Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Ke (1)

ANALISIS PENGARUH CITRA TOKO TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA SUPERMARKET MANDIRI SIMPANG BAHAGIA MEDAN DRAFT SKRIPSI OLEH PATAR GUNAWAN 050502179 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2009

ABSTRAK

Patar Gunawan, 2009. Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan, dibawah bimbingan Dr. Arlina Nurbaity, SE, MBA, Ritha F. Dalimunthe (Ketua Departemen), Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si (Penguji I) dan Drs. Liasta Ginting, M.Si (Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen dan variabel citra toko apa yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat atau konsumen yang pernah melakukan pembelian di Supermarket Mandiri Simpang Bahagia, yang jumlahnya tidak diketahui karena tidak ada data statistik pendukung. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi unidentified yakni sebanyak 80 responden. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu mengambil sejumlah konsumen Supermarket Mandiri yang memiliki kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan responden. Kriteria yang ditetapkan yaitu responden dengan usia minimal 18 tahun dan minimal telah 2 kali berbelanja di Supermarket Mandiri Simpang Bahagia.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas, yaitu faktor- faktor citra toko terdiri dari lokasi toko (store location), produk (merchandise), harga (price), pelayanan konsumen (customer services), dan fasilitas fisik (phisical facilities) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen (Y) pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen

adalah variabel harga (price/X 3 ). Sementara variabel lokasi toko (store location /X 1 ), produk (merchandise/X 2 ), pelayanan konsumen (customer services /X 4 ) dan fasilitas fisik (phisical facilities/X 5 ) secara parsial juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian konsumen (Y) pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan.

Kata Kunci : Citra Toko, Keputusan Pembelian Konsumen

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus yang telah memberikan kasih dan kuasaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan. Penelitian ini sekiranya dapat berguna bagi kita semua ketika berada dalam dunia pekerjaan, khususnya dalam bidang pemasaran ritel.

Persaingan usaha ritel di Indonesia semakin ketat dewasa ini, dimana persaingan bukan hanya antar peritel lokal namun jaringan peritel asing juga ikut meramaikan persaingan bisnis ritel. Setiap pengusaha ritel harus mampu menciptakan dan menjaga citra mereka yang baik di mata konsumen agar dapat mempertahankan pelanggan maupun meraih pasar potensial. Dalam pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa usaha dan kerja yang dilakukan penulis tidak akan berjalan sukses tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan dan menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang selalu berusaha membangun Fakultas Ekonomi ke arah yang lebih baik.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha. F Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang selalu melakukan terobosan baru yang lebih baik dalam Departemen Manajemen.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity, SE, MBA, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

5. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

7. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MS, selaku Dosen Wali penulis yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk meningkatkan prestasi belajar tiap semester selama penulis aktif kuliah.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai penelitian ini selesai dan juga selama masa perkuliahan.

9. Kepada Mandiri Supermarket Group yang

10. Kepada kedua orangtua penulis, Pardamean Panggabean (Ayah) dan Rosdiana Tambun (Ibu). You are the greatest gift from God, yang telah memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada penulis serta semangat dan dukungan dalam segala hal bagi penulis selama pengerjaan skripsi ini.

11. Kepada abang (Roni) dan kakak (Arinauli) yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan kepada penulis.

12. Kepada Ompung Tambun, Tulang-tulang beserta keluarga, dan Namboru Wes beserta keluarga.

13. Kepada sahabat-sahabatku soncrot community : Alfa, Togu, Martin yang telah memberikan pengalaman seru dan dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

14. Kepada sahabatku Andre Yakob dan Rocky (teman bermain futsal dan PS) yang selalu siap membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

15. Kepada kawan-kawan senasib dan seperjuangan di Departemen Manajemen USU khususnya Angkatan 2005: Thomas, Leo, Yosef, Kristina, Enny, Denari, Irma, Triyanti, David, Denson, Pesta, Stefani, Tova, Rika, Elvi, Simon, Hiskia, Jerry, Oki, Corry, Okta, Krisman, Efraim, Cornel, Dede dan Frans; Tuhan memberkati kita semua.

16. Kepada kawan-kawan terbaik ex SMUN-5 Medan: Sri, Hermanto (Braso), Freysenet, Sihar, Junjungan, Hakim, dan Nazli; semoga persahabatan kita tetap terjalin dan semangat terus dalam mencapai semua cita-cita.

17. Seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang senantiasa memberikan dorongan semangat dalam penyusunan skripsi ini, semoga Tuhan memberikan jalan yang terbaik buat kita semua.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, atas berkat, kasih, karunia yang luar biasa kepada penulis selama ini dan selamanya.

Medan, Juli 2009 Penulis,

Patar Gunawan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian ...................................................... 7 Gambar 2.1 Skema Tahapan Pembelian ............................................................. 26 Gambar 2.2 Jalur Distribusi Barang Dagangan pada Usaha Eceran .................... 28 Gambar 3.1 Layout Produk Supermarket Mandiri .............................................. 47 Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas .............................................................. 53 Gambar 4.2 Plot Uji Normalitas ........................................................................ 54 Gambar 4.3 Scatterplot ..................................................................................... 56

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi pasar Indonesia yang cukup besar dan menguatnya usaha kelas kecil dan menengah telah menambah jumlah kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-atas yang memiliki gaya hidup belanja di ritel modern. Tingkat belanja orang Indonesia selalu berada di peringkat ketiga di kawasan Asia Pasifik dalam empat tahun terakhir berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen di tahun 2008. Masyarakat Indonesia jika dirata-rata dalam sebulan sebanyak dua kali mendatangi hipermarket untuk berbelanja, tiga kali di supermarket, tujuh kali di minimarket ( www.okezone.com / 14 Agustus

2008). Tingkat belanja masyarakat yang tinggi menyebabkan krisis finansial yang sedang melanda dunia tidak berdampak besar terhadap pertumbuhan bisnis ritel modern di Indonesia.

Perkembangan bisnis ritel di Indonesia telah menimbulkan persaingan yang ketat antara perusahaan ritel dalam memasarkan dan menjual barang-barang konsumsi rumah tangga, mulai dari pakaian, sepatu, tas, peralatan kecantikan hingga alat-alat rumah tangga dan barang-barang elektronik, yang lazim dikenal dalam suatu istilah retail business atau bisnis ritel (eceran). Persaingan bisnis ritel semakin meningkat semenjak jaringan hypermarket multinasional seperti Carrefour (Prancis), Hypermart, Makro (Belanda), dan Giant (Malaysia) memasuki Indonesia di tahun 1998. Ekspansi peritel asing telah menambah ketat persaingan bisnis ritel khususnya ritel modern yang sebelumnya dikuasai peritel Perkembangan bisnis ritel di Indonesia telah menimbulkan persaingan yang ketat antara perusahaan ritel dalam memasarkan dan menjual barang-barang konsumsi rumah tangga, mulai dari pakaian, sepatu, tas, peralatan kecantikan hingga alat-alat rumah tangga dan barang-barang elektronik, yang lazim dikenal dalam suatu istilah retail business atau bisnis ritel (eceran). Persaingan bisnis ritel semakin meningkat semenjak jaringan hypermarket multinasional seperti Carrefour (Prancis), Hypermart, Makro (Belanda), dan Giant (Malaysia) memasuki Indonesia di tahun 1998. Ekspansi peritel asing telah menambah ketat persaingan bisnis ritel khususnya ritel modern yang sebelumnya dikuasai peritel

Kehadiran berbagai peritel modern pada satu sisi sangat menggembirakan konsumen. Para peritel menawarkan berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat berbelanja, keamanan, kemudahan, variasi produk yang semakin beragam, kualitas produk yang terus meningkat dan tentu saja harga produk yang menjadi lebih murah sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali adanya kebutuhan yang belum terpenuhi. Konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan tersebut meliputi produk apa yang akan memberi konsumen manfaat dan bagaimana cara memperolehnya. Konsumen kemudian mengevaluasi berbagai alternatif produk melalui ritel, katalog dan internet hingga memilih salah satu dintaranya. Pada suatu kondisi, konsumen akan sangat mempertimbangkan ritel dan produk yang akan dibeli dan hal ini akan membutuhkan waktu. Setelah mengevaluasi, konsumen akan membuat keputusan pembelian pada suatu ritel.

Supermarket merupakan format toko ritel yang memiliki posisi paling sulit dalam persaingan pasar ritel modern saat ini. Daya tarik supermarket semakin menurun bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan minimarket dan hipermarket. Tabel 1.1 berikut memperlihatkan kondisi pasar ritel modern di Indonesia:

Tabel 1.1 Kondisi Pasar Ritel Modern di Indonesia

Kunjungan/bulan Kenaikan omzet (%) Keterangan

Sumber : Nielsen, 2008 (http://www.indomaret.co.id / 12 Juni 2008 )

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa supermarket memiliki pertumbuhan omzet yang paling rendah di tahun 2006-2007 (6,4% dan 5,5%) dibanding hipermarket (42,6% dan 22,6) dan minimarket (34,2% dan 36%).

Keberadaan supermarket menjadi sulit dan menjadi serba tanggung di antara kepopuleran toko skala lebih besar berformat hipermarket dan makin meluasnya keberadaan minimarket. Masyarakat saat ini memiliki kebiasaan berbelanja yang cenderung lebih efisien. Konsumen tidak lagi mempermasalahkan selisih harga produk yang tidak terlalu banyak, tapi lebih mementingkan efisiensi waktu. Oleh karena itu, kehadiran gerai sekelas minimarket yang hadir di tengah- tengah permukiman jadi lebih marak. Keberadaan hipermarket yang menawarkan produk lebih komplet dan harga lebih miring juga sulit dibendung. Akibatnya ritel kelas menengah seperti supermarket, posisinya semakin terjepit.

Pembentukan citra atau image yang baik di benak konsumen dapat menjadi kekuatan peritel dalam memperebutkan calon konsumen potensial dan mempertahankan konsumen yang ada. Citra sebuah toko adalah kepribadian sebuah toko yang menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen Pembentukan citra atau image yang baik di benak konsumen dapat menjadi kekuatan peritel dalam memperebutkan calon konsumen potensial dan mempertahankan konsumen yang ada. Citra sebuah toko adalah kepribadian sebuah toko yang menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen

Medan merupakan salah satu dari empat kota besar di Indonesia selain Jakarta, Surabaya, dan Bandung yang menjadi tujuan utama ekspansi pengusaha ritel dari luar daerah maupun peritel asing. Kehadiran peritel berformat hipermarket di Medan sejak tahun 2003 membuat posisi peritel yang berformat supermarket seperti Macan Yaohan, Gelora, Yuki, dan Suzuya menjadi sulit dalam meraih pasar akibat kecenderungan (tren) masyarakat berbelanja di hipermarket seperti Carrefour dan Hypermart.

Ekspansi minimarket Indomaret sejak pertengahan tahun 2008 semakin mengancam keberadaan supermarket-supermarket lokal di Medan. Karena Indomaret telah melakukan eskpansi secara luas dengan membuka 42 gerai yang tersebar hampir disetiap sudut kota Medan. Namun demikian, persaingan yang semakin ketat bisa dijadikan satu momentum dan kesempatan bagi para peritel berformat supermarket guna memperbaiki konsep dan format yang ada saat ini agar mampu meningkatkan daya saing antar peritel.

Mandiri Supermarket Group adalah jaringan supermarket lokal yang sedang berkembang dan telah memiliki delapan gerai yang tersebar di kota Medan Mandiri Supermarket Group adalah jaringan supermarket lokal yang sedang berkembang dan telah memiliki delapan gerai yang tersebar di kota Medan

Supermarket Mandiri Simpang Bahagia merupakan salah satu cabang dari Mandiri Supermarket Group yang ramai dikunjungi masyarakat untuk berbelanja. Supermarket Mandiri Simpang Bahagia dikunjungi rata-rata 900 orang per hari (hasil riset awal). Supermarket Mandiri Simpang Bahagia menjual produk-produk standar untuk kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau, promosi yang menarik, kualitas barang yang terjamin serta lahan parkir yang luas yang akan menambah kenyamanan pengunjung dalam berbelanja.

Lokasi toko yang strategis merupakan salah satu faktor pendorong yang menjanjikan. Supermarket Mandiri Simpang Bahagia memiliki beberapa faktor dalam mempertimbangkan pilihan lokasi atau tempat agar konsumen tertarik, antara lain : lokasi supermarket mudah dijangkau transportasi umum, kondisi jalan yang lebar dan mulus serta letak berdirinya supermarket mudah terlihat karena berada di perempatan jalan (Simpang Empat Bahagia) yang ramai dilalui kendaraan namun cenderung tidak macet.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen Pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah : ”Apakah terdapat pengaruh citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan?”

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan beberapa variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan. Kerangka konseptual merupakan dasar dalam pembuatan hipotesis (Sugiyono, 2004:49).

Memelihara citra toko merupakan salah satu alat yang terpenting bagi peritel untuk menarik dan memenuhi kepuasan konsumen. Menurut Berman et al (600:2001) terdapat lima komponen citra toko yang dapat membuat toko menarik sehingga dapat mempengaruhi minat beli konsumen menjadi keputusan pembelian konsumen pada saat melakukan kegiatan berbelanja, yaitu: lokasi toko (store location ), produk (merchandise), harga (price), pelayanan konsumen (customer services ), dan fasilitas fisik (phisical facilities).

Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalaman mereka atas toko tersebut. Beberapa toko akan menetap dalam benak konsumen bila konsumen merasa puas terhadap toko tersebut. Sebagai hasilnya, konsumen akan melakukan keputusan pembelian sebagai titik puncak (pengintegrasian) dari proses pencarian Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalaman mereka atas toko tersebut. Beberapa toko akan menetap dalam benak konsumen bila konsumen merasa puas terhadap toko tersebut. Sebagai hasilnya, konsumen akan melakukan keputusan pembelian sebagai titik puncak (pengintegrasian) dari proses pencarian

Berdasarkan teori pendukung tersebut, maka kerangka konseptual yang disesuaikan untuk menunjang penelitian ini adalah Gambar 1.1 berikut :

Lokasi Toko ( X 1 )

Produk ( X 2 )

Harga ( X 3 )

Keputusan Pembelian (Y)

Pelayanan

Konsumen ( X 4 )

Fasilitas Fisik (X 5 )

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Berman et al (2001) diolah oleh penulis

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah : Citra toko yang terdiri lokasi toko (X 1 ), produk (X 2 ), harga (X 3 ), pelayanan konsumen (X 4 ) dan fasilitas fisik (X 5 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh citra toko yang terdiri dari variabel lokasi toko, produk, harga, pelayanan konsumen dan fasilitas fisik terhadap keputusan pembelian konsumen pada Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan, merupakan bahan masukan dalam meningkatkan tingkat pembelian konsumen.

b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan hasil penelitian ini di waktu-waktu yang akan datang.

c. Bagi peneliti, sebagai wahana melatih menulis karya ilmiah pada bidang manajemen pemasaran khususnya berkaitan pada pemasaran ritel.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

a. Variabel bebas (X) adalah citra toko yang terdiri lokasi toko (store location /X 1 ), produk (merchandise/X 2 ), harga (price/X 3 ), pelayanan konsumen (customer services/X 4 ) dan fasilitas fisik (phisical facilities/X 5 ).

b. Variabel terikat (Y) adalah keputusan pembelian konsumen Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan.

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana variabel diukur untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dalam suatu penelitian. Dalam Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana variabel diukur untuk mengetahui baik buruknya pengukuran dalam suatu penelitian. Dalam

a. Citra Toko (Variabel X) Citra toko disebut juga imej toko merupakan pandangan atau persepsi konsumen terhadap nama atau produk toko Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan atau diartikan sebagai penentuan posisi supermarket secara efektif, baik dari segi nilai, kualitas, dan harga. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel citra toko, yaitu :

1. Lokasi toko (X 1 ), adalah area geografis dari Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan yang strategis. Terletak di perempatan jalan yang ramai dilalui lalu lintas pejalan kaki dan kendaraan sehingga dapat menarik minat beli konsumen.

2. Produk (X 2 ), adalah barang dagangan atau produk yang ditawarkan oleh Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan kepada konsumen.

3. Harga (X 3 ), adalah penetapan harga suatu produk yang ditawarkan oleh Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan kepada konsumen.

4. Pelayanan konsumen (X 4 ), adalah suatu perilaku yang ditunjukkan oleh pegawai atau karyawan Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan kepada konsumen dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

5. Fasilitas fisik (X 5 ), menunjuk segala karakteristik fisik toko atau atribut yang melingkupi Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan yang mampu memberikan konsumen rasa nyaman ketika sedang berbelanja. Seperti parkir, display, aliran jalan konsumen, mesin kasir dan pendingin ruangan.

b. Keputusan Pembelian (Variabel Y) Keputusan pembelian dalam variabel ini didefinisikan sebagai keputusan konsumen untuk melakukan pembelian di Supermarket Mandiri Simpang Bahagia Medan. Keputusan pembelian di supermarket dapat terjadi secara kebiasaan atau rutinitas, pembelian karena ada kebutuhan terhadap suatu produk, dan pembelian yang terjadi secara spontan atau tidak memiliki niat membeli sebelum memasuki toko (Ma’aruf, 2005:61).

Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel

Indikator Variabel

Skala

1. Lokasi supermarket mudah dijangkau kendaraan umum Lokasi toko

2. Letak berdirinya supermarket mudah terlihat (X 1 )

Likert

3. Lalu lintas lancar

4. Keberadaan toko-toko pelengkap disekitar supermarket

1. Variasi produk Produk

2. Kelengkapan item produk lengkap (warna,ukuran,jenis) (X 2 )

Likert

3. Kualitas produk

4. Ketersediaan (stok) produk terjaga

1. Harga produk bersaing (leader pricing) Harga

2. Harga bertingkat (Price lining) sesuai kualitas barang Likert (X 3 )

3. Penetapan harga paket Pelayanan

1. Keramahan karyawan dalam melayani konsumen Konsumen

2. Ketepatan karyawan dalam mengidentifikasi keinginan Likert (X 4 )

konsumen

3. Karyawan memberikan pelayanan dengan cepat

4. Kenyamanan pelanggan dalam berbelanja

1. Fasilitas parkir luas

Fasilitas Fisik

2. Suhu ruangan sejuk

(X 5 )

3. Tata letak barang dagangan (display) teratur

Likert

4. Jumlah mesin kasir yang tersedia memadai

5. Aliran jalan konsumen (gang) lebar

1. Lokasi supermarket mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian

2. Produk-produk yang ditawarkan mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian

Keputusan

3. Harga produk yang ditawarkan mempengaruhi Pembelian (Y)

Likert

konsumen dalam keputusan pembelian

4. Pelayanan karyawan supermarket mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian

5. Fasilitas supermarket mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian

Sumber : Sopiah (2008) dan Ma’aruf (2005)

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah skala Likert (Sugiyono, 2004:86) yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Pengukuran dengan skala Likert dilakukan dengan pembagian jawaban sebagai berikut :

Skor 1

Sangat tidak setuju (STS) Skor 2

Tidak setuju (TS)

Skor 3

Kurang setuju (KS) Skor 4

Setuju (S)

Skor 5

Sangat setuju (SS)

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pengunjung Supermarket Mandiri di Jalan Hm. Jhoni, Simpang Bahagia 1, Medan. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei sampai dengan Juli 2009.

5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat atau konsumen yang pernah melakukan pembelian di Supermarket Mandiri Simpang Bahagia, yang jumlahnya tidak diketahui karena tidak ada data statistik pendukung.

Menurut Supramono dan Haryanto (2003:63) alternatif formula yang dapat digunakan untuk menentukan sampel pada populasi yang sulit diketahui (unidentified) adalah sebagai berikut:

2 ( P )( Q )

Dimana : n

= Jumlah sampel Zα = Z tabel dengan tingkat signifikansi tertentu

P = Proporsi populasi yang diharapkan memiliki karakteristik tertentu Q

= (1-P), Proporsi populasi yang diharapkan tidak memiliki

karakteristik terentu

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi

Berdasarkan hasil riset awal terhadap 40 konsumen Supermarket Mandiri Simpang Bahagia, diketahui 88% dari konsumen atau 35 orang memiliki karakteristik yang sesuai dengan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu mengambil sejumlah konsumen Supermarket Mandiri yang memiliki kriteria- kriteria tertentu untuk dijadikan responden. Kriteria yang ditetapkan yaitu responden dengan usia minimal 18 tahun dan minimal telah 2 kali berbelanja di Supermarket Mandiri Simpang Bahagia.

Penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 10% dan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 6% adalah sebagai berikut : Penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 10% dan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 6% adalah sebagai berikut :

80 orang.

6. Jenis dan Sumber data

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan jenis-jenis data sebagai berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih, pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan cara memberikan daftar pertanyaan (questionnaire) dan melakukan wawancara.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi dokumentasi, dengan mempelajari baik dari buku, majalah, hasil lapangan, dan situs internet untuk mendukung penelitian.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara (interview), yaitu wawancara langsung dengan responden yang terpilih untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

b. Daftar Pertanyaan (questionnaire), yaitu daftar pertanyaan untuk diisi oleh para responden.

c. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dan mempelajari data-data yang diperoleh dari buku, majalah, dan situs internet yang berhubungan dengan penelitian.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Menurut Arikunto (2002:14), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan alat kuesioner, karena itu uji validitas dilakukan untuk menguji data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid atau tidak dengan menggunakan alat ukur kuesioner tersebut dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r hitung >r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r hitung <r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak valid.

Uji reliabilitas menurut Arikunto (2002:15) menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Uji validitas dan reliabilitas ini diukur dengan menggunakan bantuan aplikasi Software SPSS 14,0 for Windows. Menurut Ghozali dan Kuncoro (Situmorang, dkk, 2008:179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid Uji reliabilitas menurut Arikunto (2002:15) menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan untuk subjek yang sama, dalam waktu dan kondisi yang berbeda, tetap menunjukkan hasil yang sama. Uji validitas dan reliabilitas ini diukur dengan menggunakan bantuan aplikasi Software SPSS 14,0 for Windows. Menurut Ghozali dan Kuncoro (Situmorang, dkk, 2008:179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid

a. Menurut Ghozali nilai Cronbach’s Alpha > 0.60

b. Menurut Kuncoro nilai Cronbach’s Alpha > 0.80

9. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang tidak bias dan efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogrov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, dkk, 2008:62).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitias diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel indipenden signifikan secara stastistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat Uji heteroskedastisitas varians variabel independen adalah konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitias diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel indipenden signifikan secara stastistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat

c. Uji Multikolinearitas

Variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 1, atau nilai VIF <

5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, dkk, 2008:104).

10. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah:

a. Metode Analisis Deskriptif

Merupakan salah satu metode analisis, dengan cara penyusunan dan pengelompokkan data, kemudian dianalisis dengan demikian akan diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan juga dipergunakan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua (X 1 ,X 2 ,X 3 ,X 4 ,X 5 ) terhadap variabel dependen (Y).

Y= a + b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +e

Keterangan :

Keputusan pembelian

Konstanta

b 1 ,b 2 ,b 3 ,b 4 ,b 5 =

Koefisien Regresi

Skor variabel lokasi toko

Skor variabel produk

Skor variabel harga

X 4 = Skor variabel pelayanan konsumen

X 5 = Skor variabel fasilitas fisik

e = standart error

c. Pengujian Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H 0 ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam derah dimana H 0 diterima. Dalam analisis regresi ada tiga jenis kriteria ketepatan, yaitu:

1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji F hitung dilakukan untuk mengetahui apakah secara serentak variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Model hipotesis dalam uji F hitung ini adalah :

Ho : b 1 =b 2 =b 4 =b 4 =b 5 =0

(Variabel bebas secara bersama – sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat )

Ha = b 1 ≠b 2 ≠b 3 ≠ b4 ≠ b 5 ≠0

(Variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat ) Nilai F hitung akan dibandingkan dengan nilai F tabel. Kriteria pengambilan keputusan yaitu :

Ho diterima , bila F hitung <F tabel ,pada α = 5% Ha diterima , bila F hitung >F tabel , pada α = 5%

2. Uji Signifikan Parsial ( Uji-t )

Uji t hitung bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Bentuk pengujiannya adalah : Ho : bi = 0 (Variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat) Ha : bi # 0 (Variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat) Nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel. Kriteria pengambilan keputusan , yaitu :

Ho diterima jika t hitung <t tabel , pada α = 5 % Ha diterima jika t hitung >t tabel , pada α = 5 %

2 3. Pengujian Koefisien Determinan ( R )

Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinan (R 2 )

2 berkisar antara nol sampai dengan satu (0 2 ≤R ≤1). Hal ini berarti bila R = 0, menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap 2 berkisar antara nol sampai dengan satu (0 2 ≤R ≤1). Hal ini berarti bila R = 0, menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2004) dengan judul “Faktor- faktor Retail Image yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Berbelanja di Giant Hypermarket Surabaya” bertujan untuk mengetahui apakah variabel-variabel

retail image terdiri dari: Store location (X 1 ), Merchandise (X 2 ), Price (X 3 ) Customer service (X 4 ) dan Physical facilities (X 5 ) merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian. Jenis penelitian adalah survei, yaitu penelitian yang dilakukan di masyarakat dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama.

Populasi yang diteliti ialah konsumen Giant Hypermarket di Surabaya yang tidak diketahui jumlahnya. Penelitian ini hanya membahas 300 orang konsumen yang ditetapkan sebagai sampel yang mudah ditemui ( convenience- purposive sampling) di lokasi parkir Giant Hypermarket. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dengan menggunakan analisa frekuensi dan tabulasi silang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa retail image secara signifikan merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian di Giant Hypermarket Surabaya.

B. Perilaku Konsumen Konsumen merupakan pusat perhatian pemasar, karena konsumen yang memutuskan apakah ia akan membeli atau tidak sebagaimana dinyatakan oleh Peter dan Austin dalam Engel, Blackweel dan Miniard “Dalam sektor swasta atau publik, dalam perusahaan besar atau kecil, kami mengamati bahwa hanya ada dua cara untuk menciptakan dan mempertahankan prestasi unggul dalam waktu yang lama. Pertama, beri perhatian luar biasa kepada pelanggan anda lewat pelayanan yang unggul dan kualitas yang unggul. Kedua, teruslah berinovasi, itu saja” (Sumarwan, 2002: 24).

Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia mengambil keputusan sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan

1. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003:3).

Menurut Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2002:25) mengartikan perilaku konsumen sebagai berikut: “ The term consumer behavior refers to behavior that consumers display in searching for, purchasing, evaluating, disposing, of products and services that they expect will satisfy their needs” . Definisi di atas menjelaskan bahwa perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi suatu produk dan layanan. Kotler (1997:153) menyatakan empat faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu: “ cultural, social, personal, and psychological factors.” Keempat faktor di atas secara singkat dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Cultural Factors (Faktor Kebudayaan) Faktor pertama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu a. Cultural Factors (Faktor Kebudayaan) Faktor pertama yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu

Faktor kebudayaan meliputi: (1) budaya, misal budaya sukses, budaya bersih, dan budaya disiplin; (2) sub budaya, misal: bangsa, suku bangsa, kepercayaan atau agama, dan daerah geografis; dan (3) kelas sosial, misal masyarakat kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.

b. Social Factors (Faktor Sosial) Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor sosial. Faktor sosial adalah faktor yang berhubungan dengan interaksi konsumen dengan sesama. Faktor ini meliputi: (1) kelompok acuan, misal teman, keluarga, rekan kerja; (2) keluarga, misal dominasi suami, dominasi istri, dominasi suami-istri, dan dominasi anak-anak; dan (3) peran dan status sosial, misal seorang wanita. di rumah berperan sebagai ibu rumah tangga yang baik dan di kampus sebagai dosen yang bijaksana.

c. Personal Factors (Faktor Pribadi) Faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor pribadi. Faktor pribadi adalah segala karakteristik. yang melekat pada diri konsumen. Karakteristik pribadi seorang konsumen antara lain umur dan siklus hidup, pekerjaan, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri.

d. Psychological Factors (faktor Psikologis) Faktor keempat yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah factor psikologis. Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari proses intern d. Psychological Factors (faktor Psikologis) Faktor keempat yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah factor psikologis. Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari proses intern

1. Motivation atau dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu tingkat laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan..

2. Perception atau persepsi adalah proses bagaimana, seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

3. Learning atau proses belajar adalah sebagai suatu proses di mana individu- individu mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang pembelian dan konsumsiyang akan diterapkan pada perilaku di masa yang akan datang. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antar manusia yang dasarnya bersifat individual dengan lingkungan tertentu. Sebagai hasil dari interaksi ini, maka terbentuklahhubungan antara kebutuhan-kebutuhan dan tanggapan-tanggapan tersebut.

4. Attitude merupakan suatu kecenderungan yang dipelajari untuk berperilaku dengan cara menyukai atau tidak menyukai secara konsisten terhadap suatu produk tertentu. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangan terhadap produk dan proses belajar, baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Sikap konsumen bisa merupakan sikap positif ataupun negatif terhadap produk-produk tertentu. Dengan mempelajari keadaan jiwa dan pikiran dari seseorang diharapkan dapat menentukan 4. Attitude merupakan suatu kecenderungan yang dipelajari untuk berperilaku dengan cara menyukai atau tidak menyukai secara konsisten terhadap suatu produk tertentu. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangan terhadap produk dan proses belajar, baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Sikap konsumen bisa merupakan sikap positif ataupun negatif terhadap produk-produk tertentu. Dengan mempelajari keadaan jiwa dan pikiran dari seseorang diharapkan dapat menentukan

C. Pengambilan Keputusan Konsumen Setiap konsumen melakukan berbagai macam pengambilan keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu. Disiplin perilaku konsumen berusaha mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan dan memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.

1. Pengertian Pengambilan Keputusan Konsumen Pengambilan keputusan konsumen ( consumen decision making) adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2003:16).

Menurut Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2002:289) pengertian pengambilan keputusan konsumen adalah pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif.

Dari dua pengertian diatas menjelaskan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah suatu proses pemilihan salah satu dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dikumpulkan oleh seorang konsumen, dan mewujudkannya dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah proses tersebut, barulah konsumen itu dapat mengevaluasi pilihannya dan menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.

2. Keputusan Pembelian Konsumen Pada umumnya, konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk dan jasa tentu mempertimbangkan manfaat ( benefit) dari produk dan jasa yang akan dikonsumsi. Konsumen tidak ingin kecewa, sebaliknya, konsumen ingin mendapatkan kepuasan sesuai dengan harga yang dibayar melalui keputusan pembelian.

Kotler (1997:239) memberikan pernyataan, “Keputusan pembelian konsumen merupakan proses dalam pembelian yang nyata”. Lebih spesifik disimpulkan bahwa keputusan pembelian konsumen merupakan titik puncak dari proses pencarian dan evaluasi atas beberapa perilaku alternatif yang ada untuk menentukan pembelian yang nyata atas suatu produk yang menguntungkan atau memberikan manfaat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

3. Tahap-Tahap Pembelian

Pemahaman kebutuhan dan proses pembelian konsumen adalah sangat penting dalam membangun strategi pemasaran yang efektif. Dengan mengerti bagaimana pembeli melalui proses pengenalan masalah, pencarian informasi, mengevaluasi alternatif, memutuskan membeli, dan perilaku setelah membeli para pemasar dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli. Konsumen sebelum melakukan pembelian biasanya melewati tahapan-tahapan sebagai berikut (Amir, 2005:66-67):

a. Pengenalan kebutuhan : Tahap awal dimana seseorang memiliki kebutuhan dan keinginannya yang harus dipenuhi. Perasaan ini bisa dipicu dari dalam diri sendiri atau dari luar seperti: teman-teman dan keluarga.

b. Mencari informasi : Tahap dimana konsumen akan mencari informasi yang berkaitan dengan produk yang akan dibeli. Informasi ini yang didapat dari pengalaman sendiri atau dari jalur komersial seperti iklan- iklan di koran dan majalah.

c. Evaluasi alternative : Setelah memiliki informasi yang cukup konsumen dapat mengevaluasi alternatif pilihan mana yang paling menguntungkan dari segi harga, kualitas atau merek produk yang akan dibeli.

d. Keputusan pembelian : Tahap dimana konsumen melakukan pembelian terhadap produk yang telah dievaluasi sebelumnya.

e. Perilaku setelah pembelian : Menyangkut puas tidaknya konsumen tehadap produk yang telah dibeli, jika konsumen merasa puas maka dapat diprediksi dia akan mengkonsumsi lagi produk tersebut. Atau jika konsumen merasa tidak puas maka ia cenderung akan beralih pada produk pesaing.

Pengenalan

Keputusan Prilaku Kebutuhan

Pembelian Purna Beli

Gambar 2.1 Skema Tahapan Pembelian Sumber: Amir (2005:67)

D. Bisnis Ritel

Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran (ritel) sangatlah penting dalam penyaluran dan barang dan jasa. Ada dua kepentingan mengapa produk perlu ditempatkan agar konsumen bisa dengan mudah memperolehnya. Kepentingan Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran (ritel) sangatlah penting dalam penyaluran dan barang dan jasa. Ada dua kepentingan mengapa produk perlu ditempatkan agar konsumen bisa dengan mudah memperolehnya. Kepentingan

1. Pengertian Ritel Perdagangan ritel atau perdagangan eceran yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah retailing merupakan kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Berman et al (2001:3) menjelaskan bahwa "Retailing consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use.” Maksudnya, ritel adalah aktivitas bisnis yang meliputi penjualan produk dan jasa kepada konsumen untuk keperluan pribadi, keluarga, dan untuk persediaan kerperluan rumah tangga. Kotler dan Amstrong (2003:51) mendefenisikan usaha eceran sebagai kegiatan yang menyangkut penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen untuk penggunaan pribadi dan non bisnis.

Pengelolaan bisnis eceran (retail) tidak sekedar hanya membuka toko dan mempersiapkan barang-barang yang lengkap, tetapi lebih dari, itu pengelolaan bisnis eceran harus melihat dan mengikuti perkembangan teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Berman et al (2001:3), “ New technologies are improving retail productivity.”

Bisnis ritel meliputi penjualan produk dan jasa kepada konsumen akhir, meskipun tidak jarang dijumpai konsumen (pembeli) pada bisnis retail menjual kembali produk yang dibeli untuk mendapatkan keuntungan. Setiap organisasi Bisnis ritel meliputi penjualan produk dan jasa kepada konsumen akhir, meskipun tidak jarang dijumpai konsumen (pembeli) pada bisnis retail menjual kembali produk yang dibeli untuk mendapatkan keuntungan. Setiap organisasi

Ritel adalah tahapan akhir dari proses distribusi suatu produk dan jasa. Hal ini berbeda dengan wholesaling (distributor), yang merupakan perantara (intermediate) dalam proses distribusi produk dan jasa karena tidak menjual produk dari jasa kepada konsumen akhir melainkan kepada konsumen bisnis, seperti pabrik dan pengecer.

Perdagangan eceran memainkan suatu peranan yang penting dalam suatu jalur distribusi sebagai penengah antara produsen, agen dan para pemasok lain dengan para konsumen akhir. Jalur distribusi adalah sekumpulan atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai konsumen akhir seperti yang ditunjuk Gambar 2.2 berikut :

Produsen

Pedagang besar

Ritel

Konsumen Akhir

Gambar 2.2 Jalur Distribusi Barang Dagangan Pada Usaha Eceran Sumber: Utami (2006:5)

2. Jenis-Jenis Pengecer

Pengecer atau peritel adalah pengusaha yang menjual barang atau jasa eceran kepada masyarakat sebagai konsumen. Peritel perorangan atau peritel kecil memiliki jumlah gerai bervariasi, mulai dari satu gerai hingga beberapa gerai. Gerai dalam segala bentuknya berfungsi sebagai tempat pembelian barang dan jasa, yaitu dalam arti konsumen datang ke gerai untuk melakukan transaksi belanja dan membawa pulang barang atau menikmati jasa (Ma’ruf, 2005:71).

Pada umumya jenis pengecer dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu Pada umumya jenis pengecer dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu

a. Pengecer Toko (Store Retailing)

Pengecer toko adalah usaha eceran yang menggunakan toko sebagai saran untuk memasarkan produk yang dijual. Pada umumnya usaha eceran menggunakan toko yang disebut toko eceran. Toko eceran memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran.

Seiring perkembangan zaman semakin banyak toko eceran yang muncul dengan berbagai bentuk. Secara umum jenis-jenis toko pengecer dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Toko Khusus (Speciality Store) Toko khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang terbatas dengan level layanan yang tinggi. Jenis toko ini dapat lebih khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual.

2) Department Store Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan berbagai jenis produk dengan menggunakan staff seperti layanan pelanggan dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan pada masing-masing bagian pada satu arena belanja.

3) Toko Konviniens (Convenience Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas dengan ukuran relatif kecil dan biasanya didefenisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk yang relatif tinggi. Toko ini ditujukan kepada konsumen yang membutuhkan pembelian cepat.

4) Toko Super (Super Store) Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang terdiri dari produk-produk makanan dan non makanan yang secara rutin dibeli oleh konsumen.

5) Toko Kombinasi (Combination Store) Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk makanan dan obat-obatan.

6) Pasar Hiper (Hypermarket)

2 Merupakan toko yang memiliki luas lebih dari 18.000 m atau lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai

bentuk toko pengecer seperti: supermarket, toko diskon dan ware house. Toko ini menjual lebih banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan rumah tangga, furnitur, pakaian dan lain-lain.

7) Toko Diskon (Discount Store) Toko diskon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi produk dengan menggunakan layanan yang terbatas dan harga murah. Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri.

8) Pengecer Potongan Harga (Off-prices Retailers) Ritel off-price dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang lebih murah dari grosir. Cenderung menjual barang dagangan yang berubah-ubah sering merupakan sisa, tidak laku dan cacat yang diperoleh dengan harga yang lebih murah dari produsen lainnya.

9) Ruang Pamer Catalog (Catalog showroom) Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas produk dengan mark- up yang tinggi merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog memperoleh uang dengan memotong biaya marjin untuk menyediakan harga yang rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi.

b. Pengecer Tanpa Toko (Nonstore Retailing)

Selain jenis pengecer yang menggunakan toko sebagai sarana memasarkan produk, dalam pemasaran juga dikenal jenis pengecer yang tidak menggunakan toko. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5