Politik Pembangunan Industri Pertahanan. pdf

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
Politik Pembangunan Industri Pertahanan Nasional di Era Global
Oleh : Pebri Tuwanto
Abstrak
Pembangunan ekonomi suatu negara sesungguhnya bertautan erat dengan proses
globalisasi yang berjalan. Berangkat dari sebuah prinsip dasar dimana hak-hak individu yang
menjunjung tinggi kebebasan harus diperjuangkan melebihi hak pemerintah atau kelompok
sosial, lalu mengerucut pada tuntutan atas privatisasi, fundamentalisme pasar bebas, dan peran
negara yang minimal mulai memberikan tekanan terhadap industri-industri strategis nasional
termasuk industri pertahanan. Melalui penelusuran atas trajektori sejarah secara umum dinamika
pertahanan dan keamanan dunia yang berjalan dalam berbagai era, diperoleh gambaran bahwa
orientasi industri pertahanan kini telah bergeser menjadi sektor bisnis yang memberi keuntungan
tinggi. Kini atas dasar efisiensi dan mencegah perilaku koruptif, industri pertahanan nasional
dituntut untuk menerima agenda-agenda pengurangan peran negara demi terciptanya keuntungan
yang maksimal.
Kata kunci: Industri Pertahanan, Globalisasi, Ekonomi
I.

pendukung

Pendahuluan

II. Dewasa

ini

industri

pertahanan suatu negara memiliki
kaitan erat dengan perkembangan
ekonomi

suatu

negara.

Industri

pertahanan yang dimaksud disini
adalah industri yang berorientasi
pada produksi alat-alat kebutuhan
pertahanan, yang meliputi alat utama

system senjata (alutsista), baik itu
senjata ringan, senjata berat, maupun
kendaraan
ISSN : 0852-0011

tempur,

kendaraan

kegiatan

serta

pertahanan,

pemeliharaan

perbaikannya.
berkembang
berkutat


dan

Selaku
yang

dengan

isu

negara
senantiasa
mengenai

pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
dan pemenuhan kebutuhan dasar
sehari-hari

warganya,


isu

pembangunan industri pertahanan
kurang mendapat perhatian. Padahal
industri

pertahanan

mengambil
pembangunan

juga

peran
nasional

dapat
dalam
dan


JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
percaturan

perekonomian

Disamping

global.

fungsinya

menunjang

sistem

yang
keamanan

III. Pro


kontra

perihal

pembangunan industri pertahanan
semakin

meruncing

di

nasional seperti pemantauan lalu

globalisasi.

lintas

atau

pembangunan industri pertahanan


mencegah adanya pencurian ikan,

nasional tentu membutuhkan campur

industri pertahanan juga mampu

tangan negara dari berbagai aspek,

mendorong pertumbuhan ekonomi.

karena konsumen atau pengguna

Seorang

(user)

udara

suatu


ekonom

negara

klasik,

Emile

Di

era

dari

satu

produknya

sisi


bersifat

Benoit, bahkan menegaskan bahwa

monopoli, yaitu negara (TNI atau

pengeluaran

pertahanan

negara lain yang memesan dengan

yang besar memicu pertumbuhan

persetujuan negara). Namun, disisi

ekonomi suatu negara. Sebaliknya,

lain


kecilnya anggaran suatu negara akan

dalam era global yang dibangun

membuat

berdasarkan

anggaran

pertumbuhan

semakin lambat.
dipahami

1

ekonomi


Hal ini dapat

mengingat

pembangunan

perekonomian

gagasan

terselenggaranya pasar bebas dengan

semakin

minimalisasi

majunya industri pertahanan maka

penghapusan

secara

membuka

perdagangan biasanya berujung pada

lapangan pekerjaan baru, mendorong

privatisasi. Sebagai contohnya dalam

pertumbuhan industri lain karena

Permenhan No. 24 tahun 2010

memiliki banyak multiple linkage

tentang

dari hulu hingga hilir, mendorong

Pertahanan telah menetapkan PT.

percepatan

Penataran Angkatan Laut (PAL), PT.

otomatis

akan

kemajuan

teknologi,

peran

negara

berbagai

Masterplan

hambatan

Industri

hingga menekan besarnya anggaran

Dirgantara

yang biasanya dikeluarkan untuk

Pindad, PT. Dahana, PT. Len, PT.

mengimpor berbagai alutista dari

Industri Telekomunikasi Indonesia

luar negri.

(INTI) dan PT. Krakatau Steel (KS)

1 Emile Benoit, Economic Development and
Cultural Change, Vol 26, No.2, 1978, Lexington :
Lexington Books, hlm. 271-280
ISSN : 0852-0011

Indonesia

serta

(DI),

PT.

sebagai industri pertahanan, tetapi
PT.

KS

justru

melaksanakan

penjualan saham pada tahun 2010,

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
padahal dalam pasal 9 PP No. 33

Rp92,1 triliun pada tahun 20142 .

tahun 2005 tentang cara privatisasi

Pemerintah sendiri berdalih bahwa

perusahaan

menyatakan

peningkatan anggaran ini dalam

bahwa persero yang bergerak di

rangka pemenuhan MEF (Minimum

sektor usaha yang berkaitan dengan

Essential Force) yang harus dicapai

pertahanan tidak dapat privatisasi.

paling lambat pada tahun 2024.

(persero)

IV. Silang pendapat lain adalah

dalam hal alokasi anggaran untuk
alutista.

Dalam

neoliberalisme,

pandangan

alokasi

anggaran

untuk alutista tentu dianggap sebagai
penghamburan keuangan negara jika
militer

tidak

berperan

dalam

mengamankan operasi pasar. Meski
begitu pasar perdagangan senjata

Keadaan ini tentu menjadi dilema
bagi Indonesia karena disatu sisi
pemerintah

dituntut

mengalokasikan
mengimpor

untuk

anggaran
alutista

guna
modern

berteknologi canggih demi mencapai
target MES, namun disisi lain juga
didesak

untuk

melakukan

pembangunan industri pertahanan.

semakin berkembang dan bergairah

V. Berpijak pada latarbelakang

karena negara-negara berkembang

tersebut melalui pendekatan historis

atau negara yang sedang terlibat

tulisan ini akan mengulas sekelumit

perang terus membuka keran impor

trajektori

mereka melalui pembelian peralatan

perdagangan peralatan pertahanan

pertahanan.

khususnya

dunia, karena penulis percaya bahwa

terus meningkatkan anggaran untuk

segala hal yang terjadi saat ini tidak

belanja

bisa

Indonesia

bidang

pertahanan

yang

meningkat tiga kali lipat dari Rp30,7

sejarah

dilepaskan

perdagangan

dari

orientasi

dinamika

persenjataan

yang

triliun pada tahun 2007 menjadi
2 Rezki Saputra, 15 Juni 2014,BPK: Alokasi
Anggaran Alutsista Tak Relevan dengan
Realisasi
htp://www.infobanknews.com/2014/06/bpkalokasi-anggaran-alutsista-tak-relevan-denganrealisasi/, diakses pada 9 Juni 2015, pukul 21.00
WIB
ISSN : 0852-0011

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
berjalan di era sebelumnya. Lebih

VII. Pada awalnya ketika negara-

dalam lagi akan dibahas bagaimana

negara di dunia masih menganut

arah

sistem monarkhi absolut, berbagai

kebijakan

industri pertahanan nasional di era

produk

global.

diproduksi dan digunakan untuk

Penulis

pendekatan

menggunakan

pluralis,

persenjataan

dan

militer

dimana

meneguhkan hegemoni kekuasaan

pendekatan ini berangkat dari asumsi

raja yang mutlak atas rakyatnya

bahwa selain negara, terdapat juga

dalam rangka menjaga kekuasaannya

kelompok

sendiri

individu

masyarakat,
yang

bahkan

berperan

dalam

termasuk

melalui

jalan

berperang dengan negara lain. Demi

menciptakan kesejahteraan melalui

melanggengkan

jalinan hubungan internasional dan

banyak

bahwa negara bukanlah aktor tunggal

pengembangan kekuasaan di luar

yang kebijakannya dianggap selalu

batas wilayahnya untuk mencari

dapat memenuhi kepentingan seluruh

dominasi ekonomi dari sumber daya,

masyarakat.3

tenaga kerja, dan pasar wilayah lain.

anggota

VI.

pembangunan

Melalui

negara

kekuasaannya
yang

melakukan

pendekatan ini, peran non state actor

Berbagai

baik di tingkat nasional maupun

diproduksi dan dibuat khususnya

internasional,

untuk

serta

organisasi

macam

persenjataan

menjalankan

agenda

internasional (IMF, WTO, World

kolonialisme yang berlangsung di

Bank), atau berbagai LSM dan NGO

wilayah jajahannya. Pasca runtuhnya

dipercaya memiliki pengaruh dalam

sistem monarkhi absolut melalui

pembangunan industri pertahanan

revolusi

nasional di era globalisasi.

dilatarbelakangi
rasionalisme,

II. Pembahasan

A. Kajian

Historis

yang

oleh

dimana

aliran

mengerucut

pada pemahaman bahwa kedaulatan
Perkembangan

Orientasi Industri Pertahanan
3 FX. Adji Samekto, Negara dalam Dimensi
Hukum Internasional, Bandung: Citra Aditya
Baki, 2009, hlm. 146
ISSN : 0852-0011

prancis

rakyat adalah satu-satunya paham
yang

benar

karena

manusia

dilahirkan sama derajatnya4, tidak
4 FX Adji Samekto,“Meningkatkan Relevansi
Studi Hukum Internasional dalam Tatanan

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
merubah

orientasi

perdagangan

persenjataan dunia. Berbagai macam
alutista

terus

diproduksi

kepentingan

negara

untuk
tersebut,

utamanya dalam hal kolonialisme.
Sehingga

pada

era

ini

industri

pertahanan bukan hanya berorientasi
pada negara dalam rangka menjaga
kekuasaanya
jumlah

melalui

tentara

peningkatan

untuk

berperang

namun juga mulai bergeser sedikit
untuk kepentingan ekonomi negara
tersebut. Pada era ini pula mulai
terlihat pengamanan sumber-sumber
suplai komoditas perdagangan utama
untuk konsumsi negara penjajah,
sebagai
keberhasilan
pertama-tama

contohnya
VOC

adalah

di

Nusantara

adalah

karena

didorong

untuk

mempertanggungjawabkan
keuntungan kepada pemegang saham
di Belanda dan menarik lebih banyak
investor di negri jajahan Hindia
Belanda.

Disini

militer

dikembangkan untuk mengamankan
supply komoditas perdagangan dari
Sosial yang Berubah”(Makalah diajukan pada
pertemuan Asosiasi Pengajar Hukum
Internasional, Purwokerto, 16-17 Maret 2005),
hlm. 5-6
ISSN : 0852-0011

negri jajahan demi pembangunan
ekonomi di negri penjajah.5
VIII.

Pada periode perang

dunia, militer dan bisnis adalah dua
kutub

yang

sulit

dipertemukan.

Kaum kapitalis tidak suka dengan
militer yang dianggap menghamburhamburkan

uang

negara

yang

dipungut dari pajak, sedangkan kaum
militer menganggap pebisnis hanya
mencari keuntungan untuk dirinya
sendiri

tanpa

memperhitungkan

kepentingan negara.
mulai

terlihat

kepentingan
industri

dan

6

Pada masa ini

tarik

menarik

arah

orientasi

pertahanan

di

masa

selanjutnya, yaitu pasca perang dunia
atau era perang dingin. Kerugian
besar yang diderita negara-negara
akibat perang dunia mengakibatkan
banyak

negara

mulai

mencari

5 Don K. Marut, Fiskalisme Militer di
Indonesia: Dari Otoritarianisme ke
Neoliberalisme,
http://lama.elsam.or.id/downloads/1326857
981_Don_K._Marut__Fiskalisme_Militer_di_Indonesia.....pdf,
diakses pada 9 Juni 2015 pukul 22.00
6 Samuel P Huntington, The Soldier and the
State: The Theory and Politics of Civil Military
Relations, Cambridge: The Belknap Press of
Harvard University Press, 1957, hlm. 361

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
alternatif lain untuk memulihkan dan
mengembangkan

perekonomiannya

X. Berakhirnya perang dingin
menandai

berakhirnya

konflik

Melalui

ideologi barat (kapitalis) dengan

internasional

ideologi komunis. Kemudian dapat

seperti IMF, World Bank, WTO

juga disebutkan dengan berakhirnya

negara-negara mencari jalan baru

Perang Dingin maka kapitalisme

demi kepentingan ekonomi mereka,

semakin

termasuk di industri pertahanan.

gagasan demokrasi dan ekonomi

(economic
berbagai

recovery).
institusi

IX. Pasca perang dunia kedua,
banyak perwira militer yang ditarik
oleh

perusahaan

besar

untuk

menempati posisi strategis dalam
perusahaan.

Hal

ini

didorong

sekurang-kurangnya tiga hal, yakni
untuk

memanfaatkan

pengalaman

dan strategi militer dalam strategi
bisnis, menangkap peluang produksi
persenjataan yang dipesan negara,
dan memanfaatkan nama besar para
perwira untuk lobby bisnis baik
dalam negri maupun luar negri.7
Pada

periode

8

Yang menarik di era ini

adalah

berbagai

menggunakan
sebagai

termasuk

industri

jalan

kepentingan

untuk

ekonomi.

negara
militernya
meraih
Amerika

Serikat (AS) pun mengubah orientasi
pembangunan militernya agar selaras
dengan

kebutuhan

untuk

menyehatkan sektor ekonomi secara
umum, dengan memasukkan prinsip
manajerial dunia bisnis dalam dunia
kemiliteran9.
XI. Perlu digaris bawahi terlebih

industri

dahulu bahwa ancaman terhadap

pertahanan menjadi industri strategis

keamanan dunia mulai mengalami

dalam perekonomian negara, seiring

pergeseran dan berkembang dalam

dengan ketegangan politik global

berbagai macam bentuk. Perang

antara Blok Barat dan Blok Timur

dingin memang usai, tetapi aliansi

dengan

inilah

pasar.

mengglobal,

pasarnya

adalah

negara

8 FX Adji Samekto, Op. Cit, hlm. 20

berkembang.

7 Don K Marut, Op. Cit, hlm. 4
ISSN : 0852-0011

9 Silmi Karim, Membangun Kemandirian
Industri Pertahanan Indonesia, Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2014, hlm.395

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
pertahanan tetap ada dan ancaman

publik

terhadap kedamaian dunia semakin

social-economy pasar bebas.10

variatif sehingga industri pertahanan
tetap

menemukan

perannya.

Ancaman-ancaman yang berasal dari

(negara)

menjadi

sistem

B. Kebijakan pembangunan Industri
pertahanan Indonesia di era global
XII.

non-state actor seperti terorisme,

George C.Loud dalam

kejahatan transnasional, penyakit,

Managing Globalization in the Age

dan bencana alam saat ini menjadi

of interdependence mendefinisikan

pasar

pertahanan.

globalisasi sebagai “process wherby

Misalnya saja dalam hal bencana

the world’s people are becoming

alam,

orang

increasingly interconnected in all

ancaman

aspects of their lives- cultural,

hidup

economic, political, technological,

bagi

industri

meskipun

memandangnya
terhadap

beberapa
sebagai

kelangsungan

manusia,

tetapi

bagi

beberapa

environmental.”11

and

Dari

kalangan justru menjadi peluang

pengertian tersebut dapat dipahami

untuk meraup keuntungan melalui

bahwa globalisasi adalah “proses”

industri pertahanan. Bencana Katrina

bukan “tujuan akhir” dia senantiasa

di Loussiana, Amerika Serikat adalah

berjalan ditengah peredaran arus

salah satu bentuk recovery yang

informasi yang deras dan kian

membutuhkan

pudarnya

waktu

pemulihan

hambatan-hambatan

terbilang lama. Penanganan bencana

komunikasi antar negara. Akibat dari

katrina merupakan salah satu wujud

proses yang terus menerus berjalan

nyata

tersebut, perlahan namun pasti segi-

dari

dipakai

bagaimana

sebagai

mengurangi

peran

bencana

momen
negara

untuk
dan

segi

kehidupan

negara

saling

terhubung satu sama lain di berbagai

membiarkan kekuatan pasar yang
menjadi

pemain

utama

serta

sekaligus moment untuk mengubah
landscape social-economy berbasis
komunitas dan dikendalikan secara

ISSN : 0852-0011

10 Don K. Marut, Op. Cit, hlm. 8
11 George C. Lodge, 1995,Managing
Globalizaion in the Age of Interdependence,
San Diego: Pfeifer and Co., hlm, 1

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
aspek, mulai dari budaya, ekonomi,

penghormatan

politik, teknologi, dan lingkungan. 12

manusia.” 13

XIII.

Seorang

XIV.

Uskup

pada

individu

Begitu

pula

di

Agung Krakow, Karol Wojtyla, yang

Indonesia, industri pertahanan yang

gelisah

tengah

terhadap

fenomena

tumbuh,

perlahan

mulai

globalisasi yang tengah berjalan,

terancam oleh sistem perekonomian

berpendapat “Jika globalisasi hanya

global

diatur

yang

pengurangan peran negara sangat

diterapkan menurut kehendak pihak

kuat. Pertimbangannnya adalah soal

yang berkuasa, konsekuensinya tidak

perilaku koruptif dan inefisiensi yang

bisa tidak akan negatif. Ini termasuk,

selalu muncul pada berbagai BUMN.

misalnya

ekonomi,

Berangkat dari pengelolaan yang

pengangguran, pemburukan layanan

buruk, hingga mengerucut menjadi

publik,

keraguan terhadap kualitas produk

oleh

hukum

pasar

absolutisasi

pencemaran

lingkungan

dimana

tuntutan

atas

lebar

yang dihasilkan, proses pengiriman

antara si kaya dan si miskin, dan

(delivery) produk yang terlambat,

kompetisi tidak adil yang membuat

serta

bangsa miskin semakin inferior. Di

strategis ini memberikan layanan

banyak negri di Amerika sistem yang

purna jual. Terdapat pula pertanyaan

dikenal

terhadap

hidup,

kesenjangan

makin

sebagai
lama

makin

neoliberalisme
makin

unggul,

dalam

ketidakmampuan

transparansi
14

alutista.

murni ekonomik, sistem ini melihat

privatisasi

keuntungan dan hukum pasar sebagai

dengan

satu-satunya

sepenuhnya

mengorbankan

martabat

dengan
dan

12 Pebri Tuwanto, “Fenomena Globalisasi dan
Implikasi Hukum yang Diimbulkan di Indonesia”
(makalah kapita selekta hukum internasional,
Semarang, 7 Juni 2015), hlm. 4
ISSN : 0852-0011

pemerintah

perencanaan

berdasarkan konsep manusia yang

parameter,

industri

pengadaan

Sehingga wacana atas
industri
memberi
terhadap

pertahanan
kepercayaan
mekanisme

13 John Micklethwait dan Adrian Woldridge, A
future perfect, The Challenge and Hidden
Promise of Globalizaion, Jakarta: Freedom
Insitute dan Yayasan Obor Indonesia, hlm 395
14 Silmi Karim, Op. Cit, hlm. 146-155

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
pasar semakin kuat, karena dipercaya

mengancam kepentingan dari negara

mampu meningkatkan investasi serta

tersebut. Bisa dibayangkan apabila

memacu timbulnya berbagai ide baru

senjata-senjata

untuk mengatasi masalah kemiskinan

dijual

dan

dipergunakan

meredam

konflik-konflik

buatan

ke

Indonesia

negara

lain,

untuk

dan

kepentingan

horizontal semakin gencar mendesak

yang merugikan Indonesia suatu saat

industri pertahanan nasional. Namun

kelak (perang,

apakah

Selain

pilihan

memberi

privatisasi

kepercayaan

serta

terhadap

itu

pencurian

dalam

SDA).

Buku

Putih

Pertahanan 2008 disebutkan bahwa

mekanisme pasar adalah pilihan yang

penyelenggaraan

tepat dalam pengembangan industri

Indonesia tidak diwujudkan semata-

pertahanan?

mata

XV.

Industri

nasional bukanlah
hanya

industri

yang

dari

aspek

dipandang

ekonomis

pertahanan

semata,

meskipun

untuk

pertahanan

perang,

tapi

juga

perdamaian. Lalu siapakah yang bisa
menjamin

bahwa

produk-produk

industri pertahanan yang telah dijual
tidak dipergunakan untuk berperang.

perkembangannya orientasi industri

XVI. Berangkat

dari

pertahanan di berbagai negara di

perannya

dunia telah menjadi salah satu sektor

karakternya yang khas (menegakkan

yang

kedaulatan dan keamanan) maka

menguntungkan.

Dalam

yang

startegis

dan

industri ini terdapat peran dari

tidak

negara sebagai pemegang saham

pertahanan

terbesar

kepentingan

pendekatan negara-sentris, dimana

masing-

negara mengelola sepenuhnya dari

terhadap

keamanan
masing.

negaranya
Sehingga

perlu

digaris

bawahi bahwa industri pertahanan
sarat akan national interest dari
negara

tersebut,

diserahkan

yang

apabila

seluruhnya

pada

pencarian keuntungan semata akan
ISSN : 0852-0011

heran

desain

Indonesia

industri
menganut

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
hulu hingga hilir.15

Peran negara

pembangunan industri pertahanan

disini terdapat tiga macam, yaitu

dapat diselesaikan melalui jalan

sebagai

privatisasi, fundamentalisme pasar

customer,

regulator.

sponsor,

dan

sebagai

Pertama,

bebas,

dan

peran

negara

yang

customer tidak bisa dilepaskan dari

diminimalkan karena peran negara

karakteristik sektor pertahanan yang

itu sendiri yang krusial.

monopsoni,

dimana

pemerintah
XVII. Contoh

adalah customer yang paling utama
atau bahkan satu-satunya. Sehingga
disini pemerintah yang menentukan
demand bagi industri pertahanan.
Kedua, sebagai sponsor pemerintah
artinya

melindungi,

mempromosikan,

dan

memberdayakan industri pertahanan
dengan menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan untuk melindungi
fungsi negara. Misalnya saja bentuk
sponsorship

dari

AS

yang

memberikan kontrak hingga US$450
miliar tiap tahun kepada Dephan AS
untuk pengadaan barang dan jasa.
Ketiga, sebagai regulator artinya
negara memiliki mekanisme kontrol
terhadap
menyokong

sektor

industri

pertahanan

yang
negara,

seperti kontrol informasi dan kontrol
ekspor. Oleh karena itu tidak setiap
permasalahan ekonomi, khususnya

negara

dalam

lain

dalam

peran
industri

pertahanan di era global adalah peran
pemerintah

AS

dalam

industri

pertahanannya. Sejak tahun 2000,
pemerintah AS menginisiasi proyek
pembuatan pesawat tempur paling
canggih (generasi kelima), yaitu JSF
(Joint Strike Fighter) F-35. Pesawat
ini ditujukan untuk memodernkan
banyak pesawat tempur milik AS,
yang konsumennya diperluas ke
banyak sekutu AS (NATO, Australia,
Eropa). AS yang negara kiblatnya
ekonomi

liberal,

ternyata

tidak

menyerahkan sepenuhnya proyek ini
kepada industri pertahanan. Dephan
AS justru yang menginisiasi program
ini, termasuk menyediakan dana riset
awal dengan penentuan spesifikasi
teknis

yang

dibutuhkan.

Lalu

didapatkan dua calon kontraktor
yang bersaing mendapatkan proyek

15 Ibid., hlm. 47
ISSN : 0852-0011

(tender): Lockeed Martin (produsen

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
hamper

semua

pesawat

tempur

usai sampai disitu, AS dan sekutunya

unggulan AS) dan Boeing (produsen

meberlakukan

pesawat komersial yang ingin ikut

terhadap Indonesia pada 1999-2005

menjajaki bidang militer). Kedua

terkait dengan dugaan pelanggaran

perusahaan ini diberikan dana riset

HAM militer Indonesia di Timor-

yang sama, lalu di tengah jalan

Timur (kini Timor Leste)17. Kini

banyak terjadi penyesuaian sehingga

semua hal suram itu telah dilalui,

dana risetnya ditambah. Lalu setiap

selanjutnya

negara

meminta

mempersiapkan industri pertahanan

customize tertentu, tapi otoritas tetap

menghadapi era global. Sebagaimana

ada di Dephan AS. Jadi pemerintah

telah dipaparkan sebelumnya negara

AS

memiliki

pemesan

(Dephan)

boleh

bertindak

sangat

embargo

tinggal

tiga

militer

bagaimana

peran

dalam

dominan dan bahkan tidak lagi

pembangunan industri pertahanan

menerapkan yang umumnya disebut

nasional, yakni customer, sponsor,

“mekanisme pasar” tersebut. Dephan

dan regulator. Disamping itu terdapat

AS

pula

memegang

monopoli

dan

peran

menentukan sampai hal-hal detil

berbagai

setiap “do and don’t”.16

Sehingga

sektor

organisasi

Industri

pertahanan

nasional pernah mengalami masa-

dan

internasional.

demi

pembangunan
XVIII.

swasta

tercapainya

yang

optimal,

diperlukan affirmative policy atas
industri

tersebut

utamanya

atas

masa suram ketika ketika Letter of
Intent (LoI) dari IMF yang memaksa
Indonesia

untuk

proyek-proyek

menghentikan

strategis

berbiaya

besar, yang berdampak pada matinya
Industri Pertahanan kala itu. Belum
16 Habibi Yusuf Sarjono, 28 September 2010,
Peran Strategis Pembangunan Industri
Pertahanan, htp://www.tandef.net/peranstrategis-pembangunan-industri-pertahanan,
diakses pada 10 Juni 2015, pukul 23.20 WIB
ISSN : 0852-0011

17 Ramdhan Muhaimin , 18 Januari 2012, TNI
Waspadai Embargo,
htp://www.republika.co.id/berita/nasional/um
um/12/01/18/lxzx8j-tni-tetap-waspadaiembargo, diakses pada 10 8 Juni 2015, pukul
22.50 WIB

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
kebijakan anggaran dan kebijakan

sektor untuk meraih keuntungan

pengadaan. Perhatian bukan hanya

ekonomi. Globalisasi yang sarat akan

pada regulasi dan kebijakan, tetapi

akan agenda Neoliberalisme dengan

juga kebijakan yang terpadu dengan

soko gurunya antara lain privatisasi,

aspek finansial, seperti mendorong

fundamentalisme pasar bebas, dan

industri pendukung agar terintegrasi

minimalisasi

dari hulu ke hilir, hingga pemberian

berdampak

bantuan

industri strategis di berbagai negara,

modal

pertahanan

bagi

termasuk

industri
dukungan

termasuk

peran

negara

terhadap

berbagai

industri

pertahanan.

insentif perpajakan (fiskal) untuk

Pertimbangan

memacu

buruk,

efisiensi,

koruptif

dalam BUMN

pertumbuhan

perkembangan
teknologinya

dan

penguasaan
dan

negara

dapat

mengambil peran didalamnya.
III.

menyudutkan

dan

posisi

yang
perilaku

semakin
industri

pertahanan agar memenuhi tuntutan

Kesimpulan
XIX.

pengelolaan

Peristiwa-peristiwa

agenda

neoliberalisme.

Agenda-

agenda

tersebut

memang

menawarkan perkembangan industri

global yang terjadi dalam sejarah

pertahanan yang lebih baik dalam hal

senantiasa memberikan fondasi bagi

kesempatan

era

kebebasan

berikutnya.

Perang

dunia

ekonomis,
politik.

serta

Namun

tidak

mempersiapkan jalan bagi dekade-

semua permasalahan dalam industri

dekade selanjutnya yakni perang

pertahanan dapat diselesaikan hanya

dingin. Perang dingin berakhir dan

dengan

berganti dengan fondasi sistem pasar

mekanisme pasar untuk selanjutnya

yang universal. Begitu pula dinamika

melakukan

perdagangan

pengurangan peran negara. Perlu

senantiasa

alutista
berubah

antarnegara

privatisasi

pada

sebagai

waktu

dipahami bahwa industri pertahanan

kewaktu, dari orientasinya yang

bukanlah industri yang hanya bisa

hanya untuk kepentingan keamanan

dilihat dari aspek ekonomis semata

dan

tetapi juga industri strategis dengan

kekuasaan

dari

dari

menyerahkan

negara

itu

sendiri, hingga menjadi salah satu
ISSN : 0852-0011

karakter

khusus

yang

berkaitan

JURNAL GEMA KEADILAN No. 2 tahun ke 38, 2015
dengan keamanan dan kedaulatan

mengantisipasinya

negara. Sehingga dalam hal industri

mempersiapkannya

pertahanan, negara berhak untuk

sebelum masalah tersebut semakin

memberikan affirmative policy demi

meruncing

pengembangan dan kemajuannya di

perkembangan industri pertahanan

masa yang akan datang.

nasional.

tuntutan-tuntutan

atas

Kedepan
klausul

lingkungan hidup dan hak-hak buruh
sebagai standar global akan semakin
kuat menekan industri strategis ini,
sehingga

ISSN : 0852-0011

negara

harus

XX.
XXI.
XXII.

dan

dan
sejak

dini

menghambat

XXIII.

Daftar Pustaka

XXIV.
XXV. Buku
XXVI. Benoit, Emile, Economic Development and Cultural Change, Vol 26, No.2, 1978,
Lexington : Lexington Books
XXVII. Huntington, Samuel P, The Soldier and the State: The Theory and Politics of Civil
Military Relations, 1957, Cambridge: The Belknap Press of Harvard University Press
XXVIII. Karim, Silmi, Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia, 2014,
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
XXIX. Lodge, George C., Managing Globalization in the Age of Interdependence, 1995, San
Diego: Pfeiffer and Co
XXX. Woldridge, Adrian dan John Micklethwait, A future perfect, The Challenge and
Hidden Promise of Globalization,2006, Jakarta: Freedom Institute dan Yayasan Obor
Indonesia
XXXI. Samekto, FX. Adji, Negara dalam Dimensi Hukum Internasional, 2009, Bandung:
Citra Aditya Bakti
XXXII.
XXXIII.
XXXIV. Internet
XXXV. Don K. Marut, Fiskalisme Militer di Indonesia: Dari Otoritarianisme ke
Neoliberalisme, http://lama.elsam.or.id/downloads/1326857981_Don_K._Marut__Fiskalisme_Militer_di_Indonesia.....pdf, diakses pada 9 Juni 2015 pukul 22.00
XXXVI. Rezki Saputra, 15 Juni 2014,BPK: Alokasi Anggaran Alutsista Tak Relevan dengan
Realisasi http://www.infobanknews.com/2014/06/bpk-alokasi-anggaran-alutsista-takrelevan-dengan-realisasi/, diakses pada 9 Juni 2015, pukul 21.00 WIB
XXXVII.
XXXVIII. Makalah
XXXIX. Samekto, FX Adji,“Meningkatkan Relevansi Studi Hukum Internasional dalam
Tatanan Sosial yang Berubah”(Makalah diajukan pada pertemuan Asosiasi Pengajar
Hukum Internasional, Purwokerto, 16-17 Maret 2005), hlm. 5-6
XL. Tuwanto, Pebri“Fenomena Globalisasi dan Implikasi Hukum yang Ditimbulkan di
Indonesia” (makalah kapita selekta hukum internasional, Semarang, 7 Juni 2015),
hlm. 4
XLI.
XLII.