Review Rene Descartes Pertarungan antara

Review
Rene Descartes : Pertarungan antara Jiwa dan Tubuh pada Manusia
Oleh: 1. Satwanti
2. Rini Destamayanti

Ada dua hal penting yang perlu diketahui sebelum membahas pemikiran Descartes
tentang manusia. Yang pertama, bagaimana pendominasian ilmu Aristotelian dalam tradisi
akademik pada masa itu yang lebih banyak memuat konsep tentang jiwa. Jiwa yang dianggap
sebagai prinsip pemberi kehidupan kepada makhluk hidup, yang dibagi dalam tiga jenis. Jiwa
vegetatif yang sudah pasti di miliki oleh tumbuh-tumbuhan, juga di miliki oleh hewan dan
manusia. Sedangkan jiwa sensitif atau yang biasa disebut jiwa hewani, hanya dimiliki oleh
hewan dan manusia. Manusia, sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki derajat yang
lebih tinggi di banding makhluk yang lainnya, tidak hanya memiliki kedua jiwa tersebut,
melainkan juga di anggap memiliki jiwa rasional, di mana dengan jiwa rasional tersebut
manusia mampu berpikir secara sadar. Descartes adalah orang yang mengadakan pembalikan
atas anggapan Aristoteles dan pengikutnya yang mengatakan jiwa sebagai faktor utama yang
bisa menjelaskan fenomena kehidupan.
Yang kedua adalah pengalaman Descartes tentang gerak. Berdasarkan ilham yang ia
dapatkan dari pengalamannya mengamati gerak patung-patung oleh dorongan air di
St.Germain, membuatnya memunculkan teori tentang badan-badan yang hidup, yang
menurutnya digerakkan oleh kekuatan mekanis.

Descartes yang dikenal dengan “keragu-raguannya” bertujuan membawa kita pada
jalan untuk menuju sebuah kepastian. Dengan keragu-raguannya terhadap gejala alam fisis
yang dilakukannya secara sistematis, Ia kemudian memberikan sebuah kesimpulan bahwa di
alam ini hanya terdapat dua sifat dasar yang jelas dan terpilah-pilah sehingga tidak bisa di
ragukan dan di analisis lagi. Kedua sifat dasar tersebut adalah keluasan atau ekstensi (dimensi
ruang tempat berdiamnya benda-benda) dan gerak.
Descartes yang mempercayai akan tiga partikel dasar di dunia ini, yakni api, tanah,
dan air, memahami partikel-partikel tersebut yang berperan dalam aktivitas alam.

Sebagaimana alam membentuk sebuah keadaan, manusia dengan struktur tubuhnya yang
hidup, bekerja seperti sistem-sistem fisik yang mengikuti hukum-hukum alam.
Descartes tidak hanya menghadirkan sebuah gagasan tentang fisiologi mekanistik,
tetapi juga melakukan penerapan akan gagasannya itu untuk menganalisa fungsi-fungsi tubuh
secara mekanistis. Hasil analisanya, menggugurkan konsep-konsep tradisional tentang jiwa
vegetatif dan hewani pada manusia karena fungsi yang di analisisnya tersebut bekerja secara
mekanis, namun tidak untuk jiwa rasional. Descartes sama sekali tak menyinggung satu
fungsi kehidupan itu dengan penjelasannya yang mekanisitis.
Di sinilah letak perbedaan yang mendasar antara hewan dan manusia. Jika hewan
melakukan segala aktivitas oleh tubuhnya, semuanya bisa dijelaskan secara mekanistik, atau
lebih tepatnya semua pergerakan dan bagaimana cara hidup hewan sudah dibentuk

sedemikian rupa, selayaknya sesuatu yang bergerak secara otomatis dengan fungsi-fungsi
yang sudah ditentukan. Sedangkan pada manusia ada kesadaran dan kehendak untuk setiap
pergerakan dan tingkah lakunya. Apa yang dilakukan manusia, berdasarkan pada
keinginannya atau karena ia memilih mengikuti pilihan yang dihasilkan dari pertimbanganpertimbangan rasional yang dilakukannya.
Tubuh dan jiwa merupakan dua substansi yang berbeda. Jiwa yang merupakan
substansi immaterial dapat bertempat di mana saja di ruang material. Akan tetapi, jiwa tidak
bisa bertindak langsung selama ia berada dalam tubuh, yang secara otomatis membuat jiwa
harus mengikuti tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tubuh. Hal inilah yang membuat
Descartes beranggapan jika jiwa berada pada suatu tempat di otak, yang menjadi pusat
kontrol bagi segala sensasi dan gerakan tubuh. Namun, hal tersebut ia ragukan karena
ternyata, otak adalah organ fisik yang terbagi atas dua bidang, sedangkan jiwa merupakan
satu intensitas yang menurutnya tak terbagi.
Dalam hal ini, Descartes memahami bahwa jiwa berperan dalam menyatukan serta
mempersepsikan kesan-kesan ganda yang ditangkap oleh indra dan tersalurkan dalam otak.
Keterpaduan tersebut hanya akan terjadi dalam struktur yang tidak terbagi dan yang terdapat
di dalam otak. Struktur yang dimaksud adalah kelenjar pinealis, yang terletak di dekat pusat
otak dan menyebar dalam bilik-bilik jantung. Di tempat itulah, Descartes menyimpulkan
bahwa di sanalah letak pertemuan jiwa terhadap tubuh.

Jiwa yang merupakan substansi immaterial, terkadang melakukan penolakan atau

mengubah respon-respon tubuh yang merupakan substansi material. Bagi Descartes, jiwa
adalah terpadu, konsisten, rasional, tetapi terbatas kekuatannya dalam menghadapi tubuh.
Apabila jiwa melakukan penentangan terhadap tubuh, maka akan terjadi pertarungan yang
berlangsung di dalam kelenjar pineal. Pertarungan antara jiwa dan tubuh ini tidak lain adalah
esensi dari kondisi manusia yang sebenarnya, di mana manusia yang sudah pasti dihadapkan
pada berbagai pilihan. Dalam memutuskan pilihannya tersebutlah, jiwa dan tubuh sama-sama
berperan. Terkadang, pilihan itu mengikuti persepsi jiwa terhadap pengaruh dari pilihan
tersebut, tetapi juga kadang-kadang jiwa kewalahan dalam menahan kekuatan yang berasal
dari tuntutan tubuh.
Meskipun kajian Dsecartes tentang bagaimana dan di mana jiwa berinteraksi dengan
tubuh, kurang memiliki nilai ilmiah pada masa sekarang ini, namun dualisme interaktif yang
ia gunakan dalam memahami dua substansi tersebut masih tetap memiliki daya tarik. Sampai
sekarang, perdebatan yang menyangkut tentang jiwa dan tubuh masih sering terjadi.
Satu hal yang di sadari oleh Descartes, namun tak bisa masuk dalam penjelasan
objektif melalui analisa mekanistiknya. Satu hal tersebut,yakni “kesadaran subjektif”. Ia
dapat meragukan segenap kenyataan indrawi yang melingkupinya, bahkan keberadaan tubuh
dan dunia fisiknya, tetapi ia tidak dapat meragukan kenyataan subjektif dari jiwanya sendiri
yang meragukan. Maka, aktivitas jiwa atau roh rasional adalah satu-satunya kenyataan yang
tidak dapat diragukan oleh siapa pun dan kapan pun.


Dokumen yang terkait

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

Analisis korelasi antara lama penggunaan suntik KB DMPA dan tingkat keparahan gingivitis di wilayah kerja puskesmas Sumbersari Jember

0 29 71

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Hubungan antara Kualitas Pelayanan Poli KIA/KB dengan Derajat Kesehatan Ibu dan Anak di 2 Puskesmas di Kabupaten Jember (The Correlation between Service Quality of Maternal and Child Healthcare/Family Planning Polyclinic and Degree of Maternal and Child H

0 18 6

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas karyawan PT Toyotetsu Corporation

4 20 131

Eskatologi : suatu perbandingan antara al-Gazali dan Ibn Rusyd

3 55 79

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Perbandingan perilaku prososial antara orang yang telah melaksanakan ibadah haji dan yang belum pada Ibu-Ibu majelis ta'lim

0 22 126