Tabel 2. perkembangan realisasi PPh Migas Periode 2006 s.d. 2011 (dalam triliun rupiah)
PROSES BISNIS DAN ASPEK PERPAJAKAN JASA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI UNTUK KEGIATAN USAHA JASA KONSTRUKSI (CONTENT ANALYSIS DAN HERMENEUTIC ANALYSIS)
Deddy Arief Setiawan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia deddy_arief@yahoo.com atau deddy.ariefsetiawan@gmail.com
Abstract. Revenue of Oil and Gas Income Tax increased by an average of 8.1 percent per year in the period 2006-2010. Oil and Gas Income Tax was produced by the oil and gas industry from upstream activities. The activity is a business activity that is high-risk exploration and production (exploitation). The success of these businesses should be supported by the supporting services of oil and gas. One of these supporting services is construction activity. The focus of this research is the business processes and taxation aspect for supporting services of oil and gas in construction activities. Based on this research focus, the discussion of this research consists of: 1). business process for supporting services of oil and gas in construction activities; and 2). taxation aspects for supporting services of the oil and gas in construction activities. The research methodology these was used a qualitative research approach with data analysis techniques of content analysis and hermeneutic Analyisis. Through content analysis and analyisis hermeneutic understanding of the laws and applicable these laws (law of oil and gas, law of construction services and law of taxation) can be done through a text interpretative with systematic and structured, so that can be generated explanation of business processes and taxation aspects for supporting services of the oil and gas in construction activities. Further data collection is done through field research and case study of taxation aspects for supporting services for oil and gas in construction activities. Business process for supporting services of the oil and gas in construction activity begins with an explanation of the construction services activity on law of construction services. Then proceed with the explanation of the construction services activities according to the law of oil and gas. The activity is one of supporting activities of oil and gas that the implementation is done in accordance with the law of construction services. The conclusion is business process for supporting services of the oil and gas in construction activities with the law of construction service and the law of oil and gas, are the same. However, that should be of particular concern is the Registered Certificate (SKT) from the Director of Engineering and Environmental for Oil and Gas. Taxation aspects for supporting services of the oil and gas in construction activities based on the law of income tax relating to the taxation of construction services that are similar to the taxation aspects for other than the supporting services of oil and gas. The conclusion is that the taxation aspects covering Income Tax Article 4 paragraph (2) shall be final and Income Tax Article 26 paragraph (4) for a Permanent Establishment (PE ).
Keywords: The Supporting Service of Oil and Gas, Construction Service, Income Tax Article 4 paragraph (2), and Income Tax Article 26 paragraph (4).
Abstrak. Penerimaan Pajak Penghasilan Minyak dan Gas Bumi (PPh Migas) meningkat rata-rata 8,1 persen per tahun dalam periode 2006 – 2010. Pajak Penghasilan Minyak dan Gas Bumi dihasilkan oleh industri minyak dan gas bumi dari kegiatan usaha hulu. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan bisnis yang melakukan eksplorasi yang berisiko tinggi dan melakukan produksi (eksploitasi). Keberhasilan kegiatan bisnis ini harus didukung oleh jasa penunjang minyak dan gas bumi. Salah satu jasa penunjang tersebut adalah kegiatan jasa konstruksi. Fokus penelitian ini adalah proses bisnis dan aspek perpajakan jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi. Berdasarkan pada fokus penelitian ini, maka pembahasan penelitian ini terdiri atas: 1) proses bisnis jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi; dan 2) aspek
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
perpajakan jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik analisis data content analysis (analisis isi) dan hermeneutic analyisis (analisis hermeneutika). Melalui content analysis dan hermeneutic analyisis pemahaman atas peraturan perundang-undang yang berlaku (Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi, Undang-Undang Jasa Konstruksi dan Undang-Undang Perpajakan) dapat dilakukan melalui interpretatif teks secara sistematik dan terstruktur, sehingga dapat dihasilkan penjelasan proses bisnis dan aspek perpajakan jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi. Selanjutnya pengumpulan data penelitian dilakukan melalui pengamatan lapangan dan studi kasus atas aspek perpajakan jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi. Proses bisnis jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi diawali dengan penjelasan kegiatan usaha jasa konstruksi menurut undang-undang jasa konstruksi. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan kegiatan usaha jasa konstruksi menurut undang-undang minyak dan gas bumi. Kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan usaha jasa penunjang minyak dan gas bumi yang pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi. Kesimpulannya adalah proses bisnis jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi menurut undang-undang jasa konstruksi dan undang-undang minyak dan gas bumi, adalah sama. Namun, yang perlu menjadi perhatian khusus adalah Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi. Aspek perpajakan jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi berdasarkan undang-undang perpajakan terkait dengan jasa konstruksi sehingga aspek perpajakan tersebut sama dengan aspek perpajakan selain jasa penunjang minyak dan gas bumi. Kesimpulannya adalah aspek perpajakan tersebut meliputi Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) bersifat final dan Pajak Penghasilan Pasal 26 ayat (4) bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Kata Kunci: Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi, Jasa Konstruksi, Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2), dan Pajak Penghasilan Pasal 26 Ayat (4).
Direktorat Jenderal Pajak telah membentuk sebesar 37,0 persen dan 63,0 persen. Komposisi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) khusus
penerimaan PPh Migas tahun 2010 dan 2011 menangani industri minyak dan gas bumi sesuai
dapat dilihat pada tabel 1 dan perkembangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
realisasi PPh Migas periode 2006 s.d. 2011 29/PMK.01/2012 tentang Perubahan atas
dapat dilihat pada tabel 2.
Peraturan Menteri
Kantor Pelayanan Pajak Minyak dan Gas 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata
Keuangan
Nomor
Bumi hanya menggantikan nama Kantor Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal
Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Dua. Pajak . Tujuan utamanya adalah guna menggali
Wajib Pajak yang diadministrasikan oleh KPP penerimaan perpajakan yang lebih besar dari
Minyak dan Gas Bumi adalah Wajib Pajak sektor usaha potensial seperti industri minyak
yang melakukan kegiatan hulu minyak dan gas dan gas bumi, dan memberikan pelayanan serta
bumi beserta kegiatan penunjangnya. Status pengawasan yang lebih optimal kepada industri
Wajib Pajak yang diadministrasikan berbentuk minyak dan gas bumi yang telah memberikan
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri seperti kontribusi penerimaan kepada negara berupa
Perseroan Terbatas (PT) dan Wajib Pajak Luar Pajak Penghasilan Minyak dan Gas Bumi (PPh
Negeri seperti Bentuk Usaha Tetap (BUT). Migas). Menurut Nota keuangan APBN Tahun
Berdasarkan Buku Panduan Kantor Pelayanan 2012 (www.kemenkeu.go.id) penerimaan PPh
Pajak Minyak dan Gas Bumi (Penulis sebagai migas meningkat rata-rata 8,1 persen per tahun
salah satu Team KPP Minyak dan Gas Bumi ); dalam periode tahun 2006 - 2010, terutama
Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan (Team dipengaruhi oleh perkembangan ICP dan
KPP Minyak dan Gas Bumi, 2012: iv) dan slide realisasi lifting. Penerimaan tersebut terdiri atas
“Overview KPP Migas” oleh Bapak Dewa PPh minyak bumi dan PPh gas alam yang
Made Budiarta (2012) yang materi slide-nya masing-masing memberikan kontribusi rata-rata
telah disesuaikan dengan Buku Panduan Kantor 200
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Tabel 1. Penerimaan PPh Migas Periode 2010-2011
Tabel 2. perkembangan realisasi PPh Migas Periode 2006 s.d. 2011 (dalam triliun rupiah) *)
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
Pelayanan Pajak Minyak dan Gas Bumi, KPP salah satu kegiatan usaha inti adalah kegiatan Minyak dan Gas Bumi beroperasi mulai sejak 2
usaha hulu dan didukung oleh salah satu April 2012 dan ditetapkan jumlah Wajib Pajak
kegiatan usaha penunjang dibidang Jasa yang terdaftar di KPP Minyak dan Gas Bumi
Konstruksi atau Kontraktor. Kegiatan usaha yaitu sebanyak 1.262 Wajib Pajak dengan
hulu merupakan kegiatan bisnis yang komposisi sebagai berikut:
melakukan eksplorasi yang berisiko tinggi dan Dari jumlah Wajib Pajak Normal yang
melakukan produksi (eksploitasi). Keberhasilan bergerak di bidang pertambangan dan gas bumi
kegiatan bisnis ini harus didukung oleh jasa sebanyak 561 Wajib Pajak dan jasa penunjang
penunjangnya. Menurut Rudi Rubiandini R.S. sebanyak 170 Wajib Pajak yang terdaftar di
(2010: 67), industri minyak dan gas bumi dapat KPP Minyak dan Gas Bumi menurut Team
digambarkan di bawah ini:
KPP Minyak dan Gas Bumi (2012: iv-v) dan Dewa Made Budiarta (2012) yang materi slide-
Fokus dan Tujuan Penelitian
nya telah disesuaikan dengan Buku Panduan Fokus penelitian yang dilakukan adalah
Kantor Pelayanan Pajak Minyak dan Gas Bumi, proses bisnis dan aspek perpajakan jasa
dapat dibedakan sebagai berikut: Industri penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan minyak dan gas bumi meliputi dua kegiatan
Pekerjaan konstruksi usaha yaitu, kegiatan usaha inti dan kegiatan
jasa
konstruksi.
menyentuh segala aspek perundang-undangan usaha penunjang minyak dan gas bumi.
yang berlaku. Pelaku bisnis usaha jasa Menurut Rudi Rubiandini R.S. (2010: 58-59),
konstruksi seharusnya mengetahui perundang- 202
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
undangan yang berlaku sehingga usahanya meliputi antara lain: penyebarluasan informasi, dapat tumbuh dan berkembang tanpa terkendala
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan adanya aturan-aturan yang berlaku tersebut.
pengembangan teknologi, peningkatan nilai Umumnya kegiatan usaha jasa konstruksi
tambah produk, penerapan standardisasi, tersebut hanya menyentuh yuridis undang-
pemberian akreditasi, pembinaan industri/badan undang jasa konstruksi dan undang-undang
pembinaan usaha perpajakan. Apabila usaha jasa konstruksi
usaha
penunjang,
kecil/menengah, pemanfaatan barang dan jasa dibidang minyak dan gas bumi, yuridis yang
dalam negeri, pemeliharaan keselamatan dan menyentuh usaha tersebut adalah, undang-
kesehatan kerja, pelestarian lingkungan hidup, undang minyak dan gas bumi, undang-undang
penciptaan iklim investasi yang kondusif, serta jasa konstruksi dan undang-undang perpajakan.
pemeliharaan keamanan dan ketertiban; 2) Pembahasan penelitian pertama adalah
Pasal 87 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor proses bisnis jasa penunjang minyak dan gas
55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas bumi untuk kegiatan jasa konstruksi. Proses
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 bisnis tersebut berdasarkan tinjuan yuridis
tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas tentang kegiatan usaha jasa konstruksi terkait
Bumi, diatur bahwa penyelenggaraan urusan dengan undang-undang minyak dan gas bumi
pemerintah yang dibidang Kegiatan Usaha dan undang-undang jasa konstruksi. Tujuan
Hulu sebagiamana dimaksud dalam pasal 86 penelitian adalah agar pelaku bisnis usaha jasa
ayat (2) huruf a meliputi: a) perencanaan, b) konstruksi dibidang minyak dan gas bumi tidak
perizinan, persetujuan, dan rekomendasi, c) melanggar perundang-undangan yang berlaku
pengelolaan dan pemanfaatan Data Minyak dan dan mengetahui awal proses kegiatannya yang
Gas Bumi, d) pendidikan dan pelatihan, e) harus dilakukannya. Pembahasan penelitian
penelitian dan pengembangan teknologi, f) kedua adalah kajian aspek perpajakan atas jasa
standardisasi, g) pemberian penunjang minyak dan gas bumi untuk kegiatan
penerapan
akreditasi, h) pemberian sertifikasi, i) jasa konstruksi yang berdasarkan undang-
pembinaan industri/ badan usaha penunjang, j) undang perpajakan. Kedua pembahasan
kecil/menengah, k) tersebut menggunakan teknik analisis data
pembinaan
usaha
pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, l) content analysis dan hermeneutic analyisis.
pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja, Content analysis (analisi isi) adalah analisis
m) pelestarian lingkungan hidup, n) penciptaan yang didasarkan pada isi dokumen tertulis, baik
iklim investasi yang kondusif, o) pemeliharaan berupa peraturan, surat kabar maupun catatan
keamanan dan ketertiban; 3) Peraturan Menteri harian (Tim Penyusun STIAMI, 2012: 56).
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Hermeneutic analysis (analisis hermeneutika)
Tahun 2008 tentang Kegiatan Usaha Penunjang adalah analisis yang ditujukan pada interpretasi
Minyak dan Gas Bumi, diatur bahwa: a) Pasal 1 tekstual, atau menemukan makna pada setiap
angka 5, usaha jasa konstruksi minyak dan gas kata atau kalimat (Tim Penyusun STIAMI,
bumi adalah kegiatan usaha jasa layanan untuk 2012: 56).
bangunan atau konstruksi atau wujud fisik lainnya dalam
penanganan
pekerjaan
KAJIAN LITERATUR
menunjang kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi, b) Pasal 5 ayat (2), Bidang Usaha Jasa
Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi
Konstruksi Migas se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a) Usaha Jasa
Kegiatan jasa konstruksi di bidang minyak Perencanaan Konstruksi termasuk rancang
dan gas bumi telah diatur oleh beberapa bangun dan rekayasa (design engineering), b)
ketentuan peraturan perundang-undangan yang Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi termasuk
berlaku terdiri atas: 1) Memori penjelasan Pasal Engineering, Procurement, and Construction
39 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 22 (EPC), usaha instalasi, dan komisioning, dan c) Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Usaha Jasa Pengawasan Konstruksi,yang diatur
bahwa penyelenggaraan
urusan
pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan pemerintah yang dimaksud dalam ketentuan ini
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
peraturan perundang-undangan di bidang jasa adalah organisasi sebagaimana dimaksud dalam konstruksi; 4) Keputusan Direktur Jenderal
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Minyak
Jasa Konstruksi , yang bertujuan untuk 15784.K/10/DJM.S/2010 tanggal 25 Juni 2010
mengem-bangkan kegiatan jasa konstruksi tentang Pedoman Pemberian Surat Keterangan
nasional, b) Pasal 24 ayat (1), untuk Terdaftar. Surat Keterangan Terdaftar tersebut
melaksanakan kegiatan pengembangan jasa merupakan surat yang diberikan kepada
konstruksi didirikan Lembaga Pengembangan perusahaan
Jasa Konstruksi yang selanjutnya disebut melaksanakan usaha penunjang minyak dan gas
Lembaga, c) Pasal 24 ayat (2), Lembaga bumi seperti usaha jasa konstruksi minyak dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri gas bumi, berdasarkan klasifikasi usaha
atas: (1) Lembaga Tingkat Nasional, yang penunjang sesuai dengan kompetensi yang
berkedudukan di ibu kota negara; (2) Lembaga dimiliki.
Tingkat Provinsi, yang berkedudukan di ibu Landasan hukum kegiatan usaha jasa
kota provinsi; 3) Pasal 3 Peraturan Lembaga konstruksi sebagai kegiatan usaha penunjang
Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 02 minyak dan gas bumi sangat jelas diatur dalam
Tahun 2011 tentang Tata Cara Registrasi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Ulang, Perpanjangan Masa Berlaku, dan Mineral Nomor 27 Tahun 2008 dan pem-
Permohonan Baru Sertifikat Badan Usaha Jasa binaannya sebagai badan usaha penunjang
Pelaksana Konstruksi , diatur bahwa lingkup minyak dan gas bumi oleh pemerintah diatur
pengaturan ini tentang tata cara registrasi ulang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001
Jasa Pelaksana Konstruksi untuk SBU yang dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun
masih berlaku, perpanjangan SBU yang telah 2009. Kemudian penilaian kualifikasinya diatur
habis masa berlakunya dan permohonan baru dalam Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan
SBU meliputi ketentuan tentang bentuk, sifat, Gas Bumi Nomor 15784.K/10/DJM.S/2010
persyaratan, dan penggolongan kualifikasi tanggal 25 Juni 2010.
pelaksana konstruksi, Berikut ini bagan ketentuan kegiatan usaha
usaha
jasa
penyelenggaraan registrasi, penyelenggaraan jasa konstruksi menurut undang-undang
sertifikasi dan persyaratan permohonan minyak dan gas bumi.
sertifikasi; 4) Pasal 3 Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 03
Undang-Undang Jasa Konstruksi
Tahun 2011 tentang Tata Cara Registrasi Ulang, Perpanjangan Masa Berlaku dan
Pelaksanaan kegiatan usaha jasa konstruksi Permohonan Baru Sertifikat Badan Usaha Jasa dibidang minyak dan gas bumi dilakukan sesuai Perencana dan Pengawas Konstruksi , diatur ketentuan peraturan perundang-undangan di bahwa lingkup pengaturan ini tentang tata cara bidang jasa konstruksi sehingga ketentuan registrasi ulang Jasa Perencana Konstruksi dan undang-undang jasa konstruksi mengatur Jasa Pengawas Konstruksi untuk SBU yang kegiatan usaha jasa konstruksi dibidang minyak masih berlaku, perpanjangan SBU yang telah dan gas bumi maupun kegiatan usaha jasa habis masa berlakunya dan permohonan baru konstruksi pada umumnya, yang meliputi: 1) SBU meliputi ketentuan tentang bentuk, sifat, Pasal 34 Undang-undang Nomor 18 Tahun persyaratan, dan penggolongan kualifikasi 1999 tentang Jasa Konstruksi, diatur bahwa usaha jasa perencana konstruksi dan jasa ketentuan mengenai forum sebagaimana
penyelenggaraan dimaksud dalam Pasal 32 dan lembaga
pengawas
konstruksi,
registrasi, penyelenggaraan sertifikasi dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 diatur
persyaratan permohonan sertifikasi; 5) Pasal 2 lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah; 2)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010
04/PRT/M/2011 tentang Pedoman Persyaratan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional , diatur bahwa Peraturan Menteri ini
Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi ,
pedoman bagi diatur bahwa: a) Pasal 1 angka 1, Lembaga
dimaksudkan
sebagai
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Pemerintah kabupaten/kota dalam memberikan hadiah undian, c) penghasilan dari transaksi IUJK dengan tujuan untuk melindungi
saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif kepentingan masyarakat dan pembinaan
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi dibidang jasa konstruksi; 6) Peraturan Menteri
penjualan saham atau pengalihan penyertaan Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2011
modal pada perusahaan pasangannya yang tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin
diterima oleh perusahaan modal ventura, d) Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
penghasilan dari transaksi pengalihan harta Asing , diatur bahwa: a) Pasal 2, Peraturan
berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan Pemerintah kabupaten/kota dalam memberikan
tanah dan/atau bangunan, dan e) penghasilan IUJK dengan tujuan untuk melindungi
tertentu lainnya, yang diatur dengan atau kepentingan masyarakat dan pembinaan
Pemerintah; 2) dibidang jasa konstruksi, b) Pasal 3, lingkup
berdasarkan
Peraturan
Sehubungan dengan tindak lanjut Peraturan pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
Pemerintah tentang penghasilan atas usaha jasa meliputi kegiatan jasa konstruksi yang
konstruksi yang dikenai pajak bersifat final dilakukan oleh BUJKA di wilayah Indonesia.
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun Landasan hukum jasa konstruksi sangat
2009 tentang Perubahan atas Peraturan jelas diatur dalam Undang-undang Nomor 18
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2008 tentang Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
92 Tahun 2010, yang petunjuk pelaksanaannya Usaha Jasa Konstruksi . Kemudian Pasal 9 diatur
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009, Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 02
diatur bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Tahun 2011 untuk Sertifikat Badan Usaha Jasa
tata cara pemungutan, pemotongan, penyetoran, Pelaksana Konstruksi, Peraturan Lembaga
penatausahaan Pajak Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 03
pelaporan,
dan
Penghasilan atas penghasilan dari usaha Jasa Tahun 2011 untuk Sertifikat Badan Usaha Jasa
Konstruksi diatur dengan atau berdasarkan Perencana dan Pengawas Konstruksi, Peraturan
Peraturan Menteri Keuangan. (gambar 1); 3) Menteri
Ketentuan pelaksanaan sebagaimana butir 2 04/PRT/M/2011 untuk pemberian izin usaha
adalah, Peraturan Menteri Keuangan Nomor jasa konstruksi nasional, dan Peraturan Menteri
153/PMK.03/2009 tentang Perubahan atas Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2011 untuk
Keuangan Nomor pemberian izin perwakilan badan usaha jasa
Peraturan
Menteri
tentang Tata Cara konstruksi asing. Berikut ini bagan ketentuan
187/PMK.03/2008
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan kegiatan usaha jasa konstruksi menurut undang-
Penghasilan atas undang jasa konstruksi.
Penatausahaan
Pajak
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi. Berikut ini bagan ketentuan kegiatan usaha jasa
Undang-Undang Perpajakan
konstruksi menurut undang-undang pajak penghasilan.
Ketentuan peraturan perpajakan mengenai
kegiatan jasa konstruksi yang
harus
METODOLOGI PENELITIAN
dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Pasal 4
ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Pendekatan Penelitian
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Pendekatan penelitian yang digunakan Undang Nomor 36 Tahun 2008, diatur bahwa
adalah penelitian kualitatif dengan teknik Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak
analisis data content analysis (analisis isi) dan bersifat final: a) penghasilan berupa bunga
hermeneutic analyisis (analisis hermeneutika). deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
Ada sembilan jenis analisis Pendekaan kualitatif dan surat utang negara, dan bunga simpanan
adalah: (1) narrative analysis, (2) semiotic, (3) yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
content analysis, (4) conversation analysis, (5) koperasi orang pribadi, b) penghasilan berupa
discourse analysis, (6) grounded theory, (7)
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
Bagan Konstruksi Undang-Undang Minyak dan Gas
Kegiatan Jasa Konstruksi Dibidang Minyak dan Gas Bumi
Pasal 39 ayat (1)
Undang-undang
huruf a
Nomor 22 Tahun 2001
Pasal 87 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 27 Tahun 2008
Keputusan Direktur Jenderal Minyak Dan Gas
Bumi Nomor 15784.K/10/DJM.S/2010
Kegiatan Jasa Konstruksi menurut Undang-undang Jasa
Konstruksi Undang-Undang
Pasal 34
Nomor 18 Tahun 1999
Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nomor 04/PRT/M/2011
Nomor 02 Tahun 2011
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor 05/PRT/M/2011
Nomor 03 Tahun 2011
Gambar 1
hermeneutic, (8)
Dalam melakukan penelitian kualitatif, analysis, dan (9) literary analysis (Tim Penyusun
phenomenology/heuristic
peneliti dapat memilih dan/atau menggabungkan STIAMI, 2012: 56) . Jenis analisis penelitian
satu atau lebih jenis analisis yang relevan dengan kualitatif yang menonjol digunakan dalam
tema dan topik penelitian ilmu administrasi (Tim penelitian ilmu sosial (Bungin (Ed), 2006: 34)
Penyusun STIAMI, 2012: 56) . adalah: (1) Studi Fenomologi, (2) Studi Obervasi
Pola penelitian kualitatif menggunakan Partisipatif – Interaksionisme Simbolik, (3) Studi
pendekatan empiris-rasional dan berpikir Etnometodologi, (4) Studi Etnografi, (5) Studi
induktif (Santoso, 2005: 10). Penelitian untuk menemukan Teori Grounded atau lazim
kualitatif menekankan pelaksanaan observasi dikenal dengan sebutan Penelitian Grounded, (6)
(pengamatan) yaitu, perubahan dari waktu ke Studi Life History, (7) Studi Hermeneutika, (8)
waktu. Pola berpikir induktif adalah penarikan Studi Analisis Isi atau Content Analysis, dan (9)
kesimpulan untuk hal spesifik dari gejala umum Studi Kasus. (Gambar 2).
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Kegiatan Jasa Konstruksi menurut Undang-undang Pajak Penghasilan
Undang-Undang
Pasal 4 ayat (2)
Nomor 36 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.03/2009
Gambar 2
(Kuncoro, 2003: 4). Penelitian kualitatif dapat Penelitian deskriptif menurut Kuncoro dinyatakan sebagai kegiatan terencana yang
(Boyd et al, 1989: 129) merupakan upaya untuk mencakup separangkat praktek penafsiran yang
memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat memungkinkan dunia responden dan informan
dari suatu situasi. Penelitian kasus dan dapat dilihat menurut Agusta (Denzin dan
penelitian lapangan untuk mempelajari secara Lincoln, 2000).
intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit
Dimensi Penelitian
sosial seperti individu, kelompok dan masyarakat (Suryana, 2010). Penelitian tersebut
Dimensi penelitian kualitatif meliputi bersifat mendalam tentang suatu unit sosial
penelitian deskriptif, serta penelitian kasus dan tertentu yang hasilnya merupakan gambaran
penelitian lapangan. Dimensi tujuan penjelasan yang lengkap dan terorganisir (Suryana, 2010). bersifat diskriptif karena kajian terhadap data
penelitian lapangan akan disajikan secara
Metode Analisis Data
redaksional serta menggambarkan kategori- kategori yang terkait dengan isu koordinasi
Analisis isi kualitatif yang aliran pada objek penelitian (Tim Penyusun STIAMI,
antipositivistik, menggunakan 2012: 49). Dimensi waktu terbagi dalam tiga
filososinya
pendekatan interpretatif, atau sering dikenal dimensi penelitian, yakni yang pertama adalah
dengan strukturalisme dan semiologi (McQuail, cross-sectional , yang kedua adalah longtidunal
2000: 327). Pendekatan interpretatif dilakukan yang terdiri dari panel, time series dan cohort
terhadap peraturan perundang-undangan yang analysis serta yang ketiga adalah case study
berlaku yang sistematik dan terstruktur. (Tim Penyusun STIAMI, 2012: 49). Dimensi
Peraturan tersebut digunakan oleh pelaku bisnis pertama dan kedua diterapkan untuk penelitian
jasa penunjang minyak dan gas bumi di bidang dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan
jasa konstruksi. Menurut Budd (1967: 2) dimensi ketiga yakni studi kasus untuk
metode analisis isi pada dasarnya merupakan pendekatan kualitatif (Tim Penyusun STIAMI,
suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi 2012: 49). Dimensi pengamatan yang
pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat berhubungan dengan data kualitatif dilakukan
untuk mengobservasi dan menganalisis isi melalui pelaksanaan field research dan
perilaku komunikasi yang terbuka dari comparative historical (Tim Penyusun STIAMI,
komunikator yang dipilih. Analisis isi juga 2012: 49).
didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
secara sistematik, objektif, dan kuantitatif
PEMBAHASAN
terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick, 2000: 135).
Kegiatan Usaha Jasa Konstruksi sebagai
Upaya pendekatan interpretif bertujuan
Kegiatan Usaha Penunjang Minyak dan Gas
untuk memperoleh pemahaman atas teks
Bumi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Gambaran Umum
Menurut Riduwan
upaya
penginterpretasian teks untuk memperoleh Industri minyak dan gas bumi meliputi dua pemahaman peraturan perundang-undangan
kegiatan usaha yaitu, kegiatan usaha inti dan yang berlaku disebut oleh Schmidt (2007: 272)
kegiatan usaha penunjang minyak dan gas bumi. sebagai hermeneutika (hermeneutics). Kata
Kegiatan usaha inti meliputi kegiatan usaha hermeneutika secara etimologis berasal dari
hulu dan kegiatan usaha hilir. Kegiatan usaha bahasa Yunani hermeneuein, yang berarti
hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan atau penafsiran atau interpretasi (Nasirwan, 2011).
bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan Istilah tersebut dicetuskan oleh tokoh metologis
eksploitasi, sedangkan kegiatan usaha hilir Harmes seorang utusan dari langit yang
adalah kegiatan usaha yang berintikan atau menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia
bertumpu pada kegiatan usaha Pengolahan, (Sumaryono,
Pengangkutan, Penyimpanan, dan/atau Niaga. berhubungan dengan bahasa dan bahasa sangat
Hermeneutika
Kegiatan usaha jasa penunjang minyak dan penting keberadaannya dalam kehidupan
gas bumi adalah kegiatan usaha jasa layanan manusia. Peranan hermeneutika cukup luas
dalam kegiatan usaha hulu yang meliputi pada ilmu-ilmu kemanusiaan, seperti bidang
eksplorasi dan eksploitasi/produksi dan sejarah, hukum, agama, filsafat, seni,
kegiatan usaha hilir yang meliputi pengolahan, kesusastraan, maupun linguistic atau semua
pengangkutan, penyimpanan dan niaga. ilmu (Sumaryono, 1999).
Kegiatan usaha jasa penunjang minyak dan gas bumi meliputi: (1) Usaha Jasa Konstruksi
Lokasi dan Pengumpulan Data Penelitian
Minyak dan Gas Bumi adalah kegiatan usaha jasa layanan untuk penanganan pekerjaan
Lokasi penelitian dilakukan di KPP bangunan atau konstruksi atau wujud fisik
Minyak dan Gas Bumi periode April s.d. Juni lainnya dalam menunjang kegiatan usaha
2012. Penulis terlibat langsung dalam minyak dan gas bumi. Bidang usaha ini terdiri
pengamatan lapangan di KPP Minyak dan Gas atas: (a) Usaha Jasa Perencanaan Konstruksi
Bumi karena penulis adalah salah satu pegawai termasuk rancang bangun dan rekayasa (design KPP Minyak dan Gas Bumi sebagai Account engineering); (b) Usaha Jasa Pelaksanaan
Representative. Salah satu tugas Account
E.ngineering, Representative adalah memberikan pelayanan,
Konstruksi
termasuk
Procurement, and Construction (EPC), usaha bimbingan teknis dan pengawasan perpajakan
instalasi, dan komisioning; dan (c) Usaha Jasa terhadap Wajib Pajak. Penulis memberikan Pengawasan Konstruksi, yang pelaksanaannya pelayanan dan bimbingan teknis, serta
ketentuan peraturan melakukan pengawasan perpajakan Wajib
dilakukan
sesuai
perundang-undangan di bidang jasa konstruksi; Pajak Minyak dan Gas Bumi, dan Wajib Pajak
(2) Usaha Jasa Non-Konstruksi Minyak dan Penunjang Minyak dan Gas Bumi (seperti
Gas Bumi adalah kegiatan usaha jasa layanan Kontraktor).
pekerjaan dalam menunjang kegiatan usaha Pengumpulan data penelitian dilakukan minyak dan gas bumi selain usaha jasa melalui pengamatan dan didokumenkan dalam konstruksi minyak dan gas bumi dan usaha bentuk catatan-catatan. Selain itu, pengumpulan industri penunjang minyak dan gas bumi. data penelitian dilakukan melalui studi pustaka Bidang usaha ini terdiri atas: (a) survei seismik; seperti peraturan perpajakan, buku, jurnal, (b) survei non seismik; (c) geologi dan makalah, dan website. geofisika; (d) pemboran; (e) operasi sumur
pemboran; (f) pekerjaan bawah air; (g)
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Bagan Industri Minyak dan Gas
Gambar 3
pengelolaan bahan peledak, radio aktif, dan penunjang minyak dan gas bumi berdasarkan bahan berbahaya; (h) pangkalan logistik
klasifikasi usaha penunjang sesuai dengan (shore/offshore base); (i) pengoperasian dan
kompetensi yang dimiliki. Apabila Perusahaan pemeliharaan; (j) inspeksi teknis; (k) pengujian
dan perseorangan akan melaksanakan kegiatan teknis;
usaha penunjang minyak dan gas bumi, maka (decommisioning);
(l) pekerjaan
paska
operasi
diwajibkan memiliki Surat Keterangan pengembangan; (n) pendidikan dan pelatihan;
Terdaftar (SKT). Namun, Kewajiban memiliki (o) pengelolaan Iimbah pemboran dan
Surat Keterangan Terdaftar dikecualikan bagi produksi; dan/atau (p) jasa lainnya; (3) Usaha
industri pemanfaat minyak dan gas bumi. Industri Penunjang Minyak dan Gas Bumi
Perusahaan yang dapat melaksanakan kegiatan adalah kegiatan usaha
usaha penunjang minyak dan gas bumi menghasilkan barang, material dan/atau
industri yang
meliputi: (a) Perusahaan Usaha Penunjang peralatan yang digunakan terkait sebagai
Minyak dan Gas Bumi Nasional; (b) penunjang langsung dalam kegiatai usaha
Perusahaan Usaha Penunjang Minyak dan Gas Minyak dan Gas Bumi. Bidang usaha ini terdiri
Bumi Dalam Negeri; dan (c) Perusahaan Usaha atas: (a) industri material; (b) industri peralatan
dan Gas Bumi (equipment); dan (c) industri pemanfaat
Penunjang
Minyak
Transnasional/Multinasional. Sedangkan Minyak dan Gas Bumi.
Perseorangan yang dapat melaksanakan Bagan berikut ini menggambarkan industri
kegiatan usaha penunjang minyak dan gas bumi minyak dan gas bumi secara keseluruhan sesuai
meliputi CV, Firma dan Perseorangan yang dengan ketentuan yang berlaku. (Gambar 3).
mempunyai keahlian untuk memberikan pelayanan usaha jasa konsultasi non konstruksi
Surat Keterangan Terdaftar
minyak dan gas bumi.
Formulir Surat Keterangan Terdaftar atas Surat Keterangan Terdaftar (SKT) kegiatan
kegiatan usaha penunjang minyak dan gas bumi usaha penunjang minyak dan gas bumi adalah
memuat sekurang-kurangnya: (a) Nomor dan surat yang diberikan kepada perusahaan atau tanggal penerbitan Surat Keterangan Terdaftar, perseorangan yang melaksanakan usaha
(b) Nomor dan tanggal surat permohonan Surat 209
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
Keterangan Terdaftar dari perusahaan atau disampaikan hasil penelitian dan evaluasi perseorangan, (c) Dasar hukum penerbitan
Subdierktorat Usaha Surat Keterangan Terdaftar, (d) Nama
permohonan oleh
Penunjang Minyak dan Gas Bumi sebagaimana perusahaan atau perseorangan, (e) Alamat
dimaksud pada huruf f, Direktur Teknik dan perusahaan atau persorangan, (f) Klasifikasi
Lingkungan Minyak dan Gas Bumi perusahaan atau perseorangan, (g) Kewajiban
menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar. perusahaan atau persorangan, (h) Sanksi
Bagan berikut ini menggambarkan diagram administrasi, (i) Masa berlaku surat Keterangan
alur proses penerbitan Surat Keterangan Terdaftar.
Terdaftar (SKT) sesuai dengan ketentuan yang Proses penerbitan Surat Keterangan
berlaku.
Terdaftar atas kegiatan usaha penunjang
Kegiatan Usaha Jasa Konstruksi
minyak dan gas bumi adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan atau perseorangan mengajukan
Gambaran Umum
permohonan kepada Direktur Teknik dan Jasa konstruksi adalah layanan jasa Lingkungan Minyak dan Gas Bumi dengan
konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, melampirkan Data Perusahaan atau Data
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Perseorangan; (2) Direktur Teknik dan
dan layanan jasa konsultansi pengawasan atas Lingkungan Minyak dan Gas Bumi, melalui
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan Subdirektorat Usaha Penunjang Minyak dan
perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta Gas Bumi meneliti dan mengevaluasi
pengawasan yang mencakup pekerjaan permohonan dan data yang disampaikan oleh
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan perusahaan atau perseorangan; (3) Peneliti dan
tata lingkungan masing-masing beserta evaluasi permohonan sebagaimana dimaksud
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu pada huruf b mencakup: (a) Kelengkapan surat
bangunan atau bentuk fisik lain. Pihak-pihak permohonan dan lampirannya; (b) Kesesuaian
yang terlibat dalam kegiatan usaha jasa data fotokopi dengan data yang asli; (c)
konstruksi adalah: a) pengguna jasa merupakan Keabsahan dan kebenaran data sesuai peraturan
orang perseorangan atau badan sebagai pemberi perundang-undangan; (d) Klasifikasi bidang
tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang usaha perusahaan atau persorangan; (4) alam
memerlukan layanan jasa konstruksi; dan b. hal hasil penelitian dan evaluasi permohonan
penyedia jasa merupakan orang perseorangan tidak lengkap
kegiatan usahanya Subdirektorat Usaha Penunjang Minyak dan
dan/atau tidak
benar,
atau
badan,yang
menyediakan layanan jasa konstruksi. Gas Bumi menyampaikan hasil penelitian dan
Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, evaluasi permohonan, serta konsep surat
dan pengawas konstruksi harus melakukan penolakan kepada Direktur Teknik dan
registrasi terlebih dahulu. Registrasi adalah Lingkungan Minyak dan Gas Bumi; (5) Dalam
suatu kegiatan untuk menentukan kompetensi jangka waktu paling lama lima hari kerja sejak
profesi keahlian dan keterampilan tertentu, disampaikan hasil penelitian dan evaluasi
orang perseorangan dan badan; usaha untuk permohonan, serta konsep surat penolakana
menentukan izin usaha sesuai klasifikasi dan sebagimana dimaksud pada huruf d, Direktur
kualifikasi yang diwujudkan dalam sertifikat. Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi
menerbitkan surat penolakan kepada pemohon;
Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
(6) Dalam hal hasil penelitian dan evaluasi Registrasi usaha jasa pelaksana konstruksi permohonan telah lengkap dan/atau benar,
dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Subdirektorat Usaha Penunjang Minyak dan
Registrasi tersebut Gas Bumi menyampaikan hasil penerlitian dan
Konstruksi (LPJK).
menghasilkan dua hal, yaitu: (a) Tanda Daftar evaluasi permohonan yang telah lengkap dan
Usaha Orang Perseorangan (TDUP) adalah benar kepada Direktur Teknik dan Lingkungan
sertifikat tanda bukti pengakuan formal atas Minyak dan Gas Bumi; (7) Dalam jangka
kompentensi dan waktu paling lama lima hari kerja sejak
tingkat/kedalaman
kemampuan usaha jasa pelaksana konstruksi
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
orang perseorangan
Bentuk usaha jasa perencana konstruksi klasifikasi dan kualifikasi usaha; (b) Sertifikat
dengan
ketetapan
dan jasa pengawas konstruksi meliputi usaha Badan Usaha (SBU) adalah sertifikat tanda
orang perseorangan; dan badan usaha nasional bukti pengakuan formal atas tingkat/kedalaman
dan badan usaha asing. Setiap usaha orang kompetensi dan kemampuan usaha dengan
perseorangan yang melakukan usaha jasa ketetapan klasifikasi dan kualifikasi Badan
perencana konstruksi dan jasa pengawas Usaha.
konstruksi harus memiliki Tanda Daftar Usaha Bentuk usaha jasa pelaksana konstruksi
Orang Perseorangan (TDUP), sedangkan setiap meliputi usaha orang perseorangan, serta badan
badan usaha yang melakukan usaha jasa usaha nasional dan badan usaha asing. Setiap
perencana konstruksi dan jasa pengawas usaha orang perseorangan yang melakukan
konstruksi memiliki Sertifikat Badan Usaha usaha jasa pelaksana konstruksi harus memiliki
(SBU).
Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan Penggolongan kualifikasi usaha jasa (TDUP), sedangkan setiap badan usaha baik
perencana konstruksi dan usaha jasa pengawas nasional dan asing yang melakukan usaha jasa
pada kriteria pelaksana konstruksi harus memiliki Sertifikat
konstruksi
didasarkan
tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi Badan Usaha (SBU).
serta kemampuan Penggolongan kualifikasi usaha jasa
kemampuan
usaha,
melakukan perencanaan dan pengawasan pelaksana konstruksi didasarkan pada kriteria
pekerjaan berdasarkan kriteria risiko dan/atau tingkat/kedalaman kompetensi dan potensi
kriteria penggunaan teknologi dan/atau kriteria kemampuan usaha, yang selanjutnya dibagi
besaran biaya. Penggolongan kualifikasi usaha menurut kemampuan melaksanakan pekerjaan
jasa perencana konstruksi dan jasa pengawas berdasarkan kriteria risiko, dan/atau kriteria
konstruksi tersebut, jenjang kompetensinya penggunaan teknologi, dan/atau kriteria besaran
dalam Gred, dapat dibagi dalam golongan: (1) biaya, dapat dibagi jenjang kompetensinya
kualifikasi usaha besar (usaha non kecil) berupa dalam Gred sebagai berikut: (1) Kualifikasi
Gred 4; (2) kualifikasi usaha kecil (usaha kecil), usaha besar (usaha non kecil) berupa: (a) Gred
berupa: (a) Gred 3, (b) Gred 2, dan (c) Gred 1
7, (b) Gred 6, dan (c) Gred 5; (2) kualifikasi (usaha orang perseorangan). usaha kecil, berupa: (a) Gred 4, (b) Gred 3, (c) Gred 2, dan (d) Gred 1 (usaha orang
Izin Usaha Konstruksi Nasional
perseorangan) Pemberian izin usaha jasa konstruksi nasional diberikan kepada Badan Usaha Jasa
Registrasi Usaha Jasa Perencana dan
Konstruksi (BUJK), adalah badan usaha yang
Pengawas Konstruksi
berbentuk badan hukum, yang kegiatan usahanya bergerak di bidang jasa konstruksi.
Registrasi usaha jasa perencana dan Izin tersebut diberikan oleh Pemerintah
pengawas konstruksi dilakukan oleh Lembaga Kabupaten/Kota dan didasarkan oleh sertifikat, Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). sebagai: (a) tanda bukti pengakuan penetapan Registrasi tersebut menghasilkan dua hal, yaitu: klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan (a). Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi (TDUP) adalah sertifikat tanda bukti pengakuan baik yang berbentuk orang perseorangan atau formal atas tingkat/kedalaman kompentensi dan badan usaha; (b) tanda bukti pengakuan atas kemampuan usaha jasa perencana dan
kemampuan profesi pengawas konstruksi orang perseorangan
kompetensi
dan
keterampilan kerja dan keahlian kerja orang dengan ketetapan klasifikasi dan kualifikasi
perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut usaha; (b)
Sertifikat Badan Usaha (SBU) disiplin keilmuan dan/atau keterampilan dan
adalah sertifikat tanda bukti pengakuan formal tertentu dan/atau kefungsian dan/atau keahlian
atas tingkat/kedalaman kompetensi kemampuan
tertentu.
usaha dengan ketetapan klasifikasi dan Izin Usaha Jasa Konstruksi diberikan oleh
kualifikasi Badan Usaha. Pemerintah Kabupaten/Kota tempat BUJK
Deddy Arief Setiawan, Proses Bisnis dan Aspek Perpajakan Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi untuk Kegiatan . . .
DIAGRAM PROSES PENERBITAN SURAT KETERANGAN TERDAFTAR
Batas Nilai Satu Perkejaan Kualifikasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
No. Golongan Usaha
Kualifikasi
Batas Nilai satu Perkejaan (Rp.)
1. Perorangan
Gred 1
0 s.d. 50.000.000,00
2. Kecil
Gred 2
0 s.d. 300.000.000,00
Gred 3
0 s.d. 600.000.000,00
Gred 4
0 s.d. 1.000.000.000,00
3. Besar
Gred 5
> 1.000.000.000,00 s.d. 10.000.000.000,00
Gred 6
> 1.000.000.000,00 s.d. 25.000.000.000,00
Gred 7
> 1.000.000.000,00 s.d. tidak terbatas
Batas Nilai Satu Perkejaan Kualifikasi Usaha Jasa Perencana Konstruksi Dan Usaha Jasa Pengawas Konstruksi
No. Golongan Usaha
Kualifikasi
Batas Nilai satu Perkejaan (Rp.)
1. Perorangan
Gred 1
0 s.d. 50.000.000,00
2. Kecil
Gred 2
0 s.d. 400.000.000,00
> 400.000.000,00 s.d. 1.000.000.000,00 3. Besar
Gred 3
Gred 4
> 400.000.000,00 s.d. tidak terbatas
tersebut berdomisili. Bupati/Walikota dapat Persyaratan permohonan izin usaha jasa menunjuk
konstruksi nasional yang diberikan oleh memberikan IUJK dalam rangka pelaksanaan
Unit
Kerja/Instansi
untuk
Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi: (a) pemberian IUJK. Dalam hal pemberian IUJK
Permohonan; (b) dilaksanakan oleh unit kerja/instansi yang tidak
mengisi
Formulir
menyerahkan rekaman Akta Pendirian BUJK; membidangi jasa konstruksi, IUJK dapat
(c) menyerahkan rekaman Sertifikat Badan diberikan setelah mendapatkan rekomendasi
Usaha (SBU) yang telah diregistrasi oleh dari unit kerja/instansi yang membidangi jasa
Lembaga; (d) menyerahkan rekaman Sertifikat konstruksi.
Keahlian
dan/atau Sertifikat Keterampilan (SKT) dari Penanggung Jawab
(SKA)
TRANSPARANSI Volume VI, Nomor 02, September 2014
Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 2085-1162
Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang telah ditunjuk atas nama Menteri sekurang- diregistrasi oleh Lembaga; (e) menyerahkan
kurangnya meliputi: (a) mengisi Formulir rekaman Kartu Penanggung Jawab Teknik
Permohonan; (b) menyerahkan rekaman Akta Badan Usaha (PJT-BU) yang dilengkapi surat
Pendirian BUJKA induk di negara asal yang pernyataan
telah dilegalisir; (c) menyerahkan data BUJKA Ahli/Terampil dengan Penanggung Jawab
atau company profile; (d) menyerahkan Surat Utama Badan Usaha (PJU-BU).
Rekomendasi dari kedutaan besar negara asal di Usaha orang perseorangan wajib memiliki
Indonesia yang menyatakan bahwa BUJKA SKA/SKT dan terdaftar pada unit kerja/instansi
yang bersangkutan merupakan badan usaha pemberi IUJK. Usaha orang perseorangan
yang teregistrasi dengan sah dan memiliki tersebut diberikan Kartu Tanda Daftar.
reputasi baik; (e) menyerahkan rekaman Izin Usaha Jasa Konstruksi BUJKA induk yang
Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa
masih berlaku; (f) menyerahkan rekaman bukti
Konstruksi Asing
nilai kemampuan BUJKA induk yang masih berlaku; (g) menyerahkan Sertifikat BUJKA
Pemberian izin perwakilan badan usaha hasil penyetaraan kemampuan BUJKA dari
jasa konstruksi asing diberikan kepada Badan Lembaga tingkat Nasional; (h) menyerahkan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA), yaitu Surat Penunjukan Kepala Perwakilan BUJKA badan usaha yang didirikan menurut hukum oleh BUJKA induk (Letter of Appointment); (i) dan berdomisili di negara asing, memiliki menyerahkan Laporan Keuangan yang terbaru kantor perwakilan di Indonesia, dan dari BUJKA induk; (j) menyerahkan rekaman dipersamakan dengan badan hukum Perseroan Paspor atau Kartu Tanda penduduk (KTP) Terbatas yang bergerak di bidang usaha jasa Kepala Perwakilan; (k) menyerahkan Daftar konstruksi. Izin tersebut diberikan oleh Riwayat Hidup Kepala Perwakilan BUJKA; (l) Pemerintah kepada BUJKA dan didasarkan menyerahkan Surat Keterangan Domisili kantor sertifikat, sebagai: a) tanda bukti pengakuan perwakilan BUJKA di Indonesia yang penetapan klasifikasi dan kualifikasi atas diterbitkan oleh Kelurahan setempat. kompetensi dan kemampuan usaha di bidang
jasa konstruksi baik yang berbentuk orang
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang
perseorangan atau badan usaha; atau b) tanda
Bersifat Final
bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan
Prinsip aspek perpajakan terhadap kegiatan keahlian kerja orang perseorangan di bidang
usaha jasa kontruksi baik menurut undang- jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan