MODUL PENGELOLAAN SUMBER BENIH TANAMAN H

KATA PENGANTAR
Keterbatasan informasi dan pengetahuan terhadap kualitas sumber benih yang
tersedia merupakan salah satu penyebab kesalahan dalam pemilihan sumber
benih. Karena sumber benih memiliki potensi genetik yang berbeda-beda, maka
kondisi ini seringkali berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dan kualitas
tegakan yang dihasilkan dalam program pembangunan hutan tanaman.

Balai Diklat Kehutanan telah beberapa kali melaksanakan Diklat Teknis Sumber
Benih Tanaman Hutan. Diklat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
aparatur di UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas
Kabupaten/Kota/Propinsi yang menangani bidang rehabilitasi hutan dan
perhutanan sosial terkait sumber benih tanaman hutan.

Kami mengucapkan terima kasih semua pihak yang telah memfasilitasi dalam
penyusunan bahan ajar ini.

Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat untuk

menjadi referensi diklat terkait.

Jakarta, 19 April 2015

Wisyaiswara,

Abdul Kholik, S.Pi
NIP. 19740325 199903 1 004

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I.

PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A.

LATAR BELAKANG ........................................................................................................1

B.


DESKRIPSI SINGKAT ......................................................................................................1

C.

MANFAAT BAHAN AJAR ...............................................................................................2

D.

TUJUAN PEMBELAJARAN.............................................................................................2

E.

MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ..............................................................2

F.

PETUJUK BELAJAR.........................................................................................................3

BAB II. PENGERTIAN SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN .................... 4
A.


PENGERTIAN BENIH ......................................................................................................4

B.

PENGERTIAN SUMBER BENIH .....................................................................................4

C.

LATIHAN...........................................................................................................................5

D.

RANGKUMAN ..................................................................................................................5

BAB III. KLASIFIKASI SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN .................... 6
A.

KLASIFIKASI SUMBER BENIH......................................................................................6


B.

STANDAR KLASIFIKASI SUMBER BENIH ..................................................................7

C.

LATIHAN.........................................................................................................................12

D.

RANGKUMAN ................................................................................................................12

BAB IV. PENUNJUKAN SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN................. 13
A.

PENUNJUKAN SUMBER BENIH .................................................................................13

B.

TAHAPAN PENUNJUKAN SUMBER BENIH ..............................................................14


C.

LATIHAN.........................................................................................................................18

D.

RANGKUMAN ................................................................................................................18

BAB V. PEMBANGUNAN SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN ............ 19
A.

PEMBANGUNAN SUMBER BENIH .............................................................................19

B.

TAHAPAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH..........................................................23

C.


LATIHAN.........................................................................................................................29

D.

RANGKUMAN ................................................................................................................29

ii

BAB VI. PEMELIHARAAN SUMBER BENIH ................................................ 30
A.

PENATAAN AREAL.......................................................................................................30

B.

PENJARANGAN .............................................................................................................34

C.

LATIHAN.........................................................................................................................35


D.

RANGKUMAN ................................................................................................................36

BAB VII. PENUTUP ........................................................................................... 37
A.

KESIMPULAN.................................................................................................................37

B.

IMPLIKASI ......................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

iii

BAB I.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata diklat Pengelolaan Sumber Benih Tanaman Hutan membahas tentang
pengertian, klasifikasi, penunjukan, pembangunan dan pemeliharaan sumber
benih tanaman hutan.
kehutanan

baik

Mata diklat ini sangat bermanfaat bagi tenaga teknis

pada

instansi

vertikal

maupun


Dinas

Kehutanan

Propinsi/Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidang
rehabilitasi hutan dan lahan yang terkait dengan pengelolaan sumber benih
tanaman hutan.

Keberhasilan dalam usaha meningkatkan pembangunan hutan di masa mendatang
sangat ditentukan oleh penyediaan benih yang bermutu, yaitu unggul secara
genetik, tersedia dalam jumlah yang cukup dan mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Benih bermutu dapat diperoleh dari
tegakan hutan alam atau tanaman yang ada atau tegakan yang khusus dibangun
untuk menghasilkan benih bermutu. Penunjukkan sumber benih merupakan tahap
awal untuk memperoleh benih bermutu dari hutan yang ada. Mutu benih juga
dapat ditingkatkan lebih lagi dengan cara membangun sumber benih yang berasal
dari materi genetik bermutu tinggi.

B. Deskripsi Singkat


Mata diklat Pengelolaan Sumber Benih Tanaman Hutan merupakan mata diklat
teori yang diajarkan di dalam kelas untuk membekali peserta diklat sebelum
melakukan praktik lapangan. Mata Diklat ini membahas pengertian, klasifikasi,
penunjukan, pembangunan dan pemeliharaan sumber benih tanaman hutan.

1

C. Manfaat Bahan Ajar

Bahan ajar ini merupakan salah satu alat bantu untuk mempermudah peserta diklat
dalam memahami pembelajaran mata diklat pengelolaan sumber benih tanaman
hutan.

D. Tujuan Pembelajaran

1.

Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta dapat menjelaskan
pengelolaan sumber benih tanaman hutan dengan baik.

2.

Indikator Hasil Belajar

Peserta dapat :
a.

Menjelaskan pengertian sumber benih tanaman hutan

b.

Menjelaskan klasifikasi sumber benih tanaman hutan

c.

Menjelaskan penunjukan sumber benih tanaman hutan

d.

Menjelaskan pembangunan sumber benih tanaman hutan

e.

Menjelaskan pemeliharaan sumber benih tanaman hutan

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1.

2.

Pengertian Sumber Benih Tanaman Hutan
a.

Pengertian Benih

b.

Pengertian Sumber Benih

Klasifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan
a.

Klasifikasi Sumber Benih

b.

Standar Klasifikasi Sumber Benih

2

3.

4.

5.

Penunjukan Sumber Benih Tanaman Hutan
a.

Penunjukan Sumber Benih

b.

Tahapan Penunjukan Sumber Benih

Pembangunan Sumber Benih Tanaman Hutan
a.

Pembangunan Sumber Benih

b.

Tahapan Pembangunan Sumber Benih

Pemeliharaan Sumber Benih Tanaman Hutan
a.

Penataan Areal

b.

Penjarangan

F. Petunjuk Belajar

Untuk mencapai hasil pembelajaran peserta diklat perlu mengikuti beberapa
petunjuk antara lain sebagai berikut :

1.

Bacalah secara cermat dan pahami tujuan pembelajaran

2.

Pelajari setiap Bab secara berurutan mulai Bab I sampai Bab VII

3.

Untuk menambah pengetahuan, disarankan mempelajari bahan-bahan/
referensi dari sumber lain.

3

BAB II.

PENGERTIAN SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN

Indikator Hasil Belajar: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
dapat menjelaskan pengertian sumber benih tanaman hutan.

A. Pengertian Benih

Benih adalah jasad hidup yang berfungsi sebagai sarana untuk reproduksi
tanaman. Benih merupakan hasil tanaman, yang juga merupakan awal kehidupan
yang sangat menentukan kelangsungan generasi berikutnya.

Macam hasil yang dipungut atau dipanen tergantung pada macam benih yang
ditanam. Kenyataan memperlihatkan bahwa pada pohon terdapat perbedaan sifat
atau variasi. Perbedaan sifat yang diwariskan (turun temurun) disebabkan oleh
pengaruh gen di dalam pohon. Perbedaan sifat atau variasi itu terdapat di antara
species, provenans, tegakan dan di antara individu pohon.

Penentuan species yang tepat untuk tujuan tertentu dan tempat tumbuh tertentu
dapat dilakukan dari hasil uji species. Setelah ditentukan species, masih perlu
ditentukan provenans yang paling sesuai sehingga perlu dilakukan uji provenans.
Seringkali perbedaan sifat antar provenans cukup besar sehingga salah pilih dalam
pembuatan tanaman dapat menimbulkan kerugian yang besar. Provenans terbaik
itulah yang kemudian dipilih sebagai sumber benih untuk pembuatan tanaman
hutan ataupun keperluan pekerjaan pemuliaan lebih lanjut.

B. Pengertian Sumber Benih

Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan
hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Sumber benih dapat
ditunjuk dan dibangun sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku terkait dengan
pengetahuan tentang sumber benih.

4

Sumber benih yang ditunjuk dapat diperoleh dari hutan hutan alam atau hutan
tanaman

yang

pada

awalnya

tidak

ditujukan

sebagai

sumber

benih.

Penunjukan sumber benih ini dilakukan karena belum tersedianya sumber
benih unggul untuk jenis yang diinginkan dan kebutuhan benih yang mendesak
serta terbatas. Sedangkan melalui pembangunan, tegakan sejak semula telah
diputuskan bahwa tujuan utama pembangunannya adalah untuk sumber benih
sesuai dengan tujuan pengusahaannya. Misalnya: untuk meningkatkan riap
volume dan kualitas kayu, meningktakan kelimpahan produksi buah/ biji dan
kualitas minyak yang dihasilkan dan lain-lain.

C. Latihan

1) Jelaskan apa pengertian benih?
2) Jelaskan apa pengertian sumber benih?

D. Rangkuman

Benih adalah jasad hidup yang berfungsi sebagai sarana untuk reproduksi
tanaman. Benih merupakan hasil tanaman, yang juga merupakan awal kehidupan
yang sangat menentukan kelangsungan generasi berikutnya.

Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan
hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Sumber benih dapat
ditunjuk dan dibangun sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku terkait dengan
pengetahuan tentang sumber benih.

5

BAB III.

KLASIFIKASI SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN

Indikator Hasil Belajar: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
diharapkan dapat menjelaskan klasifikasi sumber benih tanaman hutan

A. Klasifikasi Sumber Benih

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.01/Menhut-II/2009 yang telah
direvisi menjadi P.72/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan
Tanaman Hutan, klasifikasi sumber benih terbagi atas :

1. Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT)

Sumber benih dengan kualitas tegakan rata-rata, yang ditunjuk dari hutan alam
atau hutan tanaman dan lokasinya teridentifikasi secara tepat.

2. Tegakan Benih Terseleksi (TBS)

Sumber benih yang berasal dari TBT dengan kualitas tegakan di atas rata-rata.

3. Areal Produksi Benih (APB)

Sumber benih yang dibangun khusus atau berasal dari TBT atu TBS yang
ditingkatkan kualitasnya melalui penebangan pohon-pohon yang fenotipanya tidak
bagus.

4. Tegakan Benih provenan (TBP)

Sumber benih yang dibangun dari benih yang provenannya telah teruji.

6

5. Kebun Benih Semai (KBS)

Sumber benih yang dibangun dari benih generatif yang berasal dari pohon plus
pada tegakan yang diberi perlakuan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan.

6. Kebun Benih Klon (KBK)

Sumber benih yang dibangun dari benih vegetatif yang berasal dari pohon plus
pada tegakan yang diberi perlakuan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan.

7. Kebun Benih Pangkas (KP)

Sumber benih yang dibangun dari bahan generatif atau vegetatif dari pohon induk
yang berasal dari KBS atau KBK.

B. Standar Klasifikasi Sumber Benih

Klasifikasi sumber benih di atas dibedakan berdasarkan standar umum dan
khusus. Ketentuan dari standar umum mutlak harus dipenuhi pada setiap kelas
sumber benih, sedangkan standar khusus hanya diberlakukan pada kelas sumber
benih tertentu. Standar umum dan khusus sumber benih sebagai berikut :

1. Standar Umum Sumber Benih

Standar umum sumber benih terdiri dari :

a.

Aksesibilitas

Lokasi sumber benih harus mudah dijangkau sehingga memudahkan untuk
pemeliharaannya serta pengunduhan buahnya serta mempercepat waktu
pengangkutan. Selain itu akan menjamin mutu fisik fisiologisnya.

7

b.

Pembungaan/pembuahan

Minimal 30 % dari pohon di dalam tegakan harus sudah berbunga dan
berbuah, kecuali kebun pangkas.

c.

Keamanan

Tegakan harus aman dari ancaman kebakaran, penebangan liar, perladangan
berpindah, penggembalaan dan penjarangan kawasan.

d.

Kesehatan tegakan

Tegakan harus tidak terserang hama dan penyakit.

e.

Batas areal

Batas areal harus jelas, sehingga pengumpul benih mengetahui tegakan yang
termasuk areal sumber benih.

f.

Pengelolaan yang baik

Sumber benih harus jelas kepemilikannya dan memiliki pengelolaan yang
baik, seperti pemeliharaan, pengorganisasian, pemanfaatan benih dan lainlain.

8

2. Standar Khusus Sumber Benih

Standar Khusus Sumber Benih adalah sebagai berikut :

a.

Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT)

1) Asal tegakan dari hutan alam atau hutan tanaman. Apabila tegakan berasal
dari hutan tanaman, maka tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal
untuk dijadikan sebagai sumber benih.
2) Asal-usul benihnya tidak diketahui
3) Jumlah pohon minimal 25 pohon induk
4) Kualitas tegakan rata-rata
5) Jalur isolasi tidak diperlukan
6) Penjarangan tidak dilakukan

b.

Tegakan Benih Terseleksi (TBS)

1) Asal tegakan dari hutan alam atau hutan tanaman. Apabila tegakan berasal
dari hutan tanaman, maka tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal
untuk dijadikan sebagai sumber benih.
2) Asal-usul benihnya tidak diketahui
3) Jumlah pohon minimal 25 pohon induk
4) Kualitas tegakan di atas rata-rata
5) Jalur isolasi tidak diperlukan
6) Penjarangan terbatas pada pohon-pohon yang jelek

c.

Areal Produksi Benih (APB)

1) Asal tegakan dari hutan alam atau hutan tanaman. Apabila tegakan berasal
dari hutan tanaman, maka dapat berasal dari konversi tegakan yang ada
atau dibangun khusus untuk APB

9

2) Asal-usul benih untuk tegakan yang dikonversi sebagai APB sebaiknya
diketahui. Apabila dibangun khusus untuk APB, asal usul benih harus
diketahui. Lot benih untuk membangun APB minimal berasal dari 25
pohin induk untuk menjaga keragaman genetik.
3) Jumlah pohon minimal 25 batang dalam satu hamparan setelah
penjarangan.
4) Kualitas tegakan di atas kualitas TBS
5) Jalur isolasi diperlukan
6) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan pohon-pohon yang terbaik
dan meningkatkan produksi benih.

d.

Tegakan Benih Provenan (TBP)

1) Asal tegakan berasal dari hutan tanaman.
2) Asal-usul benih dari satu provenan. Lot benih untuk membangun TBP
minimal berasal dari 25 pohon induk untuk menjaga keragaman genetik.
3) Jumlah pohon minimal 25 batang setelah penjarangan.
4) Kualitas tegakan di atas kualitas APB
5) Jalur isolasi diperlukan
6) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan pohon-pohon yang terbaik
dan meningkatkan produksi benih

e.

Kebun Benih Semai (KBS)

1) Asal tegakan berasal dari hutan tanaman atau hutam alam
2) Asal-usul famili dari pohon plus. Identitas famili dicantumkan di peta
(rancangan kebun) atau tanda famili di lapangan.
3) Jumlah pohon minimal 25 famili setelah penjarangan
4) Kualitas genotipa baik
5) Jalur isolasi diperlukan
6) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan famili-famili yang terbaik
dan meningkatkan produksi benih. Penjarangan ini didasarkan hasil uji
10

keturunan di beberapa lokasi, tetapi kadang-kadang berdasarkan
penampakan famili

f.

Kebun Benih Klon (KBK)

1) Asal tegakan berasal dari hutan tanaman atau hutam alam
2) Asal-usul klon dari pohon plus. Benih dipisah menurut kloni (pohon
induk). Identitas famili dicantumkan di peta (rancangan kebun) dan/atau
tanda di pohon.
3) Jumlah pohon minimal 25 famili setelah penjarangan
4) Kualita genotipa baik
5) Jalur isolasi diperlukan
6) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan klon-klon yang terbaik dan
meningkatkan produksi benih. Penjarangan ini didasarkan hasil uji
keturunan berdasarkan penampakan klon di kebun benih. Penjarangan
terdiri dari penjarangan klon (menebang klon terjelek) dan penjarangan
dalam klon (menebang fenotipe jelek dalam klon dan meninggalkan satu
pohon).

g.

Kebun Benih pangkas (KBP)

1) Asal-usul bahan tanaman dari pohon induk dari KBK atau KBS. Bahan ini
berupa vegetatif dan generatif. Penanamannya terpisah (keturunan dari
satu pohon induk di setiap bedeng) atau campuran (keturunan beberapa
pohon induk dalam satu bedengan)
2) Jumlah pohon minimal 25 klon atau famili yang berbeda
3) Kualitas genotipa baik
4) Tidak perlu jalur isolasi
5) KBP dikelola dengan pemangkasan, pemupukan dan perlakuan lain yang
meningkatkan produksi bahan stek. Kebun pangkas untuk periode tertentu
diganti dengan bahan tanaman yang baru jika dianggap steknya sulit
berakar karena terlalu tua.
11

C. Latihan

1) Jelaskan dan sebutkan klasifikasi sumber benih?
2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan standar klasifikasi sumber benih?

D. Rangkuman

Klasifikasi sumber benih tanaman hutan meliputi : Tegakan Benih Teridentifikasi
(TBT), Tegakan Benih Terseleksi (TBS), Areal Produksi Benih (APB), Tegakan
Benih provenan (TBP), Kebun Benih Semai (KBS), Kebun Benih Klon (KBK)
dan Kebun Benih Pangkas (KP). Pada setiap klasifikasi sumber benis tersebut
memiliki standar klasifikasi umum dan khusus.

12

BAB IV.

PENUNJUKAN SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN

Indikator Hasil Belajar: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
dapat menjelaskan penunjukan sumber benih tanaman hutan.

A. Penunjukan Sumber Benih

Penunjukan sumber benih dilakukan pada kondisi belum tersedianya sumber
benih unggul. Namun dalam waktu bersamaan kebutuhan benih sangat mendesak
untuk dipenuhi. Dengan pertimbangan tersebut maka tegakan alam atau tanaman
dapat dikonversi menjadi sumber benih. Sumber benih yang masuk dalam
klasifikasi sumber benih tersebut meliputi : Tegakan Benih Teridentifikasi
(TBT), Tegakan Benih Terseleksi (TBS) dan Areal Produksi Benih (APB).

1. Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT)

Sumber benih ini adalah tegakan yang telah diketahui batas areal dan komposisi
jenisnya. Tegakan tersebut harus didominasi oleh jenis yang ditunjuk atau
diinginkan (spesies target) namun tindakan silvikultur belum dilakukan,
seperti: penjarangan, pembuatan jalur isolasi dan stimulasi pembungaan. Jumlah
pohon induk pada tegakan ini minimal berjumlah 25 pohon agar benih yang
dihasilkan terjaga keragaman genetiknya. TBT harus masih produktif sehingga
mampu memproduksi benih dalam jumlah yang cukup.

2. Tegakan Benih Terseleksi (TBS)

Sumber benih ini merupakan peningkatan kualitas dari TBT dengan menyeleksi
tegakan lain dari jenis yang sama karena kualitas tegakannya diatas rata-rata atau
diketahui lebih baik dibandingkan tegakan yang lain.

Penjarangan seleksi

dilakukan bila jarak antar pohon penyusunnya terlalu rapat dengan cara
menebang/menghilangkan pohon-pohon yang kurang baik untuk memacu
pertumbuhan pohon dan produksi benih. Oleh karena TBS harus dijarangi,
13

maka

harus

dipilih

lokasi

yang

memungkinkan

untuk

dilakukan

penjarangan/penebangan. Dalam hal ini areal konservasi, hutan lindung dan zona
inti tidak dapat ditunjuk sebagai TBS. Batas-batas tegakan juga harus dapat
diidentifikasi dengan mudah di lapangan.

3. Areal Produksi Benih (APB)

Sumber benih ini merupakan peningkatan kualitas dari TBT maupun TBS dengan
penerapan tindakan silvikultur yang lebih intensif seperti

penyiangan,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, stimulasi pembungaan dan buah
agar dapat memproduksi benih yang berlimpah. Perlakuan seleksi (penjarangan)
juga telah dilakukan lebih intensif dibandingkan dengan TBS. Selain itu, jalur
isolasi pada APB dibuat untuk menghindari terjadinya kontaminasi tepung sari
dari pohon-pohon yang tidak dikehendaki.

B. Tahapan Penunjukan Sumber Benih

1.

Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT)

Tahapan penunjukan TBT adalah sebagai berikut :

a. Tegakan alam atau tanaman yang didominasi spesies target, diidentifikasi
dan dideskripsikan antara lain meliputi : kondisi tegakan, produksi buah dan
kondisi lingkungan.

b. Hasil identifikasi dan deskripsi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menunjuk tegakan tersebut sebagai sumber benih (TBT) antara lain
ditentukan oleh: kesehatan tegakan, aksesibilitas (kemudahan mencapai
lokasi), luas areal, topografi dan keamanan.

c. Benih yang dihasilkan dari pohon-pohon induk dikumpulkan untuk program
hutan tanaman.
14

Gambaran tahapan penunjukan TBT, dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan penunjukan Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT)

2.

Tegakan Benih Terseleksi (TBS)

Tahapan penunjukan TBS adalah sebagai berikut :

a. Tegakan alam atau tanaman yang didominasi spesies target, diidentifikasi
dan dideskripsikan baik kondisi tegakan, produksi buah maupun kondisi
lingkungannya.

b. Hasil identifikasi dan deskripsi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyeleksi tegakan untuk ditunjuk sebagai sumber benih TBS.

Selain

ditentukan oleh persyaratan TBT (kesehatan tegakan, aksesibilitas, luas areal,
topografi), Penunjukan TBS juga ditentukan oleh penampilan tegakan yang
di atas rata-rata tegakan lainnya (seperti : pertumbuhan dan produksi buah).

15

c. Penjarangan dilakukan setelah tegakan terseleksi dengan membuang pohonpohon yang jelek dan produksi buahnya rendah. Penjarangan ini ditujukan
untuk pengaturan jarak tanam yang optimal agar produksi benih yang
dihasilkan meningkat.

d. Benih yang dihasilkan dari pohon-pohon induk dikumpulkan untuk program
hutan tanaman.

Gambaran tahapan penunjukan TBS, dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan penunjukan Tegakan Benih Terseleksi (TBS)

16

3.

Areal Produksi Benih (APB)

Tahapan penunjukan APB adalah sebagai berikut :

a. Tegakan alam atau tanaman yang didominasi spesies target, diidentifikasi
dan dideskripsikan baik kondisi tegakannya maupun kondisi lingkungannya.

b. Hasil identifikasi dan deskripsi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyeleksi tegakan untuk ditunjuk sebagai sumber benih (APB). Persyaratan
untuk APB sebagaimana TBS (kesehatan tegakan, aksesibilitas, luas areal,
topografi, pertumbuhan, produksi buah).

c. Tegakan yang telah terseleksi dilanjutkan dengan penjarangan dengan
membuang pohon-pohon yang jelek dan produksi buahnya rendah, untuk
mengatur jarak tanam yang optimal agar dapat meningkatkan produksi buah,
sebagaimana dijelaskan pada TBS.

d. Jalur isolasi dibuat untuk menghindari kontaminasi tepung sari dari pohonpohon yang tidak dikehendaki. Jalur isolasi dibuat minimal selebar 50 m
mengelilingi APB.

e. Untuk meningkatkan produksi buah dilakukan tindakan silvikultur yang lebih
intensif seperti pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, pengendalian hama
dan penyakit) dan bila diperlukan dengan stimulasi pembungaan.

f.

Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program
hutan tanaman.

17

Gambaran tahapan penunjukan APB, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan penunjukan Areal Produksi Benih (APB)

C. Latihan

1) Jelaskan klasifikasi sumber benih hasil penunjukan?
2) Jelaskan tahapan penunjukan sumber benih?

D. Rangkuman

Penunjukan sumber benih dilakukan pada klasifikasi sumber benih : Tegakan
Benih Teridentifikasi (TBT), Tegakan Benih Terseleksi (TBS) dan Areal
Produksi Benih (APB) baik di hutan alam maupun di hutan tanaman. Peningkatan
kualitas sumber benih pada klasifikasi sumber benih hasil penunjukan dapat
dilakukan dengan peningkatan klasfikasi sumber benih satu tingkat diatasnya
melalui perlakuan tertentu, misalnya : dari TBT menjadi TBS, atau dari TBS
menjadi APB sesuai dengan kondisi tegakan dan lingkungan sekitarnya.
18

BAB V. PEMBANGUNAN SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN
Indikator Hasil Belajar: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
dapat menjelaskan pembangunan sumber benih tanaman hutan.

A. Pembangunan Sumber Benih

Pembangunan sumber benih merupakan penanaman suatu tegakan yang sejak
semula telah diputuskan bahwa tujuan utama pembangunannya adalah untuk
sumber benih. Pembangunan sumber benih dalam kelompok ini didasarkan pada
hasil-hasil uji pemuliaan tanaman hutan untuk mendapatkan informasi populasi
atau individu yang telah teruji sesuai dengan klasifikasi sumber benih yang akan
dibangun, seperti: uji provenan, uji keturunan dan uji klon. Oleh karena telah
melalui proses uji pemuliaan tanaman hutan, benih yang dihasilkan dari kelompok
sumber benih ini dikategorikan sebagai benih unggul. Sumber benih yang masuk
didalam klasifikasi sumber benih ini meliputi : Tegakan Benih Provenan (TBP),
Kebun Benih Semai (KBS), Kebun Benih Klon (KBK) dan Kebun Pangkas (KP).

1. Tegakan Benih Provenan (TBP)

TBP adalah sumber benih yang dibangun dari benih yang provenannya telah
diketahui keunggulannya terhadap sifat-sifat yang diinginkan (misalnya:
pertumbuhan, produksi buah, rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan)
melalui uji provenan yang telah dilakukan sebelumnya. Uji provenan merupakan
uji yang membandingkan sumber benih alami (ras geografik) dan terkadang
melibatkan ras lahan (tanaman) dari suatu jenis tanaman untuk mendapatkan
informasi provenan/ ras lahan terbaik pada lokasi pengembangan.

Oleh karena tegakan tersebut sejak awal ditujukan untuk produksi benih, maka
tegakan dapat ditanam pada tapak yang kondusif bagi produksi benih dan
diperlakukan untuk menstimulasi produksi benih yang berlimpah serta
penebangan pohon-pohon yang jelek dilakukan melalui penjarangan seleksi
19

hingga jarak antar pohon optimal untuk persilangan. Hal ini mungkin tidak
dapat dilakukan pada TBI, TBS dan APB, karena penunjukannya dilakukan
setelah diketahui bahwa tegakan tersebut memenuhi syarat sebagai sumber benih
sesuai dengan kelasnya. Manajemen untuk TBP sejak awal diarahkan untuk
produksi benih sehingga pemilihan lokasi, tindakan silvikultur, penjarangan
seleksi dan penanganan benih yang akan dilakukan telah dipersiapkan lebih baik
dan lebih terencana.

2. Kebun Benih Semai (KBS)

KBS merupakan kebun benih yang dibangun dengan menggunakan benih
(materi generatif) dari induk-induk terseleksi yang dikelola dan diisolasi untuk
menghindari atau mengurangi penyerbukan dari tepung sari yang tidak
diinginkan serta dikelola untuk memproduksi benih (materi generatif) yang secara
genetik bermutu dan berlimpah.

Oleh karena KBS dibangun dengan tujuan untuk produksi benih, maka KBS
pada dasarnya menyerupai TBP, namun intensitas seleksi pohon induk yang
diterapkan jauh lebih tinggi dan lebih hati-hati. Apabila TBP dibangun
berdasarkan informasi dari hasil uji provenan pada tingkat populasi, maka KBS
dibangun berdasarkan pada hasil uji keturunan pada tingkat individu. Uji
keturunan merupakan suatu cara untuk mengevaluasi individu melalui
perbandingan keturunan dalam suatu eksperimen. Seleksi pada TBP dilakukan
berdasarkan fenotipenya tanpa mempertimbangkan hubungan kekerabatan
individu penyusunnya. Sedangkan KBS didasarkan pada informasi penampilan
pohon induk (famili) dari keturunannya dan nilai parameter genetiknya.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembangunan KBS harus diidentifikasi
untuk setiap famili yang akan dilibatkan. Sedangkan untuk TBP, benih yang
digunakan adalah benih campuran dari suatu provenan. Pada umumnya KBS
dibangun dengan cara mengkonversi uji keturunan, sehingga dalam waktu yang
bersamaan selain diperoleh informasi parameter genetik dari sifat yang akan
20

dikembangkan sekaligus dapat memproduksi benih unggul dari individu-individu
superior dan famili-famili terbaik setelah dilakukan seleksi. Benih dapat
diproduksi setelah seleksi selesai dilakukan yaitu setelah 1 pohon terbaik dari
setiap plot dari famili-famili terseleksi.

3. Kebun Benih Klon (KBK)

KBK adalah kebun benih yang dibangun dengan bahan vegetatif, antara lain
ranting, tunas dan mata tunas yang berasal dari pohon plus hasil uji keturunan
untuk memproduksi materi generatif (biji). KBK pada dasarnya menyerupai KBS,
perbedaannya terletak pada materi yang digunakan untuk membangun kedua
kebun benih tersebut yaitu dari bagian generatif (KBS) dan dari bagian
vegetatif (KBK).

Keduanya dibangun berdasarkan hasil uji keturunan dan dengan tujuan untuk
menghasilkan materi generatif. Oleh karena itu, untuk membangun KBK
diperlukan penguasaan teknik pembiakan vegetatif dari species target sehingga
dapat tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan buah yang berlimpah.

Pada prinsipnya KBK merupakan duplikat dari pohon plus hasil uji keturunan
yang dibangun dengan replikasi dan luasan tertentu sebagai populasi
perbanyakan, sehingga dapat menghasilan benih dengan kualitas tinggi dan dalam
jumlah yang berlimpah serta mudah dalam pengunduhannya. Oleh karena uji
keturunan dapat dibangun dengan persilangan terbuka (half-sib) dan persilangan
terkendali (full-sib), maka KBK dapat dibangun dengan rancangan: 1) sistimatik
(jarak tanam yang relatif sama) untuk half-sib dan 2) kelompok (klaster) untuk
full-sib. Yang perlu diperhatikan untuk kedua model KBK tersebut adalah jarak
tanam yang optimal antar klon penyusunnya agar persilangan dapat maksimal,
dan jarak antar klaster agar tidak terjadi kontaminasi tepung sari antar klaster.

21

4. Kebun Pangkas (KP)

KP merupakan sumber benih dengan kualitas tertinggi yang dibangun dari
bahan yang telah teruji melalui uji klon untuk memproduksi materi vegetatif
berupa stek, tunas, akar, daun, jaringan tanaman guna perbanyakan bibit unggul
tanaman. KP berasal dari hasil pembiakan vegetatif dari klon yang jelas asalusulnya

serta

memiliki

keunggulan

tertentu

sesuai

dengan

kaidah

penyelenggaraan pemuliaan tanaman hutan. Klon yang dilibatkan dalam uji klon
tersebut dapat berasal dari pohon plus hasil uji keturunan maupun dari tegakan
alam/tanaman.

Oleh karena KP dibangun dengan tujuan untuk memproduksi materi vegetatif
(stek), maka klon yang digunakan dalam KP harus bersifat mudah diperbanyak
secara masal melalui pembiakan vegetatif.

Dengan demikian KP dibangun

dengan menggunakan jenis tanaman dan klon unggul yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk diperbanyak secara vegetatif.

Hal ini yang

menyebabkan KP mempunyai kualitas genetik tertinggi karena diperoleh dari
hasil seleksi uji klon dan diturunkan melalui pembiakan vegetatif untuk
mempertahankan keunggulan klon pada keturunannya.

KP dapat dibangun di lapang, di persemaian atau di dalam rumah kaca
bergantung pada ukuran bibit dalam menghasilkan stek dan umur produksi dari
jenis yang bersangkutan. Masing-masing metode tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan. KP pada umumnya menghasilkan stek yang mempunyai
kemampuan dan umur produksi sangat terbatas.

Oleh karena itu dalam satu

KP, klon unggul harus terdiri dari minimal 25 ramet agar dapat memproduksi
stek secara masal dan harus diganti dengan bahan tanaman baru setelah tidak
produktif dengan menggunakan klon yang sama atau klon unggul lainnya. Untuk
meningkatkan produksi stek, maka KP harus dikelola dengan menerapkan teknik
pengelolaan KP yang intensif seperti: pemangkasan, pemupukan, pembersihan
gulma, pemberantasan hama dan penyakit, dan perlakuan lainnya.

22

B.

1.

Tahapan Pembangunan Sumber Benih

Tegakan Benih Provenan (TBP)

Tahapan pembangunan TBP adalah sebagai berikut :


Pengumpulan benih sebagai materi pembangunan TBP berasal dari
provenan terbaik dari hasil uji provenan yang telah dilakukan sebelumnya.
Benih dikumpulkan minimal dari 25 pohon induk pada tegakan provenan
terbaik.



TBP dibangun dengan menanam bibit dari provenan terbaik dengan jarak
tanam awal yang lebih dekat sehingga setelah dilakukan penjaraangan akan
dihasilkan jarak antar pohon yang optimal untuk produksi buah.



Penjarangan dilakukan setelah tajuk bersinggungan dengan membuang
pohon- pohon yang jelek dan produksi buahnya rendah, untuk mengatur jarak
tanam yang optimal agar dapat meningkatkan produksi buah.



Jalur isolasi dibuat sebagaimana pada APB.



Untuk

meningkatkan

produksi

buah

dilakukan

tindakan

silvikultur

sebagaimana pada APB.


Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program
hutan tanaman.

Gambaran tahapan penunjukan APB, dapat dilihat pada Gambar 4.

23

Gambar 4. Tahapan pembangunan Tegakan Benih Provenan (TBP)

2. Kebun Benih Semai (KBS)

Tahapan pembangunan KBS adalah sebagai berikut :
• Pengumpulan benih sebagai materi pembangunan KBS berasal dari pohon
induk (famili) dari hutan alam atau tanaman, atau dari pohon plus hasil uji
keturunan yang telah dilakukan sebelumnya. Benih dikumpulkan minimal dari
25 pohon induk.
• Uji keturunan dibangun dengan rancangan tertentu dengan menanam bibit
dari masing-masing famili dengan jarak tanam awal yang lebih pendek.
Identitas dari masing-masing famili harus tetap terjaga hingga seleksi selesai
dilakukan.
• Penjarangan seleksi dilakukan dengan membuang pohon-pohon yang jelek
24

dan rendah produksi buah. Seleksi dilakukan di dalam famili atau antar famili
bila diperlukan sehingga tertinggal pohon-pohon dari famili terbaik yang
dapat memproduksi buah berlimpah.
• Jalur isolasi dibuat sebagaimana pada TBP.
• Untuk

meningkatkan

produksi

buah

dilakukan

tindakan

silvikultur

sebagaimana pada TBP.
• Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program
hutan tanaman.

Gambaran tahapan pembangunan KBS, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tahapan pembangunan Kebun Benih Semai (KBS)

25

3. Kebun Benih Klon (KBK)

Tahapan pembangunan KBK adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan benih sebagai materi pembangunan KBK berasal dari pohon
plus hasil uji keturunan yang telah dilakukan sebelumnya. Materi vegetatif
dikumpulkan minimal dari 25 pohon plus.

b. KBK yang dibangun dari uji keturunan half-sib dibangun dengan rancangan
sistematik, dengan menggunakan jarak tanam yang sama dengan menanam
bibit dari masing-masing klon dengan jarak tanam optimal untuk produksi
buah.

c. KBK yang dibangun dari uji keturunan full-sib dibangun dengan rancangan
klaster, dengan menggunakan jarak tanam yang sama di dalam klaster
(jarak tanam optimal) dan jarak antar klaster yang lebih lebar (tidak
dimungkinkan terjadinya persilangan antar klaster).

d. Pemangkasan pucuk (top prunning) dapat diterapkan untuk memperlebar
tajuk dan meningkatkan produksi buah, namun harus dilakukan dengan hatihati agar tidak rusak atau mati.

e. Jalur isolasi dibuat sebagaimana pada KBS.

f.

Untuk

meningkatkan

produksi

buah

dilakukan

tindakan

silvikultur

sebagaimana pada KBS.

g. Benih dari klon penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan tanaman.

26

Gambaran tahapan pembangunan KBK dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tahapan pembangunan Kebun Benih Klon (KBK)

4. Kebun Pangkas (KP)

Tahapan pembangunan KP adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan materi genetik (klon) untuk pembangunan KP dapat berasal dari
pohon plus hasil uji keturunan yang telah dilakukan sebelumnya untuk
membangun uji klon atau dari hutan alam/ tanaman yang mempunyai
keunggulan tertentu.

b. Uji klon dapat dibangun dengan menggunakan beberapa klon untuk
membandingkan klon-klon terseleksi untuk melihat kemampuan berakar dan
beradaptasi pada lingkungan tumbuhnya.

c. Klon unggul dari hasil evaluasi uji klon, digunakan sebagai materi
pembangunan KP sebagai sumber benih.
27

d. KP dibangun dengan menggunakan materi vegetatif dari klon unggul minimal
dengan menggunakan 25 ramet per klon.

e. KP dapat dibangun dilapang, rumah kaca atau bedeng persemaian dengan
jarak tanam atau antar ramet yang rapat (misal: 1 x 1 m).

f. Untuk meningkatkan produksi benih (vegetatif) dilakukan tindakan silvikultur
seperti pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, dll.), pemangkasan pucuk dan permudaan tanaman.

g. Benih (vegetatif) dari setiap klon diproduksi untuk program hutan tanaman.

Gambaran pembangunan KP, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Tahapan pembangunan Kebun Pangkas (KP)

28

C. Latihan

1) Jelaskan klasifikasi sumber benih hasil pembangunan?
2) Jelaskan tahapan pembangunan sumber benih?

D. Rangkuman

Upaya pengadaan benih unggul hanya dapat diperoleh dari sumber benih yang
dibangun melalui program pemuliaan pohon. Informasi dan materi dari hasil uji
pemuliaan tersebut akan digunakan untuk membangun Tegakan Benih Provenan
(TBP) dari hasil uji provenan, Kebun Benih Semai (KBS) dan Kebun Benih
Klon (KBK) dari hasil uji keturunan.

Hasil uji klon dapat digunakan untuk membangun Kebun Pangkas (KP) yang
merupakan sumber benih dengan kualitas genetik tertinggi untuk memproduksi
materi vegetatif dalam pembangunan hutan tanaman.

29

BAB VI. PEMELIHARAAN SUMBER BENIH
Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan
dapat menjelaskan pemeliharaan sumber benih.

A. Penataan areal

Tujuan dari kegiatan penataan adalah agar tegakan benih tertata rapih dan teratur
dengan batas-batas yang jelas serta identitas pohon induk yang jelas sehingga
memudahkan dalam pengawasan (monitoring dan evaluasi). Adapun kegiatan
yang termasuk kedalam kegiatan penataan areal sumber benih antara lain penataan
batas (demarkasi), pembagian blok, inventarisasi tegakan, dan pemetaan pohon
induk.

1. Penataan batas (demarkasi).

Pemberian tanda batas luar sumber benih dimaksudkan untuk memberikan tanda
pada batas luar area sumber benih sehingga memudahkan dalam pengontrolan,
mencegah pihak lain yang mengklaim area sumber benih tersebut. Tanda batas
dibuat dengan jelas dengan menggunakan bahan yang awet di lapangan dan
memberikan petunjuk yang informatif. Tanda batas tepi sumber benih bisa
memanfaatkan pohon di bagian batas luar (tepi) yang memiliki pertumbuhan baik.
Phon tersebut diberi tanda warna kuning melingkar pada batang pohon setinggi 60
cm di atas permukaan tanah dengan lebar 20 cm setiap jarak 25 m, dan tiap tahun
tanda cat diperbaharui.

Ditempat yang strategis (mudah dilihat orang) pada batas luar dipasang minimal
satu plang papan nama sumber benih, juga papan peringatan bagi tindakan yang
berupa gangguan seperti larangan pencurian, pembakaran dan penggembalaan
serta yang lainnya. Papan nama dibuat dari bahan yang awet berukuran 80 x 120
cm dipancang setinggi 150 cm di atas permukaan tanah. Papan larangan
dimaksudkan untuk mengantisipasi kebakaran, pencurian, penggembalaan dan
30

sebagainya. Ukuran plang 60 x 80 cm dan dipasang setinggi 2 m di atas tanah.
Warna dasar plang merah dengan tulisan berwarna putih. Paling ini dipasang di
tepi jalan yang sering dilewati orang.

2.

Pembagian blok

Pembagian blok sumber benih dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan
dan pengelolaan sumber benih. Pembagian blok dilakukan apabila sumber benih
lebih dari 7 Ha. Satu blok luasannya lebih kurang 4 ha. Pada batas luar blok diberi
tanda batas.

3. Inventarisasi Tegakan

Kegiatan inventarisasi tegakan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan
dalam mengevaluasi pertumbuhan pohon induk (tegakan benih) yang terdapat di
areal sumber benih. Kegiatannya antara lain meliputi penomoran pohon dan
registrasi pohon dalam buku register tegakan benih. Penomoran pohon dilakukan
pada setiap blok secara berurut dan teratur. Penomoran pohon dilakukan pada
batang pohon induk dengan mengupas kulit batang, di cat lalu dituliskan
informasi yang penting atara lain ukuran tinggi batang dan diameter dbh (keliling)
batang. Setelah semua pohon diberi nomor secara sensus, lalu data identitas pohon
tersebut (tinggi dan diameter) ditulis pada buku register tegakan benih,
ditambahkan data dan informasi lain seperti kelurusan batang, dan kesehatan
pohon induk. Data registrasi tersebut selalu diperbaharui setiap setelah melakukan
seleksi (penjarangan).

4. Pemetaan Pohon Induk

Pemetaan pohon induk dimaksudkan untuk memberikan gambaran sebaran
(distribusi) pohon induk dan kerapatannya. Pembuatan peta sebaran pohon induk
berdasarkan dari data inventarisasi tegakan benih. Peta sebaran harus dapat

31

memberikan informasi sebaran pohon serta minimal ukuran diameter dan tinggi
batang. Skala peta yang digunakan adalah 1: 5000.

5. Pembersihan Gulma

Selain menjadi kompetitor dalam absorpsi hara, gulma dan semak belukar ini
ketika kering di musim kemarau menjadi sumber bahan bakar yang
membahayakan, oleh karena itu pertumbuhannya harus dikendalikan. Semak
belukar juga sangat menggangu terhadap aktivitas pemungutan buah (benih) pada
saat musim panen.

Meskipun terdapat pengaruh negatif dari semak belukar tetapi ada peran
positifnya antara lain adalah turut menjaga kelembaban tanah disaat musim
kemarau, menjadi sumber pakan (pollen dan nectar) bagi serangga yang
barangkali menjadi agen pollinator bagi tegakan benih, menjdai sumber pupuk
hijau (bahan organik), serta beberapa semak (seperti kekawar dan kirinyu)
menjadi inang bagi endomikoriza (CMA) yang sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan tegakan. Oleh karena itu perlu metode pengendalian yang efektif
dan efisien.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberantasan semak belukar dan gulma
adalah ketepatan waktu dan metodenya. Waktu yang paling efektif pada kegiatan
pemberantasan semak belukar adalah pada waktu musim kemarau, disaat semak
sudah mulai kekeringan atau menjelang musim pemungutan (pengunduhan) buah.
Alangkah baiknya jika hasil pembabatan semak dan gulma tesebt diproses
menjadi kompos atau mulsa bagi tegakan benih.

6. Pemangkasan tunas adventif (tunas air)

Kehadiran tuans air (tuans adventif) di sepanjang batang merupakan pemborosan
pada pemakaian hasil fotosintesis.

Tunas ini harus dibuang agar fotosintat

terakumulasi pada pembentukan buah. Dalam praktek pemangkasan tunas advntif
32

ini harus hati-hati jangan sampai meningalkan luka pada batang yang dapat
menimbulkan kerugian ekonomis atau menimbulkan cacat permanent pada
batang. Oleh karena itu peralatan yang digunakan harus tajam.

7. Pemeliharaan Kesuburan Lahan

Pemeliharaan kesuburan lahan pada prinsipnya adalah memberian masukan
(input) nutrient pada lantai hutan, yang paling efisien adalah penggunaan bahan
organik (serasah) yang ada di lantai hutan tersebut. Pemberian hara pada lantai
hutan sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tegakan benih. Daun
serasah yang berguguran, biomassa semak belukar, gulma hasil pembabatan
merupakan sumber bahan organik yang sangat baik untuk meningkatakan neraca
hara di lantai hutan. Pada musim kemarau semak belukar dan gulma dipanen
kemudian diproses menjadi kompos. Pada musim akahir penghujan kompos
tersebut di berikan kepada tegakan benih untuk merangsang pembungaan dan
pembuahan.

Upaya pemberian pupuk dilakukan untuk meningkatkan produksi benih pada
pohon induk. Pada beberapa spesies pemupukan berpengaruh terhadap jumlah
serbuk sari, meningkatkan jumlah bunga jantan serta meningktkan produksi buah
atau berat buah. Pupuk yang diberikan untuk meningkatkan produksi benih adalah
pupuk yang bersifat merangsang pembungaan dan pembuahan antara lain pupuk
yang kaya unsur phosfat dan kalium. Waktu pemberian pupuk yang tepat adalah
sebelum masa pembuangaan, pada tanaman jati adalah pada awal musim
penghujan. Dosis pupuk Yang dapat dipakai adalah Urea 200 gram/pohon, SP 36
800 gram/pohon dan KCL 100 gram/pohon, atau dengan pupuk kandang sebanyak
15 kg/pohon. Pemupukan ini cukup diberikan setahun sekali. Teknik pemberian
pupuk yang baik adalah dengan membenamkan pupuk tersebut melingkar di garis
terluar proyeksi tajuk pohon induk.

33

8. Perlindungan gangguan bahaya kebakaran

Gangguan kebakaran umumnya terjadi pada musim kemarau, disaat banyak
material kering yang mudah terbakar. Gangguan kebakaran bisa muncul dari
dalam areal sumber benih atau dari area yang berbatasan langsung dengan sumber
benih. Oleh karena itu majemen pemantauan kebakaran hutan harus dilakukan
secara holistic (menyeluruh).

9. Pengendalian hama dan penyakit

Upaya pengendalian serangan hama dan penyakit bisa dilakukan secara preventif
(pencegahan) dan refresif (penanggulangan). Upaya pencegahan hama dan
penyakit dilakukan dengan cara melakukan monitoring intensif terhadap adanya
gejala serangan hama dan penyakit terhadap tegakan benih.

Penanaman pohon anti hama di batas luar sumber benih sangat efektif mangkal
serangan hama. Salah satu jenis pohon yang bisa bertindak sebagai tanaman pagar
pencegah serangan hama adalah suren (Toona surenii). Jenis ini memiliki zat
ekstraktif sebagai pestisida alami yang dapt mengusir hama.

Apabila dari hasil monitoring di ketahui ada gejala serangan hama atau penyakit
dengan

daya

serangnya

tinggi

maka

segera

ambil

tindakan

untuk

pengendaliaannya, terutama untuk jenis penyakit yang dapat menular ke pohon
lain.

B. Penjarangan

Penjarangan tegakan benih bertujuan untuk (1) memperbaiki pembungaan dan
produksi benih dengan memberikan ruang yang cukup bagi pohon untuk
berkembang, dan (2) meningkatkan kualitas sumber benih dengan membuang
pohon-pohon inferior. Penjarangan di tegakan benih teridentifikasi dan terseleksi
adalah penjarangan seleksi massa.
34

Penjarangan seleksi massa maksudnya seleksi pohon berkualitas terbaik
berdasarkan karakter fenotipnya. Penjarangan memberikan pengaruh terhadap
produktivitas benih karena alasan-alasan berikut, yaitu pertama penjarangan
memberikan kesempatan tumbuh kepada tegakan tinggal (pohon induk) sehingga
tajuknya bisa berkembang maksimal yang pada akhirnya akan berbunga dan
berbuah lebat. Alasan kedua penjarangan meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk ke dalam hutan, sehingga merangsang aktivitas fotosintesis sebagai bahan
dasar untuk pembungaan dan produksi benih.

Prinsip pohon yang dibuang adalah pohon-pohon inferior dari karakter
morfologinya, yaitu pohon yang jelek, cacat, tertekan, bengkok dan tidak pernah
berbuah. Karakter kualitatif lebih diutamakan untuk dinilai daripada kualitas
kuantitatif sebab pada umunya sifat kualitatif

lebih ditentukan oleh genetik

daripada lingkungan. Pohon yang akan ditebang (dijarangi) diberi tanda berupa
tanda silang ( X ) dengan cat warna merah. Dari hasil pengamatan pada tegakan
benih berumur dewasa (di atas sepertiga daurnya) karakter kelurusan batang lebih
dominan ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan tinggi dan diameter lebih
dipengeruhi oleh kondisi lingkungan.

Selesai melakukan penjarangan, data dan informasi pohon tegakan tinggal (pohon
induk) harus diregister ulang dan dicatat dalam buku register. Penjarangan seleksi
bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisinya. Pada penjarangan
seleksi yang terakhir jumlah pohon induk sebanyak 100-125 pohon per Ha. Setiap
setelah dilakukan penjarangan dibuatkan pembaharuan data register pohon induk.

C. Latihan

1.

Jelaskan Kegiatan yang termasuk ke dalam pemeliharaan sumber benih?

2.

Jelaskan tujuan kegiatan penjarangan?

35

D. Rangkuman

Kegiatan pemeliharaan sumber benih meliputi : Penataan Areal dan Penjarangan.
Kegiatan Penataan Areal terdiri dari : Penataan batas (demarkasi), Pembagian
blok, Inventarisasi Tegakan, Pemetaan Pohon Induk, Pembersihan Gulma,
Pemangkasan

tunas adventif (tunas air), Pemeliharaan

Kesuburan Lahan,

Perlindungan gangguan bahaya kebakaran dan Pengendalian hama dan penyakit.

Penjarangan bertujuan untuk (1) memperbaiki pembungaan dan produksi benih
dengan memberikan ruang yang cukup bagi pohon untuk berkembang, dan (2)
meningkatkan kualitas sumber benih dengan membuang pohon-pohon inferior.
Penjarangan di tegakan benih teridentifikasi dan terseleksi adalah penjarangan
seleksi massa.

36

BAB VII. PENUTUP

A. Kesimpulan

Areal Produksi Benih (APB) merupakan sumber benih terbaik hasil penunjukkan.
Namun demikian, untuk mendapatkan tegakan yang baik maka pada program
pembangunan hutan tanaman, sumber benih yang digunakan sebaiknya minimal
berasal dari tegakan provenansi dan dapat ditingkatkan lagi menjadi kebun benih
dan seterusnya.

Berbeda dengan sumber benih hasil penunjukkan, kebun benih dibangun dengan
tujuan untuk produksi benih berdasarkan hasil uji provenansi dan uji keturunan
yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini berarti sumber benih tersebut dibangun
dari provenansi terbaik atau individu terbaik yang telah teruji untuk sifat-sifat
yang diinginkan pada daerah pengembangan. Oleh karena sumber benih tersebut
sejak awalnya ditujukan untuk produksi benih, maka dapat ditanam pada tapak
yang kondusif bagi produksi benih dan diperlakukan untuk menstimulasi produksi
benih yang berlimpah serta penebangan pohon-pohon yang inferior, yang
dilakukan melalui kegiatan penjarangan seleksi. Pengelolaannya sejak awal
diarahkan untuk produksi benih, sehingga tindakan silvikultur, penjarangan
seleksi dan penanganan benih yang akan dilakukan telah dipersiapkan lebih baik
dan terencana.

B. Implikasi

Untuk memenuhi pembangunan hutan tanaman diperlukan benih secara rutin
dan dalam jumlah yang sangat besar. Hutan tanaman yang dibangun ini akan
memberikan hasil baik ataupun buruk awalnya sangat tergantung pada benih
yang digunakan. Semua Klasifikasi sumber benih dapat dimanfaatkan benih untuk
membangun hutan, namun tentu saja harus disadari bahwa hutan tanaman
produksi yang terbaik hany

Dokumen yang terkait

ALOKASI WAKTU KYAI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI YAYASAN KYAI SYARIFUDDIN LUMAJANG (Working Hours of Moeslem Foundation Head In Improving The Quality Of Human Resources In Kyai Syarifuddin Foundation Lumajang)

1 46 7

ANALISIS KONTRIBUSI MARGIN GUNA MENENTUKAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PRODUK DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN PADA PT. SUMBER YALASAMUDRA DI MUNCAR BANYUWANGI

5 269 94

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

IDENTIFIKASI INSEKTA DI TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DALAM BENTUK BUKU SAKU

4 92 26

POLA PENGELOLAAN ISU PT. KPC (KALTIM PRIMA COAL) Studi pada Public Relations PT. KPC Sangatta, Kalimantan Timur

2 50 43

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN

4 56 53

ANALISIS PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DANAU RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG

9 68 121