- tiap mahasiswa Fakultas Hukum Univorsitas Airlangga seba- gai sal ah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hu­ kum. Dalam kesempatan ini, tidak lupa saya ucapkan te- rima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Dapak Indiarsoro, S.H. selaku dosen pembimbing I vang tel ah berjerih payah dan ponuh kesabaran dalnm mornbe- rikan bimbingan pada saya untuk membuat dan rnenyelo- saikan skripsi ini. Begitu pula kepada )3apak M.L. Souhoka, S.H. selaku dosen pembimbing 11 yang tel ah ikut membaca dan memberikan koreksinya; 2. bapak, ibu dosen, dan asisten dosen yang tel ah membe­ rikan bekal ilmu kepada saya selama saya berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Airlangga; 3. pengelola personalia PT Kedawung Subur, PT Pharmasi Viva/Vita Kosmetik dan PT Wijaya Kusuma Contractor di Surabaya yang telah membantu saya memberikan data da- lam penyelesaian skripsi ini; 4. ayah, ibu, dan saudara saya tercinta yang tel ah membe­ rikan dorongan dan bantuan selama saya mengerjakan skripsi ini; 5. teman-teman yang tel ah memberikan bantuan dalam pe - ngerjaan skripsi ini.

  

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Tentunya, skripsi ini jauh.dari sempurna. Maka dari i.tu, saran dan kritik yang diberikan akan saya terima dengan kerendahan hati. Surabaya, Januari 1983 Penyusun, A.P. Tiana Wignjodigdo

  

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  DVFTAR IS

  I HALAMAN KATA P E N G A N T A R ................................... iii UAFTAR ISI ....................................... .... v

  BAB I : P E N D A H U L U A N ........................... .... 1

  1. Permasalahan .................... ........1

  2. Alasan Pemilihan Judul ................. 3

  3. Tujuan Penulisan ,................... .... 3

  4. Metodologi ......................... .... 3

  5. Pertanggungjawaban Sistematika .... .... 5

  BAB II : MOTIVASI KEBIJAKSANAAN MAJIKAN ....... .....7

  1. Konduite Buruh ......... ........... .....7 2. Keadaan Sosial Ekonomi Buruh ......

  10 BAB III : PERBUATAN BURUH DALAM HUBUNGAN KERJA YAJ3G DIN I LAI MEKUGIKAN PERUSAIIAAJ^....

  15 1. Tidak Cakap Melakukan Pekerjaan ....

  15

  2. Melalaikan Kewajiban secara Seram - pangan .............................

  18

  3. Melakukan Kecerobohan Milik Perusa - haan ................................

  21 BAB IV : PERINGATAN DAN SKORSING ...............

  26 1. Peringatan .........................

  26 2. Skorsing ...........................

  31 BAB V : PENUTUP ...............................

  36 1. Kesimpulan .........................

  36 2. Saran ..............................

  37

  v

  HALAMAN DAFTAK BACAAN ..................................

  38 LAMP I KAN SATU ..................................

  39 LAMP I RAN DU A ..................................

  40 LAMP!KAN TIGA ..................................

  41 LAMPIRAN EMPAT ..................................

  42 Vi ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I P E N D A H U L U A N

  1• Perroasalahan Dewasa ini, negara kita sedang dalam masa pemba - ngunan dalam segala bidang diantaranya, bidang ekonomi. Sebagai faktor untuk melestarikan pembangunan tersebut, diperlukan adanya tenaga kerja. Faktor tenaga kerja ini sangat perlu kita perhatikan sebab bukan saja sebagai obyok pembangunan, tetapi juga sebagai subyek pembangunan dal am arti pelaksana utama dari pembangunan ini. Sukar untuk membayangkan bagaimana kelancaran pombangunan dapat dilaksanakan tanpa adanya tenaga kerja. Mengingat pentingnya peranan tenaga kerja ini, ma- ka dari pclbagai macam penempatan tenaga korja yang ada, baik di produksi, usaha, maupun jasa itu harus disosuai - kan dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, agar tujuan pembangunan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan. Nampak sokali, ham- batan dal am pembangunan ini dapat dihindari dengan membe- rikan perhatian dan pelayanan sepenuhnya terhadap kese - jahteraan, keselamatan, kesehatan, dan jaminan sosial. Semuanya ini perlu ditingkatkan sebab akan memberikan ke- tenangan dal am bekerja pada perusahaan teinpat buruh ber - kerja, khususnya pada perusahaan tempat buruh bekerja. Ketenangan bekerja ini akan tercipta suatu hubungan yang erat dan bersifat langgeng antara majikan dengan buruh,

  1

  sebab adanya salah pengertian dan tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal dari pihak buruh dapat dihindari. Dalam suasana hubungan kerja ini ada kalanya ter- jadi ketidakseimbangan, yaitu, di pihak buruh dalam mela­ kukan pekerjaannya sehari-hari tidak akan lepas dari ke- salahannya yang dapat merugikan perusahaan itu. Ketentuan Instruksi Menteri Perburuhan Nomor 15/Inst/1964 dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 362/1967 menegaskan "permintaan ijin untuk memutuskan hubungan kerja dapat dikabulkan bila alasannya adalah buruh itu telah melang - gar hukum atau telah merugikan perusahaan".^ Uerclasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat ditarik ke- simpulan bahwa "memang perlindungan bagi buruh yang dibe- rikan oleh perundang-undangan hanyalah ditujukan kepada buruh yang beritikad baik, tidak pula kepada buruh yang . .

  2 beritikad buruk". Buruh yang beritikad buruk ialah buruh yang melakukan suatu perbuatan yang merugikan peru­ sahaan. Di pihak majikan mempunyai hak untuk mengadakan pemutusan hubungan lcerja terhadap buruh itu. Kenyataannya, majikan tidak selalu mengt'dakan pemutusan hubungan kerja, tetapi boleh menentukan langkah lain yang dianggap akan menjadi lebih baik bagi dirinya dan buruh tersebut. Dalam menentukan langkah lain yang dilakukan maji­ kan ini berupa penyimpangan dari peraturan yang ada dan merupakan kebijaksanaan majikan sendiri. Kebijaksanaan ini diberikan pada buruh yang telah merugikan perusahaan sesuai dengan besar kecilnya kesalahan buruh setelah me- M 1 L 1 K

  1TRPI-STAX.AAN

  2 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3 lihat faktor-faktor yang ada pada buruh itu.

  2. Alasan Pemilihan Judul Keuntungan dari kebijaksanaan majikan ini adalah untuk menghindarkan pemutusan hubungan kerja. Keadaan ini disebabkan karena pemutusan hubungan kerja dapat beraki - bat buruh akan kehilangan pekerjaannya dan merupakan per- mulaan dari keseng.saraan bagi buruh beserta koluarganya. Kebi jaksanaan ini diharapkan ada kerja sama yang baik an- tara buruh dengan majikBn yang menuju pada kerukunan umat manusia di dalam menjamin kehidupan dan kesejahteraannya.

  3. Tujuan Penulisan Terdorong dari kenyataan tersebut, maka dikalangan buruh lebih diperhatikan adanya perlindungan kerja. Dalam praktek banyak pula dijumpai perusahaan yang sering mela- kukan keadaan yang menyimpang dari ketentuan yang ber- laku. Dan, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pemba - ngunan ini, maka untuk kesejahteraan rakyat diharapkan akan tercapai suatu hubungan perburuhan yang selaras de- lam suatu norma kepentingan yang terpadu.

  4. Metodologi Sebagai metode pendekatan masalah dalam penulisan skripsi ini, saya menggunakan metode deskriptif dan meto­ de komparatif. Metode deskriptif merupakan suatu metode yang memaparkan dan menafsirkan data-data yang diperguna-

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  4

  kan dalam suatu penyusunan serta menguraikan permasalahan nya. Metode komparatif adalah metode yang membandingkan data-data yang berhasil dikumpulkan dalam studi lapangan. Dari pendekatan yang demikian ini, dapat saya temukan ke­ bi jaksanaan majikan dalam kenyataan sehari-hari di peru - sahaan. Kebijaksanaan majikan ini dibeiikan kepada buruh yang telah berbuat salah yang dapat merugikan perusahaan. Kemudian, kebijaksanaan ini kita bandingkan dengan pera - turan yang berlaku. Selain dsripada itu, dalam perusaha­ an, ada pula kebijaksanaan yang dib^rikan kepada buruh yang melakukan kesalahan berat. Adapun sumber data yang digunakan di samping itu, skripsi ini mendasarkan pula pada fakta atau kenyataan yang terjadi dalam perusahaan, yang digunakan sebagai studi kepustakaan dan melakukan observasi dan wawancara - dengan pengelola personalia perusahaan untuk pengumpulan data. Prosedur pengolahan data ini ditempuh dengan mela­ kukan penjajakan terhadap pokok permasalahan yang menjadi materi skripsi ini, kemudian hasil penjajakan dibahas dan dianalisis permasalahannya. Setelah data berhasil dikumpulkan baik yang diper- oleh dari studi kepustakaan maupun hasil observasi dan wawancara data ini dianalisis. Untuk analisis datanya sa­ ya menggunakan analisis sample dengan mengambil contoh- contoh yang terdapat dalam beberapa perusahaan. Di sini data dikerjakan dan dimanfaatkan untuk menjawab masalah yang diajukan dalam skripsi ini.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5

  5. Pertanggungjaw ah an Si.sterna Lika Selanjutnya untuk pertanggungjawaban sistematika skripsi ini, saya bertitik tolak pada perbuatan buruh da­ lam hubungan kerja yang dinilai merugikan perusahaan. Maksudnya, buruh itu berbuat suatu kesalahan dan karcna kesalahannya dianggap telah merugikan perusahaan tempat buruh bekerja. Uraian ini saya batasi pada tiga macam perbuatan buruh yang dinilai merugikan perusahaan* Perbu­ atan buruh itu, antara lain, adalah : tidak cakap melaku- knn pekorjaan, melalaikan kewajj.ban secara serampangan,

  4

  dan melakukan kecerobohan milik perusahaan. Uraian ini saya letakkan dalam bab III karena morupakan inti dari pembahasan skripsi. Untuk mendasari uraian bab tersebut terlebih dulu saya uraikan bab 11 tentang motivasi kebi - jaksanaan majikan yang menguraikan alasan-alasan yang rnendasari diberikannya kebijaksanaan setelah melihat kea- daan yang menyangkut diri buruh itu sendiri seperti poni- laian konduite buruh dalam perusahaan dan keadaan sosial ekonomi buruh. Adapun peringatan dan skorsing di sini juga terma- suk kebijaksanaan majikan terhadap buruh. Sedangkan dalam kebijaksanaan mengenai peringatan hanya ditujukan bagi buruh yang melakukan kesalahan ringan dengan tujuan agar buruh tidak mengulangi lagi kesalahan itu. Mengenai kebi- jaksanaan skorsing untuk buruh yang melakukan kesalahan berat diberhentikan untuk sementara waktu dari pekerjaan- nya sampai pada waktu yang ditetapkan oleh perusahaan.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  /■danya sk.ors.ing ini diboriknn bej mr'ik.sud agar buruh tprsc­ out moronungkan kesalahannya da.Lom wcikLu skor. sing itu. Uraian mengenai peringatan dan skorsinq ini saya lctakkan dalam bab IV. Sebagai penutup dari skripsi ini, maka bab V terdiri atas kesimpulan dan saran yang merupakan inti- sari dari pembahasan skripsi ini. Dengan demikian dapat terwujudlah pelaksanaan ke~ bijaksanaan majikan yang akan sesuai dengan pelaksanaan pembangunan. Maka dari itu, dengan kebijaksanaan majikan ini, kesejahteraan rakyat bersama yang dicita-citakan da­ pat kita capai. ^Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Djambatan, Jakarta, 1980, h. 130.

  2Ibid.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB II MOTIVASI KEHIJAKSANAAN MAJIKAN

  1. Konduite Buruh Dalam usaha mengembangkan perusahaan majikan porlu mencari jalan bagaimana memberikan dan meningkatkan kebu- tuhan hidup buruh yang ditetapkan atas dasar nilai dan tugas seorang buruh dengan mcmperhatikan keseimbangan prestasi dan kebutuhan buruh, sehingga kepada buruh dapat diperoleh suatu jaminan yang aknn menciptakan ketenangan bekerja. Ketenangan bekerja ini sebenarnya bagi perusa - haan itu sendiri dapat meningkatkan adanya hasil produksi perusahaan. Sebagai sal ah satu jalan agar buruh tetap Lcbih meningkatkan hasil produksi perusahaan majikan porlu me- ngadakan penilaian terhadap konduite buruh. Penilaian ini dilakukan dengan melihat peri kelakuan dan disiplin kerja bahkan sampai dengan tanggung jawab dalam bekerja, ke- trampilan, dan kejujuran. Cara penilaian terhadap buruh ini biasanya dilakukan setiap bulan selama enarn bulan oleh kepala bagian, kemudian hasil penilaian ini dikum - pulkan di bagian personalia lalu hasilnya dilaporkan ke­ pada para buruh dengan maksud agar buruh yang mendapat nilai konduite yang jelek dapat memperbaiki kekurangannya sehingga pada penilaian yang akan datang dapat mencapai ,

  3

  nilai konduite yang tinggi. Guna menghadapi masalah ini diperlukan sikap sosial dan sikap mental untuk mewujudkan

  7

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  8 Hubungan Perburuhan Pancasila. Maksudnya di sini ialah :

  sikap sosial ialah sikap yang mencerminkan persatuan Nasional serta Kesatuan, scrta sifat kegotong-royong- an, toleransi, tenggang rasa, terbuka, bentu-membantu dan mampu mengendalikan diri. Sedangkan pada sikap mental para pelaku Hubungan Perburuhan Pancasila ber- sikap sebagai teman seperjuangan yang saling menghor- mati dan saling mengerti kodudukan serta peranannya dan sama-sama memahami hak dan kewajibannya didalam keseluruhan proses produksi.4 Sehingga melalui operasional Hubungan Perburuhan Pancasila dapat ditanamkan sikap buruh untuk dapat ber~ tanggung jawab atas majunya perusahaan serta menjaganya dan melestarikan perusahaan tersebut. Adanya sikap sosial dan sikap mental ini buruh diharapkan mempunyai nilai konduite yang baik. Dilaksanakannya penilaian konduite in.i selain untuk meningkatkan produksi perusahaan bertu - juan juga untuk monentukan kenaikan gaji, monentukan bo- sar kecilnya bonus atau gratifikasi, dan juga meningkat- .

  5 kan prestasi kerja buruh pada perusahaan.

  Kenyataannya, seorang buruh yang telah memiliki nilai konduite kerja yang baik dalam melaksanakan peker - jaannya sehari-hari tidak lepas dari kesalahan yang lang- sung maupun tidak langsung dapat merugikan perusahaan se­ hingga karena kerugian ini buruh dapat dikenai pemutusan hubungan kerja. Tetapi sehubungan dengan kesalahan ini majikan jarang melaksanakan pemutusan hubungan kerja. Pertirnbangan majikan yang jarang mengadakan pemutusan hu­ bungan kerja ini didasarkan atas pemikiran tcrhadap aki- bat terjadinya pemutusan hubungan kerja itu sendiri. Baik akibat yang menyangkut sendi kehidupan buruh dan koluarga

  nya maupun kerescihan sosial yanq dapat-. monjadi. sumber ke- rawanan nasional antara lain bertambah tingginya frekuen- si pengangguran yang mungkin menimbulkan e'kses-ekses lain seperti pencurian, sabotase, dan lain-lain. Sebagai tin- dak lanjut majikan akan menghubunqkan kesalahan buruh de­ ngan konduite buruh itu dan kemudian majikan akan menga - dakan penilaian untuk merftpertimbangkan dalam penentuan langkah-langkah terhadap buruh tersebut. Apalagi kalau kesalahan ini dilakukan secara tidak songaja dan keruqian yang timbul kecil artinya bagi perusahaan tersebut, maka tindakan majikan akan memberikan sanksi berupa peringatan. Sedangkan terhadap kerugian materiel di PT Kedawung Subur Surabaya sebaqian dibebankan kepada buruh itu dengan sanksi berupa pemotongan upah buruh setiap bulan yang ti­ dak lebih dari 20% upah yang diterima buruh itu setiap bulan dan kerugian yang sebagian lagi ditanggung perusa - ,

  6 haan. Terlaksananya pertimbangan majikan yang mengun - tungkan ini diharapkan kepada buruh itu dapat menginsafi segala kesdlahannya dan kemudian memperbaikinya dengan tidak bermaksud untuk mengulangi kembali. Di samping itu, sikap buruh akan semakin menghormat kepada majikannya se­ hingga buruh itu tidak lagi bekerja dengan tujuan keben - daan saja tetapi buruh berperan serta dalam lajunya peru­ sahaan.

  9 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2. Keadaan Sosial Ekonomi Buruh Perkembangan industri yang semakin meningkat pada saat ini dan semakin berkembangnya peronan modal baik da­ ri dalam maupun luar negeri dapat memberikan perluasan kesempatan kerja. Perluasan kesempatan kerja ini merupa­ kan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Dalam hubungan ini program-program pembangunan sektoral maupun regional harus mengusahakan seluas mung- kin terciptanya kesempatan kerja dengan irnbalan yang lo- yak. Adanya perluasan kerja ini seorang dapat bekerja antara lain sebagai buruh di pelbagai perusahaan yang mem butuhkannya dengan harapan buruh ini dapat memenuhi kebu- tuhan hidupnya. Tetapi harapan buruh untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya belum dapat menjadi kenyataan. Karen a sebagian besar buruh menerima upah yang sedikit sekali. dan penerimaan upah ini tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan buruh pada perusahaan itu. Keadaan semacam ini banyak dijumpai pada negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia. Sehingga un­ tuk mengatasinya diperlukan campur tangan pemerintah. Pe- ranan pemerintah ini mengeluarkan adanya peraturan yang menetapkan standart upah buruh dan juga mendirikan Asu - ransi Sosial Tenaga Kerja guna memberikan tabungan buruh pada hari tuanya. Di samping peranan pemerintah, maka peranan majikan penting pula artinya bagi kehidupan buruh karena majikan selain memberikan upah juga harus memberi­ kan jaminan sosial yang berupa tunjangan beras, tunjangan

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11

  kemahalan, tunjangan hari raya, tunjangan produksi dan sebagainya. Semua ini diberikun pad? buruh dengan maksud agar buruh dan keluarganya dapat memenuhi segala kekurang . .

   7 annya yang menjadi kebutuhan s e h a n - h a n . Kenyataan dalam keadaan sosial ekonomi buruh yang rendah ini seringkali dijumpai masalah-masalah yang me- nyangkut hubungan kerja antara buruh sebagai penerima kerja dengan majikan sebagai pemberi kerja. Di mana dalam masalah ini, misalnya buruh dengan kurang penghati-hati telah mengakibatkan kerusakan pada mesin perusahaan se­ hingga karena kerusakan ini perusahaan tidak dapat ber- produksi dan keadaan ini dapat merugikan perusahaan, se­ hingga akibat adanya kesalahan ini buruh dapat dikenai pemutusan hubungan kerja. Tetapi majikan dipandang seba­ gai orang yang mempunyai kedudukan sosial ekonomi yang lebih tinggi jarang mengadakan pemutusan hubungan kerja terhadap buruh itu. Sebaliknya majikan akan menentukan kebijaksanaan lain misalnya dengan memberikan teguran ke- ras kepada buruh itu. Kebijaksanaan majikan yang meri - ngankan buruh ini, didasarkan atas pemikiran akibat yang timbul adanya pemutusan hubungan kerja bagi buruh ini ter hadap dana penghidupan dari buruh ini. Lebih-lebih, ka- lau buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja ini sam- pai waktu tertentu belum mendapatkan pekerjaan sedangkan dana yang menjadi persediaan bagi kehidupan buruh itu se- makin menipis. Keadaan semacam ini dapat menyengsarakan kehidupan buruh bersama dengan keluarganya.

  12 Kebijaksanaan majikan yang dj.beri.kan ini akan da­

  pat memberikan manfaat bagi peningkatan kesojahteraan bu­ ruh beserta keluarganya dan sekaligus dapat tercapai IJu— bungan Perburuhan Pancasila yang mengandung azas kerja sama tripartite antara lain :

  a. buruh dan pengusaha/pemimpin perusahaan adalah te~ man seperjuangan dalam produksi, yang berarti baik buruh maupun pengusaha/pimpinan perusahaan wajib bekerja sama serta bantu rnembantu dalam kelancaran usaha dengan meningkatkan kesejahteraan dan me- naikkan produksi;

  b. buruh dan pengusaha/pimpinan perusahaan adalah to­ man seperjuangan dalam keuntungan, yang berarti keuntungan yang diterima perusahaan dinikmati ber- sama dengan bagian yang layak dan serasi:

  c. buruh dan pengusaha/pimpinan perusahaan adalah te- man seperjuangan di dalam pertanggungan jawab yang meliputi : 1. tanggungjawab kepada Tuhan Yang Mahaesa 2. tanggungjawab kepada Hangsa dan Negara 3. tanggungj awab kepada inasyarakat sokelilingnya 4. tanggungjawab kepada buruh dan keluarganya 5. tanggungjawab kepada perusahaan di mana ia ber- kerja.® Azas kerja sama tripartite ini didasarkan atas "suasana serba keserasian dan keselarasan juga keseimbangan antara pihak-pihak yang bersangkutan dalam keseluruhan proses produksi, yaitu buruh, pengusaha, pemerintah, dan masya -

  9 rakat umum . Gun a mencapai azas kerja sama tersebut dalam suasana mengoperasionalkan Hubungan Perburuhan Pan­ casila, majikan sangat perlu memperhatikan kesejahteraan buruh bersama keluarganya, misalnya dengan mendirikan ko- perasi perusahaan bagi pnra buruh perusahaan itu di mana pada koporasi ini buruh dapat membeli segala kebutuhan sehari-hari dengan harga yang jauh lebih murah dibanding- ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  13

  kan dengan harga di pasaf pada umumnya. Di samping itu juga bertujuan untuk menghindarkan adanya pinjaman uang buruh di luar perusahaan dengan bunga yang tinggi. Se­ hingga dapat tercapailah suasana kctontraman di tempat kerja. Suasana ini yang hendak dicapai oleh kedua belah pihak untuk dapat menyelenggarakan ketenangan bekerja bu­ ruh dan adanya ketenangan usaha bagi majikan selama ber- langsungnya proses produksi. Begitu pula kegairahan ker­ ja buruh dapat diciptakan sodangkan produksi perusahaan dan jaminan sosial buruh dapat ditingkatkan. Sehingga ke­ tenangan bekerja dapat mendorong kearah makin majunya pe­ rusahaan yang akan sejalan dengan cita-cita kaum buruh serta rakyat pada umumnya dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.

  3 Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 13 Oktober 1982,

  4 "Kumpulan Hasil-Ilasil Seminar Hubungan Perburuhan Pancapila", Keputusan Seminar Nasional Hubungan Perburuh­ an Pancasila, Departemen Tenaga Kerja, Transmiqrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974, h^ 67 ^Wawancara dengan Manager Personalia PT Pharmasi Viva/Vita Kosmetik Surabaya, 26 Oktober 1982. g Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 20 Oktober 1982.

  7 Wawancara dengan Manager Personalia PT Pharmasi Viva/Vita Kosmetik Surabaya, 23 Oktober 1982. g Sukarno, Pembaharuan Gernkan i3uruh di Indonesia dan Hubungan Perburuhan Pancasila, Alumni, Bandung, 1980, h. 104.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  14

  • • <) be part omen Tonaqa Korja, Tt ansmiqi osi dan Kooora- s i , op.cit., h. 4.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  BAB III P ERBUATAN JilJUUIl DA LAM HUBUNGAN KE R J A YANG UINILAI MEktJGIKAN t'KkU.SMIAAN

  1. Tidak Cakap Melakukan Pokerjaan Moninjau dalam periode pembangunan sekarang ini tcrnyata banyak berdiri pelbagai sektor-soktor industri yang telah memberikan peluang suatu kesempatan korja bagi buruh dewasa, buruh anak, buruh orang muda, dan buruh wa- nita. Terciptanya peluang kesempatan kerja ini berkaitan erat dengan dasar pendidikan, kotrampilan, dan pengalaman kerja masing-masing buruh. Maka dari itu dengan ditorima- nya buruh di pelbagai sektor industri ini berlaku suatu ketentuan bagi perusahaan yang incrnporlakukan buruh itu untuk menjalankan lebih dahulu masa percobaan paling lama 3 bulan. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 4 Undang-Un - dang Nomor 12 Tahun 1964 yang menyatakan : "masa percoba- an itu tidak boleh melebihi tiga bulan dan adanya masa percobaan harus diberitahukan lebih dahulu kepada calon b u r u h " . ^ Masa percobaan ini berarti sudah terjalin sua­ tu hubungan kerja antara majikan dengan buruh dan dapat berakibat pula buruh sudah dapat menerima upah yang akan disesuaikan dengan pendidikan, ketrampilan, pengalaman kerja, dan produktivitas kerja dari buruh itu. Kalau pro- duktivitas kerja dari buruh itu sangat rondah berarti ma­ jikan sudah dapat menuntut pada buruh supaya buruh dapat menghasilkan prestasi kerja senuiksimal mungkin dan "buruh ■ —JfS ll m — ■ ■ »!■■■■

  M I L I K

  TF^PL STAKAAN

  horkewajiban nielakukan p<*kerjaan yang dijanjikan monurut kemampuan yang sebaik-baiknya, sekesar sifat dan luasnya pekerjaan yang harus dilakukan jika tidak dimasukkan da­ lam perjanjian atau peraturan majikan maka ditontukan o- leh kebiasaan" . Sehanai sal ah satu jaJan aqar buruh dapat mono ip - takan prostasi korja pada masa porcobnan .ini, inajikan porlu mengadakan us ah a bimbingan, pend.idikan, kntrampil - an, dan latihan agar "rneroka dapat diqunakan secara ofok- tif sosuai dengan persyaratan tonaga korja yang diminta atau dibutuhkan. Pembinaan tcnaga kerja ini baik kwali - tas mnunun kwantitas yang akan erat hubungannya dengan pasaran korja yakni persediaan dan peimintaan tcnaga ker- * i 1? ja". '■ Sefcelah itu buruh dicoba untuk dapat menguasai se ponuhnya pada pekerjaan yang dihadapi itu. /\pabila masa percobaan baru herjalan 2 bulan sodangkan buruh itu sudah cakap sepenuhnya pada pekerjaan itu berlaku ketetapan da­ pat diangkatnya menjadi buruh tetap pada perusahaan itu. Tetapi apabila buruh tetap tidak cakap menguasai pekorja- annya maka berarti buruh itu tidak dapat menghasilkan produksi nerusahaan sehingga keadaan ini dapat merugikan perusahaan. Kalau keadaan ini berlangsung terus hingga masa percobaan habis maka di PT Kedawung Subur Surabaya dengan kebijaksanaan majikan dan persetujuan dari buruh itu masa percobaannya dapat diperpanjang lagi. Dalam tambahan masa percobaan ini inajikan akan mcngusahakan un- tuh memberi pendidikan khusus pada buruh itu dengan mak­

  16 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  sud agar buruh dapat dengan cakap, tcrampil untuk mengu- asai pekerjaan itu dan juga meningkatkan adanya prestasi

  v

  13 korja.

  Cara lain untuk mengatasi buruh yang tidak cakap melakukan pekerjaan ini dengan memindahkan buruh itu ke bagian lain yang kebetulan lowong. Maksud dari mutasi - pokerjaan ini buruh dapat mencoba kemampuannya untuk me- nguasai pada pekerjaan yang baru itu. Apabila pada bagi­ an yang lain tidak ada yAng lowong maka secara praktek berlaku kebiasaan, terpaksa buruh itu diborhontikan dari perusahaan tersebut. Adanya pelaksanaan pemberhentian ini buruh hanya diberikan apa yang menjadi upahnya saja. Se- dangkan pendapatan lain seperti uang pesangon, uang jasa, dan lain-lain belum dapat diborikan sebab buruh belum mompunyai masa kerja yang cukup. Ilemat saya, dengan diberhontikannya buruh tersobut kelancaran jalannya perusahaan dapat teratasi sehingga keadaan ini dapat meningkatkan hasil produksi perusahaan. Peningkatan hasil produksi perusahaan ini juga menjadi ke pentingan seluruh masyarakat. Maksudnya di sini : banyak sedikitnya produksi akan mempengaruhi harga pasaran atau naik turunnya harga yang langsung akan dirasakan oleh masyarakat. Sebab itu Kaum Buruh dan Kaum Pengusaha mempunyai tanggung jawab bersama untuk menjaga agar produksi tersebut dapat terus diperta- hankan demi kepentingan seluruh masyarakat dan ne- gara.14 Dengan demikian keadaan ini akan lobih menunjang tujuan dari Hubungan Perburuhan Pancasila yaitu : tnengemban cita-cita proklamasi Kemerdekaan Negara Re- publik Indonesia 17 Agustus 1945 didalam pembangunan

  17 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  18

  nasional untuk mcwujudkan mnsyarakat yang adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila, serta ikut melak - sanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdeka - an, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, melalui Penciptaan ketenangan dan ketentraman dan ketertiban kerja serta ketenangan usaha, meningkatkan produksi , dan meningkatkan kesejahter?;an buruh serta derajatnya sesuai dengan martabat msnusia.15 Keadaan ini kiranya dapat dicapai apabile kaum bu­ ruh juga ikut menciptakan prestasi kerjanya supaya poru- sahaan dapat menghasilkati hasil produksi yang tinggi pula. Sohingga dengan meningkatkan hasil produksi perusahaan - dapat pula mengimbangi jalannya pembangunan.

2. Melalaikan Kewajiban Secara Serampanqan Buruh yang telah menjadi buruh tetap suatu perusa­ haan harus mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku selama melakukan pekerjaan pada perusahaan terse- but. Buruh wajib mentaati aturan untuk "melakukan peker­ jaan dan aturan yang ditujukan pada perbaikan tata tertib dalam perusahaan majikan yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama majikan dalam batas-batas aturan perundang undangan atau perjanjian, atau bila itu tak ada, kebia- ..

  16 saan .

  Adanya peraturan perusahaan ini memang bertujuan dan bermaksud agar setiap buruh dapat mengetahui dengan aepenuhnya mengenai perincian serta makna dari tata ter - tib perusahaan. Berarti akan mengurangi keragu-raguan, salah pengertian dan mempertegas hak serta kewajiban an- tara majikan dengan buruh. Tata tertib perusahaan ini membuat buruh akan terikat pada aturan yang secara sepi - ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  hak ditotapkan pada peraturan kerja porusnh.iiin. Terjadi - nya ikaten buruh pada perjanjian Icerja perusahaan itu bi- la buruh baik secara lisan maupun tertulis mcnyetujuinya. Ketentuan ini dapat dijumpai pada :

  pasal 1601j Kitab Undang-Undang Hukum i’erdata y^ng menetapkan bahwa peraturan majikan hanya mengikat bu­ ruh b.i.la ia secara tertulis menyatakan persetujuannya dan jika : 1. sebuoh peraturan yang lenqkap dongan cuma-cuma di- berikan kepada buruh oloh atau at as nama nw.iji.kan; 2. majikan menyediakan sebuah peraturan yang longkap dan ditandatanganinya, di kantor Departemen I’erbu- ruhan untuk dapat dil.ihat oloh baranq.si.apa yang menghendakinya; 3. sebuah peraturan yang longkap diqantungkan pada tempat yang dengan mud ah dapat dimnsuki buruh, ji­ ka mungkin di ruangan kerja, agar mudah dibaca. Sebnqai akibat torikatnya buruh pada perjanjian kerja perusahoan Ini rnaka soka.l.i-kal i buruh itu tidak bo- leh melanggarnya. Sehingga kalau ad a buiuh telah rnelalni lean kewajifoannya secara serainpangan, maksudnya buruh itu secara sengaja atau tidak telah melalaikan apa yang men- jadi kewajibannya antara lain : telah meninggalkan tempat kerja pada waktu iam kerja, mcmbolos, memperpanjang waktu libur dan sebagainya. Sehingga akibat dari kelalaian bu­ ruh akan kewajibannya ini majikan mengkajinya alasan bu­ ruh deri kelalaiannya ini. Kalau sekiranya alasan yang di kemukakan buruh tidak tepat nebagai tindak lanjut dari majikan akan menqurangi atau memotong nilai. konduite ker­ ja buruh. Misalnya pengurangan nilai konduite kerja telah diterapkan di FT Kedawung Subur Surabaya yang diperlaku- k«?n terhadap buruh yang sakit selrma 2 hr.ri berturut-tu -

  19 ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  20

  rut tanpa ada surat keterangan dari doktor dtin kepada bu­ ruh ini telah diadakan pcmotongan nilai konduite sebanyak 5 p o i n t . M a k s u d dari pemotongan nilai konduite ini su- paya buruh yang memang benar-benar dalam keadaan sakit dapat membawa surat keterangan dokter yang teloh disedia- kan pada perusahaan itu. Cara ini dimaksud pula untuk momberi hukuman pada buruh itu supaya niJai konduite yanq kurang ini dapat menyebabkan berkurangnya pula pendapatan buruh. Keadaan semacam ini diharapkan agar buruh itu di- kemudian hari tidak melalaikan kewajibannya dan memper- baiki nilai konduite dengan tujuan dapat memperoleh tun- jangan-tunjangan yang ada dan juga sebagai contoh bagi bu ruh yang lain untuk tetap mematuhi tata tertib atau per­ aturan perusahaan sehingga tidak melalaikan kewajibannya secara serampangan. Hemat saya sanksi berupa pemotongan nilai konduite buruh yang melakukan pekerjaan secara serampangan dapat menjadikan buruh itu lebih bertanggung jawab mengenai tu- gasnya baik untuk kepentingan perusahaan maupun untuk ke~ pentingan masyarakat. Sehingga dapat torjalin hubungan kerja sama antara majikan dengan buruh sebagai teman ker- ja pemerintah dalam pembangunan dapat terus ditingkatkan. Dengan demikian terwujudlah azas partnership dalam Hu­ bungan Perburuhan Pancasila akan lebih mudah dibina. Se­ hingga buruh dapat menjalankan tugasnya dengan baik, ber- disiplin, penuh pengabdian dan bertanggung jawab.

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  21

  3. Melakukan Kecerobohan 'Milik Perusahaan Setiap perusahaan menghendaki buruhnya untuk men- ciptakan suatu hasil kerja yang semaksimal mungkin dengan menggunakan modal dan sarana milik perusahaan yang sehe - mat-hematnya dan sebaik-baiknya. Sebagai seorang buruh dapat memenuhi kehendak perusahaan itu secara spontan an- daikata buruh itu mempunyai rasa ikut memiliki dan meru - pakan bagian dari perusahaan. Sehingga tepatlah dengan ajaran Tri Dharma yaitu : Dharma yang pertama "liumangsa handuweni" : ialah mera- sa ikut memiliki. Dalam hal ini haruslah dapat dicip- takan auasana kerja dan suasana produksi, dimana se- mua fihak yang teraangkut dalam proses produksi— -khu- susnya buruh— secara moril merssa terikat dan ikut memiliki perusahaan itu. Dari perasaan ini akan mun- cul dharma yang kedua, ialah "Melu hangrukebi". Arti- nya, lahirnya tanggung jawab bersama untuk memperta - hankan, memajukan/ dan mumperkokoh apa yang dirasakan sebagai milik bersama tadi. Dan untuk melaksanakan dharma yang ketiga : "Mulat sariro want". Artinya, semua fihaV. berani terus menerus meneliti diri sendi- ri sampai bcrapa jauh telah berbuat untuk mempertahan - kan dan memajukan milik dan kepentingan bersama tadi. Pernyataan ini dapat berarti pula bila seorang bu­ ruh pada perusahaan itu dalam melaksanakan pekerjaannya berhadapan langsung dengan alat-alat, perlengkapan, mesin mesin perusahaan dan sebagainya maka buruh itu harus le­ bih berhati-hati dan penuh tanggung jawab dalam pengguna- annya. Sehingga pada pelbagai perusahaan yang melibatkan baik sedikit jumlah buruhnya maupun yang melibatkan jum- lah buruh yang banyak sangat penting dibuatkan peraturan perusahaan. Adanya peraturan perusahaan ini akan lebih mudah untuk mengatui dan mengkoordinir cara kerja buruh

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  22

  dalam suatu perusahaan antara lain penqaturon mongonai tata cara penggunaan alat-alat, perlengkapan, dan mesin - mesin milik perusahaan. Dengan demikian menjadi jelas a- danya peraturan perusahaan ini dapat menghindarkan kece- robohan yang akan terjadi pada milik perusahaan itu dan dapat lebih mempertegas lagi kewajiban serta tanggung ja~ vab buruh terhadap perusahaan tempat buruh itu bekerja. Secara praktek, jika terjadi seorang buruh melaku- kan kecerobohan milik perusahaan sehingga dapat merugikan perusahaan, tnaka majikan harus mengkajinya serta mencari tahu sebab dari dilakukannya kecerobohan itu. Dari besar kecilnya kesalahan yang dibuat barulah dapat diambil tin- dakan yang lebih layak misalnya dengan membebankan seba - gian atau seluruhnya biaya akibat kecerobohan yang terja­ di dengan jalan melakukan pemotongan upah buruh tersebut setiap bulan dengan tidak lebih dari 50% dari upah yang diterima buruh itu. Pernyataan sernacam ini dapat dijum- pai pada ketentuan yang termaktub pada pasal 23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah yang menyatakan sebagai berikut : (1) ganti rugi dapat dimintakan oleh pengusaha dari buruh bila terjadi kerusakan barang atau kekurang an lainnya baik milik pengusaha maupun milik pi­ ll ak ketiga oleh buruh karena kesengajaan atau ke­ lalaian. (2) ganti rugi demikian harus diatur terlebih dahulu dalam suatu perjanjian tertulis atau peraturan perusahaan dan setiap bulannya tidak boleh mele- bihi 50% (lima puluh persen) dari upah. ^ Keadaan seperti ini telah diterapkan di PT Wijaya Kusuma Contractor Surabaya untuk bagian logistik proyek

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  23

  yang bertugas mempertanggung jawabkan pomakaian barang - baiang perusahaan agar benar-benar digunakan untuk proyok. Tetapi kecenderungan melakukan kecerobohan seringkali ter jadi pada saat proyek menjelang berakhii., di mana pada saat itu banyak digunakan alat-alat kecil yang murah har- gc-nya. Katagori kecil dan murah ini menyebabkan buruh logistik sering melupakan pemakaian bon pinjam barang dan tidak mcngumpulkan serta monyimpannya setiap jam korja berakhir, sehinqga menyebabkan barang-barang tersebut men jadi hilang atau musnah. Barang-barang yang hilang atau musnah itu harus diganti oleh di penanggung jawab yaitu bagian logistik. Besar kecilnya penggantian ini disesuai kan dengan nilai konduite buruh dalam perusahaan dan cara pembayarannya untuk penggantian barang-barang yang hilang atau musnah dilakukan dengan moncicil setiap bulan. Kalau buruh tersebut mempunyai nilai konduite yang baik maka dari sisa pembayaran yang belum dilunasi dapat dihapuskan

  21 berdasarkan kebi} aksanaan majikan. Menurut hemat saya, adanya sanksi berupa pembeban- an ini diharapkan agar buruh ini dikemudian hari tidak melakukan kecerobohan lagi dan buruh menjadi lebih berha- ti-hati dalam menghadapi tugas dan kewajiban akan perleng kapan, alat-alat, dan mesin-mesin perusahaan. Sekaligus akan menjadi contoh bagi buruh yang lain untuk lebih ber- hati-hati dalam mematuhi tata tertib perusahaan. Keadaan semacam ini sesuai dengan Hubungan Perbu - ruhan Pancasila di mana pihak buruh tidak lagi bekerja

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  24

  denqan tujuan untuk kepentinqan pribadi saja tetapi buruh menyadari akan fungsi yang sebenarnya serta ikut berperan dan bertanggung jawab semaksimal mungkin guna meningkat - kan produksi perusahaan. Adanya peningkatan produksi pe­ rusahaan ini untuk kebahagian bersama dan meningkatkan martabat manusia. ^®Imam Soepomo, op. cit., h. 126, 11Ibid.< h. 67.

  12 . Badan Pembinaan Hukum Nasional, Simposium Hukum Perburuhan, Binacipta, Jakarta, 1978, h. 115.

  13 . Wawancara dengan Manager Personalia PT Kedawung Subur Surabaya, 20 Oktober 1982. 14 .

  . Agus Sudono, "JIubungan Perburuhan Pancasila se- bagai Wahana Menuju ke Ketahanan Kerja dan Stabilitas So- sial Ekonomi untuk Pembangunan Nasional", Departemen Te- naga Kerja Transmigrasi dan Koperasi, Jakarta, 1974, h. 11.

  15 Keputusan Seminar Nasional Hubungan Perburuhan Pancasila, op. cit., h. 6.

  16 Imam Soepomo, op. cit., h. 71.