BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelumasan - Pelumas Mesin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Pengertian Pelumasan
Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan
keausan dengan menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara permukanpermukaan yang bergesekan. Sementara pelumas dapat didefinisikan sebagai
suatu zat yang berada atau disisipkan diantara dua permukaan yang bergerak
secara relatife agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut.
Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam suatu industri terutama
dalam dunia permesinan yang sangat banyak terjadinya gesekan antara
komponen-komponen mesin dan banyaknya komponen mesin yang harus dijaga
kondisinya agar umur dari suatu komponen mesin tersebut lebih panjang dalam
pemakaiannya. Misalnya dalam gerakan berputar pada bantalan luncur, poros atau
jurnal yang beroksilasi pada bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding atau
luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang berpasangan, gerakan luncuran pada piston
terhadap silindernya dan yang lain yang kesemuanya itu memerlukan pelumasan.

2. 2. Fungsi Bahan Pelumas
Merawat mesin maupun peralatan (equipment) harus dilakukan dengan
perawatan berkala secara teratur salah satunya dengan memperhatikan
penggunaan minyak pelumas yang tepat dan berkualitas. Penggunaan minyak

pelumas yang tepat merupakan syarat yang mutlak agar kemampuan mesin
ataupun peralatan yang digunakan tetap prima.

20
Universitas Sumatera Utara

Hal ini sesuai dengan fungsi dari minyak pelumasan antara lain:
1. Mengurangi gesekan dan keausan
Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan
(film) untuk menghindari kontak langsung bagian-bagian mesin yang
saling

bergesekan

sehingga

melindungi

permukaan


logam

yang

bersinggungan baik yang meluncur atau yang menggelinding dari keausan.
Ini merupakan fungsi utama dari bahan pelumas.
2. Memindahkan panas
Panas yang timbul akibat pergesekan seperti pada bantalan-bantalan atau
roda gigi dapat dipindahkan oleh minyak pelumas asalkan terjadi aliran
minyak yang mencukupi. Demikian juga panas yang terjadi akibat dari
pembakaran. Minyak pelumas menjadi komponen pendingin dari piston,
silinder liner, dan lainnya dari panas pembakaran Di samping itu, minyak
pelumas juga mendinginkan panas akibat gesekan. Panas yang diserap
akan mengakibatkan turunnya viscositas minyak pelumas.
3. Menjaga sistem agar tetap bersih
Pelumas

juga

sebaiknya


bisa

mencegah

terjadinya

fouling

serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil
degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa
yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan.
Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring
piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat. Juga partikelpartikel logam akibat keausan, abu yang berasal dari luar dan sisa
pembakaran yang dapat memasuki sistem dan menghalangi operasi yang

21
Universitas Sumatera Utara

efisien juga harus dapat dibersihkan oleh suatu bahan pelumas. Kotoran ini

perlu disingkirkan dari permukaan komponen yang bersinggungan.
4. Melindungi sistem
Baik

dari

hasil

degradasi

pelumas

atau

akibat

kontaminasi

hasil pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada
logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh

sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek tersebut dan oleh
Karena itu bahan pelumas harus direncanakan untuk melindungi sistem
terhadap serangan korosif dan kimiawi. Bahan pelumas juga dapat
melindungi sistem dari getaran yang terjadi dengan cara meredam getaran
dan kejutan pada sambungan karena gerakan tenaga yang selalu berubah
Mengingat arti pentingnya minyak pelumas bagi daya tahan mesin, maka
sebelum memilih minyak pelumas ada baiknya lebih dulu mengetahui kualitas
minyak pelumas tersebut sehingga dapat mencegah penggunaan minyak pelumas
yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.

2. 3. Gesekan dan Keausan
a. Gesekan
Jika dua permukaan berada dalam gerakan relatif satu sama yang lain di
bawah pengaruh tekanan yang diberikan maka gaya yang bekerja pada kedua
permukaan bersinggungan tersebut akan menahan gerakan. Fenomena ini
menunjukkan adanya gesekan.

22
Universitas Sumatera Utara


Ada 3 tipe dasar gesekan antara permukaan-permukaan yang bersinggungan,
yaitu:

-

Gesekan meluncur (dihasilkan oleh suatu permukaan yang bergerak di atas
permukaan lainnya)

-

Gesekan menggelinding (dihasilkan oleh silinder atau bola yang
menggelinding di atas permukaan lain)

-

Gesekan fluida (dihasilkan jika salah satu atau kedua permukaan padat
secara sempurna dipisahkan oleh lapisan fluida)

Atau dapat kita gambarkan sebagai berikut:


Gambar 2. 1. Gerakan menggelinding (rolling)

Gambar 2.2 Gerakan meluncur

Gesekan meluncur dan menggelinding merupakan gesekan kering,
berlawanan dengan gesekan fluida yang merupakan gesekan basah. Gesekan
menggelinding lebih mudah diatasi dibandingkan dengan gesekan meluncur dan
gesekan fluida lebih mudah diatasi dibandingkan dengan kedua jenis gesekan
kering tersebut. Itulah sebabnya gesekan gelinding dalam banyak hal lebih
efisienn dibandingkan dengan gesekan meluncur, namun kedua tipe gesekan ini

23
Universitas Sumatera Utara

akan lebih efisien dalam operasinya apabila digunakan bahan pelumas yang
ditempatkan di antara kedua permukaan yang bergesekan, sehingga terhindar
kontak langsung antar permukaan.

Pada gesekan fluida tahanan gesek lebih jelas ada, tapi relatif sangat kecil
dibandingkan dengan gesekan kering. Teknologi pemanfaatan gesekan fluida ini

mengarahkan kita kepada teknik pelumasan.

b. Keausan

Suatu permukaan yang kelihatannya licin mempunyai ketidakteraturan
yang membedakan luas sebenarnya persinggungan antara 2 permukaan logam.
Biarpun untuk pembebanan ringan tekanan pada titik singgung yang
bersinggungan bukan main tingginya, dan jika ada gerakan relatif antara
permukaan-permukaan maka gesekan dan panas timbul pada titik-titik kecil
tersebut.

Hal inilah yang membuat temperatur naik sampai titik cair logam.
Pencairan ini membantu penekanan, temperaturpun turun, lalu logam membeku
dan penyatuan terjadi antara kedua permukaan. Penyatuan ini paling mungkin
menjadi tipe penyatuan sesungguhnya atau penyambungan jika logam dari bahan
yang sama. Gerakan selanjutnya memutuskan penyatuan tadi yang mengakibatkan
terjadinya ”pitting” pada awalnya dan akhirnya terjadi ”scoring” dan ”scuffing”
dari metal.

24

Universitas Sumatera Utara

2. 4. Tipe-tipe Pelumasan
2. 4. 1. Pelumasan Hidrodinamis
Pada pelumasan dengan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication)
permukaan yang bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak
meluncur atau pun menggelinding, dipisahkan oleh pelumas secara sempurna.
Dimana tekanan pada lapisan tipis pelumas dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh
kedua permukaan itu sendiri.
Salah satu contoh penggunaan pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah
gerakan rotasi yang terjadi pada bantalan luncur (journal bearing). Selanjutnya
contoh pelumasan ini dapat kita lihat dalam gambar di bawah ini:

V=0

(a)
A

v


(b)

25
Universitas Sumatera Utara

A

V>v
Oil-wedge
(c)
Gambar 2. 3. Pelumasan Hidrodinamis untuk gerakan meluncur
Gambar 2.3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Permukaan kedua logam masih menempel karena belum ada gerak relatif
(b) Permukaan atas mulai naik begitu ada kecepatan relatif
(c) Permukaan atas berselancar (hydroplane) akibat kecepatan relatif yang
cukup dan terjadi gesekan fluida total.

Roller

Titik singgung


Roller

Oil-wedge

26
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. 4. Di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2. 4. Pelumasan Hidrodinamis pada roller dengan bantalan rata

(a) Roller diam dan

bersinggungan dengan bantalan rata pada satu titik/ garis singgung
(b) Roller berputar dan terbentuk oip-wedge. Kedua permukaan terpisah oleh
lapisan tipis minyak pelumas.

minyak
pelumas
+
+
Poros

Bantalan
(a)

+

Poros

+

+

+

27
Universitas Sumatera Utara

(c)

(b)

Gambar 2. 5. Pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur (journal bearing)

Gambar 2. 5. di atas dapat kita terangkan sebagai berikut:
(a) Poros diam dan lapisan minyak berada pada celah lebar. Kedua permukaan
bersinggungan di bagian bawah.
(b) Poros mulai berputar sementara terbentuk celah kecil di bagian bawah kiri.
Minyak pelumas mengalir dari celah lebar ke celah sempit.
(c) Poros berputar terus dan berada pada posisi stabil, celah sempit agak
melebar. Oil-wedge terbentuk pada celah yang konvergen.

2. 4. 2. Pelumasan Hidrostatis
Pada pelumasan hidrostatis ini menggunakan pompa tekanan tinggi yang
akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan jenis
ini tidak memerlukan gerakan relatif dan biasanya digunakan pada mesin-mesin
yang bagian-bagian bergeraknya terlalu berat seperti turbin yang berkapasitas
besar tidak dimungkinkan lagi terjadinya pelumasan hidrodinamis pada saat start,
sementara tipe pelumasan lainnya tidak dihendaki terjadi. Untuk ini diperlukan
tekanan yang besar terjadi pada lapisan tipis minyak pelumas di antara poros dan
bantalan misalnya. Tekanan demikian dapat diperoleh dengan menggunakan
pompa tekanan tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang

28
Universitas Sumatera Utara

bergesek, bukann sekedar pompa tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai
pendistribusi atau pensirkulasi minyak pelumas.
Pelumasan hidrostatis disebut juga pelumasan tekanan luar karena tekanan
yang timbul diakibatkan pengaruh kerja dari luar sistem. Setelah poros berputar
dengan kecepatan tinggi biasanya pompa tekanan tinggi yang digunakan dapat
dihentikan sementara pompa tekanan rendah sebagai pensuplai minyak pelumas
terus difungsikan.
2. 4. 3. Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication)
Pelumasan jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan
yang bergerak sangat kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan
timbul tekanan yang demikian besar pada lapisan tipis minyak pelumas yang
membatasi permukaan-permukaan tersebut. Pelumasan dengan tipe seperti ini
dapat ditemukan pada bantalan gelinding meskipun pelumasan hidrodinamis dapat
juga dilakukan.
2. 4. 4. Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication)
Pelumasan bidang batas ini terjadi karena tidak dimungkinkannya
membentuk lapisan tipis minyak pelumas yang sempurna karena beban yang
terlalu besar, penurunan kecepatan dari permukaan yang bergerak, pengurangan
jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam bantalan dan kenaikan suhu pelumas.
Pada keadaan ini lapisan tipis yang terjadi hanya dalam ketebalan beberapa
ukuran molekul saja. Pelumasan ini sering terjadi ketika mesin dihidupkan dan
terus

berlanjut

hingga

menjelang

mesin

mencapai

kecepatan

operasionalnya.Lapisan yang terbentuk dalam pelumasan jenis ini sangat rumit
untuk dijelaskan yang jelas, ketebalan lapisan tersebut hanya beberapa

29
Universitas Sumatera Utara

molekul.Lapisan ini bahkan tidak terbentuk dari oli pelumas, melainkan berupa
kotoran, oksida logam, dan gas dari udara.
2. 4. 5. Pelumasan Padat (Solid Lubrication)
Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya
debu pasir dan kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan
tergelincir karena debu, pasir dan kerikil mengurangi gesekan antara ban dan
permukaan jalan. Teknisnya, debu, pasir dan kerikil tersebut bertindak sebagai
pelumas, namun tentu saja tidak ada yang merekomendasikan debu, pasir dan
kerikil sebagai pelumas padat pada elemen mesin.
Jadi pelumasan padat (Solid Lubrication) dapat diartikan seperti sebuah
sistem pelumasan dimana diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri
oleh bahan padat yang dilapisi dan kadang menyatu pada elemen tersebut.
Misalnya bahan inorganik tertentu seperti grafit dan molybdenum disulfida,
memiliki sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan logam yang
bergeser dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang
bergesekan.
2. 4. 6. Pelumasan Tekanan Ekstrim
Di bawah pengaruh kondisi kerja yang paling hebat, seperti pada
pemotongan logam atau roda gigi yang mengalami beban kejut, adiktif tekanan
ekstrim digunakan. Tekanan adiktif ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang
dapat larut dan biasanya mengandung zat belerang, chlorin atau fosfor yang
bereaksi denga permukaan bantalan pada temperatur tinggi yang timbul dimana
lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis yang titik
cairnya tinggi antara permukaan-permukaan yang berkontak. Pada proses

30
Universitas Sumatera Utara

pelumasan tekanan ekstrim sedikit keausan tak dapat dielakkan antara permukaan
yang bergerak tapi boleh jadi sangat kecil dan hampir berakhir bagi permukaan
yang bergerak relatif.

2. 5. Kekentalan, Temperatur dan Tekanan
2. 5. 1. Kekentalan (Viscosity)
Kekentalan merupakan sifat yang paling utama dari sebuah bahan pelumas karena
sifat ini secara garis besar menunjukkan kemampuan melumasi sesuatu. Atau
dengan kata lain bahwa kekentalan adalah kemampuan dari bahan pelumas untuk
melawan tegangan geser yang terjadi pada waktu bergerak.
Kekentalan minyak pelumas itu berubah-ubah menurut perubahan
temperatur. Dengan sendirinya minyak pelumas yang baik tidak terlalu peka
terhadap perubahan temperatur, sehingga dapat berfungsi sebagai mestinya, baik
dalam keadaan dingin pada waktu mesin mulai bekerja maupun pada saat
temperatur kerja. Bahan harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur
ambient. Mengalir secara cukup agar terjamin pasokannya ke komponenkomponen yang bergerak. Semakin kental bahan pelumas, maka lapisan yang
ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada pelumas kental memberi
kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang
terlumasi. Sebaliknya pelumas yang terlalu tebal akan memberi resitensi berlebih
mengalirkan pelumas pada temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya
pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, pelumas harus memiliki

31
Universitas Sumatera Utara

kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur terendah ketika
mesin dioperasikan.
Hukum Newton tentang aliran viscos menyatakan bahwa tegangan geser di
dalam fluida adalah berbanding lurus dengan perubahan kecepatan.

Gambar 2.6. Defenisi kekentalan melalui hukum Newton
Jadi kekentalan menurut hukum Newton dapat kita defenisikan sebagai
berikut:

τ =µ

du
u
= µ ...............................................................(2.1)
dy
h

(sumber: Literatur 13 Hal. 16)

dimana: τ = tegangan geser fluida (N/m2)

µ = kekentalan dinamik (Poise, P)
u = kecepatan relatif prmukaan (m/det)
h = tebal lapisan pelumasan (m)

Sehingga kekentalan dinamik dapat ditulis:

µ=

τ
du

...................................................................(2.2)
dy

Kekentalan dinamik disebut juga dengan kekentalan absolut, sementara
kadar geseran adalah du/dy. Jika kekentalan dinamik dibagi dengan rapat massa

32
Universitas Sumatera Utara

pada temperatur yang sama hasilnya disebut kekentalan kinematik. Secara
Matematis ditulis:

ν=
dimana:

µ
....................................................................(2.3)
ρ

ν = kekentalan kinematik (Stoke, S)
ρ = rapat massa (gram/cm3)

Dalam satuan cgs, tegangan geser adalah dalam dyne/cm2 dan kadar
geseran dalam det-1, maka satuan kekentalan dinamik adalah poise disingkat P.
Sedangkan satuan rapat massa gram/cm3 sehingga satuan kekentalan kinemati
adalah stoke disingkat St.
Satuan yang paling umum dalam industri perminyakan adalah centipoise
disingkat cP dan centistoke disingkat cSt, dimana 1 P = 100 cP dan 1 St = 100
cSt. Dalam satuan SI, untuk kekentalan dinamis adalah N det/m2 atau kg/m det
dan satuan kekentalan kinematik adalah m2/det. Dengan demikian diperoleh
hubungan satuan-satuan:
1P

= 10-1 N det/m2

1 cP

= 10-3 N det/m2

1 St

= 10-4 m/det2

1cSt

= 10-6 m2/det

Dalam satuan British untuk kekentalan dinamik dikenal satuan lbf.s/in2
(pound-force second per square inch) yang disebut juga dengan reyn, untuk
penghormatan terhadap Sir Osborne Reynolds.
Hubungan antara reyn dan centipoise:
1 reyn

= 1 lbf.s/in2 = 7,03 kgf.s/m2
33
Universitas Sumatera Utara

1 reyn

= 6,9 . 106 cP

Tabel 2.1. Kekentalan beberapa fluida pada temperatur kamar.
Kekentalan dinamik

Kekentalan kinematik

Fluida

dalam cP

dalam cSt

Udara

0,018

15

Bensin

0,5

0,7

Air

1

1

Minyak zaitun

84

93

Gliserol

1500

1250

Minyak pelumas

8-1400

10-1500

(Sumber: Literatur 6 Hal. 32)

2. 5. 2. Hubungan Kekentalan Dengan Temperatur
Yang penting dalam setiap situasi dimana bahan pelumas bekerja pada
suatu daerah temperatur tertentu. Pada temperatur rendah molekul-molekul pada
cairan sangat rapat sekali satu sama yang lain dengan kata lain volume bebas
terbatas. Pada temperatur tinggi volume bebas bertambah, kekentalan fluida turun
dan ukuran, bentuk molekul-molekul dan sebagainya tidak begitu penting.

Pada minyak pelumas dengan ukuran-ukuran molekul-molekulnya
bertambah akan sekaligus menaikkan titih didih, titik beku, rapat massa dan
kekentalannya sementara volatilitasnya menurun. Hubungan paling berguna yang
mana dapat digunakan pada minyak mineral dengan daerah temperatur yang besar
adalah:

34
Universitas Sumatera Utara

Log 10 Log 10 (v + 0,6) = n Log 10 T + C..............................(2.4)
(sumber: Literatur 6 Hal.33)

Dimana :

v = kekentalan dinamik (cSt)
T = temperatur (oR = oF + 460)
C = konstanta

Harganya bergantung pada jenis minyak pelumas

n = konstanta

Persamaan Roeland, Blok dan Vlugter juga memberikan hubungan antara
kekentalan minyak pelumas dengan temperaturnya dan dinyatakan

sebagai

berikut:

Log (1,200 + log µ) = log b – S log (1 + t/135)...........................(2.5)

Dimana :
µ = kekentalan dalam cP
t = temperatur dalam oC
S = indeks slope (dituntut konstan untuk minyak pelumas dari minyak
mentah yang diolah sama)

35
Universitas Sumatera Utara

2. 5. 3. Hubungan Kekentalan Dengan Tekanan

Hubungan ini sangat penting dalam bidang hidrolika dan pelumasan tipe
elastohidrodinamis. Kenaikan tekanan analog dengan penurunan temperatur,
dimana begitu tekanan bertambah kekentalan menurun. Minyak pelumas yang
menunjukkan perubahan kekentalan yang besar dengan perubahan temperatur
juga akan menunjukkan perubahan yang besar dengan percobaan tekanan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Perubahan kekentalan terhadap tekanan dan temperatur
Tekanan

Kekentalan dalam centipoise

dalam psi

Minyak pelumas HVI
30oC

60oC

90oC

Minyak pelumas LVI
30oC

60oC

90oC

0

890

137

38,5

1700

149

32,6

5000

2200

302

76,6

5300

393

73,4

10000

5400

640

146

17300

1020

158

15000

12000

1240

251

50000

2400

314

(Sumber: Literatur 6 Hal. 37)

2. 6. Klasifikasi Minyak Pelumas.
2. 6. 1. Klasifikasi Minyak Pelumas Berdasarkan Materi Pelumas

Pada umumnya pelumas dibagi menjadi empat macam jenis yang berdasarkan dari
material pelumas tersebut.

36
Universitas Sumatera Utara

1. Pelumas Cair (Liquid Lubricant)
Pelumas yang mencair pada suatu suhu ruangan dengan kandungan-kandungan
yang dimiliki didalamnya berupa zat cair, pelumas tersebut bisa dituangkan dari
satu wadah ke wadah lain.Pelumas ini tidak mempunyai bentuk melainkan akan
mengisi bentuk wadahnya, contoh, semua jenis oli adalah pelumas cair.
2. Pelumas Yang Semi Padat (Semi solid Lubricant)
Pelumas semi padat ciri khasnya adalah, akan menjadi cair manakala suhu naik,
dan sebaliknya akan menjadi kental jika temperatur turun. Contohnya, Gemuk
(Grease).
3. Pelumas Padat (Solid Lubricant)
Pelumas padat seringkali berbentuk bubuk atau butiran-butiran.Umumnya
pelumas ini digunakan pada daerah yang sangat dingin dimana oli akan membeku,
dan pada tempat yang panas dimana oli akan terbakar
Tabel 2.3 Beberapa material yang digunakan sebagai bahan pelumas padat

Kelompok Bahan

Layer-lattice compounds

Polymers

Metals
Other Inorganics

Nama Bahan
Molybdenum disulphide
Tungsten diselenide
Niobium diselenide
Calcium fluoride
PTFE
PTFCE
PVF2
FEP
PEEK
Lead
Gold
Indium
Molybdic oxide
Lead monoxide

Graphite
Tungsten disulphide
Tantalum disulphide
Graphite fluoride

Nylon
Acetal
Polyimide
Polyphenylene sulphide
Tin
Silver
Boron trioxide
Boron nitride
37
Universitas Sumatera Utara

Sumber: http://ligerlube.com/berita2.html

4. Pelumas Gas (Gases)
Kedengarannya jenis pelumas ini asing bagi kita bahwa sebuah gas bisa
digunakan berfungsi sebagai pelumas, ingat bahwa tujuan utama pelumas adalah
untuk memisahkan dua buah benda yang berhadapan dan bergerak, contoh yang
sering kita lihat adalah pada kunci impact, disamping gas sebagai pengatur tenaga
sebenarnya gas sebagai pemisah gigi didalam kunci impact tersebut.

2. 6. 2. Klasifikasi Minyak Pelumas Berdasarkan Kekentalannya
Klasifikasi minyak pelumas berdasarkan indeks kekentalannya (sumber: Literatur
6 Hal. 22) adalah sebagai berikut:
1. High Viscosity Index (HVI) atau Indeks kekentalan tinggi yaitu indeks
kekentalan (VI) = 80 – 100
2. Medium Viscosity Index (MVI) atau indeks kekentalan sedang yaitu VI = 30 –
79
3. Low Viscosity Index (LVI) atau indeks kekentalan rendah yaitu VI = 0 – 29

2. 6. 3. Klasifikasi Kekentalan Minyak Pelumas Menurut SAE
Derajat kekentalan menurut SAE (Society of Automotive Enginers) untuk
pelumasan mesin-mesin ditentukan seperti pada tabel-tabel di bawah ini:
a. Klasifikasi kekentalan untuk motor bensin dan motor diesel
Kekentalan (Viskositas) minyak lumas motor bensin dan motor diesel yang
beredar di Indonesia harus memenuhi klasifikasi viskositas menurut SAE J300
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini:

38
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4 Klasifikasi Kekentalan (Viskositas) Minyak Lumas Mesin
Menurut SAE-J300
Klasifikasi
Viskositas
menurut
SAE

".

Viskositas pada suhu rendah

Viskositas pada suhu tinggi

Pemompaan (cP)
maks. tanpa ada
stress pada
temperatur °C *)

Kinematic
(cSt) pada
100°C

Shear Tinggi (cP) pada 150 °C
dan 10 6 S 4 min

ASTM D 4648
60.000 pada -40
60.000 pada -35
60.000 pada -30
60.000 pada -25
60.000 pada -20
60.000 pada -15

ASTM D 445
3,8
3,8
4,1
5,6
5,6
9,3
-

ASTM D 4683
-

20
30
40

ASTM D 5293
6200 pada -35
6600 pada -30
7000 pada -25
7000 pad a -20
9500 pada -15
13000 pad a 10
-

-

5,6
9,3
12,5