– SENGKETA PROPERTY Hukum Properti | Just another Weblog Universitas Esa Unggul site

Pertemuan 12

SENGKETA
PROPERTI
1

PENGERTIAN KONSUMEN
• Hornby:
“ Konsumen (consumer) adalah seseorang yang membeli barang
atau menggunakan jasa”
“Seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu
atau menggunakan jasa tertentu”
“Sesuatu atau Seseorang yang menggunakan suatu persediaan
atau sejumlah barang”
“Setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”
• Black’s Law Dictionary:
“One who consumers, individuals who purchase, use, maintain and
dispose of product and services” artinya:
“seseorang yang mengkonsumsi, individu yang membeli,
menggunakan, memelihara dan menggunakan/ menghabis dari
produk dan jasa”


JENIS KONSUMEN
• Konsumen yang menggunakan barang/ jasa
untuk keperluan komersial (intermediate
consumer, intermediate buyer, derived buyer,
consumer of industrial market)
• Konsumen yang menggunakan barang/ jasa
untuk keperluan diri sendiri/ keluarga/ non
komersial ( Ultimate consumer, Ultimate buyer,
end user, final consumer, consumer of the
consumer market)

BATASAN KONSUMEN AKHIR
• BPHN: “Pemakai akhir dari barang,
digunakan untuk keperluan diri sendiri atau
orang lain dan tidak diperjual belikan”.
• Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia:
“Pemakai barang atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, bagi keperluan diri sendiri
atau keluarganya atau orang lain dan tidak

untuk diperdagangkan kembali”
• Fakultas Hukum Universitas Indonesia
“Setiap orang atau keluarga yang
mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak
untuk diperdagangkan”

KONSUMEN AKHIR MENURUT
PERUNDANG-UNDANGAN
• Undang-Undang Perlindungan Konsumen India:
“Konsumen adalah setiap orang pembeli barang yang
disepakati, menyangkut harga dan cara pembayarannya, tetapi
tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual
kembali atau lain-lain keperluan komersial”
• Perundang-undangan Australia:
“setiap orang yang mendapatkan barang tertentu dengan harga
yang telah ditetapkan (setinggi-tingginya A $. 15,000, atau kalau
harganya lebih , maka kegunaan barang tersebut umumnya
untuk keperluan pribadi, domestik, atau rumah tangga (normally
used for personal, family or household purposes)
• Undang-Undang Jaminan Produk (Amerika Serikat):

“Setiap pembeli produk konsumen yang tidak untuk dijual
kembali, dan pada umumnyadigunakan untuk keperluan pribadi,
keluarga atau rumah tangga (personal, family or household )

KONSUMEN AKHIR MENURUT
PERUNDANG-UNDANGAN
• BW Baru Belanda (NBW):
“ orang alamiah (yang dalam mengadakan
perjanjian tidak bertindak selaku orang yang
menjalankan profesi atau perusahaan”
• Hukum Inggris:
“Setiap pembeli (private purchaser) yang
pada saat membeli barang tertentu , tidak
menjalankan bisnis dagang atau keuangan,
baik sebagian maupun seutuhnya dari barang
tertentu yang dibelinya itu”.

KESIMPULAN: PENGERTIAN KONSUMEN
• Di dalam realitas bisnis tidak jarang dibedakan antara:
• Consumer (Konsumen) dan Customer (pelanggan).

• Konsumen adalah semua orang atau masyarakat termasuk
pelanggan.
• Pelanggan adalah konsumen yang telah mengkonsumsi suatu
produk yang diproduksi oleh produsen tertentu.

• Konsumen akhir dengan konsumen antara:
• Konsumen akhir adalah konsumen yang mengkonsumsi secara
langsung produk yang diperolehnya, sedangkan:
• Konsumen antara adalah konsumen yang memperoleh produk
untuk memproduksi produk lainnya.
• Misal:
• membeli kain untuk langsung digunakan adalah konsumen akhir.
• membeli kain untuk dibuat busana dan dijual kembali adalah konsumen
antara.

HUBUNGAN PRODUSEN - KONSUMEN
(JALUR PEMASARAN)
Terdapat 2 Model:

Konsumen


Produsen

Produsen

Grosir/
Whole Saler

Pengecer/
Retailer

Konsumen

HUBUNGAN PRODUSEN - KONSUMEN
(JALUR PEMASARAN)

Produsen

Grosir/
Whole Saler


Pengecer/
Retailer

Wanprestasi
Perbuatan Melawan Hukum

Konsumen

HUBUNGAN
PERIKATAN DAN PERJANJIAN

Menggugat atas dasar hubungan
Perjanjian
(Privity of Contract)kontraktual (wanprestasi/ ingkar
janji) dinamakan pula:
Contractual Liability
Undang-Undang
saja


Perikatan

Sesuai hukum:
Zaakwarneming

Undang-Undang

Perbuatan
manusia
Melawan
hukum
(Pasal
1365 KUHPe)

Tahap Tahap Transaksi Konsumen
Kemanfaatan penerapan tahapan konsumen:
o agar dengan mudah mencari akar permasalahan
dan mencari jalan penyelesaiannya.
o penyusunan perundang-undangan yang melindungi
konsumen.





Tahap Pra transaksi konsumen.
Tahap transaksi konsumen.
Tahap purna transaksi konsumen.

Tahap Tahap Transaksi Konsumen
1.

Tahap Pra transaksi konsumen






Konsumen mencari informasi atas barang dan jasa.
Informasi yang benar dan bertanggungjawab.

Putusan pilihan konsumen yang benar atas barang dan
jasa yang dibutuhkan sangat bergantung atas kebenaran
dan bertanggungjawabnya informasi yang disediakan oleh
pihak-pihak yang berkaitan dengan barang dan jasa
konsumen.
Informasi dapat berupa:





Label/etiket pada produk.
Kegiatan marketing berupa pamflet, brosur, selebaran,
Kegiatan peluncuran ptoduk;
Iklan dan hal lainnya yang serupa.

Tahap Tahap Transaksi Konsumen
• Label/etiket pada produk
harus memuat semua informasi pokok tentang produk tersebut
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku, ditempelkan atau dimasukan dalam kemasan
• Iklan
peran iklan sangat berpengaruh terhadap konsumen, baik
menyesatkan atau memberi perlindungan. Iklan yang baik dapat
memberikan pertimbangan putusan bagi konsumen, sedangkan
yang menyesatkan dapat menimbulkan kerugian bagi
konsumen.
• Perlu dibinanya kode etik priklanan. Regulasi periklanan adalah
Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI) yang
dijalankan oleh Komisi Tata Krama dan Tata Cara Periklanan

Tahap Tahap Transaksi Konsumen
2.

Tahap transaksi konsumen









Transaksi konsumen sudah terjadi.
Permasalahan banyak terjadi untuk transaksi di luar tunai
(cash), misalnya: kredit, beli sewa dsb.
Masalah banyak diakibatkan dengan menggunakan
perjanjian baku, di mana orang tidak meneliti terlebih
dahulu atas syarat-syarat baku yang disodorkan oleh
penjual.
Perjanjian ini dikenal dengan kontrak standar (standard
contract) atau syarat-syarat umum (algemene
voorwaarden)
Konsumen harus menerima perjanjian baku yang
disodorkan untuk transaksi tersebut (“take it or leave it).

Tahap Tahap Transaksi Konsumen
– Penerapan syarat-syarat baku yang bersifat negatif ( hak
menuntut gantirugi, pengalihan tanggungjawab) dinilai
mergikan posisi konsumen.
– Penggunaan metode pemasaran produk (desain, jaringan
distribusi, iklan untuk mengingat produk tertentu, sistem
direct selling dsb)
– Diperlukan adanya persaingan usaha yang jujur (fair
competition), khususnya terhadap penjualan yang
menggunakan cara dengan embel-embel hadiah dsb.
– Kasus-kasus banyak terjadi yang berkaitan dengan barang
yang dijual dengan cara kredit, perumahan di kawasan real
estate dsb.

Tahap Tahap Transaksi Konsumen
• Tahap purna transaksi konsumen
– telah terjadi transaksi dan pelaksanaannya telah diselenggarakan.
– Terdapat kepuasan atau kekecewaan dari konsumen.

• Masalah hukum dan ekonomi terjadi:
– bila barang/jasa yang telah digunakan konsumen tidak memenuhi
harapannya sebagaimana yang diiklankan.
– bila barang/jasa tidak sesuai dengan mutu produk, baik sesuai
standard yang berlaku maupun klaim pengusaha ybs.
– Layanan purna jual tidak cocok tentang jaminan mutu produk
(guarantee) maupun penyediaan suku cadangnya.

• Sengketa terhadap

masalah ini diatasi dengan cara:

– melalui penyelesaian damai.
– Melalui lembaga atau instansi yang berwenang.

PERTANGGUNGJAWABAN PRODUK
 Tanggung jawab produsen di bidang goods (barang) dan bukan jasa, karena
pertanggungjawaban jasa telah khusus yaitu Proffesional liability yang
bersandar pada contractual liability.
 Dalam product liability dikenal dua caveat yaitu Caveat Emptor (konsumen
berhati-hati) dan Caveat Venditor (produsen berhati-hati)
 pertanggung jawaban produk ini merupakan tanggungjawab produsen kalau
produknya menimbulkan kerugian dan merupakan tanggungjawab perdata.
 Untuk melindungi konsumen terdapat dua ketentuan yaitu hukum publik dan
hukum perdata, di mana dalam hukum perdata terdiri dari hukum perjanjian dan
hukum tentang perbuatan melawan hukum.
 Hukum perjanjian didalamnya terdapat tanggungjawab atas dasar kontrak
(contractual liability) sedangkan hukum tentang perbuatan melawan hukum atas
dasar Tortius liability (Tanggungjawab atas dasar perbuatan melawan hukum

Hubungan Product Liability dan
Perlindungan Konsumen
CONSUMER PROTECTION

Civil Law

Public Law

Law of Obligations (Perikatan)
Law of Contract (Perjanjian)

Law of Tort (Hk Tentang
Perbuatan Melawan Hukum

Contractual Liability (tanggung jawab Tortius Liability ( Tanggungjawab
atas dasar kontrak)
atas dasar perbuatan melawan hukum

Fault Liability (Klasik:
tanggung jawab atas dasar kesalahan
Pasal 1365 KUHPerdata
PRODUCT LIABILITY

No Fault Liability/ Strict Liability
Building Owner
liability

Vicarious Liability

Hubungan Product Liability dan
Perlindungan Konsumen
Fault Liability (Klasik:
tanggung jawab atas dasar kesalahan
Pasal 1365 KUHPerdata

PRODUCT LIABILITY

Bukan atas dasar kontraktual atau
perjanjian, tetapi perbuatan
melawan hukum

No Fault Liability/ Strict Liability

Building Owner
liability

Vicarious Liability

FAULT AND NO FAULT LIABILITY
• Pasal 1365 KUHPerdata berbunyi:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
• bukan mendasarkan kontraktual atau perjanjian tetapi
perbuatan melawan hukum, karena dalam bisnis jarang sekali
hubungan produsen langsung ke konsumen (lihat model
pemasaran 2).
• Bila melihat bahwa produsen yang bertanggungjawab , maka
kita menggugatnya tidak dengan wanprestasi, karena tidak ada
hubungan kontraktual (Privity of contract, yaitu hubungan yang
langsung dengan konsumen). Jadi bila tidak ada hubungan
tersebut maka menggugatnya harus berdasarkan perbuatan
melawan hukum.

FAULT AND NO FAULT LIABILITY
• Kronologisnya hukum perikatan------ hukum perjanjian-----hukum perbuatan melawan hukum.
• Bila berdasarkan hukum perjanjian adalah wanprestasi
(contractual liability) sedangkan berikutnya adalah perbuatan
melawan hukum (law of Tort) adalah tortius liability.
• Tortius liability terbagi atas:
– Fault Liability menggugat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata,
berarti siapa yang mendalilkan, dia harus yang membuktikan. Bila
diterapkan dalam kasus biskuit beracun, maka konsumen harus
membuktikan bahwa produsen yang bersalah. Ini tidak
menguntungkan bagi konsumen. Perlindungan terhadap konsumen
menjadi mustahil kalau berdasarkan fault liability, karena yang
mendalilkan harus membuktikan.

FAULT AND NO FAULT LIABILITY

◦ Isi Pasal 1365 KUHPerdata bila dikaji:





Perbuatan melawan hukum.
Kesalahan.
Kerugian
Hubungan Kausal (sebab akibat)

◦ membuktikan kesalahan adalah upaya yang paling sulit. Bagaimana agar beban
konsumen diperingan?.
◦ Oleh karena itu unsur kesalahan yang tadinya dibebankan kepada konsumen
dialihkan atau dibebankan kepada produsen yang harus membuktikan bahwa dia
tidak bersalah. Ketiga unsur lainnya tetap berada pada konsumen.

 Ini yang disebut rezim baru yaitu No fault liability di mana dalam product
liability penggugat/konsumen tidak perlu membuktikan kesalahan produsen,
melainkan produsen yang harus membuktikan bahwa dia tidak bersalah.

FAULT AND NO FAULT LIABILITY

• Kesimpulan:
– Fault: Penggugat membuktikan.
– No fault liability: Penggugat tidak perlu membuktikan.

• Strict liability disebut pula No Fault Liability.
• Di Indonesia terdapat Vicaroius liability, yaitu perbuatan
melawan hukum yang berada dalam tanggungjawab majikan
terhadap pekerjaan buruhnya (Pasal 1367 KUHPerdata).
– Building Owner Liability: pemilik gedung.
– Pete’s master Liability: pemilik binatang peliharaan yang
bertanggungjawab.

FAULT AND NO FAULT LIABILITY
• Perkembangan/munculnya Prinsip No Fault Liability.
• Proses terjadinya menimbulkan polemik dalam hukum,
khususnya terhadap prinsip “Presumption innocence”, di mana
harus dibuktikan terlebih dahulu di pengadilan baru dapat
dikatakan bersalah.
– Awal mulanya terdapat prinsip RES IPSA LOQUITUR (the things
speak for itself), artinya fakta telah bicara sendiri, tidak perlu
dibuktikan lagi. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan
no fault liability. Misal: sungai telah tercemar (berbusa) dari industri
tersebut.
– Muncul kasus-kasus yang PRIMA FACIE CASE (nyata-nyata tidak
perlu diperdebatkan lagi, kejadian telah berbicara sendiri). Misal
makan biskuit langsung mati, fakta telah membuktikannya.

• Prinsip No Fault Liability dipelopori para advokasi/ praktisi
konsumen.

BATASAN HUKUM KONSUMEN DAN
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
• Hukum Konsumen menurut Mochtar Kusumaatmaja adalah:
– “ Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan
dengan barang dan/ atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.”

• Hukum Perlindungan Konsumen adalah:
– “Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan
melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para
penyedia barang dan/ atau jasa konsumen”.

• Kesimpulan:
– Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan
dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang
dalam kedudukan sosial ekonomi, daya saing maupun tingkat
pendidikannya.
– Hukum Perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihakpihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah itu
dalam masyarkat tidak seimbang.

KEPENTINGAN-KEPENTINGAN
KONSUMEN
• Kepentingan Fisik konsumen:
– “kepentingan badani konsumen yang berhubungan dengan
keamanan dan keselamatan tubuh dan/ atau jiwa mereka dalam
penggunaan barang atau jasa konsumen. Dalam setiap perolehan
barang atau jasa konsumen, barang atau jasa tersebut harus
memenuhi kebutuhan hidup dari konsumen tersebut dan
memberikan manfaat baginya (tubuh dan jiwanya)”.

• Kepentingan sosial ekonomi konsumen:
– “Setiap konsumen dapat memperoleh hasil optimal dengan
penggunaan sumber-sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan
barang atau jasa kebutuhan hidup mereka. Untuk keperluan itu,
tentu saja konsumen harus mendapatkan informasi yang benar dan
bertanggungjawab tentang produk konsumen tersebut, yaitu
informasi yang informatif tentang segala sesuatu kebutuhan hidup
yang diperlukan.

• kepentingan perlindungan hukum:

KEPENTINGAN-KEPENTINGAN
KONSUMEN

• kepentingan perlindungan hukum:
Sampai saat ini masih merupakan
– hambatan bagi konsumen atas perarutan yang diterbitkan bukan
tujuan utamanya mengatur dan atau melindungi konsumen.
– Kriteria konsumen dan apa kategori kepentingan konsumen.
– Perilaku dari pelaku bisnis yang canggih, sehingga terhadap
perbuatan tersebut undang-undang tidak dapat menjangkaunya.
– Hukum acara yang ada tidak dapat secara mudah dimanfaatkan
oleh konsumen yang dirugikan dalam hubungannya dengan
penyedia barang dan/atau jasa.

PRAKTEK NIAGA
YANG MERUGIKAN KONSUMEN
Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:
• Iklan pancingan (bait and switch ad)
– iklan pancingan adalah iklan yang sebenarnya tidak berniat untuk
menjual produk yang ditawarkan tetapi lebih ditujukan pada
menarik konsumen ke tempat usaha tersebut. Setelah mereka
datang ditawarkan produk lainnya, karena produk tersebut sudah
habis.
– Contoh: analogi iklan: Air Asia dsb.

• iklan-klan yang menyesatkan ( mock up ad).
– Iklan jenis ini mengesankan keampuhan suatu barang dengan cara
mendomontrasikannya secara berlebihan dan mengarah
menyesatkan. Umumnya menggunakan media televisi.
– Contoh: iklan pencukur (shave cream).

• Kunjungan penjual dan kiriman langsung

PRAKTEK NIAGA
YANG MERUGIKAN KONSUMEN

Beberapa Praktek Niaga Yang Merugikan Konsumen:
• Kunjungan penjual dan kiriman langsung
– dilakukan dengan kunjungan penjual (salesman calls) yang selain
menawarkan juga menjual produk tersebut.
– Praktek niaga kiriman langsung menimbulkan 2 (dua) masalah
yaitu:
• Apakah ia merupakan bagian dari perjanjian antara pengusaha dan
konsumen atau tidak;
• siapa yang dibebani kewajiban mengembalikan produk konsumen yang
dikirim langsung, apabila tidak terjadi kesepakatan untuk mengadakan
hubungan hukum mengenai produk itu.

PRAKTEK NIAGA
YANG MERUGIKAN KONSUMEN
Konstruksi hukum:
• Perjanjian
• Perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)
Perbandingan:
• Australia: Trade Practises Act 1974/1977
• Unsolicited Goods and Services Act 1971
– Kesimpulan dari 2 (dua) undang-undang di atas, bahwa pengiriman
barang atau jasa yang tidak dipesan atau diminta oleh konsumen
baik secara tertulis atau lisan merupakan perbuatan melawan
hukum.
– Akibatnya tidak dapat meminta pembayaran atas barang tersebut.

TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK



• Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1)
Asas Hukum• Asas Konsensualitas (Pasal 1320 ayat 1).
Aspek Hukum Privat:
• Asas Itikad Baik (Pasal 1338 ayat 3)

Perjanjian dengan syarat2 baku
(standard contract).
• Lihat Praktik di Inggris
• “ The Unfair Contrcat Terms Act 1977


Hukum Perjanjian


Kaidah Hukum

Syarat baku dilarang berkaitan dengan:
• pengecualian tanggungjawab karena
wan prestasi.
• Menghindari Tanggungjawab atas kelaikan
• barang.
• Pembatasan tanggungjawab ( jumlah gantirugi,
• jangka waktu klaim, pemanfaatan hak)

TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Kaidah HukumLIHAT PERIKATAN

Perjanjian

Perbuatan Melawan Hukum

TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Nyonya Donoghue diajak temannya kr restoran milik Minchella, dan
di sana ia ditraktir temannya itu dengan sebotol minuman “ginger
beer” dan es krim. Botol “ginger beer” itu guram sehingga orang
tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya. Minchella
menuangkan sebagian “ginger beer” ke dalam gelas berisi es krim
untuk Nyonya Donoghue dan langsung diminumnya, sedangkan
sisanya dituangkan teman Nyonya Donoghue ke gelas kosong lain
yang tersedia, dan kini di dalam gelas kosong tersebut terlihat keong
(snail) dalam bentuk terpotong-potong. Milihat barang menjijikan
tersebut Nyonya Donoghue shock dan menderita “gastro enteritis”.
Atas gangguan kesehatan tubuh dan kejiwaannya, ia menggugat
gantirugi terhadap Stevenson, produsen “ginger beer” itu.

APA HUBUNGAN HUKUMNYA?.

TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Perbuatan Melawan Hukum

• House of Lord memutuskan:
• Nyonya Donoghue mempunyai alas hak untuk menggugat
Stevenson dan mengabulkan gugatan Nyonya Donoghue.
• Pertimbangan House of Lord
• …. That a manufacturer owner a general duty to take care
to ultimate consumer”

TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
• Aspek Hukum Publik terdiri atas:
– Hukum Administrasi:
• Peraturan yang berhubungan dengan pembinaan dan
pengawasan mutu dan keamanan barang.
• Peraturan yang berhubungan dengan praktik penjualan.
• Peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

– Hukum Pidana:
• KUHPidanadan peraturan perundang-undangan diluar
KUHPidana.terdiri atas KUHAPidana
• Dapat dijadikan dasar untuk menggugat secara perdata (kasus
biskuit beracun).
• Pasal-pasal penting: Pasal 204, 205 KUHPidana: menyangkut
barang-barang pada umumnya.
• Pasal 382 bis : persaingan curang.

TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
• Aspek Hukum Publik terdiri atas:
• Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang,
keadaan, sifat dst.
• Pasal 386: menyangkut khusus barang makanan, minuman
dan obat-obatan.
• Pasal 386 ayat 2: barang makanan, minuman dan obat-obatan
palsu yaitu yang harga dan guna obat tersebut menjadi
berkurang karena telah dicampur dengan bahan-bahan lain.
• Dst.

– Hukum Internasional:
• Yurisdiksi : Hakim mana yang berwenang mengadili gugatan.
• Pilihan hukum: hukum mana yang digunakan dalam memeriksa
dan memutus sengketa yang terjadi.

Hukum Konsumen/
Hukum Perlindungan KOnsumen

Hukum Perdata
(dalam arti luas)

Hukum Publik

Hukum Administrasi
Hukum Perdata

Hukum Pidana

Hukum Perdata Internasio
Hukum Dagang

Hukum Acara
Perdata/Pidana

Perlindungan Konsumen Jasa Pendidikan
• Terganggunya proses belajar mengajar karena
konflik internal sekolah/universitas.
• Praktik bisnis tidak sehat dengan menjadikan
siswa sebagai objek bisnis.
• Siswa harus menerima beban pelajaran di luar
kemampuan siswa.
• Trik-trik pemasaran sekolah/universitas dalam
bentuk iklan/brosur, belum tampil sebagai
sumber informasi yang utuh, namun lebih berbau
persuasif bahkan manipulatif.
• Pelajaran di sekolah tidak mencukupi.

Perlindungan Konsumen yang Efektif
• 2 arah secara bersama
– Arus bawah
• Adanya lembaga konsumen yang:
– Kuat
– Tersosialisasi secara merata dalam masyarakat
– Secara representatif dapat menampung dan
memperjuangkan aspirasi konsumen
– Arus atas
• Adanya departemen/bagian dalam struktur
kekuasaan yang secara khusus mengurusi masalah
perlindungan konsumen
• Semakin tinggi posisi lembaga, makin kuat power
yang dimiliki untuk melindungi konsumen

Perlindungan Konsumen yang Efektif

• Tergantung pada
– Lembaga konsumen
– Kepedulian pemerintah
• Melalui institusi yang dibentuk untuk melindungi
konsumen

40

Perlindungan Konsumen yang Efektif
• Kontribusi lembaga konsumen
– Bergantung pada kondisi perkembangan
hukum:
• Apabila secara substansial hak-hak konsumen
belum diakomodasi dalam hukum positif,
kontribusi: mendorong legalisasi UUPK
• Apabila sudah ada UUPK, kontribusi:
mengawasi implementasi dan law enforcement
UUPK di lapangan
41

Perlindungan Konsumen yang
Efektif
• Tiga pendekatan dalam upaya perlindungan
konsumen
– Pendekatan sektoral
• : hak-hak konsumen diakomodasi dalam UU
sektoral, e.g. UU Pangan
– Pendekatan holistik
• : ada UU khusus mengatur perlindungan
konsumen dan menjadi payung UU sektoral
yang berdimensi konsumen
– Pendekatan gabungan
• : selain ada UUPK, dipertegas lagi dalam UU
sektoral

Peran Serta Masyarakat
• Rakyat juga bertanggung jawab untuk
efektivitas perlindungan konsumen
• Globalisasi
– Dumping barang dan jasa yang under
quality – kesejahteraan rakyat lebih sulit
diwujudkan

TERIMA KASIH

44