BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah- daerah dan kemudian daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah etiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang- undang.

  Pemerintahan daerah bukan merupakan suatu hal yang baru bagi bangsa Indonesia, namun sudah ada sejak Negara Indonesia terbentuk. Ditandai dengan dibentuknya Undang- Undang No. 1 Tahun 1945 Tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah. Banyaknya kekurangan yang dirasakan pada Undang- Undang tentang Pemerintahan Daerah diawal periodenya menyebabkan perubahan dan penyempurnaan terus menerus dan menjadi cikal bakal dari penerbitan Undang- undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah yang dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pola baru pemerintahan otonomi yang nyata.

  Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah adalah pelopor yang mengawali azas otonomi daerah untuk pelaksanaan Pemerintahan Daerah. Tetapi kerena masih mengandung beberapa kelemahan maka undang-undang itu direvisi. Kemudian pada tanggal 29 september 2004 DPR RI menyetujui penetapan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan untuk melaksanakan pembagian kekuasaan pemerintahan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten dalam otonomi daerah pada tanggal 9 Juli 2007 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota.

  Kekuasaan dan kewenangan yang diberikan tidak hanya untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri namun termasuk pelayanan kepada masyarakat di daerahnya. Konsep dasar mengenai pelayanan sebenarnya telah banyak dijelaskan oleh para ahli antara lain menurut Supriyanto dan Sugiyanti (2003: 68) adalah upaya untuk membantu menyiapkan, menyediakan/mengurus keperluan orang lain. Selain itu, dalam buku yang sama, Moenir (2003 : 68) juga mengemukakan pendapatnya mengenai ’pelayanan’ yaitu proses dalam berbuat baik. Pendapat lain dikemukakan oleh Boediono (2003 : 60) tentang pengertian ’pelayanan’ yaitu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.

  Undang- undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik menjelaskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang- undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif dibidang administrasi kependudukan. Sedangkan ’pelayanan publik’ menurut Mahmudi (2005 : 229) adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

  Pelayanan publik adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat, salah satu bentuk pelayanan publik di Indonesia adalah pelayanan di bidang administrasi. Pelayanan administrasi juga terdiri dari berbagai sub bidang yang sangat banyak, salah satunya adalah pelayanan administrasi di bidang pertanahan. Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, dalam perkembangan kehidupan manusia, tanah adalah bagian penting dari kehidupan yang memiliki berbagai nilai yang sering kali menjadi sumber pertikaian dan permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks pertanahan, menurut Budi Harsono (1999:18) memberi batasan tentang pengertian tanah berdasarkan apa yang dimaksud dalam Pasal 4 UUPA, bahwa :

  

Dalam hukum tanah, kata tanah dipakai dalam arti yuridis sebagai suatu

pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA sebagaimana dalam

Pasal 4 bahwa hak menguasai dari negara ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah. Dengan demikian tanah dalam pengertian yuridis dapat diartikan sebagai

  permukaan bumi. Menurut pendapat Jhon Salindeho (1993:23) mengemukakan bahwa :

  

Tanah adalah suatu benda bernilai ekonomis menurut pandangan bangsa

Indonesia, ia pula yang sering memberi getaran di dalam kedamaian dan

sering pula menimbulkan guncangan dalam masyarakat, lalu ia jua yang

sering menimbulkan sendatan dalam pelaksanaan pembangunan.

  Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwasannya tanah memiliki nilai yang sangat tinggi, tidak hanya dari segi ekonomi namun juga memiliki nilai filosofis, sosial, politik, dan kultural yang memicu berbagai persoalan dan konflik. Sudah seharusnya masyarakat mengelola dengan baik dan membuat pembuktian sertifikat atau surat hak atas tanah untuk menghindari berbagai macam persoalan.

  Pada dasarnya istilah “sertifikat” itu sendiri berasal dari bahasa Inggris (certificate) yang berarti ijazah atau Surat Keterangan yang dibuat oleh Pejabat tertentu. Istilah “Sertifikat Tanah” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai surat keterangan tanda bukti pemegang hak atas tanah dan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

  Pengertian Sertifikat Tanah dapat dilihat dasarnya yaitu dalam Undang- Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 19 ayat 1, menyebutkan bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

  Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan juga dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, undang-undang 12 tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) huruf (K) yang mengatakan bahwa pelayanan pertanahan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah merupakan urusan yang berskala Kabupaten/Kota.

  Kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah Kabupaten/ kota yang diberi kewenangan strategis yang dilimpahkan oleh Bupati. Kecamatan juga dapat membagi kewenangan kepada kelurahan untuk lebih mendekatkan pelayanan administrasi pertanahan pada tingkat terkecil yaitu desa/ kelurahan dan mengawasi jalannya tugas administrasi tersebut. Dalam pelaksanaan tugas Kelurahan, Kecamatan juga berperan sebagai pelaksana tugas yang belum mampu dilaksanakan oleh kelurahan.

  Sesuai dengan salah satu tugas kelurahan yakni melaksanakan fungsi pelayanan di tingkat kelurahan, maka salah satuh bentuk pelayanan yang di lakukan adalah pelayanan dibidang administrasi pertanahan. Kelurahan juga berkoordinasi dengan kecamatan dan kemudian dalam pengurusan sertifikat tanah, kecamatan yang mengetahui dan menjadi penghubung kepada Badan pertanahan Nasional (BPN).

  Kelurahan Kotapinang merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menjalankan tugas pelayanan administrasi pertanahan dalam pembuatan surat kepemilikan tanah, namun dalam pelaksanaan tugasnya masih banyak terdapat permasalahan terutama masalah ketidakpuasan dari masyarakat. Menurut pegamatan awal peneliti permasalahan tersebut meliputi kinerja aparatur dalam melayani masyarakat. Tidak adanya kejelasan waktu, lambatnya proses administrasi serta biaya administrasi yang kurang jelas dalam pembuatan surat kepemilikan tanah. ini juga menyebakan ketidaknyamanan bagi masyarakat.

  Padahal surat kepemilikan tanah merupakan surat penting yang wajib diurus dan dimiliki oleh pemegang hak atas tanah untuk menghindari permasalahan dan sengketa dari pihak lain yang ingin menggelapkan hak atas tanah.

  Bertitik tolak dari uraian di atas maka merupakan hal yang menarik untuk di angkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul “ Analisis Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan”.

  1.2 Fokus Masalah

  Penelitian ini mempunyai fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti hanya memfokuskan penelitian mengenai bagaimana pelayanan administrasi pertanahan dalam pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan.

  1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pelayanan administrasi pertanahan dalam pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan?”.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya yakni:

  1. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan administrasi pertanahan dalam pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan.

  2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelayanan pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

  1.5 Manfaat Penelitian 1.

  Secara Ilmiah Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara ilmiah, sistematis dan metodologis serta bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Praktis

  Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam pelaksanaan sistem administrasi pertanahan, peningkatan mutu pelayanan dan perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah lurahan kepada masyarakat. khusunya aparatur tingkat ke

3. Secara Akademis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

1.6 Kerangka Teori

  Untuk melakukan penelitian dibutuhkan kerangka penelitian, yaitu pedoman dasar berfikir untuk memudahkan peneliti melakukan penelitiannya.

  Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Nawawi. (1990: 400).

1.6.1 Pelayanan

1.6.1.1. Pelayanan Publik

  Menurut UU Nomor 25 Tahun 2009, bab I, pasal 1, ayat (1), pengertian pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

  Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan terhadap publik ( publik=umum).

  Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

  Menurut Moenir (2006:26-27) mengemukakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha untuk memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.

  Menurut Pamudji (1994:21-22) jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa. Jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa, yaitu seperti pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan haji, pelayanan pencarian keadilan, dan lain-lain.

  Dengan demikian, pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga Negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

1.6.1.2 Bentuk – Bentuk Pelayanan Publik

  Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu :

  1. Kelompok Pelayanan Administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik.

  2. Kelompok Pelayanan Barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan publik.

  3. Kelompok Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis jasa yang dibutuhkan publik.

  Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh penyelenggara pelayanan publik terdiri dari 3 macam ( Moenir, 2010:190) yaitu :

1. Layanan dengan lisan

  Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas- petugas dibidang masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan ataupun keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar layanan lisan berhasil, syarat yang perlu dipenuhi adalah : a.

  Memahami benar masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

  b.

  Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar, singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan tentang sesuatu.

  c.

  Bertingkah laku sopan dan ramah tamah. d.

  Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dengan teman, karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melakaikan tugas.

  e.

  Tidak melayani orang- orang yang ingin sekedar ngobrol dengan cara yang sopan.

  2. Layanan melalui tulisan Layanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Layanan tulisan ini terdiri atas dua golongan, pertama layanan berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan pada orang – orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instalasi atau lembaga. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan, dan lain sebagainya.

  3. Layanan berbentuk perbuatan Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70-80% dilakukan oleh petugas – petugas tingkat menengah kebawah. Karena itu factor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan.

  Titik berat perbuatan ini adalah perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh orang yang berkepentingan. Jadi tujuan utama yang berkepentingan adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan atau kesanggupan secara lisan, disini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap orang disertai dengan kualitas hhasil yang memadai.

1.6.1.3 Standar Pelayanan Publik

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggara Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014, Standar Pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

  Sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dan bagi penerimaan pelayanan dalam proses pengajuan permohonannya Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan, standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerimaan pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat dan/penerima layanan atas kinerja penyelenggaraan pelayanan.

  Standar Pelayanan Publik yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun

  2014, terdiri dari dua komponen sebagaimana yang diatur didalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009, dalam peraturan ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu : A. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan (service delivery) meliputi: 1) Persyaratan 2) Sistem, mekanisme,dan prosedur 3) Jangka waktu pelayanan 4) Biaya/tarif 5) Produk pelayanan 6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan

  B. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses pengelolaan pelayanandi internal organisasi(manufacturing) meliputi: 1) Dasar hukum 2) Sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas 3) Kompetensi pelaksana 4) Pengawasan internal 5) Jumlah pelaksana 6) Jaminan pelayanan 7) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan

  8) Evaluasi kinerja pelaksana

1.6.1.4 Asas- Asas Pelayanan Publik

  Asas pelayanan publik menurut KEPMEN PAN Nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman pelayanan publik yaitu: a.

  Transparan Artinya bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

  b.

  Akuntabilitas Artinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  c.

  Kondisional Artinya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

  d.

  Partisipatif Artinya medorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi , kebutuhan, dan harapan masyarakat.

  e.

  Kesamaan Hak Artinya tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi. f. keseimbangan antara hak dan kewajiban

  Artinya pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

1.6.1.5 Prinsip- Prinsip Pelayanan Publik

  Berdasarkan KEPMEN PAN No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi prinsip- prinsip sebagai berikut:

  1. Kesederhanaan Artinya prosedur pelayanan yang tidak berbelit- belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

  2. Kejelasan, mencakup kejelasan dalam hal: a.

  Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik b. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan/ sengketa/ dalam pelaksanaan pelayanan publik.

  c.

  Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

  3. Kepastian waktu Artinya pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

  4. Akurasi Artinya produk pelayanan publik diterima dengan benar , tepat dan sah.

  5. Keamanan Artinya proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

  6. Tanggung Jawab Artinya pimpinan penyelenggara pelayanan publik/ pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelayanan publik.

  7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Artinya tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerjadan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika ( telematika).

  8. Kemudahan akses Artinya tempat dan lokasi serta pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.

  9. Kedisiplinan , Kespanan dan Keramahan Artinya Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberi pelayanan dengan iklas.

  10. Kenyamanan Artinya lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang nyaman,bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

1.6.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik

  Pelayanan yang baik yang diberikan oleh pegawai pemerintah sebagai administrator publik dapat dilaksanakan dengan mengamati unsur dari pelayanan itu sendiri dalam interaksi antara pemberi pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan.

  Menurut Moenir (2002:88) faktor-faktor yang mendukung pelayanan, sebagai berikut :

  1. Faktor kesadaran yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada tingkatan terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasinya.

  2. Faktor aturan yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah, oleh karena itu harus dipahami oleh organisasi yang berkepentingan/bersangkutan.

  3. Faktor organisasi merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan.

  4. Faktor pendapatan yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaannya pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik.

  5. Faktor keterampilan tugas yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan pekerjaan. Ada tiga kemampuan yang harus dimiliki, yaitu kemampuan manajerial, kemampuan teknis, dan kemampuan untuk membuat konsep.

  6. Faktor sarana yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu, dan fasilitas lain yang melengkapi seperti fasilitas komunikasi.

1.6.1.7 Kualitas Pelayanan Publik

  Melaksanakan pelayanan publik yang baik dan berkualitas merupakan salah satu kewajiban dan tanggung jawab penyeleggara pelayanan publik.

  Pengertian kualitas menurut Fandy Tjipto (1995:24) adalah : 1) kesesuaian dengan persyaratan; (2) kecocokan untuk pemakaian; (3) perbaikan berkelanjutan; (4) bebas dari kerusakan/cacat; (5) pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat; (6) melakukan segala sesuatu secara benar; (7) sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan. Menurut Goetsch Davis(dalam saleh, 2010: 97) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut Ibrahim (2008:22), kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana penilaian kualitas ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan publik tersebut.

  Parasuraman menjelaskan ( dalam Paimin Napitupulu, 2007:172) ada dimensi pokok yang berkaitan dengan kualitas pelayanan publik, yaitu: a.

  Bukti langsun ( tangibels): yaitu kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu dan tempat informasi.

  b.

  Keandalan (Reability) : yaitu kemampuan dan keandalan menyediakan pelayanan yang terpercaya c.

  Daya Tanggap (Responsiveness) : yaitu kesanggupan membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat, tepat, serta tanggapterhadap keinginan konsumen.

  d.

  Jaminan (assurance) : yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan santun aparat dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.

  e.

  Empati (emphaty) : yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari aparat terhadp konsumen.

  Kualitas pelayanan merupakan kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan. Kualitas sangat erat kaitannya dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif yang dikenal sebagai konsep pelayanan Prima. Variabel Pelayanan Prima ( Sinambela: 8) terdiri dari 8 yaitu sebagai berikut: 1.

  Pemerintah yang bertugas melayani 2. Masyarakat yang dilayani pemerintah 3. Kebijakan yang dijadikan landasan pelayanan publik 4. Peralatan atau sarana pelayanan yang canggi 5.

   Resources yang tersedia untuk diracik dalam bentuk kegiatan pelayanan 6.

  Kualitas pelayanan yang memuaskan masyarakat sesuai standart dan asas pelayanan masyarakat

7. Menajemen dan kepemimpinan serta organisasi pelayanan masyarakat 8.

  Perilaku pejabat yang terlibat dalam masyarakat apakah masing- masing telah menjalankan fungsi mereka.

  Variabel dapat diimplementasikan apabila actor pelayan publik berhasil menjadikan kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya.

1.6.2 Administrasi

1.6.2.1 Prinsip Dasar Administrasi Pertanahan

  Kata administrasi berasal dari bahasa latin administrare yang berarti to manage (mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola).

  Derivasinya antara lain menjadi administratio yang berarti besturing atau pemerintahan.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Ridwan HR (2011: 25), administrasi diartikan sebagai; (1) usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi; (2) usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaran kebijaksanaan serta mencapai tujuan; (3) kegiatan yang penyelenggaraan pemerintahan; (4) kegiatan kantor dan tata usaha.

  Boedi Harsono ( 2002:18) Pertanahan berasal dari kata tanah. Dalam hukum tanah, kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan sesuai oleh UUPA.

  Dalam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan, bahwa : Atas dasar hak menguasai dari Negara .... ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang- orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan- badan hukum.

  Dengan demikian, tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, maka pengertian administrasi pertanahan dapat dinyatakan sebagai kegiatan ataupun usaha yang dilakukan yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan tanah dan hak atas tanah dengan tujuan untuk menjamin kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan.

  Faried Ali (1997: 65) Hukum agraria apabila dilihat dari isi aturan hukum adalah hukum yang mengatur hal yang bertalian dengan tanah. Ini berarti bukan saja menyangkut pengaturan tentang hubungan hukum antara manusia dengan tanah saja tetapi juga mengatur penyelenggaraan peruntukan, penggunaan, dan penyediaan serta pemeliharaan.

  Setiap kegiatan badan atau pejabat negara dalam mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, dan penyediaan, serta pemeliharaan tanah tersebut merupakan kegiatan administrasi pertanahan a.

  Peruntukan dan Penggunaan Tanah b.

  Penyediaan Tanah c. Pemeliharaan Tanah

1.6.3 Surat Kepemilikan Tanah

  Pada dasarnya istilah “sertifikat” itu sendiri berasal dari bahasa Inggris (certificate) yang berarti ijazah atau Surat Keterangan yang dibuat oleh Pejabat tertentu. Istilah “Sertifikat Tanah” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai surat keterangan tanda bukti pemegang hak atas tanah dan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

  Pengertian Sertifikat Tanah dapat dilihat dasarnya yaitu dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 19 ayat 1, menyebutkan bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berikut ini adalah pengaturan dari kegiatan administrasi dalam hal pendaftaran tanah. Dalam M. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis (2011: 208).

  1. Kegiatan pendaftaran tanah sebelum penerbitan sertifikat tanah berupa penetapan hak atas tanah dalam rangka kegiatan administrasi pendaftaran tanah tersebut dapat diperinci lagi sebagai berikut : a.

  Konversi hak atas tanah.

  b.

  Pengakuan dan penegasan hak atas tanah c. Pemberian Hak Atas Tanah d.

  Penolakan hak atas tanah e. Redistribusi Tanah dan Konsolidasi tanah.

  f.

  Perwakafan Tanah

  2. Kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertifikat tanah yang dilakukan karena terjadinya perubahan data yuridis (subjek hak, jenis hak, dan jangka waktu hak atas tanahnya), terdiri dari : a.

  Peralihan Hak Atas Tanah dan.

  b.

  Pemindahan Hak Atas Tanah.

  c.

  Perpanjangan Jangka Waktu Hak Atas Tanah.

  d.

  Pembaharuan Hak Atas Tanah.

  e.

  Perubahan Hak Atas Tanah.

  f.

  Pembatalan hak atas tanah.

  g.

  Pencabutan Hak atas tanah h. Pembebanan Hak atas Tanah i. Perubahan Data Karena Putusan dan Penetapan Pengadilan j. Perubahan Data karena Perubahan Nama k.

  Hapusnya Hak atas Tanah l. Penggantian Sertipikat 3.

  Kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertipikat tanah yang dilakukan karena terjadinya perubahan data fisik atau obyek hak atas tanahnya, terdiri dari : a.

  Pemecahan Bidang Tanah b. Pemisahan Bidang Tanah c. Penggabungan Bidang Tanah

1.7 Defenisi Konsep

  Menurut Singarimbun (1989: 34), konsep adalah abstraksi atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan kejadian secara abstrak,kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Untuk itu peneliti menguraikan definisi konsep sebagai berikut : 1.

  Pelayanan Publik merupakan kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintahan untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam hal barang, jasa dan pelayanan administrasi yang terkait dengan kepentingan publik dan hak masyarakat sebagai warga Negara. Pelayanan publik yang baik dan berkualitas merupakan pelayanan yang diidamkan masyarakat dan merupakan kewajiban bagi penyelenggara pelayanan.

  2. Administrasi Pertahanan adalah kegiatan dan usaha dilakukan yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan tanah dan hak atas tanah dengan tujuan untuk menjamin kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan.

  3. Surat Kepemilikan Tanah merupakan surat yang harus dimiliki oleh orang yang memiliki hak atas tanah sebagai bukti adanya hak kepemilikan atas tanah dan menjamin kepastian hukumnya.

4. Analisis Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan

  Surat Kepemilikan Tanah adalah analisis yang dilakukan terhadap kualitas pelayanan administrasi dalam pembuatan surat kepemilikan tanah yang diberikan oleh administrator publik. Standart Pelayanan Publik yang digunakan peneliti adalah Standar Pelayanan Publik yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014 yang terdiri dari dua komponen yaitu: A. Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan ( Service Delivery) meliputi: 1) Persyaratan 2) Sistem, mekanisme,dan prosedur 3) Jangka waktu pelayanan 4) Biaya/tarif 5) Produk pelayanan 6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan

  B. Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi ( Manufacturing) meliputi:

  1. Dasar hukum

  2. Sarana dan Prasarana , dan/ Fasilitas

  3. Kompetensi pelaksana

  4. Pengawasan internal

  5. Jumlah pelaksana

  6. Jaminan pelayanan 7. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan 8. evaluasi kinerja pelaksana

1.8 Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep, dan Sistematika Penulisan. BAB II METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian, sejarah singkat lokasi penelitian. BAB IV PENYAJIAN DATA Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis. BAB V ANALISA DATA

  Bab ini berisi tentang kajian dan analisa data yang diperoleh dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diteliti. BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang dikemukakan, kemudian pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.

Dokumen yang terkait

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Analisis Feminisme Tokoh Utama Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

0 0 11

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier - Perbandingan Metode Least Trimmed Squares Dan Penduga-S Dalam Mengatasi Data Pencilan Dengan Simulasi Data

0 0 12

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri D

0 0 27

CHAPTER I INTRODUCTION 1.1 Background of the Study

0 1 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Jeruk Besar dan Jenis – Jenisnya - Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Dari Daun Jeruk Bali Merah (Citrus Maxima (Burm.) Merr) Secara Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa (Gc-Ms)

0 0 15

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Regresi Logistik

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Rumah Tangga Di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Pendekatan Regresi Logistik

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Hakikat Sertifikasi Guru - Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 7