6 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Defenisi Kanker Payudara

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Kanker Payudara

  2.1.1 Defenisi Kanker Payudara

  Kanker merupakan suatu jaringan yang abnormal atau berlebihan, tidak berguna bahkan merugikan dan tidak memiliki pola yang sesuai dengan struktur jaringan disekitarnya dan dapat menyebar ke organ tubuh yang lain ( Dewi, dkk tahun 2004). Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifactor yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda (Oemiati,dkk tahun 2011).

  Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2008). Karsinoma payudara adalah neoplasma maligna yang paling sering dijumpai pada wanita, dengan angka insiden semakin meningkat sesuai umur sejak tahun 1940 (Schwartz,1995).

  2.1.2 Faktor risiko

  Menurut Tjindarbumi D. (2003 dalam Hawari, D., 2004) faktor risiko dari kanker payudara adalah:

  6

  1. Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan risiko ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah menopause.

  2. Wanita yang tidak kawin risikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang kawin dan mempunyai anak.

  3. Wanita yang melahirkan anak pertama setelah berumur 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar.

  4. Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) yang usianya kurang dari 12 tahun risikonya 1,7 hingga 3,4 kali lebih tinggi dari daripada wanita dengan menarche yang datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun.

  5. Wanita yang mengalami masa menopausenya terlambat lebih dari 55tahun, risikonya 2,5 hingga 5 kali lebih tinggi.

  6. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma, tumor jinak payudara, risikonya 3 hingga 9 kali lenih besar.

  7. Wanita dengan kanker pada payudara kontralateral, risikonya 3 hingga 9 kali lebih besar.

  8. Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium risikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi.

  9. Wanita yang mengalami penyinaran (radiasi) di dinding dada, risikonya 2 hingga 3 kali lebih tinggi.

  10. Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2 hingga 3 kali lebih tinggi.

  11. Wanita yang memakai kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak akan menigkatkan risiko untuk mendapatkan kanker payudara 11 kali lebih tinggi.

2.1.3 Patofisiologi

  Payudara terdiri dari dua tipe jaringan, yakni jaringan kelenjar (grandular) dan jaringan penopang (stromal). Jaringan kelenjar mencakup kelenjar susu

  

(lobules) dan saluran susu (the milk passage dan milk duct). Sementara itu,

  jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan serat. Payudara juga dibentuk oleh jaringan lymphatic, yaitu jaringan yang berisi sistem kekebalan yang bertugas mengeluarkan cairan dan kotoran (Supriyanto, 2010).

  Normalnya, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk mempertahankan fungsi payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang bertanggung jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi (Supriyanto, 2010).

  Gejala klinis kanker payudara bisa berupa adanya benjolan pada payudara yang tidak terasa nyeri. Benjolan yang awalnya kecil, lama kelamaan akan semakin membesar lalu melekat pada kulit, sehingga menimbulkan perubahan pada kulit payudara dan puting payudara. Hal inilah yang membuat puting payudara tertarik ke dalam (retraksi), serta berwarna merah muda atau kecokelatan sampai menjadi edema, sehingga terlihat seperti kulit jeruk, mengerut, atau timbul borok pada payudara. Hal ini yang akan menghancurkan seluruh payudara (Supriyanto, 2010).

  2.1.4 Manifestasi klinik

  Gejala kanker payudara dapat menunjukkan suatu benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama, benjolan ini semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap bentuk, ukuran, atau berat payudara. Gejala lainnya adalah tiimbul benjolan kecil dibawah ketiak. Gejala yang paling parah ialah keluarnya darah, nanah, atau cairan encer dari puting payudara. Kulit payudara pun bisa mengerut seperti kulit jeruk, serta bentuk dan arah putting puting pun dapat berubah, misalnya puting payudara tertekan ke dalam (Supriyanto, 2010).

  2.1.5 Klasifikasi kanker payudara

  Pengklasifikasian kanker payudara terdiri atas tiga cara pengklasifikasian, yaitu: pengklaasifikasian secara histopatologi, pengklasifikasian berdasarkan stadium dan klasifikasi penyebaran menurut stadium. Adapun pengklasifikasian tersebut adalah sebagai berikut:

  2.1.5.1 Pengklasifikasian secara histopatologis Menurut Schwartz (2000) secara histopatologi jenis kanker payudara terdiri atas: 1.

  Karsinoma duktus merupakan 80% neoplasma payudara ganas.

  2. Karsinoma non-infiltratif disebut juga karsinoma in situ (CIS). Tumor ini bisa berasal dari duktus (DCIS) atau lobular (LCIS). Tumor-tumor ini merupakan 1% dari semua karsinoma, walaupun insidensnya meningkat akibat skrining progresif dengan mamografi. Lesi ini sering multisentrik dan berhubungan dengan karsinoma duktal. Kira-kira 10% sampai 30% penderita LCIS berikutnya akan timbul karsinoma invasive, 15 sampai 20 tahun kemudian.

  Tempat dan histology rekurensi tidak dapat diduga. Kira-kira 20% sampai 30% penderita DCIS juga mengalami kekambuhan. Kekambuhan ini cenderung terjadi pada kuadran yang sama dengan lesi awal.

  3. Karsinoma duktus infiltrative adalah bentuk kanker payudara yang paling sering. Cirri khas lesi ialah keras, skirus, dengan kaki-kaki infltrasi, dan seperti berpasir pada potongan melintang.

  4. Penyakit paget adalah manifestas karsinoma duktus yang menginvasi putting dengan lesi seperti eksim bergerak. Secara histologist sel besar dengan sitoplasma jernih terlihat dan cenderung berhubungan dengan prognosis lebih baik daripada rata-rata karsinoma duktus.

  5. Karsinoma papilar muncul sebagai tumor yang lebih lunak dengan pertumbuhan lebih besar sebelum bermetastasis ke limfonodus, dan karenanya mempunyai prognosis lebh baik.

  6. Karsinoma medular berupa lesi cukup besar, lunak, dan besar, sering dengan daerah-daerah nekrosis dan infiltrasi limfoid. Metastasis terjadi lambat.

  7. Karsinoma kolod lesi lunak berbatas jelas dengan danau musinosum besar pada potongan melintang dan prognosisnya baik.

  8. Karsinoma tubular adalah tumor berdiferensiasi baik dengan prognosis baik.

  9. Karsinoma peradangan umumnya adalah karsinoma duktal yang melbatkan limfatik dermal, merupakan tanda adanya penyakit yang lanjut dan muncul sebagai gambaran kulit seperti kulit jeruk

  (“peau d’orange” atau “orange

  

peel”)(stadium IIIb). Kulitnya berindurasi dan eritematosa. Prognosis sangat

buruk dengan angka harapan hidup 5 tahun biasanya kurang dari 20%.

  10. Karsinoma lobular tmbul dari epithelium duktus terminalis dan menyebar dalam bentuk seperti lembaran-lembaran. Karsinoma ini sering sekali multisentrik pada payudara yang sama dan memperlihatkan lesi invasive bilateral kira-kira 30% waktunya. Gambaran histologist khas adalah sel tumor “Indian Filling” yang menembus stroma payudara.

  11. Sarkoma payudara jarang ditemukan, tapi yang paling sering adalah varian fibroadenoma raksasa yang benigna (giant benigna variant of fibroadenoma),

  cystosarcoma phylloides . Hanya 1 diantara 10 tumor bersifat ganas. Mereka

  muncul pada penderita berumur lebih tua darpada yang menderita fibroadeoma (umur empat puluhan) dan lebih selular. Mastektomi totalis dianjurkan pada jenis-jenis baik jinak maupun ganas karena metastasis ke limfonodus aksilars jarang terjadi (dengan metastasis lebih sering ke paru-paru dan tulang).

2.1.5.2 Pengklasifikasian berdasarkan stadium

  Adapun pengklasifikasian kanker payudara berdasarkan stadium dibagi atas 4 stadium yaitu:

  1. Stadium 1 Pada stadium ini , benjolan kanker tidak melebihi dari 2 cm dan tidak menyebar keluar dari payudara. Perawatan sistematis akan diberikan pada kanker stadium ini, tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjutan. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total untuk pasien adalah sebanyak 70% (Price,1995).

  2. Stadium 2 Biasanya besarnya benjolan kanker sudah lebih dari 2 hingga 5 cm dan tingkat penyebarannya suadah sampai daerah kelenjar getah bening ketiak. Atau juga belum menyebar kemana-mana. Dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dlakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total untuk pasien adalah sebanyak 30-40% (Price,1995).

  3. Stadium 3A Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar limfa disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya (Price,1995).

  4. Stadium 3B Kanker sudah menyusup keluar dari bagian payudara, yaitu ke kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Penatalaksanaan yang dilakukan pada stadium ini adalah pengangkatan payudara (Price,1995).

  5. Stadium 4 Sel-sel kanker sudah mulai menyerang bagian tubuh lainnya, seperti tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.

  Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara (Price,1995).

  2.1.5.3 Klasifikasi penyebaran TNM Klasifikasi penyebaran TNM menurut Price (2005), adalah: 1.

  T: Tumor size ( ukuran tumor ) T : Tumor primer TX : Tumor primer tidak dapat ditentukan T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer T1 : tumor < 2cm T2 : tumor 2-5cm T3 : tumor > 5cm T4 : tumor denganpenyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan tanda udem

2. N : (Node) kelenjar getah bening regional

  NX : kelenjar regional tidak dapat ditentukan N0 : tidak teraba kelenjar aksila N1 : teraba kelenjar aksila N2 : teraba kelenjar aksila homolateral 3. M :( Metastasis), prnyebaran jauh

  MX : tidak dapat ditentukan metastasis jauh M0 : tidak ada metastasis jauh M1 : terdapat metastasis jauh

2.1.6 Penatalaksanaan kanker payudara

  Menurut Price (2005), penatalaksanaan kanker payudara dibagi atas dua tindakan yaitu pembedahan (mastektomi) dan non pembedahan.

2.1.6.1 Pembedahan (mastektomi) 1.

  Mastektomi parsial, yaitu: mulai dari tilektomi (lumpektomi) sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadrantektomi (pengangkatan seperempat payudara); pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar getah bening aksila untuk penentuan stadium.

  2. Mastektomi total dengan diseksi aksila rendah, yaitu: eksisi seluruh payudara, semua kelenjar getah bening di lateral otot pektoralis minor.

  3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi, yaitu: eksisi seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila.

  4. Mastektomi radikal, yaitu: eksisi seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila.

  5. Matektomi radikal yang diperluas, yaitu: sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar getah bening mamaria interna.

2.1.6.2 Non pembedahan 1.

  Penyinaran, yaitu: sebagai terapi lokal setelah prosedur pembedahan.

2. Kemoterapi, yaitu: terapi sistemik tambahan setelah mastektomi, paliatif pada penyakit yang lanjut.

  3. Terapi hormon dan endokrin, yaitu: pengobatan pada kanker yang telah menyebar, memakai esterogen, androgen, progesteron, antiestrogen; ooforektomi, adrenalektomi, hipofisektomi.

  2.1.7 Komplikasi

  Menurut Sjamsuhidayat (2004), komplikasi kanker payudara adalah: terjadi gangguan neurovaskuler,metastasis pada otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang, terjadi fraktur patologi, fibrosis payudara, serta kematian.

  2.1.8 Dampak dari pengobatan kanker payudara

  Berbagai metode penanganan dapat diberikan pada penderita kanker payudara, pemilihan penanganan disesuaikan dengan stadium yang ditemukan.

  Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi di bidang penyakit kanker, kasus dengan stadium dini akan semakin banyak ditemukan. Umumnya, penanganan yang diberikan adalah berupa pengangkatan seluruh payudara dan diseksi seluruh kelenjar limfe akasila. Disamping nyeri dan masa penyembuhan pasca-operasi yang lebih lama, tindakan ini juga dapat menyebabkan terjadinya beberapa morbiditas/ komplikasi jangka panjang yang berhubungan dengan kemampuan fungsional yang akhirnya dapat mengganggu kualitas hidup penderita. Gangguan fungsi tersebut dapat berupa: disfungsi bahu dan lengan (10- 20%), limfedema (5-10%), gangguan sensasi lengan atas dan aksila (70%), dan gangguan penampilan/ kosmesis serta psikososial (Tim Penanggulangan & Pelayanan Kaker Payudara Terpadu Paripurna R.S. Kanker Dharmais ,2002).

2.2 Konsep kualitas hidup

2.2.1 Pengertian kualitas hidup

  Kualitas hidup dapat disimpulkan dua bagian yaitu pertama kesehatan fisik yang terdiri dua bagian yaitu kesehatan fisik yang terdiri dari fungsi fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emiosional dan kondisi mental (hays, 1992).

  Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial, dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.(Donald, 2001).

  Menurut Universitas Toronto (2004), kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya, masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan, sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi.

  Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) kualitas hidup dapat didefenisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya, dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar, dan minat. Defenisi ini merupakan kosep yang sangat luas, menggabungkan kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan personal dan hubungannya dengan lingkungan (WHO, 2007 ).

2.2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup

  Berikut ini yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah:

  1. Jenis kelamin/ Gender Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain, dkk (2003, dalam Noftri, 2009) menemukan adanya perbedaan kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan.

  2. Usia Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) dan Dalkey

  (2002 dalam Noftri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004 dalam Noftri, 2009) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, M., Warner, R., Bisoffi, G., & Fontecedro, L (2001 dalam Noftri, 2009) pada responden berusia tua menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas hidup subjektif individu yang disebabkan karena individu pada masa usia tua sudah melewati masa untuk melakukan perubahan dalam hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya dengan positif dibandingkan saat masa mudanya.

  3. Pendidikan Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004 dalam Noftri, 2009) menemukan bahwa kualita hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapat kan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007 dalam Noftri, 2009) memnemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

  4. Pendidikan Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki

  disability tertentu).

  5. Status pernikahan Moons, Marquet, Boots, & de Geest (2004 dalam Noftri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidaak menikah, individu bercerai atau janda, individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal (Champbell, Converse & Rogers, Clemente & Sauer, Glenn & Weaver, 1998 dalam Noftri 2009).

  6. Penghasilan Baxter, dkk (1998 dalam Noftri, 2009) dan Dalkey (2002 dalam Noftri,2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007 dalam Noftri, 2009) menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

  7. Hubungan dengan orang lain Baxter (1998 dalam Noftri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Myers (1999 dalam noftri, 2009) mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat denganorang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara fisik maupun emosional.

2.2.3 Komponen Kualitas Hidup

  World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) membagi kualitas

  hidup dalam 4 dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Dimensi kesehatan fisik terdiri dari aktifitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis, energy dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja. Aktifitas sehari-hari yaitu menggambarkan kesulitan dan kemudahan yang dirasakan individu pada saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan medis yaitu menggambarkan seberapa besar kecendrungan individu dalam menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dan kelelahan yaitu menggambarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya. Mobilitas yaitu menggambarkan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dengan mudah dan cepat. Tidur dan istirahat yaitu menggambarkan kualitas tidur dan istirahat yang dimiliki oleh individu dan kapasitas kerja yaitu menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh individu (Power, dalam Sari 2013).

  Dimensi kesejahteraan psikologi terdiri dari body image dan appearance, perasaan negatif, perasaan positif, self esteem dan berfikir, belajar, memori, konsentrasi. Body image dan appearance menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negatif yaitu menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Self-estem yaitu menggambarkan bagaimana individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. Berfikir, belajar, memori dan motivasi yaitu menggambarkan keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi, belajar, dan menjalankan fungsi kognitif lainnya ( Power, dalam Sari 2013).

  Dimensi hubungan sosial terdiri dari relasi personal, dukungan sosial, dan aktivitas seksual. Relasi personal yaitu menggambarkan hubungan individu dengan orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Aktifitas seksual yaitu menggambarkan kegiatan seksual yang dilakukan individu ( Power, dalam Sari 2013).

  Dimensi lingkungan terdiri dari sumber finansial, freedom, physical safety dan security, perawatan kesehatan dan perawatan sosial, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi, lingkungan fisik, dan transportasi. Sumber finansial yaitu menggambarkan keadaan keuangan individu. Freedom, physical safety dan security yaitu menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya.

  Perawatan kesehatan dan perawatan sosial yaitu menggambarkan ketersedian layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh individu.

  Lingkungan rumah yaitu menggambarkan keadaan tempat tinggal individu. Kesempatan untuk mendapatkan informasi baru dan keterampilan yaitu menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal- hal baru yang berguna bagi individu. Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi yaitu menggambarkan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk berekreasi dan menikmati waktu luang. Lingkungan fisik yaitu menggambarkan keadaan lingkungan sekitar tempat individu seperti keadaan air, saluran udara, iklim, polusi. Transportasi yaitu menggambarkan sarana kendaraan yang dapat dijangkau oleh individu. ( Sekarwiri, 2008 dalam Sari, 2013).

2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup

  Kualitas hidup dapat diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran kualitas hidup yang telah diuji dengan baik. Kualitas hidup dapat diukur dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan dapat dibandingkan dengan memfokuskan pada salah satu kategori.

  WHO mengembangkan suatu instrumen pengukuran kualitas hidup sejak tahun 1991 yang bersifat lintas budaya. Kuisioner ini menilai persepsi individu dalam konteks budaya dan sistem nilai yang menyertai dan tujuan individu, standard an kekhawatiran. Instrumen WHOQOL dikembangkan bersama-sama di di sejumlah pusat di seluruh dunia, dan telah banyak teruji dilapangan. Versi pertama adalah WHOQOL- 100 yang berisi 100 pertanyaan. Akan tetapi penggunaan versi ini membutuhkan waktu yang lama sehingga dikembangkan versi terbarunya yaitu WHOQOL-BREF yang berisi 26 pertanyaan sehingga bisa digunakan untuk penelitian yang waktu pelaksanaannya singkat.

  Pertanyaan pada kuesioner WHOQOL-BREFF terdiri atas 2 pertanyaan yang berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan 24 pertanyaan yang dibagi atas 4 dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Pertanyan kesehatan secara umum dan menyeluruh terdapat pada pertanyaan urutan 1 dan 2. Dimensi fisik terdiri dari pertanyaan urutan ke 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Dimensi psikologis terdiri dari pertanyaan urutan ke 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Dimensi hubungan sosial terdiri dari pertanyaan urutan ke 20, 21, 22. Sedangkan dimensi lingkungan terdiri dari pertanyaan urutan ke 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Pertanyaan dari instrumen ini berisi pertanyaan positif, kecuali pada pertanyaan nomor 3,4 dan 26 merupakan pertanyaan negatif.

  Penentuan kualitas hidup pada wanita yang menderita kanker payudara dari 26 pertanyaan, maka dilakukan penyekoran menggunakan skala likert berdasarkan lima kategori dengan point 1-5, dan pertanyaan berfokus pada intensitas, frekuensi, kepuasan dan evaluasi. Dimana, intensitas mengacu kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami oleh individu. Pertanyaan ini juga dapat mengarah kepada seberapa kuat yang dirasakan oleh individu. Pilihan jawaban untuk mengkaji intensitas adalah tidak sama sekali (1), sedikit (2), sedang (3), sangat sering (4), dan sepenuhnya dialami (5).

  Frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari situasi atau tingkah laku. Waktu meru pakan hal yang paling penting untuk pertanyaan ini, seperti frekuensi yang mengarah ke seberapa sering sesuatu yang dialami oleh individu dalam periode waktu yang spesifik. Plihan jawaban untuk mengkaji frekuensi adalah tidak pernah (1), jarang (2), cukup sering (3), sangat sering (4), selalu (5).

  Kepuasan mengacu pada tingkat dimana situasi yang dirasakan individu. Pertanyaan ini juga dapat mengarah kepada seberapa puas situasi yang dirasakan oleh individu. Pilihan jawaban yang berfokus pada kepuasan adalah sangat tidak memuaskan (1), tidak memuaskan (2), biasa saja (3), memuaskan (4), sangat memuaskan (5). Sedangkan evaluasi mengacu kepada taksiran dari situasi, kapasitas, atau tingkah laku. Pilihan jawaban yang berfokus pada evaluasi adalah sangat buruk (1), buruk (2), biasa saja (3), baik (4), sangat baik (5).

  Penghitungan skor dilakukan dengan cara menghitung skor mentah dari setiap domain yaitu dengan rumus:

  Rumus untuk menghitung domain score Nilai mentah Domain 1 (6-Q3) + (6-Q4) + Q10 + Q15 + Q16 + Q17 + Q18 Domain 2 Q5 + Q6 + Q7 + Q11 + Q19 + (6-Q26) Domain 3 Q20 + Q21 + Q22 Domain 4 Q8 + Q9 + Q12 + Q13 + Q14 + Q23 + Q24 + Q25

  Skor tiap dimensi yang didapat dari alat ukur WHOQOL-BREF (raw

  score ) harus ditransformasikan sehingga nilai skor dari alat ukur ini dapat

  dibandingkan dengan nilai skor yang digunakan dalam alat ukur WHOQOL-100 (WHO Groups, 2008).

  Skor tiap dimensi ditransformasikan dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus baku yang sudah ditetapkan oleh WHO di bawah ini:

  TRANSFORMED SCORE = (SCORE-4) X (100/16)

  Alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid (r = 0,89- 0,95) dan reliable ( R = 0,66-0,87). Untuk penghitungan validitas dan reliabilitas WHOQOL-BREF ini, skor yang digunakan adalah skor tiap dimensi.

  Alat ukur ini telah diadaptasi ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia oleh Dr. Riza Sarasvita dan Dr. Satya Joewana untuk penelitian pada

  drag user namun belum ada uji psikometrinya (Wardani, 2006 dalam Sekarwiri,

  2008). Selain itu, alat ukur adaptasi ini juga digunakan oleh Wardani (2006 dalam Sekarwiri, 2008) untuk meneliti kualitas hidup pada dewasa muda lajang.

  Wardani (2006) juga melakukan uji psikometri terhadap alat ukur WHOQOL- BREF dan hasilnya adalah bahwa alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid dan reliable dalam mengukur kualitas hidup. Uji validitas yang dilakukan Wardani (2006) adalah uji validitas item dengan cara menghitung korelasi skor masing-masing item dengan skor masing-masing dimensi WHOQOL-BREF. Hasil yang didapat adalah ada hubungan yang signifikan antara skor item dengan skor dimensi (r= 0,409-0,850) sehingga dapat dinyatakan bahawa alat ukur WHOQOL-BREF adalah alat ukur yang valid dalam mengukur kualitas hidup. Uji reliabilitas dilakukan menggunakan Coeffisient Alpha dengan bantuan komputerisasi, menghasilkan nilai R = 0,8756 sehingga

  Cronbach

  dapat dikatakan bahwa alat ukur WHOQOL-BREF berbentuk kuesioner yang berisi 26 pertanyaan dari empat dimensi dari kualitas hidup merupakan reliable untuk mengukur kualitas hidup.

Dokumen yang terkait

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Manusia memiliki kebutuh

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Komponen Kimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Tembelekan (Lantana camara L)

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Periode Perkembangan Gigi Geligi - Perbandingan Prediksi Leeway space dengan Menggunakan Analisis Moyers dan Tanaka-Johnston pada Murid Sekolah Dasar Suku Batak di Kota Medan

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Toksik dalam Produk Konsumen - Analisis Kandungan Timbal pada Lipstik Impor dan Dalam Negeri Serta Tingkat Pengetahuan Konsumen dan Pedagang Terhadap Lipstik di Pasar Petisah Kota Medan Tahun 2015

0 0 32

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 200203 Padangsidimpuan

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Faktor- Faktor Perilaku Kunjungan Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Kelurahan Pangkalan Masyhur

0 0 25

BAB 1 PENDAHULUAN - Faktor- Faktor Perilaku Kunjungan Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Kelurahan Pangkalan Masyhur

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Governance - Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

0 0 10